BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1...
-
Upload
nguyenhanh -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Wajib pajak
Wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran
pajak, pemotongan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan (Rosdiana dan
Irianto, 2011).Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotong pajak
tertentu.Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak
badan. Wajib pajak pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan
diatas pendapatan tidak kena pajak (Rahman, 2010)
Dalam KUP, ketentuan mengenai kewajiban mendaftarkan diri untuk
wajib pajak orang pribadi (WP OP) dibedakan perlakuannya (tax treatment)
antara wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan wajib
pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. Wajib
pajak orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak
badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor pokok wajib pajak
(NPWP) paling lama satu bulan setelah saat usaha mulai dijalankan (Rosdiana dan
Irianto, 2011).Yang dimaksud dengan saat usaha mulai dijalankan adalah saat
yang terjadi lebih dulu antara saat pendirian dan saat usaha nyata-nyata mulai
dilakukan.
10
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan defenisi wajib pajak diatas maka wajib pajak merupakan
Orang pribadi, atau Badan yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang
mendaftarkan diri yang melakukan penghitungan, pembayaran dan pelaporan
sesuai ketentuan perpajakan.(Rosdiana dan Irianto,2011) menggambarkan skema
batas waktu pendaftaran menjadi wajib pajak bagi wajib pajak orang pribadi di
indonesia sebagai berikut:
Sumber: Buku Tata cara perpajakan hal. 82 (Rosdiana &Edi, 2011) Gambar 2.1. Batas waktu pendaftaran bagi WP OP di Indonesia
Dalam Prosedur Administrasi Penagihan Perpajakan wajib paja memiliki
hak dan tanggung jawab(Rahman, 2010) antara lain:
1. Penagihan
Dalam hal ini wajib pajak mempersiapkan segala dokumen yang berkaitan
dengan aspek penagihan pajak .dalam proses penagihan, Wajib pajak
mempunyai hak dan kewajiban antara lain:
Kewajiban Mendaftarkan diri bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak Orang Pribadi menjalankan usaha atau pekerjaan
Wajib Pajak Orang Pribadi Tidak menjalankan usaha
Atau pekerjaan bebas
1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan
Paling lambat pada akhir bulan berikutnya, apabila jumlah penghasilannya sampai dengan satu bulan yang disetahunkan telah melewati Penghasilan tidak kena pajak (PTKP)
Universitas Sumatera Utara
A. Hak Wajib Pajak/ Penanggung Pajak
• Meminta Juru Sita Pajak memperlihatkan Kartu Tanda
Pengenal Juru sita pajak
• Menerima salinan surat oaksa dan salinan berita acara
penyitaan
• Menentukan urutan barang yang akan dilelang
• Sebelum pelaksanaan lelang wajib pajak diberi kesempatan
terakhir untuk melunasi utang pajak termasuk biaya
penyitaan, iklan, pembatalan lelang, dan melaporkan
pelunasan tersebut kepada kepala KPP yang bersangkutan
• Lelang tidak akan dilaksanakan apabila wajib pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak sebelum
pelaksanaan lelang.
B. Kewajiban Wajib Pajak
• Membantu juru sita pajak dalam melaksanakan tugasnya
• Memperbolehkan juru sita pajak memasuki ruangan, tempat
usah/ tempat tinggal wajib pajak
• Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang di perlukan
• Barang yang disita dilarang dipindahtangankan,
dihipotikkan atau di sewakan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Sosialisasi Perpajakan
2.1.2.1. Pengertian Sosialisasi Kegiatan penyuluhan pajak memiliki peranan dan andil yang cukup peting
dalam mensosialisasikan pajak ke seluruh wajib pajak.Berbagai media diharapkan
mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk patuh terhadap pajak dan
membawa pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi Negara.Berbagai media
diharapkan mampu menggugah kesadaran wajib pajak dan meningkatkan
kepatuhan wajib perpajakan Wajib pajak baik wajib pajak badan maupun orang
pribadi dalam rangka meningkatkan jumlah penerimaan Negara.
Ritcher Jr, (1987) Sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa
dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan tertentu
di masyarakat.
