BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Komunikasi Dakwah …eprints.umm.ac.id/46240/3/BAB II.pdf ·...

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Komunikasi Dakwah 2.1.1 Pengertian Strategi Secara Etimologis, kata strategi berasal dari dua kata yaitu stratos dan agein yang memiliki arti tentara dan memimpin. Dengan begitu artik dari kata strategi adalah memimpin tentara. Kemudian muncul kata Strategos yang artinya adalah pemimpin tentara yang memiliki tingkat paling tinggi. Jadi, strategi adalah konsep militer yang dijadikan seni perang para jendral atau suatu rancangan yang dapat memenangkan perang (Cangara, 2013: 61). Untuk mencapai sebuah proses komunikasi yang baik maka diperlukan juga strategi yang baik. Strategi merupakan pendekatan menyeluruh yang akan diambil untuk menghadapi tantangan yang akan muncul saat terjadinya proses komunikasi. Pemilihan strategi merupakan sebuah langkah yang paling penting dan memerlukan penanganan dalam perencanaannya. Sebab jika salah dalam pemilihan strategi maka akan fatal akibatnya bagi proses komunikasi yang berlangsung terutama kerugian dari segi waktu, tenaga, dan tentunya materi. Menurut Onong Uchjana Effendy (1984: 35), Strategi adalah perencanaan dan menejemen yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan hanya akan dapat dilakukan melalui sebuah taktik operasional. Sebuah strategi harus dapat mendefinisikan khalayak yang ingin disasar, tindakan yang akan 9

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Komunikasi Dakwah …eprints.umm.ac.id/46240/3/BAB II.pdf ·...

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Strategi Komunikasi Dakwah

    2.1.1 Pengertian Strategi

    Secara Etimologis, kata strategi berasal dari dua kata yaitu stratos dan

    agein yang memiliki arti tentara dan memimpin. Dengan begitu artik dari kata

    strategi adalah memimpin tentara. Kemudian muncul kata Strategos yang

    artinya adalah pemimpin tentara yang memiliki tingkat paling tinggi. Jadi,

    strategi adalah konsep militer yang dijadikan seni perang para jendral atau suatu

    rancangan yang dapat memenangkan perang (Cangara, 2013: 61). Untuk

    mencapai sebuah proses komunikasi yang baik maka diperlukan juga strategi

    yang baik. Strategi merupakan pendekatan menyeluruh yang akan diambil untuk

    menghadapi tantangan yang akan muncul saat terjadinya proses komunikasi.

    Pemilihan strategi merupakan sebuah langkah yang paling penting dan

    memerlukan penanganan dalam perencanaannya. Sebab jika salah dalam

    pemilihan strategi maka akan fatal akibatnya bagi proses komunikasi yang

    berlangsung terutama kerugian dari segi waktu, tenaga, dan tentunya materi.

    Menurut Onong Uchjana Effendy (1984: 35), Strategi adalah

    perencanaan dan menejemen yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan hanya

    akan dapat dilakukan melalui sebuah taktik operasional. Sebuah strategi harus

    dapat mendefinisikan khalayak yang ingin disasar, tindakan yang akan

    9

  • dilakukan, mengatakan kepada khalayak manfaat apa yang akan didapat, dan

    bagaimana mendapatkan khalayak dalam jangkauan yang besar.

    2.1.2 Strategi Komunikasi

    Strategi komunikasi adalah kegiatan dalam proses komunikasi yang

    bersifat informasional dan persuasif untuk memberikan pemahaman dan

    dukungan untuk suatu ide atau gagasan yang terencana, memiliki tujuan, rencana

    dan berbagai alternatif berdasarkan riset dan juga evaluasi (Ronald Smith, 2005:

    3). Strategi komunikasi berisi perencanaan dan pendekatan berdasarkan riset

    yang sudah dilakukan terlebih dahulu. Pada hakikatnya strategi komunikasi

    merupakan gabungan antara rencana komunikasi dan manajemen komunikasi

    yang mampu menunjukkan cara operasional yang praktis, karena dalam kegiatan

    komunikasi, strategi adalah hal yang menentukan keberhasilan kegiatan

    komunikasi itu sendiri.

    Secara teoritis, pengertian strategi komunikasi akan mengarah pada teori

    yang dipaparkan oleh Harold D. Laswell (Effendy, 2005: 10). Laswell

    menerangkan, untuk menggambarkan dengan tepat perencanaan sebuah kegiatan

    komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan “Who Says What In Which

    Channel To Whom With What Effect?”. Sedangkan menurut Robin Mehall

    (Cangara, 2013: 45), strategi komunikasi adalah sebuah catatan tertulis yang

    menerangkan tentang apa saja yang harus dilakukan dalam kegiatan komunikasi

    demi mencapai tujuan. Mehall mengatakan ada beberapa hal yang perlu

    diperhatikan yaitu dengan cara apa yang dapat dilakukan sehingga tujuan

    10

  • tercapai, kepada siapa program komunikasi itu ditujukan, dengan peralatan dan

    dalam jangka berapa lama hal tersebut dapat dicapai, dan yang terakhir adalah

    bagaimana cara mengukur hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Dari

    pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan perencaan komunikasi

    dilakukan mulai dari proses pemilihan komunikator, penyusunan pesan,

    pemilihan media, penentuan sasaran, dan yang terakhir adalah evaluasi.

    Menurut Gibson, dkk (Cangara, 2013: 82-83) dalam melakukan strategi

    komunikasi diperlukan adanya tindakan-tindakan berikut:

    1. Adanya tindakan saling mempercayai satu sama lain, yaitu adanya

    kepercayaan antara komunikator dan komunikan.

    2. Jika tidak ada rasa kepercayaan dalam komunikator maupun komunikan maka

    akan menghambat proses komunikasi yang terjadi.

    3. Meningkatkan feedback atau umpan balik untuk mengurangi adanya

    kesalahpahaman, komunikator juga membutuhkan feedback sehingga

    komunikator dapat mengetahui sejauh mana komunikan mengetahui dan

    mengerti akan pemahaman pesan yang telah disampaikan.

    4. Mengatur arus komunikasi, informasi yang disampaikan haruslah informasi

    yang dibutuhkan oleh komunikan.

    5. Tindakan pengulangan sangat penting dilakukan agar membantu komunikan

    dalam menginterpretasikan pesan yang kurang jelas.

