BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Karetrepository.sari-mutiara.ac.id/67/2/CHAPTER II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Karetrepository.sari-mutiara.ac.id/67/2/CHAPTER II.pdf ·...
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Karet
Karet merupakan politerpena yang sistesis secara alami melalui polimerisasi
enzimatik isopentilpiroposfor. Unit ulangnya adalah sama sebagaimana 1,4
polisoprema. Dimana isoprena merupakan produk degradasi utama karet.
Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur
30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat
mencapai 15-20 meter dengan tinggi batang 2,5-3 meter dimana terdapat pembulu
latek (Haryanto, 2012).
2.1.1 Pengertian Limbah Cair
Limbah cair merupakan buangan yang timbul karena kehidupan manusia,
selain air hujan sebagai salah satu komponen limbah cair yang timbul secara alamiah
dari aktivitas alam. Limbah cair timbul sebagai akibat dari bahaya adanya kehidupan
manusia sebagai makhluk hidup maupun makhluk sosial. Kedudukan manusia
sebagai makhluk yang dominan dalam menentukan kejadiannya perubahan
diberbagai aspek kehidupan dan lingkungan yang dituntut untuk memenuhi berbagai
kebutuhan lainnya (Soeparman, 2001).
Limbah industri (Industrial Waste) yang berbentuk cair dapat berasal dari
pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain itu
limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga di
dalam proses pengolahannya, air harus dibuang (Soeparman, 2001).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
6
Limbah cair industri adalah limbah cair yang sebagian besar terdiri dari
buangan industri yang berada dalam batas wikayah kota praja biasanya membuang
limbah cairnya ke sistem saluran limbah cair kota setelah melakukan pengolahan
pendahuluan (Soeparman, 2001).
2.2 Sumber Air Limbah
Data mengenai sumber ai limbah dapat dipergunakan untuk memperkirakan
jumlah rata-rata aliran air limbah dari berbagai jenis perumahan, industri, dan aliran
air tanah yang ada di sekitarnya (Sugiharto, 1987).
a. Air limbah rumah tangga (Domestic Sewage) yang berasal dari perumahan
dan daerah perdagangan dan sumber lainnya berasal dari daerah perkantoran
atau lembaga serta daerah fasilitas rekreasi.
b. Air limbah industri (Indutrial Wastes) yang berasal dari industri industri yang
sangat bergantung dari jenisnya. Misalnya industri baja, cat, dan lainnya.
c. Air limbah rembesan dan tambahan yaitu apabila turun hujan di suatu daerah,
maka air yang turun secara cepat akan mengalir masuk kedalam saluran air.
2.3. Karakteristik Air Limbah
Ada beberapa karakteristik khas yang dimiliki air limbah seperti berikut ini
(Budiman, 2005)
2.3.1. Karakteristik Fisik
Air limbah terdiri dari 99,99% air, sedangkan kandungan bahan padatnya
mencapai 0,1% dalam bentuk suspensi padat (suspended solid) yang volumenya
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
7
bervariasi antara 100-500 mg/l. Apabila volume suspensi padatkurang dari 100 mg/l,
air limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500 mg/l disebut kuat.
2.3.2. Karakteristik Kimia
Air limbah biasanya bercampur dengan zat kimia anorganik yang berasal dari
air bersih dan zat organik dari limbah itu sendiri.
2.3.3. Karakteristik Bakteriologis
Bakteri patogen yang terdapat dalam air limbah biasanya termasuk golongan
E.coli.
2.4. Dampak Buruk Air Limbah
Air limbah yang mengandung bahan pencemar dialirkan ke lingkungan
(seperti sungai atau badan air lainnya), akan mengakibatkan terjadinya pencmaran
pada badan air tersebut. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungan. Beberapa dampak
buruk tersebut adalah sebagai berikut (Arif, 2015):
a. Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit panyakit yang dapat menimbulkan
penyakit bawaan air (waterborne diseases). Ai limbah yang tidan dikelolah
dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya nyamuk,
lalat, kecoa, dan lain-lain). Vektor penyakit tersebut dapat membawa
mikroorganisme patogen penyebab penyakit, seperti diare, kolera, filaria,
penyakit cacik, dan tifoid. Efel limbah berbahaya terhadap kesehatan manusia
adalah karena sifat toksik bahan yang dikandung dalam limbah teersebut.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
8
b. Penurunan Kualitas Lingkungan
Air limbah yang langsung dibuang ke air permukaan (misalnya sungai dan
danau) tanpa melakukan pengolahan dapat mengakibatkan pencemaran air
permukaan. Bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang
langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang
terlarut (dissolved oxygen) di dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan
menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan
terganggu, sehingga akan mengurangi perkembangannya sebagai akibat
matinya bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya
terjadi pada air limbah juga terhambat.
c. Gangguan Terhadap Keindahan
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak menggangu kesehatan
dan ekosistem, tetapi menggangu keindahan. Air limbah dapat juga
mengandung bahan-bahan yang jika terurai mengahsilkan gas-gas yang
berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat
menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut. Dengan semakin
banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan
tersebut akan semakin tercemar yang ditandai dengan bau yang menyengat
serta dapat mengurangi estetika lingkungan.
d. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda
Adakalanya air limbah mengandung zat yang dapat dikonversi oleh bakteri
anaerobik manjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapar mempercepat
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
9
proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air
limbah) dan buangan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut,
maka biaya pemeliharaan akan semakin besar juga, yang akan menimbulkan
kerugian material.
2.5. Baku Mutu Air Limbah Pabrik Karet
Untuk menghindari terjadinya pencemaran air di lingkungan maka ditetapkan
baku mutu air limbah. Baku mutu air limbah adlah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran kedalam air pada
sumber air, sehingga tidak megakibatkan dilampauinya baku mutu air. Bagi kegiatan
pabrik karet baku mutu air limbah berdasarkan MenLH/No.5/2014 yaitu:
Tabel 2.1. Baku Mutu Air Limbah Pabrik Karet
Parameter
Lateks Pekat Karet bentuk kering
Kadar
paling
tinggi
(mg/l)
Beban
pencemaran
paling
tinggi (kg/l)
Kadar
paling
tinggi
(mg/l)
Beban
pencemaran
paling tinggi
(kg/l)
BOD5 100 4 60 2,4
COD 250 10 200 8
TSS 100 4 100 4
Amonia Total 15 0,6 5 0,2
Nitrogen Total 25 1,0 10 0,4
PH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0
Debit limbah paling tinggi 40 m3
per ton produk karet 40 m3
per ton produk karet
Peraturan.MenLH/No.5/2014.
Penanganan limbah cair pabrik pengolahan karet alam di Indonesia umumnya
menggunakan kolam anaerobik dan fakultatif yang belum memadai untuk
menurunkan tingkat pencemaran limbah, karena hanya menurunkan kandungan
karbon saja sedangkan senyawa nitrogen dan fosfor masih relatif tinggi. Selain itu,
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
10
limbah cair pabrik karet di Indonesia pada umumnya belum menggunakan proses
deamonifikasi untuk menghilangkan nitrogen amonia, sehingga kandungan amonium
limbah yang telah diolah masih relatif tinggi. Kandungan senyawa fosfor dalam
bentuk ortofosfat dapat meningkatkan karena pada proses anaerobik secara biologis
menyebabkan terjadi proses pelepasan ortofosfat ke dalam cairan oleh
mikroorganisme. Senyawa nitrogen nitrat dan otrofosfat pada pada limbah cair
menimbulkan dampak berupa pengkayaan badan air (eutrofikasi) yang ditandai
dengan pertumbuhan ganggang secara pesat, rendahnya oksigen terlarut pada sistem
perairan tersebut, selain itu nitrat dapat menyebabkan gangguan pada balita (Blue
babbies), sedangkan nitrogen dalam bentuk amonia bersifat racun terhadap mamalia
dengan konsentrasi 0,2 mg/l dan juga berbahaya terhadap berbagai jenisn organisme
akuatik (Soeparman, 2001).