Broom dan Seznic (1961) menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses
membangun atau menanamkan nilai-nilai kelompok pada diri seseorang. Dari
beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan beberapa pengertian pokok
sosialisasi sebagai berikut:
a. Sosialisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia
b. Dalam sosialisasi terjadi saling mempengaruh antara individu beserta
segala potensi kemanusiaan masyarakat beserta kebudayaannya.
c. Melalui proses sosialisasi individu menyerap pengetahuan,
kepercayaan nilai-nilai norma, sikap dan keterampilan-keterampilan
dari budaya masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Hasil sosialisasi adalah berkembangnya kepribadian seseorang menjadi
suatu pribadi yang unik, sedangkan kebudayaan masyarakat juga
terpelihara dan berkembang melalui proses sosialisasi.
Pajak memiliki pengertian iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
undang undang dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjuk
yang digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat yang di pungut oleh lembaga tertentu yang di hunjuk (Ditjen Pajak)
berdasarkan KUP dalam Djoko Muljono, 2010.
Sesudah mengetahui arti sosialisasi dan pajak diatas, maka dapat diuraikan
pengertian sosialisasi perpajakan sebagai suatu upaya dari Direktorat Jendral
Pajak untuk memberikan pengertian, informasi dan pembinaan kepada masyarakat
pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya, mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan adanya
sosialisasi perpajakan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak diharapkan akan dapat
terciptanya partisipasi yang efektif dari masyarakat dan wajib pajak dalam
memenuhi hak dan kewajibannya sehingga memungkinkan lestarinya suatu
kesadaran perpajakan.
2.1.2.2. Bentuk-Bentuk Sosialisasi
Penyesuaian diri dalam sosialisasi terjadi secara berangsur-angsur sesuai
dengan perkembangan pertambahan ilmu pengetahuan dan penerimaan individu
terhadap nilai-nilai dan norma yang ada didalam lingkungan masyarakat dimana
masyarakat berada. Bentuk proses sosialisasi yang dialami individu terbagi
menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder Soekanto, (2002).
Universitas Sumatera Utara
a. Sosialisasi Primer dialami individu pada masa kanak-kanak terjadi
dalam lingkungan keluarga, individu tidak dapat menghindar untuk
menerima dan menginternalisasikan cara pandang keluarga.
b. Sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk
berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. Dalam sosialisasi
skunder terdapat proses sosialisasi dan desosialisasi, dimana keduanya
merupakan proses yang berkaitan satu sama lain. Resosialisasi
berkaitan dengan pengajaran dan penanaman nilai-nilai yang berbeda
dengan nilai-nilai yang pernah dialami sebelumnya untuk penguatan
dalam penanaman nilai-nilai baru tersebut maka desosialisasi terjadi
dimana diri individu yang lama dicabut dan diberi diri yang baru dalam
proses resosialisasi. Dalam sosialisasi ini jika individu menghindar dan
tidak menerima nilai dan norma-norma yang ada maka individu
tersebut akan dikucilkan dari lingkungannya berada.
Seseorang akan mengalami proses sosialisasi yang bersifat terus menerus
selama individu tersebut hidup mulai dari anak-anak sampai mereka dewasa.
Termasuk pula sosialisasi perpajakan, cepat atau lambat perpajakan harus
diketahui dan dipahami oleh semua lapisan masyarakat dalam mempelajari
perpajakan.
2.1.2.3. Dimensi Sosialisasi Perpajakan
Aspek yang akan diperoleh dari penyampaian informasi perpajakan yang
dilakukan pemerintah akan sangat mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam
membayar pajak, (Soekanto, 2002) antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Waktu
Dalam mensosialisasikan pajak Ditjen Pajak dapat menggunakan
waktu di setiap kesempatan yang ada, baik dengan mengunjungi ke
masing-masing rumah atau tempat usaha, maupun saat wajib pajak
sendiri dating ke kantor pajak setempat.
b. Media yang digunakan
Media informasi tentang pajak bersumber dari media massa, namun
media luar ruang juga menjadi sumber informasi pajak yang di
perhatikan masyarakat, maka sebaiknya media informasi lebih banyak
digunakan dalam sosialisasi perpajakan yaitu: Televisi, Koran,
Spanduk, media Flyer(spanduk dan poster), Radio, Media
Billboard/mini billboard maupun media internet.
