BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB...

10
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinja Preparat adalah hasil dari tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan sesuatu menjadi spesimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan (W.A. New Dorland, 2002). Preparat apusan tinja adalah hasil dari proses pembuatan maupun penyiapan tinja (feses) yang dapat diperiksa secara langsung maupun diawetkan untuk penelitian. Dalam penyajian preparat parasitologi didasarkan atas sampel yang digunakan dalam pembuatan preparat : 1.1. Preparat cacing, preparat yang sampelnya berupa telur cacing maupun cacing dewasa yang didapat lewat muntahan dan feses. 1.2. Preparat protozoa, preparat yang menggunakan sampel berupa protozoa yang ditemukan dalam feses. 1.3. Preparat entomologi, preparat yang menggunakan sampel berupa tungau, caplak, kutu, insekta, dll. 1.4. Preparat tropozoit, preparat yang menggunakan sampel darah yang dibuat apusan (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan gametosit pada penyakit malaria (Is. Suhairiah Ismid, 2000). http://repository.unimus.ac.id

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB II.pdf · (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan ... Pemeriksaan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinja

Preparat adalah hasil dari tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan

sesuatu menjadi spesimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk

penelitian dan pemeriksaan (W.A. New Dorland, 2002).

Preparat apusan tinja adalah hasil dari proses pembuatan maupun penyiapan

tinja (feses) yang dapat diperiksa secara langsung maupun diawetkan untuk

penelitian.

Dalam penyajian preparat parasitologi didasarkan atas sampel yang digunakan

dalam pembuatan preparat :

1.1. Preparat cacing, preparat yang sampelnya berupa telur cacing maupun cacing

dewasa yang didapat lewat muntahan dan feses.

1.2. Preparat protozoa, preparat yang menggunakan sampel berupa protozoa yang

ditemukan dalam feses.

1.3. Preparat entomologi, preparat yang menggunakan sampel berupa tungau, caplak,

kutu, insekta, dll.

1.4. Preparat tropozoit, preparat yang menggunakan sampel darah yang dibuat apusan

(darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan

gametosit pada penyakit malaria (Is. Suhairiah Ismid, 2000).

http://repository.unimus.ac.id

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB II.pdf · (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan ... Pemeriksaan

8

2.2. Ascaris lumbricaides

2.2.1. Morfologi

Cacing jantan mempunyai panjang 10-30 cm sedangkan cacing betina 22-

35 cm. Cacing betina dapat bertelur 100 000 - 200 000 butir sehari, terdiri atas

telur dibuahi dan telur tidak dibuahi. Di tanah yang sesuai, telur yang dibuahi

tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih tiga minggu.

Telur yang telah dibuahi berbentuk ovoid atau lonjong dengan ukuran 50-

70 x 40-50 µ. Telur ini terdiri oleh suatu membrane vetialin yang tipis untuk

meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut dari lingkungan sekitar.

Terdapat juga membrane yang mengelilingi membrane vetialin yaitu membran

albuminoid yang pemukaannya tidak teratur atau terdapat benjolan-benjolan,

lapisan albuminoid terkadang hilang oleh karena adanya zat kimia yang

menghasilkan telur tanpa kulit (decorticated). Telur akan berwarna kecoklatan

saat berada di usus karena adanya pigmen empedu.

Telur yang tidak dibuahi (infertile) berbentuk lonjong dengan ukuran 60-

90 x 40-60 µ, memiliki dinding yang tipis, berwarna cokelat dengan lapisan

albuminnoid (Teuku Romi Imonsyah Putra, 2010).

http://repository.unimus.ac.id

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB II.pdf · (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan ... Pemeriksaan

9

Tabel 2.1 Karakteristik telur A. Lumbricaides (Permenkes, 2017)

FaseTelur

Ukuran Bentuk Warna KeteranganJumlah Lapisan

Gambar

Tidakdibuahi

60-90 x40-60 µ

Memanjangellipsoidal

Coklatsampaicokelattua

Lebih rampingdibanding teluryang dibuahi,bagian luar terdapattonjolon kasar danlapisan albuminois.Bagian dalam berisigranula

Dibuahi(tanpalapisanalbumin)

45-70 x35-50 µ

Oval Jernih Bentuk hampirmenyerupai telurtambang, tapidinding tebal.

Dibuahi(denganlapisanalbumin)

50-70 x40-50 µ

Lonjongatau bulat

Kuningkecoklatansampaicokelattua

Dinding tebal danberlapis. Bagianluar dilapisitonjolan-tonjolanyang bergelombang

Infektif 50-70 x40-50 µ

Lonjongatau bulat

Kuningkecokelatansampaicokelattua.

Dinding tebalberlapis 3 (fertil)atau 2(decorticated) berisi

2.2.2. Penularan

Bila telur infektif tertelan, telur akan menetas menjadi larva di usus halus.

Selanjutnya larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah

atau saluran limfe, lalu terbawa aliran darah ke jantung dan paru. Di paru,

larva menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk

rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus.

Dari trakea larva menuju ke faring dan menimbulkan rangsangan di faring

http://repository.unimus.ac.id

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB II.pdf · (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan ... Pemeriksaan

10

sehingga penderita batuk dan larva tertelan ke dalam esofagus, lalu ke usus

halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur

infektif tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang

lebih 2-3 bulan (Gambar 1).

Gambar 2.1 Siklus Masuk A. Lumbricaides Dalam Tubuh (Sumber : PermenkesNo.15, 2017)

2.3. Metode Pemeriksaan Tinja

Pemeriksaan tinja secara mikroskopis dapat dilakukan dengan beberapa teknik

dan metode sebagai berikut :

2.3.1. Pemeriksaan tinja metode langsung (Sediaan Basah)

Pemeriksaan dengan metode langsung (sedian basah) adalah

pemeriksaan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya telur

http://repository.unimus.ac.id

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB II.pdf · (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan ... Pemeriksaan

11

cacing pada tinja secara langsung dengan menggunakan larutan pewarna

Eosin 2% (dengan menggunakan kaca penutup) (Fuad, 2012).

Pemeriksaan dengan metode ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

dengan kaca penutup dan tanpa kaca penutup. Cara kerja pembuatan sediaan

langsung dengan mengambil feses sebanyak ± 2mg dengan lidi kemudian

letakkan di kaca objek dicampurkan dengan eoisn 2% hingga homogen.

Apabila terdapat bagian-bagian kasar dibuang. Lalu tutup dengan kaca slide

ukuran 20 x 20 mm, usahakan tidak terdapat gelembung-gelembung udara.

Kemudian dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran

objektif 10x dan 40x (Depkes, 2006).

2.3.2. Pemeriksaan tinja metode konsentrasi

1. Metode Sedimentasi (Metode Faust dan Russell, 1964)

Prinsip pemeriksaan dengan metode sedimentasi adalah dengan

adanya gaya sentrifugal akan memisahkan antara suspensi dan

supernatan sehingga diharapkan didapatkan telur cacing didalam

endapan (Fuad, 2012).

2. Metode Flotasi dengan NaCl jenuh (Willis, 1921)

Prinsip pemeriksaan dengan metode flotasi adalah dengan adanya

perbedaan berat jenis antara telur cacing yang lebih kecil dibanding

NaCl jenuh sehingga telur dapat mengapung (Fuad, 2012).

3. Metode Teknik Kato (Kato dan Miura, 1954)

http://repository.unimus.ac.id

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB II.pdf · (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan ... Pemeriksaan

12

Prinsip pemeriksaan teknik Kato adalah feses direndam dalam

larutan gliserin hijau, dikeringkan dengan kertas saring dan didiamkan

selama 20-30 menit pada inkubator dengan suhu 400C untuk

mendapatkan telur cacing dan larva (Fuad,2012).

4. Metode Teknik Modifikasi Kato Katz (Katz et al., 1972)

Prinsip pemeriksaan dengan teknik modifikasi Kato Katz adalah

feses ditutup dan diratakan di bawah cellophane tape yang direndam

dalam larutan malachite green (Depkes RI, 2006).

2.4. Pewarna Giemsa

Giemsa yang sering disebut juga sebagai pewarna Roamnowski adalah larutan

pewarna yang umumnya digunakan untuk pewarnaan pada apusan darah tepi untuk

mempelajari morfologi darah dan untuk mempelajari parasit-parasit yang

menginfeksi darah (Gandasoebrata, 2007).

Giemsa adalah larutan yang mengandung campuran dari eosin y

(Tetrabromoflurescin) yang akan memberi warna merah, methylen blue yang

berwarna biru dan metilen azur B (Trimetiltionin) yang akan memberi warna ungu.

Dalam pewarnaan giemsa, eosin akan memberi warna pada eritrosit. Perpaduan

antara eosin dan metilen azur akan memberi warna merah pada inti sel parasit dan

methylen blue akan memberi warna biru pada sitoplasma sel (Jurnal Riset Kesehatan,

2017).

http://repository.unimus.ac.id

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB II.pdf · (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan ... Pemeriksaan

13

Azur merupakan hasil dari oksidasi methylen blue. Berdasarkan dari 4 sifat

pewarna yang menyatakan afinitas (ikatan kimia) struktur sel oleh masing-masing zat

warna dari campuran, yaitu :

1. Afinitas untuk methylen blue.

2. Afinitas untuk Azur B dikenal dengan azurefilik, menghasilkan warna ungu.

3. Afinitas untuk eosin dikenal asdofilik (eosin bersifat asam) atau eosinifilia yang

memberi warna merah muda kekuningan.

4. Afinitas untuk komplek zat warna yang terdapat dalam campuran, secara tidak

tepat dianggap netral, dikenal nuetrofilia yang menghasilkan warna salmon-pink.

(Safar, 2009)

Berdasarkan pedoman pemakaian giemsa yang telah ditetapkan oleh Depkes RI

tahun 1993, Giemsa stock hanya boleh diencerkan menggunakan akuades, air buffer

atau air pada saat akan digunakan dengan tujuan untuk memperoleh efek pewarnaan

yang optimal. Pengambilan stok Giemsa harus menggunakan pipet khusus yang tidak

tercemar dan harus ditempatkan dalam wadah bertutup rapat karena kandungan

methanol dalam Giemsa dapat menarik air dari udara sehingga Giemsa stok akan

cepat rusak.

Aturan untuk tolak ukur pemakaian pewarna Giemsa sebagai pewarna individu

pada Giemsa stok 1 tetes ditambah pengencer 9 tetes (Giemsa 10%) atau Giemsa stok

1 tetes ditambah pengencer 19 tetes (Giemsa 5%). Dalam pengenceran Giemsa stok

air pengencer yang digunakan mempunyai pH 6,8 – 7,2 (paling ideal pH 7,2)

(Gandasoebrata, 2007).

http://repository.unimus.ac.id

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB II.pdf · (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan ... Pemeriksaan

14

2.5. Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pemeriksaan Sediaan Telur A.

lumbricaides

2.5.1. Tinja

Sampel tinja yang digunakan untuk pemeriksaan sebaiknya diperiksa

dalam keadaan segar, karena apabila terlalu lama didiamkan maka unsur-

unsur dalam tinja akan rusak. Pengiriman tinja dilakukan dengan

menggunakan wadah yang terbuat dari bahan yang tidak mudah tembus

seperti kaca atau plastik Apabila akan memeriksa tinja perlu dilakukan

pemeriksaan makroskopis untuk memilih bagian dari tinja yang memberikan

kemungkinan besar dapat ditemukannya kelainan, misalnya bercampur darah

atau lendir (Gandasoebrata, 2007).

2.5.2. Kualitas Giemsa

Kualitas Giemsa stok yang akan digunakan harus memenuhi standar

mutu antara lain tidak tercemar air dan masih aktif. Kualitas air pengencer

Giemsa harus jernih, tidak berbau, dan memiliki derajat keasaman (pH) yang

ideal berkisar 6,8 - ,7,2. Perubahan pH akan sangat berpengaruh terhadap

hasil pewarnaan.

Untuk memastikan mutu Giemsa dapat dilakukan tes menggunakan

kertas saring, dengan meneteskan 1 – 2 tetes Giemsa pada kertas saring yang

telas diletakkan di atas cawan petri. Jika Giemsa telar meresap dan melebar

diteteskan 3 – 5 tetes metil alkohol absolute tepat ditengah bulatan Giemsa

http://repository.unimus.ac.id

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB II.pdf · (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan ... Pemeriksaan

15

dengan satu persatu dengan jarak waktu tertentu sampai garis tengah Giemsa

menjadi 5 – 7 cm atau terbentuk bulatan biru (methylen blue) di tengah,

lingkaran cincin ungu (Azur B) di bagian luar dan lingkaran merah (eosin)

tipis di bagian pinggir. Jika warna ungu dan merak tidak tampak

menandakan Giemsa sudah rusak (Depkes, 1993).

2.5.3. Pembuatan Preparat

Pembuatan preparat dilakukan dengan meneteskan larutan atau sampel

ke atas kaca objek. Dalam pembuatan preparat ini yang harus diperhatikan

adalah pada saat penutupan sediaan dengan kaca slide (kaca penutup)

usahakan tidak boleh terdapat gelembung udara. Sediaan harus tipis, agar

unsur-unsur jelas terlihat dan dapat diidentifikasi (Gandasoebrata, 2007).

Dalam pembuatan sediaan apusan tinja, preparat sediaan dapat

dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria berikut yaitu objek glass

harus bersih dan bebas kuman dan lemak, sediaan tidak terlalu tebal atau

terlalu tipis, sediaan tidak meluber keluar dari kaca objek, sediaan tidak

boleh kering, dan pada sediaan tidak terdapat gelembung udara yang dapat

mengganggu pengamatan.

http://repository.unimus.ac.id

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preparat Sediaan Apusan Tinjarepository.unimus.ac.id/2930/5/BAB II.pdf · (darah tebal maupun darah tipis) untuk menemukan tropozoit, skizon dan ... Pemeriksaan

16

2.6. Kerangka Teori

2.7. Kerangka Konsep

2.8. Hipotesis

Terdapat perbedaan kualitas dan morfologi sediaan telur A. Lumbricoides pada

variasi konsentrasi Giemsa 3%, 4%, 5%, 6%, dan 7%.

Kualitas telur A.

lumbricaides

Kualitas

Tinja

Teknik

Pemeriksaan

Kualitas Buffer

Kualitas

Giemsa

Metode

Pemeriksaan

Sumber Daya

Manusia

Variasi konsentrasi

Giemsa 3%, 4%, 5%,

Kualitas sediaan telur A.

Lumbricaides

http://repository.unimus.ac.id