BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/2498/7/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/2498/7/BAB II.pdf ·...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti dalam
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Dedy A. Suhardi (2007) membuktikan bahwa pergerakan harga saham
sektor properti dipengaruhi paling dominan oleh beta saham, diikuti oleh suku
bunga, dan profitabilitas. Beta saham dan profitabilitas berpengaruh negatif.
Pengaruh profitabilitas dan suku bunga terhadap harga saham tergantung masing-
masing korelasinya degan beta saham. Semakin besar korelasinya dengan beta
saham akan semakin besar pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham.
Penelitian ini membuktikan bahwa faktor beta saham besar pengaruhnya terhadap
harga saham. Faktor beta saham berperan sebagai faktor perantara (intervening
variable), dan secara empiris beta saham tidak lain adalah cermin perilaku/strategi
investor.
Violeta et al. (2007) meneliti tentang pengaruh MC, EPS, PER, PBR,
PSR, dan analisis teknikal dan pengaruhnya terhadap harga saham. Secara
simultan, semua variabel berpengaruh terhadap harga saham. Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis rasio dan analisis trend.
Zulkifli Harahap dan Agusni Prasaribu (2007) meneliti tentang pengaruh
faktor fundamental (ROA, DER, dBVS), dan risiko sistematik terhadap harga
saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara simultan
12
atau parsial. Secara simultan semua faktor fundamental dan risiko sistematik
berpengaruh terhadap harga saham. Namun, secara parsial BVS dan beta saham
yang hanya berpengaruh terhadap pembentukan harga saham.
Indra Zubaidi (2006) menyatakan bahwa DER, ROE, EPS, PER, dan
OPM berpengaruh terhadap risiko sistematik beta. Hal ini terjadi karena banyak
perusahaan yang memiliki tingkat DER yang tinggi sementara tingkat ROE nya
rendah.
Endang Etty (2002) menyatakan bahwa menilai kinerja perusahaan
asuransi dapat menggunakan metode risk based capital dan early warning system.
Rasio yang terpenting dalam menggunakan disesuaikan dengan kebutuhan
informasi yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan rasio antara lain rasio
beban klaim, rasio likuiditas, rasio agent’s balances to surplus, rasio pertumbuhan
premi, rasio biaya manajemen, rasio tingkat kecukupan dana, solvency margin
ratio, dan rasio cadangan teknis.
Louis K. C. Chan et al (1998). Penelitian ini dilakukan pada kasus
perusahaan yang terdaftar di pasar modal Japan selama periode 1968-1993.
Penelitian menunjukkan bahwa variabel BV, DER, Beta dan EPS berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Namun, secara parsial hanya BV dan beta secara
parsial mempengaruhi harga saham.
Penelitian mengenai pemanfaatan indikator ekonomi makro dan kaitannya
dengan harga saham, telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tersebut dapat
dijelaskan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut.
13
Tabel 2.1 PENELITIAN TERDAHULU
No Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1 Dedy Suhardi (2007)
Pergerakan Harga Saham
Sektor Properti BEJ
Berdasarkan Kondisi
Profitabilitas, Suku Bunga
Dan Beta Saham
Variabel independen:
ROA, Suku bunga, Beta saham.
Variabel dependen:
Harga saham
Harga saham dipengaruhi paling dominan oleh beta,
diikuti suku bunga, dan ROA. Beta saham dan
ROA berpengaruh negatif. Pengaruh ROA,
suku bunga terhadap harga saham tergantung korelasinya dengan beta
saham 2 Violeta
Achim Monica (2007
Financial Analysis Of
Companies On The Capital
Market
Variabel independen: Fundamental Analysis (MC,
EPS, PER, PBR, PSR) dan
Technical Analysis Variabel
dependen: Harga saham
Fundamental Analysis dan Technical Analysis
berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Teknik analisis adalah analisa rasio dan
analisa tren
3 Zulkifli Agusni (2007)
Pengaruh Faktor
Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap
Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di BEJ
Variabel independen:
ROA, DER, BVS, dan Risiko sistematik Variabel
dependen: Harga saham
Secara simultan ROA, DER, BVS, dan risiko sistematik mempunyai
pengaruh terhadap harga saham. secara parsial, BVS dan beta saham berpengaruh terhadap harga saham. teknik analisis regresi linier
berganda
4 Indra Zubaidi (2006)
Faktor-Faktor Fundamental
Keuangan Yang
Mempengaruhi Risiko Saham
Variabel independen:
DER, ROE, EPS, PER, OPM
Variabel dependen:
Risiko sistematik beta
Faktor Fundamental DER, ROE, EPS, PER, dan OPM mempunyai
pengaruh terhadap risiko sistematik beta. Teknik analisis regresi linier
berganda
14
Lanjutan Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Hasil
Penelitian 5 Endang Etty
(2002) Penilaian
Perusahaan Asuransi
Dengan Risk Based Capital
Dan Early warning System
Rasio beban klaim, Rasio likuiditas,
Rasio agent’s balances to
surplus, Rasio pertumbuhan
premi, Rasio biaya manajemen, Rasio tingkat kecukupan
dana, Solvency margin ratio,
Rasio cadangan teknis
Penilaian kinerja perusahaan sangat penting. Untuk itu,
perlu dikelola professional dari segi
keuangan maupun operasionalnya
dengan menggunakan rasio
Early warning System.
6 Louis Jason Josef
(1998)
The Risk And Return From
Factors
Variabel independen:
BV, DER, Beta, EPS
Variabel dependen:
Harga saham
Variabel BV, DER, Beta dan EPS
signifikan terhadap harga saham. Teknik analisis regresi linier
berganda
Sumber: Berbagai Jurnal dan Hasil penelitian (data diolah)
Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat perbedaan dan persamaan, yaitu:
1. Dedy A. Suhardi (2007)
Memiliki persamaan dalam meneliti faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pembentukan terhadap harga saham serta adanya risiko sistematik.
Memiliki perbedaan pada variabel independen yang digunakan dan
penggunaan sampel penelitian. Penelitian tersebut menggunakan ROA dan
suku bunga. Sampel dalam penelitian ini adalah industri asuransi.
15
2. Violeta et al. (2007).
Memiliki persamaan dalam meneliti faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap harga saham. Perbedaan dalam penelitian ini adalah penggunaan
variabel independen yang bervariasi.
3. Zulkifli Harahap dan Agusni Pasaribu (2007)
Memiliki persamaan dalam meneliti faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pembentukan harga saham. Perbedaannya terletak pada variabel
independen yang digunakan. Variabel dalam penelitian ini adalah rasio
early warning system. Selain itu, perbedaan juga terletak pada sampel
penelitian.
