BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi...

30
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi dan beberapa pendapat yang berhubungan dengan topik penelitian, antara lain mengenai Kemiskinan, Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendidikan, dan Kesehatan. 2.1.1 Definisi Kemiskinan Badan Pusat Statistik mengartikan kemiskinan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan dari segi ekonomi untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Sehingga, setiap penduduk yang mempunyai rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dapat dikategorikan kedalam penduduk miskin. Sementara itu, menurut Suryawati (2005) kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dikarenakan pendapatan yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya kebutuhan pokok. Kondisi ketidakmampuan secara ekonomi diakibatkan dari pendapatan yang rendah sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Pendapatan yang rendah juga berdampak terhadap ketidakmampuan untuk mendapatkan standar hidup rata-rata seperti standar pendidikan dan standar kesehatan. Secara umum, kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan dari seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi dan beberapa pendapat

yang berhubungan dengan topik penelitian, antara lain mengenai Kemiskinan,

Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendidikan, dan Kesehatan.

2.1.1 Definisi Kemiskinan

Badan Pusat Statistik mengartikan kemiskinan sebagai suatu kondisi

ketidakmampuan dari segi ekonomi untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Sehingga, setiap

penduduk yang mempunyai rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah

Garis Kemiskinan dapat dikategorikan kedalam penduduk miskin. Sementara itu,

menurut Suryawati (2005) kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan secara

ekonomi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dikarenakan pendapatan

yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya kebutuhan pokok. Kondisi

ketidakmampuan secara ekonomi diakibatkan dari pendapatan yang rendah

sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan

papan. Pendapatan yang rendah juga berdampak terhadap ketidakmampuan untuk

mendapatkan standar hidup rata-rata seperti standar pendidikan dan standar

kesehatan. Secara umum, kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan dari

seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

14

Badan Pusat Statistik (2017) mendefinisikan kemiskinan sebagai

permasalahan yang bersifat multidimensional dan kemiskinan dapat menyebabkan

berkurangnya tingkat kesejahteraan individu. Permasalahan multidimensional

adalah permasalahan yang disebabkan karena kebutuhan manusia yang

bermacam-macam, seperti kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan),

kebutuhan terhadap akses layanan kesehatan, kebutuhan terhadap layanan

pendidikan, dan lain-lain. Oleh karenanya, permasalahan kemiskinan menjadi

prioritas pembangunan.

Chambers (1983) berpendapat bahwa kemiskinan adalah konsep suatu

kesatuan (integrated concepts) yang terdiri dari 5 dimensi, yaitu:

1. Kemiskinan (Proper)

Kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk

memenuhi kebutuhan pokok. Pandangan ini tidak hanya berlaku terhadap

mereka yang tidak mempunyai pendapatan, tetapi berlaku juga untuk mereka

yang mempunyai pendapatan namun belum bisa untuk memenuhi kebutuhan

pokok.

2. Ketidakberdayaan (Powerless)

Rendahnya pendapatan yang dihasilkan, secara tidak langsung akan berdampak

terhadap social power seseorang dalam memperoleh keadilan atau persamaan

hak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

3. Kerentanan terhadap situasi darurat (State of Emergency)

Seperti yang kita ketahui, situasi darurat seperti kecelakaan, bencana alam, dan

sebagainya memang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Bagi golongan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

15

miskin, mereka tidak akan bisa menghadapi situasi yang tak terduga karena

tidak mempunyai alokasi pendapatan untuk membiayainya.

4. Ketergantungan (dependency)

Rendahnya pendapatan dan keterbatasan terhadap social power membuat

golongan miskin sangat bergantung pada pihak lain. Bantuan dari pihak lain

sangat dibutuhkan oleh mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari-hari. Oleh karenanya, tingkat ketergantungan terhadap pihak lain sangat

tinggi.

5. Keterasingan (Isolation)

Keterasingan yang dimaksud yaitu golongan miskin rata-rata berada di daerah

yang jauh dari pusat-pusat perekonomian. Sementara itu, sebagian besar

fasilitas-fasilitas yang sudah memadai lebih banyak tersedia di wilayah pusat-

pusat perekonomian. Sedangkan wilayah terpencil yang sulit terjangkau oleh

fasilitas-fasilitas yang memadai akan membuat warganya sulit keluar dari zona

kemiskinan.

Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan kemiskinan merupakan suatu

permasalahan yang serius di setiap daerah. Oleh karenanya, pemerintah harus

memberikan perhatian yang serius dan harus segera dikaji lebih lanjut supaya ada

solusi yang terbaik untuk mengurangi angka kemiskinan. Menurut Levin (1995)

pendidikan berperan penting untuk merespons permasalahan kemiskinan karena

pendidikan merupakan investasi untuk sumber daya manusia. Tetapi tidak cukup

di sektor pendidikan saja, karena peran pemerintah pun sangat penting dalam

mengeluarkan kebijakan-kebijakan mengenai pengentasan kemiskinan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

16

2.1.2 Bentuk dan Jenis Kemiskinan

Badan Pusat Statistik (2011) menyebutkan bahwa kemiskinan terbagi

menjadi 2 bentuk, yaitu:

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah kondisi seseorang atau kelompok yang mempunyai

pendapatan dibawah garis kemiskinan, sehingga mereka tidak mampu untuk

mencukupi kebutuhan standar seperti sandang, pangan, papan, pelayanan

pendidikan, akses terhadap kesehatan, serta perumahan yang diperlukan untuk

meningkatkan kualitas hidup.

2. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif adalah bentuk kemiskinan yang diakibatkan oleh pengaruh

kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat,

hal tersebut menyebabkan terciptanya ketimpangan distribusi pendapatan atau

ketimpangan standar kesejahteraan. Jadi, bentuk kemiskinan ini terjadi karena

adanya kebijakan pembangunan yang tidak merata, sehingga tidak semua

masyarakat bisa merasakan hasil dari kebijakan tersebut dan pada akhirnya

masih ada masyarakat yang miskin.

Setelah mengetahui bentuk-bentuk kemiskinan, selanjutnya akan dibahas

mengenai jenis-jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya, antara lain:

1. Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang disebabkan karena kelangkaan

sumber daya alam, keadaan tanah yang tidak subur, serta tidak tersedianya

fasilitas pra sarana seperti jalan raya, air bersih, listrik, dan lain-lain.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

17

Kemiskinan jenis ini biasanya melanda daerah yang belum terjangkau oleh

kebijakan pembangunan, sehingga menjadi daerah tertinggal dan

masyarakatnya sulit keluar dari zona kemiskinan.

2. Kemiskinan Buatan

Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang disebabkan karena kebijakan

pembangunan yang tidak merata, sehingga masyarakat tidak mempunyai

banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya dan fasilitas ekonomi.

Kemiskinan jenis ini disebut juga sebagai dampak negatif dari pembangunan

ekonomi karena pembangunan ini menargetkan pertumbuhan ekonomi yang

tinggi. Hal tersebut berdampak pada tidak meratanya pembagian hasil-hasil

pembangunan, contohnya seperti sektor industri yang merasa lebih

diuntungkan dengan adanya pembangunan ini, dibandingkan dengan sektor

pertanian.

2.1.3 Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan merupakan permasalahan yang menimpa seseorang atau

masyarakat yang disebabkan karena ketidakmampuan pendapatan untuk

memenuhi kebutuhan standar minimum. Kemiskinan dapat disebabkan oleh

berbagai faktor yang terjadi di kehidupan. Menurut Sharp dalam Kuncoro (2006)

mengemukakan 3 faktor yang menyebabkan kemiskinan berdasarkan pandangan

sisi ekonomi dan juga berlandaskan pada teori lingkaran setan kemiskinan

(vicious circle of poverty), antara lain:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

18

1. Kemiskinan terjadi karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber

daya sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan di antara masyarakat.

Perlu diketahui bahwa masyarakat miskin mempunyai sumber daya yang

terbatas serta kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan terjadi karena perbedaan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

dikarenakan tidak semua masyarakat bisa merasakan pendidikan. Akibat dari

perbedaan pendidikan ini akan menghasilkan perbedaan kualitas sumber daya

manusia. Sumber daya manusia yang rendah akan menghasilkan produktivitas

yang rendah dan secara otomatis akan berdampak pada penghasilan yang

rendah juga.

3. Kemiskinan terjadi karena perbedaan akses dalam modal.

Sementara itu, Todaro and Smith (2012) berpendapat bahwa kemiskinan

yang terjadi di negara-negara berkembang akibat dari interaksi antara 6

karakteristik berikut:

1. Tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang terbilang rendah, dan

laju pertumbuhan ekonominya tergolong lambat.

2. Pendapatan per kapita negara-negara berkembang bisa dikatakan rendah, serta

pertumbuhannya yang masih lambat bahkan ada beberapa yang mengalami

stagnansi.

3. Distribusi pendapatan yang tidak merata.

4. Mayoritas penduduk di negara-negara berkembang harus harus hidup dibawah

tekanan kemiskinan absolut.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

19

5. Fasilitas dan pelayanan kesehatan masih buruk dan sangat terbatas, kekurangan

gizi dan banyaknya wabah penyakit menyebabkan kematian bayi di negara-

negara berkembang sepuluh kali lebih tinggi dibanding dengan yang ada di

negara maju.

6. Fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang maupun isi

kurikulumnya relatif masih kurang relevan maupun kurang memadai. Selain

itu, tingkat kegagalan menyelesaikan pendidikan relatif masih tinggi,

sedangkan tingkat melek huruf masih rendah.

2.1.4 Ukuran Kemiskinan

Kemiskinan merupakan permasalahan ekonomi yang terjadi di hampir setiap

daerah. Untuk mengetahui kondisi kemiskinan, bisa dengan cara melakukan

pengukuran kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik, mengukur kemiskinan

dilakukan dengan konsep pendekatan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar

(basic needs approach). Pendekatan ini diukur dari sisi pengeluaran, dimana

kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

bisa memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan. Mengukur

kemiskinan dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan Garis

Kemiskinan (GK) yang terdiri dari 2 komponen, yaitu:

1. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) Garis Kemiskinan Makanan merupakan

nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan

2.100 kilokalori perkapita per hari dari 52 jenis komoditi yang telah ditentukan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

20

(padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, dan

sebagainya).

2. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan kebutuhan minimum

untuk perumahan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Paket kebutuhan

dasar non makanan dibedakan jumlahnya untuk daerah pedesaan dan

perkotaan. Di pedesaan diwakili oleh 47 jenis komoditi, sedangkan untuk

perkotaan diwakili oleh 51 jenis komoditi.

Berdasarkan konsep basic needs approach, terdapat 3 indikator kemiskinan

yang bisa digunakan, antara lain:

1. Head Count Index (HCI-P0) yaitu persentase penduduk yang masih berada

dibawah Garis Kemiskinan.

2. Poverty Gap Index (PGI-P1) atau biasa dikenal dengan Indeks Kedalaman

Kemiskinan yaitu ukuran rata-rata kesenjangan masing-masing penduduk

miskin terhadap garis kemiskinan. Makin tinggi nilai indeks, maka makin jauh

rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

3. Poverty Severity Index (PSI-P3) atau biasa dikenal dengan Indeks Keparahan

Kemiskinan yang memberikan informasi seputar penyebaran pengeluaran di

antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin tinggi juga

pengeluaran di antara penduduk miskin.

2.1.5 Penduduk

Thomas Robert Malthus (1776-1824) adalah orang yang pertama kali

mengemukakan pemikirannya mengenai kependudukan. Dalam sebuah buku yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

21

berjudul Essay on the Principle of Population yang terbit pada tahun 1798, ia

menyebutkan bahwa penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak

diberikan batasan, akan berkembang biak dengan cepat dan akan memenuhi

beberapa bagian di permukaan bumi ini. Sementara itu, ia juga berpendapat bahwa

manusia membutuhkan bahan makanan untuk bisa bertahan hidup. Sedangkan laju

pertumbuhan bahan makanan lebih lambat dibandingkan dengan laju

pertumbuhan penduduk. Akibatnya, jika tidak diberi batasan maka akan terjadi

ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan ketersediaan bahan makanan.

Teori Malthus dalam (Todaro and Smith 2012) berpendapat bahwa laju

pertumbuhan penduduk cenderung meningkat mengikuti deret ukur, sedangkan

pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung.

Teori Malthus lebih menekankan terhadap keseimbangan antara

pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan bahan makanan. Karena laju

pertumbuhan bahan makanan lebih lambat daripada laju pertumbuhan penduduk,

maka laju pertumbuhan penduduk harus diberikan batasan. Menurut Malthus,

pembatasan pertumbuhan penduduk bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu

Preventive checks dan Positive checks. Preventive checks adalah pengurangan

penduduk melalui kelahiran (mengekang nafsu seks, tunda perkawinan,

pengguguran kandungan) dan Positive checks adalah pengurangan penduduk

melalui proses kematian (membunuh anak-anak, membunuh orang cacat, bencana

alam, kekurangan makanan, dan lainnya).

Sementara itu, menurut Todaro and Smith (2012) berpendapat bahwa

pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang jauh lebih tinggi daripada

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

22

di negara maju. Hal ini disebabkan karena tingkat kelahiran (fertilitas) di negara

berkembang lebih tinggi dari pada di negara maju. Selain itu, tingkat kematian

(mortalitas) di negara berkembang juga lebih tinggi dari pada di negara maju.