c. Bentuk sosialisasi
Bentuk sosialisasi berupa penyampaian materi sosialisasi kepada
masyarakat harus lebih ditekankan pada manfaat pajak, Manfaat
NPWP dan pelayanan pajak di masing-masing unit.Sosialisasi yang
dilakukan kepada masyarakat melalui seminar, diskusi, serta
penyuluhan.
d. Informasi yang disampaikan
Kualitas informasi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa
yang sesederhana mungkin dan bukan bersifat teknis, sehingga
informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Sumber informasi yang
dinilai informastif dan dibutuhkan secara urut yaitu: Call Center,
Penyuluhan, Internet, Petugas Pajak, Televisi, Iklan Bis.
Universitas Sumatera Utara
e. Tujuan dan manfaat sosialisasi
Program yang dilakukan DJP berkaitan dengan kegiatan penyuluhan,
seminar pajak serta debat pajak melalui acara tax goes to campus
bertujuan guna menimbulkan pemahaman tentang pajak kepada
mahasiswa maupun masyarakat umum.
f. Pengetahuan wajib pajak
Dengan bekal pengetahuan serta melalui sosialisasi perpajakan yang
diterima diharapkan dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak akan
pentingnya membayar pajak untuk meningkatkan pembangunan dan
kemakmuran rakyat.
2.1.3. Kualitas Pelayanan Fiskus
Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan
segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas
pajak. Sehingga pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak
dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan
seseorang (dalam hal ini adalah wajib pajak). Tingkat keberhasilan penerimaan
pajak selain dipengaruhi oleh tax payer juga di pengaruhi oleh tax policy,tax law
dan tax administratio Prastiantono,1994. Tiga faktor terakhir ini melekat dan
dikendalikan oleh fiskus itu sendiri, sedangkan faktor tax payer didominasi dari
dalam diri wajib pajak itu sendiri.
Petugas pajak (Fiskus) dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat
atau wajib pajak sangat di pengaruhi oleh adanya tax policy,tax law dan tax
administration.Loekman Sutrisno (1994) Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajibanya membayar pajak tergantung pada bagaimana petugas pajak
Universitas Sumatera Utara
memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak.Fiskus diharapkan
memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian (skill), pengetahuan
(knowledge), dan pengalaman (experience) dalam hal kebijakan perpajakan,
administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan.Selain itu fiskus harus
memiliki motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik.
Kegiatan yang dilakukan otoritas pajak dengan menyapa masyarakat agar
menyampaikan SPT tepat waktu termasuk penyuluhan secara kontinyu melalui
berbagai media.Dengan penyuluhan secara terus menerus kepada masyarakat agar
mengetahui, mengakui, menghargai, dan menaati ketentuan pajak diharapkan
tujuan pajak dapat berhasil.Untuk mengetahui bagaimana pelayanan terbaik yang
seharusnya dilakukan oleh fiskus kepada wajib pajak, diperlukan juga pemahaman
mengenai hak dan kewajiban sebagai Fiskus. Kewajiban fiskus yang diatur dalam
undang-undang perpajakan adalah:
1. Kewajiban untuk membina wajib pajak
2. Kewajiban merahasiakan data wajib pajak
3. Kewajiban melaksanakan putusan
Sementara itu terdapat pula hak-hak fiskus yang diatur dalam undang-
undang perpajakan antara lain:
1. Hak menerbitkan NPWP dan NPPKP secara jabatan
2. Hak menerbitkan surat ketetapan pajak
3. Hak menerbitkan surat paksa dan surat perintah melaksankan penyitaan
4. Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan
5. Hak melakukan atau mengurangi sanksi administratif
6. Hak melakukan penyidikan, pencegahan dan penyanderaan
Universitas Sumatera Utara
Apabila petugas pajak melakukan kesalahan berkaitan dengan pelaksanaan
ketentuan perpajakan, bertindak diluar kewenangannya, menyalahgunakan
kekuasaan dengan maksud menguntungkan diri sendiri, dalam hal demikian wajib
pajak dapat mengadukan pelanggaran yang dilakukan pegawai pajak (fiskus)
tersebut kepada unit sub pelayanan dan Humas Ditjen Pajak Departemen
Keuangan. Djoko muljono dalam bukunya Hukum Pajak (2010) menyatakan
Berbagai kesalahan oleh petugas pajak dapat dikenakan sanksi pidana atau denda
maupun sanksi administratif, dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Sumber: Buku Hukum Pajak Hal. 15 (Djoko Muljiono, 2010)
Gambar 2.2. Pengenaan sanksi Pelanggaran pada petugas pajak (Fiskus) yang meyalahgunakan kekuasaannya
Sanksi pada Petugas Pajak
Pidana dan Denda
Sesuai Peraturan Perundang-undangan
Pidana
Mengungkapkan Rahasia Wajib Pajak
Bertindak diluar kewenangan
Pemerasa
KKN
Menetapkan pajak tidak sesuai undang-undang
Alpa
Sengaja
Kurungan 1 tahun dan Denda Rp. 25.000.000
Sanksi sesuai Peraturan perundang-undangan
Kurungan 2 Tahun dan denda Rp. 50.000.000
Sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
368 KUHP
Pidana Korupsi
Universitas Sumatera Utara
Upaya peningkatan kualitas pelayanan meliputi segala jenis pelayanan
yang berhubungan dengan proses pemenuhan kewajiban maupun hak wajib pajak
dibidang perpajakan misalnya kebersihan ruangan dan pendingin ruangan (AC)
yang dapat memberikan kenyamanan bagi wajib pajak, kelengkapan peralatan dan
perlengkapan ruangan lainnya seperti pengeras suara dan papan petunjuk ruangan
yang memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
kemudahan tata cara pembayaran, kecakapan petugas pajak dalam melayani
hingga penampilan petugas pajak.
2.1.4. Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (Norma Perpajakan) akan dituruti, ditaati, di
patuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib
pajak tidak melanggar norma perpajakan Mardiasmo (2006). Seorang wajib pajak
akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi
perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Sejak 1 Januari 2008 pengenaan
tarif sanksi administrasi terbaru dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 2.1. Perubahan Ketentuan Nilai Tarif Sanksi Administrasi Denda Perpajakan
No Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat pemberitahuan (SPT) Masa Ketentuan
Lama Ketentuan
Baru 1 2 1 2
SPT Masa PPn SPT Masa Lainnya.
SPT Tahunan PPh Wajib pajak Badan
SPT Tahunan .
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi
50.000,- 50.000,-
100.000,-
100.000,-
500.000,- 100.000,-
1.000.000,-
500.000,-
Sumber :Ortax.org 2011
Universitas Sumatera Utara
Seorang wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila
memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Sanksi
perpajakan dapat diukur sebagai berikut:
1. Sanksi administrasi
Sanksi Administrasi dikenakan bagi pelanggaran aturan perpajakan ringan,
dalam undang – undang perpajakan sanksi administrasi dapat dibedakan
dalam 3 kelompok yaitu:
a. Denda
Denda dikenakan terhadap keterlambatan pelaporan atau penyampaian
surat pemberitahuan (SPT) Pajak penghasilan (PPh), tidak membuat
faktur pajak atau membuat tetapi tidak tepat waktu, tidak mengisi
faktur pajak, melaporkan tidak sesuai masa penerbitan faktur pajak
(PPn).
b. Bunga
Bunga dikenakan terhadap pajak yang tidak atau kurang bayar.
c. Kenaikan
Kenaikan dikenakan terhadap hasil pemeriksaan terkait dengan
pengungkapan ketidak benaran yang berhubungan dengan
pembukuan, data SPT yang tidak benar, NPWP, jabatan, kewajiban
terkait pemeriksaan, tidak menyampaikan SPT dan sebagainya.
2. Sanksi Pidana
Dikenakan bagi pelanggaran aturan pajak cukup berat. Sanksi pidana
dikenakan sehubungan dengan pelanggaran terhadap peraturan perundang-
Universitas Sumatera Utara
undangan perpajakan khususnya yang tercantum dalam ketentuan umum
dan tata cara perpajakan Siti Resmi, (2009).
2.1.5. Kepatuhan Wajib Pajak
Pengertian kepatuhan pajak (tax compliance) adalah bahwa wajib pajak
mempunyai kesediaan untuk mematuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan yang
berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama
(obtrusiveinvestigation), peringatan atau pun ancaman dan penerapan sanksi baik
hukum maupun administrasi Loebbecke, (2003).James dan Alley, (1999)
mengemukakan kepatuhan wajib pajak sebagai suatu tingkatan dimana seorang
wajib pajak memenuhi peraturan perpajakan di negaranya. Pendapat lain tentang
kepatuhan wajib pajak jugadikemukakan oleh Kiryanto (2000), seperti dikutip
oleh Jatmiko (2006) yangmenyatakan suatu iklim kepatuhan wajib pajak adalah :
1. wajib pajak paham dan berusaha memahami UU Perpajakan
2. mengisi formulir pajak dengan benar
3. menghitung pajak dengan jumlah yang benar
4. membayar pajak tepat pada waktunya
Internal Revenue Service (Brown dan Maznur, 2003) megelompokkan
kepatuhan waajib pajak terdiri dari 3 tipe kepatuhan: (1) Kepatuhan penyerahan
SPT (filling compliance), (2) kepatuhan pembayaran (Payment complianc),(3)
Kepatuhan pelaporan (reporting compliance). Ketiga tipe kepatuhan tersebut
dapat diukur secara bersama-sama akan memberikan gambaran yang
komperhensif tentang kepatuhan wajib pajak. Namun demikian kepatuhan
perpajakan juga menuntut keikut sertaan aktif wajib pajak dalam
menyelenggarakan perpajakannya sebab Sebagian besar pekerjaan dalam
Universitas Sumatera Utara
pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan sendiri oleh wajib pajak atau
dengan bantuan praktisi perpajakan profesional.
2.1.5.1. Permasalahan Dalam Kepatuhan Wajib Pajak
Beberapa peneliti kepatuhan pajak menggunakan konsep Theory of planned
Behavior (ajzen, 1991) untuk menjelaskan prilaku kepatuhan pajak wajib pajak.
Berdasarkan teori ini, prilaku individu untuk tidak atau patuh terhadap ketentuan
perpajakan di pengaruhi oleh niat berperilaku dan niat berperilaku tidak atau patuh
di pengaruhi oleh tiga factor yaitu: 1) behavioral belief yaitu keyakinan akan hasil
dari suatu perilaku (outcome belief) yang membentuk variabel sikap (attitude), 2)
normative belief yaitu keyakinan individu terhadap harapan normatif yang
menjadi rujukannya yang membentuk variabel normative subjektif (subjective
norm), dan 3) Control belief yaitu keyakinan/persepsi individu tentang keberadaan
hal-hal yang mempengaruhi (menghambat atau mendukung) perilaku yang
membentuk variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived
behavioralcontrol).
Penyebab wajib pajak tidak patuh bervariasi, sebab utama adalah penghasilan
yang diperoleh wajib pajak yang utama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.Timbulnya konflik antara, kepentingan diri sendiri dan kepentingan
negara.Sebab lain adalah wajib pajak kurang sadar tentang kewajiban bernegara,
tidak patuh pada aturan, kurang menghargai hukum, tingginya tarif pajak, dan
kondisi lingkungan sekitar (Jatmiko, 2006).
Umumnya masyarakat disetiap negara memiliki kecendrungan untuk
meloloskan diri dari pembayaran pajak.Permasalahan tersebut timbul dari
pemikiran bahwa membayar pajak adalah pengorbanan yang dilakukan warga
Universitas Sumatera Utara
negara dengan menyerahkan sebagian hartanya kepada negara dengan
sukarela.Usaha yang dilakukan wajib pajak untuk meloloskan diri dari pajak
merupakan usaha yang disebut perlawanan terhadap pajak.Berbagai bentuk
perlawanan sebagai bentuk reaksi ketidak cocokan ataupun ketidak puasan
terhadap diberlakukannya pajak sering kali diwujudkan dalam bentuk perlawanan
pasif dan perlawanan aktif.
Pendekatan yang lazim digunakan untuk menganalisis kepatuhan pajak yaitu:
1. Pendekatan Ekonomi
Menurut pendekatan ekonomi kepatuhan perpajakan merupakan
manifestasi prilaku manusia rasional yang membuat keputusan
berdasarkan evaluasi antara manfaat dan biaya.Faktor yang menentukan
kepatuhan dalam pendekatan ini adalah tingkat tarif, Struktur Sanksi, dan
kemungkinan terdeteksi oleh hukum.
2. Pendekatan Psikologis
Menyatakan perilaku kepatuhan pajak di pengaruhi oleh faktor-faktor dan
cara pandang seseorang mengenai moralitas penyeludupan pajak yang
berkaitan dengan ide dan nilai-nilai yang dimilikinya, persepsi dan sikap
terhadap probabilitas kemungkinan terdeteksi, kerangka subjektif atas
keputusan pajak.
3. Pendekatan Sosiologis
Melihat sebab-sebab penyimpangan prilaku seseorang melalui kerangka
sistem sosialnya. Dorongan/tekanan masyarakat akan membentuk prilaku
yang sama efektifnya dengan sistem reward and punishment yang dibuat
oleh pemerintah. Menurut pendekatan ini faktor yang mempengaruhi tax
Universitas Sumatera Utara
avoidance dan tax evasian adalah sikap terhadap pemerintah, pandangan
mengenai penegakan hukum oleh pemerintah, pandangan mengenai
keadilan dan sistem perpajakan, kontak dengan kantor pajak dan
karakteristik demografi.
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
Jatmiko (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh Sikap wajib pajak
pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus, dan kesadaran perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP pratama di kota Semarang. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian
Jatmiko (2006) adalahbahwa sikap wajib pajak terhadap sanksi denda, pelayanan
fiskus, Kesadaran Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap Variabel kepatuhan
wajib pajak.
Rini (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis pengaruh Pemeriksaan
pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan
pada kantor pelayanan pajak Kebayoran Dua. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan formula statistik
paired sampleT-test (dengan pengujian dua sampel yang berpasangan). Hasil
penelitian Rini (2006) adalah bahwa terdapat perbedaan rata-rata kepatuhan wajib
pajak sebelum dan sesudah pemeriksaan.
Ritonga (2011) meneliti mengenai Analisis Pengaruh Kesadaran dan
Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kinerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan
Pelayanan Pajak sebagai Variabel Intervening di KPP Medan Timur.Analisis ini
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Structural equastin modelling
Universitas Sumatera Utara
(SEM).Hasil penelitian Ritonga (2011) adalah bahwa kesadaran Wajib Pajak
Badan berpengaruh signifikan terhadap pelayanan Wajib Pajak.Kepatuhan Wajib
Pajak berpengaruh signifikan terhadap kinerja KPP Medan Timur. Pelayanan
Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kinerja Kantor Pelayanan Pajak.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ritonga, Penelitian ini meneliti tentang
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan teknik sample kuesioner, dengan
menggunakan metode analisis regresi berganda dalam menguji kuesioner
penelitian.
Suyatmin (2004) meneliti mengenai Pengaruh Sikap Wajib Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan: Studi
empiris di wilayah KP PBB Surakarta. Analisis ini menggunakan teknik analisis
regresi berganda. Hasil Penelitian Suyatmin (2004) adalah bahwa semua variabel
bebas yaitu sikap wajib pajak, sanksi denda, pelayanan fiskus, kesadaran
bernegara,kesadaran perpajakan memiliki pengaruh yang sinifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak PBB baik secara parsial maupun simultan.
Sulud Kahona(2003) melakukan penelitian tentang pengaruh dari sikap
wajib pajak terhadap prioritas pembangunan daerah, sikap wajib pajak terhadap
prioritas pembangunan daerah, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus dan
sikap wajib pajak dalam penghindaran PBB terhadap kepatuhan wajib pajak PBB
di KP PBB Semarang. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
regresi berganda.Hasil penelitian Sulud Kahona (2003) adalah bahwa semua
variabel bebas yang di teliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepatuhan WP PBB baik secara parsial maupun simultan. Ringkasan penelitian-
penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara