BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi...
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi dan beberapa pendapat
yang berhubungan dengan topik penelitian, antara lain mengenai Kemiskinan,
Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendidikan, dan Kesehatan.
2.1.1 Definisi Kemiskinan
Badan Pusat Statistik mengartikan kemiskinan sebagai suatu kondisi
ketidakmampuan dari segi ekonomi untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Sehingga, setiap
penduduk yang mempunyai rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah
Garis Kemiskinan dapat dikategorikan kedalam penduduk miskin. Sementara itu,
menurut Suryawati (2005) kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan secara
ekonomi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dikarenakan pendapatan
yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya kebutuhan pokok. Kondisi
ketidakmampuan secara ekonomi diakibatkan dari pendapatan yang rendah
sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan
papan. Pendapatan yang rendah juga berdampak terhadap ketidakmampuan untuk
mendapatkan standar hidup rata-rata seperti standar pendidikan dan standar
kesehatan. Secara umum, kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan dari
seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar.
14
Badan Pusat Statistik (2017) mendefinisikan kemiskinan sebagai
permasalahan yang bersifat multidimensional dan kemiskinan dapat menyebabkan
berkurangnya tingkat kesejahteraan individu. Permasalahan multidimensional
adalah permasalahan yang disebabkan karena kebutuhan manusia yang
bermacam-macam, seperti kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan),
kebutuhan terhadap akses layanan kesehatan, kebutuhan terhadap layanan
pendidikan, dan lain-lain. Oleh karenanya, permasalahan kemiskinan menjadi
prioritas pembangunan.
Chambers (1983) berpendapat bahwa kemiskinan adalah konsep suatu
kesatuan (integrated concepts) yang terdiri dari 5 dimensi, yaitu:
1. Kemiskinan (Proper)
Kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok. Pandangan ini tidak hanya berlaku terhadap
mereka yang tidak mempunyai pendapatan, tetapi berlaku juga untuk mereka
yang mempunyai pendapatan namun belum bisa untuk memenuhi kebutuhan
pokok.
2. Ketidakberdayaan (Powerless)
Rendahnya pendapatan yang dihasilkan, secara tidak langsung akan berdampak
terhadap social power seseorang dalam memperoleh keadilan atau persamaan
hak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
3. Kerentanan terhadap situasi darurat (State of Emergency)
Seperti yang kita ketahui, situasi darurat seperti kecelakaan, bencana alam, dan
sebagainya memang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Bagi golongan
15
miskin, mereka tidak akan bisa menghadapi situasi yang tak terduga karena
tidak mempunyai alokasi pendapatan untuk membiayainya.
4. Ketergantungan (dependency)
Rendahnya pendapatan dan keterbatasan terhadap social power membuat
golongan miskin sangat bergantung pada pihak lain. Bantuan dari pihak lain
sangat dibutuhkan oleh mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Oleh karenanya, tingkat ketergantungan terhadap pihak lain sangat
tinggi.
5. Keterasingan (Isolation)
Keterasingan yang dimaksud yaitu golongan miskin rata-rata berada di daerah
yang jauh dari pusat-pusat perekonomian. Sementara itu, sebagian besar
fasilitas-fasilitas yang sudah memadai lebih banyak tersedia di wilayah pusat-
pusat perekonomian. Sedangkan wilayah terpencil yang sulit terjangkau oleh
fasilitas-fasilitas yang memadai akan membuat warganya sulit keluar dari zona
kemiskinan.
Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan kemiskinan merupakan suatu
permasalahan yang serius di setiap daerah. Oleh karenanya, pemerintah harus
memberikan perhatian yang serius dan harus segera dikaji lebih lanjut supaya ada
solusi yang terbaik untuk mengurangi angka kemiskinan. Menurut Levin (1995)
pendidikan berperan penting untuk merespons permasalahan kemiskinan karena
pendidikan merupakan investasi untuk sumber daya manusia. Tetapi tidak cukup
di sektor pendidikan saja, karena peran pemerintah pun sangat penting dalam
mengeluarkan kebijakan-kebijakan mengenai pengentasan kemiskinan.
16
2.1.2 Bentuk dan Jenis Kemiskinan
Badan Pusat Statistik (2011) menyebutkan bahwa kemiskinan terbagi
menjadi 2 bentuk, yaitu:
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah kondisi seseorang atau kelompok yang mempunyai
pendapatan dibawah garis kemiskinan, sehingga mereka tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhan standar seperti sandang, pangan, papan, pelayanan
pendidikan, akses terhadap kesehatan, serta perumahan yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif adalah bentuk kemiskinan yang diakibatkan oleh pengaruh
kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat,
hal tersebut menyebabkan terciptanya ketimpangan distribusi pendapatan atau
ketimpangan standar kesejahteraan. Jadi, bentuk kemiskinan ini terjadi karena
adanya kebijakan pembangunan yang tidak merata, sehingga tidak semua
masyarakat bisa merasakan hasil dari kebijakan tersebut dan pada akhirnya
masih ada masyarakat yang miskin.
Setelah mengetahui bentuk-bentuk kemiskinan, selanjutnya akan dibahas
mengenai jenis-jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya, antara lain:
1. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang disebabkan karena kelangkaan
sumber daya alam, keadaan tanah yang tidak subur, serta tidak tersedianya
fasilitas pra sarana seperti jalan raya, air bersih, listrik, dan lain-lain.
17
Kemiskinan jenis ini biasanya melanda daerah yang belum terjangkau oleh
kebijakan pembangunan, sehingga menjadi daerah tertinggal dan
masyarakatnya sulit keluar dari zona kemiskinan.
2. Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang disebabkan karena kebijakan
pembangunan yang tidak merata, sehingga masyarakat tidak mempunyai
banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya dan fasilitas ekonomi.
Kemiskinan jenis ini disebut juga sebagai dampak negatif dari pembangunan
ekonomi karena pembangunan ini menargetkan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Hal tersebut berdampak pada tidak meratanya pembagian hasil-hasil
pembangunan, contohnya seperti sektor industri yang merasa lebih
diuntungkan dengan adanya pembangunan ini, dibandingkan dengan sektor
pertanian.
2.1.3 Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan merupakan permasalahan yang menimpa seseorang atau
masyarakat yang disebabkan karena ketidakmampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan standar minimum. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor yang terjadi di kehidupan. Menurut Sharp dalam Kuncoro (2006)
mengemukakan 3 faktor yang menyebabkan kemiskinan berdasarkan pandangan
sisi ekonomi dan juga berlandaskan pada teori lingkaran setan kemiskinan
(vicious circle of poverty), antara lain:
18
1. Kemiskinan terjadi karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber
daya sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan di antara masyarakat.
Perlu diketahui bahwa masyarakat miskin mempunyai sumber daya yang
terbatas serta kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan terjadi karena perbedaan kualitas sumber daya manusia. Hal ini
dikarenakan tidak semua masyarakat bisa merasakan pendidikan. Akibat dari
perbedaan pendidikan ini akan menghasilkan perbedaan kualitas sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang rendah akan menghasilkan produktivitas
yang rendah dan secara otomatis akan berdampak pada penghasilan yang
rendah juga.
3. Kemiskinan terjadi karena perbedaan akses dalam modal.
Sementara itu, Todaro and Smith (2012) berpendapat bahwa kemiskinan
yang terjadi di negara-negara berkembang akibat dari interaksi antara 6
karakteristik berikut:
1. Tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang terbilang rendah, dan
laju pertumbuhan ekonominya tergolong lambat.
2. Pendapatan per kapita negara-negara berkembang bisa dikatakan rendah, serta
pertumbuhannya yang masih lambat bahkan ada beberapa yang mengalami
stagnansi.
3. Distribusi pendapatan yang tidak merata.
4. Mayoritas penduduk di negara-negara berkembang harus harus hidup dibawah
tekanan kemiskinan absolut.
19
5. Fasilitas dan pelayanan kesehatan masih buruk dan sangat terbatas, kekurangan
gizi dan banyaknya wabah penyakit menyebabkan kematian bayi di negara-
negara berkembang sepuluh kali lebih tinggi dibanding dengan yang ada di
negara maju.
6. Fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang maupun isi
kurikulumnya relatif masih kurang relevan maupun kurang memadai. Selain
itu, tingkat kegagalan menyelesaikan pendidikan relatif masih tinggi,
sedangkan tingkat melek huruf masih rendah.
2.1.4 Ukuran Kemiskinan
Kemiskinan merupakan permasalahan ekonomi yang terjadi di hampir setiap
daerah. Untuk mengetahui kondisi kemiskinan, bisa dengan cara melakukan
pengukuran kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik, mengukur kemiskinan
dilakukan dengan konsep pendekatan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs approach). Pendekatan ini diukur dari sisi pengeluaran, dimana
kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
bisa memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan. Mengukur
kemiskinan dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan Garis
Kemiskinan (GK) yang terdiri dari 2 komponen, yaitu:
1. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) Garis Kemiskinan Makanan merupakan
nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan
2.100 kilokalori perkapita per hari dari 52 jenis komoditi yang telah ditentukan
20
(padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, dan
sebagainya).
2. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan kebutuhan minimum
untuk perumahan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Paket kebutuhan
dasar non makanan dibedakan jumlahnya untuk daerah pedesaan dan
perkotaan. Di pedesaan diwakili oleh 47 jenis komoditi, sedangkan untuk
perkotaan diwakili oleh 51 jenis komoditi.
Berdasarkan konsep basic needs approach, terdapat 3 indikator kemiskinan
yang bisa digunakan, antara lain:
1. Head Count Index (HCI-P0) yaitu persentase penduduk yang masih berada
dibawah Garis Kemiskinan.
2. Poverty Gap Index (PGI-P1) atau biasa dikenal dengan Indeks Kedalaman
Kemiskinan yaitu ukuran rata-rata kesenjangan masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan. Makin tinggi nilai indeks, maka makin jauh
rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
3. Poverty Severity Index (PSI-P3) atau biasa dikenal dengan Indeks Keparahan
Kemiskinan yang memberikan informasi seputar penyebaran pengeluaran di
antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin tinggi juga
pengeluaran di antara penduduk miskin.
2.1.5 Penduduk
Thomas Robert Malthus (1776-1824) adalah orang yang pertama kali
mengemukakan pemikirannya mengenai kependudukan. Dalam sebuah buku yang
21
berjudul Essay on the Principle of Population yang terbit pada tahun 1798, ia
menyebutkan bahwa penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak
diberikan batasan, akan berkembang biak dengan cepat dan akan memenuhi
beberapa bagian di permukaan bumi ini. Sementara itu, ia juga berpendapat bahwa
manusia membutuhkan bahan makanan untuk bisa bertahan hidup. Sedangkan laju
pertumbuhan bahan makanan lebih lambat dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk. Akibatnya, jika tidak diberi batasan maka akan terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan ketersediaan bahan makanan.
Teori Malthus dalam (Todaro and Smith 2012) berpendapat bahwa laju
pertumbuhan penduduk cenderung meningkat mengikuti deret ukur, sedangkan
pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung.
Teori Malthus lebih menekankan terhadap keseimbangan antara
pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan bahan makanan. Karena laju
pertumbuhan bahan makanan lebih lambat daripada laju pertumbuhan penduduk,
maka laju pertumbuhan penduduk harus diberikan batasan. Menurut Malthus,
pembatasan pertumbuhan penduduk bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu
Preventive checks dan Positive checks. Preventive checks adalah pengurangan
penduduk melalui kelahiran (mengekang nafsu seks, tunda perkawinan,
pengguguran kandungan) dan Positive checks adalah pengurangan penduduk
melalui proses kematian (membunuh anak-anak, membunuh orang cacat, bencana
alam, kekurangan makanan, dan lainnya).
Sementara itu, menurut Todaro and Smith (2012) berpendapat bahwa
pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang jauh lebih tinggi daripada
22
di negara maju. Hal ini disebabkan karena tingkat kelahiran (fertilitas) di negara
berkembang lebih tinggi dari pada di negara maju. Selain itu, tingkat kematian
(mortalitas) di negara berkembang juga lebih tinggi dari pada di negara maju.
Meskipun demikian, selisih tingkat kematian tersebut masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan tingkat kelahiran, oleh karenanya pertumbuhan penduduk
masih tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyebab utama perbedaan laju
pertumbuhan penduduk antara negara berkembang dan negara maju terdapat di
perbedaan tingkat kelahiran, dimana tingkat kelahiran di negara berkembang
sekitar 20-40 kelahiran per 1000 penduduk, sedangkan di negara maju tingkat
kelahirannya lebih rendah yaitu sekitar 15 kelahiran per 1000 penduduk.
2.1.6 Hubungan Penduduk terhadap Angka Kemiskinan
Menurut Nakibullah and Rahman (1996) menjelaskan bahwa penduduk
berhubungan positif dengan kemiskinan. Artinya, jika terjadi peningkatan
penduduk maka akan menyebabkan angka kemiskinan bertambah. Hal ini
dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap tingkat
pengangguran, sedangkan kemiskinan akan menurun selaras dengan penurunan
tingkat pengangguran.
Todaro and Smith (2012) menjelaskan teori siklus populasi kemiskinan
yang menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk yang sangat cepat akan
menimbulkan berbagai konsekuensi yang merugikan perekonomian.
Pembangunan ekonomi di negara berkembang akan terhambat jika pertumbuhan
penduduk terus meningkat. Pendapatan per kapita yang rendah akan menyebabkan
23
negara berkembang semakin sulit untuk menopang pertumbuhan penduduk yang
tinggi.
2.1.7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar dari semua barang dan
jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu
(Mankiw 2009). Semua barang dan jasa yang masuk ke dalam perhitungan PDB
haruslah barang dan jasa akhir karena nilai barang setengah jadi dikategorikan
sudah termasuk ke dalam harga barang jadi. Value added (penambahan nilai)
pasar dari barang setengah jadi bisa mengakibatkan perhitungan ganda dari harga
suatu komoditas. PDB merupakan salah satu indikator yang bisa digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan perekonomian negara, hasil dari pengukuran
tersebut menunjukkan kinerja perekonomian negara. Sehingga, semakin tinggi
PDB di suatu negara maka mencerminkan kinerja perekonomian negara tersebut
semakin baik.
Mankiw (2009) menyebutkan bahwa PDB terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. PDB nominal adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi suatu negara dalam
waktu tertentu dinilai pada harga yang berlaku.
2. PDB riil adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi suatu negara dalam
waktu tertentu dinilai berdasarkan harga konstan/tetap. PDB riil menunjukkan
apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika jumlah kuantitas
berubah namun harga tidak.
24
Sementara itu, Arsyad (1999) menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi
merupakan suatu proses yang mengakibatkan pendapatan per kapita penduduk
meningkat dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Untuk mengukur
pertumbuhan perekonomian di suatu daerah, salah satu indikator yang bisa
digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Badan Pusat
Statistik mendefinisikan PDRB sebagai keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha pada suatu wilayah.
BPS mengklasifikasikan PDRB menurut lapangan usaha menjadi PDRB
atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar
harga berlaku yaitu nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga berlaku saat itu. Sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan yaitu nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tertentu sebagai
dasarnya (konstan). Dalam penelitian ini, menggunakan PDRB riil/konstan karena
PDRB atas dasar harga konstan bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan
ekonomi di suatu daerah dari tahun ke tahun.
2.1.8 Hubungan PDRB terhadap Angka Kemiskinan
Todaro and Smith (2012) menjelaskan bahwa pendapatan di negara-negara
berkembang jauh lebih rendah dari pada negara maju. Penduduk di negara-negara
berkembang harus berusaha keras untuk mempertahankan hidupnya dengan
pendapatan yang sangat minimum. Dengan pendapatan yang rendah, tentu
seseorang akan sulit untuk bisa memenuhi kebutuhan pokok, seperti sandang,
25
pangan, dan papan. Kondisi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok
disebut dengan kemiskinan. Jadi, semakin rendah pendapatan di suatu daerah,
maka akan menyebabkan angka kemiskinan daerah tersebut menjadi meningkat.
Menurut Arsyad (1999) pendapatan dapat memberikan gambaran laju
pertumbuhan kesejahteraan penduduk di berbagai wilayah. Ketika pendapatan
seseorang mengalami peningkatan, maka tingkat kesejahteraannya pun akan
meningkat karena orang tersebut merasa lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Semakin tinggi PDRB suatu daerah maka akan meningkatkan potensi
sumber penerimaan daerah dan juga berpotensi meningkatkan pendapatan
penduduk di daerah tersebut (Simanjuntak 2001). Jadi, dengan meningkatnya
PDRB di suatu daerah akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan
penduduknya dan akan mengurangi jumlah penduduk miskin di daerah tersebut.
2.1.9 Pendidikan
Pendidikan merupakan fundamental untuk membentuk kemampuan manusia
yang lebih berwawasan luas (Todaro and Smith 2012). Dengan dibekali
pendidikan, manusia akan mempunyai pengetahuan yang akan bermanfaat untuk
kehidupannya. Dengan ilmu pengetahuan, kualitas manusia akan berubah menjadi
lebih baik. Di negara berkembang, pendidikan yang baik memiliki peranan
penting dalam membentuk kemampuan untuk menyerap teknologi modern dan
untuk mengembangkan kapasitas. Tujuan dari penyerapan teknologi modern dan
pengembangan kapasitas yaitu demi terwujudnya pertumbuhan dan pembangunan
26
yang berkelanjutan. Tidak dapat dipungkiri, pendidikan memiliki peranan penting
sebagai modal manusia (human capital) dalam pembangunan ekonomi.
Untuk mengetahui tingkat pendidikan, salah satu variabel yang dapat
dipergunakan adalah variabel Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Menurut Badan
Pusat Statistik (2015), Rata-rata Lama Sekolah yaitu rata-rata total tahun belajar
yang sudah diselesaikan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas dalam
mengenyam pendidikan formal dan tidak termasuk tahun yang mengulang.
Semakin tinggi rata-rata lama sekolah, menunjukkan bahwa tingkat
pendidikannya semakin berkembang. Tingkat pendidikan di setiap daerah
diharapkan terus meningkat karena pendidikan merupakan hal mendasar untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia serta untuk menjamin kemajuan sosial
dan ekonomi.
2.1.10 Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Angka Kemiskinan
Setiap manusia membutuhkan pendidikan agar mendapatkan ilmu yang
berguna untuk menjalani kehidupannya. Dengan ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh, diharapkan setiap manusia akan memiliki keahlian (skills) yang bisa
mendatangkan pendapatan bagi dirinya. Pendapatan yang dihasilkan, tentunya
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun, pendapatan
yang dihasilkan terkadang masih lebih rendah daripada biaya untuk memenuhi
kebutuhan pokok, kondisi seperti ini disebut dengan kemiskinan. Kemiskinan
merupakan permasalahan yang serius yang harus dikaji lebih lanjut supaya ada
solusi yang terbaik untuk menurunkan angka kemiskinan. Menurut Levin (1995)
27
pendidikan berperan penting untuk merespons permasalahan kemiskinan karena
pendidikan merupakan investasi pada sumber daya manusia. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka orang tersebut akan lebih produktif. Hasilnya,
pendapatan yang diperoleh pun akan meningkat seiring dengan peningkatan
produktivitas yang telah dilakukannya.
Pendidikan adalah hal yang mendasar untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia dan menjamin kemajuan sosial dan ekonomi (Todaro and
Smith 2012). Kualitas manusia ditentukan dari pengetahuan dan kemampuan apa
saja yang dimilikinya. Pendidikan berperan penting dalam merubah kualitas
seseorang dari yang berkualitas rendah menjadi berkualitas tinggi. Dengan
dibekali pendidikan, diharapkan manusia bisa memperbaiki kualitasnya sehingga
nantinya bisa bekerja dengan layak dan mempunyai pendapatan yang tinggi.
Dengan pendapatan yang tinggi, diharapkan bisa memenuhi segala kebutuhannya.
Jadi, dengan adanya pendidikan diharapkan setiap manusia bisa memperbaiki
kualitasnya sehingga bisa menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhannya. Dan perlahan-lahan tingkat kemiskinan pun bisa berkurang.
2.1.11 Kesehatan
Menurut Kementerian Kesehatan dalam UU no. 23 tahun 1992
mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan normal dan sejahtera pada anggota
tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang untuk dapat melaksanakan aktivitas tanpa
gangguan yang berarti dimana terdapat kesinambungan antara kesehatan fisik,
mental, dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan
28
lingkungan. Kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar, selain itu
kesehatan juga sebagai prasyarat bagi peningkatan produktivitas (Todaro and
Smith 2012). Kesehatan sangat penting bagi setiap mahluk hidup karena dengan
keadaan tubuh yang sehat akan tertanam jiwa yang kuat. Manusia yang memiliki
tubuh sehat akan cenderung memiliki produktivitas yang tinggi dibandingkan
dengan mereka yang kurang sehat. Sehingga, dengan produktivitas yang tinggi
akan membuat pendapatan mereka juga lebih tinggi.
Sementara itu, Gilson and Mills (1995) menyebutkan bahwa ekonomi
kesehatan merupakan penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi di bidang
kesehatan, sehingga ekonomi kesehatan memiliki keterkaitan dengan hal-hal
sebagai berikut:
1. Alokasi sumber daya di antara berbagai upaya kesehatan.
2. Jumlah sumber daya yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.
3. Pengorganisasian dan juga pembiayaan dari berbagai macam pelayanan
kesehatan.
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan dari berbagai macam sumber daya.
5. Dampak upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan pada
individu dan masyarakat.
Kesehatan menjadi salah satu indikator kesejahteraan penduduk karena
berhubungan dengan kualitas hidup penduduk tersebut. Kesehatan penduduk
merupakan salah satu modal dalam pembangunan ekonomi. Semakin tinggi
tingkat kesehatan penduduk, diharapkan pembangunan ekonomi juga akan
berjalan dengan lancar.
29
Untuk mengetahui tingkat kesehatan disuatu daerah, salah satu variabel
yang bisa digunakan adalah Angka Harapan Hidup. Badan Pusat Statistik
mendefinisikan Angka Harapan Hidup sebagai suatu perkiraan rata-rata lamanya
hidup yang dapat dijalani oleh seseorang dari sejak orang tersebut dilahirkan.
Angka Harapan Hidup merupakan salah satu indikator yang menunjukkan derajat
kesehatan masyarakat di suatu daerah. Angka Harapan Hidup sangat berhubungan
dengan Angka Kematian Bayi, dimana hubungan antara keduanya bersifat negatif.
Menurunnya Angka Kematian Bayi, akan membuat Angka Harapan Hidup
meningkat, begitu pun sebaliknya. Badan Pusat Statistik (2015) melakukan
perhitungan Angka Harapan Hidup melalui pendekatan tidak langsung (indirect
estimation), yaitu dengan menggunakan program komputer yang disebut Micro
Computer Program for Demographic Analysis (MCPDA) atau Mortpak.
2.1.12 Hubungan Tingkat Kesehatan terhadap Angka Kemiskinan
Olavarria-Gambi (2003) menjelaskan bahwa kemiskinan akan berkurang
apabila terjadi perbaikan dan pengawasan di sektor kesehatan penduduk.
Penduduk dengan tingkat kesehatan yang tinggi memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, serta diharapkan
dapat mengurangi tingkat kemiskinan karena semakin tinggi tingkat kesehatan di
suatu daerah berarti mencerminkan penduduknya lebih sejahtera.
Hal serupa dikatakan juga oleh Arsyad (1999) yang berpendapat bahwa
intervensi pemerintah dalam memperbaiki sektor kesehatan merupakan sebuah
kebijakan penting untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Memperbaiki sektor
30
kesehatan akan meningkatkan produktivitas golongan miskin, karena dengan
kesehatan yang lebih baik akan membuat daya kerja menjadi meningkat, serta
mengurangi hari tidak bekerja dan akan meningkatkan produktivitas output.
Tingkat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu modal manusia (human
capital) dalam pembangunan ekonomi (Todaro and Smith 2012). Setiap mahluk
hidup, akan selalu berkaitan dengan kondisi kesehatan yang ada pada tubuhnya.
Penduduk yang sehat mampu melakukan aktivitasnya secara lancar dan lebih
produktif dibandingkan dengan penduduk yang kurang sehat. Sehingga, ketika
seseorang lebih produktif maka akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi
dan hal ini akan meningkatkan tingkat kesejahteraannya.
Sementara itu, menurut Khodabakhshi (2011) menyebutkan bahwa tingkat
kesehatan yang diukur berdasarkan angka harapan hidup tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang bisa menurunkan kemiskinan.
Hal ini dikarenakan adanya ketimpangan distribusi pendapatan dan juga
perbedaan golongan penduduk. Adanya ketimpangan pendapatan yang
mengakibatkan perbedaan golongan penduduk mengindikasikan pembangunan
ekonomi belum tercapai. Perbedaan golongan penduduk yang diakibatkan
ketimpangan pendapatan dapat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan penduduk
tersebut. Golongan penduduk yang memiliki pendapatan lebih tinggi tentu lebih
sejahtera dan kesehatannya pun lebih terjamin dibanding penduduk yang memiliki
pendapatan rendah.
31
2.2 Kajian Literature
Berikut merupakan hasil penelitian mengenai kemiskinan yang telah
dilakukan pada sebelumnya :
2.2.1 Penelitian (Bakhtiari and Meisami 2010) yang berjudul “An Empirical
Investigation of the Effect of Health and Education on Income Distribution and
Poverty in Islamic Countries”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari pendapatan,
kesehatan dan tingkat pendidikan terhadap tingkat kemiskinan dan distribusi
pendapatan di negara-negara Islam. Berdasarkan penelitian ini menyebutkan
bahwa pendapatan, kesehatan dan pendidikan berpengaruh signifikan negatif
terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan. Penelitian ini menggunakan
ekonometri sebagai berikut:
Qit = 𝛽0 + ∑ 𝛽1 Yit-1 + ∑ 𝛽2 Hit-1 + ∑ 𝛽3 Sit-1 + ∑ 𝛽4 Eit-1 + Uit (1)
dan
Pit = 𝛽0 + ∑ 𝛽1 Yit-1 + ∑ 𝛽2 Hit-1 + ∑ 𝛽3 + Sit-1 + ∑ 𝛽4 Eit-1 + Uit (2)
Penelitian ini menggunakan data panel dan metode fixed effect, hasil dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan, status kesehatan,
saving domestic, dan education berpengaruh negatif terhadap ketimpangan dan
kemiskinan di beberapa Negara Islam.
32
2.2.2 Penelitian (Olavarria-Gambi 2003) dengan judul “Poverty Reduction
in Chile: Has Economic Growth Been Enough?”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan
ekonomi, kesehatan, tingkat pendidikan, dan kemiskinan di negara Chili. Dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa kemiskinan akan berkurang sejalan dengan
menurunnya tingkat pengangguran. Untuk bisa mengurangi tingkat pengangguran,
cara yang harus digunakan ialah memperbaiki pendidikan dan mengawasi
kesehatan penduduk. Pendidikan dan kesehatan merupakan Human Capital yang
termasuk kedalam faktor-faktor yang dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
Penelitian ini menggunakan metode Panel Data Regression Model dengan model
ekonometri sebagai berikut:
POVrt = 𝛽1 + 𝛽2 GDPrt + 𝛽3 Edurt + 𝛽4 HStrt + 𝛽5 BGrt + 𝛽6 RDrt + 𝛽7 CYrt
+ 𝛽8 PrPrt + ert
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan,
kesehatan, dan PDB per kapita mempunyai hubungan yang negatif terhadap
tingkat kemiskinan. Artinya, jika terjadi peningkatan pada variabel-variabel
tersebut akan menyebabkan tingkat kemiskinan berkurang.
2.2.3 Penelitian (Ncube, Anyanwu, and Hausken 2014) dengan judul
“Inequality, Economic Growth and Poverty in the Middle East and North
Africa (MENA)”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan penduduk, serta ketimpangan pendapatan terhadap
33
kemiskinan di negara-negara Middle East and North Africa (MENA). Dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa ketimpangan pendapatan akan berdampak
terhadap menurunnya pertumbuhan ekonomi, sehingga akan mengakibatkan
tingkat kemiskinan meningkat. Pertumbuhan penduduk di negara-negara ini juga
cenderung lebih tinggi sehingga ikut berpengaruh terhadap peningkatan
kemiskinan. Penelitian ini menggunakan metode Panel Data Regression model
dengan model ekonometri sebagai berikut:
logPOVit = 𝛼i + 𝛽1 log(ineqit) +𝛽2 log(yit) + 𝛽3 log(xit) + 𝜀it
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa PDB per kapita signifikan
mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat kemiskinan di negara-negara
Middle East and North Africa. Sedangkan, ketimpangan pendapatan signifikan
berhubungan positif terhadap kemiskinan di negara-negara tersebut.
2.2.4 Penelitian (Siregar and Wahyuniarti 2007) dengan judul “Impact of
Economic Growth on the Reduction of Poor People”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pertumbuhan
ekonomi, tingkat pendidikan, dan sektor industri dan pertanian terhadap
penurunan kemiskinan di Indonesia pada tahun 1999-2006. Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia setelah melewati masa
krisis, yaitu pada tahun 1999-2006 mengalami trend yang meningkat. Tetapi,
peningkatan ekonomi tersebut belum bisa dikatakan berkualitas sebab masih
banyak terjadi permasalahan ekonomi seperti permasalahan ketimpangan
antarwilayah, tingkat pengangguran yang meningkat dan berdampak pada
34
semakin tingginya angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin relatif lebih tinggi
di pedesaan daripada di perkotaan. Hal ini membuat tingkat kesenjangan
kemiskinan desa-kota cukup signifikan. Daerah pedesaan mempunyai angka
kemiskinan yang relatif tinggi dikarenakan jauh dari pusat-pusat perekonomian,
serta masih belum tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang kesejahteraan.
Penelitian in menggunakan metode Panel Data Regression Model dengan model
ekonometrika sebagai berikut:
POVERTYij = 𝛽0 + 𝛽1 PDRBij + 𝛽2 POPULASIij + 𝛽3 AGRISHAREij + 𝛽4
INDUSTRISHAREij + 𝛽5 INFLASIij + 𝛽6 SMPij +𝛽7 SMAij +
𝛽8 DIPLMij + 𝛽9 DUMMYKRISISij + 𝜀ij
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa PDRB, tingkat pendidikan
(diwakili dengan tingkat SMP, SMA, dan Diploma), serta sektor pertanian dan
industri mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap kemiskinan, artinya
ketika terjadi peningkatan pada variabel-variabel tersebut akan menyebabkan
kemiskinan menurun. Namun, variabel populasi, inflasi, dan dummykrisis
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kemiskinan, artinya ketika terjadi
peningkatan pada variabel-variabel tersebut akan menyebabkan tingkat
kemiskinan bertambah.
35
2.2.5 Penelitian (Susanti 2013) dengan judul “Pengaruh Domestik Regional
Bruto, Pengangguran, dan IPM terhadap Kemiskinan di Jawa Barat dengan
Menggunakan Analisis Data Panel”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Produk Domestik
Regional Bruto, Pengangguran, dan IPM terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi
Jawa Barat tahun 2009-2011. Penelitian ini menggunakan model fixed effect
dengan model ekonometrika sebagai berikut:
KMit = 𝛽0 + 𝛽1 PDRBit +𝛽2 PG + 𝛽3 IPMit + 𝜀it
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa variabel Produk Domestik
Regional Bruto, Pengangguran, dan Indeks Pembangunan Manusia memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Barat tahun 2009-
2011.
2.2.6 Penelitian (Adams Jr and Page 2005) dengan judul “International
Migration and Remittances Reduce Poverty in Developing Countries?”
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penurunan kemiskinan di
negara-negara berkembang yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan
peranan imigrant international. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa
ketimpangan pendapatan di negara-negara berkembang sangat tinggi, hal ini
berpengaruh terhadap angka kemiskinan yang semakin meningkat. Sementara itu,
negara-negara berkembang rata-rata memiliki jumlah penduduk yang tinggi.
Akibat dari jumlah penduduk yang tinggi, persaingan untuk mendapatkan
pekerjaan pun semakin sulit. Banyak penduduk yang rela bekerja menjadi tenaga
36
kerja asing di negara lain, tujuannya jelas untuk mendapatkan penghasilan. Dalam
kasus ini, penduduk yang menjadi tenaga kerja asing tersebut dikategorikan
sebagai International Imigrant. Dengan adanya penduduk yang bekerja diluar
negeri, mereka akan menyumbang devisa terhadap negaranya. Pada penelitian ini
menggunakan metode Panel Data Regression Model dengan model ekonometrika
sebagai berikut:
lnPit = 𝛼I + 𝛽1 log 𝜇it + 𝛽2 log (git) + 𝛽3 log (xit) + 𝜀it
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel PDB per kapita dan
International Imigrant mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kemiskinan.
Sedangkan variabel ketimpangan mempunyai pengaruh positif terhadap
kemiskinan.
37
Tabel 2.1. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
Penulis Variabel Tujuan Penelitian Metodelogi Hasil Penelitian
Sadegh Bakhtiari and
Hossein Meisami
(2010)
Variabel dependen:
Kemiskinan
Ketimpangan
Variabel independen:
Pendapatan (PDB per kapita,
IPM, dan persentase
pengeluaran pendidikan di
PDB)
Tingkat pendidikan
Status kesehatan
Tingkat tabungan
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh
dari sisi pendapatan,
kesehatan, dan pendidikan
terhadap kemiskinan dan
ketimpangan yang terjadi di
negara-negara Islam.
Model yang
digunakan dalam
penelitian adalah
Fixed Effect Model
Variabel pendapatan, tingkat
pendidikan, status kesehatan
mempunyai pengaruh negatif
dan signifikan terhadap
kemiskinan. Sedangkan
tingkat tabungan tidak
berpengaruh signifikan.
Mauricio Olavarria-
Gambi (2003)
Variabel dependen:
Tingkat kemiskinan
Variabel independen:
PDB
Tingkat pendidikan
Status kesehatan
Dummy region/wilayah
Dummy survei oleh CASEN
Dummy periode kepresidenan
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan
antara ekonomi, tingkat
pendidikan, tingkat
kesehatan, dan tingkat
kemiskinan di Chili.
Penelitian ini
menggunakan metode
Panel Data
Regression Model
Variabel PDB, tingkat
pendidikan diatas rata-rata,
dan tingkat kesehatan
mempunyai pengaruh negatif
terhadap kemiskinan.
Sedangkan, tingkat
pendidikan dibawah rata-rata,
tingkat melek huruf yang
minimal memiliki hubungan
positif dengan kemiskinan
38
Mthuli Ncube, John
C. Anyanwu and
Kjell Hausken (2014)
Variabel dependen:
Kemiskinan
Variabel independen:
PDB
Penduduk
Ketimpangan pendapatan
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh
dari pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan penduduk, dan
ketimpangan pendapatan
terhadap kemiskinan di
negara-negara Middle East
and North Africa (MENA)
Penelitian ini
menggunakan metode
Panel Data
Regression Model
Variabel PDB signifikan
berpengaruh negatif terhadap
kemiskinan. Sedangkan
variabel penduduk dan
ketimpangan pendapatan
berpengaruh positif terhadap
kemiskinan.
Hermanto Siregar
dan Dwi Wahyuniarti
(2007)
Variabel dependen:
Tingkat kemiskinan
Variabel independen:
PDRB
Penduduk
Sektor pertanian
Sektor industry
Tingkat inflasi
SMP
SMA
Diploma
Dummy krisis ekonomi
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh
tingkat pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi
terhadap penurunan tingkat
kemiskinan di Indonesia
tahun 1999-2006.
Penelitian ini
menggunakan metode
Panel Data
Regression Model.
Variabel PDRB, sektor
agriculture dan industry, serta
tingkat pendidikan (SMP,
SMA, dan Diploma)
mempunyai hubungan negatif
terhadap tingkat kemiskinan.
Sedangkan variabel
penduduk, inflasi, dan
dummy krisis ekonomi
berpengaruh positif terhadap
kemiskinan.
Sussy Susanti (2013) Variabel dependen:
Tingkat kemiskinan
PDRB
Pengangguran
IPM (Pendidikan dan
Kesehatan)
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh
dari PDRB, Pengangguran,
IPM (pendidikan dan
kesehatan) terhadap
Kemiskinan di Provinsi Jawa
Penelitian ini
menggunakan Fixed
Effect Model
Variabel PDRB, Indeks
Pembangunan Manusia
(pendidikan dan kesehatan),
dan pengangguran memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap angka kemiskinan di
39
Barat tahun 2009-2011 Provinsi Jawa Barat tahun
2009-2011
Richard H. Adams
JR. and John Page
(2005)
Variabel dependen:
Kemiskinan
Variabel independen:
PDB per kapita
International Imigrant
Ketimpangan
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis
pertumbuhan ekonomi, serta
imigrant internasional
terhadap penurunan
kemiskinan di negara-negara
berkembang.
Penelitian ini
menggunakan metode
Fixed Effect model
Variabel PDB per kapita dan
international imigrant
mempunyai hubungan negatif
terhadap kemiskinan.
Sedangkan ketimpangan
mempunyai pengaruh positif
terhadap tingkat kemiskinan.
Sumber: jurnal penelitian-penelitian yang telah dilakukan
40
2.3 Kerangka Pemikiran
Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan pokok dikarenakan pendapatan yang dihasilkan lebih
rendah daripada biaya kebutuhan pokok. Kondisi ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan pokok mengakibatkan tingkat kesejahteraannya menurun.
Sehingga, kemiskinan juga bisa digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
penduduk di suatu wilayah. Provinsi Jawa Barat menempati posisi ke 3 pada
jumlah penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Padahal, wilayah ini mempunyai
potensi sumber daya alam yang melimpah, salah satunya dengan lahan yang subur
terbukti dengan menjadi salahsaatu penyumbang padi terbesar kedua di Indonesia.
Namun, masalah kemiskinan masih saja terjadi di wilayah ini.
Setiap wilayah pasti memiliki penduduk yang akan menggerakan aktivitas
perekonomian di dalamnya. Penduduk terus meningkat setiap tahunnya, hal ini
membuat persaingan antar penduduk dalam mendapatkan penghasilan semakin
ketat. Kualitas penduduk akan menentukan tingkat pendapatan untuk dirinya
sendiri. Penduduk dengan kualitas tinggi tentu akan mendapatkan penghasilan
yang tinggi, namun penduduk dengan kualitas rendah tentu akan sulit untuk
mendapatkan penghasilan, sehingga akan sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok
dan akibatnya akan berdampak pada penurunan tingkat kesejahteraan. Jadi,
pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
41
Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dapat diukur dengan menggunakan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Semakin tinggi PDRB suatu daerah
maka semakin tinggi juga pendapatannya dan akan berdampak terhadap
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Pendapatan dapat menjadi cerminan
tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Jadi, ketika PDRB meningkat
maka kesejahteraan penduduk pun meningkat, dengan kata lain jumlah penduduk
miskin akan berkurang.
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sangat bergantung dari kualitas
sumber daya manusia. Setiap manusia memiliki kualitas yang berbeda-beda sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Pendidikan dan kesehatan sangat
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia, karena keduanya merupakan
modal manusia (human capital) dalam pembangunan ekonomi. Dengan dibekali
pendidikan, manusia akan mempunyai ilmu pengetahuan yang bisa digunakan
untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik. Melalui pendidikan,
diharapkan akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Sumber
daya yang berkualitas, tentunya akan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi.
Dengan pendapatan yang tinggi, manusia akan mampu memenuhi kebutuhannya
bahkan tingkat konsumsinya pun akan meningkat. Kondisi seperti ini
menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraannya telah meningkat.
Sementara itu, kesehatan tidak dapat terlepas dari setiap mahluk hidup.
Tingkat kesehatan di suatu daerah dapat diukur dengan variabel Angka Harapan
Hidup. Tingkat kesehatan yang baik akan membuat seseorang produktif dalam
melaksanakan aktivitasnya. Dengan produktivitas yang tinggi, pendapatan yang
42
akan diperoleh pun akan besar. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan
tingkat kesejahteraannya. Jadi, semakin baik kualitas kesehatan di suatu daerah,
akan menyebabkan angka kemiskinan di daerah tersebut menurun.
Gambar 2.1. Skema kerangka pemikiran
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah perkiraan jawaban yang bersifat sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan kedalam
bentuk pertanyaan. Hipotesis bersifat sementara karena jawaban yang diberikan
baru berdasarkan pada teori (Sugiyono 2008). Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel penduduk diduga berpengaruh positif terhadap angka kemiskinan
kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2013-2017.
2. Variabel PDRB diduga berpengaruh negatif terhadap angka kemiskinan
kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2013-2017.
3. Variabel pendidikan diduga berpengaruh negatif terhadap angka kemiskinan
kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2013-2017.
4. Variabel kesehatan diduga berpengaruh negatif terhadap angka kemiskinan
kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2013-2017.
Penduduk
Kesehatan
PDRB
Pendidikan Kemiskinan