4. Indra Zubaidi (2006).
Memiliki perbedaan penggunaan sampel penelitian. Selain itu, penggunaan
variabel independen dan dependen yang akan diteliti.
5. Endang Etty (2002)
Memiliki persamaan dalam menilai kinerja perusahaan asuransi dengan
menggunakan rasio early warning system. Perbedaannnya terletak pada
penggunaan rasio yang digunakan. Penelitian ini hanya menggunakan lima
rasio yaitu rasio beban klaim, rasio likuiditas, rasio cadangan teknis, rasio
pertumbuhan premi, rasio retensi sendiri.
6. Louis K. C. Chan et al. (1998).
Memiliki persamaan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap harga saham. Memiliki perbedaan pada variabel yang digunakan
serta objek penelitian yang dipakai.
16
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pasar modal
Pengertian pasar modal berdasarkan Pasal 1 Keputusan Presiden Nomor 60 tahun
1998 adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran dan
permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek. Terdapat tiga jenis definisi
pasar modal yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Definisi dalam arti luas. Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan
yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara
di bidang keuangan serta surat-surat berharga, klaim jangka panjang dan
jangka pendek, primer dan tidak langsung.
2. Definisi dalam arti menengah. Pasar modal adalah semua pasar yang
terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-
warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun)
termasuk saham-saham, pinjaman berjangka hipotek dan tabungan serta
deposito berjangka.
3. Definisi dalam arti sempit. Pasar modal adalah tempat terorganisasi yang
memperdagangkan saham-saham dan obligasi dengan memakai jasa dari
makelar, komisioner dan para underwiter (penjamin).
Menurut Ahmad (2004: 18), pasar modal adalah pasar abstrak sekaligus
pasar konkret dengan barang diperjualbelikan adalah dana yang bersifat abstrak,
dan bentuk konkretnya adalah lembar surat-surat berharga di bursa efek.
17
2.2.2 Investasi
Pengertian investasi menurut Ahmad (2004: 3) sebagai berikut :
1. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain
(tanah, emas, mesin atau bangunan) yang dilakukan pada saat ini dengan
tujuan memperoleh keuntungan di masa depan.
2. Seorang investor membeli saham saat ini dengan harapan memperoleh
keuntungan dari kenaikan harga saham atau sejumlah dividen di masa
depan.
Menurut Halim (2003: 2), investasi merupakan penempatan sejumlah
dana pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa akan datang.
2.2.3 Tujuan investasi
Tujuan dari investasi secara umum yaitu meningkatkan kesejahteraan investor.
Menurut Tandelilin (2001: 5) secara khusus tujuan investasi yaitu :
1. Mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang
yang bijaksana berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari
waktu ke waktu atau setidaknya berusaha mempertahankan tingkat
pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam
pemilikan perusahaan dapat menghindarkan diri dan risiko penurunan
nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi
18
masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada
masyarakat yang melakukan investasi usaha tertentu.
2.2.4 Risiko investasi
Risiko investasi dapat berupa kerugian penurunan kurs saham dan kurs obligasi,
gagal menerima dividen tunai dan kupon obligasi, gagal menerima kembali
obligasi karena emiten dinyatakan pailit karena sahamnya tidak laku dijual karena
emiten telah dikeluarkan dari pencatatan di bursa efek.
Jenis risiko investasi dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :
1. Risiko Tidak Sistematik (Unsystematic Risk)
Risiko yang disebabkan oleh faktor mikro sehingga pengaruhnya terbatas
pada perusahaan. Risiko ini bisa dikurangi dengan melakukan
diversifikasi.
2. Risiko Sistematik (Systematic Risk)
Risiko yang disebabkan oleh berbagai faktor makro yang dapat
mempengaruhi semua perusahaan. Faktor tersebut antara lain politik,
ekonomi, dan sosial negara yang mempengaruhi return semua aset yang
tidak dapat dihilangkan meskipun dengan diversifikasi. Sebagai
gambarannya, dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut.
19
Risiko Total Risiko Tidak Sistematis Risiko Sistematis Risiko Total
Jumlah Sekuritas Sumber: Suad Husnan (2001: 214)
Gambar 2.1
Risiko Sistematik dan Tidak Sistematik
Menurut Gitman (2005: 247), risiko sistematik adalah “The portion of an
asset’s risk attributable to market factors that affect all firms; cannot be
eliminated throught diversification”. Jadi, risiko ini adalah risiko yang selalu ada
dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi.
Diversifikasi digunakan upaya mengurangi risiko portofolio.
Diversifikasi dilakukan dengan cara mempelajari tingkat keuntungan (return)
berbagai saham, artinya jika satu porsi saham mengalami kerugian maka
keuntungan dari porsi portofolio dapat menutupinya.
20
2.2.5 Asuransi
Menurut Darmawi (2000: 2-3) asuransi merupakan bisnis yang unik, yang
didalamnya terdapat kelima aspek sebagai berikut.
1. Dalam segi ekonomi, asuransi berkenaan metode pengurangan risiko
dengan pemindahan dan pengkombinasian risiko.
2. Dalam segi hukum, asuransi berkenaan dengan perjanjian pemindahan
risiko melalui pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung
dalam suatu kontrak asuransi.
3. Dalam segi bisnis, asuransi berkenaan penerimaan/penjualan jasa,
pemindahan risiko dan memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko
dengan memindahkan risiko dari individu ke lembaga penanggung risiko.
4. Dari segi sosial, asuransi bermaksud juga memikul kerugian secara
kolektif dengan semua anggota membayar iuran kerugian yang kebetulan
diderita oleh salah satu anggota.
5. Dari segi matematika, asuransi yaitu aplikasi matematika dalam
memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan risiko. Biasanya
menggunakan perkiraan aktuarial yang didasarkan atas prinsip-prinsip
probabilitas.
Sebagaimana yang dinyatakan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 1992 pasal 1 angka 1, pengertian asuransi sebagai berikut.
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian atara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa tidak
21
pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
2.2.6 Jenis-jenis asuransi
Bidang usaha asuransi biasanya dibagi dua bagian, yaitu asuransi atas orang dan
asuransi atas harta. Menurut Darmawi (2000: 26-27) pengertian kedua jenis
asuransi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Asuransi atas orang (personal insurance), yaitu asuransi yang objeknya
orang atau penutupan asuransi atas individu-individu, dengan kata lain
adalah asuransi yang berkaitan dengan individu. Adapun risiko yang
ditanggung dalam asuransi atas orang adalah kematian, kecelakaan dan
sakit, pengangguran, dan karena umur tua.
2. Asuransi atas harta (property insurance), yaitu asuransi yang ditujukan
terhadap peril-peril yang menghancurkan properti atau harta kekayaan.
