BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1...

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Wajib pajak Wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan (Rosdiana dan Irianto, 2011).Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotong pajak tertentu.Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan. Wajib pajak pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan diatas pendapatan tidak kena pajak (Rahman, 2010) Dalam KUP, ketentuan mengenai kewajiban mendaftarkan diri untuk wajib pajak orang pribadi (WP OP) dibedakan perlakuannya (tax treatment) antara wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. Wajib pajak orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor pokok wajib pajak (NPWP) paling lama satu bulan setelah saat usaha mulai dijalankan (Rosdiana dan Irianto, 2011).Yang dimaksud dengan saat usaha mulai dijalankan adalah saat yang terjadi lebih dulu antara saat pendirian dan saat usaha nyata-nyata mulai dilakukan. 10 Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Wajib pajak

Wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran

pajak, pemotongan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan (Rosdiana dan

Irianto, 2011).Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan

kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotong pajak

tertentu.Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak

badan. Wajib pajak pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan

diatas pendapatan tidak kena pajak (Rahman, 2010)

Dalam KUP, ketentuan mengenai kewajiban mendaftarkan diri untuk

wajib pajak orang pribadi (WP OP) dibedakan perlakuannya (tax treatment)

antara wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan wajib

pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. Wajib

pajak orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak

badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor pokok wajib pajak

(NPWP) paling lama satu bulan setelah saat usaha mulai dijalankan (Rosdiana dan

Irianto, 2011).Yang dimaksud dengan saat usaha mulai dijalankan adalah saat

yang terjadi lebih dulu antara saat pendirian dan saat usaha nyata-nyata mulai

dilakukan.

10

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

Berdasarkan defenisi wajib pajak diatas maka wajib pajak merupakan

Orang pribadi, atau Badan yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang

mendaftarkan diri yang melakukan penghitungan, pembayaran dan pelaporan

sesuai ketentuan perpajakan.(Rosdiana dan Irianto,2011) menggambarkan skema

batas waktu pendaftaran menjadi wajib pajak bagi wajib pajak orang pribadi di

indonesia sebagai berikut:

Sumber: Buku Tata cara perpajakan hal. 82 (Rosdiana &Edi, 2011) Gambar 2.1. Batas waktu pendaftaran bagi WP OP di Indonesia

Dalam Prosedur Administrasi Penagihan Perpajakan wajib paja memiliki

hak dan tanggung jawab(Rahman, 2010) antara lain:

1. Penagihan

Dalam hal ini wajib pajak mempersiapkan segala dokumen yang berkaitan

dengan aspek penagihan pajak .dalam proses penagihan, Wajib pajak

mempunyai hak dan kewajiban antara lain:

Kewajiban Mendaftarkan diri bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib Pajak Orang Pribadi menjalankan usaha atau pekerjaan

Wajib Pajak Orang Pribadi Tidak menjalankan usaha

Atau pekerjaan bebas

1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan

Paling lambat pada akhir bulan berikutnya, apabila jumlah penghasilannya sampai dengan satu bulan yang disetahunkan telah melewati Penghasilan tidak kena pajak (PTKP)

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

A. Hak Wajib Pajak/ Penanggung Pajak

• Meminta Juru Sita Pajak memperlihatkan Kartu Tanda

Pengenal Juru sita pajak

• Menerima salinan surat oaksa dan salinan berita acara

penyitaan

• Menentukan urutan barang yang akan dilelang

• Sebelum pelaksanaan lelang wajib pajak diberi kesempatan

terakhir untuk melunasi utang pajak termasuk biaya

penyitaan, iklan, pembatalan lelang, dan melaporkan

pelunasan tersebut kepada kepala KPP yang bersangkutan

• Lelang tidak akan dilaksanakan apabila wajib pajak

melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak sebelum

pelaksanaan lelang.

B. Kewajiban Wajib Pajak

• Membantu juru sita pajak dalam melaksanakan tugasnya

• Memperbolehkan juru sita pajak memasuki ruangan, tempat

usah/ tempat tinggal wajib pajak

• Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang di perlukan

• Barang yang disita dilarang dipindahtangankan,

dihipotikkan atau di sewakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

2.1.2. Sosialisasi Perpajakan

2.1.2.1. Pengertian Sosialisasi Kegiatan penyuluhan pajak memiliki peranan dan andil yang cukup peting

dalam mensosialisasikan pajak ke seluruh wajib pajak.Berbagai media diharapkan

mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk patuh terhadap pajak dan

membawa pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi Negara.Berbagai media

diharapkan mampu menggugah kesadaran wajib pajak dan meningkatkan

kepatuhan wajib perpajakan Wajib pajak baik wajib pajak badan maupun orang

pribadi dalam rangka meningkatkan jumlah penerimaan Negara.

Ritcher Jr, (1987) Sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan sikap agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa

dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan tertentu

di masyarakat.

Broom dan Seznic (1961) menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses

membangun atau menanamkan nilai-nilai kelompok pada diri seseorang. Dari

beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan beberapa pengertian pokok

sosialisasi sebagai berikut:

a. Sosialisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia

b. Dalam sosialisasi terjadi saling mempengaruh antara individu beserta

segala potensi kemanusiaan masyarakat beserta kebudayaannya.

c. Melalui proses sosialisasi individu menyerap pengetahuan,

kepercayaan nilai-nilai norma, sikap dan keterampilan-keterampilan

dari budaya masyarakatnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

d. Hasil sosialisasi adalah berkembangnya kepribadian seseorang menjadi

suatu pribadi yang unik, sedangkan kebudayaan masyarakat juga

terpelihara dan berkembang melalui proses sosialisasi.

Pajak memiliki pengertian iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan

undang undang dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjuk

yang digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat yang di pungut oleh lembaga tertentu yang di hunjuk (Ditjen Pajak)

berdasarkan KUP dalam Djoko Muljono, 2010.

Sesudah mengetahui arti sosialisasi dan pajak diatas, maka dapat diuraikan

pengertian sosialisasi perpajakan sebagai suatu upaya dari Direktorat Jendral

Pajak untuk memberikan pengertian, informasi dan pembinaan kepada masyarakat

pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya, mengenai segala sesuatu yang

berhubungan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan adanya

sosialisasi perpajakan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak diharapkan akan dapat

terciptanya partisipasi yang efektif dari masyarakat dan wajib pajak dalam

memenuhi hak dan kewajibannya sehingga memungkinkan lestarinya suatu

kesadaran perpajakan.

2.1.2.2. Bentuk-Bentuk Sosialisasi

Penyesuaian diri dalam sosialisasi terjadi secara berangsur-angsur sesuai

dengan perkembangan pertambahan ilmu pengetahuan dan penerimaan individu

terhadap nilai-nilai dan norma yang ada didalam lingkungan masyarakat dimana

masyarakat berada. Bentuk proses sosialisasi yang dialami individu terbagi

menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder Soekanto, (2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

a. Sosialisasi Primer dialami individu pada masa kanak-kanak terjadi

dalam lingkungan keluarga, individu tidak dapat menghindar untuk

menerima dan menginternalisasikan cara pandang keluarga.

b. Sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk

berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. Dalam sosialisasi

skunder terdapat proses sosialisasi dan desosialisasi, dimana keduanya

merupakan proses yang berkaitan satu sama lain. Resosialisasi

berkaitan dengan pengajaran dan penanaman nilai-nilai yang berbeda

dengan nilai-nilai yang pernah dialami sebelumnya untuk penguatan

dalam penanaman nilai-nilai baru tersebut maka desosialisasi terjadi

dimana diri individu yang lama dicabut dan diberi diri yang baru dalam

proses resosialisasi. Dalam sosialisasi ini jika individu menghindar dan

tidak menerima nilai dan norma-norma yang ada maka individu

tersebut akan dikucilkan dari lingkungannya berada.

Seseorang akan mengalami proses sosialisasi yang bersifat terus menerus

selama individu tersebut hidup mulai dari anak-anak sampai mereka dewasa.

Termasuk pula sosialisasi perpajakan, cepat atau lambat perpajakan harus

diketahui dan dipahami oleh semua lapisan masyarakat dalam mempelajari

perpajakan.

2.1.2.3. Dimensi Sosialisasi Perpajakan

Aspek yang akan diperoleh dari penyampaian informasi perpajakan yang

dilakukan pemerintah akan sangat mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam

membayar pajak, (Soekanto, 2002) antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

a. Waktu

Dalam mensosialisasikan pajak Ditjen Pajak dapat menggunakan

waktu di setiap kesempatan yang ada, baik dengan mengunjungi ke

masing-masing rumah atau tempat usaha, maupun saat wajib pajak

sendiri dating ke kantor pajak setempat.

b. Media yang digunakan

Media informasi tentang pajak bersumber dari media massa, namun

media luar ruang juga menjadi sumber informasi pajak yang di

perhatikan masyarakat, maka sebaiknya media informasi lebih banyak

digunakan dalam sosialisasi perpajakan yaitu: Televisi, Koran,

Spanduk, media Flyer(spanduk dan poster), Radio, Media

Billboard/mini billboard maupun media internet.

c. Bentuk sosialisasi

Bentuk sosialisasi berupa penyampaian materi sosialisasi kepada

masyarakat harus lebih ditekankan pada manfaat pajak, Manfaat

NPWP dan pelayanan pajak di masing-masing unit.Sosialisasi yang

dilakukan kepada masyarakat melalui seminar, diskusi, serta

penyuluhan.

d. Informasi yang disampaikan

Kualitas informasi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa

yang sesederhana mungkin dan bukan bersifat teknis, sehingga

informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Sumber informasi yang

dinilai informastif dan dibutuhkan secara urut yaitu: Call Center,

Penyuluhan, Internet, Petugas Pajak, Televisi, Iklan Bis.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

e. Tujuan dan manfaat sosialisasi

Program yang dilakukan DJP berkaitan dengan kegiatan penyuluhan,

seminar pajak serta debat pajak melalui acara tax goes to campus

bertujuan guna menimbulkan pemahaman tentang pajak kepada

mahasiswa maupun masyarakat umum.

f. Pengetahuan wajib pajak

Dengan bekal pengetahuan serta melalui sosialisasi perpajakan yang

diterima diharapkan dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak akan

pentingnya membayar pajak untuk meningkatkan pembangunan dan

kemakmuran rakyat.

2.1.3. Kualitas Pelayanan Fiskus

Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan

segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas

pajak. Sehingga pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak

dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan

seseorang (dalam hal ini adalah wajib pajak). Tingkat keberhasilan penerimaan

pajak selain dipengaruhi oleh tax payer juga di pengaruhi oleh tax policy,tax law

dan tax administratio Prastiantono,1994. Tiga faktor terakhir ini melekat dan

dikendalikan oleh fiskus itu sendiri, sedangkan faktor tax payer didominasi dari

dalam diri wajib pajak itu sendiri.

Petugas pajak (Fiskus) dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat

atau wajib pajak sangat di pengaruhi oleh adanya tax policy,tax law dan tax

administration.Loekman Sutrisno (1994) Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi

kewajibanya membayar pajak tergantung pada bagaimana petugas pajak

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak.Fiskus diharapkan

memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian (skill), pengetahuan

(knowledge), dan pengalaman (experience) dalam hal kebijakan perpajakan,

administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan.Selain itu fiskus harus

memiliki motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik.

Kegiatan yang dilakukan otoritas pajak dengan menyapa masyarakat agar

menyampaikan SPT tepat waktu termasuk penyuluhan secara kontinyu melalui

berbagai media.Dengan penyuluhan secara terus menerus kepada masyarakat agar

mengetahui, mengakui, menghargai, dan menaati ketentuan pajak diharapkan

tujuan pajak dapat berhasil.Untuk mengetahui bagaimana pelayanan terbaik yang

seharusnya dilakukan oleh fiskus kepada wajib pajak, diperlukan juga pemahaman

mengenai hak dan kewajiban sebagai Fiskus. Kewajiban fiskus yang diatur dalam

undang-undang perpajakan adalah:

1. Kewajiban untuk membina wajib pajak

2. Kewajiban merahasiakan data wajib pajak

3. Kewajiban melaksanakan putusan

Sementara itu terdapat pula hak-hak fiskus yang diatur dalam undang-

undang perpajakan antara lain:

1. Hak menerbitkan NPWP dan NPPKP secara jabatan

2. Hak menerbitkan surat ketetapan pajak

3. Hak menerbitkan surat paksa dan surat perintah melaksankan penyitaan

4. Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan

5. Hak melakukan atau mengurangi sanksi administratif

6. Hak melakukan penyidikan, pencegahan dan penyanderaan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

Apabila petugas pajak melakukan kesalahan berkaitan dengan pelaksanaan

ketentuan perpajakan, bertindak diluar kewenangannya, menyalahgunakan

kekuasaan dengan maksud menguntungkan diri sendiri, dalam hal demikian wajib

pajak dapat mengadukan pelanggaran yang dilakukan pegawai pajak (fiskus)

tersebut kepada unit sub pelayanan dan Humas Ditjen Pajak Departemen

Keuangan. Djoko muljono dalam bukunya Hukum Pajak (2010) menyatakan

Berbagai kesalahan oleh petugas pajak dapat dikenakan sanksi pidana atau denda

maupun sanksi administratif, dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Buku Hukum Pajak Hal. 15 (Djoko Muljiono, 2010)

Gambar 2.2. Pengenaan sanksi Pelanggaran pada petugas pajak (Fiskus) yang meyalahgunakan kekuasaannya

Sanksi pada Petugas Pajak

Pidana dan Denda

Sesuai Peraturan Perundang-undangan

Pidana

Mengungkapkan Rahasia Wajib Pajak

Bertindak diluar kewenangan

Pemerasa

KKN

Menetapkan pajak tidak sesuai undang-undang

Alpa

Sengaja

Kurungan 1 tahun dan Denda Rp. 25.000.000

Sanksi sesuai Peraturan perundang-undangan

Kurungan 2 Tahun dan denda Rp. 50.000.000

Sanksi sesuai peraturan perundang-undangan

368 KUHP

Pidana Korupsi

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

Upaya peningkatan kualitas pelayanan meliputi segala jenis pelayanan

yang berhubungan dengan proses pemenuhan kewajiban maupun hak wajib pajak

dibidang perpajakan misalnya kebersihan ruangan dan pendingin ruangan (AC)

yang dapat memberikan kenyamanan bagi wajib pajak, kelengkapan peralatan dan

perlengkapan ruangan lainnya seperti pengeras suara dan papan petunjuk ruangan

yang memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,

kemudahan tata cara pembayaran, kecakapan petugas pajak dalam melayani

hingga penampilan petugas pajak.

2.1.4. Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan (Norma Perpajakan) akan dituruti, ditaati, di

patuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib

pajak tidak melanggar norma perpajakan Mardiasmo (2006). Seorang wajib pajak

akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi

perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Sejak 1 Januari 2008 pengenaan

tarif sanksi administrasi terbaru dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.1. Perubahan Ketentuan Nilai Tarif Sanksi Administrasi Denda Perpajakan

No Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat pemberitahuan (SPT) Masa Ketentuan

Lama Ketentuan

Baru 1 2 1 2

SPT Masa PPn SPT Masa Lainnya.

SPT Tahunan PPh Wajib pajak Badan

SPT Tahunan .

SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi

50.000,- 50.000,-

100.000,-

100.000,-

500.000,- 100.000,-

1.000.000,-

500.000,-

Sumber :Ortax.org 2011

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

Seorang wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila

memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Sanksi

perpajakan dapat diukur sebagai berikut:

1. Sanksi administrasi

Sanksi Administrasi dikenakan bagi pelanggaran aturan perpajakan ringan,

dalam undang – undang perpajakan sanksi administrasi dapat dibedakan

dalam 3 kelompok yaitu:

a. Denda

Denda dikenakan terhadap keterlambatan pelaporan atau penyampaian

surat pemberitahuan (SPT) Pajak penghasilan (PPh), tidak membuat

faktur pajak atau membuat tetapi tidak tepat waktu, tidak mengisi

faktur pajak, melaporkan tidak sesuai masa penerbitan faktur pajak

(PPn).

b. Bunga

Bunga dikenakan terhadap pajak yang tidak atau kurang bayar.

c. Kenaikan

Kenaikan dikenakan terhadap hasil pemeriksaan terkait dengan

pengungkapan ketidak benaran yang berhubungan dengan

pembukuan, data SPT yang tidak benar, NPWP, jabatan, kewajiban

terkait pemeriksaan, tidak menyampaikan SPT dan sebagainya.

2. Sanksi Pidana

Dikenakan bagi pelanggaran aturan pajak cukup berat. Sanksi pidana

dikenakan sehubungan dengan pelanggaran terhadap peraturan perundang-

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

undangan perpajakan khususnya yang tercantum dalam ketentuan umum

dan tata cara perpajakan Siti Resmi, (2009).

2.1.5. Kepatuhan Wajib Pajak

Pengertian kepatuhan pajak (tax compliance) adalah bahwa wajib pajak

mempunyai kesediaan untuk mematuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan yang

berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama

(obtrusiveinvestigation), peringatan atau pun ancaman dan penerapan sanksi baik

hukum maupun administrasi Loebbecke, (2003).James dan Alley, (1999)

mengemukakan kepatuhan wajib pajak sebagai suatu tingkatan dimana seorang

wajib pajak memenuhi peraturan perpajakan di negaranya. Pendapat lain tentang

kepatuhan wajib pajak jugadikemukakan oleh Kiryanto (2000), seperti dikutip

oleh Jatmiko (2006) yangmenyatakan suatu iklim kepatuhan wajib pajak adalah :

1. wajib pajak paham dan berusaha memahami UU Perpajakan

2. mengisi formulir pajak dengan benar

3. menghitung pajak dengan jumlah yang benar

4. membayar pajak tepat pada waktunya

Internal Revenue Service (Brown dan Maznur, 2003) megelompokkan

kepatuhan waajib pajak terdiri dari 3 tipe kepatuhan: (1) Kepatuhan penyerahan

SPT (filling compliance), (2) kepatuhan pembayaran (Payment complianc),(3)

Kepatuhan pelaporan (reporting compliance). Ketiga tipe kepatuhan tersebut

dapat diukur secara bersama-sama akan memberikan gambaran yang

komperhensif tentang kepatuhan wajib pajak. Namun demikian kepatuhan

perpajakan juga menuntut keikut sertaan aktif wajib pajak dalam

menyelenggarakan perpajakannya sebab Sebagian besar pekerjaan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan sendiri oleh wajib pajak atau

dengan bantuan praktisi perpajakan profesional.

2.1.5.1. Permasalahan Dalam Kepatuhan Wajib Pajak

Beberapa peneliti kepatuhan pajak menggunakan konsep Theory of planned

Behavior (ajzen, 1991) untuk menjelaskan prilaku kepatuhan pajak wajib pajak.

Berdasarkan teori ini, prilaku individu untuk tidak atau patuh terhadap ketentuan

perpajakan di pengaruhi oleh niat berperilaku dan niat berperilaku tidak atau patuh

di pengaruhi oleh tiga factor yaitu: 1) behavioral belief yaitu keyakinan akan hasil

dari suatu perilaku (outcome belief) yang membentuk variabel sikap (attitude), 2)

normative belief yaitu keyakinan individu terhadap harapan normatif yang

menjadi rujukannya yang membentuk variabel normative subjektif (subjective

norm), dan 3) Control belief yaitu keyakinan/persepsi individu tentang keberadaan

hal-hal yang mempengaruhi (menghambat atau mendukung) perilaku yang

membentuk variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived

behavioralcontrol).

Penyebab wajib pajak tidak patuh bervariasi, sebab utama adalah penghasilan

yang diperoleh wajib pajak yang utama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.Timbulnya konflik antara, kepentingan diri sendiri dan kepentingan

negara.Sebab lain adalah wajib pajak kurang sadar tentang kewajiban bernegara,

tidak patuh pada aturan, kurang menghargai hukum, tingginya tarif pajak, dan

kondisi lingkungan sekitar (Jatmiko, 2006).

Umumnya masyarakat disetiap negara memiliki kecendrungan untuk

meloloskan diri dari pembayaran pajak.Permasalahan tersebut timbul dari

pemikiran bahwa membayar pajak adalah pengorbanan yang dilakukan warga

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

negara dengan menyerahkan sebagian hartanya kepada negara dengan

sukarela.Usaha yang dilakukan wajib pajak untuk meloloskan diri dari pajak

merupakan usaha yang disebut perlawanan terhadap pajak.Berbagai bentuk

perlawanan sebagai bentuk reaksi ketidak cocokan ataupun ketidak puasan

terhadap diberlakukannya pajak sering kali diwujudkan dalam bentuk perlawanan

pasif dan perlawanan aktif.

Pendekatan yang lazim digunakan untuk menganalisis kepatuhan pajak yaitu:

1. Pendekatan Ekonomi

Menurut pendekatan ekonomi kepatuhan perpajakan merupakan

manifestasi prilaku manusia rasional yang membuat keputusan

berdasarkan evaluasi antara manfaat dan biaya.Faktor yang menentukan

kepatuhan dalam pendekatan ini adalah tingkat tarif, Struktur Sanksi, dan

kemungkinan terdeteksi oleh hukum.

2. Pendekatan Psikologis

Menyatakan perilaku kepatuhan pajak di pengaruhi oleh faktor-faktor dan

cara pandang seseorang mengenai moralitas penyeludupan pajak yang

berkaitan dengan ide dan nilai-nilai yang dimilikinya, persepsi dan sikap

terhadap probabilitas kemungkinan terdeteksi, kerangka subjektif atas

keputusan pajak.

3. Pendekatan Sosiologis

Melihat sebab-sebab penyimpangan prilaku seseorang melalui kerangka

sistem sosialnya. Dorongan/tekanan masyarakat akan membentuk prilaku

yang sama efektifnya dengan sistem reward and punishment yang dibuat

oleh pemerintah. Menurut pendekatan ini faktor yang mempengaruhi tax

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

avoidance dan tax evasian adalah sikap terhadap pemerintah, pandangan

mengenai penegakan hukum oleh pemerintah, pandangan mengenai

keadilan dan sistem perpajakan, kontak dengan kantor pajak dan

karakteristik demografi.

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

Jatmiko (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh Sikap wajib pajak

pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus, dan kesadaran perpajakan

terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP pratama di kota Semarang. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian

Jatmiko (2006) adalahbahwa sikap wajib pajak terhadap sanksi denda, pelayanan

fiskus, Kesadaran Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap Variabel kepatuhan

wajib pajak.

Rini (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis pengaruh Pemeriksaan

pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan

pada kantor pelayanan pajak Kebayoran Dua. Analisis ini dilakukan dengan

menggunakan teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan formula statistik

paired sampleT-test (dengan pengujian dua sampel yang berpasangan). Hasil

penelitian Rini (2006) adalah bahwa terdapat perbedaan rata-rata kepatuhan wajib

pajak sebelum dan sesudah pemeriksaan.

Ritonga (2011) meneliti mengenai Analisis Pengaruh Kesadaran dan

Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kinerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan

Pelayanan Pajak sebagai Variabel Intervening di KPP Medan Timur.Analisis ini

dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Structural equastin modelling

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

(SEM).Hasil penelitian Ritonga (2011) adalah bahwa kesadaran Wajib Pajak

Badan berpengaruh signifikan terhadap pelayanan Wajib Pajak.Kepatuhan Wajib

Pajak berpengaruh signifikan terhadap kinerja KPP Medan Timur. Pelayanan

Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kinerja Kantor Pelayanan Pajak.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ritonga, Penelitian ini meneliti tentang

kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan teknik sample kuesioner, dengan

menggunakan metode analisis regresi berganda dalam menguji kuesioner

penelitian.

Suyatmin (2004) meneliti mengenai Pengaruh Sikap Wajib Pajak terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan: Studi

empiris di wilayah KP PBB Surakarta. Analisis ini menggunakan teknik analisis

regresi berganda. Hasil Penelitian Suyatmin (2004) adalah bahwa semua variabel

bebas yaitu sikap wajib pajak, sanksi denda, pelayanan fiskus, kesadaran

bernegara,kesadaran perpajakan memiliki pengaruh yang sinifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak PBB baik secara parsial maupun simultan.

Sulud Kahona(2003) melakukan penelitian tentang pengaruh dari sikap

wajib pajak terhadap prioritas pembangunan daerah, sikap wajib pajak terhadap

prioritas pembangunan daerah, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus dan

sikap wajib pajak dalam penghindaran PBB terhadap kepatuhan wajib pajak PBB

di KP PBB Semarang. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis

regresi berganda.Hasil penelitian Sulud Kahona (2003) adalah bahwa semua

variabel bebas yang di teliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kepatuhan WP PBB baik secara parsial maupun simultan. Ringkasan penelitian-

penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter II.pdf · Gambar 2.1. Batas waktu ... b. Dalam sosialisasi terjadi saling

Universitas Sumatera Utara