BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. RUMAH SAKIT 2.1.1 ... -...
-
Upload
truongphuc -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. RUMAH SAKIT 2.1.1 ... -...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. RUMAH SAKIT
2.1.1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
2.1.2. Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang No 44 tahun 2009, fungsi rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. REKAM MEDIS
2.2.1. Pengertian Rekam Medis
Dalam Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/tahun 2008 tentang Rekam Medis,
rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
Perekam medis adalah suatu profesi yang sangat penting dalam masa-masa
pembangunan kesehatan yang mengandalkan profesionalisme, terutama jika Undang-
Undang Perlindungan Konsumen telah berjalan efektif. Kehadiran profesi ini telah
diperlukan karena tuntutan hukum telah semakin sering dilakukan terhadap dokter
dan fasilitas pelayanan kesehatan (Iris, 2000).
Rekam Medis yang bermutu menurut Sanjoyo, R (2008) adalah :
a. Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir pelayanan yang diukur secara
benar.
b. Lengkap, mencakup seluruh kekhusuan pasien dan sistem yang dibutuhkan
dalam analisis hasil ukuran.
c. Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai kepentingan.
d. Valid atau sah sesuai dengan gambaran proses atau produk hasil akhir yang
diukur.
e. Tepat waktu, dikaitkan dengan episode pelayanan yang terjadi.
f. Dapat digunakan untuk kajian, analisis dan pengambilan keputusan.
g. Seragam, batasan sebutan tentang elemen data yang dibakukan dan konsisten
penggunaanya di dalam maupun luar organisasi.
Universitas Sumatera Utara
h. Dapat dibandingkan dengan standar yang disepakati dan diterapkan.
i. Terjamin kerahasiaannya.
j. Mudah diperoleh melalui sistem komunikasi antar yang berwenang.
2.2.2. Tujuan Rekam Medis
Menurut Depkes RI (1997) adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Tanpa
didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib
administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan
tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam upaya
pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit. Tujuan rekam medis secara rinci
akan terlihat dan analog dengan kegunaan rekam medis itu sendiri.
2.2.3. Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis dapat dilihat berbagai aspek. Kegunaan rekam medis
menurut Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/tahun 2008 dapat dipakai sebagai :
a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.
b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran
gigi, penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi.
c. Keperluan pendidikan dan penelitian.
d. Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan.
e. Data statistik kesehatan.
2.2.4. Isi Rekam Medis
Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas, anamnese dan pemeriksaan, diagnosis pengobatan, tindakan dan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
lain yang diberikan kepada pasien selama dirawat di rumah sakit baik yang dilakukan
di unit rawat jalan, rawat inap dan unit gawat darurat. Oleh karenanya rekam medis
harus diisi langsung oleh dokter dan tenaga kesehatan lain seperti perawat, bidan
fisioterapi. Rekam medis harus diisi langsung pada setiap tindakan yang dilakukan,
sehingga dari catatan tersebut dapat setiap saat diketahui dan diperoleh gambaran
secara kronologis mengenai pelayanan atau tindakan yang telah dilakukan terhadap
pasien.
Di dalam Peraturan Menkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis pada bab III pasal 5 dikatakan bahwa rekam medis itu harus dibubuhi nama
dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan tersebut.
Pengisian rekam medis harus dilakukan secara lengkap dan langsung pada
waktunya dan tidak ditunda-tunda karena mutu pelayanan yang diberikan di rumah
sakit antara lain akan tercermin pada berkas rekam medisnya.
2.2.5. Pertanggung Jawaban Rekam Medis
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada di
dalam rekam medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan ataupun
memalsukan data yang ada di dalam rekam medis, atau dipergunakan oleh orang yang
semestinya tidak diberi izin.
A. Tanggung Jawab Dokter Yang Merawat
Tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter
yang merawat. Tanpa memperdulikan ada tidaknya bantuan yang akan diberikan
kepadanya dalam melengkapi rekam medis oleh staf lain di rumah sakit, dia
Universitas Sumatera Utara
mengemban tanggung jawab terakhir akamn kelengkapan dan kebenaran isi rekam
medis.
