BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56641/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56641/3/BAB II.pdf ·...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan sebagai dasar dari penelitian yang dilakukan.
Penelitian terdahulu memiliki fungsi sebagai perbandingan dalam komoditi yang
diteliti, variabel, dan metode analisis. Adapun beberapa penelitian terdahulu
dijelaskan pada bagian berikut.
Heru Santoso et al (2010) meneliti tentang kinerja karyawan agroindustri tempe
dan keripik tempe berdasarkan tingkat keuntungan, efisiensi usaha dan nilai
tambah. Penelitian menganalisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang dihadapi agroindustri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
analisis keuntungan didapatkan agroindustri tempe dan keripik tempe memiliki
tingkat keuntungan yang tidak berbeda nyata. Strategi yang dapat digunakan seperti
mempertahankan kualitas, efisiensi proses produksi, dan diversifikasi produk.
Perbedaan anatara penelitian yang dilakukan saat ini adalah terdapat pada teori yang
menggunakan teori pengembangan sedangkan penelitian sekarang menggunakan
teori pemasaran.
Selang (2013) meneliti tentang kondisi pasar, menganalisis tentang bauran
pemasaran antaranya adalah produk, harga, promosi, distribusi, yang di dalamnya
akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran dan semua itu ditunjukan untuk
mendapatkan respon yang diinginkan dari pasar sasaran. Adapun beberapa yang
menjadi variabel terbagi menjadi dua bagian yaitu variabel X dan variebal Y,
dimana variabel X terdiri atas variabel bebas, strategi bauran pemasaran, produk,
harga, tempat, promosi, dan varibel Y yaitu loyalitas konsumen, pengujian validitas
9
reliabilita dan metode analisis. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen dan promosi. Mengingat
promosi dan tempat memiliki pengaruh terhadap promosi dan pengelolaan tempat
dalam perencanaan pemasaran perusahaan. Adapun perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan ialah menganalisis tentang bauran pemasaran (marketing mix)
sedangkan penelitian yang akan dilakukan akan meneliti tentang strategi pemasaran
yang baik untuk digunakan dalam suatu industri.
Galuh Dian Paramita Wijaya et al (2014) meneliti bauran pemasaran
terhadap keputusan pembelian konsumen produk buah Apel Malang Di Giant
Olimpic Garden (MOG). Penelitian menganalisis bauran pemasaran, strategi
pemasaran sehingga dapat ditentukan dengan menggunakan analisis Analitycal
Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan analisis variabel bauran
pemasaran yang paling berpengaruh adalah price (X2) dengan nilai koefisien beta
0,287. Secara keseluruhan variabel pemasaran Product, Price, Place, Promotion,
People, Physical Evident, dan Process bengaruh secara signifikan terhadap
keputusan pembelian konsumen terhadap apel Malang di Giant MOG. Perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan sekarang ialah menganggunakan analisis AHP,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan tambahan analisis
SWOT.
July Prasetyo Irawan & Mustaniroh, (2017) meneliti resiko UKM keripik
tempe. Hasil penelitian menunjukkan risiko tertinggi yaitu harga bahan baku
kedelai yang berfluktuasi, hasil produk keripik tempe yang kurang baik dan
beragam, serta permintaan keripik tempe tidak pasti. Adapun resiko pada bahan
10
baku (harga bahan baku kedelai fluktuatif), proses produksi permintaan
(permintaan keripik tempe yang fluktuatif). Pada variabel proses produksi terdapat
resiko kerusakan mesin dan peralatan, hasil produk keripik tempe yang tidak baik,
kebersihan dan ketidak nyamanan lingkungan kerja pada variabel permintaan
terdapat resiko permintaan keripik tempe yang tidak pasti, keterlambatan
pengiriman keripik tempe, retur penjualan keripik tempe, para pesaing produk
keripik tempe, dan pembataan pemesanan produk keripik tempe. Adapun perbedaan
penelitian yang akan dilakukan ialah meneliti tentang resiko dalam proses produksi
sedangkan penelitian yang akan di lakukan ialah meneliti tentang strategi
pemasaran yang akan digunakan dalam industri keripik tempe yang ada di
Kelurahan Purwantoro.
Yusriansyah (2013) meneliti karakteristik pengusaha industri keripik tempe.
Penelitian menganalisis tentang 1) Karakteristik pengusaha industri keripik tempe
di Kota Malang. 2) Keripik tempe menjadi produk unggulan di Kota Malang. 3)
Produktivitas industri keripik tempe di Kota Malang tergolong tinggi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pengusaha industri keripik tempe di
Kota Malang berdasarkan data yang diperoleh menyatakan pemilik industri rumah
tangga mempunyai tenaga kerja rata-rata 4 orang dinyatakan 3 pemilik industri,
maka tergolong industri rumah tangga. Adaapun perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan yaitu terdapat keterkaitan antara besar pendapatan bersih per bulan
dengan omset tahunan yang dihasilkan, modal awal, dan biaya operasional yang
dikeluarkan dalam proses produksi, sedangkan penelitian yang akan dilakukan akan
11
meneiti tentang strategi pemasaran yang akan di terapkan di industri keripik rempe
agar lebih baik.
Nur Meganingsih (2015) meneliti analisis agroindustri keripik tempe,
penelitian menganalisis biaya dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Proses pengolahan keripik tempe melalui tahapan pembuatan tempe dengan
bahan baku kedelai. Agroindustri keripik tempe efisien dimana efisien usaha atau
RCR lebih besar dari 1 yaitu 1,31, Nilai tambah pengusaha sebesar Rp.17.809,49
per kg tempe yang diolah menjadi keripik tempe. Keuntungan yang diperoleh
pengusaha 1 adalah sebesar Rp.13.523,77 per kg keripik tempe. Adapun perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan ialah menganalisis dengan meggunakan
rumus biaya total penerimaan dan keuntungan sedangkan penelitian yang akan
dilakukan ialah menganalisis menggunakan rumus AHP yaitu CI=(ƛmaks-n)/(n-1)
yang dimana merupakan salah satu analisi yang dapat mengukur dan mengetahui
serta menentukan strategi yang baik.
Sari & Maharani (2015) Meneliti tentang aspek kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman yang dihadapi pemasaran agroindustri keripik tempe dua
putri dan merumuskan strategi pemasaran dengan menggunakan analisis
SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang dihadapi dalam
pemasaran agroindustri keripik tempe Dua Putri adalah Kekuatan: memilih label
dan produk bermerek, pengusaha memiliki pengalaman panjang, produk ini cukup
menarik untuk semua orang, dan produk tidak menggunakan bahan terlarang atau
pengawet. Adapun beberapa kelemahan ialah mudah rusak dan hancur, kemasan
menggunakan pembungkusan sederhana, pemasaran produk belum keluar indragiri
12
hulu, dan promosi masih terbatas. Faktor eksternal meliputi: Peluang: produk yang
sudah terkenal, produk yang dapat bersaing dengan produk, sejenis, pasar masih
terbuka lebar, pameran dan promosi peluang. Ancaman; Banyak pesaing dari
produk sejenis, permintaan pasar berfluktuasi, dan keterbatasan informasi pasar
strategi pemasaran keripik tempe.
Ninik Wahyuningsih & Wike Agustin (2014) Meneliti strategi pemasaran
serta faktor dan subfaktor yang menjadi perioritas dalam penyusunan strategi
pemasaran. Menganalisis bauran pemasaran yang menjadi prioritas dalam
penyusunan strategi bauran pemasaran minuman kopi pada Coffee Story secara
berturut-turut adalah promosi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor
bauran pemasaran yang menjadi prioritas utama dalam penyusunan strategi
pemasaran minuman kopi pada Coffee Story adalah promosi, tempat, produk, harga
dengan bobot 0.4, 0.3, 0.17, 0.13 secara berurutan. Adapun perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilakukan ialah, meneliti tentang kopi sedangkan
penelitian yang akan di lakukan ialah meneliti tentang srtategi pemasaran keripik
tempe.
2.2 Tinjauan Agribisnis Pemasaran Keripik Tempe
2.2.1 Keripik Tempe
Keripik tempe merupakan makanan ringan yang berbahan dasar kacang-
kacangan yaitu dari kedelai, makanan ringan ini banyak disukai kalangan
masyarakat, baik itu dari kalangan usia mudah hingga ke kalangan dewasa. Keripik
tempe ini merupakan oleh-oleh khas dari daerah Sanan Kecamatan Blimbing Kota
Malang, yang di produksi oleh beberapa produsen UMKM yang ada di Kota
13
Malang dan biasanya di jadikan sajian ketika ada acara maupun sebagai hidangan
di ruang tamu. Keripik tempe sangat praktis untuk dibawa kemana-mana, gizi yang
tinggi, dan juga mengandung banyak vitamin dan protein serta harga relative
terjangkau oleh kalangan masyarakat. Adanya produksi keripik tempe maka dapat
menunjang berkembangnya kegiatan di sektor dan industri bisnis pusat oleh oleh
makanan yang salah satu produk unggulanya yaitu “keripik tempe khas Kota
Malang”. Penurunan pada industri keripik tempe, akibat melambungnya harga
kedelai yang menghambat pasokan bahan baku menjadi menurun dan menyebabkan
produksi juga menjadi menurun, di tahun 2010 menurun menjadi 65 industri keripik
tempe “(Kanwil Disperindag, 2010).
2.2.2 Usaha Mikro
Berikut ini terdapat dalam Undang-Undang yang membahas tentang Usaha
Mikro ialah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
14
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari
Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta,
usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di
Indonesia.
5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha
Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di
Indonesia.
2.2.3 Unsur –unsur Strategi pemasaran
Menurut Rangkuti. (2003). Unsur strategi persaingan dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Segmentasi pasar, adalah tingktan mengidentifikasikan dan membentuk
kelompok pembeli atau kosumen secara terpisah. Masing-masing segmen
konsumen ini memiliki karateristik, kebutuhan produk dan bauran pemasaran
tersendiri.
2. Targeting, adalah penetapan suatu tidakan memilih satu atau lebih segmen pasar
yang akan dimasukin
15
3. Positioning adalah penetapan posisi. Tujuan positioning ini adalah untuk
membangun dan mengomnikasikan keunggulan bersaing produk yang ada
dipasar ke dalam benak konsumen.
2.2.4 Strategi Pemasaran
Menurut Wibowo et al., (2015) Strategi pemasaran adalah salah satu cara
memenangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan baik itu untuk
perusahaan yang memproduksi barang atau jasa. Strategi pemasaran dapat
dipandang sebagai salah satu dasar yang dipakai dalam menyusun perencanaan
perusahaan secara menyeluruh. Dipandang dari luasnya permasalahan yang ada
dalam perusahaan, maka diperlukan adanya perencanaan yang menyeluruh untuk
dijadikan pedoman bagi segmen perusahaan dalam menjalankan kegiatannya,
alasan lain yang menunjukkan pentingnya strategi pemasaran adalah semakin
kerasnya persaingan perusahaan pada umumnya.
Menurut Priangi, (2013) Strategi pemasaran adalah suatu cara untuk dapat
melakukan proses pengambilan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan biaya
pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan
lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan yang ditetapkan dalam suatu
proses untuk dapat memperoleh keuntungan tertentu sesuai dengan visi dan misi
dalam suatu perusahaan tertentu yang diselenggarakan dengan berbagai tahapan-
tahapan demi mencapai tujuan perusahaan. Adapun dalam strategi pemasaran,
terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada
strategi pemasaran yaitu:
16
1. Daur hidup produk
Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap daur hidup, yaitu tahap
perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan dan tahap kemunduran.
2. Posisi persaingan perusahaan di pasar
Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan posisi perusahaan dalam
persaingan, apakah memimpin, menantang, mengikuti atau hanya mengambil
sebagian kecil dari pasar baik dari pasar tradisional maupun pasar modern yang
telah di terapkan.
3. Situasi ekonomi
Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan situasi ekonomi dan pandangan
kedepan agar keadaan ekonomi dapat seimbang, apakah ekonomi berada dalam
situasi makmur atau inflasi tinggi.
2.2.5 Perumusan Stretegi Pemasaran
Merumuskan strategi pemasaran berarti melaksanakan prosedur tiga langkah
secara sistematis bermula dari strategi segmentasi pasar, strategi penentuan pasar
sasaran, dan strategi penentuan posisi pasar. Ketiga strategi tersebut adalah kunci
di dalam manajemen pemasaran (Wibowo et al., 2015:61).
1. Strategi Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar ke dalam kelompok pembeli
yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan konsumen dalam memenuhi kebutuhan
dan keinginanya, karakteristik, ataupun perilaku yang dapat membutuhkan bauran
produk dan bauran pemasaran tersendiri.
17
2. Strategi Penentuan Pasar Sasaran
yaitu pemilihan besar atau luasnya segmen sesuai dengan kemampuan suatu
perusahaan untuk memasuki segmen tersebut.
3. Strategi Penentuan Posisi Pasar
Penentuan posisi pasar (positioning) adalah strategi untuk merebut posisi
dibenak konsumen, sehingga strategi ini menyangkut bagaimana membangun
kepercayaan, keyakinan, dan kompetensi bagi pelanggan.
2.2.6 Analisis AHP (Analytical Hierarchy Process)
Proses Hirarki Analitik (PHA) atau yang biasa dikenal Analitycal Hierarchy
process (AHP) merupakan teknik yang dikelompokkan oleh Dr. Thomas L. Saaty,
pada awal tahun 1991. PHA telah banyak digunakan oleh para pengambil keputusan
untuk membantu memecahkan masalah yang kompleks dan telah teruji efektif
dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam suatu pengambilan
keputusan. Metode PHA ditunjukan untuk memodalkan problema-problema tidak
terstruktur, baik dalam bidang ekonomi, social, maupun sains manajemen.
Teuku Afriliansyah, (2018) analisis AHP merupakan suatu model
pendukung keputusan. AHP memerlukan pemilihan nilai alternatif dalam
perbandingan berpasangan karena dapat memiliki sifat ketidakpastian serta harus
dipertimbangkan kembali agar terdapat banyak penilaian dan perbandingan
pasangan. AHP merupakan sebuah metode pengambilan keputusan yang digunakan
sebagai alternatif yang diperoleh berdasarkan kriteria tertentu. Metode AHP banyak
digunakan pada saat mengambil keputusan agar dapat menyelesaikan masalah –
18
masalah dalam hal perencanaan, menentukan alternatif, menyusun prioritas,
pemilihan kebijakan, penentuan kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil,
perencanaan sistem, pengukuran performance, optimasi dan pemecahan suatu
konflik tertentu.
Menurut Saaty (1991), secara khusus metode AHP dapat digunakan untuk
persoalan keputusan seperti:
1. Menetapkan prioritas
2. Menghasilkan seperangkat alternatif
3. Memilih alternatif kebijakan yang terbaik
4. Menetapkan berbagai persyaratan
5. Mengaplikasikan sumber daya
6. Meramalkan hasil dan menaksir resiko
7. Mengukur prestasi
8. Merancang sistem
9. Menjamin kemantapan sistem
10. Mengoptimumkan
11. Merencanakan
12. Memecahkan konflik
Tiga prinsip dasar proses AHP (Saaty,1991) adalah:
1. Menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, yang disebut dasar
menyusun secara hirarki, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-
unsur terpisah.
19
2. Perbedaan prioritas dan sintesis, yang kita sebut penetapan priorias, yaitu
menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatife penting.
3. Konsistensi silogis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan
secara logis dan konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
Langkah – langkah dalam metode Analitical Hierarcy Process adalah sebagai
berikut:
1. Menentukkan jenis-jenis kriteria yang digunakan.
2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.
3. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif.
4. Jumlahkan hasil bagi tersebut dengan banyaknya elemen yang digunakan.
5. Selanjutnya hitung consistency index (CI) menggunakan rumus CI = (λmaks
- n) / (n-1)
6. Menentukkan nilai lamda max (eigen value) dengan rumus:
ƛ Max = ∑𝑎
n
7.Menghitung Konsistensi index (Ci)
Perhitungan konsistensi adalah menghitung penyimpanan dari konsistensi
nilai, dari penyimpanna ini disebut Indeks Konsistensi dengan persamaan:
CI = ƛmax-n
n-1
dimana: ƛmax = eigen value maksimum
n = ukuran matriks
20
Tabel 2. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Intensitas
Kepentingan
Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang dstu sedikit lebih penting dari pada elemen yang
lainnya
5 Lemen yang datu lbih penting dari paa elemen yang lainya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainya
9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan nilai yang berdekatan
Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapatkan satu anka disbanding
dengan aktivitas j. maka mempunyai nilai kebalikanya
disbanding dengan i.
Indeks konsistensi (CI): matriks random dengan skala penilaian 9 (1 sampai
9) beserta kebalikanya sebagai Indeks Random (RI). Berdasarkan perhitungan
Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika “judgement” numerik diambil secara
acak dari skala 1/9, 1/8, 1, 2 …, 9, akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk
matriks dengan ukuran yang berbeda pada tabel 3.
Tabel 3. Nilai Indeks Random (RI)
N 1 2 3 4 5 6 7
RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32
8 9 10 11 12 13 14 15
1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59
Perbandingan antara CI dan RI untuk satu matriks didefinisikan sebagai rasio
konsistensi, CR= CI/RI
Beberapa penyusunan AHP pada bagian Hirarki sebagai berikut:
1. Penyederhanaan masalah ke dalam bagian-bagian yang menjadi elemen -
elemen pokok
21
2. Penentuan kriteria-kriteria yang relevan dari setiap elemen pokok, hingga
identifikasi beberapa aternatif keputusan
3. Tidak ada batasan tentang jumlah tingkat dalam hirarki
4. Hirarki harus bersifat fleksibel (dapat diubah) untuk menampung adanya
kriteria yang baru ditemukan.
Menurut Saaty (1991), keuntungan penggunaan metode AHP antara lain:
1. Kesatuan, AHP bekerja pada model tunggal berupa hirarki dari suatu proses
pemilihan alternatife terbaik yang bersifat mudah di mengerti dan luas untuk
aneka ragam persoalan.
2. Penyusunan hirarki, AHP mempresentasikan permasalahan kompleks ke
dalam model hirarki yang logis dan sederhana. Hal ini mencerminkan
kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu
sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang
serupa ke dalam setiap tingkat.
3. Kompleksitas, AHP memadukan analisis secara bagian-bagian (rancangan
deduktif) dan rancangan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
4. Saling ketergantungan, AHP dapat menangani saling ketergantungan
elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran yang
rumit atau sulit untuk dapat dimengerti.
5. Konsistensi, AHP dapat melacak konsistensi logis dari pemberian atau
penetapan berbagai priotitas dari setiap kriteria ataupun alternative.
6. Sintesis, AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
setiap alternative.
22
7. Pengukuran, AHP memberikan suatu skala pengukuran yang bersifat
fleksibel, yaitu melakukan pembandingan kriteria dari berbagai alternative
skala prioritas.
8. Pengulangan proses, AHP memungkinkan kita dapat memperluas definisi
dari suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian
melakukan pengulangan.
9. Tawar-menawar, AHP mempertimbangkan prioritas relative dari berbagai
elemen-elemen dari sistem dan memungkinkan orang untuk memilih
alternative terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
10. Penilaian dan consensus, AHP tidak memaksakan sensus tetapi mensintesis
suatu hasil yang representative dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
Berikut ini Kelebihan dari penggunaan metode AHP yaitu:
1. Jika Rasio Indeks (RI) lebih besar dari 0,1, maka mutu informasi harus
diperbaiki dengan revisi penggunaan pertanyaan maupun melakukan
pengisian ulang kuesioner. Jika tindakan ini gagal memperbaiki konsisitensi,
ada kemungkinan persoalan ini tidak terstruktur secara tepat.
2. Responden adalah orang-orang yang harus menikuti, menguasai, dan
mempengaruhi pengambilan kebijakan atau mengetahui informasi yang
dibutuhkan.
AHP memiliki beberapa kekurangan, ialah sebagai berikut:
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini
berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan
23
subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti
jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian
secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari
kebenaran model yang terbentuk.
2.2.7 Diagram Analisis AHP
Diagram Analisis AHP (Analytical Hierarchy Process) merupakan diagram
yang disusun secara vertical ke bawah dengan tujuan untuk mengurutkan tahapan-
tahapan demi mencapai diagram alir yang akan berakhir dengan analisis.
2.2.8 Prinsip kerja AHP
Prinsip kerja AHP penyerhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak
terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagianya, srta menata suatu
hierarki.
Ide dasar prinsip kerja AHP sebagai berikut:
1. Penyusunan hierarki persoalan diuraikan menajdi unsur-unsur yang
memiliki kriteria dan alternative yang kemusia disusun menjadi sebuah
diagram mempresentasikan keputusan memilih dengan menggunakan
metode AHP.
2. Penilaian kriteria dan alternative dinilai melalui perbandingan berpasangan,
kriteria tersebut menggunakan skala.
24
3. Penentuan prioritas, setiap kriteria dan alternative perlu dilakukan
perbandingan berpasangan yang akan diolah untuk menentukan peringkat
relatife dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif dan kuantitatif akan
dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan berdasarkan
bobot dan prioritas.
4. Konsistensi logis, semua elemen dikelompokkan secara logis dan
diperingkatkan secara konsisten sesuai kriteria yang logis
2.2.9 Kerangka pemikiran
Usaha kecil dan menengah keripik tempe banyak dilakukan di Kecamatan
Blimbing Kota Malang. Permintaan pasar sangat berkembang pesat. Semakin
berkembangnya permintaan pasar, semakin pesat pula pesaing yang memproduksi
keripik tempe. Dalam bersaing di pasarkan perlu adanya strategi, selain strategi
diperlukan juga pengamatan dari dalam lingkungan usaha atau dari luar lingkungan
usaha. Usaha tetap berkembang dan tidak mengalami kemunduran atau
kebangkrutan. Oleh karena itu kerangka pemikiran ini dibuat untuk menyusun
konsep dan alur berfikir dalam melakukan sebuah penelitian dengan sistematis.
Berdasarkan uraian latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, serta teori-
teori yang mendukung, didapat kerangka pemikiran sebagai berikut.
25
Teori penting:
1. Strategi merupakan kegiatan manusia yang diarahkan untuk
memuaskan keinginan manusia melalui proses pertukaran. (Philip
Kotler, 2013)
2. Strategi pemasaran berisikan tahapan proses pemasaran yang akan
dilakukan untuk mencapai keuntungan. Proses ini dimulai dengan
analisis pasar. Analisis peluang pasar merupakan gambaran dan
perkiraan atas ukuran dan potensi penjualan suatu segmen pasar yang
menarik bagi perusahaan dan penilaian tentang para pesaing utama
disegmen-segmen tersebut (Eliza dan Maharani, 2005).
3. AHP merupakan suatu metode yang digunakan dalam proses
pengambilan keputusan pada suatu permsalahan yang kompleks dan
tidak tersedianya data atau informasi yang cukup dan akurat (Thomas
L. Saaty, 1970).
Penelitian terdahulu:
Strategi pemasaran:
1. Sari & Maharani (2015) atribut produk, pemberian
merk, pengemasan, pemberian label dan jasa
pendukung produk.
2. Santoso et al (2010) metode Slovin
3. Selang (2013) produk, harga, tempat dan promosi.
4. Paramita W et al, (2014) bauran pemasaran
AHP:
1. Wahyuningsih & Agustin (2014) produk, harga
tempat dan promosi.
2. Ngatawi & Setyaningsih (2011) Criteria Decision
Making (MDM)/Analytic Hierarchy Process
3. Paramita et al, (2014) variabel pemasaran, produk,
harga, promosi, tempat proses.
Biaya Keuntungan
Strategi Pemasaran
Nilai penjualan
Analytical hierarchy process
Goal
Kriteria
Alternatif
Kios Sendiri Konsinyasi
Bagan 1. Kerangka pemikiran penelitian