Asuransi ini di Indonesia digolongkan sebagai asuransi kerugian. Jadi,
jenis asuransi dapat disimpulkan terdiri dari asuransi atas orang dan
asuransi atas harta atau kerugian.
2.2.7 Karakteristik asuransi kerugian
Menurut akuntansi asuransi kerugian PSAK No. 28 beberapa karakteristik usaha
asuransi kerugian antara lain :
1. Usaha asuransi kerugian merupakan suatu sistem proteksi menghadapi
risiko kerugian keuangan dan sekaligus merupakan upaya penghimpunan
dana masyarakat.
22
2. Pertanggung jawaban keuangan kepada para tertanggung mempengaruhi
penyajian laporan keuangan.
3. Laporan keuangan sangat dipengaruhi unsur estimasi, misalnya estimasi
jumlah premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium),
estimasi jumlah klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum
dilaporkan (incurres but not reported claims). Dalam menghitung tingkat
premi, usaha asuransi kerugian menggunakan asumsi tingkat risiko dan
beban.
4. Pihak tertanggung (pembeli asuransi) membayar premi asuransi terlebih
dahulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan
kerugian yang diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi asuransi tersebut
merupakan pendapatan (revenue) bagi perusahaan asuransi.
5. Jumlah premi yang belum merupakan pendapatan, dan jumlah klaim
termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan diestimasi
dengan menggunakan metode tertentu.
6. Peraturan perundangan di bidang perasuransian mewajibkan perusahaan
asuransi kerugian memenuhi ketentuan kesehatan keuangan misalnya
tingkat solvabilitas.
23
2.2.8 Kajian teori
1. Signaling theory
Signaling theory menjelaskan tentang bagaimana para investor
memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan sebagai
manajer perusahaan ini disebut informasi asimetris. Signaling theory
menekankan terhadap pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan.
Informasi yang baik sangat diperlukan investor di pasar modal untuk
mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (2003: 392), infomasi
yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal
bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika infomasi
mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada
waktu informasi tersebut diterima oleh pasar.
Pada saat informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar akan menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai signal. Signal baik bagi investor,
maka akan terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Informasi
akuntansi dapat berupa kinerja
Salah satu jenis informasi adalah berupa laporan keuangan.
Menurut Mamduh (2005: 75) menyatakan bahwa analisa laporan keuangan
perusahaan meupakan perhitungan rasio untuk menilai keadaan keuangan
perusahaan. Perhitungan rasio akan digunakan suatu indikator tertentu.
24
2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976) dalam Slamet (2005) mendefinisikan
hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih
principal menggunakan orang lain atau agent untuk menjalankan
aktivitas perusahaan. Di dalam teori keagenan, principal adalah pihak
yang memberikan mandat kepada pihak lain (pemegang saham/ pemilik)
sedangkan agent sebagai pengambil keputusan (manajemen yang
mengelola harta pemilik). Dalam hubungan keagenan, maka manajemen
sebagai agent sedangkan pemilik modal adalah principle. Manajemen
memiliki akses terhadap informasi sehingga akan terjadi asimetri
informasi terhadap pihak luar.
3. Hipotesis pasar berlaku efisien (efficient market hypothesis)
Berdasarkan Hipotesis pasar berlaku efisien (efficient market
hypothesis), semua infomasi yang relevan berpengaruh terhadap harga
saham, termasuk diantaranya adalah kinerja fundamental, kinerja saham
dan kondisi makro ekonomi. Kinerja fundamental tercermin dalam laporan
keuangan.
4. Teori Trade Off
Menurut Bringham, et.al (1998: 298) yang dikutip dalam
Yeye (2011), menyatakan bahwa setiap perusahaan harus menetapkan
target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan
keuntungan marginal dari pendanaan dengan hutang, sebab pada posisi itu
nilai perusahaan menjadi maksimum.
25
2.2.9 Rasio early warning system
Salah satu alat yang digunakan oleh lembaga pengawas federal di Amerika Serikat
dan Negara lain dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan perasuransian
kerugian adalah Early Warning System. Menurut Satria (1994: 5) menyatakan
bahwa early warning system (EWS) adalah tolok ukur perhitungan dari The
National Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau lembaga
pengawas badan usaha asuransi dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai
tingkat kesehatan perusahaan asuransi.
Menurut Satria (1994: 67-75), early warning system tercermin dalam rasio
yang terdiri dari empat belas rasio yang diklasifikasikan ke dalam rasio-rasio
solvabilitas, rasio-rasio keuntungan, rasio-rasio likuiditas, rasio-rasio penerimaan
premi, dan rasio-rasio cadangan teknis. Penjelasan mengenai kedua belas rasio
beserta interpretasinya adalah sebagai berikut :
a. Solvency and overall ratios
1. Rasio batas solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengkur seberapa besar kemampuan keuangan
perusahaan asuransi kerugian dalam mendukung kewajiban yang mungkin
timbul dari penutupan risiko yang telah dilakukan. Rasio batas solvabilitas
dapat dihitung sebagai berikut.
Modal disetor+cadangan khusus+laba Rasio batas solvabilitas = …. (2.1)
Premi netto
26
Interpretasi: rendahnya solvency margin mencerminkan adanya risiko yang
tinggi sebagai akibat tingginya penerimaan premi. Semakin besar rasio,
semakin baik tingkat kesehatan keuangan perusahaan.
2. Rasio tingkat kecukupan dana
Rasio ini untuk mengukur tingkat kecukupan sumber dana perusahaan
dalam kaitannya dengan total operasi yang dimiliki.
Modal sendiri Rasio tingkat kecukupan dana = …..……….………. (2.2)
Total aktiva
Interpretasi: nilai yang rendah dari rasio ini mencerminkan keadaan
perusahaan yang miskin komitmen dari pemiliknya dalam menjalankan
usahanya.
b. Profitability ratios
3. Rasio perubahan surplus
Rasio ini memberikan indikasi atas perkembangan atau penurunan
kondisi keuangan perusahaan dalam tahun berjalan.
Kenaikan/penurunan modal sendiri Rasio perubahan surplus = ….. (2.3) Modal sendiri tahun lalu
Interpretasi: jika rasio perubahan surplus naik semakin besar, semakin
baik tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Penetapan batas normal
minimum 0% mengindikasikan bahwa suatu perusahaan asuransi
kerugian diharapkan selalu mampu meningkatkan jumlah modal
sendirinya.
27
4. Rasio beban klaim
Rasio ini mencerminkan pengalaman klaim yang terjadi serta kualitas
usaha penutupannya.
Beban klaim Rasio beban klaim = ………………………… (2.4)
Pendapatan premi
Interpretasi: tingginya rasio menggambarkan buruknya proses
underwriting dan penerimaan penutupan risiko yang besar. Semakin kecil
rasio, semakin baik tingkat kesehatan keuangan perusahaan.
