BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sosial...

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sosial Ekonomi Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI,1996:958). Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang laindisekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan)(KBBI,1996:251). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sosial...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian

sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial

dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada

departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi

persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang

lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu

yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI,1996:958). Sedangkan dalam konsep

sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia

tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang laindisekitarnya. Sehingga

kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.

Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos”

yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan,

hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga

atau manajemen rumah tangga.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang

mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta

kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan)(KBBI,1996:251).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan,

kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan

penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan

adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat

tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang,

dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981:35).

2.2. Konsep Rumah Tangga

Rumah tangga yaitu seluruh urusan keluarga untuk hidup bersama,

dikerjakan bersama di bawah pimpinan seseorang yang ditetapkan, menurut

tradisi. Konstruksi sosial yang menggunakan ideologi gender menetapkan bahwa

pimpinan di dalam rumah tangga adalah ayah. Namun, pada beberapa daerah

pedesaan di Jawa, keputusan-keputusan yang menyangkut hidup anggotanya, ayah

selalu mengajak bermusyawarah ibu, serta anak-anak yang dianggap sudah

mampu (Murniati, 2004:203).

Agar kehidupan keluarga yang hidup di dalam sebuah rumah tangga

berjalan dengan baik, maka perlu dikembangkan pengelolaan yang disebut

manajemen rumah tangga. Di dalam manajemen rumah tangga terdapat tiga unsur

pokok, yang dalam praksisnya merupakan suatu proses. Tiga unsur pokok tersebut

adalah:

a) Pertama adalah perencanaan, yaitu menentukan lebih dahulu suatu tindakan

yang akan dikerjakan sesuai dengan tujuan dan sasaran anggotanya.

Universitas Sumatera Utara

b) Kedua adalah pelaksanaan, yaitu suatu pengendalian untuk mengetahui terjadi

penyimpangan atau tidak dalam pelaksanaannya.

c) Dan unsur yang terakhir adalah evaluasi dan refleksi yang dilakukan secara

periodik sesuai dengan kesepakatan seluruh anggota dalam rumah tangga.

Suatu hal yang manusiawi apabila orang tidak menyukai terhadap

kesalahan dan kegagalan yang terjadi berulang-ulang. Untuk itu perlu dilakukan

evaluasi, di mana evaluasi tersebut merupakan penilaian terhadap pekerjaan,

perbuatan, pelaksanaan kegiatan yang telah dikerjakan. Evaluasi sebaiknya

dilakukan di dalam musyawarah keluarga sebagai anggota rumah tangga. Setelah

dilakukan penilaian maka akan diperoleh nilai baik atau buruk.

Hasil dari penilaian tersebut dapat dikatakan sebagai tolak ukur. Tolak

ukur tersebut dibedakan atas dua. Pertama, rumah tangga yang berorientasi

kepada keselamatan jiwa dan raga para anggotanya, sedangkan tolak ukur kedua

adalah rumah tangga yang berorientasi kepada benda yang bersifat duniawi.

2.2.1. Peran dan Fungsi Rumah Tangga

Setiap rumah tangga mempunyai peran dan fungsi. Tetapi secara garis

besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan hidup, seperti bekerja untuk memenuhi pangan,

sandang, dan papan. Kegiatan belajar untuk anak, penyediaan dan

pemeliharaan pangan, sandang, papan serta kegiatan lain yang menyangkut

kebutuhan rumah tangga.

2. Administrasi, yaitu kegiatan yang menyangkut catat-mencatat. Kegiatan ini

meliputi penyediaan dan pengaturan catatan keuangan, kartu dan surat-surat

Universitas Sumatera Utara

penting yang dibutuhkan untuk urusan anggota rumah tangga (kartu keluarga,

surat nikah, ijazah, dan sebagainya).

3. Berhubungan dengan pihak luar dari rumah tangga, yaitu kegiatan

bernegosiasi, kegiatan berhubungan antarkeluarga dan kegiatan sosial lainnya

(Murniati, 2004:206).

2.3. Pengertian Keluarga

Keluarga dengan sistem konjungal, menekankan pada pentingnya

hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri

cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orangtua (Sunarto,

2004:63).

Keluarga juga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-

orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi,

merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu

sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan

ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara

kebudayaan bersama (Khairuddin, 1997:7).

Definisi lain mengatakan bahwa, keluarga adalah sekelompok orang yang

diikat oleh perkawinan atau darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atau

anak-anak (Gunarsa, 1993:230).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa bentuk atau tipe

keluarga, yaitu:

1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu,

dan Anak-anak.

Universitas Sumatera Utara

2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah dengan sanak

saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi,

dan sebagainya.

3. Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita

dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4. Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama.

6. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.

Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended

family) karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dalam

suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.

2.3.1. Ciri-ciri Keluarga

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari

suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan

dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri dari sebuah

keluarga di dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Unit terkecil dari masyarakat.

2. Terdiri atas 2 orang atau lebih.

3. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah.

4. Hidup dalam satu rumah tangga.

Universitas Sumatera Utara

5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.

6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.

7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.

8. Diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan.

2.3.2. Fungsi Keluarga

Menurut para ahli fungsi keluarga terbagi, sebagai berikut :

1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak

bila kelak dewasa.

2. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah

bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang

baik.

3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak

dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa

terlindung dan merasa aman.

4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif

merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam

berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga

saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam

keluarga.

5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan

mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama,

dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada

Universitas Sumatera Utara

keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di

dunia ini.

6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari

sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain,

kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu,

sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu

pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana

yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah

dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-

masing, dsb.

8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk

meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.

Dari berbagai fungsi di atas terdapat 3 fungsi pokok keluarga terhadap

keluarga lainnya, yaitu :

1. Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman, kehangatan,pada

anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang

sesuai usia dan kebutuhannya.

2. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar

kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-anak

sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi

manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya

Universitas Sumatera Utara

2.4. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan adalah suatu perlakuan atau situasi yang menyebabkan realitas

aktual seseorang ada di bawah realitas potensialnya. Sedangkan rumah tangga

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang berkenaan

dengan kehidupan keluarga dalam rumah. Sehingga dapat dinyatakan bahwa

kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu perlakuan yang dialami oleh sebuah

keluarga sehingga menimbulkan potensi korban tidak berkembang.

Menurut Hasbianto bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu

bentuk penganiayaan secara fisik maupun emosional atau psikologis, yang

merupakan suatu cara pengontrolan terhadap pasangan dalam kehidupan rumah

tangga (Sugihastuti, 2007:173). Dalam pengertian lain kekerasan dalam rumah

tangga merupakan suatu bentuk pelanggaran hak-hak asasi manusia dan kejahatan

terhadap kemanusiaan, juga merupakan tindakan diskriminasi.

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 mengenai Penghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT). Di dalam Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2004 dijelaskan bahwa “Kekerasan dalam Rumah Tangga

adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,

dan/atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum

dalam lingkup rumah tangga.”

Kekerasan dalam rumah tangga mengacu pada tindakan yang dilakukan

dengan niat untuk menyakiti atau mencederai salah seorang anggota keluarga.

Tindakan kekerasan tersebut bukan merupakan tindakan tunggal, akan tetapi

Universitas Sumatera Utara

merupakan tindakan yang terjadi berulang-ulang bahkan dalam jangka waktu yang

lama dan terhadap korban yang sama.

Jika melihat komposisi anggota di dalam sebuah rumah tangga yang

biasanya terdiri ayah, ibu, dan anak-anak serta beberapa kerabat yang masih

memiliki pertalian darah, maka akan terbayang suatu kehidupan yang dipenuhi

kehangatan, kasih sayang dan sikap saling menghormati. Sehingga sangat

mustahil apabila terjadi suatu tindakan kekerasan yang korbannya merupakan

bagian dari anggota keluarga dengan pelakunya juga anggota keluarga itu sendiri.

Fenomena kekerasan dalam rumah tangga dapat dikatakan sebagai

fenomena gunung es. Hal ini terjadi disebabkan korbannya sebagian besar adalah

para perempuan dan anak-anak mereka. Sehingga apabila korban melaporkan

tindakan kekerasan yang mereka alami, maka akan muncul ketakutan tidak akan

terpenuhinya kebutuhan sehari-hari karena pelakunya adalah seorang suami yang

merupakan tulang punggung keluarga.

Selain itu, keadaan sosial ekonomi yang rendah juga mempengaruhi

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Tuntutan kebutuhan hidup yang tinggi

membuat emosi seseorang mudah terpancing. Apabila hal tersebut tidak dapat

diredam, maka suatu tindakan kekerasan atau bahkan penelantaran keluarga oleh

seorang suami terhadap kelurganya sangat mungkin terjadi. Kurang tanggapnya

keluarga terdekat dan masyarakat sekitar tempat tinggal juga menyebabkan

kekerasan dalam rumah tangga dianggap oleh korban sebagai suatu yang normal

akibat tidak adanya respon dari lingkungan sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

2.4.1. Kekerasan dalam Rumah Tangga sebagai Masalah Sosial

Kekerasan dalam rumah tangga dapat dikatakan sebagai kekerasan yang

berbasis gender. Tindakan tersebut terjadi disebabkan sebagian besar korban

adalah perempuan yang identik dengan sifat pasif, sedangkan laki-laki merupakan

pemimpin dalam rumah tangga yang memiliki kekuasaan penuh terhadap

anggotanya dapat bertindak sesuai keinginannya .

Oleh karena itu, kekerasan dalam rumah tangga dalam studi masalah sosial

juga dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perpektif

masalah sosial, perilaku menyimpang tersebut terjadi karena terdapat

penyimpangan perilaku terhadap berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai

dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dianggap menjadi sumber

masalah sosial karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan

konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur

baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur baku tersebut berarti

telah menyimpang. Oleh karena itu jalur yang harus dilalui tersebut adalah jalur

pranata sosial (Soetomo, 2008:94).

Kekerasan dalam rumah tangga sangat sulit terungkap, karena masyarakat

menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam sebuah rumah tangga

merupakan sesuatu yang sangat privasi dan tidak perlu diketahui oleh masyarakat

luas. Tetapi kenyataannya bahwa berbagai kekerasan yang terjadi dalam konteks

keluarga merupakan masalah sosial yang tidak dapat dibiarkan, seperti:

penganiayaan fisik, seksual, dan emosional terhadap anak-anak, agresi sesama

saudara kandung, dan kekerasan dalam sebuah hubungan perkawinan.

Universitas Sumatera Utara

Hal tersebut di dalam studi perilaku menyimpang diidentifikasikan sebagai

penyimpangan tersembunyi atau penyimpangan terselubung. Penyimpangan

tersembunyi atau terselubung tersebut adalah perilaku seseorang dalam

melakukan perbuatan tercela akan tetapi tidak ada yang bereaksi atau melihatnya,

sehingga oleh masyarakat dianggap seolah-olah tidak ada masalah (Soekanto

dalam Soetomo, 2008:95).

2.4.2. Wujud Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga

Berdasarkan uraian diatas, maka tindakan kekerasan dalam rumah tangga

termasuk ke dalam suatu perilaku yang menyimpang. Kekerasan dalam rumah

tangga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kekerasan secara fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh

sakit atau luka berat.

2. Kekerasan secara seksual, yaitu setiap perbuatan yang berupa pemaksaan

hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar

dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk

tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

3. Kekerasan secara psikologis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak

berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

4. Penelantaran rumah tangga, yaitu menelantarkan anggota keluarga tanpa

memberikan kewajiban dalam hal perawatan ataupun pemeliharaan dan juga

membatasi dan atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar

rumah tangga.

Universitas Sumatera Utara

Pada umumnya kekerasan yang diderita oleh korban baik secara fisik

maupun seksual bahkan penelantaran ekonomi terhadap dirinya akan berdampak

besar kepada kejiwaan atau psikis korban tindak kekerasan tersebut.

2.4.3. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga

Suatu hal pada dasarnya tidak akan terjadi apabila tidak ada faktor-faktor

pendukung yang dapat menyebabkan kekerasan terjadi di dalam sebuah rumah

tangga, dalam hal ini kekerasan dalam rumah tangga dapat timbul dengan

beberapa faktor pendorongnya, antara lain :

1. Masalah komunikasi dan kepercayaan, hal ini sangat penting dalam suatu

hubungan dan tidak menutup kemungkinan jika komunikasi dan kepercayaan

tidak terbangun dengan baik akan menimbulkan suatu konflik.

2. Masalah kedudukan dari suami dan istri dalam suatu rumah tangga dimana hal

ini bukan tidak jarang merupakan salah satu faktor penyebab apalagi jika tidak

ada kesepahaman antar pasangan.

3. Masalah ekonomi, dimana kecenderungan jika sebuah keluarga sedang

terhimpit masalah keuangan akan mungkin menimbulkan tindakan-tindakan

yang dapat berbentuk kekerasan dan juga tidak menutup kemungkinan bagi

keluarga yang dipandang cukup dari segi ekonomi bisa jadi jadi keegoisan

akan muncul.

4. Masalah psikologi dari pasangan, jika salah satu dari suami istri memiliki

tempramen yang tinggi (emosional) dan bahkan dengan mudah “main tangan”,

hal ini juga bisa menjadi pemicu.

Universitas Sumatera Utara

5. Masalah seksual, banyak orang beranggapan istri adalah pihak yang

subordinat terutama dalam hal urusan ranjang karena dianggap hanya sebagai

pemuas, namun hal tersebut salah besar karena ada kesetaraan dalam hal ini.

Tapi pada kenyataan ada pasangan yang tidak puas sehingga akan

memunculkan kekerasan.

2.5. Kerangka Pemikiran

Rumah tangga merupakan suatu wadah yang di dalamnya terdiri dari

keluarga yang umumnya memiliki pertalian darah antar anggotanya. Setiap

anggotanya memiliki peran dan fungsi masing-masing, seperti ayah umumnya

adalah seorang yang menjadi tulang punggung perekonomian bagi keluarga dan

paling bertanggung jawab terhadap anggota keluarga lainnya, ibu berperan

sebagai pengatur keuangan rumah tangga dan melayani suami serta merawat

anak-anaknya, sedangkan anak sebagai anggota keluarga yang mendapatkan

proses sosialisasi segala tindak-tanduk dari orang lain disekelilingnya sebagai

pembentukan tingkah laku anak tersebut.

Secara umum, keluarga merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai

sarana pendidikan, perlindungan, sosialisasi, religius, rekreasi, ekonomi dan

fungsi-fungsi lainnya. Fungsi-fungsi tersebut merupakan suatu hal yang harus di

dapatkan setiap anggotanya, sehingga keharmonisan di dalam sebuah keluarga

akan terwujud.

Namun, apabila fungsi-fungsi tersebut tidak dapat di jalankan dengan baik,

maka kemungkinan terjadinya penyimpangan di dalam sebuah keluarga sangatlah

besar. Salah satu contoh adalah apabila seorang ayah menyalahgunakan peran dan

fungsinya sebagai pemimpin, tetapi lebih menganggap dirinya adalah penguasa

Universitas Sumatera Utara

yang harus ditakuti dan dituruti setiap kehendaknya oleh setiap anggota keluarga

lainnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan potensi yang ada dalam diri anggota

keluarga lainnya tidak berkembang.

Selain itu, penyalahgunaan kekuasaan tersebut dapat berakhir dengan

tindak kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini dikarenakan, seorang kepala

keluarga memiliki hak untuk menghukum setiap tindakan yang dianggap tidak

sesuai oleh kepala keluarga. Hukuman yang biasanya diberikan berupa hukuman

fisik yang mengakibatkan luka maupun kata-kata penghinaan yang dapat

berakibat terhadap psikologi korbannya.

Tindakan kekerasan dalam rumah tangga juga dapat dikaitkan dengan

pengaruh sosial ekonomi di dalam sebuah rumah tangga. Rumah tangga yang

berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah, biasanya sering

terjadi konflik antara suami-istri. Hal tersebut biasanya disebabkan tuntutan

pemenuhan kebutuhan sehari-hari oleh anggota keluarga sulit untuk terpenuhi

akibat semakin tingginya harga kebutuhan pokok, sehingga menyebabkan kepala

keluarga yang menjadi tulang punggung perekonomian bagi keluarga

mendapatkan tekanan dari anggota keluarganya dan pada akhirnya menimbulkan

pertengkaran antara suami dan istri bahkan berakhir dengan kekerasan fisik. Tidak

tertutup kemungkinan akan terjadi penelantaran ekonomi oleh suami terhadap

keluarganya.

Tidak hanya terjadi pada rumah tangga sosial ekonomi rendah. Kekerasan

rumah tangga juga terjadi pada tingkatan sosial ekonomi tinggi. Bentuk kekerasan

yang terjadi dalam rumah tangga tingkatan sosial ekonomi tinggi pada umumnya

adalah kekerasan bersifat psikis yang dilakukan suami terhadap istri dan anak-

Universitas Sumatera Utara

anaknya. Salah satu contoh kasus adalah terjadi perselingkuhan yang dilakukan

suami. Hal tersebut terjadi karena suami menganggap dapat melakukan tindakan

sesuai dengan kehendaknya karena memiliki materi yang berlebih. Selain itu,

Tindakan tersebut dapat terjadi akibat terlalu banyak aktivitas suami maupun istri

sehingga komunikasi antara kedua belah pihak tidak terjalin dengan baik.

Bagan Alur Kerangka Pemikiran

Rumah Tangga Fungsi Keluarga - Fungsi pendidikan - Fungsi sosialisasi - Fungsi religius - Fungsi rekreasi - Fungsi perlindungan - Fungsi ekonomi

Keluarga

Rumah Tangga Sosial Ekonomi Tinggi

- Pemenuhan kebutuhan dapat terpenuhi dengan mudah

- Sangat bergantung terhadap kepala keluarga

- Tingkat pendidikan pada umumnya tinggi

Rumah Tangga Sosial Ekonomi Rendah

- Pemenuhan kebutuhan sulit untuk dipenuhi

- Tidak terlalu bergantung kepada kepala keluarga

- Tingkat pendidikan pada umumnya rendah

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

- Kekerasan secara fisik - Kekerasan secara seksual - Kekrasan secara psikologis - Penelantaran ekonomi

Universitas Sumatera Utara

2.6. Hipotesa

Hipotesa adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan masalah

yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran bilamana setelah diuji ternyata

fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut (Nawawi,

1983:161)

Berdasarkan pengertian di atas

Ha : Ada pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah

tangga di Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan.

Ho : Tidak ada pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam

rumah tangga di Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, kota Medan.

2.7. Definisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.1. Definisi Konsep

Konsep merupakan abstraksi dari suatu fenomena yang dirumuskan atas

dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau

individu tertentu (Singarimbun, 1989:34).

Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah:

a. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau

kondisi.

b. Sosial ekonomi rumah tangga adalah keadaan atau kedudukan suatu kesatuan

sosial terkecil yang terdiri atas suami, istri dan anak yang diatur dalam posisi

tertentu dalam struktur mayarakat yang menentukan hak dan kewajiban

seseorang di dalam masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

c. Kekerasan dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang

terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

2.7.2. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain

yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006:46).

A. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas (x) adalah segala gejala, faktor atau unsur yang

menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur

kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini, maka variabel

berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau bahkan

sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi, 1991:56).

Variabel bebas (x) dalam penelitian ini yaitu kondisi sosial ekonomi

rumah tangga. Indikatornya sebagai berikut:

1. Pendidikan suami-istri.

2. Pekerjaan suami-istri.

3. Penghasilan rumah tangga.

4. Pengeluaran rumah tangga.

Universitas Sumatera Utara

B. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat (y) adalah sejunlah gejala atau faktor maupun unsur yang

ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas danbukan

karena adanya variabel lain (Nawawi, 1991:57).

Variabel terikat (y) dalam penelitian ini yaitu tindakan kekerasan dalam

rumah tangga. Indikatornya sebagai berikut:

1. Kekerasan secara fisik.

2. Kekerasan secara seksual.

3. Kekerasan secara psikis

4. Kekerasan secara ekonomi.

Universitas Sumatera Utara