BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/40747/3/BAB 2.pdfBahasa dalam pandangan...

25
25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Representasi Secara singkat, Representasi ialah sesuatu yang mewakili atau menunjuk sesuatu yang lain. Atau dengan kata lain merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, melalui kata kata, bunyi, citra atau kombinasinya (John Fiske, 2004 : 282). Representasi adalah istilah yang secara luas digunakan untuk menunjukan penggambaran kelompok-kelompok dan institusi sosial. Penggambaran itu tidak hanya berkenaan dengan tampilan fisik, juga terkait dengan makna yang ada di balik tampilan fisik. Representasi juga berarti penghadiran kembali sesuatu bukan dalam gagasan asli atau obyek fisikal asli, melainkan sebuah versi baru yang dibangun darinya (Burton, 2007:41 - 43). Istilah representasi menunjuk bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. (Eriyanto, 2011 : 113). Singkatnya, melalui representasi dalam suatu media ada pihak atau diri yang diunggulkan ataupun sebaliknya. Dalam buku Analisis wacana, Eriyanto menyebutkan ada dua hal yang penting dalam representasi. Yang pertama, apakah seseorang atau individu, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu pada apakah individu atau kelompok itu ditampilkan sebagaimana mestinya atau dijelekkan. Karena yang ditampilkan bisa jadi penggambaran yang

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/40747/3/BAB 2.pdfBahasa dalam pandangan...

25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Representasi

Secara singkat, Representasi ialah sesuatu yang mewakili atau

menunjuk sesuatu yang lain. Atau dengan kata lain merujuk pada proses

yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, melalui kata kata,

bunyi, citra atau kombinasinya (John Fiske, 2004 : 282).

Representasi adalah istilah yang secara luas digunakan untuk

menunjukan penggambaran kelompok-kelompok dan institusi sosial.

Penggambaran itu tidak hanya berkenaan dengan tampilan fisik, juga terkait

dengan makna yang ada di balik tampilan fisik. Representasi juga berarti

penghadiran kembali sesuatu bukan dalam gagasan asli atau obyek fisikal

asli, melainkan sebuah versi baru yang dibangun darinya (Burton, 2007:41

- 43).

Istilah representasi menunjuk bagaimana seseorang, satu kelompok,

gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. (Eriyanto,

2011 : 113). Singkatnya, melalui representasi dalam suatu media ada pihak

atau diri yang diunggulkan ataupun sebaliknya. Dalam buku Analisis

wacana, Eriyanto menyebutkan ada dua hal yang penting dalam representasi.

Yang pertama, apakah seseorang atau individu, kelompok, atau gagasan

tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu

pada apakah individu atau kelompok itu ditampilkan sebagaimana mestinya

atau dijelekkan. Karena yang ditampilkan bisa jadi penggambaran yang

26

buruk dan memarjinalkan individu atau kelompok tertentu. Yang kedua,

bagaimana representasi itu ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi,

gambar, gagasan, tersebut ditampilkan kepada khalayak.

2.2 Analisis Wacana

2.2.1 Analisis Wacana

Perkembangan serta kemajuan dari informasi dan komunikasi,

berbagai penelitian komunikasi terus dilakukan. Sekarang ini ada

banyak sekali studi tentang bagaimana melihat wacana bukan hanya

sebagai kumpulan atau rangkaian bahasa. Berikut ini beberapa definis

tentang wacana yang dikutip oleh Eriyanto, (2011: 2) dari beberapa

pakar.

Foucault 1972:

“Wacana kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan (statement),

kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan dan

kadang kala sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah

pernyataan.”

Roger Fowler 1977:

“Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik

pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk didalamnya,

kepercayaan disini mewakili pandangan dunia, sebuah organisasi atau

representasi dari pengalaman.”

27

Hawthorn 1992:

“Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah

pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktifitas

personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya”

Crystal 1987:

“Analisis Wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah

terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana

seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan ucapan.”

Keberagaman serta luasnya definisi di atas disebabkan oleh

banyaknya berbagai macam disiplin ilmu yang memakai istilah wacana.

