BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Penyediaan Air Minum II.pdf · Menurut Permen PU No....
-
Upload
duongquynh -
Category
Documents
-
view
244 -
download
9
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Penyediaan Air Minum II.pdf · Menurut Permen PU No....
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Penyediaan Air Minum
Menurut Permen PU No. 18/PRT/M/2007, Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) merupakan sarana dan prasarana air minum yang meliputi kesatuan fisik
(teknis) dan non fisik (Non Teknis).
a. Aspek Teknis, terdiri dari :
1. Unit air baku, merupakan sumber air untuk penyediaan air minum.
Contohnya yaitu air tanah, air permukaan, dan air hujan.
2. Unit produksi, dapat berupa sumur bor, mata air, dan instalasi
pengolahan.
3. Unit distribusi, merupakan unit yang mendistribusikan air dari unit
produksi ke unti pelayanan di pelanggan. Unit ini terdiri dari tangki
penyimpanan, pompa, jaringan pipa, dan perlengkapannya.
4. Unit pelayanan, merupakan ujung terakhir dari sistem yang langsung
bersentuhan dengan pelanggan. Unit pelayanan dapat berupa
sambungan rumah dan hidran umum.
b. Aspek Non Teknis, mencangkup keuangan, sosial, dan institusi.
Menurut Petunjuk Teknis Tata Cara Pengkajian Kelayakan Teknis Sistem
Penyediaan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum (1998), didalam sistem penyediaan air minum terdapat beberapa istilah
yaitu:
a. Air Baku adalah air yang dari sumber air yang perlu atau tidak perlu diolah
menjadi air minum untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
b. Air Minum adalah air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi standar
air minum yang ditetapkan sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan.
c. Kebutuhan Air Minum adalah jumlah air bersih atau air minum yang
diperlukan sebagai prasyarat bagi individu atau masyarakat untuk hidup
secara layak.
6
d. Air Tanah Dangkal adalah air tanah bebas yang terdapat di dalam tanah
dengan kedalaman mata air kurang atau sama dengan 20 meter.
e. Air Tanah Dalam adalah air tanah yang terdapat di dalam tanah dengan
kedalaman mata air lebih besar dari 20 meter atau air tanah yang tedapat di
dalam akifer tertekan dimana akifer ini dalam kedalaman lebih dari 20 m.
f. Air Permukaan adalah air bakuyang berasal dari sungai, saluran irigasi,
waduk, kolam atau danau.
g. Mata Air adalah air tanah yang muncul di permukaan tanah secara alami.
Dalam pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007
tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, yang
dimaksud dengan:
a. Tingkat Pelayanan adalah presentasi jumlah penduduk yang dilayani dari
total jumlah penduduk daerah pelayanan, dimana besarnya tingkat
pelayanan diambil berdasarkan survey yang dilakukan oleh PDAM
terhadap jumlah permintaan air minum oleh masyarakat atau dapat juga
dilihat berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM untuk
menyediakan air minum.
b. Unit Air Baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia
air baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/
penyadapan, peralatan pengukuran dan pemantauan, sistem pemompaan,
dan/atau bangunan pembawa serta kelengkapannya.
c. Unit Produksi adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk
mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi,
dan/atau biologi meliputi bangunan pengolahan dan kelengkapannnya,
perangkat operasional, peralatan pengukuran dan pemantauan, serta
bangunan penampungan air minum.
d. Unit Distribusi adalah sarana untuk mengalirkan air minum dari pipa
transmisi air minum sampai ke unit pelayanan.
e. Unit Pelayanan adalah sarana untuk mengambil air minum langsung oleh
masyarakat yang terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran.
7
f. Jaringan Pipa Transmisi Air Baku adalah ruas pipa pembawa air dari
sumber air sampai unit produksi.
g. Jaringan Pipa Transmisi Air Minum adalah ruas pipa pembawa air minum
dari unti produksi/bangunan penangkap air sampai ke reservoir atau batas
distribusi.
h. Pipa Transmisi adalah pipa pembawa air dari sumber air ke instalasi
pengolahan atau pipa pembawa air bersih dari instalasi pengolahan ke unti
distrubusi utama atau reservoir.
i. Pipa Distribusi adalah pipa yang dipergunakan untuk mendistribusikan air
minum dari reservoir ke daerah pelayanan atu konsumen.
j. Pipa Pelayanan adalah pipa yang menghubungkan jaringan distribusi
dengan sambungan rumah.
k. Katup adalah suatu alat yang berfungsi untuk membuka dan menutup
aliaran dalam pipa.
l. Reservoir adalah tempat penyimpanan air sementara sebelum
didistribusikan kepada konsumen.
m. Sambungan Rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang mensuplai air
langsung ke rumah-rumah, biasanya berupa sambungan pipa-pipa
distribusi air melalui meter air dan instalasi pipa di dalam rumah.
