BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian motivasieprints.umm.ac.id/46952/3/BAB II.pdfc. Kebutuhan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian motivasieprints.umm.ac.id/46952/3/BAB II.pdfc. Kebutuhan...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Motivasi
2.1.1 Pengertian motivasi
Motivasi yaitu suatu dorongan yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Menurut Uno (2007, dalam Nursalam & Efendi, 2008) Motivasi dapat juga
diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan
dengan (1) adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan
kebutuhan untuk melakukan kegiatan, (3) adanya harapan dan cita-cita, (4) penghargaan
dan penghormatan atas diri, (5) adanya lingkungan yang baik , dan (6) adanya kegiatan
yang menarik. Ada tiga yang mempengaruhi motivasi yang saling berkaitan sehingga
berbentik lingkaran yaitu kebutuhan, tujuan, dan tingkah laku. Menurut Djamarah (2002,
dalam Zulkarnain 2013) menjelaskan motivasi terbagi menjadi dua, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik datang dari dalam diri sendiri
umumnya karna kesadaran ibu balita dengan membawa balitanya ke posyandu.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
rangsangan atau dorongan serta pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat
sesuatu.
2.1.2 Fungsi Motivasi
Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu: (1).
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan; (2). Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai,
12
sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan; (3) Menyeleksi perbuatan, yaitu
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai
tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
2.1.3 Teori Motivasi
1. Teori motivasi yang telah dikembangkan oleh Maslow (2003) berpendapat bahwa
manusia mempunyai hirarki kebutuhan, yaitu ;
a. Kebutuhan fisioligis (physiological needs), kebutuhan ini erat kaitannya dengan
kebutuhan mempertahan kan kebutuhan fisiknya seperti rasa lampar, haus,
beristirahat, tempat tinggal dan seks. Menurut Maslow, selama hidupnya setiap
manusia selalu mendambakan sesuatu. Manusia adalah makhluk yang berhasrat
dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna, kecuali untuk suatu yang
terbatas. Ketika satu harat nya terpuaskan maka akan muncul hasrat dan
keinginan yang lain sebagai penggantinya.
b. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam artian fisik sementara akan tetapi
juga mental, intelektual dan psikologikal. Menurut Maslow kebutuhan fisik dan
kebutuhan rasa aman harus terlebih dahulu terpenuhi sebelum beranjak pada
pemenuhan kebutuhan lainnya psikologis. Pada dasarnya kebutuhan rasa aman
ini tertuju pada dua bentuk yaitu kebutuhan keamanan jiwa dan keamanan harta
yang sudah dirasakan manusia sejak kecil ketika ia berada dilingkungannya.
Seperti anak-anak orang dewasa juga membutuhkan rasa aman hanya saja
kebutuhan orang dewasa menjadi lebih kompleks.
13
c. Kebutuhan cinta dan memiliki-dimiliki, setiap orang butuh akan rasa cinta
dicintai dan mencintai oleh sebab itu kebutuhan akan cinta ini suatu hal yang
sangat penting untuk kehidupan seseorang. Maslow mengatakan bahwa semua
orang membutuhkan rasa diingini dan diterima oleh orang lain. Misalnya saja
dalam hubungan pertemenan, berkeluarga, ataupun berorganisasi tanpa adanya
ikatan ini seseorang anak merasa kesepian namun tidak berdampak negatif pada
kepribadian.
d. Kebutuhan akan penghargaan (estem needs), yang pada umumnya tercermin dari
berbagai symbol status. Maslow membagi kebutuhan penghargaan menjadi dua
jenis. Pertama, penghargaan yang didasarkan atas respek terhadap kemampuan,
kemandirian, dan perwujudan kita sendiri. Kedua, adalah penghargaan yang
didasari atas penilaian orang lain. Penghargaan ini dapat dilihat dengan
mengapresiasikan diri dan mempertahankan diri.
e. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan baginya untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri sehingga menjadi
kemampuan yang nyata. Terori maslow menyebutkan bahwa kebutuhan
aktualisasi ini sebagai hasrat untuk menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri.
Karna pada dasarnya manusia memiliki hakikat intrinsik yang baik, dan itu
memungkinkan untuk mewujudkan perkembangan yang sehat sesuai potensinya.
2. Teori ERG (Existence, Relatedness, Grow)
Sebagaimana dikutip dalam Pace & Paules (1998:121-122), mengemukakan tiga
macam kebutuhan, teori kebutuhan ini mirip dengan teori kebutuhan yang
dikemukaan oleh Maslow, umumnya konsep kebutuhan ERG ini merupakan
14
penghalus dari kebutuhan yang dikemukakan oleh Malow, hanya berbeda dalam
dua aspek. Aspek tersebut yaitu: pertama, meskipun urutan kebutuhan serupa,
ide hierarki tidak dimasukan. Dalam teori ERG menyebutkan jika kebutuhan
eksistensi tidak terpenuhi, pengaruhnya mungkin kuat, namun kategori
kebutuhan lain barangkali masih penting dalam mengarahkan perilaku untuk
mencapai tujuan. Kedua, mesikupun suatu kebutuhan bisa terpenuhi kebutuhan
tersebut dapat berlangsung terus sebagai pengaruh terkuat dalam keputusan.
3. Teori motivasi dua faktor
Menurut analisis dari Fredrick Herzberg (1996) tetang motivasi manusia
dalam organisasi dan memperkenalkan teori dua faktor kerena ia membicarakan
tentang dua golongan utama kebutuhan menutup kekurangan dan kebutuhan
pengembangan. Harzberg mengumpulkan data tentang kepuasan dan
ketidakpuasan orang dalam pekerjaan mereka, analisi menimbulakan dua
kumpulan faktor atau dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan
manusia.: (1) Kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasaan kerja, dan (2)
kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja. Faktor yang memenuhi
kepuasaan kerja disebut sebagai motivator, yang meliputi prestasi, tanggung
jawab, penghargaan, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi
pertumbuhan pribadi. Bila faktor ditanggapi dengan baik maka cenderung merasa
puas dan termotivasi, tapi bila faktor tersebut ditanggapi dengan tidak baik maka
cenderung akan merasa tidak puas dan tidak termotivasi. Namun tidak berarti
mereka tidak puas dengan pekerjaan mereka.
15
4. Teori desakan kebutuhan Murray
Teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Henry A. Murray (1983) yang biasa
disebut dengan teori kebutuhan manifestasi atau teori desakan kebutuhan.
Seperti halnya Maslow, Murray meyakini bahwa orang dapat dikelompokan
menurut kekuatan berbagai kebutuhan tersebut. Setiap orang dianggap memiliki
jenis kebutuhan yang berbeda yang kadayang bertentangan dan mepengaruhi
perilaku. Arti kebutuhan disini adalah perhatian sekarang untuk mencapai suatu
sasaran (,McClelland 1971:13).
5. Teori kebutuhan untuk berprestasi McClelland (n-Ach)
Seseorang berprestasi tentu sjaa mempunyai motivasi untuk mencapai
prestasi tersebut, dalam kehidupan psikis manusia mempunyai daya yang mampu
mendorongnya kearah suatu kegiatan yang hebat sehingga, dengan daya tersebut
seseorang dapat mencapai kemajuan yang sangat cepat.. seseorang yang memiliki
n-Ach yang tinggi akan merasa puas dengan hasil kerjanya yang telah dianggap
baik bukan dengan imbalan dari hasil kerjanya.
6. Teori yang Vroom
Teori harapan memiliki tiga aspek pokok, (1)suatu penilaian subjektif
seseorang atas kemungkinan bahwa hasil tertentu akan muncul dari tindakan
yang telah dilakukan. (2) valensi sebagai nilai yang diberikan orang pada suatu
hasil yang diharapkan yang menjadi positif bagi seseorang, motivasi merupakan
hal yang rumit bukan sekedar kebutuhan internal saja. (3) hasil tersebut akan
tercapai dengan usaha yang telah dilakukan seseorang.
16
2.1.4 Teori Proses Motivasi
1. Teori penguatan (Skinner’s Reinforcement theory)
Skinner mengemukakan suatu teori proses motivasi yang disebut operant
conditing. Pembelajaran yang timbul sebagai akibat dari perilaku, yang juga disebut
modifikasi perilaku. Perilaku merupakan operant, yang dapat dikendalikan dan
diubah melalui penghargaan dan hukuman. Perilaku positif yang diinginkan harus
dihargai atau diperkuat, karena penguatan akan memberikan motivasi,
meningkatkan kekuatan dari suatu respons atau menyebabkan pengulangannya.
