BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Komunikasi Dakwah …eprints.umm.ac.id/46240/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Komunikasi Dakwah …eprints.umm.ac.id/46240/3/BAB II.pdf ·...
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Komunikasi Dakwah
2.1.1 Pengertian Strategi
Secara Etimologis, kata strategi berasal dari dua kata yaitu stratos dan
agein yang memiliki arti tentara dan memimpin. Dengan begitu artik dari kata
strategi adalah memimpin tentara. Kemudian muncul kata Strategos yang
artinya adalah pemimpin tentara yang memiliki tingkat paling tinggi. Jadi,
strategi adalah konsep militer yang dijadikan seni perang para jendral atau suatu
rancangan yang dapat memenangkan perang (Cangara, 2013: 61). Untuk
mencapai sebuah proses komunikasi yang baik maka diperlukan juga strategi
yang baik. Strategi merupakan pendekatan menyeluruh yang akan diambil untuk
menghadapi tantangan yang akan muncul saat terjadinya proses komunikasi.
Pemilihan strategi merupakan sebuah langkah yang paling penting dan
memerlukan penanganan dalam perencanaannya. Sebab jika salah dalam
pemilihan strategi maka akan fatal akibatnya bagi proses komunikasi yang
berlangsung terutama kerugian dari segi waktu, tenaga, dan tentunya materi.
Menurut Onong Uchjana Effendy (1984: 35), Strategi adalah
perencanaan dan menejemen yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan hanya
akan dapat dilakukan melalui sebuah taktik operasional. Sebuah strategi harus
dapat mendefinisikan khalayak yang ingin disasar, tindakan yang akan
9
-
dilakukan, mengatakan kepada khalayak manfaat apa yang akan didapat, dan
bagaimana mendapatkan khalayak dalam jangkauan yang besar.
2.1.2 Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi adalah kegiatan dalam proses komunikasi yang
bersifat informasional dan persuasif untuk memberikan pemahaman dan
dukungan untuk suatu ide atau gagasan yang terencana, memiliki tujuan, rencana
dan berbagai alternatif berdasarkan riset dan juga evaluasi (Ronald Smith, 2005:
3). Strategi komunikasi berisi perencanaan dan pendekatan berdasarkan riset
yang sudah dilakukan terlebih dahulu. Pada hakikatnya strategi komunikasi
merupakan gabungan antara rencana komunikasi dan manajemen komunikasi
yang mampu menunjukkan cara operasional yang praktis, karena dalam kegiatan
komunikasi, strategi adalah hal yang menentukan keberhasilan kegiatan
komunikasi itu sendiri.
Secara teoritis, pengertian strategi komunikasi akan mengarah pada teori
yang dipaparkan oleh Harold D. Laswell (Effendy, 2005: 10). Laswell
menerangkan, untuk menggambarkan dengan tepat perencanaan sebuah kegiatan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan “Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect?”. Sedangkan menurut Robin Mehall
(Cangara, 2013: 45), strategi komunikasi adalah sebuah catatan tertulis yang
menerangkan tentang apa saja yang harus dilakukan dalam kegiatan komunikasi
demi mencapai tujuan. Mehall mengatakan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu dengan cara apa yang dapat dilakukan sehingga tujuan
10
-
tercapai, kepada siapa program komunikasi itu ditujukan, dengan peralatan dan
dalam jangka berapa lama hal tersebut dapat dicapai, dan yang terakhir adalah
bagaimana cara mengukur hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Dari
pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan perencaan komunikasi
dilakukan mulai dari proses pemilihan komunikator, penyusunan pesan,
pemilihan media, penentuan sasaran, dan yang terakhir adalah evaluasi.
Menurut Gibson, dkk (Cangara, 2013: 82-83) dalam melakukan strategi
komunikasi diperlukan adanya tindakan-tindakan berikut:
1. Adanya tindakan saling mempercayai satu sama lain, yaitu adanya
kepercayaan antara komunikator dan komunikan.
2. Jika tidak ada rasa kepercayaan dalam komunikator maupun komunikan maka
akan menghambat proses komunikasi yang terjadi.
3. Meningkatkan feedback atau umpan balik untuk mengurangi adanya
kesalahpahaman, komunikator juga membutuhkan feedback sehingga
komunikator dapat mengetahui sejauh mana komunikan mengetahui dan
mengerti akan pemahaman pesan yang telah disampaikan.
4. Mengatur arus komunikasi, informasi yang disampaikan haruslah informasi
yang dibutuhkan oleh komunikan.
5. Tindakan pengulangan sangat penting dilakukan agar membantu komunikan
dalam menginterpretasikan pesan yang kurang jelas.
11
-
6. Penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti akan memudahkan
pesan tersampaikan kepada komunikan.
7. Penentuan waktu, dengan pengelolaan waktu yang baik dalam proses
komunikasi akan membuat pesan yang disampaikan dapat tersusun dengan baik.
Dari berbagai model dan tahapan perencanaan strategi komunikasi yang
dipaparkan dalam buku Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Cangara, 2013:
70-71), peneliti menggunakan model perencanaan komunikasi oleh Philip Lesly.
Model ini memiliki 2 komponen penting yaitu organisasi yang menggerakkan
kegiatan dan publik yang menjadi sasaran dari kegiatan. Pada model ini, dalam
organisasi terdapat 6 tahapan, sedangkan dalam publik terdapat 2 tahapan.
Tahapan tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Bagan 2.1 Model perencanaan komunikasi oleh Philip Lesly
Sumber: Cangara, 2013
Analisis riset Organisasi
Perumusan kebijakan
evaluasi
Pelaksanaan program
feedback
Kegiatan komunikasi
Publik
12
-
Dalam komponen organisasi yang dilakukan terlebih dahulu adalah
analisis riset untuk langkah awal dalam mendiagnosa permasalahan yang sedang
dihadapi. Selanjutnya adalah perumusan kebijakan, yaitu perumusan strategi
yang akan digunakan. Dalam tahap perencanaan program pelaksanakan
ditentukan sumber daya yang akan digunakan, termasuk tenaga, dana, fasilitas,
dan lain sebagainya. Setelah itu organisasi dapat melakukan kegiatan
komunikasi yaitu penyebaran informasi dengan baik. Sedangkan komponen
publik adalah komponen kedua yang menjadi sasaran kegiatan komunikasi yang
berhubungan dengan efek dan evaluasi. Dalam hal ini organisasi yang akan
diteliti bergerak dibidang keagamaan, maka publiknya adalah penganut agama
islam.
2.1.3 Strategi Dakwah
Menurut Asmuni Syukir, strategi dakwah adalah metode, siasat, taktik,
atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah (1983: 32). Jika
seorang dai ingin proses dakwah yang ia lakukan berhasil mengenai sasaran,
maka dai harus memiliki strategi yang baik dalam menyampaikan dakwahnya.
Sebuah strategi dakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah diantaranya
adalah asas filosofis, asas keahlian dai, asas sosiologis, asas psikologis, asas
efesiensi (Amin, 2009: 107-108). Dengan menggunakan strategi yang baik maka
seorang dai dapat dengan mudah menggampai tujuannya.
13
-
Sedangkan menurut Natsir (1989), strategi dakwah Nabi Muhammad
meliputi, memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan audience,
jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan akan menimbulkan
fitnah, menjinakkan hati dengan harta dan kedudukan, menjinakkan hati dengan
memberi maaf ketika dihina dan juga berbuat baik jika disakiti, pada saat
memberi nasihat dan jangan menunjuk langsung kepada orangnya tetapi
berbicara dengan sasaran umum, memberikan sarana yang dapat mengantarkan
seseorang pada tujuannya, seorang dai harus siap menjawab berbagai
pertanyaan, dan memberikan perumpamaan-perumpamaan.
Dalam proses dakwah haruslah menggunakan strategi dakwah yang
bijak, karena jika seorang dai menggunakan strategi yang bijaksana dalam
menyampaikan dakwahnya maka, atas izin Allah swt hal tersebut akan
berdampak pada keberhasilan proses dakwah yang dilakukan. Sehingga tujuan
yang dikehendaki akan tercapai dengan baik. Selain itu, seorang dai juga harus
memahami prinsip-prinsip dalam komunikasi islam agar proses penyampaian
pesan dapat diterima. Dalam berbagai literatur mengenai komunikasi Islam, ada
enam jenis gaya berbicara dalam etika penyampaian komunikasi dalam Islam,
yaitu:
1. Qaulan ma’rufa
Qaulan ma’rufa memiliki arti yaitu perkataan yang baik, santun, dan
tidak menyinggung perasaan atau ungkapan yang pantas yang sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat. Juga bermakna pembicaraan
14
-
yang menimbulkan kebaikan atau bermanfaat. Seorang dai harus
memiliki perkataan yang baik dengan siapa pun, dimana pun, dan kapan
pun, dengan niat pembicaraan tersebut dapat mendatangkan pahala baik
bagi dai maupun juga mad’unya.
2. Qaulan sadida
Seorang dai harus menginformasikan pesan yang benar, qaulan sadida
dapat diartikan sebagai perkataan yang benar, jujur, dan tidak ada
manipulasi. Pentingnya seorang dai memiliki perkataan yang benar
sangat berpengaruh kepada mad’u karena perkataan yang benar tidak
akan menimbulkan keraguan dan bisa meyakinkan pendengarnya.Qaulan
sadida juga berarti tidak bohong, dalam Al-Quran kita diajarkan untuk
tidak berdusta, karena akan menimbulkan kerugian bagi seseorang yang
berbuat demikian.
3. Qaulan layyina
Qaulan layyina merupakan perkataan yang lemah lembut, dengan penuh
keramahan dan suara yang enak didengar sehingga dapat menyentuh hati
para mad’u. Dalam komunikasi Islam, seorang dai diharuskan untuk
menghindari perkataan-perkataan yang kasar dan intonasi yang tinggi
dalam penyampaian dakwahnya.
4. Qaulan maysura
Qaulan maysura berarti perkataan yang mudah dimengerti, dipahami,
dan dicerna oleh mad’u. Qaulan maysura juga memiliki arti perkataan
15
-
yang menyenangkan. Seorang dai dituntut harus memiliki perkataan
yang mudah dipahami oleh lawan bicaranya, sehingga pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh mad’u. Dai yang baik
adalah dai yang disenangi oleh mad’unya dengan memiliki simpati,
empati, dan juga perkataan yang menyenangkan.
5. Qaulan baligha
Dalam komunikasi Islam, qaulan baligha bermakna perkataan yang
membekas di jiwa. Dai diharapkan menggunakan kata-kata yang efektif,
komunikatif, dan juga mudah dimengerti agar mad’u paham dengan baik
pesan yang disampaikan sehingga membekas sampai ke dalam jiwa
mad’u. Dalam berkomunikasi, seorang dai harus paham dengan baik
bagaimana cara berkomunikasi dengan orang awam maupun dengan
cendikiawan, harus dapat membedakan lawan bicara yang akan dihadapi.
6. Qaulan karima
Qaulan karima adalah perkataan yang sangat mulia, enak didengar, dan
bertatakrama. Seorang dai dapat menggunakan perkataan ini pada saat
lawan bicaranya lebih tua dan harus dihormati. Qaulan karima dapat juga
diartikan sebagai kata yang santun dan tidak kasar.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan strategi komunikasi dakwah yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad. Selaku imam para dai, Nabi Muhammad dapat
menerapkan strategi komunikasi dakwah yang sangat baik sehingga dapat
membawa umatnya dari kegelapan menuju masa yang terang benderang. Bentuk-
16
-
bentuk strategi dakwah yang dijelaskan oleh Al Bayanuni (Novia, 2005: 35)
dibagi menjadi 3 bentuk yaitu:
1. Strategi sentimental atau Al-manhaj al-athifi
Strategi ini memfokuskan pada aspek hati, menggerakkan perasaan dan
batin dari mad’u. Metode yang dikembangkan strategi ini adalah dengan memberi
mad’u nasihat-nasihat yang lembut, memberi pelayanan yang memuaskan.
