BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum...

19
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkungan Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain. 1 Lingkungan sebagai sumber daya merupakan asset yang dapat diperlukan untuk mensejahterakan masyarakat. Hal ini sesuai dengan perintah Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, bumi, air dan kekayaan alam terkandung di dalamnya di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian, menurut Otto Soemarwoto 2 , sumber daya lingkungan mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau permintaan pelayanan ada di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi, sumber daya terbarui itu dapat di gunakan secara lestari. Otto Soemarwoto 3 , mengatakan bahwa sumber daya lingkungan milik umum sering dapat digunakan untuk bermacam peruntukan mengurangi manfaat yang dapat di ambildari peruntukan lain sumber daya yang sama itu. Misalnya, air sungai dapat digunakan sekaligus untuk 1 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2 Otto Soemarwoto, dalam bukunya Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm 4. 3 Supriadi. Ibid, hlm 4.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian hukum lingkungan

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1

Lingkungan sebagai sumber daya merupakan asset yang dapat

diperlukan untuk mensejahterakan masyarakat. Hal ini sesuai dengan

perintah Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan

bahwa, bumi, air dan kekayaan alam terkandung di dalamnya di

pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan

demikian, menurut Otto Soemarwoto 2, sumber daya lingkungan

mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama

eksploitasi atau permintaan pelayanan ada di bawah batas daya regenerasi

atau asimilasi, sumber daya terbarui itu dapat di gunakan secara lestari.

Otto Soemarwoto 3, mengatakan bahwa sumber daya lingkungan

milik umum sering dapat digunakan untuk bermacam peruntukan

mengurangi manfaat yang dapat di ambildari peruntukan lain sumber daya

yang sama itu. Misalnya, air sungai dapat digunakan sekaligus untuk

1 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

2 Otto Soemarwoto, dalam bukunya Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta, Sinar

Grafika, 2010, hlm 4. 3 Supriadi. Ibid, hlm 4.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

9

melkukan proses produksi dalam pabrik, mengangkut limbah, pelayanan

sungai, produksi ikan, dan keperluan rumah tangga.

Manusia memerlukan lingkungan sosial yang serasi demi

kelangsungan hidupnya. Lingkungan sosial yang serrasi itu bukan hanya di

butuhkan oleh orang seorang, melainkan juga oleh seluruh orang dalam

kelompoknya.4 Adapun komponen pokok lingkungan sosial dalam rangka

pengelolaan lingkungan, antara lain :

a. Pengelompokan sosial

Berbagai macam cara orang membentuk persekutuan atau

pengelompokan sosial. Adapun yang paling sederhana adalah yang di

landasi hubungan kekerabatan, seperti kelurga inti atu batih, marga,

suku bangsa, dll. Akan tetapi karena mobilitas manusia yang tinggi,

banyak rang yang berasal dari satu kelompok keturunan tersebar luas

dan mendirikan pemukiman secara terpisah dan berjauhan. Dapat juga

terjadi pembentukan kesatua sosial yang berdasarkan hubungan

kerabat sekaligus atas dasar kebersamaan lingkungan pemukiman.

b. Penataan Sosial

Penataan sosial sangat di perlukan untuk mengatur ketertiban hidup

dalam masyarakat yang mempersatukan lebih dari satu orang. Setiap

orang harus jelas kedudukannya dan peran-peran yang harus di

lakukan, dan mengetahui apa yang harus di berikan dan apa yang dapat

di harapkan dari pihak lainnya. Dengan demikian, setiap anggota dapat

4 Supriadi, ibid, hlm 14.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

10

memperkirakan sikap dan tindakan anggota lain serta cara

menanggapinya secara efektif, sehingga mewujudkan hubungan sosial

yang selara, serasi, dan seimbang.

c. Media sosial

Untuk menggalang kerja sama mempersatukan sejumlah orang,

diperlukan media baik yang berupa symbol-simbol maupun

kepentingan-kepentingan yang tidak mungkin di kerjakan sendiri-

sendiri secara terpisah. Kepentingan bersma itu pada umumnya

berkisar pada upaya memenuhi kebutuhan hidup biologis, sosiologi,

maupun kejiwaan.

d. Pranata sosial

Suatu kesatuan sosial, betapapun kecilnya, mmerlukn aturan-aturan

sebagai pedoman bersama dalam mengembangkan sikap menghadapi

tantangan dalam kehidupan bersama. Kebnyakan pranata soisoal di

kembangkan atas dasar kepentingan pengusaha lingkungan

pemukiman yang amat penting artinya bagi kelangsungan hidup

masyarakat yang bersangkutan. Mereka tidak mempunyai hak dan

kewajiban yang atas penguasaan sumber daya alam secara perorangan

maupun kolektif, seperti hak adat dan hak ulayat.

e. Pengendalian dan pengawasan sosial

Setiap kesatuan sosial mengembngkan pola-pola dan mekanisme

pengendalian, yang sampai bats tertentu sangat efektif. Akan tetapi,

dengan perluasan jaringan sosial yang semakin luas dan kompleks

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

11

serta melibatkan banyak orang yang mempunyai latar belakang sosial,

budaya, ekonomi, maupun kesatuan dan agama, pengendalian dan

pengawasan sosial setempat itu terasa semakin kurang memadai.

Sementara itu, berbagai pranata dan perundangan yang bersifat

nasional selain kadang-kadang bertentangan dengan pranata sosial

setempat, sering kali diartikan secara berbeda oleh masyarakat karena

mengacu pada adat dan tradisi masing-masing kelompok.

f. Kebutuhan sosial

Lingkungan sosial itu terbentuk karena di dorong oleh keinginan

manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan, kebutuhan

yang mendasar dan sederhana seperti makanan harus di penuhi dengan

melibatkan pihak lain. Kebutuhan mendasar mencakup kebutuhan

dasar biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan kejiwaan. Kebutuhan

dasar biologis meliputi makan, minum, seks dan reproduksi,

mempertahankan diri, kesehatan, dan sebagainya. Kebutuhan sosial,

antara lain mencakup kebutuhan untuk hidup bersama secara

harmonis, kelompok sosial, keteratura, ketertiban, dan sebagainnya.

Kebutuhan kejiwaan mencaup kebutuhan akan etika, moral, keindahan,

hiburan, dan sebagainya. 5

2.2 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Analisis mengenai dampak lingkungan adalah kajian mengenai

dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang di rencanakan pada

5 Supriadi, Op. Cit, hlm 17-20.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

12

lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan

tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.6

Ketentuan tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau

Amdal ini merupakan ketentuan yang sangat penting bagi UULH,

khususnya dalam penerapan asas pembangunan yang berkelanjutan

(suistainable development). Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 18

UULH, mengenai dampak lingkungan bagi usaha dan/atau kegiatan yang

di perkirakan mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

Ketentuan ini telah di jabarkan dalam peraturan pemerintah, yaitu

peraturan pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (amdal), yang telah di ubah oleh peraturan

Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 kemudian di ubah lagi dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999.7

Pada dasarnya semua usaha dan kegiatan lingkungan hidup. Dari

perencanaan awal suatu usaha atau kegiatan pembangunan sudah harus

memuat perkiraan dampaknya yang penting terhadap lingkungan hidup,

baik fisik maupun non fisik, termasuk sosial budaya, guna di jadikan

pertimbangan apakah untuk rencana tersebut perlu di buat analisis

mengenai dampak lingkungan. 8

6 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

7 Andi Hamzah, Op Cit, hlm 37.

8 Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan (dalam sistem kebijaksanaan pembangunan lingkungan

hidup), Bandung, Refika Aditama, 2009, hlm 79.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

13

Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan hasil studi

mengenai dampak suatu kegiatan yang di rencanakan terhadap lingkungan

hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.9

Menurut Munn,10

pakar AMDAL dari kanada memberikan definisi

bahwa AMDAL adalah suatu kegiatan yang di lakukan untuk

mengidentifikasi, memprediksi, menginterpretasi dan mengkomunikasikan

pengaruh suatu rencana kegiatan itu pada lingkungan.

2.3 Kesadaran Masyarakat Terhadap Lingkungan

Lingkungan di bentuk oleh kegitan yang di lakukan manusia,

perubahan-perubahannya dapat mempengaruhi hidup dan kehidupan , baik

secara langsung ataupun tidak langsung. Perubahan lingkungan terjadi

karena tidak seimbangnya lagi susunan organik atau kehidupan yang ada,

akibatnyapun belum dapat di rasakan secara langsung bagi kehidupan

manusia atau kehidupan lainnya namun baru terasa setelah regenerasi.

Memang tidak setiap perubahan itu berakibat pada berfungsinya

kembali lingkungan yang dapat di manfaatkan sebagai sumber dan

penopang hidup, melainkan perubahan itu sendiri kadang-kadang di

timbulkan secara alamiah, hal ini di maksudkan untuk pengembangan

lingkungan atau bahkan di perlukan oleh kehidupan dalam lingkungan.

Untuk menciptakan lingkungan dalam kehidupan yang seimbang

sangat tergantung dari kegiatan manusia, sedangkan kegiatan manusia

sangat di pengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakatnya dalam 9 Muhamad Erwin, ibid, hlm 44.

10 Munn, dalam bukunya N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan,Jakarta,Pancuran Alam Jakarta,

2009, hlm 190.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

14

mengelola dan membina lingkungan itu. Dalam kehidupan bernegara ini di

dalamnya berisi kumpulan manusia yang di sebut masyarakat, dan bagian

terkecil dari masyarakat ini adalah keluarga. Jadi warna dari masyarakat

ditentukan oleh keadaan keluarga.

Kesadaran terhadap lingkungan tidak hanya bagaimana

menciptakan suatu yang indah dan bersih saja, tetapi kewajiban setiap

manusia untuk menghormati hak-hak orang lain atau suatu kehidupan

yang lain, juga terhadap kewajibannya. Sering kita jumpai tindakan orang

atau sekelompok orang (perusahaan) yang hanya mengejar

kepentingannya sendiri tanpa memperhatikan dampak dan hak orang

lain.11

2.4 Pertanggungjawaban Pidana dalam Tindak Pidana Lingkungan

Hidup

Penegakan hukum lingkungan yang cukup mendapat perhatian

kelompok masyarakat tertentu adalah masalah pencemaran yang di

lakukan oleh perusahaan industri, mengingat limbah-limbah banyak

mengalir sebagai hasil kegiatannya. 12

Dalam penegakan hukum lingkungan telah di atur segala bentuk

pelanggaran maupun kejahatan, bagi pelaku baik yang di lakukan oleh

perorangan maupun badan dengan upaya pencegahan (preventif) maupun

penindakannya (represif). Untuk tindakan respresif ini ada beberapa jenis

instrument yang dapat di tetapkan dan penerapannya tergantung dari 11

Joko Subagio, Hukum Lingkungan Masalah Dan Penaggulangannya, Jakarta, Rineka Cipta, 1999, hlm 16-17. 12

Joko Subagio, Op.Cit, hlm 85.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

15

keperluannya, sebagai pertimbangan antara lain melihat dampak yang di

timbulkannya.13

Sistem penegakan hukum lingkungan sudah cukup baik dengan

melibatkan beberapa instansi yang terkait secara aktif antara lain :

a. Departemen Dalam Negeri cq. Pemerintah Daerah

b. Departemen Perindustrian

c. Departemen Kehakiman cq. Pengadilan

d. Kejaksaan

e. Kepolisian

Tindakan yang dapat di jatuhkan berupa sanksi bagi pelanggar

lingkungan yaitu administrasi, Pidana dan Perdata. Untuk sanksi

administrasi ini instansi yang cukup terkait adalah :

a. Departemen Dalam Negeri cq. Pemerintah Daearah, dan

b. Departemen Perindustrian.14

Mekanisme penegakan hukum dalam permasalahan lingkungan

hidup merupakan permasalahan pemerintah dan masyarakat, namun perlu

disadari tidak semua hal yang berkaitan dengan jenis pencemaran atau

perusak lingkungan telah terjadi permasalahan, faktorpenyebabnya antara

lain :

a. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melapor :

b. Kurangnya keberanian masyarakat unuk bertindak :

13

Joko Subagio, Op.Cit, hlm 81. 14

Joko Subagio, ibid, hlm 86.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

16

c. Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah

lingkungan ;

d. Keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah ;

e. Kurang tegasnya aparat (lingkungan) untuk bertindak ;

f. Tidak adanya satu pandangan/konsepsi mengenai lingkungan.

Kunci penyelesaian dalam penanganan masalah lingkungan adalah

persamaan persepsi bagi aparat penegak hukum, dan kembali pada

masalah kewenangan.

Permasalahan lingkungan ini, apabila timbul pelanggaran hukum

lingkungan asal kasusnya dapat bersumber dari :

1. Masyarakat, dalam bentuk laporan terjadinya kerusakan lingkungan

atau dalam bentuk gugatan ke Pengadilan.

2. Pemerintah, dalam bentuk pengawasan dan penyelidikan.15

Sistem pertanggungjawaban (hukum) pidana terhadap pelaku

TPLH (tindak pidana lingkungan hidup) tidak dapat di lepaskan dari

kebijakan legislatif yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan

tentang lingkungan hidup.

Dari perundang-undangan lingkungan hidup dapat di identifiasikan

sistem pertanggungjawaban hukum pidana terhadap pelaku TPLH sebagai

berikut :

a. Subjek yang dapat di pertanggungjawabkan

15

Joko Subagio, ibid, hlm 88.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

17

Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi (badan hukum dan

sebagainya), maka menurut UU No. 23/1997, pertanggungjawaban

pidana (penuntutan dan pemidanaan) dapat dikenakan terhadap :

1. Badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan, atau organisasi

lain tersebut ;

2. Mereka yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana

atau yang bertindak sebagai pemimpin ; atau

3. Kedua-duanya.

b. Pertanggungjawaban pidana berdasarkan kesalahan

1. Dari berbagai perumusan TPLH di dalam perundang-undangan

lingkungan,hampir selalu tercantum unsur kesengajaan atau

kealpaan/kelalaian.

2. Dengan tercantumnya unsur sengaja atau kealpaan, maka dapat di

katakana bahwa pertanggungjawaban pidana dalam perundang-

undangan lingkungan menganut prinsip liability based on fault.

3. Bertolak dari asas ksalahan, maka di dalam pertanggungjawaban

pidana seolah-olah tidak di mungkinkan adanya

pertanggungjawaban mutlak.

2.5 Kajian Tentang Hukum Pertambangan

Istilah hukum pertambangan merupakan terjemahan dari bahasa

inggris, yaitu mining law. Hukum pertambangan adalah : “hukum yang

mengatur tentang penggalian atau pertambangan bijih-bijih dan mineral

dalam tanah”.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

18

Definisi ini hanya di fokuskan pada aktifitas penggalian atau

pertambangan bijih-bijih. Penggalian atau pertambangan merupakan usaha

untuk menggali berbagai potensi-potensi yang terkandung dalam perut

bumi. Padahal untuk menggali bahan tambang itu perlu di perlukan

perusahaan atau badan hukum yang mengelolanya.16

Kaidah hukum dalam hukum pertambangan di bedakan menjadi

dua macam, yaitu kaidah hukum pertambangan tertulis dan tidak tertulis.

Hukum pertambangan tertulis merupakan kaidah-kaidah hukum yang

terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan

yurisprudensi. Sedangakan hukum pertambangan tidak tertulis merupakan

ketentuan-ketentuan hukum yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat. Bentuknya tidak tertulis dan sifatnya lokal, artinya hanya

berlaku dalam masyarakat setempat. Kewenangan negara merupakan

kekuasaan yang di berikan oleh hukum kepada negara untuk mengurus,

mengatur dan mengawasi pengelolaan bahan galian sehingga di dalam

pengusahaan dan pemanfaatannya dapat menigkatkan objek kesejahteraan

masyarakat. Kewenangan negara in di lakukan oleh pemerintah.

penguasaan bahan galian tidak hanya menjadi monopoli pemerintah

semata-mata, tetapi juga diberikan hak kepada orang dan atau badan

hukum untuk mengusahakan bahan galian sehingga hubungan hukum

antara negara dengan orang atau badan hukum harus di atur sedemikian

rupa agar mereka dapat mengusahakan bahan galian secara optimal. Agar

16

H Salim NS. , Hukum Pertambangan di Indonesia, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2005, hlm. 7.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

19

orang atau badan hukum dapat mengusahakan bahan galian secara

optimal, pemerintah/pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota)

memberikan izin kuasa pertambangan, kontrak karya, perjanjian karya,

pengusahaan batu bara kepada orang atau badan hukum tersebut.17

.

a. Asas-asas Hukum Pertambangan

Menurut Undang-Undang Pertambangan Nomor 4 tahun 2009

tentang pertambangan Pasal 2, Pertambangan dan/atau dikelola

berasaskan :18

a) Manfaat, keadilan, dan keseimbangan ;

1. Asas manfaat

Asas ini merupakan salah satu tujuan dari ilmu hukum,

selain unsur keadilan dan keseimbangan. Hukum yang baik

merupakan hukum yang membawa kemanfaatan bagi

masyarakat. Menurut Bentham19

kemanfaatan dapat di

artikan sebagai kebahagian atau happiness. Baik buruknya

suatu hukum bergantung pada apakah hukum itu

memberikan kebahgiaan atau tidak bagi manusia. Hukum

yang baik adalah hukum yang dapat memberkan manfaat

pada setiap subjek hukum. Hukum sudah dapat di

kategorikan baik apabila mampu memberikan kebahagiaan

pada bagian terbesar dari masyarakat.

17

H Salim HS, ibid, hlm 8-9. 18

Undang-undang No 4 tahun 2009 tentang pertambangan pasal 2. 19

Bentham, dalam bukunya Fence M. Wantu, Idee Des Recht, Yogyakarta, Pusataka Pelajar, 2011, hlm 100.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

20

2. Asas keadilan

Keadilan merupakan salah satu nilai dasar hidup manusia

dan merupakan masalah klasikyang tidak pernah

terpecahkan secara tuntas. Menurut Aristoteles,20

keadilan

menuntut supaya tiap-tiap perkara harus di timbang

tersendiri (ius suum cuique tribuere). Akan tetapi

kenyataannya kepentingan perseorangan dan kepentingan

golongan selalu bertentangan. Pertentangan ini selalu akan

menyebabkan pertikaian. Dengan demikian kehadiran

hukum dalam rangka untuk mempertahankan perdamaian

akibat munculnya pertentangan kepentingan.

3. Asas keseimbangan

Asas keseimbangan ini merupakan salah satu asas

terbentuknya kepastian hukum. Keseimbangan di sini

berarti tercapainya tujuan hukum yang sesuai dengan

kepentingan masyarakat. Disini bisa di tarik bahwa asas

keseimbangan merupakan factor terbentuknya suatu aturan

hukum.

b) Keberpihakan kepada kepentingan bangsa ;

Asas ini ada kaitannya dengan asas oportunitas, dimana dalam

asas tersebut lebih mementingkan kepentingan umum di

banding kepentingan golongan atau kepentingan pribadi.

20

Aristoteles, dalam bukunya Fence M. Wantu, Idee Des Recht, Yogyakarta, Pusataka Pelajar, 2011, hlm 88.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

21

c) Partisipatif, Transparansi, dan Akuntabilitas

1. Asas partisipatif ini merupakan asas dimana para pihak

ikut serta dalam suatu pembentukan hukum dan

penegakan hukum itu sendiri.

2. Asas Transparansi merupakan asas yang memiliki sifat

transparan atau sifat keterbukaan. Dalam membuat suatu

aturan, asas ini sangatlah di perlukan untuk terbentuknya

subuah aturan tersebut.

3. Asas akuntabilitas bisa di katakana sebagai asas

pertanggungjawaban. Asas ini adalah salah satu asas yang

memiliki fungsi untuk terbentuknya Undang-Undang, di

mana dalam pembentukan sebuah Undang-Undang harus

di dasarkan atas tanggung jawab yang besar.

d) Berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Asas berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 merupakan

asas yang terbentuk karena adanya sebuah aturan tentang

lingkungan. Asas ini berdasarkan atas kebijakan pemerintah

dalam pembentukan Undang-Undang lingkungan hidup.

Undang-undang No.4 Tahun 2009, dari sisi muatan mengalami

perubahan yang cukup mendasar, termaksud di dalamnya dalam

pelaksanaan pengelolaan bahan galian yang mulai di tata dari awal, yaitu

dilakukan sejak penetapan sebuah kawasan menjadi wilayah pertambangan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

22

di rancang sedemikian rupa dan terintegrasi dengan pengembangan

wilayah secara nasional.21

b. Jenis, Prosedur dan persyaratan Surat Izin Pertambangan

Daerah

a) Surat izin Pertambangan Daerah.

Pengusahaan pertambangan bahan galian golongan C termasuk

bahan galian industri hanya di laksankan setelah mendapat izin dari

yang berwenang. Jenis-jenis SIPD adalah : Eksplorasi, eksploitasi,

SIPD pengelolaan/pemurnian, penjualan, dan pengangkutan. SIPD

dapat di berikan kepada : perusahaan daerah, koperasi, Badan

Usaha Milik Negara, perorangan, perusahaan dengan modal milik

bersama antara negara/BUMN dengan Pemda TK 1 dan atau

Pemda TK II atau perusahaan Daerah, perusahaan dengan modal

bersama antara BUMN dan atau Pemda TK I/II/Pd dengan

koperasi, badan hukum swasta dan peorangan.22

b) Persyaratan Permohonan Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD)

1. Mengajukan permohonan tertulis kepada Gubernur dengan

melampirkan Rekomendasi dari Bupati/Walikota setempat

dimana penambangan akan di laksankan dan memberikan peta

lokasi Dimana penambangan akan di laksanakan;

21

Nandang Sudrajat, Teory dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum, Jakarta, pustaka yustitia, 2010, hlm 58. 22

Sukandarrumidi, Bahan Galian Industri, Jogjakarta, Gajah Mada University Press, cetakan ke-3, 2009, hlm 13.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

23

2. Apabila persyaratan tersebut telah di penuhi, setelah

mempertimbangkan aspek-aspek tatguna tanah, hah-hak atas

tanah dan jaminan hukumnya di keluarkan izin prinsip oleh

Gubernur atau ejabat lain yang di tunjuk olehnya;

3. Oleh pemohon izin prinsip dan surat permohonan di sampaikan

kepada dinas pendapatan sekaligus membayar iuran tetap dan

iuran produksi sebesar 25% dari perkiraan produksi setahun

sebagai bayaran muka;

4. Berdasarkan bukti pembayaran dari Dinas pendapatan, oleh

pemohon di bawa kembali ke biro PPD untuk di teruskan ke

Gubernur sebagai bahan pertimbangan pengeluaran SIPD.

c) Prosedur Permohonan SIPD

1. Permohonan SIPD di ajukan kepada gubernur KDH tingkat 1

wilayah pengusahaan pertambangan dalam bentuk SIPD

maksimal 5 hektar/SIPD;

2. SIPD dengan luas melebihi 25 hektar hanya dapat di berikan

oleh Gubernur tingkat 1. Setelah mendapatkan persetujuan dari

menteri pertambangan dan energi Direktur DJPU,maksimal

1000 hektar untuk 1 jenis bahan galian;

3. Pemberian SIPD dengan luas maksimal 25.000 meter persegi

untuk pasir dan kerikil, 50.000 meter persegi untuk batu

gunung, koral, batu kali dan granit, 1.000 meter persegi untuk

tanah liat dapat di berikan oleh bupati/walikota;

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

24

4. Masa berlakunya SIPD maksimal 10 tahun dan dapat di

perpanjang maksimal 2 kali dan setiap kali perpanjangan, izin

usaha berlaku untuk jangka waktu 3 tahun;

5. Tarif tetap SIPD bahan galian Golongan C

1) SIPD Eksplorasi Rp2.500,00 – 1 hektar/tahun

2) SIPD Eksplorsi Rp5.000,00 – 1 hektar/tahun. 23

c. Pengawasan dan Pembinaan Usaha Pertambangan

Pengawasan dan pimbinaan pengusahaan pertambangan,

baik mencakup aspek teknis pertambangan maupun manajerial,

secara umum menjadi wewenang dan tanggung jawab Menteri

Pertambangan dan Energi. Menteri tersebut melaksanakan

wewenang eksklusif pemerintah untuk melaksanakan

kebijaksanaan di bidang pertambangan sesuai dengan Undang-

Undang dan peraturan yang berlaku. Direktur Direktorat Jendral

Pertambangan Umum dalam hal ini melaksanakan wewenang yang

di limpahkan oleh MPE untuk menjalankan pengawasan dan

pimbinaan terhadap pengusahaan pertambangan umum, kecuali

sebagian bahan galian golongan C yang telah dilimpahkan

pengelolaannya kepada pemerintah daerah tingkat 1.24

d. Otonomi Daerah

Otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintah Negara

Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan

23

Sukandarrumidi, ibid, hlm 13 dan 15. 24

Sukandarrumidi, Op. cit, hlm 12.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

25

hubungan dengan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah

daerah , termaksud di dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup. Bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin

menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia

dan mahluk hidup lainnya sehingga perlu di lakukan perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup.25

Di dalam Pasal 18 Undang-

Undang Dasar 1945 diatur tentang Pemerintahan Daerah26

, yaitu

pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan

bentuk susunan pemerintahannya di tetapkan dengan Undang-

Undang, dengan memandang dan mengingat dasar

permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak

asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. Indonesia

akan di bagi dalam daerah provinsi dan provinsi akan di bagi lagi

menjadi daerah yang lebih kecil . daerah ini bersifat otonom atau

bersifat administrativ yang kesemuanya menurut aturan yang di

tetapkan dengan Undang-Undang.27

Pasal 18 UUD 1945 merupakan landasan dasar bagi

penyelenggaraan pemerintah daerah sebagaimana tertuang dalam

ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998, bahwa penyelenggaraan

otonomi daerah di laksanakan dengan memberikan kewenangan

yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara

25

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup. 26

undang-undang Dasar 1945 pasal 18 tentang Pemerintahan Daerah 27

Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, cetakan ke-1, 2004, hlm 41

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian hukum lingkunganeprints.ung.ac.id/906/6/2013-2-74201-271409173-bab2-08012014064727.pdf · kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.1 ...

26

proporsional yang di wujudkan dengan pengaturan, pembagian dam

pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta

penimbangan keuangan pusat dan daerah. 28

28

Yulis Tiena Masriana, Ibid , hlm 47.