BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

12
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Botani Kentang Sistematika Solanum tuberosum L, merupakan nama latin dari kentang. Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim, termasuk famili solanaceae, dan memiliki umbi batang yang dapat dimakan. Tanaman kentang berbentuk semak atau herba, batangnya berada diatas permukaan tanah, ada berwarna hijau, kemerah-merahan, dan ungu tua. Bagian bawah batangnya bisa berkayu sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah rubuh. Berikut ini klasifikasi ilmiah kentang. Kerajaan/kingdom : Plantae Devisi : Magnoliophyta/Spermatophyta Kelas : Magnoliophyta /Dicotyledonae (Berkeping dua) Subkelas : Asteridae Ordo : Solanales/Tubiflorae (Berumbi) Famili : Solanaceae (Berbunga terompet) Genus : Solanum (Daun mahkota berletakan satu sama lain) Seksi : Petota Spesies : Solanum tuberosum Nama binomial : Solanum tuberosum LINN. 2.2. Morfologi Tanaman 2.2.1. Daun Daun pertama berupa daun tunggal,daun berikutnya berupa daun majemuk imparipinnate dengan anak daun primer dan anak daun sekunder.Posisi tangkai daun utama terhadap batang bervariasi.Pada tangkai daun utama terletak helaian anak daun primer dan sekunder yang berbeda-beda dalam bentuk,ukuran,dan warna.Pada dasarnya,daun majemuk kentang mempunyai tunas ketiak yang dapat berkembang menjadi cabang sekunderdengan sistem percabangan simpodial.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Botani Kentang

Sistematika

Solanum tuberosum L, merupakan nama latin dari kentang. Kentang

merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim, termasuk famili solanaceae,

dan memiliki umbi batang yang dapat dimakan. Tanaman kentang berbentuk

semak atau herba, batangnya berada diatas permukaan tanah, ada berwarna hijau,

kemerah-merahan, dan ungu tua. Bagian bawah batangnya bisa berkayu

sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan

mudah rubuh.

Berikut ini klasifikasi ilmiah kentang.

Kerajaan/kingdom : Plantae

Devisi : Magnoliophyta/Spermatophyta

Kelas : Magnoliophyta /Dicotyledonae (Berkeping dua)

Subkelas : Asteridae

Ordo : Solanales/Tubiflorae (Berumbi)

Famili : Solanaceae (Berbunga terompet)

Genus : Solanum (Daun mahkota berletakan satu sama lain)

Seksi : Petota

Spesies : Solanum tuberosum

Nama binomial : Solanum tuberosum LINN.

2.2. Morfologi Tanaman

2.2.1. Daun

Daun pertama berupa daun tunggal,daun berikutnya berupa daun majemuk

imparipinnate dengan anak daun primer dan anak daun sekunder.Posisi tangkai

daun utama terhadap batang bervariasi.Pada tangkai daun utama terletak helaian

anak daun primer dan sekunder yang berbeda-beda dalam bentuk,ukuran,dan

warna.Pada dasarnya,daun majemuk kentang mempunyai tunas ketiak yang dapat

berkembang menjadi cabang sekunderdengan sistem percabangan simpodial.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

6

2.2.2. Batang

Batangnya biasa berbentuk segi empat, panjangnya bias mencapai 40-100

cm. batang kentang pada umumnya lembek sehingga tidak tahan terhadap angin

kencang. Batang pada umumnya hijau tua, batang bercabang dan setiap cabang

ditumbuhi oleh daun-daun yang rimbun (Samadi, 2007).

2.2.3. Akar

Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

tunggang menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut

tumbuh menyebar ke arah samping dan menebus tanah datar. Akar tanaman

berwarna keputi -putihan dan sangat kecil, di antara akar-akar ini ada yang

nantinya menjadi bakal umbi/stolon (Samadi, 2007).

2.2.4. Bunga

Tanaman kentang ada yang berbunga dan ada yang tidak, tergantung pada

varietasnya. Warna bunga bervariasi, yakni kuning atau ungu. Kentang varietas

dasiree berbunga ungu. Pada tanaman kentang yang berbunga, bunga tumbuh dari

ketiak daun teratas. Jumlah tanda bunga juga bervariasi sedikit sampai banyak.

Kentang variestas cosima memiliki tandan bunga sampai 11 buah, sedangkan

varietas cipanas 7 buah. Bunga kentang berjenis kelamin dua.

Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah

dan biji-biji. Buah berbentuk buni dan didalamnya berisi banyak biji (Samadi,

2007).

2.2.5. Umbi

Umbi terbentuk dari cabang samping di antara akar-akar. Proses

pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari

rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak.

Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral, dan air.

Umbi kentang memiliki mata tunas sebagai bahan perkembangbiakan yang

selanjutnya dapat menjadi tanaman baru. Selain mengandung zat gizi, umbi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

7

kentang mengandung solanin. Zat ini bersifat racun dan berbahaya bagi yang

memakannya. Racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut keluar dari

tanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun

solanin bewarna hijau walaupun sudah tua (Samadi, 2007).

2.3. Syarat Tumbuh

2.3.1. Tanah

Pada tanah asam (pH kurang dari 5) tanaman sering mengalami

gejala kekurangan unsur Mg dan keracunan Mn. Selain itu, tanaman menjadi

mudah terserang nematoda. Sementara itu, pada tanah basa (pH lebih dari 7),

sering timbul gejala keracunan unsur K dan umbinya mudah terserang penyakit

kudis (Steptomyces scabies) (Sunarjono, 2007). Tanaman kentang toleran

terhadap selang pH yang cukup luas yaitu 4,5 – 8,0, tetapi untuk pertumbuhan

optimal dan ketersediaan unsur hara pH yang baik adalah 5,0 – 6,5 (Wattimena et

al., 1992).

Keadaan tanah yang baik dan sesuai untuk tanaman kentang adalah yang

berstruktur remah, gembur, banyak mengadung bahan organik, subur, mudah

menikat air dan memiliki solum tanah dalam, sementara tektur tanah yang cocok

adalah tanah lempung ringan dengan sedikit kandungan pasir. Keadaan pH tanah

yang sesuai untuk tanaman kentang bervariasi antara 5.0 – 7,0, tergantung

tergantung varietas kentang (Samadi, 2007).

2.3.2. Iklim

Kentang merupakan tanaman subtropis, dibudidayakan di dataran tinggi,

yaitu ketinggian 1000-3000 meter di atas permukaan laut. Tanaman kentang

menghendaki suhu harian optimum 160 C untuk pertumbuhan dan produksi yang

baik.Suhu terlalu rendah dapat menurunkan produksi, bahkan dapat membunuh

tanaman. Pembentukan umbi pada kentang saat meningkatnya suhu. Suhu siang

hari untuk pembentukan umbi adalah 170-22

0 C dan malam hari 5

0-12

0 C

(Zukarnain, 2013).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

8

2.3.3. Penyinaran Cahaya Matahari

Faktor cahaya sangat berpengaruh terhadap pembentukan organ vegetatif

tanaman, seperti batang, cabang, dan daun, serta organ generatif seperti bunga dan

umbi. Terbentuknya bagian vegetatif dan generatif ini merupakan hasil proses

asimilasi yang menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi. Penyinaran

cahaya matahari yang kurang, misalnya karena keadaaan mendung, iklim

setempat, ataupun karena adanya naungan pohon besar di sekitar tanaman dapat

menyebabkan proses asimilasi tidak berjalan semestinya. Semakin besar cahaya

matahari yang diterima tanaman, semakin besar pula pengaruhnya terhadap

kenaikan hasil yang dapat dipanen (Kanisius, 2007).

Lama penyinaran yang diperlukan oleh tanaman untuk kegiatan

fotosintesis adalah 9-10 jam/hari. Lama penyinaraan juga berpengaruh terhadap

waktu dan saat umbi terbentuk serta masa perkembangan umbi (Kanisius, 2007).

2.3.4. Curah Hujan

Daerah dengan rata-rata curah hujan 1.500 mm per tahun sangat sesuai

untuk membudidayakan kentang. Curah hujan yang tinggi berpengaruh secara

langsung terhadap peningkatan kelembapan, penurunan suhu, berkurangnya

cahaya matahari, dan peningkatan air tanah. Semuanya akan mempengaruhi

pertumbuhan tanaman dan hasilnya. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan

genangan air yang berlebihan. Genangan air yang terjadi dapat menyebabkan

umbi membusuk (Kanisius,2007).

2.4. Jenis dan Varietas Tanaman Kentang

Kentang terdiri dari beberapa jenis dan beragam varietas. Jenis-jenis

tersebut memiliki perbedaan bentuk, ukuran, warna kulit, daya simpan,komposisi

kimia, sifat pengolahan dan umur panen. Berdasarkan warna kulit dan daging

umbi, kentang terdiri dari tiga golongan yaitu kentang kuning, kentang putih, dan

kentang merah. Kentang kuning memiliki beberapa varietas, yaitu varietas

Pattrones, Katella, Cosima, Cipanas, dan Granola. Kentang putih memiliki

varietas Donata, Radosa, dan Sebago. Varietas Kentang merah yaitu Red Pontiac,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

9

Arka dan Desiree. Jenis kentang yang paling digemari adalah kentang kuning

yang memiliki rasa yang enak, gurih, empuk, dan sedikit berair (Aini, 2012).

2.5. Sistem Perbanyakan Benih Kentang Bermutu

2.5.1. Pola dan Sistem Perbanyakan Benih Kentang Bermutu

1. Pola perbanyakan benih kentang bermutu mengikuti pola perbanyakan

satu generasi (one generation flow)dengan perbanyakan secara vegetatif

menggunakan umbi atau stek sebagai benih.

2. Perbanyakan benih kentang bermutu dilaksanakan melalui sistem

sertifikasi dan dilakukan oleh produsen atau instansi pemerintah yang

memiliki sertifikat kompetensi dan/atau yang memiliki sertifikat sistem

manajemen mutu dibidang perbenihan hortikultura.

3. Benih kentang bermutu dimulai dari kelas Benih Penjenis (BS), Benih

Dasar (BD/G0), Benih Pokok (BP/G1), dan Benih Sebar (BR/G2) dengan

klasifikasi sebagai berikut :

a. BS yaitu benih generasi awal yang diproduksi dari benih inti.

Benih penjenis berupa Planlet, stek dari planlet dan umbi mikro

yang terjamin kebenaran varietasnya berdasarkan rekomendasi dari

pemilik varietas dan bebas dari patogen.

b. BD atau G0 merupakan hasil perbanyakan dari kelas BS.

Perbanyakan G0 harus dilaksanakan di rumah kasa kedap serangga

dan harus memenuhi standar mutu atau PTM.

c. BP atau G1 merupakan hasil perbaanyakan dari G0 atau

diperbanyak dari kelas benih yang lebih tinggi. Perbanyakan G1

dilaksanakan di dalam rumah kasa kedap serangga dan harus

memenuhi standar mutu atau PTM.

d. BR atau G2 merupakan hasil perbanyakan dari G1 atau

diperbanyak dari kelas benih yang lebih tinggi. Perbanyakan G2

dilaksanakan di lapangan dan harus memenuhi standar mutu atau

PTM.

4. Delegasi Legalitas adalah pemberian kewenangan penggunaan varietas

kepada produsen benih kentang dalam memperbanyak BS dikeluarkan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

10

oleh pemulia, pemilik varietas atau pihak yang diberi kuasa. Untuk

varietas publik domain ada surat keterangan/pendampingan dari pemulia

tanaman kentang. Bentuk surat delegasi legalitas seperti pada

format/borang model SK 01.

Persyaratan dan tata cara pemberian delegasi legalitas sebagai

berikut :

a. Persyaratan penerima delegasi legalitas :

1. Produsen benih/instansi pemerintah yang telah memiliki sertifikat

kompetensi atau telah memiliki sertifikat sistem manajemen mutu

di bidang perbenihan hortikultura ;

2. Memiliki fasilitas pendukung perbanyakan benih kentang kelas BS

yang memadai;

3. Tersedia SOP perbanyakan benih;

4. Menguasai SDM yang kompeten di bidangnya;

5. Bersedia melaksanakan produksi benih sesuai dengan peraturan

yang berlaku;

6. Membuat nota kesepahaman.

b. Tata cara penerbitan delegasi legalitas

1. Pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada

pemilik/kuasa varietas dengan menggunakan form/borang SK 01

(A) dilampiri dengan :

a. Fotocopy sertifikat kompetensi/SMM

b. Surat pernyataan bersedia melaksanakan produksi benih sesuai

aturan

c. Peta lokasi produksi

2. Pemilik/kuasa varietas melaksanakan peninjauan lapangan untuk

memastikan kelayakan produsen.

3. Delegasi legalitas diterbitkan apabila produsen telah dinyatakan

layak

4. Masa berlaku delegasi legalitas 2 tahun dan akan dilaksanakan

peninjauan ulang 12 bulan sejak penerbitan sertifikat.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

11

c. Apabila pada masa berlakunya delegasi legalitas produsen tidak

memenuhi nota kesepahaman atau melakukan pelanggaran terhadap

peraturan perbenihan nasional maka delegasi legalitas dapat dicabut.

5. Surat keterangan BS dikeluarkan oleh pemegang delegasi legalitas berisi

minimal meliputi nama varietas, kesehatan benih dan sebagaimana pada

formulir/borang model SK03.

6. BD, BP, dan BR disertifikasi oleh instansi, kecuali bagi produsen atau

instansi pemerintah/lembaga yang memiliki sertifikat sistem manajemen

mutu.

7. Legalitas benih bermutu terdiri atas:

a. Surat keterangan untuk kelas benih BS;

b. Label yang terpasang pada kemasannya dengan warna putih untuk

kelas benih BD, ungu untuk kelas benih BP dan biru untuk kelas benih

BR.

2.5.2. Perbanyakan Benih Kentang Kelas BD (G0)

1. Persyaratan

a. Produsen

1) Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat sistem manajemen

mutu

2) Mempunyai benih sumber

3) Mempunyai rumah kasa

4) Mempunyai gudang penyimpanan

b. Benih Sumber

1) Varietas telah terdaftar untuk peredaran

2) Benih sumber yang digunakan adalah benih penjenis

3) Benih sumber harus disertai dengan surat keterangan

c. Rumah Kasa

1) Kerapatan mesh kasa yang digunakan tidak kurang dari 36 x 36

lubang/inci2

2) Tidak ada air tanah dari luar yang masuk kedalam rumah kasa

3) Tidak ada lubang/celah untuk masuknya serangga vektor

4) Rumah kasa harus mendapat cahaya optimal

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

12

5) Pintu masuk rumah kasa dari sisi luar tidak langsung terhubung

pada bagiandalam rumah kasa, tetapi ada pintu kedua yang

menghubungkan pintu pertama dengan ruang dalam rumah kasa

6) Terdapat bak disinfectan diantara pintu pertama dan kedua yang

dirancang agar setiap orang yang masuk kedalam rumah kasa

melewatinya.

7) Bagian atas rumah kasa tembus cahaya dan harus beratap kedap

air untuk perbanyakan aeroponik, sedangkan perbanyakan

konvensional dianjurkan beratap kedap air

8) Rumah kasa terjaga kebersihannya dari kotoran, lumut atau

material lainnya, terutama yang akan mengganggu sinar matahari

masuk.

d. Media Tanam

1) Media tanam dapat menggunakan tanah (sub soil), cocopeat,

arang sekam atau bahan lainnya yang dianggap baik untuk media

tanam

2) Media tanam harus steril dan ditempatkan/diletakkan tidak kontak

langsung deangan dasar tanah

3) Sterilisasi media dapat dilakukan dengan dikukus (steam),

disangrai atau dengan menggunakan bahan kimia

a) Sterilisasi dengan disangrai atau dikukus selama 3-4 jam

dengan suhu minimal 90oC secara merata

b) Sterilisasi dengan bahan kimia, harus diperhatikan

penggunaan dosis, cara dan lama waktu sterilisasi yang

dianjurkan oleh produknya masing-masing

4) Media tanam tersebut digunakan untuk perbanyakan benih secara

konvensional, sedangkan pada aeroponikmedia tanam tersebut

digunakan untuk proses pengakaran stek

5) Nutrisi tanaman pada aeroponik mengandung unsur hara makro

dan mikro dengan komposisi sesuai rekomendasi.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

13

e. Gudang

1) Luas gudang disesuaikan dengan volume benih yang disimpan

2) Ruangan gudang tidak lembab, mempunyai ventilasi udara cukup

sehingga sirkulasi udara dalam ruangan baik dan pencahayaan

cukup sesuai kebutuhan

3) Gudang terdiri dari ruang penyimpanan dan ruang pengolahan

benih yang terjaga kebersihannya

2. Proses perbanyakan benih

a. Persiapan tanam, penanaman dan pemeliharaan

1) Perbanyakan benih secara konvensional

a) Persiapan Tanam

(1) Media tanam steril ditempatkan pada wadah/tempat

media dan tidak kontak langsung dengan tanah

(2) Lubang tanam dibuat dengan kedalaman ± 3 cm dan

jarak tanam 8 x 10 atau 10 x 10 cm

b) Penanaman

(1) Planlet/stek planlet/umbi mikro yang sehat dan

memenuhi syarat ditanam pada media yang telah

disiapkan

(2) Tanaman pada unit sertifikasi tidak boleh dijadikan

sumber perbanyakan stek

c) Pemeliharaan

(1) Pemeliharaan tanaman dilakukan selama pertumbuhan

agar tanaman dapat tumbuh sehat dan produktif

menghasilkan benih secara maksimum

(2) Penyiraman harus dilakukan secara teratur dan cukup

(3) Pembumbunan dengan media yang steril harus dilakukan

seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

(4) Pemasangan tali penyangga tanaman disesuaikan dengan

kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

(5) Diberikan nutrisi tambahan untuk meningkatkan

kesuburan dan produktivitas

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

14

(6) Pengendalian OPT dilakukan secara optimal

(7) Dilakukan pencabutan dan pembersihan terhadap

tanaman yang terindikasi terinfeksi penyakit atau

verietas lain. Apabila ditemukan tipe simpang atau

mutan dalam jumlah banyak segera lapor dan

dikonsultasikan dengan instansi.

2.6. Pupuk Organik Cair(POC)

2.6.1. Azolla

Azolla merupakan tumbuhan kecil yang mengapung di air,terlihat

berbentuk segitiga atau segiempat, berukuran 2-4 cm x 1 cm, terdiri atas 3

bagian, (yaitu akar, rhizome, dan daun yang terapung), Akar soliter,

menggantung di air, berbulu. 1-5 cm, dengan membentuk kelompok 3-6

rambut akar. Rhizomamerupakan sporofit, daun kecil, membentuk 2 barisan,

menyirip bervariasi, duduk melekat, cuping dengan cuping dorsal berpegang

di atas permukaan air dan cuping ventral mengapung. Daun berongga di

dalamnya hidup Anabaena azolloen (Heddy, 2003).

Azolla sangat peka terhadap kekeringan, sehingga habitat yang berair

merupakan kebutuhaan utama untuk tetap bertahan hidup. Tumbuhan ini

akan mati dalam beberapa jam jika berada pada kondisi kering.

Penyebarannya secara luas pada daerah sedang dan pada umumnya sangat

dipengaruhi oleh kondisi suhu di daerah tropis, kondisi lingkungan yang baik

adalah suhu antara 200C-25

0C (Yunus,1987).

Tabel 2.2 Kandungan Azolla (Azolla pinnata)

Unsur hara

mikro Kandungan Unsur hara mikro Kandungan

Nitrogen (N) 4.50% Calsium (Ca) 0.4-1%

Phospor (P) 0.5-0.9% Magnesium (Mg) 0.5-0.6%

Kalium (K) 2-4.5% Ferum (Fe) 0.06-0.26%

Mangaan (mn) 0.11-0.16%

(Suryati,dkk,2015)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

15

2.6.2. Air Kelapa Muda

Maka penambahan air kelapa muda dalam media kultur dapat

membantu mendorong pertumbuhan. Air kelapa adalah salah satu bahah alami,

didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan

giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi

perkecambahan dan pertumbuhan. Penggunaan air kelapa sampai 250 ml/l dapat

mempercepat perkecambahan biji.

Pada perlakuan tunggal air kelapa munculnya daun lebih cepat pada

konsentrasi 250 ml/l dengan rentang waktu 31-48 hari. Hal ini diduga pada

konsentrasi tersebut rasio sitokinin lebih tinggi daripada auksin dan juga

disebabkan karena pulb yang muncul lebih cepat sehingga munculnya daun lebih

cepat.

2.6.3. Bawang Merah

Bawang Merah mengandung kadar hormon pertumbuhan yang tinggi yang

bernama Auksin dan Giberelin. Fungsi hormon auksin dan gibrelin itu sendiri

terletak pada pembesaran sel dan pengontrolan pertumbuhan sel dimana hormon

auksin bekerja dengan merangsang sel untuk membesar dan bertumbuh secara

aksis longitudinal sementara hormon giberelin mengontrol tumbuh dan

berkembangnya seluruh organ tumbuhan dalam sistem organnya tersebut.

2.6.4. Kapur sirih

Kesuburan tanah tergantung dengan keseimbangan pH (potential of

hydrogen) yang dimilikinya. pH menentukan keasaman dan kebasaan tanah, serta

menentukan suksesnya hasil tanaman yang di budidayakan. Kapur dapat

digunakan untuk menyimbangkan pH tanah dan dapat juga membantu

memperbaiki kualitas tanah.

Kapur tohor merupakan jenis kapur yang pembuatannya melalui

pembakaran. Kapur ini lebih terkenal dengan nama kapur sirih. Bahannya berupa

batuan kapur gunung dan kulit kerang. Secara ilmiah kapur ini adalah Kalsium

Oksida(CaO).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sistematika

16

2.7. Kompos Notayam

Pupuk kompos adalah pupuk organik yang dibuat dengan proses

pembusukan sisa-sisa bahan organik, baik limbah tanaman maupun hewan yang

diolah dengan melakukan fermentasi terlebih dahulu. Pupuk kompos ini sangat

bagus sekali untuk tanaman karena banyak kandungan unsur hara. Manfaat

penggunaan pupuk organik bagi tanaman sudah banyak di rasakan para petani.

Pada penelitian ini saya menggunakan media tanam dengan kompos organik

Notayam dengan unsur-unsur sebagai berikut.

Mengandung N, P, K ,Mg, Ca, dan unsur-unsur mikro. Unsur hara yang di

kandung sekitar:

N + P2O5 + K2O =5%

Fe total =7000 ppm

Fe tersedia =80 ppm

Mn =670 ppm

Zn =70 ppm

No. Pendaftaraan :02.03.2017.075