Akan tetapi dari luas serta banyaknya definisi wacana ada satu benang

merah yaitu wacana berhungan dengan bahasa atau pemakaian bahasa.

Seperti yang dikutip oleh Eriyanto (2011, 4 - 7), ada 3 paradigma

analisis wacana. Yang pertama, paradigma positivism-empiris yakni

memandang bahwa bahasa merupakan jembatan manusia dengan obyek

di luar dirinya. Pengalaman pengalaman manusia dapat secara langsung

diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa adanya kendala atau

distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan memakai pernyataan yang logis,

empiris, sintaksis dan memiliki hubungan dengan pengalaman empris.

Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran

dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuensi

logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna

makna subyektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang

28

penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut

kaidah sintaksis dan semantik. Oleh karena itu, tata bahasa, kebenaran

sintaksis adalah bidang utama dari aliran positivisme-empiris tentang

wacana.

Yang kedua adalah konstruktivisme. Pandangan ini banyak

dipengaruhi oleh oleh pemikiran femonologi. Berbeda dengan

positivisme yang memisahkan subyek dan obyek bahasa. Dalam

pandangan konstruktivisme bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk

memahami realitas obyektif yang dipisahkan dari subyek sebagai

penyampaian pernyataan. Justru menganggap subyek sebagai faktor

sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan hubungan sosialnya.

Yang ketiga adalah pandangan kritis. Pandangan ini mengoreksi

pandangan yang kedua yang kurang sensitif pada proses produksi dan

reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional.

Analisis wacana dalam paradigm ini lebih menekankan pada konstelasi

kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.

Individu tidak dianggap sebagai subyek yang netral. Bahasa disini juga

tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri si

pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai

representasi yang membentuk subyek tertentu, tema tema wacana

tertentu, maupun strategi strategi di dalamnya. Wacana dalam

pandangan ini juga disebut sebagai analisis wacana kritis (Critical

Discourse Analysis/CDA). Ini membedakan dengan analisis wacana

dalam kategori pertama dan kedua.

29

2.3 Analisis Wacana Model Sara Mills

Fokus dari analisis wacana Sara Mills pada wacana mengenai

feminisme. Bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, baik dalam

novel, gambar, foto, ataupun dalam berita (Eriyanto, 2011: 199). Titik

perhatian dari perspektif wacana feminis adalah menunjukan bagaimana

teks bias dalam menampilkan wanita. Wanita cenderung ditampilkan

dalam teks sebagai pihak yang salah, marjinal dibandingkan dengan

pihak laki laki. Representasi atau gambaran dan ketidakadilan inilah

yang menjadi sasaran utama dari analisisnya.

Gagasan dari Sara Mills agak berbeda dengan gagasan perspektif

wacana lainnya. Critical Linguistics memusatkan perhatian pada

struktur kebahasaan dan bagaimana pengaruhnya dalam pemaknaan

khalayak, Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi posisi aktor

ditampilkan dalam teks. Posisi posisi ini dalam arti siapa yang menjadi

subyek penceritaan dan siapa yang menjadi obyek penceritaan akan

menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna

diperlakukan dalam teks secara keseluruhan (Eriyanto, 2011 : 200).

Selain posisi posisi aktor dalam teks, Sara Mills juga memusatkan

perhatian pada bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam teks.

Bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam

penceritaan teks. Pada akhirnya cara penceritaan dan posisi posisi yang

ditempatkan dan ditampilkan dalam teks ini membuat satu pihak

menjadi legitimate dan pihak lain illegitimate (Eriyanto, 2011 : 200).

30

a. Posisi: Subyek – Obyek

Sara Mills lebih menekankan pada bagaimana posisi dari

berbagai aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa itu ditempatkan

dalam teks. Posisi posisi tersebut pada akhirnya menentukan bentuk

teks yang hadir ditengah khalayak. Wacana media bukanlah sarana

yang netral, tetapi cenderung menampilkan aktor tertentu sebagai

subyek yang mendefinisikan peristiwa atau kelompok tertentu.