    11

  • 6. Penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti akan memudahkan

    pesan tersampaikan kepada komunikan.

    7. Penentuan waktu, dengan pengelolaan waktu yang baik dalam proses

    komunikasi akan membuat pesan yang disampaikan dapat tersusun dengan baik.

    Dari berbagai model dan tahapan perencanaan strategi komunikasi yang

    dipaparkan dalam buku Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Cangara, 2013:

    70-71), peneliti menggunakan model perencanaan komunikasi oleh Philip Lesly.

    Model ini memiliki 2 komponen penting yaitu organisasi yang menggerakkan

    kegiatan dan publik yang menjadi sasaran dari kegiatan. Pada model ini, dalam

    organisasi terdapat 6 tahapan, sedangkan dalam publik terdapat 2 tahapan.

    Tahapan tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

    Bagan 2.1 Model perencanaan komunikasi oleh Philip Lesly

    Sumber: Cangara, 2013

    Analisis riset Organisasi

    Perumusan kebijakan

    evaluasi

    Pelaksanaan program

    feedback

    Kegiatan komunikasi

    Publik

    12

  • Dalam komponen organisasi yang dilakukan terlebih dahulu adalah

    analisis riset untuk langkah awal dalam mendiagnosa permasalahan yang sedang

    dihadapi. Selanjutnya adalah perumusan kebijakan, yaitu perumusan strategi

    yang akan digunakan. Dalam tahap perencanaan program pelaksanakan

    ditentukan sumber daya yang akan digunakan, termasuk tenaga, dana, fasilitas,

    dan lain sebagainya. Setelah itu organisasi dapat melakukan kegiatan

    komunikasi yaitu penyebaran informasi dengan baik. Sedangkan komponen

    publik adalah komponen kedua yang menjadi sasaran kegiatan komunikasi yang

    berhubungan dengan efek dan evaluasi. Dalam hal ini organisasi yang akan

    diteliti bergerak dibidang keagamaan, maka publiknya adalah penganut agama

    islam.

    2.1.3 Strategi Dakwah

    Menurut Asmuni Syukir, strategi dakwah adalah metode, siasat, taktik,

    atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah (1983: 32). Jika

    seorang dai ingin proses dakwah yang ia lakukan berhasil mengenai sasaran,

    maka dai harus memiliki strategi yang baik dalam menyampaikan dakwahnya.

    Sebuah strategi dakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah diantaranya

    adalah asas filosofis, asas keahlian dai, asas sosiologis, asas psikologis, asas

    efesiensi (Amin, 2009: 107-108). Dengan menggunakan strategi yang baik maka

    seorang dai dapat dengan mudah menggampai tujuannya.

    13

  • Sedangkan menurut Natsir (1989), strategi dakwah Nabi Muhammad

    meliputi, memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan audience,

    jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan akan menimbulkan

    fitnah, menjinakkan hati dengan harta dan kedudukan, menjinakkan hati dengan

    memberi maaf ketika dihina dan juga berbuat baik jika disakiti, pada saat

    memberi nasihat dan jangan menunjuk langsung kepada orangnya tetapi

    berbicara dengan sasaran umum, memberikan sarana yang dapat mengantarkan

    seseorang pada tujuannya, seorang dai harus siap menjawab berbagai

    pertanyaan, dan memberikan perumpamaan-perumpamaan.

    Dalam proses dakwah haruslah menggunakan strategi dakwah yang

    bijak, karena jika seorang dai menggunakan strategi yang bijaksana dalam

    menyampaikan dakwahnya maka, atas izin Allah swt hal tersebut akan

    berdampak pada keberhasilan proses dakwah yang dilakukan. Sehingga tujuan

    yang dikehendaki akan tercapai dengan baik. Selain itu, seorang dai juga harus

    memahami prinsip-prinsip dalam komunikasi islam agar proses penyampaian

    pesan dapat diterima. Dalam berbagai literatur mengenai komunikasi Islam, ada

    enam jenis gaya berbicara dalam etika penyampaian komunikasi dalam Islam,

    yaitu:

    1. Qaulan ma’rufa

    Qaulan ma’rufa memiliki arti yaitu perkataan yang baik, santun, dan

    tidak menyinggung perasaan atau ungkapan yang pantas yang sesuai

    dengan norma yang berlaku di masyarakat. Juga bermakna pembicaraan

    14

  • yang menimbulkan kebaikan atau bermanfaat. Seorang dai harus

    memiliki perkataan yang baik dengan siapa pun, dimana pun, dan kapan

    pun, dengan niat pembicaraan tersebut dapat mendatangkan pahala baik

    bagi dai maupun juga mad’unya.

    2. Qaulan sadida

    Seorang dai harus menginformasikan pesan yang benar, qaulan sadida

    dapat diartikan sebagai perkataan yang benar, jujur, dan tidak ada

    manipulasi. Pentingnya seorang dai memiliki perkataan yang benar

    sangat berpengaruh kepada mad’u karena perkataan yang benar tidak

    akan menimbulkan keraguan dan bisa meyakinkan pendengarnya.Qaulan

    sadida juga berarti tidak bohong, dalam Al-Quran kita diajarkan untuk

    tidak berdusta, karena akan menimbulkan kerugian bagi seseorang yang

    berbuat demikian.

    3. Qaulan layyina

    Qaulan layyina merupakan perkataan yang lemah lembut, dengan penuh

    keramahan dan suara yang enak didengar sehingga dapat menyentuh hati

    para mad’u. Dalam komunikasi Islam, seorang dai diharuskan untuk

    menghindari perkataan-perkataan yang kasar dan intonasi yang tinggi

    dalam penyampaian dakwahnya.

    4. Qaulan maysura

    Qaulan maysura berarti perkataan yang mudah dimengerti, dipahami,

    dan dicerna oleh mad’u. Qaulan maysura juga memiliki arti perkataan

    15

  • yang menyenangkan. Seorang dai dituntut harus memiliki perkataan

    yang mudah dipahami oleh lawan bicaranya, sehingga pesan yang

    disampaikan dapat diterima dengan baik oleh mad’u. Dai yang baik

    adalah dai yang disenangi oleh mad’unya dengan memiliki simpati,

    empati, dan juga perkataan yang menyenangkan.

    5. Qaulan baligha

    Dalam komunikasi Islam, qaulan baligha bermakna perkataan yang

    membekas di jiwa. Dai diharapkan menggunakan kata-kata yang efektif,

    komunikatif, dan juga mudah dimengerti agar mad’u paham dengan baik

    pesan yang disampaikan sehingga membekas sampai ke dalam jiwa

    mad’u. Dalam berkomunikasi, seorang dai harus paham dengan baik

    bagaimana cara berkomunikasi dengan orang awam maupun dengan

    cendikiawan, harus dapat membedakan lawan bicara yang akan dihadapi.

    6. Qaulan karima

    Qaulan karima adalah perkataan yang sangat mulia, enak didengar, dan

    bertatakrama. Seorang dai dapat menggunakan perkataan ini pada saat

    lawan bicaranya lebih tua dan harus dihormati. Qaulan karima dapat juga

    diartikan sebagai kata yang santun dan tidak kasar.

    Dalam hal ini, peneliti menggunakan strategi komunikasi dakwah yang

    dilakukan oleh Nabi Muhammad. Selaku imam para dai, Nabi Muhammad dapat

    menerapkan strategi komunikasi dakwah yang sangat baik sehingga dapat

    membawa umatnya dari kegelapan menuju masa yang terang benderang. Bentuk-

    16

  • bentuk strategi dakwah yang dijelaskan oleh Al Bayanuni (Novia, 2005: 35)

    dibagi menjadi 3 bentuk yaitu:

    1. Strategi sentimental atau Al-manhaj al-athifi

    Strategi ini memfokuskan pada aspek hati, menggerakkan perasaan dan

    batin dari mad’u. Metode yang dikembangkan strategi ini adalah dengan memberi

    mad’u nasihat-nasihat yang lembut, memberi pelayanan yang memuaskan.

    Strategi ini sangat sesuai jika digunakan pada mad’u yang dianggap lemah seperti

    kaum perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, orang-orang miskin, para

    mualaf, anak yatim, dan lain sebagainya. Strategi ini pernah diterapkan oleh Nabi

    Muhammad saat menghadapi kaum musyrik Mekah. Banyak ayat-ayat Makkiyah

    yang menekankan aspek kemanusiaan, kebersamaan, perhatian kepada fakir

    miskin. Dan diketahui pada awalnya pengikut Nabi Muhammad saat itu memang

    berasal dari golongan kaum lemah, dengan strategi ini kaum lemah akan merasa

    sangat dihargai.

    2. Strategi Rasional atau Al-manhaj al-aqli

    Strategi rasional adalah strategi dakwah yang menggunakan metode

    difokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mad’u untuk berfikir

    dan merenungkan serta mengambil pelajaran dalam isi pesan dakwah. Metodenya

    sering kali menggunakan hukum logika, diskusi, berupa contoh, dan bukti sejarah.

    Al Quran sering menyebut strategi ini dengan beberapa terminologi yaitu:

    tafakkur (menggunakan pemikiran untuk mencapainya), nazhar (mengarahkan

    hati untuk berkonsentrasi pada objek yang menjadi perhatian), tadabbur (suatu

    17

  • usaha memikirkan akibat-akibat setiap masalah), dan istibshar (mengungkapkan

    sesuatu).

    3. Strategi Indrawi atau Al-Manhaj al hissy

    Strategi indrawi bisa disebut sebagai strategi eksperimen, didefinisikan

    sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi dan

    berpegang teguh pada hasil penelitian atau percobaan. Strategi ini menggunakan

    metode praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama. Pada jaman dulu,

    Nabi Muhammad SAW mempraktekkan Islam sebagai perwujudan strategi ini

    yang disaksikan oleh para sahabatnya. Para sahabatnya dapat menyaksikan

    mukjizat secara langsung, seperti terbelahnya rembulan. Sekarang kita

    menggunakan Al-Quran untuk memperkuat atau menolak hasil penelitian.

    Berbicara tentang penerapan strategi dakwah memang tidak pernah lepas

    dari bagaimana kondisi komunikan atau mad’u yang akan menjadi sasaran dalam

    dakwah yang akan dilakukan. Dakwah yang memiliki sifat kompleks dan

    multidimensi mengharuskan dai melakukan pengamatan yang jeli sebelum

    menerapkan strategi apa yang akan digunakan sesuai dengan kondisi mad’u.

    Dalam era globalisasi saat ini pun dibutuhkan penerapan dakwah yang dapat

    mengimbangi dan juga menjangkau kemajuan tersebut. Dengan demikian dai

    diharuskan mengembangkan strategi-strategi yang akan digunakan dalam proses

    dakwah.

    18

  • 2.2 Komunikasi Dakwah

    Dakwah termasuk dalam kegiatan komunikasi, walaupun tidak semua kegiatan

    komunikasi adalah dakwah. Oleh karena itu hubungan antara komunikasi dan dakwah

    sangatlah erat. Komunikasi menjadi satu indikator penting agar proses dakwah berjalan

    dengan baik.

    2.2.1 Pengertian Komunikasi Dakwah

    Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu

    communicatio yang bersumber pada kata communis. Communis dalam arti ini

    berarti sama, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Maka komunikasi terjadi

    jika pihak yang terlibat memiliki kesamaan makna. Secara terminologis,

    komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain.

    Dalam pengertian terminologis ditekankan bahwa proses komunikasi yang

    terjadi adalah proses komunikasi sosial karena melibatkan manusia. Salah satu

    pakar komunikasi yang cukup terkenal adalah Harold Laswell. Ia mengatakan

    cara baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab

    pertanyaan-pertanyaan who says what in which channel to whom with what

    effect (Ilaihi, 2010:8).

    Secara keseluruhan banyak sekali pengertian dan definisi komunikasi

    yang didefinisikan oleh para pakar komunikasi. Dengan konsep lain, Everett M.

    Rogers seorang pakar Sosiologi dari Amerika yang telah banyak berkontribusi

    dalam riset komunikasi mengemukakan:

    19

  • “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu

    penerima atau lebih, dengan maksut untuk mengubah tingkah laku mereka”

    (Cangara, 2011: 19).

    Peneliti menganggap konsep yang diutarakan oleh Everret M. Rogers

    inilah yang sangat dekat dan dapat menggambarkan komunikasi dakwah. Beliau

    menjabarkan dalam konsep ini, komunikasi dilakukan bukan hanya untuk

    memberikan informasi tetapi juga untuk merubah sikap komunikannya. Karena

    dalam proses komunikasi dakwah, terdapat tujuan untuk mengubah tingkah laku

    komunikannya agar menjadi lebih baik menurut ajaran islam.

    Dakwah menurut jalan Allah maknanya adalah mengajak orang lain agar

    melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya (suhaimi, 2008: 19).

    Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab da’aa atau yad’u

    yang berarti ajakan, seruan, undangan. Dakwah dengan pengertian seperti diatas

    dapat ditemukan dalam ayat Al-Qur’an yaitu:

    ار� النَّ

    �ي ِإ� ينِ

    ََجاةِ َوَتْدُعون النَّ

    �ْم ِإ�

    �ْدُعوك

    �ْوِم َما ِ�ي أ

    َ َوَ�ا ق

    “Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada

    keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka?” (QS. Al Mu’min: 41)

    Menurut ulama basrah berasal dari mashdar da’watun yaj artinya

    panggilan (Suhandang, 2014). Dalam masyarakat islam di Indonesia, kata

    dakwah sudah tidak asing lagi didengar. Secara istilah dakwah dapat diartikan

    sebagai kegiatan mengajak seseorang atau kelompok untuk berbuat kebaikan

    20

  • dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Para ulama mendefinisikannya

    bermacam-macam, salah satunya menurut Syekh Ali Makhfudh dalam kitabnya

    Hidayatul Mursyidin, mengatakan bahwa dakwah adalah “Mendorong manusia

    berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada

    kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh

    kebahagiaan dunia dan akhirat.” (Aziz, 2004: 4). Secara umum, kata da’awa

    berasal dari unsur bermakna mengajak, meminta, memanggil, atau menyeru.

    Masih banyak pengertian dakwah menurut para ulama lainnya namun,

    pengertian diatas diaanggap sudah cukup untuk menjelaskan dan memberi

    gambaran definisi mengenai dakwah. Dakwah adalah istilah teknis yang

    dipahami sebagai upaya mengajak orang lain ke arah islam. Karena dalam

    dakwah terdapat penyampaian informasi ajaran islam berupa ajakan untuk

    berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk, nasihat-nasihat, juga pendidikan.

    Ada beberapa istilah yang erat kaitannya dengan dakwah yaitu, tabligh, tabsyir,

    mawidhah, nashihat, tarbiyah, washiyat, dan khitabah. Sinonim-sinonim

    tersebut memiliki arti yang tidak jauh berbeda dengan pengertian kata dakwah

    seperti diatas.

    Letak perbedaan komunikasi dengan komunikasi dakwah yang sangat

    menonjol sebenarnya terletak pada isi kandungan pesan yang disampaikan.

    Kandungan pesan komunikasi bersifat lebih umum dan juga netral, tetapi isi

    pesan yang terkandung dalam komunikasi dakwah adalah kebenaran dan

    keteladanan islam. Perbedaannya juga terletak pada tujuan dan efek yang

    diharapkan. Dalam komunikasi tujuannya hanya sekedar untuk penyampaian

    21

  • sebuah informasi tetapi dalam komunikasi dakwah tujuannya lebih kepada

    mempersuasi komunikan agar dapat merubah perilaku menjadi lebih baik sesuai

    dengan ajaran islam.

    Oleh karena itu dengan beberapa paparan diatas mengenai pengertian

    komunikasi dan dakwah maka peneliti menarik kesimpulan bahwa, komunikasi

    dakwah dapat diartikan sebagai usaha dai dalam menyampaikan pesan-pesan Al-

    Quran dan Al-Hadist kepada mad’u atau khalayak, supaya khalayak dapat

    mengetahui dan memahami, juga mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari

    serta dapa menjadikan Al-Quran dan Al-Hadist sebagai pedoman hidup yang

    akan menetukan kehidupan umat di dunia ini agar mendapat kebahagian dunia

    dan akhirat.

    2.2.2 Fungsi Komunikasi Dakwah

    Sebagai agama penyempurna, Islam mengatur seluruh hukum kehidupan

    individu dan masyarakat. Ajaran Islam berpegang teguh dengan Al-Quran dan

    Al-Hadist. Islam sebagai agama disebut sebagai agama dakwah, maksutnya

    adalah agama yang disebarluaskan dengan cara yang damai dan tanpa kekerasan.

    Islam adalah agama yang berkembang lewat dakwah, maka dari itu dakwah

    merupakan suatu aktivitas yang penting dalam Islam. Sejak Rasulullah diangkat

    menjadi nabi dan rasul, maka sejak itu timbul dakwah. Hal tersebut dapat

    dibuktikan dengan turunnya perintah kepada Nabi Muhammad saw untuk

    menyampaikan apa yang disampaikan oleh Allah swt. Sesuai dengan bunyi

    firman Allah dalam surat Al-Syu’ra ayat 214.

    22

  • Dengan dakwah, Islam dapat diketahui dan diamalkan oleh umat manusia. Dengan demikian dakwah adalah tanggung jawab seluruh kaum

    muslimin untuk menyelamatkan generasi-generasi berikutnya dari kelamnya

    masa jahiliyah. Ali Aziz menyebutkan beberapa fungsi dakwah dalam bukunya

    yang berjudul Ilmu Dakwah yaitu:

    1. Dakwah berfungsi untuk menyebarkan Islam kepada manusia sebagai

    individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat islam

    sebagai rahmatan lil ‘alamin bagi seluruh mahluk Allah.

    2. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai ajaran islam dari generasi

    ke generasi kaum muslimin berikutnya, sehingga kelangsungan ajaran

    Islam beserta pemeluknya dari generasi ke generasi selanjutnya tidak

    terputus.

    3. Dakwah berfungsi korektif artinya meluruskan ahlak yang bengkok,

    mencegah kemungkaran, dan mengeluarkan manusia dari kegelapan

    rohani.

    2.2.3 Tujuan Komunikasi Dakwah

    Tujuan utama dakwah adalah untuk mengubah tingkah laku manusia dari

    buruk menjadi baik. Menurut Aa Gym, Tingkah laku manusia bersumber dari

    jiwanya, maka dakwah yang baik adalah dakwah yang dapat diterima oleh jiwa.

    Sehingga apa yang dilakukan mad’u merupakan panggilan dari diri sendiri dan

    bukan karena paksaan (Asmaya, 2003: 33).

    23

  • Sedangkan secara khusus, tujuan dakwah dapat dibedakan menjadi dua

    segi, yaitu sebagai berikut.

    1. Dari segi objek

    - Tujuan perseorangan, agar mempunyai iman yang kuat,

    berakhlak kharimah, dan juga agar terbentuk pribadi muslim yang

    berprilaku sesuai hukum Allah.

    - Tujuan keluarga, yaitu terbentuknya keluarga yang bahagia

    dalam ketentraman.

    - Tujuan masyarakat, supaya terbentuk kesejahteran dan

    kemakmuran dengan suasana keislaman.

    2. Dari segi materi

    - Tujuan akidah, tumbuhnya keyakinan yang kuat tentang ajaran-

    ajaran Islam, tanpa adanya keraguan yang menyelimuti.

    - Tujuan hukum, terbentuknya pribadi yang patuh kepada hukum

    Allah.

    - Tujuan akhlak, agar terbentuk pribadi muslim yang memiliki

    sifat terpuji dan bersih dari sifat tercela.

    Dari beberapa paparan diatas mengenai tujuan dakwah maka secara

    umum peneliti menarik kesimpulan bahwa tujuan dakwah adalah untuk

    membuat perubahan pada perilaku sasaran agar mau menerima ajaran Islam dan

    mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari baik yang bersangkutan dengan

    24

  • masalah pribadi, keluarga, dan masyarakat, agar mendapat kehidupannya yang

    penuh keberkahan.

    2.2.4 Unsur-Unsur Komunikasi Dakwah

    Hal terpenting dalam proses dakwah adalah bagaimana dakwah tersebut

    dapat dipahami dan diamalkan dengan benar oleh para pendengarnya sehingga

    proses dakwah yang telah dilakukan menjadi efektif dan proposional. Dalam

    proses dakwah terdapat beberapa unsur atau komponen yang terlibat. Unsur-

    unsur komunikasi dakwah tidak jauh berbeda dengan unsur-unsur komunikasi.

    Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang membentuk terjadinya

    proses dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah dai atau komunikator, mad’u atau

    komunikan, Maddah atau materi dakwah, wasilah atau media dakwah, thariqah

    atau metode dakwah, dan atsr atau efek dakwah.

    a. Dai (Pelaku dakwah)

    Kata dai dalam arti sempit dapat disebut sebagai mubaligh atau orang

    yang menyempurnakan ajaran Islam. Mubaligh secara umum cenderung

    diartikan sebagai seseorang yang hanya menyampaikan dakwah secara lisan

    contohnya khotib. Menurut Nasaraddin latief dalam buku Ilmu Dakwah (2004:

    79)

    “Dai itu ialah muslim dan muslimah yang menjadikan dakwah sebagai suatu

    amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah ialah wa’ad, mubaligh mustamain

    (juru penerang) yang menyeru mengajak dan memberi pengajaran dan pelajaran

    agama islam. Sedangkan dalam kamus bahasa lisan Al-‘Arab dikatakan bahwa

    25

  • pengertian du’at yaitu orang yang mengajak manusia untuk berbai’at pada

    petunjuk (Aziz, 2010). Seorang dai harus mempunyai bekal dan persiapan

    sebelum melakukan proses dakwah, dai harus memahami dengan baik siapa

    target yang akan menerima dakwah. Keefektifan proses dakwah dipengaruhi

    oleh kemampuan berkomunikasi seorang dai, selain itu dai harus memiliki

    akhlak yang baik. Hal ini secara otomatis menuntut seorang dai untuk

    memahami bagaimana kondisi sosial dan budaya audience yang akan dihadapi.

    Dai merupakan unsur dakwah yang paling penting, karena tanpa dai ajaran

    agama islam hanya sebuah ideologi yang mengkin tidak akan terwujud dalam

    kehidupan umat manusia. Tugas seorang dai sama dengan tugas rasul. Ayat-ayat

    yang memperintahkan nabi untuk berdakwah juga ditujukan kepada umat islam.

    Berdakwah adalah tugas seluruh umat muslim baik laki-laki maupun

    perempuan. Dai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah kelompok

    bukan individu.

    b. Mad’u (Penerima Dakwah)

    Dalam proses dakwah, komunikan atau sasaran dakwah disebut sebagai

    mad’u. Mad’u lebih dikenal sebagai mitra dakwah daripada objek dakwah,

    karena sebutan kedua terlihat jauh lebih pasif. Karena pada dasarnya seorang

    mad’u akan mengamalkan ajaran agama islam bersama-sama dengan dai setelah

    melalui proses dakwah. Jika sebuah dakwah tidak tersampaikan dengan baik

    sering kali menimbulkan beberapa masalah atau kesalapahaman dalam diri

    mad’u. Kesalahpahaman yang terjadi dapat didasari oleh beberapa penyebab,

    salah satunya karena ada berbagai macam golongan mad’u yang mungkin tidak

    26

  • dikuasai oleh dai. Muhammad Abdullah mengelompokkan mad’u menjadi 3

    golongan yaitu: golongan cerdik seperti cendikiawan dan orang yang berfikiran

    kritis, golongan awam yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berfikir secara

    kritis, dan golongan yang berbeda dari yang sebelumnya yaitu mereka yang

    senang membahas sesuatu tetapi tidak secara mendalam (ilaihi, 2010: 91).

    Menurut peneliti, komunitas ini berhasil membuat mad’unya mengerti

    dengan baik apa yang disampaikan, sehingga banyak mad’u yang mendaftarkan

    dirinya untuk menjadi bagian dari komunitas yang banyak mengajak seseorang

    untuk berhijab.

    c. Maddah (Materi Dakwah)

    Maddah adalah materi atau isi pesan yang akan disampaikan oleh dai

    kepada mad’u. Pada dasarnya pesan dakwah yang akan disampaikan harus

    tergantung dengan dakwah yang hendak dicapai, artinya materi dakwah harus

    dapat menggugah aspek akal dan emosi dari mad’u serta berkaitan dengan

    kebutuhannya masing-masing. Seorang dai harus membawakan materi yang

    dapat menjawab persoalan yang sedang dihadapi oleh mad’u. Materi dalam

    proses dakwah sudah sangat jelas yaitu ajaran Islam. Ajaran islam sangatlah

    luas, pada garis berasnya dapat dibedakan sebagai berikut:

    - Akidah: Ajaran Islam yang berhubungan dengan keyakinan.

    - Syariah: Ajaran Islam yang berhubungan dan membahas tentang

    hukum-hukum yang ada di Islam.

    27

  • - Muamalah: Ajaran Islam yang membahas tentang aturan dalam tata

    kehidupan bersosial.

    - Akhlak: Ajaran islam yang berhubungan dengan tata prilaku manusia

    sebagai hamba Allah dan juga sebagai anggota masyarakat.

    - Ibadah: Ajaran Islam yang membahas tentang ritual dalam

    pengabdian kepada Allah.

    - Sejarah: Ajaran Islam yang menceritakan tantang perjalanan hidup

    manusia yang diterangkan dalam Al-Quran untuk diambil hikmah

    dan pelajarannya.

    Fathi Yakin dalam kitab Kaifa Nad’u ilal Islam menambahkan bahwa

    maddah yang berupa totalitas dari ajaran Islam tersebut harus dijelaskan kepada

    mad’u tentang berapa keistimewaannya yang berlainan dengan ajaran-ajaran lain

    agar mereka lebih tertarik untuk mengikuti ajaran Islam tersebut (Aziz, 2004:

    98). Materi dakwah yang dibawakan oleh komunitas ini berkaitan dengan

    beberapa materi yang telah dijabarkan diatas, dan komunitas ini menambahkan

    materi pengembangan diri dengan tujuan tertentu.

    d. Wasilah (Media Dakwah)

    Wasilah atau media dakwah adalah alat yang dipergunakan dai untuk

    menyampaikan dakwahnya kepada mad’u. Ya’qub dalam Publisistik islam

    (1981: 47-48) menggolongkan media dakwah menjadi 5 golongan berdasarkan

    bentuk penyampaiannya. Yaitu, melalui lisan, tulisan, lukisan (gambar), audio

    visual (cara penyampaian dengan merangsang pengelihatan dan pendengaran),

    28

  • dan akhlak, yaitu suatu cara atau metode langsung dan ditunjukkan dalam

    perbuatan nyata, seperti membangun masjid, menjenguk orang sakit,

    bersilahturahmi, dan berbagai perbuatan mulia lainnya.

    Sedangkan menurut Suhaimi dalam buku Begini Seharusnya Berdakwah (2008) yang dimaksud dengan al wasilah adalah sesuatu yang akan dijadikan

    sebuah media dalam rangka pendekatan diri kepada Allah dan mendapat

    keridhaannya. Media komunikasi dakwah banyak sekali jumlahnya, ada yang

    tradisional maupun modern. Di masa digital saat ini, media dakwah yang paling

    sering digunakan adalah media sosial seperti facebook, instagram, youtube, dan

    lain sebagainya. Semakin tepat wasilah yang digunakan dai maka akan semakin

    efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam yang diterima mad’u.

    Selain melakukan dakwah secara tatap muka atau secara langsung,

    komunitas Hijab Sister Bali juga menggunakan media instagram sebagai wasilah

    dakwah. menurut peneliti, pemanfaatan media sosial sangat mempengaruhi

    dakwah yang dilakukan oleh komunitas ini. Karena sangat sesuai dengan sasaran

    yang ingin dicapai oleh komunitas ini.

    e. Thariqah (Metode Dakwah)

    Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai dai untuk

    menyampaikan ajaran Islam. Pemilihan metode dalam proses dakwah juga

    sangat penting dilakukan agar dakwah dapat diterima dengan baik oleh mad’u.

    Ketika membahas tentang metode dakwah pada umumnya merujuk pada surah

    An-Nahl ayat 125.

    29

  • َ ي ِ�ي يتِ�ُهْم ِبال

    �َحَسَنةِ َوَجاِدل

    �ةِ ۖ◌ال َمْوِعظ�

    �َمةِ َوال

    �ِحك

    �َك ِبال ٰ َسِب�ِل َر�ِّ

    � ادْعُ ِإ�

    ُم �ْعل

    �ُم ِبَمْن َضلَّ َعْن َسِب�ِلهِ ۖ◌ َوُهَو أ

    �ْعل

    �َك ُهَو أ ْحَسُن ِإنَّ َر�َّ

    � ۚ◌أ

    ُمْهَتِديَن � ِبال

    “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

    pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

    Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

    tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

    mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)

    Menurut Moh. Ali Aziz (2004: 123) dalam ayat tersebut, ada 3 metode

    dakwah yaitu: hikmah, mau’izatul hasanah, dan mujadallah billati hiya ahsan.

    Metode yang pertama adalah hikmah, penyampaian ajaran Islam untuk

    menyampaikan orang kepada kebenaran dengan mempertimbangkan

    kemampuan dan ketajaman rasional atau akal mad’u. Yang kedua adalah

    mau’izatul hasanah yaitu suatu metode dengan menggunakan dalil-dalil,

    argumentasi yang tepat sehingga mad’u menjadi puas menerima dakwah yang

    berisi pelajaran dan peringatan juga nasihat. Selanjutnya adalah mujadallah

    billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran atau berdiskusi dengan baik antara dai

    dan mad’u.

    30

  • f. Atsr (Efek Dakwah)

    Setiap aksi akan menimbulkan suatu reaksi, setelah proses dakwah

    dilakukan akan timbul efek dari dakwah tersebut dalam diri mad’u, inilah yang

    disebut dengan atsr. Dalam proses dakwah, hal inilah yang sering kali dilupakan

    oleh para dai. Banyak dari para dai yang menganggap jika proses dakwah selesai

    maka selesailah tugasnya. Padahal dalam kenyataannya, seorang dai juga harus

    mencermati bagaimana efek yang terjadi dalam diri mad’u setelah mendapat

    terpaan dakwah agar dai tersebut dapat menentukan langkah dakwah

    selanjutnya. Dengan menganalisa atsr dai juga dapat memperbaiki kesalahan

    dalam strategi yang digunakan pada proses dakwah sebelumnya. Efek dalah

    proses dakwah meliputi efek kognitif, efek afektif, dan juga efek behavioral.

    Ketiga efek tersebut merupakan bentuk dari tahapan dakwah mulai dari tahapan

    knowledge sampai ke tahapan practice.

    -Efek Kognitif: Efek ini adalah efek dalam tahapan pengetahuan, mad’u akan

    diberikan dakwah yang dapat menambah pengetahuan atau memberikan

    pengertian tentang ajaran Islam. Dalam tahapan ini, akan ada perubahan persepsi

    dalam diri mad’u. Jadi dengan menerima dakwah yang telah disampaikan oleh

    dai akan dapat mengubah cara pikir mad’u tentang ajaran Agama sesuai dengan

    Al-Quran dan Al-Hadist.

    -Efek Afektif: Dalam tahapan ini, mad’u akan merasa tertarik untuk merubah

    perilakunya sesuai dengan Ajaran Islam. Efek afektif lebih dalam dari efek

    kognitif karena paparan dakwah yang telah disampaikan dai telah merujuk pada

    31

  • keputusan mad’u untuk menerima atau menolak pesan dakwah yang telah

    disampaikan.

    -Efek Behavioural: Dalam tahap ini, efek yang ditimbulkan adalah perwujudan

    dari perubahan perilaku mad’u. Setelah terpapar pengetahuan dan ada keinginan

    dalam diri mad’u untuk berubah maka setelah itu mad’u akan merubah perilaku

    sesuai dengan dakwah yang disampaikan. Dengan demikian efek ini dapat

    muncul setelah melalui dua efek sebelumnya.

    2.2.5 Macam-Macam Komunikasi Dakwah

    Menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya Ilmu Dakwah (2009: 11),

    macam-macam dakwah dapat dikategorikan menjadi tiga, dakwah bil lisan,

    dakwah bil Qalam, dan dakwah bil Hal.

    -Dakwah bil lisan: Dakwah model ini biasa dilakukan dengan cara lisan atau

    dengan perkataan seorang dai. Contohnya seperti ceramah, khutbah, diskusi,

    nasihat, dan lain-lain. Dakwah model ini banyak digunakan oleh para dai untuk

    memberikan dakwah pada saat pengajian, sholat jumat, dan dimana ajaran Islam

    disampaikan.

    -Dakwah bil qalam: Dakwah ini dilakukan dengan menggunakan tulisan.

    Contohnya adalah caption di media sosial, buku, buletin, pamflet dan tulisan-

    tulisan yang ditempel di dinding yang berisi ajakan ajaran Islam.

    -Dakwah bil Hal: Dakwah ini dilakukan dengan perbuatan nyata. Misalnya

    adalah mencontohkan orang lain dengan tindakan bersedekah, contoh lainnya

    membuang sampah pada tempatnya. Tindakan juga dapat dikategorikan sebagai

    32

  • dakwah karena seseorang yang melihatnya berkemungkinan akan meniru

    perilaku yang dilakukan oleh dai. Pada zaman dulu, pada saat rasulullah datang

    ke kota Madinah yang dilakukan nabi adalah membangun masjid Al-Quba.

    Dengan membangun masjid itu nabi dapat mempersatukan kaum Anshar dan

    kaum Muhajirin.

    2.3 Komunitas

    Komunitas berasal dari bahasa inggris community, Menurut kamus sosiologi,

    community adalah istilah yang sampai saat ini masih belum memiliki makna yang jelas.

    Secara singkat, komunitas adalah kumpulan orang dalam satu wilayah geografis. Pada

    dasarnya komunitas merupakan sekumpulan orang yang memiliki kepentingan yang

    sama dan saling berinterakasi satu sama lain antar anggotanya. Saat ini banyak sekali

    komunitas yang dibentuk untuk mencapai tujuan bersama anggotanya. Mulai dari

    komunitas agama, komunitas hewan, komunitas vespa, dan lain sebagainya. Komunitas

    adalah sebuah kelompok sosial yang terbentuk karena adanya persamaan dan adanya

    tujuan bersama yang ingin dicapai. Persamaan tersebut dapat meliputi persamaan

    kriteria sosial, profesi, tempat tinggal, kegemaran.

    Menurut Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati dalam bukunya “Sosiologi

    Suatu Pengantar”, Komunitas atau Community dapat dikatakan sebagai sekumpulan

    orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah dalam satu geografis dimana mereka

    memiliki interaksi yang besar diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk

    dari luar geografisnya (2013: 133). Komunitas dapat terdiri dari kelompok-kelompok

    33

  • pemukiman di dalam lingkungan desa dan kecamatan. Komunitas juga dapat berbentuk

    sebagai partai-partai, organisasi profesi, organisasi swadaya masyarakat, organisasi

    politik dan perkumpulan agama, hobi, budaya, juga keluarga dan lain sebagainya. Ciri-

    ciri yang utama dari komunitas adalah interaksi anggotanya berlangsung dalam

    frekuensi yang tinggi, saling mengenal satu sama lain, saling tolong-menolong, dan

    kerjasama.

    Tujuan dibentuknya komunitas adalah untuk dapat saling berkomunikasi,

    bertukar informasi dan saling membantu dalam menghasilkan sesuatu. Melalui

    komunikasi yang terjadi di dalam komunitas ini, seseorang dapat memenuhi kebutuhan

    emosionalnya dengan memupuk hubungan hangat dengan sesama anggota komunitas.

    Selain memiliki tujuan yang sama, komunitas juga tempat untuk menyampaikan

    gagasan sikap ataupun hanya untuk sekedar berbagi pengalaman. Di dalam komunitas,

    tentunya ada beberapa ketentuan atau peraturan-peraturan yang ditetapkan agar sebuah

    komunitas dapat mencapai tujuannya dengan baik. Jika anggota dari komunitas tidak

    dapat mematuhi ketentuan-ketentuan komunitas itu sendiri, dan tidak berkomunikasi

    satu sama lain dengan baik maka komunitas tersebut tidak bisa mencapai tujuannya.

    2.4 Hijab

    Pengertian hijab menurut Al-Quran memiliki arti sebagai penutup secara umum.

    Umum yang dimaksudkan disini bukan hanya pakaian yang menutupi seluruh tubuh

    kecuali wajah dan telapak tangan namun juga bisa berupa tirai pembatas. Dalam QS.

    Al-Ahzab ayat 53, Allah SWT memerintahkan kepada sahabat Nabi Muhammad SAW

    34

  • agar ketika mereka meminta sesuatu barang kepada istri-istri Nabi SAW dari balik hijab

    (penutup) “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada (istri-istri Nabi) maka

    mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati

    mereka. Makna lain dari hijab adalah sesuatu yang menghalangi atau menutupi dirimya.

    Hijab berasal dari kata bahasa arab hajaban yang memiliki arti menutupi yang

    biasanya disebut dengan jilbab atau kerudung. Hijab adalah semua hal yang

    dimaksudkan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya fitnah. Hijab bukan hanya

    berarti pakaian wanita, akan tetapi apa saja yang menutupi berupa tembok, kain, dan

    lain sebagainya. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al –Quran yaitu:

    ٌر َوِمْن َبْيِنَنا ْاِنَنا َوق

    َي آذ ِ

    ْ�هِ َو�ن�ا ِإل

    َْدُعون

    َا ت ةٍ ِممَّ ِ�نَّ

    �ي أ ِ

    �ُ�َنا �ن�لُوا ق

    �ال

    َ َوق

    وَن �َنا َعاِمل

    َّاْعَملْ ِإن

    َ َوَ�ْيِنَك ِحَجاٌب ف

    Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang

    kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu

    ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula). (QS. Fussilat:

    5)

    Dari ayat suci diatas, menunjukkan bahwa hijab bukan sesuatu yang

    menghalangi dua sisi, sehingga keduanya tidak dapat saling melihat, melainkan tidak

    adanya pengeliatan yang sempurna. Dengan demikian hijab berarti suatu himbauan

    menjaga batas yang ditujukan kepada laki-laki dan perempuan. Di dalam hadits juga

    terdapat perbedaan istilah yang digunakan antara hijab dan jilbab. Hijab merupakan

    35

  • adab khusus bagi para istri Nabi dalam berinteraksi dengan kaum laki yang bukan

    mahramnya.

    2.5 Komunikator

    Peranan komunikator dalam penentuan strategi dakwah adalah yang paling

    penting, karena komunikator adalah komponen yang menyusun dan juga

    menyampaikan pesan kepada komunikan atau dalam hal ini disebut mad’u. Jika

    membahas tentang strategi maka akan merujuk pada perencanaan dan persiapan

    bagaimana sebuah pesan akan disampaikan. Perumusan strategi meliputi pengenalan

    pesan, penyusunan pesan, pemilihan metode dan media, juga penentuan komunikator

    yang sesuai agar pembawaannya menjasi sangat rapi dan bagus. Komunikator harus

    melakukan penelitian terlebih dahula tentang pesan dan bagaimana karakteristik

    komunikan yang nantinya akan menyerap dakwah yang diberikan. Komunikator juga

    sering disebut sebagai sumber, seorang sumber sudah pasti bisa menjadi komunikator

    namun komunikator tidak selalu sebagai sumber, bisa jadi ia hanya menjadi pelaksana

    atau eksekutor dari seorang sumber.

    Komunikator harus selalu dapat mengatahui kebutuhan dari audiensnya. Maka

    dari itu komunikator haruslah pandai dan memiliki sikap yang baik juga kaya akan

    pengetahuan. Ia juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, harus

    memiliki kredibilitas yang dapat dipertanggung jawabkan. Selain harus dapat

    menyampaikan pesan dengan baik, seorang komunikator juga harus dapat mendengar

    aspirasi yang nantinya akan dikemukakan oleh komunikan. Membuat orang lain

    36

  • mengerti apa yang sedang dijelaskan memang adalah bagian yang penting sebab

    gagasan yang dikemukakan akan dapat diterima dan dilaksanakan oleh komunikan.

    Dengan dapat mendengar sesuatu yang disampaikan komunikan akan membuat proses

    komunikasi menjadi lebih baik lagi karena ada timbal balik dalam proses itu.

    Menurut Hamidi (2010: 3), komunikator adalah individu atau kelompok yang

    akan menyampaikan pesan. Komunikator dalam hal ini dapat berupa komunitas,

    perusahaan penerbitan ataupun siaran. Dia yang memiliki inisiatif untuk membuat dan

    mengarahkan proses komunikasi. Ketika melakukan proses komunikasi kita tentu

    memiliki persepsi begitu juga orang lain yang terlibat dalam proses itu. Maka

    komunikator harus mempertimbangkan perannya sebagai komunikator demi

    menyukseskan proses komunikasi sehingga komunikan dapat menerima pesan dengan

    baik. Dalam hal ini, komunikator disebut sebagai dai. Maka sebagai dai, ia harus

    memiliki pengetahuan akan ajaran agama Islam dengan sangat baik.

    Keefektifan komunikasi memang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan

    komunikasi namun juga oleh bagian diri dari komunikator. Sepeti yang diungkapkan

    oleh Onong Uchjana Effendy (2015: 16), fungsi komunikator yaitu pengutaraan pikiran

    dalam bentuk pesan agar komunikan mengerti atau menjadi tahu dan merubah sikap,

    pendapat, maupun prilakunya. Komunikan yang menjadi sasaran akan menilai siapa

    komunikator yang menyampaikan informasi tersebut. Jika pesan yang disampaikan

    tidak sesuai dengan diri komunikator, sebaik dan sebagus apapun kemampuan

    komunikasinya maka komunikan tidak akan melakukan hal yang diharapkan.

    37

  • Tidak hanya harus memiliki kesiapan yang baik, komunikator juga harus

    memiliki beberapa sikap yang harus dimiliki. Diantaranya yaitu reseptif, seorang

    komunikator harus bisa menerima gagasan yang dikemukakan oleh orang lain. Bagi

    seorang komunikator tidak ada ruginya untuk menerima gagasan baru dari orang lain,

    karena banyak gagasan-gagasan baru yang akan menyempurnakan gagasan yang telah

    dimiliki oleh komunikator. Selanjutnya adalah sikap selektif, yakni menjadi

    komunikator yang terampil memilih atau menyerap gagasan yang dikemukakan orang

    lain dalam mengkaji problem yang akan dibahas. Komunikator juga harus transmisif,

    yaitu sikap yang mampu memilih dan merangkai kata-kata yang fungsional agar

    penyampaian dalam proses komunikasi menjadi sangat baik.

    38