2.2 Komponen Sistem Penyediaan Air Minum Perpipaan
Komponen-komponen sistem penyediaan air minum secara umum antara
lain sebagai berikut (triatmadja, 2009).
a. Sumber air dan Broncapturing yaitu bangunan penangkap air baku dari
mata air.
b. Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah suatu kesatuan bangunan yang
berfungsi mengolah air baku menjadi air bersih atau air minum.
c. Reservoir.
d. Pipa Transmisi.
e. Pipa Distribusi.
8
f. Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan zat cair
dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui media pipa (saluran) secara
kontinyu dengan cara menambah energi pada cairan yang dipindahkan.
g. Tangki (Bak) Pelepas Tekan adalah bangunan penunjang pada jaringan
transmisi atau distribusi yang berfungsi untuk menghilangkan tekanan
yang berlebihan pada aliran yang dapat menyebabkan pipa pecah.
h. Katup.
i. Pengukur Volume (Debit) Air atau Flowmeter adalah alat untuk mengukur
jumlah atau laju aliran dari suatu fluida yang mengalir dalam pipa atau
saluran terbuka.
2.3 Kebutuhan Air
Air merupakan kebutuhan utama bagi setiap makhluk hidup, sehingga
tanpa air dapat dipastikan tidak ada kehidupan. Selain untuk kebutuhan langsung
seperti minum, mandi, dan aktivitas lainnya, air juga dibutuhkan oleh berbagai
makhluk hidup yang lain untuk kehidupannya. Berdasarkan buku panduan
penyusunan rencana induk sistem penyediaan air minum (RISPAM) tahun 2013,
kebutuhan air bersih suatu daerah dianalisis berdasarkan beberapa pertimbangan
sebagai berikut.
2.3.1 Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik adalah pemakaian air untuk segala aktivitas di
lingkungan rumah tangga. Penyediaan air baku untuk keperluan rumah tangga
dihitung berdasarkan :
1. Jumlah penduduk.
2. Persentase jumlah penduduk yang akan dilayani.
3. Cara pelayanan air.
4. Konsumsi pemakaian air (Liter/orang/hari).
Beberapa parameter yang dipakai dalam menentukan tingkat pelayanan air
bersih meliputi :
1. Konsumsi pemakaian air bersih ditentukan untuk SR sebesar 120 L/dt dan
KU sebesar 30 L/dt.
9
2. Jumlah jiwa per sambungan dihitung berdasarkan jumlah rata-rata untuk SR
sebesar 6 jiwa/sambungan dan KU sebesar 100 jiwa/sambungan.
2.3.2 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air untuk keperluan non domestik ialah pemakaian air diluar
pemakaian untuk rumah tangga, seperti kebutuhan air untuk niaga/industri,
kesehatan, sosial, perkantoran, pendidikan, dan keagamaan. Kebutuhan air non
domestik dihitung sebesar 15-20% dari kebutuhan air domestik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007,
Standar kebutuhan air domestik dan non domestik adalah :
1. Domestik perkotaan : 120 – 150 Lt/orang/hari
2. Domestik pedesaan : minimal 60 Lt/orang/hari
3. Non domestik : tambahan 15% x kebutuhan domestik atau disesuaikan
dengan spesifikasi kebutuhan lokasi/daerah.
2.3.3 Fluktuasi Pemakaian Air Bersih
Fluktuasi pemakaian air bersih terjadi pada waktu hari maksimum yaitu
pemakaian air dalam satu hari lebih tinggi dari pemakaian air per hari rata-rata
selama 1 tahun, dan terjadi pada saat jam puncak yaitu pemakaian air pada jam
tertentu lebih tinggi dari pemakaian air per jam rata-rata selama 1 hari. Fluktuasi
pemakaian air didasarkan pada :
a. Kebutuhan air rata-rata harian (Qm)
Merupakan banyaknya air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
domestik dan non domestik yang ditambahkan dengan kehilangan air.
b. Kebutuhan air harian maksimum (Qhm)
Merupakan jumlah pemakaian air terbanyak pada suatu hari dalam satu
tahun yang berdasarkan pada Qm dan faktor fluktuasi kebutuhan air
maksimum (Fhm).
Qhm = Fhm x Qm (2.1)
Dimana Fhm adalah faktor harian maksimum, berkisar antara 115 – 120%.
10
c. Kebutuhan air jam maksimum (Qjm)
Merupakan jumlah pemakaian air terbanyak pada saat jam tertentu dalam
satu hari.
Qjm = Fjm x Qm (2.2)
Dimana Fjm adalah faktor jam maksimum, berkisar antara 175 – 210%.
Koefisien fluktuasi harian digunakan untuk mensimulasi besarnya kebutuhan air
tiap jam dalam satu hari (24 jam). Tabel 2.1 dan 2.2 berikut merupakan contoh
koefisien fluktuasi kebutuhan air yang akan digunakan dalam perancangan skema
jaringan WaterNet.
Tabel 2.1 Koefisien Fluktuasi Harian
Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien 1 0,53 7 0,9 13 1,2 19 1,55 2 0,45 8 1,4 14 1,25 20 1,4 3 0,4 9 1,3 15 1,3 21 1,1 4 0,4 10 1,25 16 1,3 22 0,75 5 0,45 11 1,2 17 1,42 23 0,6 6 0,62 12 1,2 18 1,5 24 0,53
Sumber : Triatmadja( 2007)
Tabel 2.2 Koefisien Fluktuasi Harian Sekolah dan Perkantoran
Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien 1 0,2 7 1,8 13 1,2 19 1,2 2 0,2 8 1,8 14 1,5 20 0,8 3 0,2 9 2 15 1,4 21 0,2 4 0,2 10 1,7 16 1,3 22 0,2 5 0,6 11 1,5 17 1,3 23 0,2 6 1,5 12 1,5 18 1,3 24 0,2
Sumber : Triatmadja (2007)
2.3.4 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Sistem penyediaan air minum di wilayah Kecamatan Kuta dan Kuta
Selatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku yang meliputi kebutuhan
air bersih penduduk (domestik), fasilitas umum, dan kebutuhan air di sektor
pariwisata. Oleh karena itu, maka perlu diperhitungkan beberapa faktor yang
dapat menunjang atau menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Faktor
tersebut antara lain (Prameswari, 2013):
11
1. Pertambahan jumlah penduduk.
2. Tingkat sosial ekonomi penduduk.
3. Keadaan sosial ekonomi dari daerah setempat.
4. Rencana daerah pelayanan dan kemungkinan perluasannya.
5. Keadaan sistem penyediaan air minum eksisting.
Proyeksi kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan beberapa komponen sebagai
berikut.
a. Kebutuhan air untuk rumah tangga (Domestik)
Penyediaan air baku untuk keperluan rumah tangga dihitung berdasarkan :
1. Jumlah penduduk
2. Persentase jumlah penduduk yang akan dilayani
3. Cara pelayanan air
4. Konsumsi pemakaian air (Lt/orang/hari)
Pelayanan air bersih untuk rumah tangga direncanakan sebesar 150
Lt/orang/hari dan 30 Lt/orang/hari untuk kran umum.
b. Kebutuhan air untuk Non Domestik
Kebutuhan air untuk keperluan non domestik dihitung sebesar 20 % dari
kebutuhan domestik.
c. Kehilangan air
Disetiap sistem peyediaan air bersih, sangat sulit untuk menghindari
terjadinya kemungkinan kehilangan air dari sistem. Kehilangan air dapat
disebabkan oleh faktor teknis maupun faktor non teknis. Faktor teknis
meliputi kebocoran pipa, kerusakan meter air, dan lain-lain (faktor alat).
Sedangkan faktor non teknis meliputi kesalahan pencatatan/pembacaan
alat, kesalahan perhitungan, dan lain-lain (faktor manusia). Oleh karena
itu, dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air minum selalu
diperhitungkan suatu besaran volume air untuk menghindari kemungkinan
terjadinya kehilangan air. Hal ini dimaksudkan agar penyediaan air untuk
konsumen tidak terganggu bila terjadi kehilangan air. Kehilangan air
diasumsikan sebesar 20 % dari kebutuhan rata-rata air bersih penduduk.
Besar kehilangan air ini diperkirakan konstan dari awal sampai akhir tahun
rencana.
12
d. Fluktuasi pemakaian air bersih
Dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air minum, faktor fluktuasi
pemakaian air bersih dapat menggunakan Standar Cipta Karya yaitu :
a. Hari maksimum = 1,15 x kebutuhan air rata-rata
b. Jam puncak = 1,75 xkebutuhan air rata-rata
2.4 Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk digunakan sebagai langkah awal dalam
menghitung proyeksi kebutuhan air bersih. Beberapa faktor yang mempengaruhi
ketelitian proyeksi jumlah penduduk pada masa yang akan dating adalah :
1. Kecepatan pertumbuhan penduduk.
2. Kurun waktu proyeksi dan jumlah tahun pengambilan data.
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dapat menggunakan metode yang
telah diakui secara umum seperti berikut (Norken dan Arsana, 2014):
a. Metode Aritmatik
Metode ini dianggap baik untuk kurun waktu yang pendek atau sama
dengan waktu perolehan data.
Persamaan yang digunakan adalah :
푃 = 푃 + 퐾 (푇 − 푇 ) (2.3)
퐾 =푃 − 푃푇 − 푇 (2.4)
Dimana :
Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po : jumlah penduduk pada tahun awal
Tn : tahun ke-n
To : tahun awal
Ka : konstanta aritmatik
P1 : jumlah penduduk pada tahun I
P2 : jumlah penduduk pada tahun II
T1 : tahun I yang diketahui
T2 : tahun II yang diketahui
13
b. Metode Geometrik
Metode ini menganggap bahwa perkembangan atau jumlah penduduk akan
secara otomatis bertambah dengan sendirinya dan tidak memperhatikan
penurunan jumlah penduduk.
Persamaan yang digunakan adalah :
푃 = 푃 (1 + 푟) (2.5)
Dimana :
Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po : jumlah penduduk pada tahun awal
r : rata-rata persentase pertambahan per tahun (%)
n : periode waktu proyeksi
c. Metode Least Square
Metode inimerupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan antara
sumbu Y yaitu jumlah penduduk dan sumbu X yaitu tahunnya dengan cara
menarik garis linier antara data-data tersebut dan meminimumkan jumlah
pangkat dua dari masing-masing penyimpangan jarak data-data dengan
garis yang dubuat.
Persamaan yang digunakan adalah :
푃 = 푎 + (푏 × 푛) (2.6)
Dimana :
Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n
n : selisih tahun yang dihitung terhadap tahun awal
a, b : konstanta, yang dihitung rumus:
푎 =(Σ푦)(Σ푥 ) − (Σ푥)(Σ푦)
푛(Σ푥 ) − (Σ푥) (2.7)
푏 =푛(Σ푥푦) − (Σ푥)(Σ푦)푛(Σ푥 ) − (Σ푥) (2.8)
Penentuan metode yang dipakai dalam proyeksi penduduk dilakukan
dengan menghitung standar deviasi dari masing-masing metode yang
menggunakan rumus berikut (Sanjaya, 2013).
푆 =∑(푦푖 − ȳ)
푛 dimana n < 20 (2.9)
14
Setelah dilakukan perhitungan standar deviasi dari ketiga metode tersebut,
maka akan dipilih metode yang akan digunakan dalam perhitungan proyeksi
penduduk yaitu metode yang memiliki nilai standar deviasi terkecil.
2.5 Jaringan Perpipaan
Didalam sistem penyediaan air minum terdapat dua buah jaringan
perpipaan yang mengalirkan air dari sumber air sampai ke daerah pelayanan yaitu:
1. Jaringan Pipa Transmisi
Jaringan pipa trasmisi adalah jaringan perpipaan yang membawa air baku
dari bangunan pengambilan ke unit produksi atau membawa air hasil
olahan unit produksi ke reservoir. Jaringan pipa transmisi merupakan
aliran bertekanan yang dalam pengaliran airnya menggunakan jenis pipa
tertentu dengan jalur yang mengikuti kontur permukaan tanah yang
dilewatinya.
2. Jaringan Pipa Distribusi
Jaringan pipa distribusi berfungsi untuk mengalirkan air dari unit air
produksi ke pelanggan. Jaringan distribusi menggunakan pipa dengan
aliran yang bertakanan, dimana sepanjang perpipaannya dihubungkan
dengan sambungan pelanggan (dapat berupa sambungan rumah, hidran
umum atau sambungan usaha komersil).
Menurut Devara (2011) dalam Sanjaya (2013), ada beberapa jenis pipa
yang biasanya digunakan sebagai pipa transmisi air baku maupun pipa distribusi
air minum, antara lain :
a. Besi tuang (cast iron)
Jenis pipa ini biasanya dicelupkan ke dalam larutan anti karat untuk
perlidungan tambahan. Panjang pipa ini antara 4-6 meter dan dapat
mencapai umur 100 tahun.
Keuntungan penggunaan pipa ini adalah:
Harga pipa cukup murah dan banyak tersedia di pasaran
Mudah dalam proses penyambungan
Tahan terhadap daya korosi
15
Kelemahan dari penggunaan jenis pipa ini adalah:
Konstruksi pipa keras mudah pecah
Pipa berat sehingga mempengaruhi daya pengangkutan ke lokasi
b. Besi galvanis (galvanized iron pipe)
Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa besi yang dilapisi seng. Umurnya
relatif pendek antara 7-10 tahun.
Keuntungan penggunaan pipa ini adalah:
Harga terjangkau dan banyak terdapat dipasaran
Ringan sehingga mudah diangkut ke lokasi pekerjaan
Mudah dalam proses penyambungan
Kelemahan dari penggunaan pipa ini adalah mudah terjadi korosi atau
perkaratan.
c. Pipa plastic (PVC)
Pipa PVC (Poly Vinyl Chloride) sekarang ini banyak digunakan dalam
proyek-proyek jaringan distribusi air bersih.Panjang pipa 4-6 meter dengan
berbagai ukuran.
Keuntungan penggunaan pipa ini adalah:
Umur pipa dapat mencapai 75 tahun
Banyak tersedia di pasaran dan harga cukup murah
Bahan terbuat dari plastic, sehingga sangat tahan terhadap karat
Mudah dalam pengangkutan ke lokasi pemasangan
Satu kelemahan dari jenis pipa PVC adalah koefisien muai yang cukup
besar sehingga tidak tahan terhadap suhu terlalu tinggi.
d. Pipa baja (steelpipe)
Pipa ini terbuat dari baja lunak dengan berbagai variasi bentuk dan ukuran.
Keuntungan penggunaan pipa ini adalah:
Tersedia dalam berbagai ukuran
Umur pipa bisa sampai 40 tahun
Kelemahannya adalah:
Pipa berat sehingga berpengaruh terhadap biaya pengangkutan
Tidak tahan karat
Untuk ukuran yang besar sistem penyambungan agak sulit
16
e. Pipa High Density Polyethylene (HDPE)
Pipa ini terbuat dari bahan baku plastik yang berkualitas tinggi.
Keuntungan penggunaan pipa ini adalah sebagai berikut:
Tahan lama (50-100 tahun) pada kondisi normal (suhu 20oC)
Dapat dilengkungkan
Memiliki kekasaran 1/8 pipa besi
Bebas korosi dan tahan larutan kimia
Pipa HDPE dapat disambungkan dengan cara pemanasan (heat fusion)
untuk membentuk sambungan bersama yang kuat.
Tabel 2.3 Variasi Diameter Kekasaran
Material (ε) mm Catatan Asbestos Cement (Asbes semen) 0,0015 Brass (tembaga) 0,0015 Brick 0,6 Cast Iron, New (Besi tuang, baru) 0,2 – 5,5 Variasi besar Concrete 0,3 – 3,0 Steel forms (cetak dengan baja) 0,18 Wooden forms (cetak dngan kayu) 0,6 Centrifugally spun 0,36 Cement 0,4 – 1,2 Copper 0,0015 – 4,6 Corrugated metal 45 Galvanized iron 0,10 – 4,6 Variasi besar Glass 0,0015 Tidak ada variasi Lead 0,0015 Plastic 0,0015 Tidak ada variasi Steel Coal-tar enamed 0,0048 New unlined 0,045 Riveted 0,9 - 9 Variasi besar Wood stave 0,18 – 0,9
Sumber : Triatmadja (2009)
2.6 Analisis Hidraulika Pada Perpipaan
Aliran pada pipa jaringan transmisi air pada sistem penyediaan air minum
di kecamatan kuta dan kuta selatan ini merupakan aliran dalam pipa atau aliran
bertekan yaitu aliran yang seluruh penampang pipanya dipenuhi air. Jika terdapat
permukaan air bebas di dalam aliran pipa maka aliran tersebut tidak termasuk
dalam definisi aliran dalam pipa.
17
2.6.1 Persamaan Energi
Pada aliran air dikenal persamaan energi (Bernoully) dan persamaan
kontinyuitas.Persamaan Bernoully secara umum (Triatmadja, 2009) yaitu :
푃훾 + 푧 +
푉2푔 =
푃훾 + 푧 +
푉2푔 + ℎ (2.10)
hf
V2²/2g
P2/?
V1²/2g
P1/?
Z1 Z2
V1 V2
Gambar 2.1 Persamaan Bernoulli
Sumber: Dharma, dkk (2009) Dimana :
P : tekanan
z : tinggi datum
V : kecepatan rerata aliran dalam pipa
g : percepatan gravitasi bumi
hf : tinggi kehilangan tenaga
γ : berat per unit volume atau berat jenis
2.6.2 Kehilangan Tekanan Dalam Perpipaan
Kehilangan tekanan pada jaringan pipa distribusi terdiri dari dua macam
yaitu (Triatmadja, 2009):
a. Kehilangan Energi Utama/Mayor (Major Losses)
Kehilangan energi mayor merupakan kehilangan tekanan dalam pipa yang
disebabkan oleh cairan atau fluida yang kental dan dinding pipa yang tidak
licin sempurna (kekasaran permukaan). Kekasaran permukaan merupakan
salah satu penyebab berkurangnya energi air atau fluida selama
pengalirannya. Kekasaran merupakan bilangan relatif terhadap diameter
P2/γ P1/γ
18
(dalam pipa). Semakin besar diameter pipa, maka pipa tersebut relatif
tampak semakin halus dan koefisian kehilangan energi akibat gesekan juga
berkurang. Pada dinding pipa yang mendekati licin sempurna masih
terdapat kehilangan energi yang sangat kecil. Jika dinding pipa licin
sempurna makan tidak ada kehilangan energi (diameter kekasaran nol).
Pada umumnya, semakin bertambah umur pipa maka semakin besar pula
friksinya. Persamaaan Darcy Weisbach paling banyak digunakan dalam
menentukan kehilangan tenaga mayor secara umum terutama untuk aliran
air dengan viskositas yang relatif tidak banyak berubah.
Persamaan Darcy Weisbach ditulis sebagai berikut.
ℎ푓 = 8푓퐿.푄퐷 휋 푔 = 푓
퐿.푈퐷. 2푔 (2.11)
Dimana :
hf : kehilangan tekanan atau energi major (m)
Q : debit air dalam pipa (m³/dt)
f : koefisien gesek Darcy Weisbach
L : panjang pipa (m)
D : diameter pipa (m)
U : kecepatan rerata aliran dalam pipa (m/dt)
g : percepatan gravitasi bumi (m/dt²)
Selain rumus diatas juga terdapat Persamaan Hazen Williams dengan
rumus sebagai berikut.
Q = Cu.CHW.d2,63.S0,54 (2.12)
Dengan Cu = 0,2785 dan S = hf/L maka persamaan diatas dapat ditulis :
Q = 0,2785. CHW. d2,63. (hf/L) 0,54 (2.13)
Dimana :
Q : debit aliran
CHW : koefisian Hazen Williams
d : diameter pipa
S : kemiringan saluran atau slope garis tenaga
hf : kehilangan tenaga mayor
L : panjang saluran
19
b. Kehilangan Energi Minor (Minor Losses)
Minor losses adalah kehilangan tekanan pada accessories/fitting seperti
pada sambungan, reducer atau peralatan asesoris pipa lainnya. Demikian
juga jika air melalui penyempitan dan pembesaran penampang aliran
secara tiba-tiba. Kehilangan energi juga akan terjadi jika air melalui katup
karena katup mengganggu aliran air sehingga dapat mengurangi atau
menghentikan aliran. Kehilangan energi minor dapat ditulis sebagi berikut
(Triatmadja, 2009) :
ℎ푓 = 푘푉2푔 = 푘
푄2퐷 푔 (2.14)
Dimana :
hf : kehilangan energi minor
k : koefisien kehilangan energi minor
V : koefisien aliran
Q : debit aliran
D : diameter pipa
Koefisien k bergantung pada bentuk fisik belokan, penyempitan, katup dan
sebagainya. Harga k (selain katup) biasanya berkisar antara 0 – 1 yang
merupakan fungsi dari bahan kehalusan pembuatan fitting, umur fitting,
dan faktor manusia. Total kehilangan tekanan yang diakibatkan oleh
adanya fitting biasanya sangat kecil, sehingga untuk pipa yang panjang dan
kecepatan aliran yang tidak tinggi, kehilangan tekanan akibat fitting
biasanya diabaikan. Selain itu, faktor kehilangan tenaga pada fitting sangat
berpengaruh pada berbagai macam sambungan. Sambungan lurus umunya
mempunyai kehilangan energi sekunder yang kecil, akan tetapi karena
jumlahnya yang banyak, kehilangan energinya bisa menjadi signifikan.
Faktor katup juga mempengaruhi kehilangan tenaga karena katup dapat
diatur tertutup dan terbuka sehingga mengubah diameter pipa secara
variatif. Dengan demikian kehilangan energi oleh katup menjadi variatif
dan katup sangat bervariasi bergantung pada posisi katup. Menurut
Weibach, kehilangan energi pada belokan dapat ditulis sebagai berikut
(Triatmadja, 2009).
20
푘 = 0,946 푠푖푛휃2 + 2,047 푠푖푛
휃2 (2.15)
Dimana :
k : koefisien kehilangan energy
θ : sudut belokan
Pada belokan lengkung, koefisien kehilangan energi sekunder dinyatakan
sebagai berikut (Triatmadja, 2009).
푘 = 0,131 + 1,847퐷
2푅
, 휃90
,
(2.16)
Dimana :
D : diameter pipa
R : jari-jari lengkung (sumbu) belokan
Aliran dalam jaringan perpipaan dihitung dengan menggunakan metode
Hardy Cross atau biasa disebut sebagai persamaan Loops. Persamaan Loops
terdiri dari :
Persamaan Kontinyuitas
Pada setiap node berlaku persamaan:
푄∈
= 푄 (2.17)
Persamaan Energi
Pada setiap pipa berlaku persamaan :
퐾 푄∈
= 0 (2.18)
Perhitungan Loops ini dilakukan agar mendapatkan keseimbangan dan
kontinyuitas aliran pada jaringan perpipaan tersebut.
Dalam aliran perpipaan juga terdapat water hammer atau tekanan
gelombang air yaitu benturan-benturan yang diakibatkan oleh tertahannya aliran
secara tiba-tiba dalam suatu jalur pipa. Perisriwa ini akan menimbulkan perubahan
tekanan tertentu di dalam pipa tersebut. Water hammer dapat terjadi pada sistem
gravitasi maupun sistem pompa. Terjadinya water hammer banyak menimbulkan
persoalan seperti kerusakan peralatan perpipaan, pecahnya pipa, kesulitan dalam
pengoperasian pipa, dan berkurangnya kapasitas pipa.
21
Pada sistem gravitasi menggunakan manual valve, water hammer dapat
dicegah dengan mengatur waktu pembukaan dan penutupan valve. Hal ini
dikarenakan waktu penutupan sebuah valve mempunyai pengaruh langsung pada
besarnya tekanan gelombang yang terjadi. Waktu penutupan valve yang lebih
cepat akan menyebabkan tekanan gelombang yang lebih besar.
2.7 Aplikasi Program WaterNet
Program WaterNet (Triatmadja, 2007) merupakan suatu program yang
dirancang untuk melakukan simulasi aliran air atau fluida lainnya dalam pipa,
baik berupa loop maupun tidak. Sistem pengaliran (distribusi dan transmisi) fluida
dapat berupa sistem gravitasi, pompanisasi, maupun gabungan keduanya. Air atau
fluida yang mengalir haruslah dalam kondisi tertekan yaitu memenuhi seluruh
penampang pipa. WaterNet dirancang dengan memberikan banyak kemudahan
sehingga pengguna dengan pengetahuan minimum tentang jaringan perpipaan
dapat mengaplikasikannya. Input data juga dibuat interaktif sehingga
memudahkan dalam simulasi jaringan dan memperkecil kesalahan pengguna saat
menggunakan WaterNet.
Fasilitas WaterNet dibuat agar dapat memudahkan proses editing dan
analisis pada perancangan dan optimalisasi jaringan distribusi air. Output
WaterNet dibuat dalam bentuk database, teks maupun grafik yang memudahkan
pengguna untuk selanjutnya memprosesnya lebih lanjut dengan program lain
ataupun langsung menjadi hardcopy.
2.7.1 Gambaran Umum Program WaterNet
Program Waternet dibuat untuk memenuhi kebutuhan perencana dalam
mensimulasikan jaringan pipa secara mudah dan akurat. Adapun kemampuan
yang dimiliki oleh fasilitas WaterNet adalah sebagai berikut.
a. Menghitung debit dan tekanan di seluruh jaringan pipa dan setiap node.
b. Mengitung demand atau air yang dibutuhkan/diambil pada setiap node
(jika tekanan node telah ditentukan).
c. Fasilitas default diberikan untuk memudahkan input data pada setiap pipa,
pompa, dan node secara manual.
22
d. Fasilitas pustaka untuk mencantumkan kekasaran pipa, kehilangan energi,
dan yang lainnya.
e. Fasilitas katup pada jaringan pipa.
f. Fasilitas pengubah tipe aliran untuk melakukan simulasi perubahan elevasi
di dalam tangki akibat fluktuasi pemakaian air yang dipengaruhi oleh
jumlah pemakaian air berjam-jam. Fasilitas ini juga digunakan untuk
mengitung volume tangki yang optimal serta menguji jaringan untuk debit
yang fluktuatif. Pengguna dapat memeriksa tinggi tekanan, kecepatan
aliran, dan debit pada setiap pipa untuk mengoptimalkan jaringan.
g. Fasilitas pengubah posisi node dan pipa.
h. Failitas kontur yang dibuat berdasarkan input kontur topografi untuk
memudahkan input elevasi node.
i. Fasilitas editing untuk memperbaiki kekurangan atau kesalahan dalam
perencanaan.
2.7.2 Cara Pengoperasian Program WaterNet
Berikut ini diuraikan sedikit tentang cara menggunakan aplikasi program
WaterNet sampai pada proses RUN.
Gambar 2.2 Tampilan awal aplikasi WaterNet
23
1. Membuat File Baru
Klik Menu Utama File kemudian klik New atau klik tombol New File.
Setelah itu akan muncul Menu Default, dimana pada menu ini terdapat
parameter-parameter yang harus diisi nilainya agar setiap pipa dan node
nantinya mempunyai keragaman nilai sehingga akan memudahkan perencana
pada saat merancang jaringan pipa. Tampilan menu Default dapat dilihat
gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Tampilan menu Default
Setelah menu Default, klik tombol OK sehingga jendela Default akan
menutup dan muncul jendela Paper (gambar 2.4). Isi kolom pilihan sesuai
keperluan misalnya A4 pada Paper Size, Landscape pada Orientation dan
semua margin diisikan 1 cm. Selanjutnya klik tombol Apply &Exit.
Gambar 2.4 Tampilan menu ukuran kertas
24
2. Menggambar Jaringan Pipa
Dengan menggunakan fasilitas Drawing Tools yang tersedia pada
aplikasi Waternet, maka kita dapat menggambar jaringan pipa dengan semua
komponennya seperti sumber air, reservoir, pompa, katup, dan lainnya,
seperti gambar 2.5 berikut.
Gambar 2.5 Contoh gambar rencana suatu jaringan pipa
3. Proses Running
Setelah proses penggambaran selesai, klik tombol GO pada pada
menu atas lalu akan muncul jendela informasi variabel yang digunakan dalam
simulasi seperti gambar berikut.
Gambar 2.6 Jendela informasi variable
25
Pada jendela Variable used for Simulation untuk Flow Type dipilih
Constant untuk tipe aliran karena saat ini belum dilakukan pemilihan tipe
aliran. Pada bagian atas pilih hanya Run Hydraulic Model saja untuk
mensimulasi analisis hidraulika saja tanpa kualitas air. Kemudian klik GO
pada jendela dan WaterNet segera Running.
Hasil Running dilaporkan secara singkat dengan jendela Report
(gambar 2.7). Pada bagian kanan atas jendela Report terdapat lingkaran
berwarna yang jika berwarna hijau menunjukkan bahwa simulasi sukses dan
jaringan tidak bermasalah. Warna merah atau kuning pada lingkaran
menunjukkan bahwa jaringan mengalami masalah yang ditampilkan dalam
bentuk pesan pada tiga combo box.
Gambar 2.7 Hasil simulasi dari program WaterNet
Simulasi jaringan yang belum sukses dapat diperbaiki dengan bantuan
pesan pada combo box (garis lingkaran merah). Klik tombol Exit untuk
memunculkan gambar jaringan yang sudah dilengkapi dengan arah aliran.
Jika hasil simulasi pada jendela Report bertuliskan Stop or aborted, berarti
harus dilakukan simulasi ulang karena program WaterNet mendapatkan
kejanggalan/masalah yang akan muncul akibat perhitungan yang kurang
tepat. Kejanggalan/masalah tersebut diatasi dengan melakukan perubahan
(editing) pada jaringan pipa sesuai pesan pada combo box sampai hasil
simulasi pada jendela Report menunjukkkan lingkaran hijau atau OK.
Setelah jendela Report menunjukan simulasi berhasil (gambar 2.7
kanan). Klik tombol EXIT sehingga tampilan jaringan pipa akan berubah
menjadi seperti gambar 2.8 berikut.
26
Gambar 2.8 Hasil simulasi WaterNet yang telah berhasil