Setiap aktor pada dasarnya mempunyai kesempatan yang sama

untuk menggambarkan dirinya, tindakannya, dan memandang atau

menilai dunia. Dengan kata lain ia kemungkinan menjadi subyek

atas dirinya sendiri, menceritakan dirinya sendiri, dan mempunyai

kemungkinan atas penggambaran dunia menurut persepsi dan

pendapatnya (Eriyanto, 2011: 201).

b. Posisi Pembaca

Menurut pandangan Sara Mills, dalam suatu teks posisi

pembaca sangatlah penting dan harus diperhitungkan dalam teks.

Teks adalah sebagai hasil negosiasi antara penulis dan pembaca.

Dilihat bagaimana pembaca menempatkan dan mengidentifikasikan

dirinya dalam teks. Pembaca dianggap penting, karna tidak hanya

menerima teks tetapi juga ikut melakukan transaksi sebagaimana

terlihat dalam teks (Eriyanto, 2011: 203 - 204).

31

2.4 Feminisme

Adalah sebuah gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan

bagi perempuan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang

publik (https://www.rappler.com/indonesia/data-dan-fakta/163874-sketsatorial-

salah-paham-feminisme , diakses pada 18 oktober 2017)

2.4.1 Jenis jenis Feminisme

Mansour Fakih dalam bukunya Analisis Gender & Transformasi

Sosial, membagi feminisme menjadi dua bagian atau aliran besar dalam

ilmu sosial, yakni aliran status quo atau fungsionalisme dan aliran

konflik (Fakih, 2013: 79). Aliran status qua atau fungsionalisme yang

dalam memperjuangkan masyarakat menuju kesempatan dan hak yang

sama bagi setiap individu termasuk didalamnya perempuan, yang dianut

oleh feminis liberal. Sedangkan aliran konflik dianut oleh feminis

radikal yang menganggap bahwa penindasan terhadap perempuan oleh

laki laki berakar dari laki laki itu sendiri dengan ideologi patriarkinya.

Dalam jurnal yang berjudul Feminisme sebuah model penelitian

kualitatif (2014, volume 10, nomor 1, SAWWA) aliran feminisme

terbagi dalam 5 aliran, yaitu:

1. Feminisme Liberal

Fokus utama feminisme liberal yaitu hak hak yang sama bagi

laki laki dan perempuan dengan adanya kebebasan dan kebahagiaan

manusia perorangan. Aliran ini berakar dari filsafat liberalism yang

memiliki konsep bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu

32

sehingga ia harus diberi kebebasan untuk memilih tanpa terkekang

oleh pendapat umum dan hukum. Teori ini bertumpu pada

kebebasan dan kesetaraan rasionalitas.

2. Feminisme Marxis/Sosialis

Perempuan di gambarkan dalam posisi yang rendah dalam

struktur ekonomi, sosial, dan politik dari sistem kapitalis, serta

adanya analisis patriarki. Fokusnya ialah kapitalisme dan patriarki

menempatkan perempuan pada posisi yang tidak istimewa atau

merugikan. Penghapusan sistem kapitalis merupakan cara agar

perempuan mendapat perlakuan yang sama. Aliran ini memandang

masalah perempuan dalam rangka kritik kapitalisme. Feminisme

sosila muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran in

mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebeum kapitalisme dan

tetap tidak akan pernah berubah meskipun kapitalis runtuh.

Feminisme sosial menggunakan kelas dan gender untuk memahami

penindasan perempuan.

3. Feminisme Radikal

Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan

terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki (Laki laki sebagai

pusat segalanya). Pada intinya, aliran ini berupaya menghancurkan

sistem patriarki yang fokusnya terkait fungsi biologis tubuh

perempuan.

33

4. Feminisme Teologis

Berkembang berdasarkan paham teologi pembebasan yang

menyatakan bahwa sistem masyarakat dibangun berdasarkan

ideologi, agama, dan norma norma masyarakat yang menempatkan

perempuan dibawah laki laki.

5. Feminisme Ekofeminisme

Adalah merupakan jenis feminisme yang menyalahi arus

utama ajaran feminisme, cenderung menerima perbedaan laki laki

dan perempuan. Aliran ini mengkritik pemikiran aliran aliran

sebelumnya yang menggunakan prinsip maskulinitas (ideology

untuk menguasai) dalam usaha mangakhiri penindasan perempuan

akibat sistem patriarki.

Dengan adanya lima aliran tersebut, yang menjadi dasar pada penelitian

ini adalah aliran feminisme liberal. Feniminisme Liberal ialah aliran yang

paling banyak dianut oleh perempuan modern saat ini. Perempuan yang

menjunjung tinggi pemikiran tentang emasipasi yang menganggap bahwa

kedudukan perempuan harus disetarakan dengan kedudukan laki laki.

Perempuan memililki hak kebebasan yang sama dalam melakukan apapun yang

perempuan inginkan namun tetap tidak melewati batas koridor yang ada.

2.5 Komik

Menurut Ajidarma dalam disertasinya (2011: 20) yang di kutip oleh

Whisnu Prabowo dalam skripsinya. Uraian tentang komik sebaiknya dari

34

perbincangan Will Eisner dan Scott McCloud sebab sejauh ini teori mereka

berdua yang beredar dan dikenal secara luas. Will Eisner dikenal dengan

bukunya yang berjudul Comics and Sequential Arts (1985) dan Graphic

Strorytelling (1996). Sementara Scott McCloud dikenal dengan

Understanding Comics (1993), Reinventing Comics (2000), dan Making

Comics (2006).

Will Eisner dan Scott McCloud dianggap mewakili dunia komik di

Amerika Serikat. Mengiringi keduanya, adalah uraian tentang manga,

komik jepang yang begitu fenomenal dan merontokan hegemoni wacana

komik Amerika dan di berbagai belahan bumi (Ajidarma, 2011 : 20).

2.5.1 Will Eisner : Komik sebagai cara bertutur

Menurutnya komik adalah suatu bentuk naratif, cara bertutur yang

menjadi suatu bentuk visual bacaan. Dalam artian yang lebih luas komik

dibaca karena komik merupakan peleburan antara gambar dan kata kata.

Dalam komik yang disebut gambar dan kata kata tidak dapat dipisahkan

karna menjadi suatu keutuhan dalam cara berbahasa. Komik adalah seni

bertutur secara berurutan (Sequential Art). Komik berbicara secara

verbal dan visual secara bersamaan, sebagai suatu permainan antara

gambar dan kata kata yang kemudian menjadi suatu bahasa visual.

Sebagai bahasa, komik memiliki tata bahasanya sendiri, tempat

gagasan yang diterjemahkan dalam bentuk penuturan. Komik memiliki

perangkat seperti halaman sebagai bidang gambar, panel, gambar

manusia dan lingkungannya, gambar benda, dan kata yang hurufnya

35

digambar, kesemuanya dihadirkan sebagai bagian yang dikenal dari

pengalaman pembaca.

Ruang dan waktu dalam penggambaran komik adalah unik hanya

dapat dicapai oleh media komik. Penggunaan perspektif, sudut pandang,

panel, balon, dan narasi sebagai suatu gestalt mampu mengungkapkan

dunia manusia dalam realitas yang dapat dikenali maupun imajinasi

yang menyentak kesadaran. Telah tersedia perangkat perangkat bahasa

komik yang dalam kreatifitas seorang penggubah komik, akan menjadi

sebuah tuturan memikat dan menyakinkan untuk menyampaikan suatu

gagasan. Segenap perangkat itu dilahirkan oleh pengenalan terhadap

pertumbuhan komunikasi visual dalam sejarah manusia sehingga

memungkinkan untuk dimengerti (Eisner, 1958 : 7 -15 dalam Ajidarma

2011 - 21).

2.5.2 Scott McCloud : Komik

Scott dalam bukunya Understanding Comics (2001) mendefinisikan

komik adalah gambar gambar serta lambang lambang yang

terjukstaposisi (saling berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu.

Selain itu menurutnya setiap urutan gambar pada film yang

diproyeksikan secara tepat pada ruang yang sama yaitu layar, sedangkan

setiap gambar dalam komik harus menempati ruang yang berbeda.

Ruang dalam komik memiliki fungsi yang sama dengan waktu dalam

film. Hanya saja sebelum diproyeksikan film hanya berupa komik yang

sangat sangat sangat lambat.

36

2.6 Unsur-unsur Komik

Di dalam komik terdapat beberapa unsur unsur atau komponen,

beberapa diantaranya (Toni Masdiono, (2001)) :

a. Panel

Merupakan bidang atau garis pembatas pada bagian bagian komik.

Atau menurut Toni Masdiono dalam bukunya jurus membuat komik

(2001) adalah kotak yang membatasi gambar adegan. Ada dua macam

panel yaitu :

Panel Tertutup

Memiliki garis pembatas panel. Garis garis ini biasa disebut dengan

frame.

Panel Terbuka

Tidak memiliki garis pembatas. Saat ini cukup banyak digunakan

sebagai variasi dalam tampilan komik. Komik Amerika dan Jepang

banyak menggunakannya.

Scot McCould dalam bukunya Understanding Comics

(2001), menyebutkan satu unsur yang berkaitan dengan rangkaian

panel ialah closure. Closure adalah fenomena yang mengamati

bagian bagian tetapi juga memandangnya sebagai keseluruhan.

Unsur ini menghubungkan setiap panel yang dipisahkan oleh ruang

diantara panel, yang disebut dengan “Parit” (Gutter). Closure juga

memungkinkan untuk kita menggabungkan peristiwa peristiwa

tersebut dan menyusunnya menjadi suatu peristiwa yang utuh.

37

Closure hanya dapat terjadi jika partisipasi dari pembaca sebagai

sarana utama dalam komik untuk menstimulasikan waktu dan

adegan.

Scott juga menjelaskan jenis jenis closure dalam komik, ia

membaginya ke dalam 6 bagian yaitu :

1. Waktu ke waktu

Bagian ini memerlukan closure yang sangat sedikit.

Gambar 2.1 Waktu ke waktu

2. Aksi ke aksi

Subyek dalam proses aksi ke aksi

Gambar 2.2 Aksi ke aksi

38

3. Subyek ke subyek

Bagian ini masih dalam satu adegan, lokasi, atau gagasan.

Tingkat keikutsertaan pembaca diperlukan agar peralihan

tersebut bermakna.

Gambar 2.3 Subjek ke subjek

4. Adegan ke adegan

Bagian ini membawa kita melintasi ruang dan waktu. Sering

diperlunya pemikiran deduktif untuk membaca jenis komik ini.

Gambar 2. 4 Adegan ke adegan

5. Aspek ke aspek

39

Kebanyakan peralihan ini tidak memandang atau mengenal

waktu dan mengatur pandangan yang mengembara terhadap

aspek tempat, gagasan, dan suasana hati yang berbeda.

Gambar 2.5 Aspek ke aspek

6. Non Sequitur

Jenis peralihan ini tidak menunjukan hubungan yang logis antara

panelnya.

Gambar 2.6 Non Sequitur

b. Speech Bubbles atau Balon Kata

Bentuk Visual yang didalamnya terdapat dialog dari karakter. Balon

kata bermacam-macam jenisnya disesuaikan dengan fungsinya,

misalnya ketika saat berbicara, berbisik, berteriak, dll.

40

c. Narasi

Adalah keterangan untuk membantu pembaca dalam memahami

adegan atau alur cerita, kotak dialog yang menerangkan situasi, waktu

dan tempat.

d. Icon

Gambar yang merepresentasikan seseorang, tempat, benda, ekspresi,

atau ide

e. Sound Effect

Efek suara yang menerangkan suatu situasi misalnya “Ring ring”

pada suara telepon atau “DHUAR!!!” pada suara ledakan.

Toni Masdiono dalam bukunya Jurus membuat komik (2011)

mengistilahkan komik sebagai “Gambar Bercerita” bukan “Cerita

Bergambar” karena semua unsur saat diletakkan ke dalam sebuah komik

berubah menjadi unsur visual. Satu panel sebuah komik bisa menjelaskan

banyak hal seperti dalam satu halaman novel, ditambah dengan style, model

gambar yang menjadi ciri khas komikus membuat gambar menjadi menarik

untuk dibaca.

2.7 LINE Webtoon

2.7.1 Pengertian Webtoon

41

Sederhananya webtoon adalah komik yang di publis secara online

dan umumnya gratis. Pengertian menurut Naver.com, Webtoon gabungan

dari kata “web” dan “cartoon”. Webtoon berisi komik atau cerita bergambar

yang dipublikasi melalui media internet.

Di tempat asalnya yaitu korea selatan, sebutan webcomics bukan

istilah umum yang dipakai. Sebaliknya korsel menggunakan istilah webtoon

untuk sebutan webcomics. Webtoon sangat popular di negara-nya karna

beberapa alasan diantaranya adalah secara tradisional, komikus atau

seniman komik menciptakan karya pertamanya melalui media cetak atau

versi cetak. Hal ini sudah menjadi cara komikus dalam memproduksi komik

mereka. Paling tidak, mereka bisa menggambar komiknya dengan bantuan

monitor dan tablet akan tetapi tidak mempublisnya secara online sebelum

menyerahkannnya kepada penerbit.

(http://koreanwebtoons.wikia.com/wiki/Webtoon)

2.7.2 Sejarah Perkembangan Webtoon

Webtoon pertama kalinya berkembang di Negara korea selatan

sekitar tahun 1900an. Dimulai saat menurunya tingkat minat baca komik

tradisional generasi muda. Era webtoon di korsel dibedakan menjadi 2

generasi, yang pertama diwakili oleh “Snow Cat” dan yang kedua oleh

“Moss” karya Yoon Tae-ho. Yang pertama dimulai sebagai catatan harian

bergambar di homepage pribadi komikus yang asalnya iseng lalu menjadi

sangat populer sampai pengunjung situsnya meniggalkan komentar dan

pesan di homepagenya. Sejak saat itu webtoon mulai diminati. Lalu yang

42

kedua webtoon berkembang dan lebih komersial, tidak sedikit penulis

webtoon mengunggah karyanya di situs portal besar semacam Naver dan

Daum (Dalam penelitian Analisis Wacana Kritis Humor Line Webtoon Si

Udin karya Nurussalamah Min Ummil Qura, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Naver was established in June 2, 1999 with a goal of offering

Korean and other Internet users the widest possible selection of

online services. (NAVER, “NAVER Annual Report 2015” dalam

https://www.NAVERcorp.com/en/ir/annualReport.nhn).

Naver didirikan pada 2 Juni 1999 dengan tujuan menawarkan

pengguna Internet Korea dan lainnya pilihan seluas mungkin secara online

jasa.

Gambar 2.7 Homepage NAVER

Sebagai salah satu portal online, NAVER yang mendukung

perkembangan Webtoon sampai Internasional. NAVER merupakan situs

pencarian terkenal di Korsel, mirip dengan Google. Pertama kali

diluncurkan pada Juni, 1999 oleh Lee Hae Jin yang merupakan mantan

karyawan dari Samsung.

43

(Biografi Pengusaha, “Penemu LINE Orang Terkaya Korea yang digilai

Jepang” dalam http://www.pengusaha.us/2015/03/siapa-pendiri-LINE-

aplikasi.html).

Dalam skripsi Nurssalamah Min Ummil Qura, Lee Hae Jin bersama

karyawannya terus mengembangkan NAVER dengan menyediakan

berbagai macam fitur yang dibutuhkan serta digemari oleh masyarakat

korsel saat itu. NAVER mulai bergabung di salah satu perusahaan game

online pertama di korsel yang bernama hangame pada September 2011.

Gabungan dari perusahaan ini bernamakan NHN Corporation.

Perkembangan NAVER sampai ke jepang hingga pada suatu saat NAVER

membuat aplikasi LINE messenger. NHN Corporation bernama NHN

Entertaiment. Produknya portal NAVER, Hangame dan Line. Line sendiri

telah mengembangkan dan telah memiliki banyak bisnis lain termasuk

didalamnya Webtoon.

Sajian dalam webtoon diberikan dalam satu halaman panjang (Scroll

Down untuk setiap chapter/strip), colourfull dan gampang diakses melalui

PC maupun Handphone yang terkoneksi Internet. Webtoon sendiri terbagi

menjadi 2 yaitu Webtoon NAVER dan LINE Webtoon (Dalam skripsi

analisis wacana kritis humor line webtoon si udin).

Gambar 2.8 Homepage NAVER Webtoon Korea

44

Gambar 2.9 Homepage LINE Webtoon Indonesian Version

2.7.3 Webtoon

Webtoon mulai memasuki pasar internasional yang disebabkan

karna popularitas yang berawal di korsel (korea selatan). Line Webtoon

pertama kali diluncurkan oleh NAVER pada Juli 2014 dan di tahun 2015

NAVER mengadakan berbagai acara dengan tujuan untuk memperluas

secara global. Di tahun 2015 Line Webtoon mulai memasuki pasar

Indonesia, Line menyebutkan official account LINE Webtoon

(@idWebtoon) mendapatkan 2 juta pengikut dalam 2 minggu sejak pertama

kali diluncurkan

(https://www.antaranews.com/berita/495706/line-hadirkan-webtoon-

platform-digital-bagi-pecinta-komik).

Gambar 2.10 Logo Aplikasi LINE Webtoon

Sumber:

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/archive/2/22/20171230175958%21Line_Webt

oon_logo.png

45

Setiap hari ada banyak judul komik yang bisa di akses dan dinikmati

di LINE Webtoon. Judul-judul itu lalu di kelompokkan ke dalam beberapa

genre. Berikut adalah genre yang ada di Line Webtoon versi Indonesia :

1. Genre Drama

Dalam LINE Webtoon ber-genre drama ini menampilkan cerita

konflik emosi dengan tujuan membuat pembaca terhanyut di dalamnya.

Gambar 2.11 LINE Webtoon Indonesia genre drama

2. Genre Fantasi

Dalam LINE Webtoon ber-genre fantasi ini author atau komikus

sebutan untuk pembuat komik ini menampilkan cerita-cerita dari

fantasia tau khayalan dari pembuatnya. Misalnya yang berbau sihir,

legenda, dan lain-lain.

46

Gambar 2.12 LINE Webtoon Indonesia genre fantasi

3. Genre Humor

Dalam LINE Webtoon ber-genre humor ini menampilkan cerita-

cerita lucu, biasanya banyak membuat pembaca tertawa.

Gambar 2.13 LINE Webtoon Indonesia genre humor

4. Genre Slice of Life

Genre ini menampilkan cerita-cerita mengenai kisah nyata dari

kehidupan sehari-hari tokoh atau aktor komik.

Gambar 2.14 LINE Webtoon Indonesia genre Slice of life

47

5. Genre Romantis

Genre ini menampilkan kisah-kisah atau cerita-cerita percintaan,

dan kebanyakan menampilkan unsur-unsur cinta dan romantic.

Gambar 2.15 LINE Webtoon Indonesia gendre Romantis

6. Genre Triller

Genre ini menampilkan kisah-kisah atau cerita-cerita seru dan

mengerikan.

Gambar 2.16 LINE Webtoon Indonesia genre Triller

7. Genre Horor

Genre ini menampilkan kisah-kisah atau cerita-cerita yang

menyeramkan. Misalnya kisah-kisah hantu dan sejenisnya.

48

Gambar 2.17 LINE Webtoon Indonesia genre Horor

Selain jenis genre yang sudah disebutkan diatas, LINE Webtoon

juga memiliki tool atau alat yang memberikan informasi jadwal harian.

Jadwal harian ini berfungsi bagi pembaca untuk memudahkan pembaca

dalam memilih judul komik pilihan setiap harinya.

Gambar 2.18 Jadwal Harian LINE Webtoon Indonesia

Selain itu pembaca juga dimanjakan dengan tool komentar, yang

selain berfungsi memberi komentar, tanggapan mengenai judul komik yang

dibacanya juga dapat dilihat langsung oleh komikus. Selain itu juga terdapat

tool atau alat untuk meng-share ke dalam beberapa pilihan social media tool

pembaca dan tombol “Favorit” yang berguna untuk menambah atau

memberikan rating pada judul komik tersebut.

49

Gambar 2.19 Komentar dan Tombol Favorit LINE Webtoon Indonesia

2.8 Kerangka Pikir Penelitian

Webtoon

Representasi

Perempuan

Sara Mills

Teori Feminisme