Strategi ini sangat sesuai jika digunakan pada mad’u yang dianggap lemah seperti
kaum perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, orang-orang miskin, para
mualaf, anak yatim, dan lain sebagainya. Strategi ini pernah diterapkan oleh Nabi
Muhammad saat menghadapi kaum musyrik Mekah. Banyak ayat-ayat Makkiyah
yang menekankan aspek kemanusiaan, kebersamaan, perhatian kepada fakir
miskin. Dan diketahui pada awalnya pengikut Nabi Muhammad saat itu memang
berasal dari golongan kaum lemah, dengan strategi ini kaum lemah akan merasa
sangat dihargai.
2. Strategi Rasional atau Al-manhaj al-aqli
Strategi rasional adalah strategi dakwah yang menggunakan metode
difokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mad’u untuk berfikir
dan merenungkan serta mengambil pelajaran dalam isi pesan dakwah. Metodenya
sering kali menggunakan hukum logika, diskusi, berupa contoh, dan bukti sejarah.
Al Quran sering menyebut strategi ini dengan beberapa terminologi yaitu:
tafakkur (menggunakan pemikiran untuk mencapainya), nazhar (mengarahkan
hati untuk berkonsentrasi pada objek yang menjadi perhatian), tadabbur (suatu
17
-
usaha memikirkan akibat-akibat setiap masalah), dan istibshar (mengungkapkan
sesuatu).
3. Strategi Indrawi atau Al-Manhaj al hissy
Strategi indrawi bisa disebut sebagai strategi eksperimen, didefinisikan
sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi dan
berpegang teguh pada hasil penelitian atau percobaan. Strategi ini menggunakan
metode praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama. Pada jaman dulu,
Nabi Muhammad SAW mempraktekkan Islam sebagai perwujudan strategi ini
yang disaksikan oleh para sahabatnya. Para sahabatnya dapat menyaksikan
mukjizat secara langsung, seperti terbelahnya rembulan. Sekarang kita
menggunakan Al-Quran untuk memperkuat atau menolak hasil penelitian.
Berbicara tentang penerapan strategi dakwah memang tidak pernah lepas
dari bagaimana kondisi komunikan atau mad’u yang akan menjadi sasaran dalam
dakwah yang akan dilakukan. Dakwah yang memiliki sifat kompleks dan
multidimensi mengharuskan dai melakukan pengamatan yang jeli sebelum
menerapkan strategi apa yang akan digunakan sesuai dengan kondisi mad’u.
Dalam era globalisasi saat ini pun dibutuhkan penerapan dakwah yang dapat
mengimbangi dan juga menjangkau kemajuan tersebut. Dengan demikian dai
diharuskan mengembangkan strategi-strategi yang akan digunakan dalam proses
dakwah.
18
-
2.2 Komunikasi Dakwah
Dakwah termasuk dalam kegiatan komunikasi, walaupun tidak semua kegiatan
komunikasi adalah dakwah. Oleh karena itu hubungan antara komunikasi dan dakwah
sangatlah erat. Komunikasi menjadi satu indikator penting agar proses dakwah berjalan
dengan baik.
2.2.1 Pengertian Komunikasi Dakwah
Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu
communicatio yang bersumber pada kata communis. Communis dalam arti ini
berarti sama, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Maka komunikasi terjadi
jika pihak yang terlibat memiliki kesamaan makna. Secara terminologis,
komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain.
Dalam pengertian terminologis ditekankan bahwa proses komunikasi yang
terjadi adalah proses komunikasi sosial karena melibatkan manusia. Salah satu
pakar komunikasi yang cukup terkenal adalah Harold Laswell. Ia mengatakan
cara baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan who says what in which channel to whom with what
effect (Ilaihi, 2010:8).
Secara keseluruhan banyak sekali pengertian dan definisi komunikasi
yang didefinisikan oleh para pakar komunikasi. Dengan konsep lain, Everett M.
Rogers seorang pakar Sosiologi dari Amerika yang telah banyak berkontribusi
dalam riset komunikasi mengemukakan:
19
-
“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih, dengan maksut untuk mengubah tingkah laku mereka”
(Cangara, 2011: 19).
Peneliti menganggap konsep yang diutarakan oleh Everret M. Rogers
inilah yang sangat dekat dan dapat menggambarkan komunikasi dakwah. Beliau
menjabarkan dalam konsep ini, komunikasi dilakukan bukan hanya untuk
memberikan informasi tetapi juga untuk merubah sikap komunikannya. Karena
dalam proses komunikasi dakwah, terdapat tujuan untuk mengubah tingkah laku
komunikannya agar menjadi lebih baik menurut ajaran islam.
Dakwah menurut jalan Allah maknanya adalah mengajak orang lain agar
melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya (suhaimi, 2008: 19).
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab da’aa atau yad’u
yang berarti ajakan, seruan, undangan. Dakwah dengan pengertian seperti diatas
dapat ditemukan dalam ayat Al-Qur’an yaitu:
ار� النَّ
�ي ِإ� ينِ
ََجاةِ َوَتْدُعون النَّ
�ْم ِإ�
�ْدُعوك
�ْوِم َما ِ�ي أ
َ َوَ�ا ق
“Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada
keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka?” (QS. Al Mu’min: 41)
Menurut ulama basrah berasal dari mashdar da’watun yaj artinya
panggilan (Suhandang, 2014). Dalam masyarakat islam di Indonesia, kata
dakwah sudah tidak asing lagi didengar. Secara istilah dakwah dapat diartikan
sebagai kegiatan mengajak seseorang atau kelompok untuk berbuat kebaikan
20
-
dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Para ulama mendefinisikannya
bermacam-macam, salah satunya menurut Syekh Ali Makhfudh dalam kitabnya
Hidayatul Mursyidin, mengatakan bahwa dakwah adalah “Mendorong manusia
berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada
kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.” (Aziz, 2004: 4). Secara umum, kata da’awa
berasal dari unsur bermakna mengajak, meminta, memanggil, atau menyeru.
Masih banyak pengertian dakwah menurut para ulama lainnya namun,
pengertian diatas diaanggap sudah cukup untuk menjelaskan dan memberi
gambaran definisi mengenai dakwah. Dakwah adalah istilah teknis yang
dipahami sebagai upaya mengajak orang lain ke arah islam. Karena dalam
dakwah terdapat penyampaian informasi ajaran islam berupa ajakan untuk
berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk, nasihat-nasihat, juga pendidikan.
Ada beberapa istilah yang erat kaitannya dengan dakwah yaitu, tabligh, tabsyir,
mawidhah, nashihat, tarbiyah, washiyat, dan khitabah. Sinonim-sinonim
tersebut memiliki arti yang tidak jauh berbeda dengan pengertian kata dakwah
seperti diatas.
Letak perbedaan komunikasi dengan komunikasi dakwah yang sangat
menonjol sebenarnya terletak pada isi kandungan pesan yang disampaikan.
Kandungan pesan komunikasi bersifat lebih umum dan juga netral, tetapi isi
pesan yang terkandung dalam komunikasi dakwah adalah kebenaran dan
keteladanan islam. Perbedaannya juga terletak pada tujuan dan efek yang
diharapkan. Dalam komunikasi tujuannya hanya sekedar untuk penyampaian
21
-
sebuah informasi tetapi dalam komunikasi dakwah tujuannya lebih kepada
mempersuasi komunikan agar dapat merubah perilaku menjadi lebih baik sesuai
dengan ajaran islam.
Oleh karena itu dengan beberapa paparan diatas mengenai pengertian
komunikasi dan dakwah maka peneliti menarik kesimpulan bahwa, komunikasi
dakwah dapat diartikan sebagai usaha dai dalam menyampaikan pesan-pesan Al-
Quran dan Al-Hadist kepada mad’u atau khalayak, supaya khalayak dapat
mengetahui dan memahami, juga mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari
serta dapa menjadikan Al-Quran dan Al-Hadist sebagai pedoman hidup yang
akan menetukan kehidupan umat di dunia ini agar mendapat kebahagian dunia
dan akhirat.
2.2.2 Fungsi Komunikasi Dakwah
Sebagai agama penyempurna, Islam mengatur seluruh hukum kehidupan
individu dan masyarakat. Ajaran Islam berpegang teguh dengan Al-Quran dan
Al-Hadist. Islam sebagai agama disebut sebagai agama dakwah, maksutnya
adalah agama yang disebarluaskan dengan cara yang damai dan tanpa kekerasan.
Islam adalah agama yang berkembang lewat dakwah, maka dari itu dakwah
merupakan suatu aktivitas yang penting dalam Islam. Sejak Rasulullah diangkat
menjadi nabi dan rasul, maka sejak itu timbul dakwah. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan turunnya perintah kepada Nabi Muhammad saw untuk
menyampaikan apa yang disampaikan oleh Allah swt. Sesuai dengan bunyi
firman Allah dalam surat Al-Syu’ra ayat 214.
22
-
Dengan dakwah, Islam dapat diketahui dan diamalkan oleh umat manusia. Dengan demikian dakwah adalah tanggung jawab seluruh kaum
muslimin untuk menyelamatkan generasi-generasi berikutnya dari kelamnya
masa jahiliyah. Ali Aziz menyebutkan beberapa fungsi dakwah dalam bukunya
yang berjudul Ilmu Dakwah yaitu:
1. Dakwah berfungsi untuk menyebarkan Islam kepada manusia sebagai
individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat islam
sebagai rahmatan lil ‘alamin bagi seluruh mahluk Allah.
2. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai ajaran islam dari generasi
ke generasi kaum muslimin berikutnya, sehingga kelangsungan ajaran
Islam beserta pemeluknya dari generasi ke generasi selanjutnya tidak
terputus.
3. Dakwah berfungsi korektif artinya meluruskan ahlak yang bengkok,
mencegah kemungkaran, dan mengeluarkan manusia dari kegelapan
rohani.
2.2.3 Tujuan Komunikasi Dakwah
Tujuan utama dakwah adalah untuk mengubah tingkah laku manusia dari
buruk menjadi baik. Menurut Aa Gym, Tingkah laku manusia bersumber dari
jiwanya, maka dakwah yang baik adalah dakwah yang dapat diterima oleh jiwa.
Sehingga apa yang dilakukan mad’u merupakan panggilan dari diri sendiri dan
bukan karena paksaan (Asmaya, 2003: 33).
23
-
Sedangkan secara khusus, tujuan dakwah dapat dibedakan menjadi dua
segi, yaitu sebagai berikut.
1. Dari segi objek
- Tujuan perseorangan, agar mempunyai iman yang kuat,
berakhlak kharimah, dan juga agar terbentuk pribadi muslim yang
berprilaku sesuai hukum Allah.
- Tujuan keluarga, yaitu terbentuknya keluarga yang bahagia
dalam ketentraman.
- Tujuan masyarakat, supaya terbentuk kesejahteran dan
kemakmuran dengan suasana keislaman.
2. Dari segi materi
- Tujuan akidah, tumbuhnya keyakinan yang kuat tentang ajaran-
ajaran Islam, tanpa adanya keraguan yang menyelimuti.
- Tujuan hukum, terbentuknya pribadi yang patuh kepada hukum
Allah.
- Tujuan akhlak, agar terbentuk pribadi muslim yang memiliki
sifat terpuji dan bersih dari sifat tercela.
Dari beberapa paparan diatas mengenai tujuan dakwah maka secara
umum peneliti menarik kesimpulan bahwa tujuan dakwah adalah untuk
membuat perubahan pada perilaku sasaran agar mau menerima ajaran Islam dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari baik yang bersangkutan dengan
24
-
masalah pribadi, keluarga, dan masyarakat, agar mendapat kehidupannya yang
penuh keberkahan.
2.2.4 Unsur-Unsur Komunikasi Dakwah
Hal terpenting dalam proses dakwah adalah bagaimana dakwah tersebut
dapat dipahami dan diamalkan dengan benar oleh para pendengarnya sehingga
proses dakwah yang telah dilakukan menjadi efektif dan proposional. Dalam
proses dakwah terdapat beberapa unsur atau komponen yang terlibat. Unsur-
unsur komunikasi dakwah tidak jauh berbeda dengan unsur-unsur komunikasi.
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang membentuk terjadinya
proses dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah dai atau komunikator, mad’u atau
komunikan, Maddah atau materi dakwah, wasilah atau media dakwah, thariqah
atau metode dakwah, dan atsr atau efek dakwah.
a. Dai (Pelaku dakwah)
Kata dai dalam arti sempit dapat disebut sebagai mubaligh atau orang
yang menyempurnakan ajaran Islam. Mubaligh secara umum cenderung
diartikan sebagai seseorang yang hanya menyampaikan dakwah secara lisan
contohnya khotib. Menurut Nasaraddin latief dalam buku Ilmu Dakwah (2004:
79)
“Dai itu ialah muslim dan muslimah yang menjadikan dakwah sebagai suatu
amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah ialah wa’ad, mubaligh mustamain
(juru penerang) yang menyeru mengajak dan memberi pengajaran dan pelajaran
agama islam. Sedangkan dalam kamus bahasa lisan Al-‘Arab dikatakan bahwa
25
-
pengertian du’at yaitu orang yang mengajak manusia untuk berbai’at pada
petunjuk (Aziz, 2010). Seorang dai harus mempunyai bekal dan persiapan
sebelum melakukan proses dakwah, dai harus memahami dengan baik siapa
target yang akan menerima dakwah. Keefektifan proses dakwah dipengaruhi
oleh kemampuan berkomunikasi seorang dai, selain itu dai harus memiliki
akhlak yang baik. Hal ini secara otomatis menuntut seorang dai untuk
memahami bagaimana kondisi sosial dan budaya audience yang akan dihadapi.
Dai merupakan unsur dakwah yang paling penting, karena tanpa dai ajaran
agama islam hanya sebuah ideologi yang mengkin tidak akan terwujud dalam
kehidupan umat manusia. Tugas seorang dai sama dengan tugas rasul. Ayat-ayat
yang memperintahkan nabi untuk berdakwah juga ditujukan kepada umat islam.
Berdakwah adalah tugas seluruh umat muslim baik laki-laki maupun
perempuan. Dai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah kelompok
bukan individu.
b. Mad’u (Penerima Dakwah)
Dalam proses dakwah, komunikan atau sasaran dakwah disebut sebagai
mad’u. Mad’u lebih dikenal sebagai mitra dakwah daripada objek dakwah,
karena sebutan kedua terlihat jauh lebih pasif. Karena pada dasarnya seorang
mad’u akan mengamalkan ajaran agama islam bersama-sama dengan dai setelah
melalui proses dakwah. Jika sebuah dakwah tidak tersampaikan dengan baik
sering kali menimbulkan beberapa masalah atau kesalapahaman dalam diri
mad’u. Kesalahpahaman yang terjadi dapat didasari oleh beberapa penyebab,
salah satunya karena ada berbagai macam golongan mad’u yang mungkin tidak
26
-
dikuasai oleh dai. Muhammad Abdullah mengelompokkan mad’u menjadi 3
golongan yaitu: golongan cerdik seperti cendikiawan dan orang yang berfikiran
kritis, golongan awam yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berfikir secara
kritis, dan golongan yang berbeda dari yang sebelumnya yaitu mereka yang
senang membahas sesuatu tetapi tidak secara mendalam (ilaihi, 2010: 91).
Menurut peneliti, komunitas ini berhasil membuat mad’unya mengerti
dengan baik apa yang disampaikan, sehingga banyak mad’u yang mendaftarkan
dirinya untuk menjadi bagian dari komunitas yang banyak mengajak seseorang
untuk berhijab.
c. Maddah (Materi Dakwah)
Maddah adalah materi atau isi pesan yang akan disampaikan oleh dai
kepada mad’u. Pada dasarnya pesan dakwah yang akan disampaikan harus
tergantung dengan dakwah yang hendak dicapai, artinya materi dakwah harus
dapat menggugah aspek akal dan emosi dari mad’u serta berkaitan dengan
kebutuhannya masing-masing. Seorang dai harus membawakan materi yang
dapat menjawab persoalan yang sedang dihadapi oleh mad’u. Materi dalam
proses dakwah sudah sangat jelas yaitu ajaran Islam. Ajaran islam sangatlah
luas, pada garis berasnya dapat dibedakan sebagai berikut:
- Akidah: Ajaran Islam yang berhubungan dengan keyakinan.
- Syariah: Ajaran Islam yang berhubungan dan membahas tentang
hukum-hukum yang ada di Islam.
27
-
- Muamalah: Ajaran Islam yang membahas tentang aturan dalam tata
kehidupan bersosial.
- Akhlak: Ajaran islam yang berhubungan dengan tata prilaku manusia
sebagai hamba Allah dan juga sebagai anggota masyarakat.
- Ibadah: Ajaran Islam yang membahas tentang ritual dalam
pengabdian kepada Allah.
- Sejarah: Ajaran Islam yang menceritakan tantang perjalanan hidup
manusia yang diterangkan dalam Al-Quran untuk diambil hikmah
dan pelajarannya.
Fathi Yakin dalam kitab Kaifa Nad’u ilal Islam menambahkan bahwa
maddah yang berupa totalitas dari ajaran Islam tersebut harus dijelaskan kepada
mad’u tentang berapa keistimewaannya yang berlainan dengan ajaran-ajaran lain
agar mereka lebih tertarik untuk mengikuti ajaran Islam tersebut (Aziz, 2004:
98). Materi dakwah yang dibawakan oleh komunitas ini berkaitan dengan
beberapa materi yang telah dijabarkan diatas, dan komunitas ini menambahkan
materi pengembangan diri dengan tujuan tertentu.
d. Wasilah (Media Dakwah)
Wasilah atau media dakwah adalah alat yang dipergunakan dai untuk
menyampaikan dakwahnya kepada mad’u. Ya’qub dalam Publisistik islam
(1981: 47-48) menggolongkan media dakwah menjadi 5 golongan berdasarkan
bentuk penyampaiannya. Yaitu, melalui lisan, tulisan, lukisan (gambar), audio
visual (cara penyampaian dengan merangsang pengelihatan dan pendengaran),
28
-
dan akhlak, yaitu suatu cara atau metode langsung dan ditunjukkan dalam
perbuatan nyata, seperti membangun masjid, menjenguk orang sakit,
bersilahturahmi, dan berbagai perbuatan mulia lainnya.
Sedangkan menurut Suhaimi dalam buku Begini Seharusnya Berdakwah (2008) yang dimaksud dengan al wasilah adalah sesuatu yang akan dijadikan
sebuah media dalam rangka pendekatan diri kepada Allah dan mendapat
keridhaannya. Media komunikasi dakwah banyak sekali jumlahnya, ada yang
tradisional maupun modern. Di masa digital saat ini, media dakwah yang paling
sering digunakan adalah media sosial seperti facebook, instagram, youtube, dan
lain sebagainya. Semakin tepat wasilah yang digunakan dai maka akan semakin
efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam yang diterima mad’u.
Selain melakukan dakwah secara tatap muka atau secara langsung,
komunitas Hijab Sister Bali juga menggunakan media instagram sebagai wasilah
dakwah. menurut peneliti, pemanfaatan media sosial sangat mempengaruhi
dakwah yang dilakukan oleh komunitas ini. Karena sangat sesuai dengan sasaran
yang ingin dicapai oleh komunitas ini.
e. Thariqah (Metode Dakwah)
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai dai untuk
menyampaikan ajaran Islam. Pemilihan metode dalam proses dakwah juga
sangat penting dilakukan agar dakwah dapat diterima dengan baik oleh mad’u.
Ketika membahas tentang metode dakwah pada umumnya merujuk pada surah
An-Nahl ayat 125.
29
-
َ ي ِ�ي يتِ�ُهْم ِبال
�َحَسَنةِ َوَجاِدل
�ةِ ۖ◌ال َمْوِعظ�
�َمةِ َوال
�ِحك
�َك ِبال ٰ َسِب�ِل َر�ِّ
� ادْعُ ِإ�
ُم �ْعل
�ُم ِبَمْن َضلَّ َعْن َسِب�ِلهِ ۖ◌ َوُهَو أ
�ْعل
�َك ُهَو أ ْحَسُن ِإنَّ َر�َّ
� ۚ◌أ
ُمْهَتِديَن � ِبال
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Menurut Moh. Ali Aziz (2004: 123) dalam ayat tersebut, ada 3 metode
dakwah yaitu: hikmah, mau’izatul hasanah, dan mujadallah billati hiya ahsan.
Metode yang pertama adalah hikmah, penyampaian ajaran Islam untuk
menyampaikan orang kepada kebenaran dengan mempertimbangkan
kemampuan dan ketajaman rasional atau akal mad’u. Yang kedua adalah
mau’izatul hasanah yaitu suatu metode dengan menggunakan dalil-dalil,
argumentasi yang tepat sehingga mad’u menjadi puas menerima dakwah yang
berisi pelajaran dan peringatan juga nasihat. Selanjutnya adalah mujadallah
billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran atau berdiskusi dengan baik antara dai
dan mad’u.
30
-
f. Atsr (Efek Dakwah)
Setiap aksi akan menimbulkan suatu reaksi, setelah proses dakwah
dilakukan akan timbul efek dari dakwah tersebut dalam diri mad’u, inilah yang
disebut dengan atsr. Dalam proses dakwah, hal inilah yang sering kali dilupakan
oleh para dai. Banyak dari para dai yang menganggap jika proses dakwah selesai
maka selesailah tugasnya. Padahal dalam kenyataannya, seorang dai juga harus
mencermati bagaimana efek yang terjadi dalam diri mad’u setelah mendapat
terpaan dakwah agar dai tersebut dapat menentukan langkah dakwah
selanjutnya. Dengan menganalisa atsr dai juga dapat memperbaiki kesalahan
dalam strategi yang digunakan pada proses dakwah sebelumnya. Efek dalah
proses dakwah meliputi efek kognitif, efek afektif, dan juga efek behavioral.
Ketiga efek tersebut merupakan bentuk dari tahapan dakwah mulai dari tahapan
knowledge sampai ke tahapan practice.
-Efek Kognitif: Efek ini adalah efek dalam tahapan pengetahuan, mad’u akan
diberikan dakwah yang dapat menambah pengetahuan atau memberikan
pengertian tentang ajaran Islam. Dalam tahapan ini, akan ada perubahan persepsi
dalam diri mad’u. Jadi dengan menerima dakwah yang telah disampaikan oleh
dai akan dapat mengubah cara pikir mad’u tentang ajaran Agama sesuai dengan
Al-Quran dan Al-Hadist.
-Efek Afektif: Dalam tahapan ini, mad’u akan merasa tertarik untuk merubah
perilakunya sesuai dengan Ajaran Islam. Efek afektif lebih dalam dari efek
kognitif karena paparan dakwah yang telah disampaikan dai telah merujuk pada
31
-
keputusan mad’u untuk menerima atau menolak pesan dakwah yang telah
disampaikan.
-Efek Behavioural: Dalam tahap ini, efek yang ditimbulkan adalah perwujudan
dari perubahan perilaku mad’u. Setelah terpapar pengetahuan dan ada keinginan
dalam diri mad’u untuk berubah maka setelah itu mad’u akan merubah perilaku
sesuai dengan dakwah yang disampaikan. Dengan demikian efek ini dapat
muncul setelah melalui dua efek sebelumnya.
2.2.5 Macam-Macam Komunikasi Dakwah
Menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya Ilmu Dakwah (2009: 11),
macam-macam dakwah dapat dikategorikan menjadi tiga, dakwah bil lisan,
dakwah bil Qalam, dan dakwah bil Hal.
-Dakwah bil lisan: Dakwah model ini biasa dilakukan dengan cara lisan atau
dengan perkataan seorang dai. Contohnya seperti ceramah, khutbah, diskusi,
nasihat, dan lain-lain. Dakwah model ini banyak digunakan oleh para dai untuk
memberikan dakwah pada saat pengajian, sholat jumat, dan dimana ajaran Islam
disampaikan.
-Dakwah bil qalam: Dakwah ini dilakukan dengan menggunakan tulisan.
Contohnya adalah caption di media sosial, buku, buletin, pamflet dan tulisan-
tulisan yang ditempel di dinding yang berisi ajakan ajaran Islam.
-Dakwah bil Hal: Dakwah ini dilakukan dengan perbuatan nyata. Misalnya
adalah mencontohkan orang lain dengan tindakan bersedekah, contoh lainnya
membuang sampah pada tempatnya. Tindakan juga dapat dikategorikan sebagai
32
-
dakwah karena seseorang yang melihatnya berkemungkinan akan meniru
perilaku yang dilakukan oleh dai. Pada zaman dulu, pada saat rasulullah datang
ke kota Madinah yang dilakukan nabi adalah membangun masjid Al-Quba.
Dengan membangun masjid itu nabi dapat mempersatukan kaum Anshar dan
kaum Muhajirin.
2.3 Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa inggris community, Menurut kamus sosiologi,
community adalah istilah yang sampai saat ini masih belum memiliki makna yang jelas.
Secara singkat, komunitas adalah kumpulan orang dalam satu wilayah geografis. Pada
dasarnya komunitas merupakan sekumpulan orang yang memiliki kepentingan yang
sama dan saling berinterakasi satu sama lain antar anggotanya. Saat ini banyak sekali
komunitas yang dibentuk untuk mencapai tujuan bersama anggotanya. Mulai dari
komunitas agama, komunitas hewan, komunitas vespa, dan lain sebagainya. Komunitas
adalah sebuah kelompok sosial yang terbentuk karena adanya persamaan dan adanya
tujuan bersama yang ingin dicapai. Persamaan tersebut dapat meliputi persamaan
kriteria sosial, profesi, tempat tinggal, kegemaran.
Menurut Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati dalam bukunya “Sosiologi
Suatu Pengantar”, Komunitas atau Community dapat dikatakan sebagai sekumpulan
orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah dalam satu geografis dimana mereka
memiliki interaksi yang besar diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk
dari luar geografisnya (2013: 133). Komunitas dapat terdiri dari kelompok-kelompok
33
-
pemukiman di dalam lingkungan desa dan kecamatan. Komunitas juga dapat berbentuk
sebagai partai-partai, organisasi profesi, organisasi swadaya masyarakat, organisasi
politik dan perkumpulan agama, hobi, budaya, juga keluarga dan lain sebagainya. Ciri-
ciri yang utama dari komunitas adalah interaksi anggotanya berlangsung dalam
frekuensi yang tinggi, saling mengenal satu sama lain, saling tolong-menolong, dan
kerjasama.
Tujuan dibentuknya komunitas adalah untuk dapat saling berkomunikasi,
bertukar informasi dan saling membantu dalam menghasilkan sesuatu. Melalui
komunikasi yang terjadi di dalam komunitas ini, seseorang dapat memenuhi kebutuhan
emosionalnya dengan memupuk hubungan hangat dengan sesama anggota komunitas.
Selain memiliki tujuan yang sama, komunitas juga tempat untuk menyampaikan
gagasan sikap ataupun hanya untuk sekedar berbagi pengalaman. Di dalam komunitas,
tentunya ada beberapa ketentuan atau peraturan-peraturan yang ditetapkan agar sebuah
komunitas dapat mencapai tujuannya dengan baik. Jika anggota dari komunitas tidak
dapat mematuhi ketentuan-ketentuan komunitas itu sendiri, dan tidak berkomunikasi
satu sama lain dengan baik maka komunitas tersebut tidak bisa mencapai tujuannya.
2.4 Hijab
Pengertian hijab menurut Al-Quran memiliki arti sebagai penutup secara umum.
Umum yang dimaksudkan disini bukan hanya pakaian yang menutupi seluruh tubuh
kecuali wajah dan telapak tangan namun juga bisa berupa tirai pembatas. Dalam QS.
Al-Ahzab ayat 53, Allah SWT memerintahkan kepada sahabat Nabi Muhammad SAW
34
-
agar ketika mereka meminta sesuatu barang kepada istri-istri Nabi SAW dari balik hijab
(penutup) “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada (istri-istri Nabi) maka
mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati
mereka. Makna lain dari hijab adalah sesuatu yang menghalangi atau menutupi dirimya.