B. Tanggung Jawab Petugas Rekam Medis
Petugas rekam medis, membantu dokter yang merawat dalam mempelajari
kembali rekam medis. Analisa dari kelengkapan isi di atas dimaksudkan untuk
mencari hal-hal yang kurang dan hal-hal yang masih diragukan. Penganalisaan ini
harus dilaksanakan pada keesokan harinya setelah pasien dipulangkan atau
meninggal, sehingga data yang kurang ataupun yang diragukan bias dibetulkan
sebelum fakta pasien terlupakan.
C. Tanggung Jawab Pimpinan Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab menyediakan fasilitas unit rekam
medis yang meliputi ruangan, peralatan dan tenaga yang memadai. Dengan demikian
tenaga dibagian rekam medis dapat bekerja dengan efektif, memeriksa kembali,
membuat indeks, penyimpanan dari semua rekam medis.
D. Tanggung Jawab Staf Medik
Staf medik mempunyai peranan penting di rumah sakit dan pengorganisasian
staf medik tersebut secara langsung menentukan kualitas pelayanan terhadap pasien.
Makin baik pengorganisasiannya makin baik pula pelayanan kepada pasien. Agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat dan baik Direktur Rumah Sakit/Wakil
Direktur Medik dan membuat peraturan-peraturan yang akan mengatur para Anggota
Staf Medik dan membentuk komisi khusus yang diperlukan yang keanggotaannya
diambil di antara anggota-anggota staf medik, menunjuk committee staf medik untuk
melaksanakan beberapa tanggung jawab khusus yang diperlukan. Wakil Direktur
Universitas Sumatera Utara
Medik yang merupakan atasan dari seluruh staf medik rumah sakit bertanggung
jawab terhadap efektifitas kegiatan pelayanan medik di rumah sakit. Tanggung jawab
daripada Wakil Direktur Medik ini disesuaikan dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan R.I. tentang Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Umum Kelas A, B, C, dan D.
E. Komite Rekam Medis
Tenaga Medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya yang memberikan
pelayanan baik langsung maupun tidak langsung kepada seorang pasien bertanggung
jawab terhadap mutu yang mereka berikan. Untuk memenuhi tanggung jawab
tersebut tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lainnya harus ambil
bagian dalam badan yang berhubungan dengan pelayanan pasien. Mereka
melaksanakan tanggung jawabnya melalui badan yang disebut “Komite Rekam
Medis”. Rekam medis yang baik akan mencerminkan mutu pelayanan medis yang
diberkan kepada seorang pasien. Komite rekam medis akan membantu
terselenggaranya pengelolaan rekam medis yang memenuhi standar-standar yang
telah ditetapkan yaitu :
1. Memberikan saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan dalam hal
penyimpanan rekam medis dam menjamin bahwa semua informasi dicatat sebaik-
baiknya dan menjamin tersedianya data yang diperlukan untuk menilai pelayanan
yang diberikan kepada seorang pasien.
2. Menjamin telah dijalankannya dengan baik filling records, pembuatan indeks,
penyimpanan rekam medis dari semua pasien.
Universitas Sumatera Utara
3. Mengajukan usul-usul kepada direktur rumah sakit tentang perubahan dalam isi
ukuran rekam medis.
4. Membina kerjasama dengan penasehat hukum dalam hal hubungan-hubungan
keluar dan pengeluaran data/keterangan untuk badan-badan di luar rumah sakit.
2.3. SISTEM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS
Dalam sistem penyelenggaraan rekam medis terdiri dari beberapa komponen
yaitu sumber daya (input), pengelolaan rekam medis (proses), dan kelengkapan
pengisian formulir rekam medis (output).
2.3.1. Sumber Daya
Sumber unsur manajemen, kesiapan sumber daya baik kualitas maupun
kuantitas sangat diperlukan bagi kelangsungan suatu proses pelayanan di rumah sakit,
adapun sumber-sumber tersebut antara lain (SDM), dana, peralatan (Sarana dan
Prasarana) dan Prosedur Kerja (SOP). Selain itu juga harus diperhatikan proses kerja
yang akan berpengaruh langsung terhadap output yang dihasilkan berupa pelayanan
rumah sakit yang prima (Zulhenry, 2008).
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau human resources adalah penduduk yang siap mau
dan mampu memberikan sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan
organisasional. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan
formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Pola ketenaga kerjaan pada unit rekam medis untuk RSU kelas B adalah : 2
orang S1 rekam medis, 4 orang DIII rekam medis dan semua staf rekam medis
mempunyai Surat Tanda Lulus Pelatihan (STLP) rekam medis minimal 200 jam.
(Direktorat Jenderal Pelayanan Medis,1997).
Pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang
canggih, efisien dan memuaskan. Untuk itu dilakukan usaha peningkatan jumlah dan
kualitas tenaga kesehatan dan peningkatan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
Dan sudah waktunya tenaga perekam medis dikembangkan sesuai dengan kemajuan
teknologi dalam penanganan sistem informasi kesehatan, mulai dari perencanaan,
pengolahan hingga analisa statistik (Zulhenry, 2008).
b. Sarana dan Prasarana
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berimbas pada pelayanan
kesehatan, khususnya peralatan rumah sakit yang memenuhi standar seiring dengan
tuntutan masyarakat yang mengharapkan pelayanan prima yang berorientasikan pada
kebutuhan dan kepuasan pelanggan, dimana salah satu faktor penunjangnya adalah
ketersediaan sarana yang memadai pada setiap unit rumah sakit (Zulhenry, 2008).
c. Prosedur Kerja (SOP)
Pencatatan dan pengolahan data medis untuk menghasilkan informasi yang
akurat bagi pelayanan kesehatan hendaknya didasarkan pada standar dan pedoman
atau prosedur kerja (Wijono, 1997).
Prosedur kerja disusun oleh para pelaksana pelayanan di rumah sakit yang
mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta ditetapkan
oleh keputusan direktur rumah sakit, karena prosedur kerja merupakan dokumen
Universitas Sumatera Utara
teknis operasional sebagai jabaran dari dokumen-dokumen kebijakan yang dibuat
oleh direktur rumah sakit (Zulhenry, 2008).
d. Fasilitas Fisik Ruang Penyimpanan
Alat penyimpanan yang baik, pengaturan suhu ruangan, pemeliharaan
ruangan, perhatian terhadap faktor keselamatan, bagi suatu kamar penyimpanan
rekam medis sangat membantu memelihara dan mendorong kegairahan kerja dan
produktivitas pegawai-pegawai yang bekerja di ruangan itu.
Alat penyimpanan rekam medis adalah :
Rak terbuka (open self file unit)
Lemari lima laci (five drawer file cabinet)
Rak terbuka lebih dianjurkan pemakaiannya, dengan alasan :
Harga lebih murah.
Petugas dapat mengambil dan menyimpan rekam medis lebih cepat.
Menghemat ruangan dengan menampung lebih banyak rekam medis dan tidak
terlalu makan tempat.
Jarak antara dua buah rak untuk lalu lalang, dianjurkan selebar 90 cm. Jika
menggunakan lemari 5 laci dijejer satu baris, ruangan lowong di depannya harus 90
cm, jika diletakkan saling berhadapan harus disesuaikan ruang lowong paling tidak
150 cm, untuk memungkinkan membuka laci-laci tersebut. Lemari lima laci memang
tampak lebih rapi dan rekam medis terlindung dari debu dan kotoran dari luar.
2.3.2. Proses Pengelolaan Rekam Medis
2.3.2.1. Penerimaan Pasien
a. Pasien Baru
Universitas Sumatera Utara
Setiap pasien yang baru diterima di Tempat Penerimaan Pasien (TPP) dan
akan diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan data identitas yang akan diisikan
pada formulir ringkasan riwayat klinik. Setiap pasien baru akan memperoleh nomor
pasien yang akan digunakan sebagai kartu pengenal, yang harus dibawa pada setiap
kunjungan berikutnya ke rumah sakit yang sama, baik sebagai pasien berobat jalan
maupun sebagai pasien rawat inap. Ringkasan riwayat klinik juga dipakai sebagai
dasar pembuatan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP). Pasien baru dengan berkas
rekam medisnya akan dikirim ke Poliklinik sesuai dengan yang dikehendaki pasien.
b. Pasien Lama
Baik pasien dengan perjanjian maupun pasien yang datang atas kemauan
sendiri, setelah membeli karcis baru akan mendapatkan pelayanan di tempat
penerimaan pasien. Pasien pejanjian akan langsung menuju poliklinik yang dimaksud
karena rekam medisnya telah disispkan oleh petugas sedangkan untuk pasien yang
datang atas kemauan sendiri, harus menunggu sementara rekam medisnya diminta
oleh petugas TPP ke bagian rekam medis. Setelah rekam medisnya dikirim ke
poliklinik pasien akan mendapat pelayanan di poliklinik yang dimaksud.
c. Pasien Gawat Darurat
Pasien datang ke tempat penerimaan pasien darurat. TPP ini dibuka selama 24
jam, berbeda dengan prosedur pelayanan pasien baru dan pasien lama yang biasa,
disini pasien ditolong terlebih dahulu baru penyelesaian administrasinya.
d. Ketentuan Umum Pasien Rawat Inap (TPPRNg)
Semua pasien yang menderita segala macam penyakit, selama ruangan dan
fasilitas yang memadai tersedia, dapat diterima di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
Sedapat mungkin pasien diterima di sentral opname pada waktu yang telah
ditetapkan, kecuali untuk kasus gawat darurat dapat diterima setiap saat.
Tanpa diagnosa yang tercantum dalam surat permintaan dirawat, pasien tidak
dapat diterima.
Sedapat mungkin tanda tangan persetujuan untuk tindakan, operasi dan
sebagainya (apabila dilakukan) dilaksanakan di sentral opname.
Pasien dapat diterima apabila dikirim oleh dokter poliklinik, dokter unit gawat
darurat atau ada surat rekomendasi dari dokter yang mempunyai wewenang
untuk merawat pasien di rumah sakit.
Pasien gawat darurat perlu diprioritaskan.
2.3.2.2. Sistem Penamaan
Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas kepada seorang
pasien serta untuk membedakan anatara pasien satu dengan pasien lainnya. Sehingga
mempermudah/mempelancar didalam memberikan pelayanan rekam medis kepada
pasien yang datang berobat ke rumah sakit. Penulisan nama di Indonesia beda dengan
di negeri barat, sebab harus disesuaikan dengan kultur penduduk yang heterogen.
Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas pencatat adalah nama pasien
harus lengkap, minimal terdiri dari dua suku kata. Dalam sistem penamaan pada
rekam medis, diharapkan :
Nama ditulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan yang di sempurnakan.
Sebagai pelengkap, bagi pasien perempuan diakhir nama lengkap
ditambahkan Ny. Atau Nn. sesuai dengan statusnya.
Universitas Sumatera Utara
Pencantuman titel selalu diletakkan sesudah nama lengkap pasien.
Perkataan Tuan, Saudara, Bapak tidak dicantumkan dalam penulisan nama
pasien.
2.3.2.3. Sistem Pemberian Nomor
Ada 3 macam sistem pemberian nomor penderita masuk (admission
numbering system) yang umumnya dipakai, yaitu :
Pemberian Nomor Cara Seri (serial numbering system)
Dengan sistem ini setiap penderita mendapat nomor baru setiap kunjungan ke
rumah sakit. Jika ia berkunjung lima kali. Maka ia akan mendapat lima nomor
yang berbeda. Semua nomor yang telah diberikan kepada penderita tersebut harus
dicatat pada “Kartu Indeks Utama Pasien” yang bersangkutan, sedang rekam
medisnya disimpan di berbagai tempat sesuai dengan nomor yang telah
diperolehnya.
Pemberian Nomor Cara Unit (unit numbering system)
Sistem ini memberikan satu nomor rekam medis baik kepada pasien berobat jalan
maupun pasien untuk dirawat. Pada saat seorang penderita berkunjung pertama
kali ke rumah sakit apakah sebagai penderita berobat jalan ataupun dirawat,
kepadanya diberikan satu nomor (admitting number) yang akan dipakai
selamanya untuk kunjungan seterusnya, sehingga rekam medis penderita tersebut
hanya tersimpan di dalam berkas di bawah satu nomor.
Pemberian Nomor Cara Seri Unit (serial unit numbering system)
Sistem nomor ini merupakan sintesis antara sistem seri dan sistem unit. Setiap
pasien berkunjung ke rumah sakit, kepadanya diberikan satu nomor baru, tetapi
Universitas Sumatera Utara
rekam medisnya yang terdahulu digabungkan dan disimpan dibawah nomor yang
paling baru.
Satu rumah sakit biasanya membuat satu bank nomor, nomor-nomor disusun
dalam satu buku induk atau buku register yang mana diberikan kepada satu orang
yang khusus menangani distribusi nomor.
2.3.2.4. Sistem Pembuatan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP) Kartu indeks utama pasien adalah salah satu cara untuk menunjang
kelancaran pelayanan terhadap pasien. Karena apabila seorang pasien lupa membawa
kartu berobat maka KIUP akan membantu untuk mencarikan data pasien yang
diperlukan. Karena KIUP merupakan sumber data yang selamanya harus disimpan,
maka harus dibuat selengkapnya dan jelas. Dalam KIUP memuat data identitas pasien
harus dibuat terperinci dan lengkap antara lain :
a) Nama lengkap i) Status Perkawinan
b) Nomor rekam medis j) Tempat/tanggal lahir
c) Alamat k) Pekerjaan
d) Nama ibu l) Orang yang dihubungi bila terjadi sesuatu
e) Nama Ayah m) Tanggal kunjungan poliklinik yang pertama
f) Agama
g) Jenis Kelamin
h) Umur
Ukuran kartu indeks pasien yang dianjurkan adalah 12,5 x 7,5 cm, sedangkan
untuk rumah sakit yang sangat banyak pasien rawat jalannya dianjurkan
menggunakan ukuran 4,25 x 7,5 cm. Kegunaan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)
adalah kunci untuk menemukan berkas rekam medis seorang pasien.
2.3.2.5. Pencatatan (recording)
Universitas Sumatera Utara
Pencatatan disini dimaksudkan pendokumentasian segala informasi medis
seorang pasien ke dalam rekam medis. Pada dasarnya pendokumentasian memuat
data, yang akan menjadi bahan informasi. Data pasien dapat dikelompokkan ke dalam
dua kelompok yaitu data sosial dan data medis. Data sosial didapatkan pada saat
pasien mendaftarkan diri ketempat penerimaan pasien. Data medis baru diperoleh dari
pasien, apabila pasien telah memasuki unit pelayanan kesehatan. Petugas di unit
pelayanan adalah dokter dan ahli-ahli profesi kesehatan lainnya (termasuk
penunjangnya seperti radiologi, laboratorium, dan lain-lain), serta unit perawatan.
2.3.2.6. Pengolahan Data Medis
Semua bentuk catatan, baik hasil rekapitulasi harian maupun lembaran-
lembaran formulir rekam medis merupakan bahan yang perlu diolah, untuk
selanjutnya dipakai sebagai bahan laporan rumah sakit. Sebelum dilakukan
pengolahan, berkas-berkas rekam medis tersebut diteliti kelengkapannya baik isi
maupun jumlahnya. Rekapitulasi dari sensus harian diolah untuk menyiapkan laporan
yang menyangkut kegiatan rumah sakit, sedangkan formulir rekam medis diolah
untuk menyiapkan laporan yang menyangkut morbiditas dan mortalitas.
Kegiatan pengolahan yang dilakukan yaitu :
1. Perakitan (Assembling) Rekam Medis
a. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Perakitan rekam medis pasien rawat jalan meliputi :
Pembatas Poliklinik
Lembar dokumen pengantar
Lembaran Poliklinik
Universitas Sumatera Utara
Hasil pemeriksaan penunjang
Salinan Resep
b. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap
Perakitan rekam medis pasien rawat inap untuk kasus Anak
Perakitan rekam medis pasien rawat inap untuk kasus Bedah
Perakitan rekam medis pasien rawat inap untuk kasus Kebidanan
Perakitan rekam medis pasien rawat inap untuk kasus Bayi Lahir
2. Koding (Coding)
Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka
atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data.
Membuat kode atas diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang
berlaku, pembedahan berdasarkan koding dimaksudkan agar mempermudah
pengelompokan penyakit, operasi yang dapat dituangkan dalam bentuk kode.
Tenaga medis (dokter) harus mengisi diagnosis pasien dengan lengkap dan jelas
sehingga petugas rekam medis dapat memberi kode sesuai dengan petujuk/arahan
yang ada pada buku ICD-10.
3. Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat
kedalam indeks-indeks. Jenis indeks yang dibuat adalah indeks pasien, indeks
penyakit (diagnosis) dan indeks operasi, indeks obat-obatan, indeks dokter dan
indeks kematian. Semua hasil pengelolaan dari rekam medis dipersiapkan untuk
membuat laporan serta statistik rumah sakit.
2.3.2.7. Penyimpanan Rekam Medis
Universitas Sumatera Utara
Sebelum menentukan suatu sistem penyimpanan menurut nomor yang akan di
pakai terlebih dahulu mengetahui bentuk pengurusan penyimpanan yang ada dalam
pengelolaan rekam medis.
1. Cara pengurusan penyimpanan dalam penyelenggaraan rekam medis
Ada dua cara pengurusan penyimpanan dalam penyelenggaraan rekam medis
yaitu :
a. Sentralisasi
Sentralisasi diartikan penyimpanan rekam medis seorang pasien dalam satu
kesatuan baik catatan – catatan kunjungan poliklinik, maupun catatan – catatan
selama seorang pasien di rawat.
b. Desentralisasi
Dengan cara desentralisasi, terjadi pemisahan antara rekam medis poliklinik
dengan rekam medis penderita dirawat. Rekam medis poliklinik di simpan di
suatu tempat penyimpanan, sedangkan rekam medis penderita dirawat di simpan
di bagian pencatatan medis.
2. Sistem penyimpanan menurut nomor
Sistem penyimpanan menurut nomor yang sering dipraktekkan yaitu :
a. Sistem Nomor Langsung (Straight Numerical)
Penyimpanan dengan sistem nomor langsung (straight numerical filling
system) adalah penyimpanan rekam medis dalam rak penyimpanan secara berurut
sesuai dengan urutan nomornya.
b. Sistem Angka Akhir (Terminal Digit)
Universitas Sumatera Utara
Penyimpanan dengan angka akhir lazim disebut “terminal digit filling
system”. Disini digunakan nomor-nomor dengan 6 angka, yang dikelompokkan
menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 2 angka. Angka yang pertama
adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kanan, angka kedua adalah
kelompok 2 angka yang terletak di tengah dan angka ketiga adalah kelompok 2
angka yang terletak paling kiri.
c. Sistem Angka Tengah (Middle Digit)
Disini penyimpanan rekam medis diurutkan dengan pasangan angka-angka
sama halnya dengan sistem angka akhir, namun angka pertama, angka kedua, dan
angka ketiga berbeda letaknya dengan sistem angka akhir. Dalam hal ini angka
yang terletak di tengah-tengah menjadi angka yang pertama, pasangan angka yang
terletak paling kiri menjadi angka kedua dan pasangan angka paling kanan
menjadi angka ketiga.
2.3.2.8. Petunjuk Penyimpanan
Pada deretan map-map rekam medis yang disimpan di rak harus diberikan
tanda petunjuk guna mempercepat pekerjaan menyimpan dan menemukan rekam
medis. Jumlah petunjuk tergantung dari rata-rata tebalnya sebagian besar map-map
rekam medis tersebut. Untuk map-map rekam medis yang tebalnya sedang diberi
petunjuk setiap 50 map. Makin tebal map-map rekam medis makin banyak petunjuk
yang harus dibuat. Rekam medis yang aktif lebih banyak memerlukan petunjuk
daripada rekam medis-rekam medis yang tidak aktif.
2.3.2.9. Pengambilan Kembali Rekam Medis (Retrieval)
Universitas Sumatera Utara
Permintaan-permintaan rutin terhadap rekam medis yang datang dari
poliklinik, dari dokter yang melakukan riset harus diajukan ke bagian rekam medis,
setiap hari pada jam yang telah ditentukan. Poliklinik yang meminta rekam medis
untuk melayani pasien perjanjian yang datang pada hari tertentu petugas membuat
(mengisi)”Kartu Permintaan”. Petugas harus menulis dengan benar dan jelas nama
pasien dan nomor rekam medisnya. Untuk permintaan-permintaan langsung dari
dokter, dari bagian administrasi, surat permintaan dapat diisi langsung oleh petugas
bagian rekam medis sendiri.
Permintaan-permintaan rekam medis yang tidak rutin, seperti untuk
pertolongan gawat darurat harus dipenuhi segera mungkin. Permintaan lewat telepon
dapat juga dilayani dari petugas bagian rekam medis harus mengisi surat permintaan.
Petugas dari bagian lain yang meminta, harus datang sendiri untuk mengambil
rekam medis yang diminta ke bagian rekam medis. Surat permintaan biasanya
berbentuk satu formulir yang berisi nama pasien dan nomor rekam medisnya, nama
poloklinik atau nama orang yang meminta, tanggal rekam medis itu diperlukan.
2.3.2.10. Perencanaan Terhadap Rekam Medis Yang Tidak Aktif
Hanya sedikit bagian rekam medis yang mempunyai ruangan penyimpanan
rekam medis yang cukup luas. Sebagian besar bagian rekam medis selalu menghadapi
masalah kurangnya ruang penyimpanan. Satu rencana yang pasti tentang pengelolaan
rekam medis yang tidak aktif harus ditetapkan sehingga selalu tersedia tempat
penyimpanan untuk rekam medis yang baru.
Dari segi praktisnya dapat dikatakan patokan utama untuk menentukan rekam
medis aktif atau tidak aktif adalah besarnya ruangan yang tersedia untuk menyimpan
Universitas Sumatera Utara
rekam medis yang baru. Suatu rumah sakit menentukan 5 tahun adalah batas umur
untuk rekam medis aktif sedangkan dirumah sakit lain rekam medis yang berumur 2
tahun sudah dinyatakan tidak aktif, dikarenakan sangat terbatasnya ruangan
penyimpanan. Pada umumnya rekam medis dinyatakan tidak aktif apabila selama 5
tahun terakir rekam medis tersebut sudah tidak dipergunakan lagi. Apabila ternyata
sudah tidak tersedia lagi tempat penyimpanan rekam medis aktif, harus dilaksanakan
kegiatan menyisihkan rekam medis yang tidak aktif secara sistematik seirama dengan
pertambahan jumlah rekam medis yang baru. Rekam medis yang tidak aktif dapat
disimpan di ruangan lain atau di buat Microfilm.
2.3.3. Kelengkapan Rekam Medis
2.3.3.1. Pengisian Formulir Rekam Medis
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permenkes No.
269/Menkes/Per/III/tahun 2008 tentang Rekam Medis, yang merupakan prinsip-
prinsip dasar dalam mengisi dan mencatat identitas serta data pasien, informasi yang
diperoleh saat itu harus digunakan sebagai dasar perencanaan pengobatan dan
perawatan yang harus diberikan kepada pasien.
Pengisian formulir rekam medis harus dilakukan secara lengkap dan langsung
pada waktunya serta tidak ditunda-tunda karena mutu pelayanan yang diberikan
rumah sakit antara lain akan tercermin pada berkas rekam medisnya (Sembiring,
2003).
Universitas Sumatera Utara
2.4. Alur Penelitian
Penyelenggaraan Rekam Medis menurut
Permenkes 269/Menkes/Per/III/2008
Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit
Sumber Daya
Sumber Daya Manusia
Sarana dan Prasarana
Prosedur Kerja (SOP)
Fasilitas Fisik Ruang Penyimpanan
Proses Pengelolaan Rekam Medis
Penerimaan Pasien
Sistem Penamaan
Sistem Penomoran
Sistem KIUP
Pengolahan Data Medis
Penyimpanan Rekam Medis
Pengambilan Kembali Rekam Medis
Perencanaan Rekam Medis Yang Tidak Aktif
Kelengkapan Pengisian Formulir Rekam Medis
Sistem Penyelenggaraan Rekam Medis di
Rumah Sakit Umum Dr. F. L.Tobing Sibolga
Universitas Sumatera Utara