2. Teori Penghargaan (Victor H. Vroom’s Expectancy theory)
Teori harapan dikembangkan oleh Vroom yang diperluas oleh Porter dan
Lawler. Intinya dari teori harapan terletak pada pendapatan yang mengemukakan
bahwa kuatnya kecendrungan seseorang bertindak bergantung pada harapan
bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan terdapat daya
tarik pada hasil tersebut bagi orang yang bersangkutan. Siagian (2004 dalam
Nursalam & Efendi, 2008)
3. Teori Keadilan (Adam’s Equity theory)
Teori keadilan yang dikembangkan oleh Adam, berdasarkan pada pendapat
puas atau tidaknya seseorang terhadap apa yang dikerjakan merupakan hasil dari
membandingkan antara input usaha, pengalaman, skill, pendidikan dan jam
kerjanya dengan outcome atau hasil yang didapatkan dari pekerjaan tersebut.
Mangkunegara (2005 dalam Nursalam & Efendi, 2008)
.
17
4. Teori Penetapan Tujuan (Edwin Locke’s theory)
Dalam teori yang dikemukakan oleh Edwin Locke, kesimpulan bahwa
penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh terhadap pekerjaan saja, tetapi
juga mempengaruhi orang tersebut untuk mencari cara yang efektif untuk
mengerjakannya. Mangkunegara (2005 dalam Nursalam & Efendi, 2008),
kejelasan tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya
akan menumbuhkan motivasi yang tinggi, tujuan yang sulit sekalipun apabila
ditetapkan sendiri oleh orang yang bersangkutan ataupun ditentukan oleh
organisasi yang membawahinya tetapi dapat diterima sebagai tujuan yang pantas
dan layak dicapai, akan menyebabkan prestasu yang meningkat. Siagian (2004
dalam Nursalam & Efendi, 2008).
2.1.5 Aspek-aspek motivasi
Dari beberapa sumber menjelaskan bahwa motivasi mempunyai aspek utama
yaitu :
1. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan segi pertama dalam motivasi, yang akan timbul dari
diri seseorang apabila ia merasa mempunyai suatu kekurangan dalam dirinya.
Menurut Sigian dalam Muzzaki, 2014, dalam pengertian homeostatic kebutuhan
timbul atau tercipta apabila dirasakan tidak adanya keseimbangan antara apa yang
dimiliki dengan apa yang menurut persepsi individu punya, baik dalam arti
psikologis ataupun fisiologis. Istilah kebutuhan juga menjadiakn suatu keadaan
kurang seperti rasa lapar dan haus serta tempat tinggal, keamanan serta stabilitas
kognitif dan sosial.( Alex Sobur, 2013).
18
2. Dorongan / tingkah laku
Merupakan suatu usaha pemenuhan kekurangan secara terarah. Dorongan
yang berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan oleh
seseorang. Hal ini yang menjadi inti motivasi sebab apabila tidak ada tindakan,
situasi ketidak seimbangan yang dihadapi seseorang tidak akan pernah teratasi.
Doroangan bisa bersumber dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang yang
menjadikan sebuah perilaku tertentu.
3. Tujuan
Tujuan adalah segala sesuatu yang mengurangi dorongan dan
menghilangkan kebutuhan. Tujuan menentukan seberapa aktif seorang individu
akan bertingkah laku, selain ditentukan oleh motif tingkah laku ditentukan oleh
keadaan dari tujuan, jika tujuannya menarik individu cenderung akan lebih aktif
bertingkah laku (Alex, 2013). Dengan kata lain mencapai tujuan berarti
keseimbangan dalam diri seseorang, baik secara psikologis mau pun fisiologis
Dari sumber lain menurut Waruwu (dalam Muzakki,2014) mengatakan bahwa
aspek dari motivasi adalah : (1) Motivasi dapat mendorong perilaku tertentu untuk
dilakukan. (2) Motivasi dapat memicu individu untuk memulai perilaku tertentu. (3)
Motivasi dapat mengarahkan perilaku individu,guna mencapai tujuan tertentu. (4)
Motivasi dapat membuat individu lebih sensitive untuk melakukan perilaku tertentu. Dari
penjelasan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek motivasi yang dirasa
cocok untuk mengungkap latarbelakang motivasi ibu untuk berkunjung keposyandu
balita diwilayah perkotaan dan pedesaan adalah aspek kebutuhan, dorongan perilaku, dan
tujuan.
19
2.2 Konsep Posyandu
2.2.1 Definisi Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk dan upaya kesesehatan bersumberdaya
masyarakat yang dilaksanakan oleh,dari dan bersama masyarakat untuk memperdayakan
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan
bagi ibu, bayi, dan anak balita. Posyandu yang terintegrasi merupakan kegiatan pelayanan
sosial keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanaannya
dilakukan secara integrasi dan saling menguatkan dalam kegiatan dan program untuk
kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan dari di selenggarakannya posyandu adalah untuk memelihara dan menjaga
kesehataan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur. Posyandu direncanakan dan
dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang
KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim pembina
LKMD tingkat kecamatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh
masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat; mau dan mampu bekerja
secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin dan mempunyai cukup waktu
untuk bekerja bagi masyarakat. Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat,
terutama ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta Pasangan Usia Subur (PUS).
Biasanya dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
dan ditentukan masyarakat sendiri.
20
Depkes RI(2011) mengemukakan beberapa prinsip dasar posyandu sebagai
berikut :
1. Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan antara
pelayanan professional dan non-profesional oleh masyarakat
2. Adanya kerja sama lintas program yang baik(KIA, Kb, gizi, imunisasi,
penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Departemen Kesehatan RI dan
BKKBN).
3. Kelembagaan masyarakat desa ( pos desa, kelompok atau pos timbang, pos
imunisasi, pos kesehatan, dan lain-lain).
4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama ( bayi 0-1 tahun, anak balita 1-4 tahun,
ibu hamil, PUS).
5. Pendekatan yang dilakukan adalah pengembangan dan pembangunan kesehatan
masyarakat desa (PKMD).
Depkes RI juga mengemukakan manfaat posyandu sebagai berikut :
1. Bagi masyarakat
Dengan adanya posyandu masyarakat akan mendapatkan berbagai macam informasi
melalui penyuluhab dan diskusi tentang kesehatan bagi ibu,bayi dan balita. Masyarakat
yang memiliki balita akan terpantau pertumbuhannya sehingga tidak mengalami gizi
kurang maupun gizi buruk. Bayi dan balita akan mendapatkan kapsul vitamin A sesuai
dengan jadwal pemberian dan bayi akan memperoleh imunisasi lengkap. Ibu hamil juga
akan terpantau berat badannya dan akan mendapatkan tablet tambah darah ( Fe) serta
imunisasi tetanus toksoid (TT). Ibu pasca melahirakn akan memperoleh vitamin A dan
tablet tambah darah,masyarakat daapt berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang
21
kesehatan ibu,bayi dan balita. Apabila terdapat kelainan pada bayi anak baliya,ibu
hamil,ibu setelah melahirkan serta ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk
kepuskesmas terdekat.
2 Bagi kader
Para kader bisa mendapatkan berbagai informasi kesehatan secara lengkap,
kader juga dapat berperan serta dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
balita dan kesehatan ibu, kader menjadi panutan karena telah mengabdi demi
pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.
2.2.2 Pembentukan Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu)
Pembetukan posyandu dilakukan oleh masyarakat desa/kelurahan yang bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama LIA, KB, imunisasi,
penanggulangan diare, dan gizi pada penduduk setempat. Langkah-langkah pembentukan
Posyandu bisa dialkuakn dengan tahapan sebagai berikut.
1. Pendekatan internal
Pendekatan ini bertujuan untuk mempersiapakan para petugas sehingga bersedia
dan memiliki kemampuan mengelola dan membina posyandu.
2. Pendekat eksternal
Pendekatan ini bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat, terkhusus tokoh
masyarakat, sehingga mereka bersedia mendukung adanya posyandu. Untuk ini
perlu dilakukan beebagai pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat yang
bertempat tinggal didaerah setempat. Dukungan yang diharapakan bisa berupa
moril,material,dan financial. Seperti kesepakatan dan persetujuan dari masyarakat,
bantuan dana, tempat penyelenggaraan serta peralatan posyandu.
22
3. Survey Mawas Diri (SMD)
SMD bertujuan untuk menimbulkan rasa memiliki masyarakat melalui penemuan
sendiri masalah ayng dihadapi serta potensi yang dimiliki. SMD dilakukan
dikakukan masyarakat yang dibimbing oleh petugas kesehatan yang ada
dipuskesmas setempat, dan aparat pemerintahan desa/kelurahan, serta forum
kesehatan yag ada didaerah setempat. Sebelumnya telah dialkukan pemilihan dan
pelatihan anggota yang dinilai mampu melaksanakan SMD. Pelatihan yang
diselenggarakan mencakup penetapan responden, metode wawancara sederhana,
penyusunan dan pengisian daftar pertanyaan serta pengolahan hasil pengumpulan
data. Pengumpulan data wawancara sekurang-kurangnya 30 kepala keluarga yang
terpilih secara acak yang bertempat tinggal di wialyah yang akan dibentuk
posyandu. Hasil SMD adala data tentang maslah kesehatan serta potensi
mastyarakat yang ada didesa/kelurahan.
4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Insiatif penyelenggaraan MMD merupakan dari tokoh masyarakat yang
mendukung pembentukan Posyandu atau Forum Peduli Kesahatan Kecamatan
(jika telah terbentuk). Peserta MMD adalah anggota dari masyarakat setempat,
materi pembahasan adalah hasil SMD serta data kesehatan lainnya. Diharapakn
dari hasil MMD akan ditetapkan daftar urutan masalah dan upaya kesehatan yang
akan dilakukan, yang telah sesuai dengan konsep posyandu. Jika masyarakat
menetapkan masalah dan upaya kesehatan diluar konsep posyandu maka masalah
dan upaya kesehatan tersebut tetap dimasukan dalam daftar urutan ( Depkes
RI, 2011).
23
2.2.3 Tingkat perkembangan posyandu
1. Posyandu Pratama
Posyandu pratama merupakan posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh
kegiatan bulanan. Posyandu pratama belum terlaksana secara rutin serta jumlah
kder yang terbatas yaitu kurang dari lima orang. Sedang frekuensi
penimbangannya kurang dari 8 kali pertahun, pencapaian cakupan 5 propgram
kurang dari 50 persen, dan tidak adanya program tambahan serta belum ada dana
sehat.
2. Posyandu Madya
Posyandu madya adalah posyandu yang sudah bisa melaksanakan kegiatan
posyandu lebih dari 8 kali pertahunm dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang
atau lebih, tetapi hasil cakupan lima kegiatan untamanya kurang dari 50 persen,
serta belum ada program tambahan dan belum adanya dana sehat.
3. Posyandu Purnama
Posyandu madya adalah posyandu yang sudah bsia melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali pertahunm dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang, hasil
cakupan lima kegiatan utama lebih dari 50 persen, seta sudah mampu
melaksanakan program tambahan dan memperoleh sumber dana untuk
pembiayaan yang dikelola oleh masyarakat yang anggotanya masih terbatas yaitu
kurang dari 50 persen KK diwilayah kerja posyandu.
4. Posyandu mandiri
Posyandu mandiri merupakan posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegaitan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima
24
orang atau pun lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50 persen,
mampu menyelenggarakan program tambahan dan telah memperoleh sumber
dana untuk pembiayaan, yang anggotanya lebih dari 50 persen KK yang
bertempat tinggal diwilayah kerja posyandu ( Kementrian Kesehatan RI, 2011).
2.2.4 Penyelenggaraan Posyandu
Dalam penyelenggaraan posyandu , pengelola posyandu dipilih oleh
masyarakat pada saat musyawarah pembentukan posyandu. Pengurus posyandu
juga sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan bandahara. Sehingga
dalam penyelenggaraannya dapat berjalan sesuai fungsi dan tugasnya. Berikut
adalah beberapa Kriteria pengelola posyandu : (1) sukarelawan dan dari tokoh
masyarakat setempat, (2) memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan
mampu memotivasi masyarakat, (3) bersedia bekerja secara suka rela bersama
masyarakat, yang artinya tidak mengharapkan imbalan atas pekerjaannya
diposyandu. Penyelenggaraan posyandu juga tidak kurang dari satu kali sebulan.
Jika memungkinkan posyandu dilakukan lebih dari satu kali dalam sebulan tentu
saja dengan kesepakatan bersama masyarakat tentang hari dan waktunya.
Posyandu berlokasi disetiap desa/kelurahan/RT/RW atau dusun, seta tempat
temapat yang sudah disepakati dan bisa juga tempat khusus yang dibangun oleh
swadaya masyarakat setempat dan menjadi tempat yang strategis. (Kementrian
Kesehatan RI, 2012).
25
2.2.5 Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu terdiri dari beberapa kegiatan utama yaitu :
1. Pemantauan kesehatan ibu dan anak
a. Ibu hamil
Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh
kader kesehatan. Serta ditambah pengukuran tekanan darah dan imunisasi
Tetanus Toksoid yang dilakukan oleh petugas puskesmas. Jika terdapat
ruang pemeriksaan akan ditambah pemeriksaan tinggi fundus/usia
kehamilan. Apabila terdapat kelainan segera rujuk ke puskesmas.
b. Ibu nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui ialah
sebagai berikut:
1) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi ibu nifas, serta perawatan jalan
lahir (vagina).
2) Pemberian tablet besi dan vitamin A
3) Perawatan payudara
4) Senam ibu nifas
5) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umun, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan Lochea jika diposyandu tersedia ruang pemeriksaan serta ada
petugas dari puskesmas. Apabila terdapat kelainan segera rujuk kepuskesmas.
c. Bayi dan Balita
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita
mencakup :
26
1) Penimbangan berat badan
2) Jika ada tenaga kesehatan dari puskesmas maka dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila terdapat
kelainan segera rujuk ke puskesmas.
2. Pelayanan keluarga berencana
Pemberian KB untuk pasangan suami istri dilakukan untuk mengatur
jumlah, jarak dan mengatur kehamilan. Menurut UU Nomor 52 Tahun 2009
tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menjelaskan
bahwa keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur kelahiran anak,
jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, malalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas. Sedangkan tunjuan dari KB menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 program KB bertujuan untuk
mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T(terlalu muda
melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu
tua melahirkan), serta untuk meningkatkan kualitas keluarga agar ttimbur rasa
aman tentram dan harapan masa depan yang lebih baik kesejahteraan lahir dan
kebahagian batin (Kemenkes, 2015).
3. Imunisasi
Pemberian imunisasi merupakan rangakain penting guna untuk
menambah dan mempertahankan kekebalan anak. Imunisasi adalah pemberian
vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tetentu. Manfaat imunisasi bagi anak
guna mencegah penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian. Berikut
27
beberapa jenis rangkaian imunisasi yang wajib diberikan sejak lahir hingga kurang
dari satu tahun usia anak: BCG (Bacillus, Calmette, Guerin), DPT (Difteri, Pertusis,
Tetanus), Polio, Campak, Hepatitis, dan Imunisasi TT(Tetanus Toksoid).
4. Gizi
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusi. Akibat
dari kekurangan gizi akan menyebabkan efek yang cukup serius seperti :
kegagalan pertumbuhan fisik, tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan,
,penurunan produktivitas, menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang
akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian.
5. Penanggulangan Diare
Seperti halnya penyakit batuk dan pilek, diare pada bayi dan balita jugs
bisa karena berbagai macam penyebab, misalnya saja dari makanan yang tercemar
kuman atau virus, keracunan makanan sampai dengan alergi susu. Penaggulangan
dan pencegahan diare diposyandu dengan diadakannya penyuluhab Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta dilakukan penyuluhan pemberian larutan
gula dan garam yang dapat dibuat sendiri dirumah oleh masyarakat atau
pemberian Oralit yang disediakan.
2.3 Konsep ibu dan balita
2.3.1 Pengertian balita
28
Balita merupakan anak yang telah mencapai usia diatas satu tahun atau lebih
sering di sebut sebagai anak bawah lima tahun. Balita salah satu periode usia setelah bayi
sebelum memasuki usia anak awal dengan rentang usia satu sampai dengan lima tahun.
Menurut Sutomo 2010 balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan
anak prasekolah. Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk
melakukan kegiatan yang penting contohnya makan, mandi, buang air, perkembangan
berbicara dan berjalan bertambah baik namun kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di
usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena
itu sering disebut golden age atau masa keemasan. Hal ini sangat diperlukan peran seorang
ibu dikarenakan peran ibu sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
balita selain itu ibu juga memberikan tanggung jawab dalam mengasuh dan menjaga
kesehatan balitanya (Kusmiran, 2010).
Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah
dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada kartu
menuju sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula berat
dan tinggi badannya. Cara lainya yaitu dengan pemantauan status gizi. Pemantauan status
gizi pada bayi dan balita telah dibuatkan standarisasi oleh Harvard University dan
Wolanski. Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya pada diri
balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan (maturasi) kemampuan personal
dan kemampuan (Sutomo,2010).
29
2.4 Konsep Pedesaan dan Perkotaan
2.4.1 Definisi Pedesaan dan Perkotaan
Menurut Simanjuntak (2016) Suatu wilayah dapat disebut sebagai pedesaan
apabila memenuhi unsure-unsur dari pedesaan. Seorang dari ahli pedesaan Prof Bintarto,
Guru Besar Geografi Sosial, pada faktultas Geografi UGM, menemukan bahwa
pengertian desa mengandung tiga unsur utama, yaitu adanya unsure daerah, yaitu tanah
dan ruang yang menjadi tempat atau wadah bagi penduduk. Unsur kedua ialah warga
desa, baik secara perorangan maupun sebagai kelompok, sedangkan unsur ketiga ialah
unsur ikatan antarwarga desa yang berbentuk tata pergaulan atau interaksi sosial di antara
sesama warga.
Perkotaan dapat di definisikan dari berbagai macam kriteria yang ada didaerah
suatu wilayah. Seperti yang dijelaskan oleh Munandar (2014), perkotaan adalah status
suatu wilayah administasi setingkat desa/ kelurahan yang memenuhi criteria klasifikasi
wilayah perkotaan yang terdiri dari penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan
keberadaan/akses pada fasilitas yang dimiliki. UU No. 24/1992 mendefinisikan kawasan
perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
2.4.2 Ciri-ciri pedesaan dan perkotaan
30
Ada beberapa perbedaan antara ciri-ciri perkotaan dan pedesaan,baik dari segi
kegiatan,pemimpin maupun secara sosial. Menurut Waluya (2007) menyebutkan ciri-ciri
pedesaan sebagai berikut:
a. Daerah yang sama dilihat dari segi geografis dan administratif.
b. Nilai sosial yang sama, artinya seluruh anggota masyarakat desa menganut nilai-nilai
sosial yang sama.
c. Kegiatan yang sama terutama dalam sistem mata pencaharian.
Sama halnya dengan ciri-ciri pedesaan perkotaan juga memiliki beberapa ciri-ciri sehingga
suatu wilayah daapt dikatakan sebagai perkotaan.
a. Suatu tempat disebut kota apabila penduduk atau masyarakatnya dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar local.
b. Masyarakat perkotaan bertempat tinggal ditempat-tempat yang strategis untuk dua
kebutuhan penting,yaitu perkonomian dan pemerintahan.
c. Struktur hidup diperkotaan yang mencakup keanekaragaman penduduk,ras,etnis,dan
budaya.
d. Kota merupakan kumpulan kelompok sekunder, seperti asosiasi pendidikan, partai
politik, pemerintahan dan perekonomian.
e. Pergaulan hidup penduduk kota bersifat individualisme, setiap orang tidak
bergantung kepada orang lain.
f. Terdapat pemukiman yang terbagi dalam beberapa lokasi atau blok sesuai dengan
jenis pekerjaan orang yang menempatinya, seperti daerah pertokoan, daerah
kemiliteran, dan daerah kumuh.
31
g. Kesenjangan sosial dalam kehidupan masyarakat tampak secara jelas yang tergambar
dalam sarana dan prasaran kehidupan penduduk.
h. Pola piker bersifat rasional dan cenderung disesuaikan dengan situasi yang
berkembang dimasyarakat.
i. Memiliki jiwa urbanisme, sikap dan perilaku masyarakt kota selalu berubah mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.4.3 Ciri ciri pedesaan dan perkotaan menurut perilaku masyarakatnya
Kehidupan masyarakat pedesaan akan berbeda dengan kehidupan masyarakat
perkotaan dapat dilihat dari gaya hidup, pandangan hidup, perilaku serta kelembagaan
masyarakat dan kepemimpinannya. Begitu pula dengan struktur social , proses sosialnya,
mata pencaharian, pola perilaku juga berbeda dengan masyarakat perkotaan. Ada
beberapa ciri yang pada masyarakat kota yaitu :
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan
di desa.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu
3. Pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-
batas yang nyata
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak
diperoleh warga kota dari pada warga desa
5. Interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan
daripaa faktor pribadi
32
6. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar
kebutuhan individu
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Sedangkan ciri-ciri pada masyarakat pedesaan yaitu antara lain
1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih
mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar
batas wilayahnya.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
4. Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adapt
istiadat, dan sebagainya.
2.4.4 Faktor yang mempengaruhi motivasi kunjungan keposyandu pada ibu
balita diperkotaan dan pedesaan
Menurut Minta (2012), motivasi ada dua faktor yaitu faktor intrinsik
datang dari dalam diri individu dan faktor ektrinsik yan datang dari lingkungan.
Motivasi intrinsik sering kali dipengaruhi oleh pembawaan individu sendiri,
harapan dan keinginan individu, pengalaman masa lalu, serta tingkat
pendidikannya. Sedangkan motivasi eksternal seringkali dipengaruhi oleh luar diri
misalnya lingkungan yang mencakup dorongan dan dukungan dari orang lain,
pengaruh sosial ekonomi seperti jarak tempat tinggal dengan posyandu.
1. Faktor internal
a. Pengalaman masa lalu
33
Pengalaman masalalu juga disebut faktor yang memperkuat terjadinya
perilaku ibu dalam berkunjung keposyandu. Perilaku berawal dari adanya
pengalaman sesorang serta fakta-fakta dari lingkungan,baik fisik, ataupun
nonfisik. Kemudian pengalaman itu dipersepsikan dan diyakini sehinggal
menimbulkan motivasi dan niat untuk bertindak sehingga akhirnya
berwujud berupa perilaku.
b. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan juga menentukan mudah tidaknya seseorang
memahami serta menyerap informasi yang mereka peroleh. Tinggi
rendahnya pendidikan seseorang erat kaitannya dengan aktifnya ibu yang
mempunyai balita yang berkunjung keposyandu, kesadaran terhadap
pentingnya program posyandu yang bermanfaat bagi kesehatan balitanya.
c. Tingkat pengetahuan
Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dimilikinya.
Susianto (2010) menyebutkan bahwa, pengetahuan ibu yang baik akan
berpengeruh terhadap pemberian gizi dan kesehatan untuk anaknya sehingga
ibu balita pun akan selalu rutin memeriksakan perkembangan balita
keposyandu.
d. Faktor fisik
Faktor fisik merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik
misalnya status gizi dan status kesehatan. jika para ibu balita merasa balitanya
dalam status kesehatan yang baik dan tidak ada keluhan maka mereka
menganggap tidak perlu melakukan pemeriksaan kesehatan. sehingga faktor
34
fisik anaknya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dorongan ibu
untuk pergi ke posyandu.
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan
Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua
daya,benda,dan makhluk hidup,termasuk didalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan hidup dari makluk lain dan
kesejahteraan manusia lainnya. Lingkungan sering kali mempengaruhi pola
pikir individu untuk melakukan suatu yang sehingga dapat mendorong ibu
untuk membawa anak nya ke posyandu.
b. Dorongan
Faktor yang berasal dari luar individu ini berupa stimulus membantu
mengubah sikap, stimulus dapat bersifat langsung atau tidak langsung
mislanya individu dengan kelompoknya atau dengan keluarganya. Misalnya
saja faktor dorongan dari suami yang menginginkan anak nya diperiksakan
maka ibu balita pun termotivasi untuk mengunjungi dan membawa anak nya
ke posyandu, serta dorongan dari para kader, tokoh masyarakat dan petugas
kesehatan yang memberikan stimulus kepada ibu balita untuk berkunjung ke
posyandu
c. Jarak tempat tinggal
Jarak tempat tinggal sangat mempengaruhi ibu balita untuk berhadir
dalam kegiatan posyandu. Ketidakhadiran ibu keposyandu dikarenakan jarak
tempat tinngal meraka yang jauh dengan posyandu.
35
d. Media
Media merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi seseorang untuk
termotivasi. Media sebagai sarana untuk mendapatkan pesan dan informasi
mengenai kesehatan, mungkin karena pada era globalisasi ini hampir dari
waktu yang dihabiskan adalah berhadapan dengan media informasi, baik itu
media cetak maupun elektronika sehingga sasaran dapat meningkatkan
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke
arah yang positif terhadap kesehatan. diharapkan masyarakat setelah melihat
serta membaca media tersebut akan termotivasi untuk mengunjungi
posyandu yang ada disekitar tempat tinggal mereka.
e. Sarana dan prasarana
Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan dan segala yang
memudahkan dengan tersedianya sarana-sarana yang dibutuhkan untuk hal-hal
yang diinginkan. Misalnya tersedianya fasilitas pendukung motivasi ibu untuk
berkunjung keposyandu.
2.4.5 Konsep hubungan faktor motivasi dengan kunjungan ke posyandu pada
ibu balita
Menurut Notoadmojo dalam Susi 2013 struktur keluarga dapat mempunyai
pengarauh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu keluarga. Dukungan
keluarga sangat berperan dalam memelihara dan mempertahankan status kesehatan balita
yang optimal. Keluarga juga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan kesehatan kepada keluarga.
36
Menurut hasil penelitian Susi (2013) melalui pengetahuan seseorang akan
mengetahui bahwa sesuatu itu baik dan bermanfaat bagi diriinya maupun anggota
keluarganya, sehingga jika seseorang mengetahui sesuatu itu baik bagi dirinya dan
keluarganya, maka akan mendorong seseorang itu untuk melakukan sesuatu seperti yang
diketahuinya tersebut. Mereka yang tidak mengetahui manfaat serta untung rugi tentang
posyandu tidak akan terdorong atau tergerak untuk melakukan sesuatu meski bermanfaat
baginya.