BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1...

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain, morfologi tumbuhan, kandungan kimia, kasiat dan kegunaan. 2.1.1 Klasifikasi tumbuhan Tumbuhan ubi jalar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 1997): Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Solanales Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea Spesies : Ipomoea batatas L. 2.1.2 Nama lain: Indonesia : Ubi jalar (nama umum), ketela, ketela rambat, telo rambat (Jawa), patatas (Papua), mantang (Sunda). Inggris : Sweet potato. Melayu : Ubi keledek. Thailand : Phak man thet. Pilipina : Kamote. Jepang : Satsumaimo, Caiapo. 2.1.3 Morfologi tumbuhan Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain, morfologi

tumbuhan, kandungan kimia, kasiat dan kegunaan.

2.1.1 Klasifikasi tumbuhan

Tumbuhan ubi jalar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana,

1997):

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas L.

2.1.2 Nama lain:

Indonesia : Ubi jalar (nama umum), ketela, ketela rambat, telo rambat (Jawa), patatas (Papua), mantang (Sunda).

Inggris : Sweet potato. Melayu : Ubi keledek. Thailand : Phak man thet. Pilipina : Kamote. Jepang : Satsumaimo, Caiapo.

2.1.3 Morfologi tumbuhan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

Secara morfologi tumbuhan ubi jalar adalah tumbuhan merambat yang

bercabang, batang gundul atau berambut, kadang-kadang membelit dan bergetah.

Panjang batang sampai lima meter, tangkai daun 4-20 cm, helai daun lebar, mulai

bentuk telur sampai membulat dengan pangkal yang berbentuk jantung atau

terpancung rata, bersudut sampai berlekuk. Karangan bunga diketiak daun, bentuk

payung. Daun pelindung kecil dan rontok. Daun kelopak memanjang bulat telur

dan runcing. Mahkota terluar paling kecil berbentuk lonjong sampai bentuk

terompet. Warna bunga ungu muda, panjang 3-4 cm. Benang sari tertanam tidak

sama panjangnya. Tangkai putik bentuk benang, kepala putik bentuk bola

rangkap. Buah kotak bentuk telur. Ditanam pada ketinggian 2-2.000 m di atas

permukaan laut. Kadang-kadang menjadi liar. Pada tumbuhan ubi jalar (Ipomoea

batatas L) cadangan makanan disimpan terutama didalam umbi.

2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan

Daun ubi jalar biasa digunakan sebagai sayuran. Tumbuhan ubi jalar juga

merupakan sumber vitamin dan mineral, vitamin yang terkandung dalam

tumbuhan ubi jalar antara lain vitamin A, vitamin C, thiamin (vitamin B1), dan

riboflavin. Sedangkan mineral diantaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (P), dan

kalsium (Ca). Kandungan lainnya adalah protein, lemak, serat kasar dan abu

(Kumalaningsih, 2006).

2.1.5 Khasiat dan kegunaan tumbuhan

Daun ubi jalar digunakan sebagai obat diabetes melitus, obat luka akibat

terluka benda tajam, untuk obat rambut rontok dan kebotakan, obat kanker,

antioksidan dan sebagai obat mata (Islam.I). Daun ubi jalar digunakan sebagai

obat diabetes yaitu dengan cara merebus 100 gram daun dengan 1 liter air sampai

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

airnya tinggal 500 ml, kemudian air rebusan diminum . Selain dari itu daun ubi

jalar bisa digunakan untuk sayur sedangkan umbinya bisa digunakan untuk

berbagai macam makanan (Setiawan, 2009).

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan

yang telah dikeringkan. Simplisia dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu

simplisia nabati, hewani, dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang

berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia hewani

berupa zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat-zat

kimia murni. Simplisia mineral merupakan simplisia yang berasal dari bumi, baik

telah diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni.

2.3 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut

diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

2.3.1 Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif suatu simplisia

dengan menggunakan pelarut tertentu. Pemilihan metode ekstraksi dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tumbuhan, sifat kandungan zat aktif serta

kelarutan dalam pelarut yang digunakan. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan

senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam pelarut non

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

polar. Ekstraksi bertingkat secara umum dilakukan secara berturut-turut mulai

dengan pelarut non polar (n-heksana), lalu pelarut kepolarannya menengah (diklor

metan atau etilasetat) kemudian pelarut bersifat polar (metanol atau etanol)

(Harborne, 1987). Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi

2 yaitu cara dingin dan cara panas.

2.3.1.1 Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan cara perendaman

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan. Maserasi sering digunakan dalam penelitian karena cara ini

tidak merusak zat kandungan simplisia. Proses ini sangat menguntungkan karena

dengan perendaman sampel tanaman akan mengakibatkan pemecahan dinding sel

dan membran sel akibat perbedaaan tekanan antara di dalam sel dan di luar sel

sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam

pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama

perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut dalam proses maserasi akan

memberikan efektifitas yang tinggi dalam memperhatikan kelarutan senyawa

bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum, pelarut etanol merupakan

pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik

bahan alam karena dapat melarutkan golongan metabolit sekunder seperti

alkaloid, tanin, flavonoid (Anonim, 1993). Lebih lanjut, untuk bahan serbuk dari

tumbuhan dapat juga diekstraksi dengan n-Heksana untuk memecahkan

kandungan lemaknya dan dengan pelarut etil asetat atau etanol untuk kandungan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

phenolnya. Namun pendekatan ini tidak cocok dengan senyawa-senyawa yang

sensitif terhadap panas.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umunya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari

tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan atau penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat).

2.3.1.2 Cara Panas

a. Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus diatas penangas air mendidih, temperatur terukur 90o

a. Dekoktasi

C) selama 15

menit. Cara ini biasa digunakan untuk zat yang akan diekstraksi tahan pemanasan.

Jika tidak ada ketentuan lain infus biasanya disaring panas.

Dekoktasi adalah sama dengan infundasi pada waktu yang lebih lama (≥

30 menit).

b. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

dilakukan dengan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi berkelanjutan dengan

jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Keuntungan cara ini

adalah pelarut yang digunakan lebih sedikit dan pelarut murni sehingga dapat

menarik senyawa dalam simplisia lebih banyak dalam waktu lebih singkat

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

dibanding dengan maserasi atau perkolasi. Kerugian cara ini adalah tidak dapat

digunakan untuk senyawa-senyawa termo labil (Harborne, 1987).

c. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umunya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali.

d. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukkan kontinyu) pada

temperatur ruangan (kamar).

2.4 Pengaturan Kadar Glukosa Dalam Darah

Pengaturan kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh organ-organ

tertentu yang paling penting adalah pankreas dan hati.

a. Pankreas

Pankreas adalah suatu organ lonjong kira-kira 15 cm, yang terletak

dibelakang lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini terdiri dari jaringan

eksokrin dan endokrin. Sel endokrin mensekresikan beberapa jenis hormon. Jenis

hormon yang paling banyak dijumpai adalah sel-α (mensekresikan hormon

glukagon), sel-ß (mensekresikkan hormon insulin), sel-D (memproduksi

somatostatin), dan sel yang bekerja memproduksi pankreas polipeptida (Tan dan

Raharja, 2002). Hormon yang berperan paling penting dalam pengaturan glukosa

darah adalah glukagon dan insulin. Fungsi utama insulin adalah menurunkan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

kadar glukosa darah, sedangkan glukagon bekerja meningkatkan glukosa darah

dengan cara mengubah glikogen menjadi glukosa (Faigin, 2001).

b. Hati

Hati merupakan organ utama yang menstabilkan keseimbangan glukosa

antara absorbsi dan penimbunannya sebagai glikogen (Tan dan Raharja, 2002).

Pada keadaan setelah makan, sebanyak dua pertiga glukosa yang diabsorbsi dari

usus segera disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Jika glukosa tidak memasuki

tubuh selama beberapa jam, glikogen hati diubah atas perintah glukagon (yang

mengaktifkan enzim pengubah glikogen, phosporilase). Degradasi glikogen

menghasilkan glukosa, yang kemudian dilepaskan kedalam aliran darah sehingga

konsentrasi dalam darah meningkat. Sebagai reaksi dari kegiatan glukagon yang

menaikkan glukosa darah, insulin diproduksi untuk membawa glukosa yang baru

saja dilepaskan kedalam aliran darah menuju sel-sel tubuh. Hal ini mempercepat

turunnya glukosa darah, jika masukan karbohidrat ditiadakan, aksi hormon-

hormon ini secara perlahan menghilang karena glikogen hati habis (Faigin, 2001).

c. Insulin.

Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai

polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Disintesis sebagai protein

perkusor yang mengalami pemisahan proteolik untuk membentuk insulin dan

peptida C keduanya disekresi oleh sel β-pankreas. Sekresi insulin diatur tidak

hanya oleh kadar glukosa darah tetapi juga oleh hormon lain dan mediator

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

autonomik sekresi insulin dipacu karena kadar glukosa dalam darah meningkat

dan di fosfolirasi dalam sel β-pankreas.

Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping yang paling serius dan

umum dari kelebihan dosis insulin. Diabetes jangka lama sering tidak

memproduksi sejumlah hormon yang menghalangi pengaturan insulin (glukagon,

epineprin, kortisol dan hormon pertumbuhan) yang secara normal memberikan

pertahanan efektif terhadap hipoglikemia reaksi samping lainnya berupa

klipoodistrofi dan reaksi alergi (Price dan Wilson, 2006).

2.5 Diabetes melitus

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya

hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme khususnya karbohidrat di dalam

tubuh karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Kekurangan insulin relatif

terjadi jika produksi insulin tidak sesuai dengan kebutuhannya, kerja insulin pada

sel yang dituju diperlemah oleh antibodi insulin, jumlah reseptor insulin pada

organ yang dituju berkurang atau ada cacat reseptor insulin sedangkan

kekurangan insulin absolut terjadi jika pankreas tidak mampu untuk

mensekresikan insulin. Gejala diabetes melitus berupa poliuria (sering buang air

kecil), polidipsia (banyak minum), berat badan menurun walaupun polifagia

(banyak makan) dan rasa lemas (Mutschler, 1999).

2.5.1 Klasifikasi DM

Klasifikasi diabetes melitus dan kategori lain intoleransi glukosa

berdasarkan National Diabetes Data Group of the National Institutes of Health

adalah:

a. Diabetes melitus (DM)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

i. Diabetes melitus tipe I tergantung insulin (DMTI)

Penderita tipe ini umumnya timbul pada masa kanak-kanak. Pada diabetes

melitus tipe I terdapat destruksi dari sel-sel-ß pankreas, sehingga tidak

memproduksi insulin lagi dengan akibat sel-sel tidak bisa menyerap glukosa

dan glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar

glukosa darah akan meningkat.

ii. Diabetes melitus tipe II tidak tergantung insulin (DMTII)

Diabetes tipe II lebih sering dijumpai dibandingkan dengan diabetes melitus

tipe I dan biasanya penderita berusia di atas 40 tahun dan disertai kegemukan.

Pada diabetes melitus tipe II jumlah insulin yang diproduksi normal tetapi

jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel sedikit sehingga sel

akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat

menyebabkan terjadinya hiperglikemia.

iii. Diabetes melitus tipe lain yang berkaitan dengan sindroma tertentu seperti

penyakit pankreas, penyakit hormonal, obat/bahan kimia dan kelainan

reseptor.

b. Gangguan toleransi glukosa

i. Gangguan toleransi glukosa pada orang yang tidak gemuk

ii. Gangguan toleransi glukosa pada orang yang gemuk

iii. Gangguan toleransi glukosa yang berkaitan dengan sindroma tertentu.

c. Diabetes Melitus pada kehamilan

Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah keadaan diabetes atau

intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan dan biasanya berlangsung

hanya sementara atau temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

DMG dan umumnya terdeteksi pada atau setelah trisemester kedua. Kebanyakan

kembali normal setelah melahirkan, tetapi 30% - 50% berkembang menjadi DM

type 2 atau intoleransi glukosa. Kontrol metabolisme yang ketat dapat mengurangi

resiko tersebut.

2.5.2 Penyebab diabetes

Diabetes melitus dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut

(Soegondo, 2002):

a. Kelainan fungsi sel-sel ß pankreas yang bersifat genetik (menurun)

Faktor genetik/keturunan biasanya memegang peranan penting pada

mayoritas penderita diabetes melitus.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dapat mengubah integritas dan fungsi sel ß-pankreas

pada individu yang rentan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

i. Agen yang dapat menimbulkan infeksi virus seperti virus penyebab

penyakit gondongan dan coxackievirus B4

ii. Obesitas

. Virus ini kemungkinan

berperan sebagai pemicu terhadap destruksi pulau Langerhans

secara langsung atau secara autoimun.

Obesitas berkaitan dengan resistensi insulin menyebabkan

kemungkina besar gangguan toleransi glukosa dan diabetes melitus tipe II.

c. Faktor demografi

Faktor demografi yaitu jumlah penduduk meningkat, penduduk berumur di

atas 40 tahun meningkat dan adanya urbanisasi merupakan penyebab

diabetes melitus terutama tipe II.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

d. Gangguan sistem imunitas

Gangguan sistem imun mungkin merupakan dasar timbulnya diabetes pada

orang-orang tertentu. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas disertai

pembentukan sel-sel antibodi terhadap sel-sel ß pankreas dan akhirnya

akan menyebabkan kerusakan sel-sel pensekresi insulin.

2.5.3 Diagnosis diabetes

Kriteria yang biasa digunakan untuk menegakkan diagnosis diabetes

mellitus adalah dari gejala yang timbul dan glukosa plasma. Adapun gejala

diabetes ditandai dengan poliuria, polidipsia serta penurunan berat badan

walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan). Gejala lainnya adalah

glikosuria, ketosis, asidosis dan koma. Untuk parameter glukosa plasma,

American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan parameter glukosa

puasa sebagai acuan utama untuk mendiagnosis diabetes melitus pada orang

dewasa. Namun selain itu bisa juga ditetapkan dari glukosa plasma sewaktu

maupan 2 jam setelah mengkonsumsi glukosa. Jika nilai glukosa plasma masih

belum dapat ditentukan dengan tegas, maka pengujian dapat diulangi pada hari

yang berbeda (Triplitt, dkk., 2005).

Tabel 2.1 Diagnosis diabetes melitus

Parameter Normal (mg/dl)

Gangguan (mg/dl)

Diabetes Melitus (mg/dl)

Glukosa plasma puasa < 100 100-125 ≥ 126

Glukosa plasma 2 jam setelah uji

tolerensi glikosa

< 140

140-199

≥ 200

2.5.4 Pengobatan Diabetes Melitus

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

Pengobatan diabetes melitus pada dasarnya ada 3 hal yaitu diet, olah raga

dan obat-obatan. Dalam penanggulangan diabetes melitus, obat hanya merupakan

pelengkap dari diet. Obat hanya perlu diberikan bila pengaturan diet secara

maksimal tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Peranan diet dalam

pengobatan diabetes sangat besar, oleh karena itu bila dengan diet saja tidak

berhasil boleh diberikan insulin, sedang antidiabetik oral hanya diberikan pada

penderita bila benar-benar dibutuhkan (Ganiswara, 1995). Obat yang sering

digunakan dalam mengatasi penyakit diabetes melitus adalah insulin dan non

insulin.

a. Insulin (parentral)

Pemberian insulin dilakukan apabila pankreas dari pasien tidak dapat bekerja

memproduksi insulin secara maksimal. Insulin tidak dapat digunakan secara oral

karena dirusak oleh enzim-enzim protease di lambung, maka selalu diberikan

secara parentral.

Insulin parentral ada 4 tipe:

i. Rapid acting (reaksi cepat), contoh Aspart, onset 15-30 menit, puncak 1-2

jam, durasi 3-5 jam, durasi maksimum 5-6 jam. Lispro, onset 15-30 menit,

puncak1-2 jam, durasi 3-4 jam, durasi maksimum 4-6 jam.

ii. Short–acting (kerja singkat) contoh,Reguler, onset 0,5-1,0 jam, puncak 2-3

jam, durasi 3-6 jam, durasi maksimum 6-8 jam.

iii. Intermediate–acting (kerja sedang) contoh, Lente, onset 3-4 jam, puncak 6-

12 jam, durasi 12-18 jam, maksimum20 jam.6-10 jam, puncak 10-16

iv. Long-acting (kerja panjang) contoh, Ultralente, onset 6-10 jam, puncak 10-

16 jam, durasi 18-20 jam, durasi maksimum 24 jam (DiPiro, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

b. Obat antidiabetik oral

Obat antidiabetik oral digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu

i. Golongan sulfonilurea

Golongan ini bekerja dengan merangsang produksi insulin pada sel ß

pankreas untuk mempertinggi sekresi insulinnya. Oleh karena itu, obat

golongan sulfonilurea ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe II

yang sel-sel-ß pulau Langerhansnya masih dapat berfungsi karena merangsang

sekresi insulin di pankreas. Obat-obat yang termasuk golongan sulfonylurea

seperti klorpropamida, tolbutamid, glibenklamid, asetoheksamida dan lain-lain

(Katzung, 1998).

ii. Golongan biguanida

Golongan biguanida berbeda dengan sulfonilurea karena tidak

merangsang sekresi insulin. Golongan biguanida bagi penderita obesitas

refrakter dimana hiperglikemianya disebabkan karena kerja insulin yang tidak

efektif, sebagai terapi kombinasi dengan golongan sulfonilurea bila dengan

sulfonilurea gagal diobati dan sebagai terapi kombinasi dengan insulin

(Katzung, 1998). Golongan biguanida mempunyai mekanisme kerja sebagai

berikut : mengurangi glukoneogenesis di hati, memperlambat absorbsi glukosa

dari saluran pencernaan dan peningkatan penyerapan glukosa di jaringan

perifer.

iii. Penghambat α-glukosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α-

glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

glukosa dan menurunkan hiperglikemia. Obat ini tidak menyebabkan

hipoglikemia. Absorbsinya sangat sedikit dan efek samping utama adalah

perut kembung, diare dan kram abdominal. Contoh obat yang termasuk dalam

golongan ini adalah akarbose, pemakaiannya per oral sebagai obat aktif pada

pengobatan penderita DMTI dan sebagai tambahan memungkinkan dengan

insulin pada DMTI. Akarbose menghambat a glukosidase pada vili- vili usus

sehingga menurunkan absorbsi glukosa. Tidak seperti obat oral hipoglikemik

lainnya, akarbosa tidak merangsang pelepasan insulin dari pankreas (Mycek,

2001).

iv. Golongan thiazolidinediones

Thiazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek

farmakologis meningkatkan sensitivitas insulin. Dapat diberikan secara oral.

Obat ini bekerja dengan jalan mengurangi produksi glukosa di hati. Golongan

obat ini baru mulai dicoba dan belum beredar di pasaran. Obat yang termasuk

ke dalam golongan ini adalah pioglitazone dan rosiglitazone.

v. Golongan miglitinida

Kelompok obat terbaru ini bekerja menurut suatu mekanisme khusus

yaitu mencetuskan pelepasan insulin dari pankreas segera sesudah makan.

Miglitinida harus diminum sebelum makan dan karena resorpsinya cepat,

maka mencapai kadar darah puncak dalam 1 jam. Insulin yang dilepaskan

menurunkan glukosa darah secukupnya. Obat yang termasuk golongan

miglitinida adalah repaglinida (Tan dan Raharja, 2002).

2.6 Penilaian Pengontrolan Glukosa

2.6.1 Metode Pengontrolan Glokusa

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

Metoda yang digunakan untuk pengontrolan glukosa pada semua tipe

diabetes adalah pengukuran glikat hemoglobin. Hemoglobin pada keadaan normal

tidak mengandung glukosa ketika pertama kali keluar dari sumsum tulang. Selama

120 hari masa hidup hemoglobin didalam eritrosit normalnya hemoglobin sudah

mengandung glukosa. Bila kadar glukosa meningkat di atas normal, maka jumlah

glikat hemoglobin juga akan meningkat karena pergantian hemoglobin yang

lambat, nilai hemoglobin yang tinggi menunjukkan bahwa kadar glukosa darah

tinggi selama 4 hari hingga 8 minggu.

2.6.2 Kadar glukosa

Kadar glukosa serum puasa normal adalah 70 sampai 110 mg/dl.

Hiperglikemi didefenisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari

110 mg/dl, sedangkan hipoglikemi bila kadarnya lebih rendah dari 70 mg/dl.

Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir semuanya diabsorbsi oleh

tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi kadar ini. Jika

glukosa keluar bersama urin, maka keluarnya glukosa dalam urin merupakan

pertanda DM (Price dan Wilson, 2006).

2.7 Streptozotocin

Streptozotocin dengan nama IUPAC 2-deoxy-2[(methylnitrosoamino)-

carbony-L-amino)-D-glukopyranose] Memiliki rumus molekul C8H15N3O7

Streptozotocin adalah senyawa yang dihasilkan dari Streptomyces

acromogenes yang merupakan suatu senyawa nitroso urea analog glukosa.

Streptozotocin mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan keton.

Dalam penelitian digunakan sebagai penginduksi diabetes pada hewan coba. Obat

dengan berat molekul 265,22.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

ini mempunyai spesifitas yang tinggi terhadap sel-β. Penyuntikan secara

intraperitonial dosis 55 mg/kg bb, dosis tunggal akan menyebabkan hiperglikemia

secara cepat (Mc Neill, 1999). Streptozotocin mempunyai aktivitas anti-

neoplasma dan antibiotik spektrum luas. Streptozotosin dapat secara langsung

merusak masa kritis sel-β-Langerhans atau menimbulkan proses autoimun

terhadap sel-β. Streptozotocin menginduksi diabetes pada berbagai spesies hewan

sehingga menyerupai adanya hiperglikemik pada manusia. Efek ini secara

ekstensif sudah kelihatan dengan adanya penurunan sel beta nicotinamide adenine

dinucleotide (NAD+) dan menghasilkan perubahan histopatologi sel beta

pankreas. Streptozotocin secara efektif dapat menginduksi diabetes pada kelinci

yang ditandai dengan polidipsia, poliuria, polipagia dan hiperglikemia

STZ menembus sel-β-Langerhans melalui tansporter glukosa GLUT 2.

Aksi STZ intraseluler menghasilkan perubahan DNA sel-β pankreas. Alkilasi

DNA oleh STZ melalui gugus nitrosourea mengakibatkan kerusakan pada sel-β

pankreas. STZ merupakan donor NO (nitric oxide) yang mempunyai kontribusi

terhadap kerusakan sel tersebut melalui peningkatan aktivitas guanil siklase dan

pembentukan cGMP. NO dihasilkan sewaktu STZ mengalami metabolisme dalam

sel. Selain itu, STZ juga mampu membangkitkan oksigen reaktif yang mempunyai

peran tinggi dalam kerusakan sel-β-pankreas. Pembentukan anion superoksida

karena aksi STZ dalam mitokondria dan peningkatan aktivitas xantin oksidase.

Dalam hal ini, STZ menghambat siklus Krebs dan menurunkan konsumsi oksigen

mitokondria. Produksi ATP mitokondria yang terbatas selanjutnya mengakibatkan

pengurangan secara drastis nukleotida sel-β pancreas. Streptozocin adalah

senyawa penghasil radikal Nitric Oxide dan radikal Hydroxil dalam jumlah besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

Streptozotocin menghasilkan efek sitotoksiknya melalui pemutusan

spontan menjadi gugus pengalkilasi dan pengkarbonilasi. Obat ini khususnya

bermanfaat pada pengobatan tumor sel beta pankreas fungsional yang ganas. Obat

ini mempengaruhi sel-sel pada semua tahap dalam siklus sel mamalia. Absorpsi

dan sekresi streptozotocin diberikan secara parenteral setelah pemberian infus

intravena 200-1600 mg/m2, konsentrasi puncak dalam plasma adalah 30-40

μg/ml. waktu paruh obat tersebut mendekati 15 menit. Hanya 10-20% dosis yang

ditemukan kembali dalam urin (Goodman dan Gilman, 1998).

2.8 Metformin

Rumus Metformin Hidroklorida (C4H11N5

Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan dalam

kloroforom, sukar larut dalam etanol.

.HCl) dengan BM 165,6

(Gambar 2.1). Pemerian Serbuk hablur putih, tidak berbau atau hampir tidak

berbau, higroskopik.

Gambar 2.1 Rumus bangun Metformin.

Metformin adalah obat hipoglikemik oral yang termasuk kedalam

golongan biguanida. Penggunaan utama metformin untuk pengobatan pada DM

tipe 2, terutama pada orang yang mengalami obesitas (Katzung, 2007).

Kerjanya dalam menurunkan glukosa darah tidak menyebabkan ransangan

sekresi insulin. Mekanisme kerjanya meliputi stimulasi glikolisis dan tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian tumbuhan 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39081/4/Chapter II.pdf · Uraian tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhanan, nama lain,

langsung pada jaringan perifer dengan peningkatan pengeluaran glukosa dari

darah, mengurangi glukoneogenesis hati, memperlambat absorbsi glukosa dari

saluran pencernaan, pengurangan kadar glukagon plasma dan meningkatkan

pengikatan insulin pada reseptor insulin (Katzung, 2007).

Metformin mempunyai waktu paruh 1,5–3 jam, tak terikat protein plasma,

tidak dimetabolisme dan diekskresi oleh ginjal sebagai senyawa aktif. Kerjanya

pada glukoneogenesis di hati dan diduga mengganggu ambilan asam laktat oleh

hati (Ediningsih, 2006).

Metformin diabsorbsi dengan lambat dan tidak mengalami metabolisme

dan dibersihkan dari tubuh dengan sekresi tubular dan diekskresikan lewat urin

dalam bentuk yang tidak berubah. Metformin dikontra indikasikan untuk orang-

orang dengan kondisi yang dapat meningkatkan resiko asidosis laktat (metabolik),

termasuk kelainan ginjal (kadar kreatinin lebih dari 150 µmol/l), kelainan paru-

paru dan hepar. Kegagalan jantung kongestif juga meningkatkan resiko asidosis

laktat dengan metformin.

Efek samping yang paling sering pada metformin yaitu kelainan pada

gastrointestinal, termasuk diare, mual, muntah dan peningkatan flatus. Pontensial

yang paling serius dari efek samping penggunaan metformin adalah asidosis

laktat, meskipun begitu ini sangat jarang dan kebanyakan kasus berkaitan dengan

kondisi komorbid.

Universitas Sumatera Utara