5. Rasio komisi
Rasio ini mengukur biaya perolehan atas bisnis yang didapat. Rasio ini
juga dapat digunakan untuk perbandingan besarnya tarif komisi
perantaraan antara perusahaan dengan perusahaan lain dan dengan rata-
rata tarif dalam industri.
Komisi Rasio komisi = ………………………………… (2.5)
Pendapatan premi
Interpretasi: tingginya rasio mencerminkan tingginya biaya perolehan,
premi yang dibebankan tidak mencukupi atau di bawah harga
semestinya.
6. Rasio biaya manajemen
Rasio ini mengukur biaya administrasi/umum/manajemen yang terjadi
dalam kegiatan usaha serta memberikan indikasi tentang tingkat efisiensi
operasi perusahaan.
28
Biaya manajemen Rasio biaya manajemen = .……….……………. (2.6)
Pendapatan premi
Interpretasi: semakin kecil rasio, maka semakin baik tingkat kesehatan
keuangan perusahaan.
7. Rasio pengembalian investasi
Rasio ini memberikan indikasi secara umum mengenai kualitas setiap
jenis investasi serta mengukur hasil dari investasi.
Pendapatan bersih investasi Rasio pengembalian investasi = .……… (2.7) Rata-rata investasi 2 tahun Interpretasi: rendahnya rasio menunjukkan investasi yang dilakukan
kurang tepat, yang dapat disebabkan oleh penempatan investasi yang
salah dalam harta tetap, investasi spekulatif, atau alasan lain seperti
penilaian aktiva, stabilitas, dan likuiditas investasi. Batasan minimum
rasio ini sebesar 15%.
c. Liquidity ratios
8. Rasio likuiditas atau liquidity ratio
Mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan
secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah
dalam keadaan likuid atau tidak. Rasio likuiditas dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut.
Jumlah kewajiban Rasio likuiditas = ……...…… (2.8)
Total kekayaan yang diperkenankan
29
Interpretasi: rasio yang tinggi menunjukkan adanya masalah likuiditas
dan perusahaan kemungkinan dalam kondisi tidak solven, sehingga perlu
dilakukan analisis terhadap tingkat kecukupan cadangan (reserve
adequacy), serta kestabilan dan likuiditas kekayaan yang diperkenankan
(admitted assets).
9. Rasio agent’s balances to surplus
Rasio ini mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan aset
yang seringkali tidak bisa dicairkan pada saat likuidasi yaitu tagihan
premi langsung. Rasio agent’s balance to surplus dapat dihitung sebagai
berikut.
Tagihan premi langsung Rasio agent’s balance to surplus= ..(2.9)
Total modal+cadangan khusus+laba
Interpretasi: apabila rasio ini terlalu tinggi perlu diselidiki umur dari
tagihan dan dianalisis penyebab dari belum tertagihnya premi langsung
tersebut.
d. Premium stability ratios
10. Rasio pertumbuhan premi
Rasio ini menggambarkan kenaikan/penurunan yang tajam pada volume
premi netto sebelumnya memberikan indikasi kurang tingkat kestabilan
kegiatan operasi perusahaan.
Kenaikan/penurunan premi netto Rasio pertumbuhan premi = .… (2.10)
Premi netto tahun sebelumnya
30
Interpretasi: jika rasio pertumbuhan premi semakin besar maka tingkat
keuangan perusahaan semakin baik. Penilaian dapat dilakukan dengan
sederhana, yaitu pertama dengan melihat tanda +/- dan baru dicermati
besarnya nilai pertumbuhan premi.
11. Rasio retensi sendiri
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan (tingkat retensi)
perusahaan dalam menahan besar premi yang ada. Selain itu, mengukur
berapa besar premi yang ditahan sendiri dibanding premi yang diterima
secara langsung.
Premi netto Rasio retensi sendiri = ……………………………… (2.11)
Premi brutto Interpretasi: Jika rasio dinilai terlalu rendah menggambarkan bahwa
perusahaan lebih cenderung menginvestasikan sebagian besar premi netto
sehingga risiko yang dihadapi oleh perusahaan semakin tinggi.
Jika adanya peningkatan menggambarkan perusahaan lebih cenderung
menahan sebagian besar premi netto. Perusahaan dengan retensi tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan dalam menjalankan kegiatan asuransi
kurang berani dalam menanggung risiko sehingga asumsi pendapatan
akan berkurang sehingga mengakibatkan harga saham turun karena
kegiatan tersebut mengurangi minat investor.
31
e. Technical ratio
12. Rasio cadangan teknis
Rasio ini dapat mengukur secara kasar tingkat kecukupan cadangan
premi dan klaim yang diperlukan dalam menghadapi kewajiban yang
timbul dari penutupan risiko (Satria, 1994: 74). Cadangan teknis berupa
estimasi klaim retensi sendiri dan kewajiban klaim dan premi yang belum
merupakan pendapatan. Rasio cadangan teknis sebagai berikut.
Cadangan teknis Rasio cadangan teknis = ……………………… (2.12)
Premi netto
Interpretasi: jika rasio cadangan teknis semakin besar, maka tingkat
kesehatan perusahaan semakin baik. Perusahaan yang memiliki rasio
cadangan teknis tinggi bahkan sampai melebihi batas maksimal perlu
mendapatkan perhatian lebih karena dikhawatirkan adanya upaya
perusahaan untuk memperbesar nilai cadangan teknisnya dengan sengaja
guna mengurangi besarnya kewajiban pajak.
2.2.10 Tolok ukur rasio early warning system
Terdapat dua tolok ukur yang digunakan dalam early warning system, yaitu tolok
ukur yang ditetapkan oleh The National Association of Insurance Commissioners
dan tolok ukur yang diperoleh dari kinerja industri (Satria, 1994: 97) menyatakan
sebagai berikut.
1. Solvency margin ratio: minimum 33, 33%
2. Adequacy of capital funds ratio: minimum 33,33%
3. Change in surplus: minimum 0%
32
4. Incurred loss ratio: maksimum 38%
5. Rasio komisi: minimum -11%
6. Management expense ratio: 70%
7. Investment yield ratio: minimum 6,75%
8. Liabilites to liquid assets ratio: maksimum 100%
9. Agent’s balance to sruplus ratio: maksimum 40%
10. Premium growth ratio: minimum 0%
11. Retention ratio: minimum 30%
12. Technical reserves ratio: minimum 40% dan maksimum 60%
2.2.11 Manfaat rasio early warning system
Menurut Satria (1994: 64-65), manfaat dari rasio early warning system
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Membantu pengawas asuransi mengidentifikasi masalah dalam perusahaan
asuransi kerugian secara dini sehingga tindakan perbaikan dapat segera
dilakukan.