Hijab berasal dari kata bahasa arab hajaban yang memiliki arti menutupi yang
biasanya disebut dengan jilbab atau kerudung. Hijab adalah semua hal yang
dimaksudkan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya fitnah. Hijab bukan hanya
berarti pakaian wanita, akan tetapi apa saja yang menutupi berupa tembok, kain, dan
lain sebagainya. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al –Quran yaitu:
ٌر َوِمْن َبْيِنَنا ْاِنَنا َوق
َي آذ ِ
ْ�هِ َو�ن�ا ِإل
َْدُعون
َا ت ةٍ ِممَّ ِ�نَّ
�ي أ ِ
�ُ�َنا �ن�لُوا ق
�ال
َ َوق
وَن �َنا َعاِمل
َّاْعَملْ ِإن
َ َوَ�ْيِنَك ِحَجاٌب ف
Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang
kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu
ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula). (QS. Fussilat:
5)
Dari ayat suci diatas, menunjukkan bahwa hijab bukan sesuatu yang
menghalangi dua sisi, sehingga keduanya tidak dapat saling melihat, melainkan tidak
adanya pengeliatan yang sempurna. Dengan demikian hijab berarti suatu himbauan
menjaga batas yang ditujukan kepada laki-laki dan perempuan. Di dalam hadits juga
terdapat perbedaan istilah yang digunakan antara hijab dan jilbab. Hijab merupakan
35
-
adab khusus bagi para istri Nabi dalam berinteraksi dengan kaum laki yang bukan
mahramnya.
2.5 Komunikator
Peranan komunikator dalam penentuan strategi dakwah adalah yang paling
penting, karena komunikator adalah komponen yang menyusun dan juga
menyampaikan pesan kepada komunikan atau dalam hal ini disebut mad’u. Jika
membahas tentang strategi maka akan merujuk pada perencanaan dan persiapan
bagaimana sebuah pesan akan disampaikan. Perumusan strategi meliputi pengenalan
pesan, penyusunan pesan, pemilihan metode dan media, juga penentuan komunikator
yang sesuai agar pembawaannya menjasi sangat rapi dan bagus. Komunikator harus
melakukan penelitian terlebih dahula tentang pesan dan bagaimana karakteristik
komunikan yang nantinya akan menyerap dakwah yang diberikan. Komunikator juga
sering disebut sebagai sumber, seorang sumber sudah pasti bisa menjadi komunikator
namun komunikator tidak selalu sebagai sumber, bisa jadi ia hanya menjadi pelaksana
atau eksekutor dari seorang sumber.
Komunikator harus selalu dapat mengatahui kebutuhan dari audiensnya. Maka
dari itu komunikator haruslah pandai dan memiliki sikap yang baik juga kaya akan
pengetahuan. Ia juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, harus
memiliki kredibilitas yang dapat dipertanggung jawabkan. Selain harus dapat
menyampaikan pesan dengan baik, seorang komunikator juga harus dapat mendengar
aspirasi yang nantinya akan dikemukakan oleh komunikan. Membuat orang lain
36
-
mengerti apa yang sedang dijelaskan memang adalah bagian yang penting sebab
gagasan yang dikemukakan akan dapat diterima dan dilaksanakan oleh komunikan.
Dengan dapat mendengar sesuatu yang disampaikan komunikan akan membuat proses
komunikasi menjadi lebih baik lagi karena ada timbal balik dalam proses itu.
Menurut Hamidi (2010: 3), komunikator adalah individu atau kelompok yang
akan menyampaikan pesan. Komunikator dalam hal ini dapat berupa komunitas,
perusahaan penerbitan ataupun siaran. Dia yang memiliki inisiatif untuk membuat dan
mengarahkan proses komunikasi. Ketika melakukan proses komunikasi kita tentu
memiliki persepsi begitu juga orang lain yang terlibat dalam proses itu. Maka
komunikator harus mempertimbangkan perannya sebagai komunikator demi
menyukseskan proses komunikasi sehingga komunikan dapat menerima pesan dengan
baik. Dalam hal ini, komunikator disebut sebagai dai. Maka sebagai dai, ia harus
memiliki pengetahuan akan ajaran agama Islam dengan sangat baik.
Keefektifan komunikasi memang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan
komunikasi namun juga oleh bagian diri dari komunikator. Sepeti yang diungkapkan
oleh Onong Uchjana Effendy (2015: 16), fungsi komunikator yaitu pengutaraan pikiran
dalam bentuk pesan agar komunikan mengerti atau menjadi tahu dan merubah sikap,
pendapat, maupun prilakunya. Komunikan yang menjadi sasaran akan menilai siapa
komunikator yang menyampaikan informasi tersebut. Jika pesan yang disampaikan
tidak sesuai dengan diri komunikator, sebaik dan sebagus apapun kemampuan
komunikasinya maka komunikan tidak akan melakukan hal yang diharapkan.
37
-
Tidak hanya harus memiliki kesiapan yang baik, komunikator juga harus
memiliki beberapa sikap yang harus dimiliki. Diantaranya yaitu reseptif, seorang
komunikator harus bisa menerima gagasan yang dikemukakan oleh orang lain. Bagi
seorang komunikator tidak ada ruginya untuk menerima gagasan baru dari orang lain,
karena banyak gagasan-gagasan baru yang akan menyempurnakan gagasan yang telah
dimiliki oleh komunikator. Selanjutnya adalah sikap selektif, yakni menjadi
komunikator yang terampil memilih atau menyerap gagasan yang dikemukakan orang
lain dalam mengkaji problem yang akan dibahas. Komunikator juga harus transmisif,
yaitu sikap yang mampu memilih dan merangkai kata-kata yang fungsional agar
penyampaian dalam proses komunikasi menjadi sangat baik.
38