BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Terdahulueprints.umm.ac.id/38421/3/BAB II.pdf · 2018. 10....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Terdahulueprints.umm.ac.id/38421/3/BAB II.pdf · 2018. 10....
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Review Terdahulu
Yuniarta dan Agustini (2014) meneliti tentang daya informasi akuntansi
memoderasi pengaruh positif Corporate Social Responsibilty terhadap Cost Of
Equity Capital. Penelitian ini menunjukkan bahwa CSR yang diproksi dengan
CSRI terbukti berpengaruh terhadap COEC. Hasil penelitian ini ditunjukkan
dengan hasil statistik CSRI yang memberikan koefisien parameter 3,23 dengan
tingkat signifikansi 0,003 yang berarti memberikan pengaruh yang signifikan
kepada Cost Of Equity Capital (COEC).
Dhaliwal et al. (2014) meneliti tentang Corporate social responsibility
disclosure and the cost of equity capital: The roles of stakeholder orientation and
financial transparency. Dalam studi ini, meneliti efek menguntungkan dari
transparansi mengenai isu-isu CSR pada biaya modal ekuitas dalam pengaturan
internasional. Menemukan bahwa hubungan negatif antara pengungkapan CSR
dan biaya modal ekuitas lebih nyata di negara atau perusahaan dengan tingkat
keuangan yang lebih tinggi kekaburan. Karena opasitas keuangan meningkatkan
biaya modal ekuitas, hasil ini menunjukkan hubungan substitusi potensial antara
pengungkapan keuangan dan non finansial.
Li dan Liu (2018) meneliti tentang Quality of Corporate Social
Responsibility Disclosure and Cost of Equity Capital:Lessons from China
menunjukkan bahwa kualitas pengungkapan CSR lebih berhubungan negatif
6
dengan biaya modal ekuitas di antara perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar
daripada yang lebih kecil.
Mazzotta dan Veltri (2014) meneliti tentang Survei empiris pertama tentang
hubungan antara Corporate Governance (CG) dan Cost of Equity Capital (CEC)
di pasar keuagan Italia. Dari yang empiris perspektif, peneliti memberikan
kontribusi untuk memperluas penelitian yang ada pada hubungan antara CG dan
CEC, memberikan bukti bahwa CG secara langsung mempengaruhi CEC.
Temuan menunjukkan bahwa risiko agensi diatributkan kualitas tata kelola tidak
dapat terdiversifikasi. Temuan penelitian menunjukkan juga bahwa hubungan
antara CG dan CEC berlaku dalam pengaturan agen (yaitu, pihak Italia konteks)
ditandai oleh pemegang saham pengendali besar.
Moss (2016) meneliti tentang pengaruh tata kelola perusahaan pada biaya
modal ekuitas. Tujuh dari delapan variabel tata kelola perusahaan ditemukan
terkait dengan biaya modal ekuitas. Arah hubungan tergantung pada variabel.
Sebagai contoh, di satu sisi, hasil menunjukkan bahwa proporsi yang lebih tinggi
dari keahlian interlocking board, dewan independen, dan komite audit
berhubungan negatif dengan biaya ekuitas. Di sisi lain, CEO-dualitas, opini audit,
kepemilikan manajerial dan pemegang saham institusional secara positif terkait
dengan biaya modal ekuitas. Temuan ini konsisten dengan harapan teori agensi
dan sebagian besar penelitian.
Tabel 2.1 Review Terdahulu
No Nama
(Tahun)
Judul/Jurnal Objek/variabel/a
nalisis
Hasil
7
1 Yuniarta dan
agustin
(2014)
Daya
informasi
akuntansi
memoderasi
pengaruh
Positif
corporate
social
responsibilty
Terhadap cost
of equity
capital”.
Jurnal
keuangan dan
perbankan.Vo
l. 18 (1)
Objek: perusahaan
publik yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Variabel: CSR
dan Cost Of
Equity Capital
Metode: purposive
sampling
Penelitian ini
menunjukkan bahwa
CSR yang diproksi
dengan CSRI
terbukti berpengaruh
terhadap CEC.
2. Dhaliwal et al.
(2014)
Corporate
social
responsibility
disclosure and
the cost of
equity capital:
The roles of
stakeholder
orientation
and financial
transparency”
. J. Account.
Public Policy.
Objek:
Perusahaan-
perusahaan
berlokasi di 31
negara.
Variabel: Corporate social
responsibility
disclosure dan
cost of equity
capital
Metode:
Regresi
Menemukan
hubungan negatif
antara
pengungkapan CSR
dan biaya modal
ekuitas; hubungan
ini lebih menonjol di
negara-negara yang
berorientasi
pemangku
kepentingan.
3. Li dan Liu
(2018)
Quality of
Corporate
Social
Responsibility
Disclosure
and Cost of
Equity
Capital:
Lessons from
China”. Emerging
Markets
Finance and
Trade.
Objek: perusahaan yang
terdaftar di A-
shares di China
dari tahun 2008
hingga 2014.
Variabel:CSR
dan cost of
equity capital
Metode:
melakukan
metode two-
stage least
square (2SLS)
Hasil menunjukkan
bahwa kualitas
pengungkapan CSR
lebih berhubungan
negatif dengan biaya
modal ekuitas di
antara perusahaan-
perusahaan besar
yang terdaftar
daripada yang lebih
kecil.
4. Mazzotta dan
Veltri
The
relationship Objek: perusahaan yang
Hasilnya
memberikan bukti
8
(2014) between
corporate
governance
and the cost of
equity capital.
Evidence from
the Italian
stock
exchange”,
Journal of
Management
&
Governance.
terdaftar di
Bursa Efek Italia
Variabel:
corporate
governance
(dewan, ukuran
dewan,
keberadaan audit
dan komite
nominasi /
remunerasi dan
independensi
dewan komite)
dan cost of
equity capital
Metode: ex-ante
method
hubungan yang
signifikan antara
skor CG dan modal
perusahaan modal,
5. Moss
(2016)
The Impact Of
Corporate
Governance
And Earnings
Management
Practices On
Cost Of
Equity
Capital:
Evidence
From Thai
Listed
Companies
Objek: Perusahaan yang
terdaftar di
Thailand
Variabel: Corporate
Governance,
earnings
manajemen dan
Cost of equity
capital.
Metode:
discretionary
accruals
Tujuh dari delapan
variabel tata kelola
perusahaan
ditemukan terkait
atau berpengaruh
dengan biaya modal
ekuitas.
2.2 Tinjuan Pustaka
2.2.1 Corporate Social Responsibility Diclosure (CSRD)
Pengertian Corporate Social Responsibility terdapat dalam Undang-Undang
No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu : “Tanggungjawab sosial dan
lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
9
yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya.”
Perilaku dibentuk oleh etika bisnisnya, atau sekelompok nilai moralnya.
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan produk yang aman dan
menjual produknya tanpa menyesatkan pelanggan. Perusahaan harus memastikan
tanggung jawab sosialnya terhadap pelanggan dengan menetapkan kode etik,
memantau keluahan pelangganan, dan meminta pelangagan untuk memberikan
umpan balik atas produk yang baru saja mereka beli. Perusahaan memiliki
tanggung jawab untuk menyediakan lingkungan kerja aman, perlakuan yang
wajar, dan peluang yang setara untuk semua karyawan. Perusahaan memiliki
tanggungjawab untuk memuaskan pemilik yang menyedikan dana. Mereka
berusaha memastikan bahwa manajer membuat keputusan untuk kepentingan
pemegang saham (Madura, 2007).
2.2.2 Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001)
mendefinisikan Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola saham, kreditor,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan interen dan eksteren
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka untuk mengatur
dan mengendalikan perusahaan (Pratama et al., 2017). Salah satu tujuan utama
tunggal dari tata kelola perusahaan adalah optimasasi dari waktu ke waktu
terhadap pengembalian (return) kepada para pemegang saham. (Eiteman et al.,
2010).
10
2.2.3 Kepemilikan Institusional
Menurut Shien et al. (2006) dalam Sari et al. (2015), kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan,
institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi
lainnya. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor pihak
manajemen perushaaan karena kepemilikan institusional dimiliki oleh pihak
eksternal sehingga dapat mengawasi pihak internal lebih optimal (Purnama,
2017).
2.2.4 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham pihak manajemen yang
secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Menurut Brigham dan Houston
(2001) dalam Sari et al. (2015), kepemilikan manajerial merupakan persentase
kepemilikan yang berkaitan dengan saham dan opsi yang dimiliki manajer dan
direksi perusahaan.
2.2.5 Komite Audit
Berdasarkan Pedoman Umum GCG di Indonesia yaitu Komite Nasional
Kebijakan Good Corporate Governance (KNKG, 2006), komite audit bertugas
membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan
audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang
berlaku dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.
11
2.2.6 Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang memiliki tanggung
jawab dan kewenangan penuh atas pengurusan perusahaan. Menurut Pedoman
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, dewan komisaris dapat
mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada suatu komite khusus atau
kepada dua atau lebih anggota dewan komisaris berdasarkan surat kuasa khusus.
2.2.7 Dewan Direksi
Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance (2006) dinyatakan
bahwa dewan direksi bertanggung jawab dalam mengelola perusahaan.
Kedudukan masing-masing anggota dewan adalah setara. Mereka harus
menjalankan tugas sesuai dengan wewenang masing-masing namun hasil dari
pelaksanaan tugas tersebut merupakan tanggung jawab bersama. Agar
pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara efektif, salah satu prinsip yang
perlu dipenuhi adalah komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat, dan cepat, serta
dapat bertindak independen (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006).
2.2.8 Cost of equity capital
Cost of Equity Capital (COEC) merupakan tingkat pengembalian yang
diminta pemegang saham mengingat persepsi pasar tentang keberisikoan
perusahaan, pemegang saham akan meminta tingkat pengembalian yang lebih
tinggi ketika mereka berinvestasi di perusahaan dengan risiko yang lebih tinggi
(Salzmann, 2017). Perusahaan membutuhkan dana baik dari kreditur dan investor,
untuk menjalankan kelangsungan usahanya dengan menerbitkan saham atau
12
obligasi yang diperjualbelikan di pasar modal. Pemegang saham atau investor
menanam investasi memiliki tujuan memperoleh tingkat pengembalian yang
tinggi dari saham yang telah dibeli (Perwira dan Darsono, 2015). Dana
perusahaan dari investor maupun kreditor dapat digunakan perusahaan secara
optimal dalam membiayai kegiatan operasional, serta memperhitungkan dan
mempekirakan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan bila
dana tersebut digunakan untuk investasi. Sehingga pengembalian yang diperoleh
perusahaan mampu memenuhi biaya modal yang diminta investor dan kreditor
(Sari dan Riduwan, 2015).
Biaya modal (COC) tergantung pada jenis dana yang dipakai, jadi bukan
dari sumbernya. Salah juga jika dinyatakan bahwa biaya modal investasi
tergantung pada bagaimana dan dari mana sumber itu diperoleh. Dengan kata lain,
COC perusahaan mencerminkan baik biaya utang (Cost of debt) maupun biaya
modal sendiri (Cost of equity capital) (Halim dan Sarwoko, 1995). Ada beberapa
jenis biaya modal berkaitan dengan berbagai macam pendanaan (bisa dilihat pada
laporan keuangan neraca). Cost of equity capital didefinisikan sebagai rate of
return minimum suatu perusahaan yang diukur berdasarkan proporsi ekuitas dari
seluruh investasi agar dapat mempertahankan harga pasar sekuritasnya (Harmono,
2015).
2.3 Perumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure terhadap Cost of
Equity Capital
13
CSR adalah seperangkat mekanisme perantar semua pemangku kepentingan
dapat melindungi diri dari perilaku berpandangan pendek demi keuntungan. CSR
dihargai oleh investor dengan demikian lebih mungkin untuk mengurangi biaya
ekuitas. Peningkatan pengungkapan CSR memungkinkan perusahaan untuk
memproyeksikan citra positif sebagai warga perusahaan yang bertanggung jawab,
sehingga dapat menarik lebih banyak investor yang bertanggung jawab,
memperluas basis investornya, dan dengan demikian lebih jauh menurunkan biaya
ekuitasnya (Salzmann, 2017).
Pengaruh CSRD terhadap pemangku kepentingan utama pada biaya modal
ekuitas, menemukan bukti bahwa perusahaan dengan skor CSRD yang lebih
tinggi menunjukkan biaya pendanaan ekuitas yang lebih rendah. Secara khusus
CSR terhadap investor memberikan kontribusi terbesar untuk mengurangi biaya
modal ekuitas perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan nilai
CSR yang lebih tinggi memiliki biaya modal ekuitas yang jauh lebih rendah.
Secara khusus menemukan investasi dalam meningkatkan CSR terhadap investor
membuat kontribusi terbesar untuk mengurangi biaya pembiayaan ekuitas
perusahaan, dan CSR lebih berpengaruh signifikan dalam biaya modal ekuitas
(Xu et al., 2014).
H1: Corporate Social Responsibility Disclosure berpengaruh terhadap
Cost of Equity Capital
2.3.2 Pengaruh Corporate Governance terhadap Cost of Equity Capital
Dasar pemikiran teoritis untuk mengetahui pengaruh Corporate Governance
terhadap Cost Of Equity Capital didasarkan pada teori agensi. Pemisahan
14
kepemilikan dan kontrol dalam organisasi perusahaan menciptakan masalah
asemetri antara pemegang saham dan manajer yang mengarah ke resiko agensi.
Investor rasional meminta premi untuk menanggung resiko agensi secara efektif
meningkatkan Cost Of Equity Capital. Untuk mengurangi resiko agensi agar dapat
mengurangi Cost of equity capital, perusahaan perlu menerapkan satu set
mekanisme Corporate Governance. Dengan kata lain, Corporate Governance
yang bersangkutan dengan membawa kepentingan investor dan manajer ke jalur
dan memastikan bahwa perusahaan dijalankan demi kepentingan investor firma
utama pemangku kepentingan. Jadi menurut Mazzotta dan Veltri, Corporate
Governance berpengaruh pada Cost Of Equity Capital (Mazzotta dan Veltri,
2014). Dalam penelitian ini Corporate Governance diproksikkan dengan
menggunakan Kepemilikan istitusional, Kepemilikan Manajerial, Komite audit,
Dewan komisaris, Dewan direksi.
Kepemilikan Institusional, perusahaan dengan pemegang saham
institusional yang lebih tinggi memiliki Cost Of Equity Capital yang lebih
tinggi, menunjukkan bahwa pemegang saham institusional bertabrakan atau
berkolusi dengan pemilik manajerial untuk mengejar tujuan penyelarasan
strategis, seperti tidak melakukan pemantauan yang memadai (Moss, 2016).
Kepemilikan Manajerial, kepemilikan manajerial yang terutama
mengendalikan keputusan yang dibuat di rapat dewan memiliki keuntungan
informasi atas pemegang saham lainnya. Oleh karena itu, mereka dapat
menggunakan kekuatan mereka secara tidak tepat untuk mencapai
kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan pemegang saham
15
lainnya. Selain itu, kekuatan pengendali mereka dapat meningkatkan risiko
investasi dan asimetri informasi dari pemegang saham lainnya, sehingga
meningkatkan masalah keagenan dan COEC (Moss, 2016).
Komite audit, Proporsi keahlian keuangan yang lebih tinggi pada komite
audit meningkatkan kualitas dan transparansi laporan keuangan.
Peningkatan transparansi dalam hasil laporan keuangan kurang
ketidakpastian bagi investor, yang menghasilkan COEC yang lebih rendah.
Hasil ini mirip dengan Dao et al. (2012) yang memberikan bukti bahwa
COEC lebih rendah di perusahaan dengan komite audit yang memiliki
pengalaman kerja jangka panjang. Ini karena investor lebih cenderung
mempercayai pengalaman keuangan komite audit. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa anggota komite audit yang memiliki pengalaman atau latar
belakang dalam bidang akuntansi dan keuangan cenderung menghadapi
kompleksitas pelaporan keuangan secara efektif, yang dapat mengurangi
COEC (Moss, 2016).
Dewan Komisaris, dewan komisaris bertugas memberikan pengarahan dan
nasehat kepada direksi dan memastikan bahwa direksi telah melaksanakan
GCG dalam menjalankan aktivitas bisnisnya (UU No. 40 Th. 2007). Hasil
penelitian menurut Prastiti dan Meiranto (2013). tentang ukuran dewan
komisaris dan manajemen laba, dimana ukuran dewan komisaris
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Dilihat dari
penelitian tentang ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap earnings
management, sehingga peneliti mengharapkan bahwa ukuran dewan juga
16
berpengaruh terhadap CEOC. Dapat disimpulkan bahwa jika tindakan
earnings management semakin berkurang berarti risiko agensi yang
dihadapi oleh pemegang saham pun berkurang, dapat mengurangi COEC.
Dewan Direksi, Dewan direksi memiliki tugas untuk menentukan arah
kebijakan dan strategi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut penelitian Mazzotta
dan Veltri (2014) mengakui adanya hubungan negatif antara ukuran dewan
direksi dan COEC, yang berarti bahwa setiap tambahan anggota mungkin
akan menambahkan lebih banyak ketidakefesian, yang mungkin tidak
dikompensasi oleh peningkatan kompetensi dan keragaman direktur.
Akibatnya peneliti berasumsi bahwa ketika jumlah dewan direksi meningkat
di atas batas, kualitas CG akan memburuk akan menyebabkan tingginya
COEC.
H2: Corporate Governance berpengaruh terhadap Cost of Equity Capital
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4 Kerangka Penelitian
H1
H2
Y
Corporate Social Responsibility Disclosure
Cost of Equity Capital Corporate Governance
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Manajerial
Komite Audit
Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran Dewan Direksi