2. Membantu pengawas mengidentifikasi perusahaan yang memerlukan
pemantauan lebih jauh untuk menghindari kemungkinan terjadinya
insolvencies di masa yang akan datang.
3. Sebagai alat penentu prioritas dalam pemilihan perusahaan asuransi
kerugian yang akan diperiksa secara langsung.
33
2.2.12 Saham
Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal.
Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan
dalam suatu perusahaan terbuka (Tjiptono Darmaji dan Hendi M. Fakhrudin,
2001: 5).
Menurut Suad Husnan (2001: 27), saham sebagai secarik kertas yang
menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari kekayaan
perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi untuk
melaksanakan hak tersebut.
Arthur J. Keown (2003: 228) mendefinisikan saham adalah “ Stocks is a
certificate that indicates ownership in a corporation”. Jadi, saham adalah sebuah
sertifikat yang mengindikasikan kepemilikan perusahaan.
2.2.13 Harga saham
Harga saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan
dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa (Jogiyanto, 2003: 88).
Bila jumlah permintaan saham lebih tinggi dari pada jumlah penawaran rendah
maka harga saham akan tinggi, sedangkan bila jumlah permintaan saham rendah
dari pada jumlah penawaran maka harga saham akan turun.
34
Widiatmodjo (2001: 45-46) mengemukakan pendapatnya tentang harga
saham diantaranya :
1. Harga nominal adalah harga ini merupakan harga yang ditetapkan oleh
emiten, untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya.
2. Harga perdana adalah harga ini merupakan harga sebelum saham tersebut
dicatatkan dibursa efek dan merupakan harga jual pertama kali saham
dipasarkan.
3. Harga pasar saham adalah harga jual yang terjadi atas tawar menawar
suatu efek atau saham yang terjadi di pasar modal.
4. Harga pembukaan adalah harga yang diinginkan oleh penjual dan pembeli
pada saat jam bursa dibuka.
5. Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual atau pembeli
pada saat akhir hari bursa.
6. Harga tertinggi biasanya bisa saja pada awal hari bursa, harga suatu saham
mencapai harga yang tertinggi, kemudian terus menurun pada akhir bursa
atau sebaliknya. Harga yang paling tinggi pada satu hari bursa inilah yang
dimaksud dengan harga tinggi.
7. Harga rendah adalah lawan dari harga tertinggi.
8. Harga rata – rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan terendah.
Mengetahui ketiga harga ini (harga tertinggi, harga terendah dan harga
rata) cukup penting sebab dari sini dapat diketahui seberapa jauh kekuatan
dan kelemahan suatu saham dalam satu hari kerja, satu bulan bursa atau
satu tahun bursa.
35
2.2.14 Faktor yang mempengaruhi harga saham
Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan
Brigham (2001: 26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh
laba, tingkat risiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas,
serta kebijakan pembagian deviden.
Menurut Sawidji (1996: 81), faktor utama yang mempengaruhi harga
saham adalah persepsi yang berbeda dari masing-masing investor sesuai dengan
informasi yang didapat. Persepsi ini tercermin dari rate of return yang diharapkan
oleh investor yang bersangkutan. Selain rate of return, faktor lain juga
mempengaruhi perubahan harga saham antara lain:
1. Faktor Fundamental
Faktor ini meliputi kemampuan manajemen perusahaan, prospek
perusahaan, perkembangan teknologi, profitabilitas, dan sebagainya.
2. Faktor Teknis
Faktor ini meliputi perkembangan kurs, keadaan pasar, kekuatan pasar,
frekuensi pelanggan, dan volume.
3. Faktor Sosial
Faktor ini meliputi tingkat inflasi, kebijakan moneter, serta kondisi
ekonomi dan politik.
36
2.2.15 Risiko sistematik
Investor dalam merencanakan untuk melakukan investasi selalu melakukan
penaksiran terhadap risk dan return masing-masing efek yang akan dipergunakan
dalam membentuk portofolio. Model Analisis investasi yang digunakan dalam
memperhitungkan risiko sistematik yaitu model Capital Asset Pricing Model
(CAPM) serta model Indeks Tunggal (Single-Indeks Tunggal) (Halim, 2003: 70).
Menurut Halim (2003: 70), model CAPM digunakan untuk menentukan
minimum required return dari investasi yang berisiko. Pada saat dalam keadaan
ekuilibrium, required return oleh investor akan dipengaruhi oleh risiko saham.
Risiko yang diperhitungkan adalah risiko sistematis yang diukur dengan beta (β).
Adapun koefisien beta (β) menurut Halim (2003: 70) dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut:
Covariance (Ri,Rm) (∑Ri) β = …………………………………………… (2.13)
SDm2
Keterangan :
β = Kepekaan atas return saham i terhadap expected return market Ri = Rerata return saham Rm = Rerata return market SDm
= Standar deviasi (total risk) market
Menurut Halim (2003: 78), risiko sistematik juga diukur dengan
menggunakan model indeks tunggal, mengasumsikan bahwa return antara dua
efek atau lebih akan berkorelasi yang mempunyai reaksi sama terhadap satu faktor
37
yang dimasukkan dalam model. Faktor tersebut adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Dengan mempercayai satu faktor dapat mempengaruhi return
efek, hasilnya dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menghitung
expected return, variance dan covariance setiap efek. Menurut Halim (2003: 78),
formula-formula yang dipergunakan dalam model indeks tunggal merupakan
persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut:
E(Ri) = αi + βi (Rm) +ei …………….……………………………………... (2.14)
Keterangan :
E(Ri) = Expected rate of return atas efek i
αi = Konstanta
βi = Kepekaan rate of return efek I terhadap rate of return indeks pasar
= Parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Ri jika
terjadi perubahan pada Rm
Rm = Rate of return dari indeks pasar
ei = Faktor pengganggu yang tidak dimasukkan dalam model
Berdasarkan formula tersebut, maka Halim (2003: 81) merumuskan βi sebagai
berikut :
n ∑ Rm Ri – (∑Rm) (∑Ri) β = ………………….………………...… (2.15)
n ∑ Rm2 – (∑Rm)2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
Ri = Return sekuritas I (ICMD)
38
Rm = Return indeks pasar (IHSG)
β = Beta sekuritas ke
Tandelillin (2001: 556) menyatakan bahwa model indeks tunggal
menggunakan indeks pasar sebagai independen variabel dalam model regresi
sederhana sebagai berikut.
Y = β0 + β1 X +e …………………………………………………………… (2.16)
Dalam hal ini, Y adalah return individual, dan X adalah return indeks harga
saham gabungan (IHSG). Berdasarkan formula tersebut, maka β0 dan β1 dapat
dihitung dengan rumus :
∑ XY – nXY βi = ……………….………………..................................… (2.17) ∑ X2 – nX2
Menurut Jogiyanto (2003: 265-266), risiko sistematik diukur dengan
koefisien beta (β). Beta saham mengukur tingkat kepekaan saham terhadap
perubahan pasar atau mengukur sejauh mana harga saham individual berfluktuasi
bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Semakin besar beta semakin besar
return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar. Indeks beta sangat
membantu investor untuk berinvestasi terutama dalam memilih suatu saham.
Selain itu, indeks beta juga digunakan untuk mengukur tingkat keberanian
investor menanggung risiko.Menghitung nilai beta, terlebih dahulu dilakukan
penghitungan terhadap return pasar (Rm) dan return saham individual (Ri).
Menurut Jogiyanto (2003:232) untuk menetukan nilai Rm dapat diperoleh dari
return indeks harga saham gabungan (IHSG), yaitu dengan menggunakan rumus :
39
IHSG t – IHSG t-1
Rm = ………………………………………………. (2.18)
IHSG t-1
Keterangan :
Rm = Tingkat return pasar bulan ke t
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada bulan ke-t
IHSGt-1= Indeks harga saham gabungan sebelum bulan ke-t
Adapun return saham menurut Jogiyanto (2003: 110) adalah sebagai
berikut :
P t – P t-1
Ri = ….………………………………………………….…. (2.19)
P t-1
Keterangan :
Ri = Return saham individual bulan ke t
= Harga saham pada bulan ke-t
= Harga saham sebelum bulan ke-t
Selanjutnya beta pada masing-masing perusahaan dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut (Jogiyanto, 2003: 233).
Cov (Ri,Rm) β = ……………….…………….………………...… (2.20)
Var Rm
2
40
Keterangan :
Ri = Return Sekuritas I
Cov = Covarian
Rm = Return Indeks Pasar (IHSG)
β = Beta saham
Var = Variance
Menurut Husnan (2001:168) penilaian terhadap beta (β) sendiri dapat
dikategorikan ke dalam tiga kondisi yaitu:
1. Apabila β=1, berarti tingkat keuntungan saham i berubah secara
proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini menandakan bahwa
risiko sistematis saham i sama dengan risiko sistematis pasar.
2. Apabila β>1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar
dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini
menandakan bahwa risiko sistematik saham i lebih besar dengan risiko
sistematik pasar. Saham ini sering disebut sebagai saham agresif.
3. Apabila β<1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini
menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih kecil dibandingkan
dengan risiko sistematik pasar. Saham jenis ini disebut sebagai saham
defensif.
41
2.2.16 Kajian teori dalam perumusan hipotesis
1. Signaling theory
Berdasarkan signaling theory, sinyal-sinyal berupa informasi oleh perusahaan
dimanfaatkan investor sebagai alat pengambilan keputusan. Informasi yang
dikeluarkan perusahaan dapat berupa informasi berupa laporan keuangan, kinerja
manajemen, prospek laba serta keuntungan yang diharapkan. Setiap informasi
yang dikeluarkan perusahaan akan dianalisis oleh perusahaan. Sinyal yang
mengandung positif akan menarik investor. Sinyal tersebut akan bereaksi terhadap
pasar sehingga akan terjadi perubahan dalam jumlah perdagangan saham dan
harga saham (Jogiyanto, 2003: 392).
Menurut teori sinyal, kegiatan perusahaan memberikan informasi kepada
pihak luar atau investor tentang kondisi keuangan yang tercermin dalam rasio
akan mempengaruhi return dan harga saham (Yeye, 2011). Sinyal berupa
infomasi keuangan yang digunakan dalam perusahaan asuransi tercermin dalam
rasio early warning system.
2. Rasio early warning system
Rasio early warning system yaitu tolok ukur perhitungan dalam mengukur kinerja
keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi (Satria, 1994: 5).
Menurut Satria (1994: 67), early warning system tercermin dalam rasio yang
terdiri dari empat belas rasio yang diklasifikasikan ke dalam rasio-rasio
solvabilitas, rasio-rasio keuntungan, rasio-rasio likuiditas, rasio-rasio penerimaan
premi, dan rasio-rasio cadangan teknis. Rasio early warning system dijelaskan
oleh beberapa indikator yaitu rasio keuntungan dijelaskan oleh rasio beban klaim,
42
rasio likuiditas dijelaskan oleh rasio likuiditas, rasio penerimaan premi dijelaskan
oleh rasio pertumbuhan premi dan rasio retensi sendiri serta rasio cadangan teknis.
Informasi berupa rasio early warning system akan memberikan penilaian
oleh investor terhadap kemampuan perusahaan dalam kegiatan operasionalnya.
Hal tersebut akan menjadi penilaian prestasi perusahaan. Informasi yang
tercermin dalam rasio jika positif maka investor akan tertarik sehingga akan
meningkatkan harga saham. Siswandaru (2006) menyatakan bahwa rasio early
warning system dapat menilai kinerja keuangan perusahaan asuransi serta
memberikan pengaruh terhadap harga saham. Tabroni, et al (2008) juga
menyatakan bahwa penilaian perusahaan asuransi kerugian dengan menggunakan
beberapa rasio early warning system dapat mengetahui kinerja keuangan
perusahaan asuransi sehingga investor bisa menggunakan pertimbangan tersebut
untuk menentukan harga saham
3. Risiko sistematik
Informasi akuntansi berupa tingkat keuntungan juga diperlukan oleh investor
dalam menentukan tingkat risiko tertentu. Risiko sistematik yang diukur dengan
menggunakan beta saham (Halim, 2003:70). Beta saham menggunakan hubungan
antara tingkat keuntungan dan tingkat risiko sehingga dapat mengetahui hubungan
terhadap pergerakan saham. Beta saham yang mempunyai nilai tinggi, akan
menghasilkan return yang tinggi juga, namun harga saham akan turun, sebaliknya
dengan beta saham yang rendah akan menghasilkan return yang rendah sehingga
harga saham akan turun.
43
Dengan kata lain, semakin berisiko suatu investasi semakin rendah harga
saham. Bodie, Kane et al (2002) dalam Deddy A. Suhardi (2007) menyatakan
bahwa beta saham berpengaruh negatif terhadap pergerakan saham.
Dedy A. Suhardi (2007) juga menyatakan bahwa pergerakan harga saham sektor
properti dipengaruhi paling dominan oleh beta saham. Semakin besar korelasinya
dengan beta saham akan semakin besar pengaruhnya terhadap pergerakan harga
saham.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli (2007) dan Zubaidi (2003)
menunjukkan bahwa risiko sistematik berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi risiko menyebabkan saham tersebut kurang
diminati oleh investor sehingga harga saham akan turun.
4. Harga saham
Harga saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Saham dikatakan underprices
bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang
seharusnya sedangkan saham dikatakan overprices apabila harga saham di pasar
saham lebih besar dari nilai intrinsiknya. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan
dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa (Jogiyanto, 2003: 88).
Bila permintaan saham tinggi dan penawaran rendah maka harga saham akan
tinggi, sedangkan bila permintaan saham tinggi dan penawaran sedikit maka harga
saham akan turun.
44
2.2.16 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran mengenai pengaruh rasio early warning system
dengan indikator yaitu rasio beban klaim, rasio likuiditas, rasio cadangan teknis,
rasio pertumbuhan premi, rasio retensi sendiri dan risiko sistematik (β) terhadap
harga saham dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Investor dalam melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
harga saham membutuhkan informasi yang berkaitan dengan kondisi internal
perusahaan. Berdasarkan dengan teori sinyal, sinyal yang diberikan oleh
perusahaan terhadap pihak luar dapat berupa infomasi. Menurut teori sinyal,
informasi yang dikeluarkan perusahaan kepada investor tentang kondisi keuangan
berupa laporan keuangan. Informasi tersebut akan diterima oleh investor dan
dianalisis mengenai prospek return masa depan, sinyal yang baik akan menarik
Risiko Sistematik (X2)
Harga Saham (Y)
Rasio Early Warning System (X1):
1. Rasio Beban Klaim
2. Rasio Likuiditas 3. Rasio Cadangan
Teknis 4. Rasio
Pertumbuhan Premi
5. Rasio Retensi Sendiri
45
investor sehingga akan memberikan reaksi terhadap pasar dan terjadi perubahan
pada jumlah perdagangan saham dan harga saham (Yeye, 2011). Informasi berupa
laporan keuangan akan tercermin dalam rasio keuangan. Rasio keuangan yang
digunakan dalam perusahaan asuransi adalah rasio early warning system. Rasio
early warning system akan membantu perusahaan untuk mengetahui kondisi
keuangan (Satria, 1994: 64-65). Rasio early warning system (EWS) terdiri dari
empat belas indikator. Dari sekian banyak indikator, indikator yang digunakan
yaitu rasio beban klaim, rasio likuiditas, rasio cadangan teknis, rasio pertumbuhan
premi, rasio retensi sendiri dan risiko sistematik (β) saham.
Rasio beban klaim dalam kegiatan asuransi untuk melihat profitabilitas.
Beban klaim berupa beban yang harus ditanggung oleh perusahaan atas manfaat
polis asuransi menuyusul terjadinya suatu kerugian yang tertanggung. Selama
klaim pada akhir tahun sangat besar akan terjadi penurunan prospek laba maupun
pertumbuhan perusahaan di masa depan sehingga intrinsic value saham cenderung
lebih kecil dari harga sekarang. Preferensi harga saham akan turun dan
mengurangi minat investor. Berarti menandakan buruknya pekerjaan dalam
mencerminkan pengalaman klaim yang terjadi serta kualitas usaha penutupannya.
Setiap kenaikan sebesar satu satuan akan menurunkan harga saham.
Rasio likuiditas untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya. Rasio yang mewakili liquidity ratio dan merupakan rasio
solvabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menjamin setiap
rupiah hutang dengan total kekayaan yang diperkenankan. Rasio ini merupakan
pertimbangan penting bagi investor, bila rasio besar maka perusahaan ini berisiko
46
dan risiko berada di tangan investor, karena total kekayaan yang diperkenankan
tidak cukup untuk membiayai pembayaran kewajiban. Berdasarkan teori trade off
(Bringham et.al, 1998: 298), menyatakan bahwa semakin banyak hutang berarti
semakin besar risiko yang ditanggung pemegang saham dan memperkecil return
yang diharapkan Perusahaan yang baik akan mempunyai tingkat likuiditas yang
rendah, yang menunjukkan perusahaan dalam kondisi solven serta kestabilan
cadangan dan kekayaan yang diperkenankan. Setiap kenaikan sebesar satu satuan
akan mengakibatkan harga saham turun.
Rasio cadangan teknis merupakan kewajiban dalam suatu prusahaan
asuransi yang mewakili sejumlah uang, yang oleh perusahaan asuransi akan
dibutuhkan untuk membayar kewajiban pada akhir tahun. Rasio ini mengukur
tingkat kecukupan cadangan premi dan klaim yang diperlukan dalam menghadapi
kewajiban. Informasi tentang risiko ini akan membantu investor dalam mengambil
keputusan investasi saham. Mengingat bahwa perusahaan dengan rasio cadangan
teknis rendah dan terlalu tinggi merupakan perusahaan dengan risiko paling tinggi
karena tidak adanya kesiapan perusahaan dalam menangani kewajiban yang dapat
diramalkan dan portofolio usaha kurang merata sehingga cadangan premi belum
merupakan pendapatan menjadi tinggi. Hubungan dengan harga saham jika setiap
kenaikan satu satuan, mengakibatkan harga saham akan menurun.
Rasio pertumbuhan premi sangat penting karena memberi indikasi
keberhasilan perusahaan asuransi dalam menjalankan usahanya. Premi merupakan
salah satu sumber penerimaan utama pada perusahaan asuransi. Semakin
meningkatnya jumlah nasabah, tentu saja akan meningkatkan jumlah premi.
47
Tetapi, hal ini bukan merupakan indikator utama bagi investor karena walaupun
premi tinggi sebenarnya menunjukkan bahwa risiko yang harus dihadapi
perusahaan di masa depan semakin tinggi karena meningkatnya jumlah klaim.
Rasio ini menggambarkan kenaikan/penurunan yang tajam atau signifikan pada
volume premi netto sebelumnya memberikan indikasi kurang tingkat kestabilan
kegiatan operasi perusahaan sehingga kita juga harus mengerti alasan atas
berfluktuasi atas pertumbuhan premi tersebut. Hubungan dengan harga saham jika
mengalami kenaikan satu satuan akan menyebabkan harga saham akan
meningkat.
Rasio retensi sendiri mengukur berapa besar premi yang ditahan sendiri
dibanding dengan premi yang diterima secara langsung untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam menahan premi dibandingkan dengan modal yang tersedia. Jika
rasio dinilai terlalu rendah menggambarkan bahwa perusahaan lebih cenderung
menginvestasikan sebagian besar premi netto sehingga risiko yang dihadapi oleh
perusahaan semakin tinggi. Jika adanya peningkatan menggambarkan perusahaan
lebih cenderung menahan sebagian besar premi netto. Perusahaan dengan retensi
tinggi menunjukkan bahwa perusahaan dalam menjalankan kegiatan asuransi
kurang berani dalam menanggung risiko klaim sendiri sehingga asumsi
pendapatan akan berkurang sehingga mengakibatkan harga saham turun karena
kegiatan tersebut mengurangi minat investor. Hubungan terhadap harga saham
mengakibatkan kenaikan sebesar satu satuan maka variabel harga saham akan
turun.
48
Selain informasi berupa laporan keuangan, signaling theory juga
mengemukakan informasi berupa return yang meningkat dan memberikan sinyal
tentang laba perusahaan. Return akan mempunyai tingkat risiko tertentu.
Perbandingan tingkat risiko dengan tingkat return adalah risiko sistematik. Risiko
sistematik dapat diukur dengan menggunakan beta saham. Beta saham biasanya
digunakan investor untuk menentukan tingkat keuntungan atas suatu saham serta
tingkat risiko sehingga akan mempengaruhi harga saham. Harga saham
dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Menurut Bodie Kane et al (2002)
dalam Dedy A. Suhardi (2007) menyatakan saham dengan beta tinggi akan
mempunyai return yang tinggi, sehingga saham tersebut akan terlalu mahal
(overprices). Investor tidak mengingkan saham ini dan akan melepas atau
mengurangi jumlah saham ini dari portofolionya. Akibat saham-saham dengan
beta tinggi banyak dilepas ke pasar, suplai saham tersebut akan naik dan harganya
turun Jadi, risiko sistematik berpengaruh terhadap harga saham.
Indikator kemampuan perusahaan dalam menutupi premi dalam rasio
beban klaim, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dalam rasio
likuiditas, kemampuan dan perkembangan perusahaan dengan indikator rasio
pertumbuhan premi serta bagaimana perusahaan asuransi beroperasi merupakan
faktor yang akan mempengaruhi kepercayaan investor untuk membeli saham yang
ditawarkan perusahaan asuransi. Kondisi tersebut mendorong adanya pilihan
kepercayaan dari investor sehingga apabila kepercayaan semakin baik akan
meningkatkan harga saham begitu juga sebaliknya. Risiko sistematik yang
meningkat akan mengurangi minat investor.
49
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori, dan penelitian terdahulu, yang menganalisa pengaruh
rasio early warning system dan risiko sistematik terhadap harga saham dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh rasio early warning system terhadap harga saham
Signaling theory mengungkapkan bahwa sinyal-sinyal berupa informasi
yang tercermin dalam laporan keuangan akan memberikan pengaruh
terhadap pasar. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan akan
dianalisis oleh investor kemudian investor akan menganalisis informasi
tersebut. Informasi tersebut terkait dengan kinerja keuangan perusahaan
tentang prospek masa depan perusahaan tersebut. Informasi yang bagus
akan memberikan sinyal yang bagus sehingga investor tertarik dan
memberikan reaksi terhadap pasar berupa perubahan dalam jumlah
perdagangan saham dan harga saham (Jogiyanto: 2003. 392). Sinyal
berupa informasi diukur menggunakan rasio untuk mengetahui return
perusahaan yang dihasilkan (Yeye, 2011). Informasi berupa kinerja
keuangan dalam perusahaan asuransi dijelaskan oleh rasio early warning
system. Rasio early warning system adalah tolok ukur perhitungan dalam
mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan
asuransi (Satria, 1994:5). Rasio early warning system akan membantu
perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan (Satria, 1994: 64-65).
Menurut Satria (1994: 67), early warning system tercermin dalam rasio
yang terdiri dari empat belas rasio yang diklasifikasikan ke dalam rasio-
50
rasio solvabilitas, rasio-rasio keuntungan, rasio-rasio likuiditas, rasio-rasio
penerimaan premi, dan rasio-rasio cadangan teknis. Beberapa bukti
empiris yang mendukung teori tersebut seperti yang dilakukan
Tabroni, et al (2008) menemukan bahwa bagian dari rasio early warning
system digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
asuransi kerugian. Kinerja keuangan yang dihasilkan dapat menjadi
preferensi dalam menentukan harga saham. Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh Endang (2002) terhadap penilaian perusahaan asuransi
dengan rasio early warning system untuk mengetahui kinerja keuangan
perusahaan sehingga membantu investor dalam mengambil keputusan
berinvestasi. Kinerja keuangan yang baik akan mempengaruhi harga
saham. Penelitian yang dilakukan oleh Siswandaru (2006)
mengungkapkan bahwa rasio early warning system diukur menggunakan
indikator tertentu dapat mempengaruhi harga saham. Berdasarkan teori
tersebut, maka dapat diajukan hipotesis penelitian yang pertama (H1)
sebagai berikut :
H1: Rasio early warning system berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di BEI.
2. Pengaruh risiko sistematik terhadap harga saham.
Berdasarkan teori sinyal, sinyal-sinyal berupa informasi akuntansi dapat
berupa return. Return yang dihasilkan akan mempunyai tingkat risiko
tertentu. Risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah risiko
sistematik. Risiko sistematik diukur dengan menggunakan beta saham
51
(Halim, 2003: 70). Risiko sistematik merupakan rasio antara tingkat
keuntungan saham dengan tingkat keuntungan pasar atau risiko relatif
pasar terhadap risiko saham (Halim, 2003:78). Oleh karena beta saham
adalah input untuk menghitung tingkat keuntungan dan risiko, maka
hubungan beta saham dengan pergerakan harga saham dapat dijelaskan
melaui teori yang menyatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh
permintaan dan penawaran. Suatu saham juga mempunyai ekspektasi
keuntungan berdasarkan return dan risiko. Saham dengan beta tinggi akan
mempunyai return yang tinggi, maka saham tersebut terlalu mahal atau
overprice. Investor tidak menginginkan saham ini dan akan melepas atau
mengurangi jumlah saham dari portofolionya. Akibat saham dengan beta
tinggi banyak dilepas ke pasar maka penawaran saham tersebut akan naik
dan harganya turun. Perilaku investor dapat mencerminkan terhadap
perubahan harga saham. Investor biasanya sebagai risk averse sehingga
pada saat beta tinggi, investor akan enggan terhadap saham tersebut
sehingga harga saham akan turun.
Penelitian telah dilakukan oleh Bodie Kane et al (2002) dalam
Dedy A. Suhardi (2007) yang menyatakan bahwa hubungan beta saham
dengan pergerakan harga saham bersifat negatif yaitu pada saat beta tinggi
maka harga saham akan turun. Penelitian yang dilakukan oleh
Dedy A. Suhardi (2007) menyatakan bahwa beta saham mempunyai
korelasi kuat dan memberikan pengaruh terhadap perubahan harga saham.
52
Berdasarkan teori tersebut, maka dapat diajukan hipotesis yang kedua (H2)
sebagai berikut:
H2: Risiko sistematik (β) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan
asuransi kerugian yang terdaftar di BEI.