BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1...

32
33 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 Sejarah Singkat Pembentukan Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Bone Bolango terbentuk sejak Tahun 2003 memalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato di Provinsi Gorontalo (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4269). Seiring dengan terbentuknya Kabupaten Bone Bolango maka Dinas Kehutanan dan Pertambangan mulai dibentuk melalui Surat Keputusan Bupati Bone Bolango Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango. Dalam perjalanannya seiring dengan perkembangan dan kebutuhan perangkat daerah pada tahun 2005 sebagai daerah pemekaran dan telah menetapkan Bupati Devenitif maka Dinas Kehutanan dan Pertambangan berubah nama menjadi Kerja Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bone bolango Nomor 5 tahun 2005 Tentang

Transcript of BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1...

Page 1: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

33

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

1.1.1 Sejarah Singkat Pembentukan Dinas Kehutanan dan

Pertambangan Kabupaten Bone Bolango

Kabupaten Bone Bolango terbentuk sejak Tahun 2003

memalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang

Pembentukan Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato

di Provinsi Gorontalo (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4269). Seiring dengan terbentuknya Kabupaten

Bone Bolango maka Dinas Kehutanan dan Pertambangan mulai

dibentuk melalui Surat Keputusan Bupati Bone Bolango Nomor 2

Tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Dinas-dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bone

Bolango.

Dalam perjalanannya seiring dengan perkembangan dan

kebutuhan perangkat daerah pada tahun 2005 sebagai daerah

pemekaran dan telah menetapkan Bupati Devenitif maka Dinas

Kehutanan dan Pertambangan berubah nama menjadi Kerja Dinas

Kehutanan, Pertambangan dan Energi melalui Peraturan Daerah

Kabupaten Bone bolango Nomor 5 tahun 2005 Tentang

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

34

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kehutanan,

Pertambangan dan Energi Kabupaten Bone Bolango.

Pada tahun 2006 Bidang Kehutanan dan Bidang

Pertambangan dipisahkan menjadi masing-masing bidang. Pada

bidang Kehutanan menjadi Dinas Kehutanan dan Lingkungan

Hidup dan membentuk satu bidang tambahan yaitu bidang

Lingkungan Hidup. Pada bidang Pertambangan Menjadi Dinas

Pertambangan dan Energi membentuk satu bidang tambahan yaitu

Bidang Energi. Pembentukan dinas, masing-masing dinas tersebut

melalui Peraturan Daerah Tentang Pembentukan Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Kehutanan Dan Lingkungan Hidup Kabupaten

Bone Bolango, serta bidang pertambangan menjadi dinas

Pertambangan dan Energi, pada tahun 2007 Bidang Lingkungan

Hidup membentuk Badan Tersendiri yaitu Badan Lingkungan

Hidup dan tata Kota.

Pada tahun 2006 sampai dengan 2010 dinas pertambangan

dan energi di pimpin langsung oleh kepala dinas yaitu Ir. Asy’ari

Hasiru yang memiliki jumlah pegawai tetap 19 orang dan tenaga

honorer 46 orang.

Di tahun 2010 tesebut Dinas Kehutanan dan Dinas

Pertambangan dan energi digabung kembali menjadi Dinas

Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Bone Bolango melalui

Perda Peraturan Daerah Kabupten Bone bolango Nomor tahun

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

35

2010 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Bone Bolango. Pada

saat itu juga dinas kehutanan dan pertambangan mengalami

pergantian kepemimpinan sampai dengan sekarang yang awalnya

di pimpin oleh bapak Ir. Asy’ali Hasiru di gantikan oleh bapak Ir.

Sulistjono Dalman dan memiliki jumlah pegawai tetap 51 orang

dan tenaga honorer 54 orang.

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

36

KEPALA DINAS

Ir. SULISTJONO DALMAN

Nip. 19591210 198903 1 009 SEKRETARIS

JUMAIDIL,Ap,S.Sos,M,Ec,Dev

Nip. 19741018 199311 1 002

Sub Bagian

Umum & Kepegawaian

SOFYAN MARALI, S.Pd. M.Pd

NIP. 19630315 198703 1 016

Sub Bagian

Keuangan

HELTY S. ABAY, SE

Nip. 19730706 200604 2

004

Sub Bagian

Perencanaan Program,

Evaluasi & Pelaporan

RULI LASULIKA, SE

19690709 200604 1 013

Kabid. Perlindungan, Pengawasan

Hutan dan Konservasi Alam

ABD. RAHMAN MOHAMAD, S.Hut

Nip. 19620929 198601 1 004

Kabid. Rehabilitasi Lahan dan

Perhutanan Sosial

HIDAYAT, S.Hut

NIP. 19620806 198903 1 014

Kabid. Pertambangan

HAIRIL, S.Hut, MM

Nip. 19680925 200501 1 006

Kabid Energi

ANAS PAUDI, S.Pd. M.Ap

NIP. 19701215 199703 1 010

Kasie

Perlindungan

Hutan

Kasie

Pengawasan

Hutan

Kasie

Konservasi

Alam

Kasie

Rehabilitasi

Lahan

Kasie

Perhutanan

Sosial

Kasie

Bina Usaha

Produksi Kehutanan

YENNI RAHMAWATI,

Kasie

Pengemb.

Pengusahaan

Tenaga Listrik

& Energi

KAMAL HASAN, se

Kasie

Pengawasan &

Pengendalian

Energi

Kasie

Pemanfaatan

Energi &

Listrik

Abd. Rahmat

Kobisi, ST, M.Ap

Kasie

Pelayanan &

Bimbingan

Pertambangan

Kasie

Pemetaan &

Eksploitasi

Kasie

Pengawasan

Pertambangan

4.1.2 Struktur Organisasi Dinas Pertambangan

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN BONE BOLANGO

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

37

4.2 Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap pembajakan Tambang

Pasir

Penegakan hukum lingkungan yang cukup mendapat perhatian

kelompok masyarakat tertentu yaitu masalah pencemaran yang di

lakukan oleh perusahaan industri, mengingat limbah-limbah banyak

mengalir sebagai hasil kegiatannya.1

Dalam penegakan hukum lingkungan telah di atur segala bentuk

pelanggaran maupun kejahatan, bagi pelaku baik yang di lakukan oleh

perorangan maupun badan dengan upaya pencegahan (preventif) maupun

penindakannya (represif). Untuk tindakan respresif ini ada beberapa jenis

instrument yang dapat di tetapkan dan penerapannya tergantung dari

keperluannya, sebagai pertimbangan antara lain melihat dampak yang di

timbulkannya.2

Seperti yang di katakan oleh Moh. Ahmad selaku anggota

kepolisian Reskrim Polres Bone Bolango yaitu dalam hal penegakan

hukum tetap di lakukan, secara hal tersebut di larang oleh Undang-

undang dan peraturan yang ada, akan tetapi lebih mengutamakan

pencegahan terhadap kegiatan dari penggalian pasir tersebut.3

Yahya Boudeso mengatakan bahwa peranan pihak kepolisian

dalam penegakan hukum terhadap penggalian tambang pasir yaitu ketika

adanya laporan dari masyarakat yang di duga tindak pidana dan di

1 Joko Subagio, Hukum Lingkungan Masalah Dan Penaggulangannya, Jakarta, Rineka Cipta,

1999, hlm 85. 2 Ibid, hlm 81.

3 Moh. Ahmad, Kanit 1 Reskrim Polres Bone Bolango, wawancara, 19 Desember 2013

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

38

temukan langsung oleh petugas maka pihak kepolisian Polres Bone

Bolango melakukan penegakan hukum di bidang pertambangan yang

dalam hal ini di proses sesuai dengan prosedur dan ketentuan hukum

yang berlaku.4

Dari hasil wawancara di atas bahwa eksistensi kepolisian Reskrim

Polres Bone Bolango dalam penerapan sanksi terhadap penggalian pasir

yang terjadi di Desa Tanah Putih, Kecamatan Botupingge, Kabupaten

Bone Bolango sangatlah di butuhkan oleh dinas terkait yang menangani

masalah pertambangan dalam hal ini Dinas Pertambangan. Akan tetapi

pada dasarnya penerapan sanksi oleh Dinas Pertambangan belum

maksimal, ini dikarenakan tidak adanya laporan dari Dinas Pertambangan

ke pihak kepolisian yang seharusnya menangani kasus penggalian pasir

secara ilegal tersebut. Dinas Pertambangan itu sendiri berpendapat dalam

hal ini yang di katakan oleh Farhan sebagai Kepala Seksi Perizinan yakni

penerapan sanksi terhadap para penggali pasir tidak di lakukan karena

hanya itulah mata pencaharian mereka.5

Penyelesaian masalah lingkungan melalui instrument hukum

administratif bertujuan agar perbuatan atau pengabaian yang melanggar

hukum atau tidak memenuhi persyaratan, berhenti atau mengembalikan

kepada keadaan semula (sebelum ada pelanggaran). Oleh Karena itu,

fokus dari sanksi administratif adalah perbuatannya, sedangkan sanksi

dari hukum pidana adalah orangnya (dader, offender). Selain itu, sanksi 4 Yahya Boudeso, Kanit Reskrim Perlindungan Perempuan dan Anak, wawancara, 19 Desember

2013 5 Farhan,kepala seksi perizinan, wawancara, 2 Oktober 2013

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

39

hukum pidana tidak hanya di tujukan kepada pembuat, tetapi juga kepada

mereka yang potensial menjadi pembuat (pelanggar).6

Dalam instrument penegakkan hukum administrasi terhadap

hukum lingkungan hidup, menurut Philipus M. Hadjon7 terdiri dari 4 hal

pokok, keempatnya berkaitan dengan penggunaan wewenang penegakan

hukum administrasi, yaitu :

1. Legitimasi adalah persoalan kewenangan, yaitu wewenang

pengawasan dan wewenang menerapkan sanksi.

2. Instrumen yuridis adalah jenis-jenis sanksi administrasi dan

prosedur menerapkan sanksi.

3. Norma hukum administrasi.

Wewenang menerapkan sanksi administrasi pada dasarnya

merupakan suatu discretionary power.

4. Kumulasi sanksi :

a. Kumulasi eksternal : sanksi administrasi di terapkan

bersama-sama sanksi lain, seperti sanksi pidana maupun

sanksi perdata.

b. Kumulasi internal : dua atau lebih sanksi administrasi dapat

di terapkan secara bersama-sama.

Dari penjelasan di atas, maka peneliti menganalisis bahwa

permasalahan dan penegakkan hukum lingkungan bukan hanya bisa di

terapkan pada tatanan masyarakat tapi perhatian dari pemerintah

6 Supriadi, Op.Cit, hlm 270.

7 Philipus M. Hadjon, dalam bukunya Supriadi, ibid, hlm. 273-274

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

40

setempat harus mengambil andil dalam masalah tesebut. Mekanisme

penegakan hukum dalam permasalahan lingkungan hidup merupakan

masalah pemerintah dan masyarakat, namun perlu disadari tidak semua

hal yang berkaitan dengan jenis pencemaran atau pengrusakan

lingkungan telah terjadi permasalahan seperti Galian C khususnya

tambang pasir yang terletak di desa Tanah Putih, Kecamatan Botupingge,

Kabupaten Bone Bolango sangat mengkhawatirkan. Hal ini di lihat dari

banyaknya para penggali illegal yang dengan leluasanya terus melakukan

aktifitasnya, sehingga berdasarkan observasi awal peneliti mendapat

respon yang merupakan salah satu penambang galian pasir tersebut.

Hasiru8 berpendapat bahwa tanah disekitar kanal talumolo mengalami

penurunan yang sangat signifikan yaitu 8 cm dalam kurun waktu kurang

lebih Sembilan tahun, sehingganya diperlukan perhatian yang lebih

khusus dalam rangka menanggulangi terjadinya bencana runtuhnya

jembatan talumolo dua.

Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti tentang

galian pasir itu sendiri, tedapat beberapa pendapat tentang galian C itu

sendiri antara lain:

Meni S. Doda 9, beliau mengemukakan bahwa galian C adalah

pengambilan endapan berupa batuan atau pasir yang ada di sungai

maupun d kawasan pegunungan.

8 Hasiru, penambang, wawancara, 23 September 2013

9 Meni S Doda, kepala seksi pengawasan, Wawancara 12 September 2013

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

41

Hairil10

berpendapat bahwa galian C adalah pengelompokkan

kegiatan pemanfaatan mineral yang saat ini di kelompokkan ke golongan

komoditas tambang batuan seperti pasir, batu, kerikil, dan lain-lain.

Sofyan Marali11

berpendapat bahwa galian C adalah bahan batuan

bukan logam.

Ratna Gani12

berpendapat bahwa galian C adalah bahan mineral

batuan non logam atau selain golongan A dan B, sebagai bahan tambang

yang biasanya di gunakan untuk pembangunan infrastruktur.

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti mendapatkan kesimpulan

bahwa galian C merupakan salah satu bahan bukan non logam yang di

lakukan dengan cara pengambilan endapan berupa batuan atau pasir yang

ada di sungai maupun di kawasan pegunungan dan di gunakan untuk

pembangunan infrastruktur. Akan tetapi hal ini di perlukan perhatian dari

pemerintah setempat untuk menanggulangi terjadinya bencana tersebut,

seperti yang sudah di atur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan.

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti mendapatkan responden dari

instansi pemerintahan yang mengomentari hal tersebut dalam hal ini

Kepala Seksi Perizinan yaitu Ibu Farhan13

yang berpendapat tentang

galian pasir tersebut terkait dengan kesesuaian antara literatur yang ada

di dalam Undang-undang dalam hal ini Surat Izin Mengelola dengan

10

Hairil, Kabid Pertambangan, Wawancara 10 September 2013 11

Sofyan Marali, Kasubag Umum dan Kepegawaian, wawancara, 10 september 2013 12

Ratna Gani, Staf Dinas Pertambangan, Wawancara, 10 September 2013 13

Farhan, Kepala Seksi Perizinan, 2 Oktober 2013

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

42

kegiatan penambangan tersebut. Beliau mengemukakan bahwa kegiatan

penambangan yang di lakukan oleh penambang saat ini tidak memiliki

Surat Izin Mengelola, yang ada hanyalah Surat Keterangan Mengelola

Sementara yang fungsinya agar kegiatan dari para penggali pasir tersebut

bisa di kontrol. Sedangkan pengurusan surat izin tersebut, yang

seharusnya tugas dari Dinas Pertambangan, karena adanya perubahan

maka dalam pengurusan surat izin tersebut itu adalah tugas dari Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) dan Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu pun mengeluarka Izin Usaha Pertambangan. Tetapi dalam

pengurusan surat izin tersebut, para penambang seharusnya melewati

prosedur yang sudah di tentukan oleh pemerintah Kabupaten Bone

Bolango. Prosedur yang di maksud tersebut yakni harus melalui instansi-

instansi terkait seperti Badan Lingkungan Hidup (BLH) dalam hal ini

yang menangani lingkungan hidup itu sendiri, Dinas Pekerjaan Umum

yang mengelola hasil dari penggalian pasir tersebut, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang menangani tentang tata

ruangnya, dan Dinas Pertambangan itu sendiri mengenai ada atau

tidaknya potensi terhadap galian pasir. Akan tetapi pemerintah kabupaten

melihat adanya kesulitan di dalam pengurusan izin tersebut. Oleh karena

itu pemerintah kabupaten Bone Bolango mengarahkan langsung ke

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) dan Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu (KPPT) itu sendiri yang mengeluarkan izinnya, tetapi

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

43

dalam Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) tersebut pasti ada

birokrasi-birokrasi yang harus di lalui.

Adapun prosedur izin pertambangan telah tersebut yaitu sebagai

berikut:

a) Surat Izin Pertambangan Daerah.

Pengusahaan pertambangan bahan galian golongan C termasuk

bahan galian industri hanya di laksankan setelah mendapat izin

dari yang berwenang. Jenis-jenis SIPD adalah : Eksplorasi,

eksploitasi, SIPD pengelolaan/pemurnian, penjualan, dan

pengangkutan. SIPD dapat di berikan kepada : perusahaan

daerah, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, perorangan,

perusahaan dengan modal milik bersama antara negara/

BUMN dengan Pemda TK 1 dan atau Pemda TK II atau

perusahaan Daerah, perusahaan dengan modal bersama antara

BUMN dan atau Pemda TK I/II/Pd dengan koperasi, badan

hukum swasta dan peorangan.14

b) Persyaratan Permohonan Surat Izin Pertambangan Daerah

(SIPD).

1) Mengajukan permohonan tertulis kepada Gubernur dengan

melampirkan Rekomendasi dari Bupati/Walikota setempat

dimana penambangan akan di laksankan dan memberikan

peta lokasi Dimana penambangan akan di laksanakan;

14

Sukandarrumidi, Op. Cit, hlm 13.

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

44

2) Apabila persyaratan tersebut telah di penuhi, setelah

mempertimbangkan aspek-aspek tata guna tanah, hah-hak

atas tanah dan jaminan hukumnya di keluarkan izin prinsip

oleh Gubernur atau pejabat lain yang di tunjuk olehnya;

3) Oleh pemohon izin prinsip dan surat permohonan di

sampaikan kepada dinas pendapatan sekaligus membayar

iuran tetap dan iuran produksi sebesar 25% dari perkiraan

produksi setahun sebagai bayaran muka;

4) Berdasarkan bukti pembayaran dari Dinas pendapatan, oleh

pemohon di bawa kembali ke biro PPD untuk di teruskan ke

Gubernur sebagai bahan pertimbangan pengeluaran SIPD.

c) Prosedur Permohonan SIPD

1) Permohonan SIPD di ajukan kepada gubernur KDH tingkat

1wilayah pengusahaan pertambangan dalam bentuk SIPD

maksimal 5 hektar/SIPD;

2) SIPD dengan luas melebihi 25 hektar hanya dapat di

berikan oleh Gubernur tingkat 1. Setelah mendapatkan

persetujuan dari menteri pertambangan dan energi Direktur

DJPU,maksimal 1000 hektar untuk 1 jenis bahan galian;

3) Pemberian SIPD dengan luas maksimal 25.000 meter

persegi untuk pasir dan kerikil, 50.000 meter persegi untuk

batu gunung, koral, batu kali dan granit, 1.000 meter

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

45

persegi untuk tanah liat dapat di berikan oleh

bupati/walikota;

4) Masa berlakunya SIPD maksimal 10 tahun dan dapat di

perpanjang maksimal 2 kali dan setiap kali perpanjangan,

izin usaha berlaku untuk jangka waktu 3 tahun.

d) Tarif tetap SIPD bahan galian Golongan C

1) SIPD Eksplorasi Rp2.500,00 – 1 hektar/tahun

2) SIPD Eksplorsi Rp5.000,00 – 1 hektar/tahun. 15

Dalam proses kegiatan penggalian pasir tersebut Bapak Yusuf16

sebagai Kepala seksi Eksplorasi Dinas Pertambangan berpendapat bahwa

para penggali pasir yang ada di desa Tanah Putih tersebut secara

keseluruhan tidak terdaftar atau illegal, yang ada hanyalah sementara

diproses surat izin mereka. Akan tetapi ada dan tidak adanya izin, pada

saat mereka mendapatkan hasil dari galian pasir tersebut mereka harus

membayar pajak. Dan pajak tersebut di pungut berdasarkan banyaknya

pasir yang di angkut (per kubik). Namun bukan berarti sudah membayar

pajak itu sudah menjadi penambang resmi karena masih ada prosedur

yang harus di lakukan seperti yang di katakan oleh Ibu Farhan.

Saiful,17

berpendapat bahwa kegiatan pertambangan yang di

lakukan oleh masyarakat penambang tidak memiliki izin, tapi pada

dasarnya Dinas Pertambangan melakukan observasi di lokasi penggalian

pasir mereka tetap memungut pajak. Selain itu beliau mengatakan bahwa 15

Sukandarrumidi, ibid, hlm 13 dan 15. 16

Yusuf, Kepala seksi Eksplorasi, 2 Oktober 2013 17

Saiful, Pengusaha tambang pasir, wawancara, 11 november 2013

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

46

beliau telah mengurus Surat Izin Pertambangan dan telah mengeluarkan

biaya yang cukup besar, namun durasi untuk mengeluarkan Surat Izin

Pertambangan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama,

sedangkan kegiatan pertambangan tersebut sudah berlangsung. Hal yang

sama di utarakan oleh Mohamad Asmuni,18

bahwa pemberitahuan kepada

pihak pemerintah bahwa mereka telah melakukan kegiatan penggalian

pasir, akan tetapi pihak pemerintah tidak memberikan izin di karenakan

lokasi pertambangan yang tidak memungkinkan dalam hal ini lokasi

penggalian pasir tersebut rawan dengan bencana tanah longsor, ini di

buktikan dengan runtuhnya tanggul dan pemukiman di sekitar lokasi

penggalian pasir tersebut.

Dari hasil wawancara di atas peneliti mendapatkan kesimpulan

bahwa para penambang yang melakukan kegiatan penggalian pasir

berusaha untuk mengurus Surat Izin Pertambangan, tapi karena adanya

prosedur yang membutuhkan waktu lama sehingga para penambang

merasa bahwa dalam mengurus izin sangat sulit, sehingganya para

penambang tidak melanjut pengurusan izin tersebut, akan tetapi tanpa

adanya izin Dinas Pertambangan tetap memungut pajak kepada para

penambang. Itu berarti, tanpa di sadari mereka telah menyetujui kegiatan

penggalian pasir tersebut. Tidak adanya upaya preventif dan represif dari

instansi terkait dalam hal ini Dinas Pertambangan, berarti kegiatan

penggalian pasir tersebut mengalami masalah yang signifikan, karena

18

Mohammad Asmuni, penambang sekaligus supir pengangkut hasil galian pasir, wawancara, 11 november 2013

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

47

permasalahan tersebut di atur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun

2009 tentang Pertambangan. Dalam Undang-undang tersebut di jelaskan

sanksi administratif bagi para pelanggar yang di cantumkan dalam

Undang-undang Pertambangan19

yaitu:

Pasal 151 ayat (1)

” Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya berhak memberikan sanksi administratif kepada

pemegang IUP, IPR atau IUPK atas pelanggaran ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 40 ayat (3), Pasal 40 ayat (5), Pasal 41, Pasal 43,

Pasal 70, Pasal 71 ayat (1), Pasal 74 ayat (4), Pasal 74 ayat (6), Pasal 81

ayat (1), Pasal 93 ayat (3), Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98, Pasal

99, Pasal 100, Pasal 102, Pasal 103, Pasal 105 ayat (3), Pasal 105 ayat

(4), Pasal 107, Pasal 108 ayat (1), Pasal 110, Pasal 111 ayat (1), Pasal

112 ayat (1), Pasal 114 ayat (2), Pasal 115 ayat (2), Pasal 125 ayat (3),

Pasal 126 ayat (1), Pasal 128 ayat (1), Pasal 129 ayat (1), atau Pasal 130

ayat (2).”

ayat (2)

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau

operasi produksi; dan/atau

c. pencabutan IUP, IPR, atau IUPK.

Dan sanksi pidana yang di cantumkan pada Pasal 158 yaitu:

” Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP,

IPR atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3),

Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling

banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.

Penegakkan hukum terhadap tambang pasir di Kabupaten Bone

Bolango, di Kecamatan Botupingge, Desa Tanah Putih belum

mendapatkan aturan hukum yang lebih terfokus. Ini di karenakan

19

Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang pertambangan

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

48

banyaknya penambang illegal yang terus menambang tanpa ada teguran

ataupun sanksi dari pemerintah setempat. Tidak adanya upaya preventif

yang di lakukan oleh pihak pemerintah desa setempat secara optimal di

karenakan adanya faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan

kegiatan penggalian pasir tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti di

Dinas Pertambangan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

penggalian pasir di Desa Tanah Putih tersebut, antara lain:

Seperti yang di katakan oleh Meni S. Doda,20

penyebab masyarakat

melakukan pembajakan galian pasir adalah dimana keterlambatan

pelayanan dan birokrasinya terlalu panjang. Disini peneliti mendapatkan

satu analisis bahwa faktor kedua mereka melakukan pembajakan galian

pasir yaitu ketelambatan pelayanan, pada halnya para penggali pasir

tersebut sudah mengurus izin pertambangan.

Moh. Yusuf Komendangi21

berpendapat bahwa faktornya yaitu

sumber daya mineral yang melimpah, dan permintaan bahan mineral dan

batuan yang banyak.

Lain halnya yang di kemukakan oleh Sofyan Marali22

bahwa faktor

yang menyebabkan penggalian pasir tersebut antara lain tidak paham

tentang aturan.

Adapun hasil wawancara, peneliti mendapatkan responden dari

aparat desa Tanah Putih. Mereka mengatakan adapun faktor-faktor yang 20

Meni S. Doda, Ibid 21

Moh. Yusuf Komendang, Ibid 22

Sofyan Marali, Ibid

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

49

menyebabkan masyarakat melakukan pembajakan Galian pasir di desa

Tanah Putih antara lain:

Rahima Yusuf,23

mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan

masyarakat melakukuan pembajakan galian pasir yaitu seperti kurangnya

lapangan pekerjaan dan faktor utamanya yaitu faktor ekonomi (untuk

menafkahi keluarga).

Lily M. Salim,24

mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan

masyarakat melakukan pembajakan galian pasir yaitu minimnya kualitas

sumber daya manusia dan kurangnya kesadaran dari masyarakat.

Warda Sunati,25

berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan

masyarakat melakukan pembajakan galian pasir yaitu tidak adanya izin

dari pemerintah.

Selain wawancara dari aparat desa setempat, peneliti melakukan

wawancara terhadap beberapa penambang di sekitar desa Tanah Putih

yang melakukan kagiatan penggalian pasir.

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti mendapatkan beberapa

asumsi dari penambang antara lain:

Saiful26

berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan kegiatan

galian pasir yaitu sebagai sebagai bisnis kerja sama dengan Dinas

Pekerjaan Umum.

23

Rahima Yusuf, Kaur Umum, wawancara, 11 november 2013 24

Lily M. Saleh, Kepala Dusun, wawancara, 11 november 2013 25

Warda Sunati, Kadus lll, wawancara, 11 november 2013 26

saiful, ibid

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

50

Mohamad Aswin,27

berpendapat bahwa kegiatan penggalian pasir

dilakukan karena tuntutan hidup serta tidak adanya lapangan kerja.

Dari penjelasan di atas, peneliti menarik beberapa sampel bahwa

faktor-faktor terjadinya pembajakan galian C yaitu antara lain:

1) Faktor Ekonomi

Ekonomi merupakan faktor utama mereka melakukan

penggalian pasir secara illegal. Ini di karenakan kuarangnya

pendapatan dari masyaraka, sehingga mereka melakukan

penggalian pasir secara illegal untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari.

2) Karena pemerintah tidak menyediakan lapangan kerja

Tidak adanya lapangan kerja merupakan faktor kedua mereka

melakukan penggalian pasir secara illegal. Karena hal tersebut

otomatis masyarakat di sekitar menjadikan pasir sebagai mata

pencaharian mereka.

3) Minimnya kualitas sumber daya manusia

Minimnya kualitas sumber daya manusia adalah faktor

pendukung mereka melakukan penggalian pasir tersebut. Ini di

sebabkan oleh masyarakat di Desa Tanah Putih yang kurang

berpendidikan di karenakan faktor ekonomi yang melemah.

4) Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk melestarikan

lingkungan.

27

Mohamad Asmuni, ibid

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

51

Keterdesakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya,

menjadikan manusia semakin gencar melakukan pemanfaatan

(eksploitasi) yang berlebihan terhadap lingkungan. Kondisi

seperti ini terjadi di Kabupaten Bone Bolango di Kecamatan

Botupingge, Desa Tanah Putih merupakan desa yang paling

berpotensi yang kaya akan pasir dieksploitasi sumber daya

alamnya untuk diambil pasirnya. Pasir yang ada di Kecamatan

Botupingge Desa Tanah Putih dapat menarik banyak orang.

5) Tidak adanya izin dari pemerintah

Dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) “Bumi, air,

dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh Negara

dan di pergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

Aturan ini merupakan landasan utama untuk mereka yang

melakukan penggalian pasir secara illegal. Namun, karena tidak adanya

pemahaman masyarakat sehingga mereka tetap melakukan penggalian

pasir tersebut. Hal ini merupakan tugas utama dari pemerintah untuk

menerapkan aturan tersebut, akan tetapi karena kurang perhatian

pemerintah terhadap aset daerah sehingga masyarakat memanfaatkan aset

tersebut untuk kepentingan pribadi mereka.

Penegakan hukum lingkungan merupakan bagian terakhir dari

siklus pengaturan lingkungan (regulatory chain). Penegakan hukum

lingkungaan itu sendiri merupakan mata rantai terakhir dalam siklus

pengaturan, perencanaan kebijakan tentang lingkungan yang urutannya

sebagai berikut:

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

52

a. Perundang-undangan

b. Penentuan standar

c. Pemberian izin

d. Penerapan

e. Penegakan hukum

Apabila dalam praktiknya ternyata dalam mata rantai ada

kelemahan termasuk Perundang-undang dan peraturan pelaksanaannya.

Ternyata disini bahwa hukum lingkungan termasuk hukum modern,

sangat rumit, bersegi banyak, mulai dari hukum perdata terutama

mengenai perbuatan melanggar hukum (Pasal 1365 BW) dan hukum

kontrak, hukum tata negara tentang organisasi badan-badan negara dan

wewenang dalam menerapkan serta menegakan hukum lingkungan,

hukum administrasi negara terutama tentang perizinan dan

pengawasannya, hukum pidana dalam memaksakan di taatinya hukum

lingkungan itu, bahkan hukum pajak karena bagaimanapun juga

pelanggaran terhadap hukum lingkungan mempunyai segi atau motif

ekonomi, yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya dan biaya yang

seringan-ringannya, kalau perlu tidak mengeluarkan biaya untuk

pencegahan dan pencemaran.28

4.3 Dampak yang di timbulkan akibat pembajakan galian pasir di Desa

TanahPutih, Kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango

28

Andi Hamzah, Op. Cit, hlm 52-53

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

53

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.29

Lingkungan sebagai sumber daya merupakan aset yang dapat

diperlukan untuk mensejahterakan masyarakat. Hal ini sesuai dengan

perintah Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan

bahwa, bumi, air dan kekayaan alam terkandung di dalamnya di

pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dengan demikian, menurut Otto Soemarwoto30

, sumber daya

lingkungan mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas.

Selama eksploitasi atau permintaan pelayanan ada di bawah batas daya

regenerasi atau asimilasi, sumber daya terbarui itu dapat di gunakan

secara lestari.

Otto Soemarwoto 31

, mengatakan bahwa sumber daya lingkungan

milik umum sering dapat digunakan untuk bermacam peruntukan

mengurangi manfaat yang dapat di ambil dari peruntukan lain sumber

daya yang sama itu. Misalnya, air sungai dapat digunakan sekaligus

untuk melakukan proses produksi dalam pabrik, mengangkut limbah,

pelayanan sungai, produksi ikan, dan keperluan rumah tangga.

29

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 30

Otto Soemarwoto, dalam bukunya Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm 4. 31

Supriadi. Ibid, hlm 4.

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

54

Pada dasarnya semua usaha dan kegiatan lingkungan hidup, dari

perencanaan awal suatu usaha atau kegiatan pembangunan sudah harus

memuat perkiraan dampaknya yang penting terhadap lingkungan hidup,

baik fisik maupun non fisik, termasuk sosial budaya, guna di jadikan

pertimbangan apakah untuk rencana tersebut perlu di buat analisis

mengenai dampak lingkungan.32

Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan hasil studi

mengenai dampak suatu kegiatan yang di rencanakan terhadap

lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.33

Menurut Munn,34

pakar AMDAL dari kanada memberikan definisi

bahwa AMDAL adalah suatu kegiatan yang di lakukan untuk

mengidentifikasi, memprediksi, menginterpretasi dan

mengkomunikasikan pengaruh suatu rencana kegiatan itu pada

lingkungan.

Lingkungan mulai diubah agar sesuai dengan kebutuhan manusia.

Bahkan, pada saat ini akibat keterdesakan manusia untuk memenuhi

kebutuhannya, menjadikan manusia semakin gencar melakukan

pemanfaatan (eksploitasi) yang berlebihan terhadap lingkungan. Seperti

yang terjadi di Desa Tanah Putih, Kecamatan Botupingge, Kabupaten

Bone Bolango. Kegiatan ekploitasi dalam hal ini penggalian pasir yang di

32

Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan (dalam sistem kebijaksanaan pembangunan lingkungan hidup), Bandung, Refika Aditama, 2009, hlm 79. 33

Muhamad Erwin, ibid, hlm 44. 34

Munn, dalam bukunya N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan,Jakarta,Pancuran Alam Jakarta, 2009, hlm 190.

Page 23: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

55

lakukan oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan mereka

tanpa memikirkan dampak yang timbul dan menerpa mereka.

Penggalian pasir secara illegal merupakan suatu kegiatan yang

tidak dapat di benarkan secara institusi ataupun secara personal dalam

prakteknya haruslah mendapatkan suatu ganjaran ataupun hukuman yang

diharapkan dapat menanggulangi banyaknya kasus penggalian pasir

secara illegal tersebut. Hal itu di sebabkan kegiatan penggalian pasir

tersebut tidak memiliki izin dari pemerintah setempat.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh peneliti mengenai

dampak yang di timbulkan akibat pembajakan galian pasir di Desa

Tanah Putih, Kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango

Peneliti mendapatkan responden dari berbagai kalangan antara lain

dari Dinas Pertambangan itu sendiri, kemudian dari aparat desa dan

masyarakat penambang, yang sedang melakukan kegiatan penggalian

pasir tersebut. Namun dari hasil wawancara tersebut peneliti menemukan

beberapa pendapat yang bertolak belakang. khususnya dari masyarakat

penambang itu sendiri. Adapun pendapat tersebut antara lain:

Hasiru35

berpendapat sejak lama mereka melakukan penggalian

pasir dan sejak dibangunnya jembatan Talumolo Dua hingga sekarang

jembatan tersebut telah mengalami perubahan konstruksi bangunan

dalam hal ini mengalami turunnya ketinggian jembatan. Selain

mengalami penurunan ketinggian, kondisi dari jembatan talumolo dua

35

Hasiru, Penambang, Wawancara, 23 September 2013

Page 24: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

56

bisa di katakan telah mengalami beberapa kerusakan akibat dari para

penggali-penggali pasir tersebut seperti goyangnya jembatan pada saat di

lewati oleh mobil truk yang berkapasitas melebihi muatan.

Nino,36

berpendapat bahwa dampak yang di timbulkan dari galian

pasir tersebut seperti rusaknya lahan dan perkebunan dari masyarakat

sekitar dan runtuhnya tanggul yang ada di sekitar sungai, sedangkan

fungsi dari tanggul tersebut untuk menahan jika air sungai meluap yang

akan mengakibatkan banjir bandang.

Anto,37

berasumsi bahwa dampak yang di timbulkan akibat

penggalian tersebut yaitu turunnya ketinggian jembatan kurang lebih 8

cm serta goyangnya jembatan di bagian tengah ketika di lewati oleh truk.

Selain itu, surutnya air sungai dan terpecahnya daerah aliran sungai

menjadi beberapa bagian akibat tertimbun oleh tanah pada saat mereka

melakukan penggalian.

Dari hasil wawancara di atas, ada yang berpendapat bahwa mereka

melakukan penggalian justru mendapatkan dampak positif seperti yang di

katakan oleh :

Mohammad Asmuni,38

mengatakan bahwa dampak yang di

timbulkan dari galian pasir tersebut justru berdampak positif, seperti

terjadinya abrasi yaitu melebarnya sungai sehingga kemungkinan untuk

terjadinya banjir berkurang.

36

nino, Penambang, wawancara tanggal 11 november 2013 37

Anto, Ibid 38

mohamad asmuni, ibid

Page 25: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

57

Saipul39

mengatakan bahwa kegiatan penggalian pasir yang di

lakukan justru berdampak positif bagi pemerintah, ini di lihat dari fungsi

dari galian pasir tersebut, seperti menormalisasi dan menetralisir sungai.

Meskipun mereka mengeluarkan pendapat positif dan pendapat

negatif dalam hal akibat dari penggalian tersebut, hal tersebut tidak bisa

di pungkiri bahwa kegiatan yang mereka lakukan bertentangan dengan

aturan yang berlaku di daerahnya.

Setelah peneliti melakukan wawancara dari penambang, peneliti

kemudian melakukan wawancara ke aparat desa dan peneliti

mendapatkan beberapa responden antara lain:

Marni Aswin,40

berpendapat bahwa dampak yang di sebabkan oleh

kegiatan penggalian pasir yaitu terjadinya erosi.

Rahima Yusuf,41

mengatakan bahwa dampak yang di timbulkan

dari penggalian pasir tersebut berdampak pada masyarakat berupa tanah

longsor.

Warda Sunarti,42

mengatakan bahwa dampak yang di timbulkan

dari penggalian pasir yaitu sangat merugikan masyarakat desa Tanah

Putih, seperti rusaknya lahan perkebunan masyarakat.

Asna Rajak,43

mengatakan bahwa dampak yang di timbulkan dari

penggalian paisr yaitu akibat penggalian pasir yaitu terjadi terjadinya

erosi ketika hujan yang bisa menimbulkan banjir di sekitar lokasi

39

saipul, ibid 40

Marni aswin, Ibid 41

Rahima Yusuf, Ibid 42

Warda Sunarti, Ibid 43

Asna Rajak, Ibid

Page 26: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

58

penggalian pasir. Selain itu akibat dari penggalian pasir tersebut

menurunnya ekonomi masyarakat.

Selain melakukan wawancara dengan penambang dan aparat desa,

penelitipun melakukan wawancara dengan Dinas Pertambangan. Adapun

hasil wawancara tersebut antara lain:

Meni S, Doda,44

berpendapat bahwa sampai saat ini penggalian

pasir tersebut belum minimbulkan bencana karena masih sesuai dengan

standar kebutuhan. Namun resiko untuk terjadinya bencana sangat besar

jika kegiatan penggalian pasir tersebut tidak di berhentikan.

Sofyan Marali,45

berpendapat bahwa dampak yang di timbulkan

akibat pembajakan galian pasir tersebut yaitu terjadinya erosi dan

rusaknya ekosistem.

Ibrahim adam,46

berpendapat bahwa dampak dari penggalian pasir

tersebut yaitu terjadinya abrasi sungai akibat penggalian yang tidak

terkendali. Selain itu, kedalaman sungai makin bertambah akibat

penggalian pasir yang terus menerus terjadi dan akibat pengangkutan

material.

Mohamad Yusuf Komendangi,47

berpendapat bahwa dampak dari

penggalian pasir tersebut yaitu rusaknya sungai Bone. Seperti kita

ketahui bahwa sungai bone merupakan salah satu aset daerah. Selain

44

Meni S Doda, ibid 45

Sofyan marali, KASUBAG UMUM dan kepegawaian, wawancara, 10 september 2013 46

Ibrahim Adam, Staf Pertambangan, wawancara 10 september 2013 47

Moh. Yusuf Komendangi, kepala seksi eksplorasi, wawancara 10 september 2013

Page 27: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

59

terjadinya kerusakan sungai akibat dari penggalian pasir tersebut daerah

aliran sungai yang terpecah yang memungkinkan terjadinya banjir.

Adapun pendapat dari pihak kepolisian Reskrim Polres Bone

Bolango yaitu Yahya Boudeso berpendapat penggalian pasir yang di

lakukan secara ilegal tersebut semakin memprihatinkan di karenakan hal

tersebut berakibat seperti adanya pengikisan oleh air di sepanjang

bantaran sungai Bone dan hal ini harus di antisipasi oleh semuua unsur

terkait baik pemerintah daerah, pengusaha di bidang pertambangan, serta

sosialisasi dan para pihak penegak hukum itu sendiri.48

Dari hasil wawancara di atas, peneliti bisa menarik kesimpulan

beberapa pendapat dari penambang yang sangat bertolak belakang

tersebut. Di sisi lain adanya pro dan kontra dari para penambang. Ini di

karenakan cara mereka dalam melakukan penggalian. Penambang yang

mengeluarkan pendapat positif karena mereka dalam melakukan

penggalian menggunakan mesin sedot sedangkan penambang yang

mengeluarkan asumsi yang bersifat negatif karena mereka melakukan

penggalian secara manual yaitu dengan menggunakan sekop dan perahu.

Adapun hasil wawancara tersebut, peneliti menarik kesimpulan

dari beberapa sampel wawancara yaitu dari Dinas Pertambangan, aparat

desa Tanah Putih dan masyarakat penambang. Kegiatan penggalian pasir

tersebut menghasilkan dampak positif dan dampak negatif.

Dampak negatif tersebut antara lain:

48

Yahya Boudeso, Kanit Reskrim Perlindungan Perempuan dan Anak, wawancara, 19 Desember 2013

Page 28: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

60

1. Rusaknya lahan perkebunan dari masyarakat sekitar

Kerusakan lahan perkebunan merupakan dampak negatif akibat

penggalian pasir tersebut. Hal ini di karenakan lahan perkebunan

adalah salah satu mata pencaharian dari masyarakat desa Tanah

Putih.

2. Runtuhnya tanggul yang ada di sekitar sungai.

Tanggul yang didirikan di sekitar sungai Bone memiliki manfaat

untuk menahan luapan air sungai jika kondisi sungai mengalami

pasang

3. Berubahnya konstruksi bangunan jembatan Talumolo Dua

Konstruksi bangunan jembatan Talumolo Dua telah mengalami

penurunan, dalam hal ini mengalami turunnya ketinggian

jembatan serta goyangnya jembatan di bagian tengah ketika di

lewati oleh truk. Seperti yang kita ketahui, jembatan Talumolo

Dua tersebut merupakan sarana yang menghubungkan antara

kedua daerah yang terpisah karena adanya sungai. Jadi jika

kegiatan penggalian pasir tersebut di di atasi dan di perhatikan

oleh pemerintah, maka ke depannya nanti jembatan tersebut

akan runtuh akibat penggalian pasir yang tidak terkendali.

4. Surutnya air sungai

Kita ketahui bersama bahwa sungai Bone merupakan sungai

terbesar dan terkenal di Provinsi Gorontalo, seperti yang di

jelaskan dalam bait lagu daerah Gorontalo “Bone dutula liyo”.

Page 29: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

61

Tapi lagu daerah tersebut hanyalah sebuah lagu yang selalu di

kenang, hal ini di karenakan kondisi air sungai yang sudah tidak

sesuai dengan keadaan seperti semula akibat dari ulah

masyarakat setempat yang tidak menjaga kelestarian sungai

Bone yang merupakan salah satu aset daerah dan objek vital dari

daerah Gorontalo.

5. Pecahnya daerah aliran sungai menjadi beberapa bagian

Akibat kegiatan penggalian pasir yang tidak terkendali yang

terjadi di Desa Tanah Putih, Kecamatan Botupingge, Kabupaten

Bone Bolango yaitu berubah kondisi aliran sungai Bone menjadi

beberapa bagian. Pecahnya aliran sungai bisa mengakibatkan

terjadinya kerusakan sungai tersebut karena bisa saja aliran air

tersumbat akibat tidak bertemunya air yang tersumbat dengan

aliran air yang mengalir.

6. Terjadinya erosi

Erosi merupakan dampak utama yang bisa berakibat pada

masyarakat setempat dan bisa mengakibatkan bencana bagi para

penambang tersebut.

7. Menurunnya ekonomi masyarakat.

Dampak negatif dari penggalian pasir secara ilagal yaitu

menurunnya ekonomi masyarakat karena kegiatan penggalian

pasir tersebut bisa mengakibatkan bencana besar untuk para

Page 30: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

62

masyarakat sekitar galian dan karena adanya bencana maka roda

perekonomian daerah bisa terhambat.

Selain dampak negatif adapun dampak positif yang di temukan dari

hasil penelitian tentang kegiatan penggalian pasir tersebut. Adapun yang

menjadi dampak positif antara lain:

1. Terjadinya abrasi

Abrasi yaitu melebarnya sungai sehingga kemungkinan untuk

terjadinya banjir berkurang. Sungai yang kecil dan meluap bisa

mengakibatkan banjir karena sungai tidak bisa menampung

volume air jika terjadi peluapan. Sehingga masyarakat sekitar

melakukan penggalian pasir agar kondisi sungai tetap stabil.

2. Menormalisasi dan menetralisir sungai.

Kegiatan penggalian pasir mendapatkan dampak positif bagi

pemerintah dan masyarakat. Ini di karenakan normalnya kondisi

sungai dan netralnya aliran sungai. Sehingga terjadinya

pencemaran air bisa terselamatkan.

Adapun penjelasan di atas maka penulis menarik kesimpulan

bahwa kegiatan penggalian pasir tersebut memiliki dampak positif dan

dampak negatif. Dampak positif kegiatan penambangan antara lain,

meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan roda perekonomian

Kabupaten Bone Bolango dan menambahkan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Bone Bolango itu sendiri. Namun demikian, kegiatan

pertambangan yang tidak berwawasan lingkungan atau tidak

Page 31: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

63

mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan, serta

tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan.

Dampak negatif tersebut antara lain, terjadinya gerakan tanah yang

dapat menelan korban baik harta benda maupun nyawa, hilangnya daerah

resapan air di daerah perbukitan, rusaknya bentang alam, pelumpuran ke

dalam sungai yang dampaknya bisa sampai ke hilir, meningkatkan

intensitas erosi di daerah perbukitan, jalan-jalan yang dilalui kendaraan

pengangkut bahan tambang menjadi rusak, mengganggu kondisi air

tanah, terjadinya kubangan-kubangan besar yang terisi air, terutama bila

penggalian di daerah pedataran, banjir bandang, dan polusi udara yang

diakibatkan oleh debu-debu yang muncul dari tempat pertambangan.

Selain merusak lingkungan, juga memengaruhi kehidupan sosial

penduduk di sekitar lokasi penambangan.

Dari hasil di atas, maka peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa

kegiatan penggalian pasir sebaiknya di lakukan sesuai prosedur dalam hal

ini Dinas Pertambang. Jika di lakukan sedemikian rupa, maka akan ada

keuntungan bagi pihak pemerintah untuk membangun daerah dan lebih

khususnya untuk masyarakat daerah itu sendiri. Oleh karena itu, sektor

pertambangan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan

penting dalam menunjang pembangunan. Kegiatan pertambangan itu

sendiri meliput eksplorasi, eksploitasi, pengolahan atau pemurnian, dan

pengangkutan mineral atau bahan tambang. Kegiatan penambangan di

Page 32: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 1.1.1 …eprints.ung.ac.id/906/10/2013-2-74201-271409173-bab4... · Keuangan HELTY S. ABAY, SE Nip ... adanya laporan dari masyarakat yang di duga

64

Kecamatan Botupingge dipastikan akan menimbulkan dampak terhadap

lingkungan, baik bersifat positif maupun negatif.