BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Pengertian polimer ...repository.ump.ac.id/8591/3/BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Pengertian polimer ...repository.ump.ac.id/8591/3/BAB...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bioplastik merupakan polimer alami karena bioplastik dapat dibuat
dari pati. Pati termasuk salah satu contoh polimer alami. Pati merupakan polimer
kondensasi yang terdiri dari ratusan monomer glukosa yang melibatkan molekul
air saat glukosa – glukosa tersebut bergabung secara kimiawi.
2.1 Polimer
Pengertian polimer secara arti kata adalah poly artinya banyak,
sedangkan meros adalah bagian. Polimer dapat didefinisikan sebagai suatu
molekul besar yang terdiri dari rangkaian unit struktur berulang yang
memiliki ikatan kovalen. Proses pembentukan rantai molekul raksasa polimer
dari unit-unit molekul terkecilnya (mer atau meros) melibatkan reaksi yang
sangat kompleks. Proses polimerisasi tersebut secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis reaksi, yaitu: (1) polimerisasi adisi, dan (2)
polimerisasi kondensasi. Reaksi adisi, seperti yang terjadi pada proses
pembentukan makro molekul polyethylene dari molekul-molekul etilen,
terjadi secara cepat dan tepat tanpa produk samping sehingga sering disebut
pula sebagai Pertumbuhan Rantai (Chain Growth). Sedangkan, polimerisasi
kondensasi, misalnya terjadi pada pembentukan bakelit dari dua buah mer
berbeda, berlangsung tahap demi tahap (Step Growth) dengan menghasilkan
produk samping, seperti molekul air yang dikondensasikan keluar.
Polimer alami adalah polimer yang dihasilkan dari monomer
organik seperti pati, karet, kitosan, selulosa, protein dan lignin. Biopolimer
banyak diminati oleh industri karena berasal dari sumber daya alam yang
dapat diperbarui, biodegradable (dapat diuraikan), mempunyai sifat mekanis
yang baik, dan ekonomis. Saat ini, biopolimer banyak diteliti untuk
menghasilkan film (plastik) yang dapat menggantikan keberadaan plastik
sintetik. Terdapat tiga kelompok biopolimer yang menjadi bahan dasar dalam
pembuatan film kemasan biodegradable, yaitu :
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
5
a) Campuran biopolimer dengan polimer sintetis : film jenis ini dibuat
dari campuran granula pati (5 – 20 %) dan polimer sintetis serta bahan
tambahan (prooksidan dan autooksidan).Komponen ini memiliki angka
biodegradabilitas yang rendah dan biofragmentasi sangat terbatas.
b) Polimer mikrobiologi (poliester): Biopolimer ini dihasilkan secara
bioteknologis atau fermentasi dengan mikroba genus Alcaligenes. Berbagai
jenis ini diantaranya polihidroksi butirat (PHB), polihidroksi valerat (PHV),
asam polilaktat dan asam poliglikolat. Bahan ini dapat terdegradasi secara
penuh oleh bakteri, jamur dan alga. Tetapi karena proses produksi bahan
dasarnya yang rumit mengakibatkan harga kemasan biodegradable ini relatif
mahal.
c) Polimer pertanian: biopolimer ini tidak dicampur dengan bahan sintetis
dan diperoleh secara murni dari hasil pertanian. Polimer pertanian ini
diantaranya selulosa (bagian dari dinding sel tanaman), kitin (pada kulit
Crustaceae) dan pullulan (hasil fermentasi pati oleh Pullularia pullulans).
Polimer ini memiliki sifat termoplastik, yaitu mempunyai kemampuan untuk
dibentuk atau dicetak menjadi film kemasan. Kelebihan dari polimer jenis ini
adalah ketersediaan sepanjang tahun (renewable) dan mudah hancur secara
alami (biodegradable). Polimer pertanian yang potensial untuk dikembangkan
antara lain adalah pati gandum, pati jagung, kentang, casein, zein, consentrate
whey dan soy protein.
Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu
sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau
"monomer". Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik, namun ada
beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik terbentuk dari
kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terbentuk dengan
menggunakan zat lain untuk menghasilkan plastik yang ekonomis (Azizah,
2009 dalam Ningsih SW,2010).
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
6
Plastik mempunyai titik didih dan titik leleh yang beragam, hal ini
berdasarkan pada monomer pembentukannya. Monomer yang sering
digunakan dalam pembuatan plastik adalah propena (C3H6), etena (C2H4),
vinil khlorida (CH2), nylon, karbonat (CO3), dan styrene (C8H8).
Sifat – sifat plastik sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
ditunjukan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Sifat Mekanik Plastik Sesuai SNI
No. Karakteristik Nilai
1. Kuat tarik (MPa) 24,7-302
2. Persen elongasi (%) 21-220
3. Hidrofobisitas (%) 99
Sumber: Darni dan Herti (2010)
Berbagai keunggulan plastik sintesis yang tidak dimiliki bahan lainnya
adalah fleksibel, transparan, dan harga yang relatif murah. Bahan ini juga
memiliki kelemahan-kelemahan misalnya tidak tahan panas dan dapat
mencemari produk (migrasi komponen monomer) (Latief, 2001). Dari hal itu
akan berakibat negatif terhadap tubuh manusia karena bahan pembuat plastik
(polyethilene dll) merupakan zat karsinogen, dampak tidak akan terlihat
secara langsung namun dalam jangka panjang. Dampak serius dari
penggunaan plastik sintesis adalah bahan yang bersifat non biodegradable
(tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami). Polimer plastik yang tidak
mudah terurai secara alami mengakibatkan terjadinya penumpukan limbah
dan menjadi penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Dampak
negatif lain yakni tumpukan sampah plastik dapat dihancurkan dengan cara
dibakar yang menghasilkan abu yang tidak dapat diuraikan oleh tanah dan
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
7
asap dapat membangkitkan gas beracun berbahaya bagi makhluk hidup.
Selain itu, plastik dalam pembuatannya menggunakan minyak bumi, yang
ketersediannya semakin berkurang dan sulit untuk diperbaharui (Latief,
2001).
2.2 Bioplastik
Perkembangan teknologi polimer plastik telah membawa banyak
manfaat dalam kehidupan manusia. Produk-produk barang konsumsi dengan
kemasan plastik cenderung terus meningkat seiring dengan semakin
meningkatnya konsumsi dan daya beli masyarakat. Konsumsi plastik di
Indonesia pada tahun 2013 mencapai 26.000 ton per hari (BBC Indonesia,
2014). Berdasarkan data Jambeck (2015) dalam CNN Indonesia (2016),
Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut
yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta
ton. Saat ini, sekitar 50% plastik yang beredar di pasaran digunakan hanya
untuk satu kali pemakaian. Akibatnya, jumlah sampah yang semakin banyak
tidak hanya terjadi di daratan, tetapi juga di sungai, rawa, bahkan laut.
Kondisi ini diperburuk dengan kenyataan bahwa plastik-plastik yang
digunakan sebagai pembungkus adalah plastik yang tidak bisa diuraikan oleh
jazad renik (nonbiodegradable). Oleh karena itu, sisa plastik pembungkus
akan menjadi limbah yang berpotensi mencemari tanah dan perairan di
Indonesia dan mengancam kehidupan tanaman, hewan dan bahkan manusia.
Solusi dari permasalahan tersebut adalah bioplastik. Bioplastik
merupakan plastik yang dapat diperbaharui karena senyawa senyawa
penyusunnya berasal dari tanaman seperti pati, selulosa, dan lignin serta
hewan seperti kasein, protein dan lipid (Averous, 2004 dalam Munawaroh,
2015). Plastik biodegradabel terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui
(renewable) atau campuran antara bahan sintetik (non-reneweble) dan bahan
alami. Tak banyak dari jutaan plastik yang digunakan berbahan ramah
lingkungan atau disebut dengan bioplastik, kebanyakan plastik yang beredar
di masyarakat saat ini adalah plastik sintetik yang terbuat dari bahan minyak
bumi yang semakin hari semakin terbatas jumlahnya dan sulit untuk
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
8
diperbaharui. Permasalahan seperti inilah yang mengakibatkan pencemaran
lingkungan sekitar menjadi terganggu, karena banyaknya sampah plastik
yang sulit terurai.
2.3 Pati
Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan
dan merupakan karbohidrat utama yang dimakan manusia di seluruh dunia.
Komposisi amilopektin dan amilosa berbeda dalam pati berbagai bahan
makanan. Amilopektin pada umumnya terdapat dalam jumlah lebih besar.
Sebagian besar pati mengandung antara 15% dan 35% amilosa. Dalam
butiran pati, rantai-rantai amilosa dan amilopektin tersusun dalam bentuk
semi kristal, yang menyebabkannya tidak larut dalam air dan memperlambat
pencernaannya oleh amilase di pankreas (Almatsier, 2004).
Pati adalah cadangan makanan utama pada tanaman. Senyawa ini
sebenarnya campuran dua polisakarida, yaitu amilosa yang terdiri dari 70
hingga 350 unit glukosa yang berikatan membentuk garis lurus dan
amilopektin yang terdiri hingga 100.000 unit glukosa yang berikatan
membentuk struktur rantai bercabang. Kira-kira 20% dari pati adalah amilosa.
Pati berwarna putih, berbentuk serbuk bukan kristal yang tidak larut dalam air
dingin. Tidak seperti monosakarida dan disakarida, pati dan polisakarida lain
tidak mempunyai rasa manis. Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau
enzim (Gaman dan Sherrington, 1992).
Pati merupakan bentuk karbohidrat yang ditimbun di dalam
tanaman dan sebagai sumber energi pada makanan. Pati terdiri dari rantai
molekul-molekul glukosa yang panjang dengan 2 jenis, yaitu amilosa dari
rantai molekul glukosa yang panjang dan lurus serta amilopektin yang terdiri
dari rantai molekul glukosa yang lebih pendek dan bercabang. Apabila pati
dipanasi dengan panas basah atau direbus, butir-butir pati tersebut akan
menyerap air dan mengembang dan dinding sel-sel akan pecah (hancur)
sehingga lebih mudah dicerna oleh enzim-enzim pencerna. Amilopektin
mempunyai sifat koloidal sehingga jika dipanaskan, campuran air dengan pati
akan menjadi kental (thickening). (Purba, et al, 1984).
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
9
Pati dapat digolongkan berdasarkan sifat-sifat pasta yang dimasak.
Pati serealia (jagung, gandum, beras dan sorghum) membentuk pasta kental
yang mengandung bagian-bagian pendek dan pada pendinginan membentuk
gel yang buram. Pati akar dan umbi (kentang, ketela dan tapioka) membentuk
pasta sangat kental dan mengandung bagian-bagian panjang. Pasta ini
biasanya jernih dan pada pendinginan hanya membentuk gel lunak. (deMan,
1997).
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik.
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C,
serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua
fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut
amilopektin merupakan unit –unit polimerisasi glukosa anhydrous melalui
ikatan 1,4 alfa glikosidik dan ikatan cabang alfa 1,6 pada setiap 20-26 unit
monomer glukosa (Ulyarti,1997). Amilopektin pada pati memiliki sekitar 200
unit glukosa yang saling berikatan pada ikatan 1,4 alfa glikosidik yang
panjang dan cenderung berbentuk heliks. Struktur cabang amilopektin
merupakan hasil enzim yang memecah rantai linier yang panjang.dan fraksi
yang tidak terlarut amilosa adalah polimer dari glukosa yang tidak larut
dalam air, berwujud bubuk putih dan tidak berbau. Amilosa merupakan
bagian polimer linier glukosa dengan alfa (1- 4) unit glukosa. Amilosa
memiliki berat molekul yang berbeda, tergantung dari jenisnya. Amilosa
memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen dan retrogradasi
(Ulyarti,1997).Struktur amilosa dapat dilihat pada Gambar 1 dan amilopektin
pada Gambar 2.
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
10
Gambar 2.1. Struktur Kimia Amilosa (Hanfa Z., Quanzhou L.,
Dongmei Z.,2001)
Gambar 2.2 Struktur Kimia Amilopektin (Hanfa Z., Quanzhou
L.,Dongmei Z., 2001)
Apabila pati mentah dimasukkan ke dalam air dingin, granula
patinya akan menyerap air dan membengkak. Namun demikian jumlah air
yang terserap dan pembengkakannya terbatas. Air yang terserap tersebut
hanya dapat mencapai 30%. Peningkatan volume granula pati yang terjadi di
dalam air pada suhu antara 550C sampai 65
0C merupakan pembengkakan
yang sesungguhnya, dan setelah pembengkakan ini granula pati dapat
kembali pada kondisi semula. Granula pati dapat dibuat membengkak luar
biasa, tetapi bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula. Perubahan
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
11
tersebut dinamakan gelatinisasi. Suhu gelatinisasi tergantung pada
konsentrasi pati. Makin kental larutan, suhu tersebut makin lambat tercapai,
sampai suhu tertentu kekentalan tidak bertambah, bahkan kadang-kadang
turun (Winarno, 1997). Proses gelatinisasi dikarenakan terjadinya reaksi
hidrolisis pati yang menghasilkan glukosa . Berikut persamaan reaksinya :
ଵଶ ܱܪ ܥଶO nܪ n + n(ଵ ܱହܪ ܥ)
Pada fraksinasi diketahui kandungan amilosa pati hanya sedikit,
perbadingan amilosa : amilopektin sekitar 1 : 3. beberapa varietas genetik dari
jagung, barley dan beras tidak mempunyai amilosa tetapi hanya amilopektin.
Namun lebih banyak jenis kacang polong, jagung dan barley yang
mempunyai karakteristik genotip dengan kandungan amilosa yang tinggi (60-
80%) (Whistler, et al, 1984).
Beberapa sifat pati adalah mempunyai rasa yang tidak manis, tidak
larut dalam air dingin tetapi di dalam air panas dapat membentuk gel atau sol
yang bersifat kental. Sifat kekentalannya ini dapat digunakan untuk mengatur
tekstur makanan dan sifat gelnya dapat diubah oleh gula atau asam.
Penguraian tidak sempurna dari pati dapat menghasilkan dekstrin yaitu suatu
bentuk oligosakarida (Winarno, et al, 1980).
Meskipun suatu gel adalah sistem dispersi koloid zat cair dalam zat
padat namun tidak berarti zat cair sebagai fase dispersinya harus lebih sedikit
daripada zat padat sebagai medium dispersi. Pada kenyataannya malah
dijumpai bahwa persentase zat padat pada hampir semua gel adalah jauh lebih
kecil dari pada persentase zat cairnya. Semua gel mempunyai konsistensi
padat atau hampir padat dengan harga plastisitas yang tinggi. Dan gel pati
merupakan golongan gel elastis, reversibel yang dapat kembali membentuk
sol (Sulaiman, 1995).
Pati dalam bahan pangan terdapat dalam bentuk granula, yaitu
tempat dimana amilosa dan amilopektin berada. Granula pati berbeda-beda
ukuran dan bentuknya, tergantung sumber atau asal patinya. Bentuk dan
ukuran pati ini dapat dibedakan satu sama lain secara mikroskopis. Granula
pati memiliki sifat birefringence, yaitu sifat yang mampu merefleksikan
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
12
cahaya terpolarisasi sehingga terlihat kontras gelap terang yang tampak
sebagai warna biru-kuning. Sifat ini akan terlihat bila granula pati diamati di
bawah mikroskop polarisasi. Sifat birefringence ini akan hilang apabila
granula pati mengalami gelatinisasi (Murano 2003).
Perbedaan ukuran diameter granula (~1 – 100 μm), bentuk
(bulat,bersudut/lentikular, poligonal), tingkat penyebaran, asosiasi sebagai
satuan 10 tunggal atau kumpulan granula, dan komposisi (kandungan α-
glukan, lemak,air, protein, dan mineral) menentukan asal botaninya (Tester
dan Karkalas ,2002).
2.4 Limbah Padat Tapioka
Dalam industri pangan, limbah dapat menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Limbah industri pangan juga dapat menimbulkan masalah dalam
penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein,
lemak, garam-garam mineral dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan
dalam pengolahan dan pembersihan. Pada umumnya, limbah industri pangan
tidak membahayakan kesehatan masyarakat, karena tidak terlibat langsung
dalam perpindahan penyakit. Akan tetapi kandungan bahan organiknya yang
tinggi dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba.
Banyak contoh limbah industri pangan yang menimbulkan pemcemaran
lingkungan, salah satu contohnya adalah limbah industri tapioka. Industri
tapioka mengolah singkong sebagai bahan baku utama menjadi tepung
tapioka. Di Indonesia industri tepung tapioka tersebar di beberapa daerah
antara lain; Kediri, Madiun, Pati, Banyumas, Kuningan, Garut, dan Ciamis.
Limbah industri tapioka terdiri dari dua jenis, yaitu limbah cair dan
limbah padat. Limbah cair akan mencemari air, sedangkan limbah padat akan
menimbulkan bau yang tidak sedap, apabila tidak ditangani dengan tepat.
Onggok tapioka merupakan limbah padat industri tapioka yang berupa ampas
hasil ekstraksi dari pengolahan tepung tapioka. Onggok tapioka merupakan
limbah industri pangan yang jumlahnya sangat banyak dan akan menjadi
polusi bila tidak segera ditangani. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
13
memanfaatkan onggok tapioka dengan mengolahnya kembali menjadi suatu
produk, sehingga pencemaran lingkungan dapat berkurang dan nilai guna
onggok dapat meningkat. Pengolahan onggok tapioka menjadi bioplastik
merupakan suatu cara alternatif penanganan limbah secara efektif, karena
dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan nilai guna serta
nilai ekonomis onggok.
Pati limbah padat tapioka merupakan salah satu jenis pati yang dapat
digunakan sebagai bahan baku kemasan ramah lingkungan. Film berbahan
dasar pati merupakan salah satu jenis bioplastik yang memiliki kelemahan
yang mendasar, antara lain bersifat higroskopis dan sifat mekanisnya lebih
buruk dibandingkan dengan plastik konvensional. Pemanfaatan serat sebagai
bahan pengisi diharapkan dapat berperan untuk memperbaiki sifat fisik dan
mekanis film berbasis pati. Hal ini didasarkan dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa serat selulosa dapat digunakan sebagai penguat pada
berbagai polimer antara lain polietilen (Prachayawarakorn et al., 2010), karet
alam (Pasquini et al., 2010), dan polipropilen (Reddy dan Yang, 2009).
Penggunaan serat asal limbah pertanian selain menjadi alternatif pemanfaatan
limbah, juga diharapkan dapat mengurangi eksploitasi hutan untuk memenuhi
kebutuhan serat alam bagi industri. Selain itu, limbah pengolahan hasil
industri pada umumnya juga mengandung sedikit lignin karena sudah
terbuang pada proses pengolahan, sehingga memudahkan dalam
mengekstraksi serat. Salah satu sumber serat yang berasal dari limbah industri
pertanian adalah ampas tapioka (onggok).
Ampas tapioka merupakan sisa ekstraksi industri tapioka. Ekstraksi
tapioka dari 100 kg ubi kayu menghasilkan tapioka kasar sekitar 22 kg dan
limbah padat berupa ampas sebanyak 54,5 kg (Fauzi et al., 2010). Ampas
tapioka hasil samping industri tapioka di Indonesia di tahun 2011 mencapai
11.328.986 kg (BPS, 2013). Komponen utama ampas tapioka adalah pati sisa
ekstraksi (± 60% basis kering) dan serat (±18 % basis kering)
(Rattanachomsri et al., 2009).
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
14
Tabel 2.2 Komposisi Ampas Ubi Kayu/ Singkong (Onggok)
2.5 Gliserol
Plasticizer gliserol digunakan untuk meningkatkan elastisitas suatu
material dan meningkatkan sifat ekstensibilitas material. Plasticizer dapat
menurunkan gaya intermolekul dan meningkatkan fleksibilitas dengan
memperlebar ruang kosong yang dapat membuat ikatan hidrogen melemah.
Pada pembuatan plastik biodegradable, plasticizer yang sering digunakan
adalah gliserol dan sorbitol. Gliserol merupakan hasil samping dari
pembuatan biodiesel. Gliserol adalah senyawa turunan alkohol yang memiliki
tiga gugus alkohol (-OH) yang terikat pada 3 gugus alkil. Gliserol merupakan
hasil samping dari proses pembuatan biodiesel melalui proses
transesterifikasi. Gliserol memiliki rasa manis dan tidak berbau. Gliserol
merupakan plasticizer yang efektif karena memiliki kemampuan untuk
mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan intermolecular. Pada
pengaplikasiannya, penggunaan plasticizer harus disesuaikan dengan
kebutuhan material yang akan dibuat, jika pemakaian plasticizer terlalu
banyak, maka akan menurunkan sifat mekanis dari plastik biodegradable dan
menaikkan persentase elongation of break. Semakin banyak penggunaan
plasticizer maka akan meningkatkan kelarutannya. Begitu juga dengan
penggunaan plasticizer yang bersifat hidrofilik berfungsi untuk menurunkan
kekakuan pada molekul plastik. Konsentrasi gliserol yang terlalu tinggi juga
akan memberi efek negative terhadap plastik yang dihasilkan, yaitu plastik
akan mudah sobek karena sifat elastis dari plastik yang terlalu besar.
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
15
2.6 Nano Serat
Perkembangan aplikasi nanoteknologi di berbagai bidang, menarik
peneliti untuk mengisolasi serat berukuran nano. Penggunaan nanoserat
selulosa dalam film tapioka diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
penguatan akibat perubahan sifat fungsional bahan, terkait dengan perubahan
sifat dispersinya (Lin et al., 2009) dan peningkatan luas permukaan total
bahan pengisi yang dapat memfasilitasi terbentuknya interaksi yang lebih
besar dengan bahan lain (Liang dan Pearson, 2009). Menurut penelitian
Wicaksono, dkk (2013) bahwa penambahan nanoserat selulosa dapat
meningkatkan kuat tarik bioplastik tepung tapioka. Kuat tarik tertinggi film
dicapai pada penambahan nanoserat selulosa 3% (22,41 MPa). Penggunaan
nanoserat selulosa sampai 3% tidak berpengaruh terhadap pemanjangan putus
bioplastik. Berdasarkan uraian tersebut, maka serat yang berasal dari ampas
tapioka berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industri untuk
produk tertentu, misalnya sebagai bahan penguat plastik.
2.6 ZnO
Bahan alami seperti pati sebagai bahan pembuat plastik
biodegradabel mempunyai beberapa kelemahan antara lain sifat mekanik
yang rendah, tidak tahan terhadap suhu tinggi, getas, sifat alir yang sangat
rendah dan bersifat hidrofilik (Mbey, 2012). Untuk menutupi kelemahan
bahan alami sebagai bahan pembuat plastik biodegradabel adalah
mencampurkannya dengan bahan sintetis . Pencampuran polimer alami dan
sintetis diharapkan produk yang dihasilkan mempunyai sifat fisik mekanik
yang tidak jauh berbeda dengan plastik konvensional dan limbah atau
sampah dapat terdegradasi oleh lingkungan. Pada penelitian ini menggunakan
zinc oxide sebagai bahan sintetis dalam pembuatan bioplastik yang berfungsi
sebagai penguat.
ZnO merupakan salah satu penguat logam yang sering digunakan
karena ZnO adalah keramik piezoelektrik dan bersifat anti mikroba (Wang,
2007). Penambahan zinc oxide juga dapat meningkatkan sifat kemasan
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018
16
seperti kekuatan mekanik, sifat barier, dan stabilitas. Zinc oxide (ZnO)
memiliki rasio luas permukaan dan volume yang besar, secara kimia dapat
mengubah sifat fisik, meningkatkan reaktivitas permukaan, sifat termal,
mekanik, dan elektrik yang unik, stabil terhadap panas, dan secara umum
aman (GRAS) menurut FDA. Zinc oxide dapat ditambahkan pada beberapa
polimer untuk memproduksi kemasan nanokomposit antimikroba (Kanmani
& Rhim 2014). Menurut penelitian Amni, dkk (2015) bahwa nilai kuat tarik
tertinggi diperoleh pada konsentrasi 9% ZnO yaitu 0,32 kgf/mm2.
Gambar 3.1 Molekul Zinc Oxide
Sumber : http//www.webelements.com/compound/zinc/zinc_oxide.html
Sintesis Bioplastik Berbasis…, Andriani Eka Saputri, Fakultas Teknik Dan Sains UMP, 2018