Kondisi sungai yang tercemari oleh limbah karet pada parameter BOD pada
tingkat tercemar sedang, sedangkan pada parameter lain (suhu, pH, Kecerahan, DO,
COD) mendekati nilai ideal untuk kegiatan perikanan, maka perlu adanya perhatian
dari pemerintah Kabupaten dan Instansi terkait untuk melakukan kajian khusus yaitu
pengelolaan termasuk didalamnya perbaikan lingkungan perairan, baik yang belum
tercemar maupun yang sudah tercemar sehingga fungsi dan peruntukannya dapat
terus terjaga. Namun pada umumnya tanah sekitar aliran yang dialiri limbah cair karet
bersifat gembur, dan disana terdapat banyak sekali cacing yang dapat menyuburkan
tanah (Soeparman, 2001).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
11
Produksi Bersih (Cleaner Production) merupakan suatu strategi untuk
menghindari timbulnya pencemaran industri melalui pengurangan timbulan limbah
(waste generation) pada setiap tahap dari proses produksi untuk meminimalkan atau
mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi pencemaran terbentuk. Istilah-
istilah seperti Pencegaha Pencemaran (Pollution Prevention), Pengurangan pada
sumber (Source Reduction), dan Minimasi Limbah (Waste Minimization) sering
disertakan dengan istilah Produksi Bersih (Cleaner Production) Cleaner Production
berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Dimana limbah merupakan
salah satu indikator inefisiensi, karena itu usaha pencegahan tersebut harus dilakukan
mulai dari awal (Waste avoidance), pengurangan terbentuknya limbah (waste
reduction) dan pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang (recycle).
Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan pebghematan (saving) yang luar biasa
karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini menjadi
sumber pendapatan (revenue generator) (Soeparman, 2001).
2.6. Kualitas Limbah
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah
kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam limbah
terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil
konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecilnya peluang untuk terjadinya
pencemaran lingkungan (Sugiharto, 2015)
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
12
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:
a. Volume limbah
b. Kandungan bahan pencemar
c. Frekuensi pembuangan limbah
2.7. Pengolahan Limbah Cair
Tujuan utama pengolah air limbah ialah untuk mengurangi kandunganbahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikriba
patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang
terdapat di alam (Riskim, 2005)
Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan
bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan
bantuan kolam stabilitasi yang digunakan untuk mengolah air limbah secara alamiah.
Kolam stabilitasi sangat direkomendasikan untuk pengolahan air limbah di daerah
tropis dan negara berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk membuatnya relatif
murah tetapi membutuhkan area yang luas dan retention time yang cukup lama (
biasanya 20-50 hari). Kolam stabilitasi yang umum digunakan adalah kolam
anaerobik (anaerobic pond), kolam fakultatif (facultative pond) dan kolam maturasi
(aerobic/maturation popnd). Kolam anaerobik biasanya digunakan untuk mengolah
air limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam
maturasi biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen di dalam
air limbah (Riskim, 2005).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
13
Proses pengurangan kandungan zat pencemar ini dapat dilakukan melalui
tahapan penguraian:
1. Proses Alamiah
Tanpa bantuan tangan manusia dalam mengolah limbah yang mengandung
pencemar, alam sendiri memiliki kemampuan untuk memulihkan kondisinya
sendiri atau disebut “self purifiction”. Alam memiliki kandungan zat yang
mampu mendegradasi pencemar dari dalam air limbah menjadi bahan yang lebih
aman dan mampu diterima alam itu sendiri, di antaranya mikroorganisme. Waktu
yang diperlukan sangat tergantung dari tingkat pencemarannya yang otomatis
berkorelasi dengan tingkat kepadatan penduduk (Fitri, 2004).
2. Sistem pengolahan air limbah
Jika kapasitas alam sudah tidak sebanding dengan beban pencemar, maka langkah
yang harus ditempuh adalah dengan cara pengolah air limbah tersebut dengan
rangkaian proses dan operasi yang mampu menurunkan dan mendegradasi
kandungan pencemar sehingga air limbah tersebut aman jika di buang ke
lingkungan. Air limbah yang berasal dari aktivitas domestik, kandungan zat
organik merupakan zat yang paling dominan terkandung di dalamnnya,
pengolahan yang dapat dilakukan dapat berupa teknologi yang sederhana dan
murah seperti cubluk kembar sampai pada pengolahan air limbah komunal
menggunaka teknologi pengolahan yang mutahir (Fitri, 2004).
Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah/ IPAL (Waste Water Treatment Plant/ WWTP). Di
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
14
dalam IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokan sebagai pengolahan pertama
(Primary treatment), pengolahan kedua (Secondary treatment), dan pengolahan
lanjutan (Tertiary treatment). (Sugiharto, 2015).
a. Primary Treatment
Pengolahan pertama (primary treatment) bertujuan untuk memisahkan padat
dari air secara fisik. Hal ini dapat dilakukan dengan melewatkan air limbah
melalui saringan (filter) dan/atau bak sedimentasi (sedimentation tank).
b. Secondary Treatment
Pengolahan kedua (secondary treatment) yang bertujuan untuk
mengkoagulasikan dan menghilangkan koloid serta untuk menstabilisasi zat
organik dalam air limbah.
c. Tertiary Treatment
Pengolaha ketiga (Tertiary treatment) yang merupakan kelanjutan dari
pengolahan kedua. Penagolaha ini untuk menghilangkan nutrisi atau unsur hara
khususnya nitrat dan posfat. Pada tahapan ini dapat dilakukan pemunahan
mikroorganisme patogen dengan penambahan Chlor pada air lmbah.
2.8. Tahapan Proses Pengolahan Limbah Pabrik Karet
2.8.1. Proses Deaminisasi
Pengolahan air limbah pabrik latek pekat dilengkapi dengan peralatan
Deamonisasi. Air limbah berasal dari serum, dialirkan ke bak Skim. Pengolhan air
limbah pabrik RSS dan Crumb Rubber air limbahnya langsung dialirkan ke kolam
Rubber Trap untuk proses pemisahan karet (PTPN III).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
15
2.8.2. Proses Penggumpalan
Air limbah di bak Skim digumpalkan dengan asam sulfat/ Asam Asetat
Bekas dosis 5-9 kg/ton. Air limbah yang telah menggumpal (4-5 hari) diangkat dari
bak dan dipotong-potong untuk proses Blok Skim Rubber, sisa cairan dialirkan ke
bak untuk mengendapkan sisa skim dan cairannya dialirkan ke kolam rubber Trap
(PTPN III).
2.8.3. Proses Pemisahan Karet
Limbah cair dikolam Rubber Trap dipisahkan dengan partikel karet.
Pengutipan karet dapat dilaksanakan dengan mengambil karet dipermukaan kolam
atau menumbuhkan flogulan asam semut sehingga terbentuk koagulan. Koagulan
tersebut selanjutnya dikutip (PTPN III).
2.8.4. Proses Anaerobik
Limbah cair kolam Rubber Trap mengalir ke kolam Anaerobik. Didalam
kolam Anaerobik bakteri Anaerobik yang aktif akan membentuk asam organik dan
gas CO2 selanjutnya bakteri Metagonik akam merubah asam organik menjadi gas
CH4 dan CO2. Kolam Anaerobik dikatakan beroperasi dengan baik jika setiap saat
nilai parameter pH > 6, Alkalinitas ≤ 200 mg/l (PTPN III).
2.8.5. Proses Fakultatif
Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses pe-non aktipan bakteri
Anaerobik, aktivitas ini dapat diketehui dengan indikasi pada permukaan kolam tidak
dijumpai Skim dan cairan tampak kehijau-hijauan (PTPN III).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
16
2.8.6. Proses Aerobik
Pada kolam Aerobik terjadi proses Aerobik. Pada kolam ini tumbuh ganggang
dan mikroba Heterotrop membentuk Flog. Hal ini merupakan proses penyediaan
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba pada kolam dengan metode secara alamiah
atau dengan menggunakan Aerator (PTPN III)
2.8.7. Masa Tinggal (HRT)
Dari seluruh ringkasan proses tersebut diatas, masa tinggal limbah selama
proses berlangsung mulai kolam Anaerobik sampai air limbah dibuang ke kolam
penerima/ lingkungan membutuhkan masa tinggal/ waktu selama lebih kurang 34 hari
(PTPN III).
2.9. Parameter Air Limbah Untuk Pabrik Karet
Parameter limbah adalah komponen yang terdapat dalam air limbah dan
digunakan sebagai indikator. Ada beberapa parameter yang penting dalam parameter
air limbah karet yaitu:
2.9.1. Amonia Total (NH3-N)
Amonia merupakan senyawa yang menjadi NH4+ pada pH rendah. Pada air
buangan kandungan amoniak kira-kira 30 mg/l. Selama proses penguraian
mikroorganisme baik secara alamiah didalam air limbah industri zat organik tersebut
melepaskan nitrogen amoniak NH3 (Alaerts,1986) .
2.9.2. BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD adalah banyak oksigen yang diperlukan dalam air secara biologis
sampai menjadi senyawa yang stabil. Dalam air limbah, bahan pencemar organik
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
17
diuraikan secara alamiah oleh bakteri yang ada. Bakteri dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu aerob, anaerob dan fakultatif. Bila oksigen cukup banyak bakteri
aerob akan melakukan oksidasi dan membentuk senyawa nitrogen dan selanjutnya
menjadi nitrit. Kalau kehabisan oksigen selama proses ini maka terjadi bila sebgian
besar zat organik tersebut telah dioksidasi menjadi nitrit kembali. Bila persediaan
oksigen tidak cukup, zat akan diuraikan oleh bakteri anaerob menjadi amoniak . BOD
merupakan petunjuk penting untuk mengetahui zat organik di delam air limbah.
Makin banyak kandungan zat organik makin tinggi BOD.
2.9.3. COD (Chemical Oxygen Demand)
Penetapan COD gunanya untuk mengukur oksigen setara dengan bahan
organik dalam sampel air mudah dioksidasi oleh senyawa oksidator kuat. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa COD adalah banyaknya oksidator kuat yang
diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam air.
2.9.4. pH (Derajat Keasaman)
Batasan yang diperbolehkan 6,0-9,0. Jika pH air limbah lebih besar dari 9,0
akan bersifat basa dan kalau kurang dari 6,0 akan bersifat asam. pH yang
menunjukkan konsentrasi H+ ini merupakan parameter penting dalam menetapkan
kualitas air buangan maupun air alami. pH yang kurang besar dari 9,0 atau kecil dari
6,0 dapat menyebabkan senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu
kesehatan. Kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 6-9(MenLH.No.5/2014).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
18
2.9.5. TSS (Total Suspended Solid)
Total suspended solid adalah jumlah berat dalam mg per liter kering lumpur
yang ada dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran yang
berukuran 0,45 mikron.
2.10. Proses Produksi Pabrik Karet
Karet ini diperoleh dalam bentuk lembaran tipis yang sudah kering. Karet ini
merupakan hasil proses mekanik melalui pembelahan, pencincangan, pencucian,
pembersihan, penggilingan dan pembentukan lembaran dan berakhir dengan
penyerapan. Lembaran (sheet), krep (crepe), karet remah (crumb rubber) termasuk
dalam golongan karet dalam bentuk kering. Tergantung pada keadaan bahan bakunya,
karet dalam golongan ini dapat dibedakan antara yang bermutu lebih tinggi, yaitu
yang diperoleh dari pemrosesan lateks kebun, dan yang bermutu lebih rendah, atau
diproduksi dari bahan karet lain, seperti lembaran tidak diasap, dan lain-lain (Fitri,
2004).
Untuk jelasnya proses produksi pembuatan karet kering adalah sebagai
barikut:
a. Bahan baku
Bahan baku berupa slab/lump atau bongkahan ditumpuk diareal penerimaan.
Pada umumnya suklus tumpukan bahan baku ini dipelihara untuk kebutuhan ±
1 bulan. Warna bahan baku adalah kombinasi serpihan putih, coklat dan kotor.
Bahan baku ini mengeluarkan bau khas karet. Dalam slap/lump ini adakalanya
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
19
melekat daun-daunan, pasir dan tanah dan secara umum mengurangi karet
yang diproduksi (Fitri, 2004).
b. Breaker
Pada bagian ini slab/lump dibelah dengan pisau pembelah secara manual,
dimana potongan-potongan slab/lump masih kasar. Tujuannya adalah untuk
memudahkan proses berikutnya serta membuang kotoran-kotoran yang ada
didalam slab/lump tersbut. Slab/lump yang dipotong membutuhkan air
pencucian mengandung lumpur, pasir dan tanah. Diperhitunkan rata-rata
penggunaan air setiap bongkahan 5-10 liter (Fitri, 2004)
c. Bak Pengaduk (Conveyer)
Slub/lumb yang dipotong-potong tadi jatuh ke bak penampung (conveyer).
Didalam conveyer ini potong-potongan slub/lumb diaduk. Tujuan pengadukan
adalah membersihkan kotoran-kotoran yang ada pada slub/lumb. Air cucian ini
dialirkan menuju penyaringan pertama, agar pasir dan tanah dapat dikeluarkan
untuk dibuang (Fitri, 2004)
d. Hammer Mill
Slub/lumb yang terpotong-potong tadi kemudian dicincang lebih halus. Tujuan
pencincangan adalah untuk membuang kotoran-kotoran yang masih ada
didalam potongan-potongan slub/lumb dan untuk memudahkan proses
penggilingan. Air pencucian untuk pencincangan ini cukup banyak digunakan
dan dialirkan menuju potongan-potongan karet ada yang ikut hanyut bersama
air buangan (Fitri, 2004).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
20
e. Penggilingan
Lembaran-lembaran digilingan menjadi lembaran tipis berbentuk tikar dan
bolong-bolong. Proses penggilingan ini umumnya dilakukan 9 kali, agar karet
menjadi lebih tipis dan semakin bersih. Tujuan dari penggilingan
menggunakansistem roll putar dimana lembaran karet tadi dimasukkan untuk
digiling. Mesin roll giling ini disusun secara seri (sebanyak 9 buah) untuk
melayani hasil kerja Hammer Mill. Sewaktu keluar dari penggilingan warna
putih dan kelihatan bersih. Pencucian terus dilakukan sewaktu proses
penggilingan sedang berlangsung. Disini terdapat butiran-butiran karet yang
terikut bersama air (Fitri, 2004)
f. Penjemuran
Lembaran-lembaran yang berwarna putih dan masih mengandung air dibawa
kebagian ruangan penjemuran dengan alat-alat gantungan karet. Penjemuran
dilakukan dalam gudang terbuka dengan bantuan udara secara alami. Karet ini
dijemur minimum 15 hari dengan penyusunan secara bertingkat. Setelah 15
hari lembaran-lembaran karet tadi sudah hampir bebas dari air dan warnanya
berubah coklat. Kemudian diturunkan dan dilanjutkan dengan proses
berikutnya pada cutter mill (Fitri, 2004).
g. Cutter Mill
Proses ini adalah mencincang karet menjadi ukiran. Sambil dicincang dicuci
dengan air untuk menghilangakan kotoran debu sewaktu prosesn pengeringan.
Penggunaan air pada cutter mill tidak sebanyak proses sebelumnya. Produk
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
21
dari cutter mill adalah butiran-butiran ini ditampung dalam penampung
(trolley), untuk dibawa kedalam proses pengeringan (Fitri, 2004).
h. Dryer
Pengeringan berjalan secara kontinue melalui setiap periode dengan waktu
tertentu. Sumber panas adalah brander yang ditempatkan kedalam ruangan
pengering dengan temperatur pengeringan antara 120 - 140 setiap 15
menit sekali troley dikeluarkan dari dryer. Produk akhir yang dihasilkan adalah
karet kering. Air dan flu gas hasil pembakaran dibuang melalui cerobong
dengan bantuan blower (Fitri, 2004).
i. Press
Butiran dalam kotak penampung atau trolley dibawa kebagian tes yang
seksam. Ukuran berat yang distandarisasi pabrik ialah sebesar 35 kg
selanjutnya dilakukan press selama 4 detik dan kemudian diperoleh produk
akhir berbentuk empat persegi panjang yang disebut bal dengan sifat padat
kenyal (Fitri, 2004).
j. Packing
Selesai di press dilakukan pembungkusan dengan plastik tipis. Kemudian di
cap dengan spesifikasi produk. Lalu dimasukkan dalam packing kayu atau
plastik yang tebal yang lebih besar. Setiap kemasan berisi 36 buah bal karet
dan rat-rata berat kotor setiap kemasan 1.29 ton. Packing ini dibuat dengan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
22
ukuran (56x43x43) inci. Kemudian disimpan dalam gudang dan siap untuk
dieksport (Fitri, 2004)
k. Bagan Alir
Dari bagian alir proses terlihat ada dampak yaitu pembuangan air pada bagian-
bagian proses tertentu. Pada bagian breaker ada bau yang dikeluarkan bahan
baku dan alir buangan, begitu pula pada Hammer mill dan pada proses
penjemuran. Dari seluruh proses produksi dampak yang ditimbulkan ada
dampak yang dilah pembuangan air dan bau. Garis besar dampak yang
ditimbulkan dapat diuraikan sevagai berikut:
a. Air buangan dari breaker
b. Air buangan dari pengadukan
c. Air buangan dari hammer mull
d. Air buangan dari proses penggilingan
e. Air buangan dari slub cutter terakhir
f. Limbah padat dari bak penampungan limbah cair I dan II
Alur Pengolahan Air Limbah Karet
Bahan Baku Bak Pengaduk
Penjemuran Pencincangan
Gilingan Breaker Hammer Mill
Dryer Press Packing
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
23
2.11. Pengendalian Air Limbah Didalam Pabrik
Cara mengurangi limbah dipabrik karet mencakup pengurangan pemborosan
dan cocoran, dan suatu sistem pemisahan secara fisik untuk memperoleh karet
kembali. Konsumsi air harus dijaga serendah mungkin, untuk pengolahan secara
biologi selanjutnya amonia dalam lateks skim perlu dikurangi, dan ini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan kolom unggun desorbsi yang bekerja dengan arah
berlawanan (Fitri, 2004)
2.12. Pengambilan Sampel
Tujuan pengambilan sampel air ialah untuk mengambil sebagaian air, sedikit
mungkin, tetapi dapat mewakili kualitas yang diteliti. Untuk pengambilan sampel ini
tersedia cara baku, baik untuk pemeriksaan fisik-kimiawi maupun mikrobiologi.
Sampel yang diambil inipun diperlukan secara khusus agar kualitas air yang diambil
tidak berubah selama dalam perjalanan ke laboratorium (Alert, 1986).
Pengambilan sampel sebagai berikut
1. Pengambilan sampel harus direncanakan dan dilakukan dengan frekuensi
yang cukup sehingga ada prubahan kualitas air sewaktu-waktu dapat
diketahui.
2. Sampel harus diambil, disimpan dan dikirim dalam botol yang steril dan
sempurna.
3. Jumlah air yang diambil harus cukup banyak guna analisa air yang tepat
4. Sampel harus diambil dari titik yang dapat mewakili semuanya
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
-
24
5. Waktu pengambilan harus hati-hati, untuk mencegah adanya perubahan
komposisi sampel yang bermakna yang mempengaruhi hasil analisa
6. Botol sampel harus diberikan untuk mencegah kesalahan
2.13. Kerangka Konsep
Proses
Pengolahan
Air Limbah
Kualitas Air
Limbah (Inlet)
BOD COD NH3-N TSS pH
Kualitas Air
Limbah (Outlet)
BOD COD NH3_N TSS pH
Memenuhi
Syarat
Tidak
Memenuhi
Syarat
Baku Mutu Air Limbah
Untuk Pabrik Karet
(MenLH.No.5/2014)
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA