BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. -...
-
Upload
duongtuong -
Category
Documents
-
view
223 -
download
6
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. -...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sungai
Sungai merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan yang ada dibumi. Baik
manusia, hewan dan tumbuhan semua mahluk hidup memerlukan air untuk dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sungai mengalir dari hulu ke hilir bergerak dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah. Air sungai berakhir di laut sehingga air yang tadinya terasa
tawar menjadi asin terkena zat garam di laut luas (Muzamil, 2010).
Air sungai termasuk dalam air permukaan yang banyak digunakan oleh masyarakat.
Pada masyarakat pedesaan, air sungai masih digunakan untuk mencuci, mandi, sumber air
minum, dan juga pengairan sawah. Menurut Diana Hendrawan, “Sungai banyak digunakan
untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, sarana transportasi, pengairan
sawah, keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, daerah tangkapan air,
pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan, dan juga sebagai tempat
rekreasi” (Bonitawenas, 2011).
2.2. Kualitas Perairan Sungai
Kualitas air sungai menurut Alaerts dan Santika (1987) sangat tergantung pada
komponen penyusunnya dan banyak dipengaruhi oleh masukan komponen yang berasal dari
pemukiman. Perairan yang melintasi daerah pemukiman dapat menerima masukan bahan
organik yang berasal dari aktivitas penduduk. Dengan demikian ekosistem sungai
keberadaannya terkait integral dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik disekitarnya.
Menurut Riyadi (1984) parameter-parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air
meliputi sifat fisik, kimia, dan biologis. Parameter-parameter tersebut adalah :
2.2.1. Sifat fisik
Parameter fisik air yang sangat menentukan kualitas air adalah kekeruhan, suhu,
warna, bau, rasa, jumlah padatan tersuspensi, padatan terlarut dan daya hantar listrik (DHL).
2.2.2. Sifat kimia
Sifat kimia yang dapat dijadikan indikator yang menentukan kualitas air adalah pH,
konsentrasi dari zat-zat kalium, magnesium, mangan, besi, sulfida, sulfat, amoniak, nitrit,
nitrat, posphat, oksigen terlarut, BOD, COD, minyak, lemak serta logam berat.
2.2.3. Sifat biologis (Mikrobiologis)
Organisme dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator pencemaran suatu
lingkungan perairan, misalnya bakteri, ganggang, plankton, dan ikan tertentu. Cara
pengukuran yang dilakukan pada setiap parameter berbeda-beda sesuai dengan keadaannya
(Sasongko, 2006).
Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam berfungsi serba
guna bagi kehidupan dan penghidupan makhluk hidup. Air merupakan segalanya dalam
kehidupan ini yang fungsinya tidak dapat digantikan dengan zat atau benda lainnya, namun
dapat pula sebaliknya, apabila air tidak dijaga nilainya akan sangat membahayakan dalam
kehidupan ini. Sungai sebagaimana dimaksudkan harus selalu berada pada kondisinya yaitu
dengan cara dilindungi dan dijaga kelestariannya; ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya;
dan dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan (Putri, 2011).
Sungai merupakan tempat akumulasi pembuangan limbah dari berbagai kegiatan
manusia sebelum akhirnya dialirkan ke danau atau laut. Kondisi ini akan mengakibatkan
semua bahan pencemar yang terlarut dalam bentuk limbah cair dan padat akan masuk
kedalam aliran sungai. Besarnya bahan pencemar yang masuk ke sungai akan berpengaruh
terhadap kualitas air sungai. Pada titik tertentu akan mengakibatkan terjadinya pencemaran
(Pairunan, 2012).
2.3. Pencemaran Limbah pada Air
Menurut UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997 Pengertian
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan menjadi tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Andaka, 2008).
Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-
perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya,
sebagai akibat dari masuk dan dimasukannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan
lingkungan itu. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari masuknya benda asing akan
memberikan pengaruh (dampak) buruk terhadap organisme yang sudah ada dan hidup dengan
baik dalam tatanan lingkungan tersebut. Sehingga pada tingkat lanjut dalam arti bila
lingkungan tersebut telah tercemar dalam tingkatan yang tinggi, dapat membunuh dan bahkan
menghapus satu atau lebih jenis organisme yang tadinya hidup normal dalam tatanan
lingkungan itu. Jadi pencemaran lingkungan adalah terjadinya perubahan dalam suatu tatanan
lingkungan asli menjadi suatu tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan aslinya (Palar,
2004).
Pencemaran lingkungan disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti pencemaran
oleh mahluk hidup, pencemaran oleh energi, pencemaran oleh komponen kimia, dan
pencemaran oleh zat atau unsur kimia yang terlarut dalam air atau cairan dalam bentuk ion-
ion terutama ion logam (Andaka, 2008).
Pencemaran sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis, tergantung pada media
yang tercemar. Ada pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, dan pencemaran
makanan serta obat-obatan. Masing-masing pencemaran tersebut memiliki resiko yang
merugikan bagi makhluk hidup. Salah satu yang cukup mengganggu kehidupan mahluk hidup
di bumi ialah pencemaran air (Bonitawenas, 2011).
Menurut PP No. 20/1990 pasal 1, ayat 2 tentang Pengendalian Pencemaran Air,
pencemaran air didefinisikan sebagai: “pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup , zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualiatas air
menjadi turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya” (Budiman, 2012).
Menurut Warhadana (1995) komponen pencemaran air berasal dari industri, rumah
tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan seperti
bahan buangan, padat, cairan berminyak, organik dan olahan bahan makanan, berupa panas,
anorganik, zat kimia (Kumalasari, 2011).
Penyebab utama pencemaran air adalah pembuangan limbah cair yang mengandung
zat pencemar. Limbah yang ikut serta dalam pencemaran air secara umum dikelompokkan
menjadi limbah domestik, industri dan pertanian. Limbah domestik merupakan larutan yang
kompleks terdiri dari air (biasanya diatas 99%) dan zat organik serta anorganik, baik berupa
padatan yang terlarut maupun yang mengendap (Nurhayati, 2003).
Limbah merupakan salah satu masalah yang akan menimbulkan berbagai efek
negatif bagi lingkungan karena limbah mengandung bahan kimia yang berbahaya dan
beracun. Salah satu bahan kimia yang umum terkandung di dalam limbah adalah ammonia
(Bonnin dkk, 2008).
2.4. Ammonium (NH4+)
2.4.1. Pengertian
Ammonium adalah suatu ion hasil hidrolisis ammonia, dimana ammonia merupakan
hasil hidrolisis dari urea yang ada dalam urin. Ammonium adalah ion NH4+ yang bersifat
tidak berwarna, berbau menyengat dan berbahaya bagi kesehatan.
Ammonium secara alami terdapat pada air permukaan dan air tanah serta air limbah.
Sebagaian besar terjadi dari peruraian zat organik yang mengandung nitrogen oleh
mikroorganisme dan dari hidrolisa urea. Secara alami merupakan reduksi nitrat pada kondisi
anaerob. Maka adanya ammonium merupakan satu petunjuk adanya pencemaran zat organik
pada badan air (Taras M.J. 1971).
2.4.2. Sifat
Ammonium bersifat basa sebagai “substansi bergabung dengan ion hidrogen
(protons)”. Ammonium dalam larutan berada dalam kesetimbangan seperti berikut:
NH3 + H2O NH4+
+ OH-
Ammonia ammonium
Ammonium bereaksi sebagai basa karena adanya pasangan bebas yang aktif dari
nitrogen. Nitrogen lebih elektronegatif dari hidrogen sehingga menarik ikatan elekton pada
molekul ammonia kearahnya. Atau dengan kata lain dengan adanya pasangan bebas terjadi
muatan negatif sekitar atom nitrogen. Kombinasi dari negatifitas ekstra tersebut dan daya
tarik pasangan bebas, menarik hidrogen dari air (Halaliyah, 2013).
2.4.3. Dampak Ammonium
Dampak konsentrasi ammonium terhadap manusia terdapat dalam tabel 1 sebagai
berikut :
Tabel 1 : Gejala atau pengaruh berbagai konsentrasi ammonium yang ditimbulkan pada
manusia.
Konsentrasi Gejala / pengaruh yang ditimbulkan pada manusia
Ammonium (ppm)
5 Kadar yang paling rendah yang tercium baunya
6 Mulai timbul iritasi pada mukosa mata dan saluran
nafas
25 Kadar maksimum yang bisa ditolerir selama 8 jam
35 Kadar maksimum yang bisa ditolerir selama
10 menit
40 Mulai menyebabkan sakit kepala, mual,
hilang nafsu makan pada manusia
Sumber : Setiawan, 1996
2.5. Mikrobiologi pada Air Limbah
Mikroorganisme merupakan organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantuan, yaitu hanya dapat dilihat dengan kaca pembesar atau
mikroskop (Sumarsih, 2003).
Mikroorganisme dalam air meliputi bakteri, cendawan dan ganggang, ke tiganya
merupakan katalis hidup yang dapat mempengaruhi beberapa proses-proses kimia yang
terjadi di dalam air dan tanah. Sebagian besar reaksi-reaksi kimia penting yang terjadi dalam
perairan, terutama yang melibatkan bahan-bahan organik dan proses oksidasi-reduksi dapat
terjadi melalui perantara bakteri (Achmad, 2004).
Air di dalam alam bebas mengandung berbagai kuman penyebab penyakit seperti
bakteri, jamur, protozoa, virus dan parasit yang sering mencemari air. Kuman yang masuk ke
dalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri
peternakan, rumah sakit, dan pertanian (Darmono, 2008).
Air limbah mengandung 99,9% air dan sisanya adalah bahan pencemar. Konsentrasi
pada bahan pencemar sangat kecil tetapi berpengaruh terhadap kehidupan mikrobia.
Konsentrasi dan keragaman limbah dapat memperbanyak populasi bakteri-bakteri pembusuk.
Peningkatan populasi bakteri-bakteri pembusuk tersebut terjadi karena dalam limbah terdapat
banyak bahan-bahan organik dan anorganik yang dibutuhkan oleh mikrobia (bakteri).
Mikrobia mempunyai peran penting dalam perombakan senyawa-senyawa di dalam limbah
(Haribi, 2008). Jenis mikroorganisme tertentu yaitu bakteri dan algae dapat mengikat molekul
nitrogen dari udara menjadi ion ammonium (NH4+) yang akan terbentuk protein
(Darmono,2008).
Air limbah juga mengandung banyak bakteri patogen serta organisme golongan coli
tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan
air buangan. Zat-zat yang terkandung didalam air limbah apabila tidak diolah terlebih dahulu
akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup
(Natoatmojo, 2003).
2.6. Metode pemeriksaan
2.6.1. Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan suatu instrumen atau alat untuk mengukur transmitan
atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Metoda yang sering
digunakan dalam pengukuran menggunakan spektrofotometer disebut dengan
spektrofotometri.
Ada tiga teknik yang bisa dipakai dalam analisis secara spektrofotometer antara lain:
2.6.1.1. Metode Standar Tunggal
Metode ini sangat praktis karena menggunakan satu larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya, selanjutnya absorbansi larutan standar dan absorbansi larutan
sampel diukur dengan spektrofotometer.
2.6.1.2. Metode kurva kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi
selanjutnya absorbansi masing-masing larutan tersebut diukur dengan spektrofotometer.
Kemudian dibuat grafik antara konsentrasi dengan absorbansi yang merupakan garis lurus
melewati titik.
Y
y = bx + a
X
Keterangan: Y = Absorbansi
X = Konsetrasi
2.6.1.3. Metode adisi standar
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkaran (matriks) sampel dan standar
(Underwood,1999).
Prinsip dari penetapan kadar ammonium (NH4+) adalah Ion ammonium dalam
suasana basa akan bereaksi dengan reagen nessler membentuk senyawa kompleks yang
berwarna kuning sampai coklat. Warna yang timbul diukur serapannya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 415 nm. Pada pemeriksaan kadar ammonium
(NH4+) terdapat zat-zat pengganggu antara lain yaitu warna dan kekeruhan, Ca, Mg, sejumlah
senyawa alifatik, amin aromatik, kloramin organik, aseton, aldehid dan alkohol.
Reaksi kimia:
2K2(HgI4) + 2NH3 NH4Hg2I3 + 4KI + NH4I
(Nessler) (Coklat)
2.6.2. Hitung Jumlah Koloni Bakteri Metode surface Plate
Dasar metode hitungan cawan dengan anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup
akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan
merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam
sampel. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni adalah yang mengandung antara 30-
300 koloni.
Prinsip dari metode hitungan surface plate adalah bila sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk
koloni yang dapat dilihat langsung, dan kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop
(Waluyo, 2008).
2.7. Kerangka Teori
2.8. Kerangka Konsep
Kualitas Air
Sungai :
-Fisik
-Kimia
-Biologis
(Mikrobiologi)
Limbah :
-Organik
-Anorganik
Pencemaran
Ammonium (NH4+)
Bakteri
Air Sungai belibis
Jumlah Koloni Bakteri
Kadar Ammonium (NH4+)