Meskipun demikian, selisih tingkat kematian tersebut masih lebih rendah jika

dibandingkan dengan tingkat kelahiran, oleh karenanya pertumbuhan penduduk

masih tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyebab utama perbedaan laju

pertumbuhan penduduk antara negara berkembang dan negara maju terdapat di

perbedaan tingkat kelahiran, dimana tingkat kelahiran di negara berkembang

sekitar 20-40 kelahiran per 1000 penduduk, sedangkan di negara maju tingkat

kelahirannya lebih rendah yaitu sekitar 15 kelahiran per 1000 penduduk.

2.1.6 Hubungan Penduduk terhadap Angka Kemiskinan

Menurut Nakibullah and Rahman (1996) menjelaskan bahwa penduduk

berhubungan positif dengan kemiskinan. Artinya, jika terjadi peningkatan

penduduk maka akan menyebabkan angka kemiskinan bertambah. Hal ini

dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran, sedangkan kemiskinan akan menurun selaras dengan penurunan

tingkat pengangguran.

Todaro and Smith (2012) menjelaskan teori siklus populasi kemiskinan

yang menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk yang sangat cepat akan

menimbulkan berbagai konsekuensi yang merugikan perekonomian.

Pembangunan ekonomi di negara berkembang akan terhambat jika pertumbuhan

penduduk terus meningkat. Pendapatan per kapita yang rendah akan menyebabkan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

23

negara berkembang semakin sulit untuk menopang pertumbuhan penduduk yang

tinggi.

2.1.7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar dari semua barang dan

jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu

(Mankiw 2009). Semua barang dan jasa yang masuk ke dalam perhitungan PDB

haruslah barang dan jasa akhir karena nilai barang setengah jadi dikategorikan

sudah termasuk ke dalam harga barang jadi. Value added (penambahan nilai)

pasar dari barang setengah jadi bisa mengakibatkan perhitungan ganda dari harga

suatu komoditas. PDB merupakan salah satu indikator yang bisa digunakan untuk

mengukur tingkat kemampuan perekonomian negara, hasil dari pengukuran

tersebut menunjukkan kinerja perekonomian negara. Sehingga, semakin tinggi

PDB di suatu negara maka mencerminkan kinerja perekonomian negara tersebut

semakin baik.

Mankiw (2009) menyebutkan bahwa PDB terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu:

1. PDB nominal adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi suatu negara dalam

waktu tertentu dinilai pada harga yang berlaku.

2. PDB riil adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi suatu negara dalam

waktu tertentu dinilai berdasarkan harga konstan/tetap. PDB riil menunjukkan

apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika jumlah kuantitas

berubah namun harga tidak.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

24

Sementara itu, Arsyad (1999) menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi

merupakan suatu proses yang mengakibatkan pendapatan per kapita penduduk

meningkat dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Untuk mengukur

pertumbuhan perekonomian di suatu daerah, salah satu indikator yang bisa

digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Badan Pusat

Statistik mendefinisikan PDRB sebagai keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan

oleh seluruh unit usaha pada suatu wilayah.

BPS mengklasifikasikan PDRB menurut lapangan usaha menjadi PDRB

atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar

harga berlaku yaitu nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan

harga berlaku saat itu. Sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan yaitu nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tertentu sebagai

dasarnya (konstan). Dalam penelitian ini, menggunakan PDRB riil/konstan karena

PDRB atas dasar harga konstan bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan

ekonomi di suatu daerah dari tahun ke tahun.

2.1.8 Hubungan PDRB terhadap Angka Kemiskinan

Todaro and Smith (2012) menjelaskan bahwa pendapatan di negara-negara

berkembang jauh lebih rendah dari pada negara maju. Penduduk di negara-negara

berkembang harus berusaha keras untuk mempertahankan hidupnya dengan

pendapatan yang sangat minimum. Dengan pendapatan yang rendah, tentu

seseorang akan sulit untuk bisa memenuhi kebutuhan pokok, seperti sandang,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

25

pangan, dan papan. Kondisi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok

disebut dengan kemiskinan. Jadi, semakin rendah pendapatan di suatu daerah,

maka akan menyebabkan angka kemiskinan daerah tersebut menjadi meningkat.

Menurut Arsyad (1999) pendapatan dapat memberikan gambaran laju

pertumbuhan kesejahteraan penduduk di berbagai wilayah. Ketika pendapatan

seseorang mengalami peningkatan, maka tingkat kesejahteraannya pun akan

meningkat karena orang tersebut merasa lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Semakin tinggi PDRB suatu daerah maka akan meningkatkan potensi

sumber penerimaan daerah dan juga berpotensi meningkatkan pendapatan

penduduk di daerah tersebut (Simanjuntak 2001). Jadi, dengan meningkatnya

PDRB di suatu daerah akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan

penduduknya dan akan mengurangi jumlah penduduk miskin di daerah tersebut.

2.1.9 Pendidikan

Pendidikan merupakan fundamental untuk membentuk kemampuan manusia

yang lebih berwawasan luas (Todaro and Smith 2012). Dengan dibekali

pendidikan, manusia akan mempunyai pengetahuan yang akan bermanfaat untuk

kehidupannya. Dengan ilmu pengetahuan, kualitas manusia akan berubah menjadi

lebih baik. Di negara berkembang, pendidikan yang baik memiliki peranan

penting dalam membentuk kemampuan untuk menyerap teknologi modern dan

untuk mengembangkan kapasitas. Tujuan dari penyerapan teknologi modern dan

pengembangan kapasitas yaitu demi terwujudnya pertumbuhan dan pembangunan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

26

yang berkelanjutan. Tidak dapat dipungkiri, pendidikan memiliki peranan penting

sebagai modal manusia (human capital) dalam pembangunan ekonomi.

Untuk mengetahui tingkat pendidikan, salah satu variabel yang dapat

dipergunakan adalah variabel Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Menurut Badan

Pusat Statistik (2015), Rata-rata Lama Sekolah yaitu rata-rata total tahun belajar

yang sudah diselesaikan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas dalam

mengenyam pendidikan formal dan tidak termasuk tahun yang mengulang.

Semakin tinggi rata-rata lama sekolah, menunjukkan bahwa tingkat

pendidikannya semakin berkembang. Tingkat pendidikan di setiap daerah

diharapkan terus meningkat karena pendidikan merupakan hal mendasar untuk

meningkatkan kualitas kehidupan manusia serta untuk menjamin kemajuan sosial

dan ekonomi.

2.1.10 Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Angka Kemiskinan

Setiap manusia membutuhkan pendidikan agar mendapatkan ilmu yang

berguna untuk menjalani kehidupannya. Dengan ilmu pengetahuan yang telah

diperoleh, diharapkan setiap manusia akan memiliki keahlian (skills) yang bisa

mendatangkan pendapatan bagi dirinya. Pendapatan yang dihasilkan, tentunya

akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun, pendapatan

yang dihasilkan terkadang masih lebih rendah daripada biaya untuk memenuhi

kebutuhan pokok, kondisi seperti ini disebut dengan kemiskinan. Kemiskinan

merupakan permasalahan yang serius yang harus dikaji lebih lanjut supaya ada

solusi yang terbaik untuk menurunkan angka kemiskinan. Menurut Levin (1995)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

27

pendidikan berperan penting untuk merespons permasalahan kemiskinan karena

pendidikan merupakan investasi pada sumber daya manusia. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, maka orang tersebut akan lebih produktif. Hasilnya,

pendapatan yang diperoleh pun akan meningkat seiring dengan peningkatan

produktivitas yang telah dilakukannya.

Pendidikan adalah hal yang mendasar untuk meningkatkan kualitas

kehidupan manusia dan menjamin kemajuan sosial dan ekonomi (Todaro and

Smith 2012). Kualitas manusia ditentukan dari pengetahuan dan kemampuan apa

saja yang dimilikinya. Pendidikan berperan penting dalam merubah kualitas

seseorang dari yang berkualitas rendah menjadi berkualitas tinggi. Dengan

dibekali pendidikan, diharapkan manusia bisa memperbaiki kualitasnya sehingga

nantinya bisa bekerja dengan layak dan mempunyai pendapatan yang tinggi.

Dengan pendapatan yang tinggi, diharapkan bisa memenuhi segala kebutuhannya.

Jadi, dengan adanya pendidikan diharapkan setiap manusia bisa memperbaiki

kualitasnya sehingga bisa menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhannya. Dan perlahan-lahan tingkat kemiskinan pun bisa berkurang.

2.1.11 Kesehatan

Menurut Kementerian Kesehatan dalam UU no. 23 tahun 1992

mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan normal dan sejahtera pada anggota

tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang untuk dapat melaksanakan aktivitas tanpa

gangguan yang berarti dimana terdapat kesinambungan antara kesehatan fisik,

mental, dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

28

lingkungan. Kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar, selain itu

kesehatan juga sebagai prasyarat bagi peningkatan produktivitas (Todaro and

Smith 2012). Kesehatan sangat penting bagi setiap mahluk hidup karena dengan

keadaan tubuh yang sehat akan tertanam jiwa yang kuat. Manusia yang memiliki

tubuh sehat akan cenderung memiliki produktivitas yang tinggi dibandingkan

dengan mereka yang kurang sehat. Sehingga, dengan produktivitas yang tinggi

akan membuat pendapatan mereka juga lebih tinggi.

Sementara itu, Gilson and Mills (1995) menyebutkan bahwa ekonomi

kesehatan merupakan penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi di bidang

kesehatan, sehingga ekonomi kesehatan memiliki keterkaitan dengan hal-hal

sebagai berikut:

1. Alokasi sumber daya di antara berbagai upaya kesehatan.

2. Jumlah sumber daya yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.

3. Pengorganisasian dan juga pembiayaan dari berbagai macam pelayanan

kesehatan.

4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan dari berbagai macam sumber daya.

5. Dampak upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan pada

individu dan masyarakat.

Kesehatan menjadi salah satu indikator kesejahteraan penduduk karena

berhubungan dengan kualitas hidup penduduk tersebut. Kesehatan penduduk

merupakan salah satu modal dalam pembangunan ekonomi. Semakin tinggi

tingkat kesehatan penduduk, diharapkan pembangunan ekonomi juga akan

berjalan dengan lancar.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

29

Untuk mengetahui tingkat kesehatan disuatu daerah, salah satu variabel

yang bisa digunakan adalah Angka Harapan Hidup. Badan Pusat Statistik

mendefinisikan Angka Harapan Hidup sebagai suatu perkiraan rata-rata lamanya

hidup yang dapat dijalani oleh seseorang dari sejak orang tersebut dilahirkan.

Angka Harapan Hidup merupakan salah satu indikator yang menunjukkan derajat

kesehatan masyarakat di suatu daerah. Angka Harapan Hidup sangat berhubungan

dengan Angka Kematian Bayi, dimana hubungan antara keduanya bersifat negatif.

Menurunnya Angka Kematian Bayi, akan membuat Angka Harapan Hidup

meningkat, begitu pun sebaliknya. Badan Pusat Statistik (2015) melakukan

perhitungan Angka Harapan Hidup melalui pendekatan tidak langsung (indirect

estimation), yaitu dengan menggunakan program komputer yang disebut Micro

Computer Program for Demographic Analysis (MCPDA) atau Mortpak.

2.1.12 Hubungan Tingkat Kesehatan terhadap Angka Kemiskinan

Olavarria-Gambi (2003) menjelaskan bahwa kemiskinan akan berkurang

apabila terjadi perbaikan dan pengawasan di sektor kesehatan penduduk.

Penduduk dengan tingkat kesehatan yang tinggi memiliki peranan penting dalam

pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, serta diharapkan

dapat mengurangi tingkat kemiskinan karena semakin tinggi tingkat kesehatan di

suatu daerah berarti mencerminkan penduduknya lebih sejahtera.

Hal serupa dikatakan juga oleh Arsyad (1999) yang berpendapat bahwa

intervensi pemerintah dalam memperbaiki sektor kesehatan merupakan sebuah

kebijakan penting untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Memperbaiki sektor

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

30

kesehatan akan meningkatkan produktivitas golongan miskin, karena dengan

kesehatan yang lebih baik akan membuat daya kerja menjadi meningkat, serta

mengurangi hari tidak bekerja dan akan meningkatkan produktivitas output.

Tingkat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu modal manusia (human

capital) dalam pembangunan ekonomi (Todaro and Smith 2012). Setiap mahluk

hidup, akan selalu berkaitan dengan kondisi kesehatan yang ada pada tubuhnya.

Penduduk yang sehat mampu melakukan aktivitasnya secara lancar dan lebih

produktif dibandingkan dengan penduduk yang kurang sehat. Sehingga, ketika

seseorang lebih produktif maka akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi

dan hal ini akan meningkatkan tingkat kesejahteraannya.

Sementara itu, menurut Khodabakhshi (2011) menyebutkan bahwa tingkat

kesehatan yang diukur berdasarkan angka harapan hidup tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang bisa menurunkan kemiskinan.

Hal ini dikarenakan adanya ketimpangan distribusi pendapatan dan juga

perbedaan golongan penduduk. Adanya ketimpangan pendapatan yang

mengakibatkan perbedaan golongan penduduk mengindikasikan pembangunan

ekonomi belum tercapai. Perbedaan golongan penduduk yang diakibatkan

ketimpangan pendapatan dapat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan penduduk

tersebut. Golongan penduduk yang memiliki pendapatan lebih tinggi tentu lebih

sejahtera dan kesehatannya pun lebih terjamin dibanding penduduk yang memiliki

pendapatan rendah.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

31

2.2 Kajian Literature

Berikut merupakan hasil penelitian mengenai kemiskinan yang telah

dilakukan pada sebelumnya :

2.2.1 Penelitian (Bakhtiari and Meisami 2010) yang berjudul “An Empirical

Investigation of the Effect of Health and Education on Income Distribution and

Poverty in Islamic Countries”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari pendapatan,

kesehatan dan tingkat pendidikan terhadap tingkat kemiskinan dan distribusi

pendapatan di negara-negara Islam. Berdasarkan penelitian ini menyebutkan

bahwa pendapatan, kesehatan dan pendidikan berpengaruh signifikan negatif

terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan. Penelitian ini menggunakan

ekonometri sebagai berikut:

Qit = 𝛽0 + ∑ 𝛽1 Yit-1 + ∑ 𝛽2 Hit-1 + ∑ 𝛽3 Sit-1 + ∑ 𝛽4 Eit-1 + Uit (1)

dan

Pit = 𝛽0 + ∑ 𝛽1 Yit-1 + ∑ 𝛽2 Hit-1 + ∑ 𝛽3 + Sit-1 + ∑ 𝛽4 Eit-1 + Uit (2)

Penelitian ini menggunakan data panel dan metode fixed effect, hasil dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan, status kesehatan,

saving domestic, dan education berpengaruh negatif terhadap ketimpangan dan

kemiskinan di beberapa Negara Islam.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

32

2.2.2 Penelitian (Olavarria-Gambi 2003) dengan judul “Poverty Reduction

in Chile: Has Economic Growth Been Enough?”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan

ekonomi, kesehatan, tingkat pendidikan, dan kemiskinan di negara Chili. Dalam

penelitian ini menjelaskan bahwa kemiskinan akan berkurang sejalan dengan

menurunnya tingkat pengangguran. Untuk bisa mengurangi tingkat pengangguran,

cara yang harus digunakan ialah memperbaiki pendidikan dan mengawasi

kesehatan penduduk. Pendidikan dan kesehatan merupakan Human Capital yang

termasuk kedalam faktor-faktor yang dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

Penelitian ini menggunakan metode Panel Data Regression Model dengan model

ekonometri sebagai berikut:

POVrt = 𝛽1 + 𝛽2 GDPrt + 𝛽3 Edurt + 𝛽4 HStrt + 𝛽5 BGrt + 𝛽6 RDrt + 𝛽7 CYrt

+ 𝛽8 PrPrt + ert

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan,

kesehatan, dan PDB per kapita mempunyai hubungan yang negatif terhadap

tingkat kemiskinan. Artinya, jika terjadi peningkatan pada variabel-variabel

tersebut akan menyebabkan tingkat kemiskinan berkurang.

2.2.3 Penelitian (Ncube, Anyanwu, and Hausken 2014) dengan judul

“Inequality, Economic Growth and Poverty in the Middle East and North

Africa (MENA)”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari pertumbuhan

ekonomi, pertumbuhan penduduk, serta ketimpangan pendapatan terhadap

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

33

kemiskinan di negara-negara Middle East and North Africa (MENA). Dalam

penelitian ini menjelaskan bahwa ketimpangan pendapatan akan berdampak

terhadap menurunnya pertumbuhan ekonomi, sehingga akan mengakibatkan

tingkat kemiskinan meningkat. Pertumbuhan penduduk di negara-negara ini juga

cenderung lebih tinggi sehingga ikut berpengaruh terhadap peningkatan

kemiskinan. Penelitian ini menggunakan metode Panel Data Regression model

dengan model ekonometri sebagai berikut:

logPOVit = 𝛼i + 𝛽1 log(ineqit) +𝛽2 log(yit) + 𝛽3 log(xit) + 𝜀it

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa PDB per kapita signifikan

mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat kemiskinan di negara-negara

Middle East and North Africa. Sedangkan, ketimpangan pendapatan signifikan

berhubungan positif terhadap kemiskinan di negara-negara tersebut.

2.2.4 Penelitian (Siregar and Wahyuniarti 2007) dengan judul “Impact of

Economic Growth on the Reduction of Poor People”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pertumbuhan

ekonomi, tingkat pendidikan, dan sektor industri dan pertanian terhadap

penurunan kemiskinan di Indonesia pada tahun 1999-2006. Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia setelah melewati masa

krisis, yaitu pada tahun 1999-2006 mengalami trend yang meningkat. Tetapi,

peningkatan ekonomi tersebut belum bisa dikatakan berkualitas sebab masih

banyak terjadi permasalahan ekonomi seperti permasalahan ketimpangan

antarwilayah, tingkat pengangguran yang meningkat dan berdampak pada

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

34

semakin tingginya angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin relatif lebih tinggi

di pedesaan daripada di perkotaan. Hal ini membuat tingkat kesenjangan

kemiskinan desa-kota cukup signifikan. Daerah pedesaan mempunyai angka

kemiskinan yang relatif tinggi dikarenakan jauh dari pusat-pusat perekonomian,

serta masih belum tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang kesejahteraan.

Penelitian in menggunakan metode Panel Data Regression Model dengan model

ekonometrika sebagai berikut:

POVERTYij = 𝛽0 + 𝛽1 PDRBij + 𝛽2 POPULASIij + 𝛽3 AGRISHAREij + 𝛽4

INDUSTRISHAREij + 𝛽5 INFLASIij + 𝛽6 SMPij +𝛽7 SMAij +

𝛽8 DIPLMij + 𝛽9 DUMMYKRISISij + 𝜀ij

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa PDRB, tingkat pendidikan

(diwakili dengan tingkat SMP, SMA, dan Diploma), serta sektor pertanian dan

industri mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap kemiskinan, artinya

ketika terjadi peningkatan pada variabel-variabel tersebut akan menyebabkan

kemiskinan menurun. Namun, variabel populasi, inflasi, dan dummykrisis

mempunyai pengaruh yang positif terhadap kemiskinan, artinya ketika terjadi

peningkatan pada variabel-variabel tersebut akan menyebabkan tingkat

kemiskinan bertambah.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

35

2.2.5 Penelitian (Susanti 2013) dengan judul “Pengaruh Domestik Regional

Bruto, Pengangguran, dan IPM terhadap Kemiskinan di Jawa Barat dengan

Menggunakan Analisis Data Panel”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Produk Domestik

Regional Bruto, Pengangguran, dan IPM terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi

Jawa Barat tahun 2009-2011. Penelitian ini menggunakan model fixed effect

dengan model ekonometrika sebagai berikut:

KMit = 𝛽0 + 𝛽1 PDRBit +𝛽2 PG + 𝛽3 IPMit + 𝜀it

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa variabel Produk Domestik

Regional Bruto, Pengangguran, dan Indeks Pembangunan Manusia memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Barat tahun 2009-

2011.

2.2.6 Penelitian (Adams Jr and Page 2005) dengan judul “International

Migration and Remittances Reduce Poverty in Developing Countries?”

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penurunan kemiskinan di

negara-negara berkembang yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan

peranan imigrant international. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa

ketimpangan pendapatan di negara-negara berkembang sangat tinggi, hal ini

berpengaruh terhadap angka kemiskinan yang semakin meningkat. Sementara itu,

negara-negara berkembang rata-rata memiliki jumlah penduduk yang tinggi.

Akibat dari jumlah penduduk yang tinggi, persaingan untuk mendapatkan

pekerjaan pun semakin sulit. Banyak penduduk yang rela bekerja menjadi tenaga

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

36

kerja asing di negara lain, tujuannya jelas untuk mendapatkan penghasilan. Dalam

kasus ini, penduduk yang menjadi tenaga kerja asing tersebut dikategorikan

sebagai International Imigrant. Dengan adanya penduduk yang bekerja diluar

negeri, mereka akan menyumbang devisa terhadap negaranya. Pada penelitian ini

menggunakan metode Panel Data Regression Model dengan model ekonometrika

sebagai berikut:

lnPit = 𝛼I + 𝛽1 log 𝜇it + 𝛽2 log (git) + 𝛽3 log (xit) + 𝜀it

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel PDB per kapita dan

International Imigrant mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kemiskinan.

Sedangkan variabel ketimpangan mempunyai pengaruh positif terhadap

kemiskinan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

37

Tabel 2.1. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

Penulis Variabel Tujuan Penelitian Metodelogi Hasil Penelitian

Sadegh Bakhtiari and

Hossein Meisami

(2010)

Variabel dependen:

Kemiskinan

Ketimpangan

Variabel independen:

Pendapatan (PDB per kapita,

IPM, dan persentase

pengeluaran pendidikan di

PDB)

Tingkat pendidikan

Status kesehatan

Tingkat tabungan

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh

dari sisi pendapatan,

kesehatan, dan pendidikan

terhadap kemiskinan dan

ketimpangan yang terjadi di

negara-negara Islam.

Model yang

digunakan dalam

penelitian adalah

Fixed Effect Model

Variabel pendapatan, tingkat

pendidikan, status kesehatan

mempunyai pengaruh negatif

dan signifikan terhadap

kemiskinan. Sedangkan

tingkat tabungan tidak

berpengaruh signifikan.

Mauricio Olavarria-

Gambi (2003)

Variabel dependen:

Tingkat kemiskinan

Variabel independen:

PDB

Tingkat pendidikan

Status kesehatan

Dummy region/wilayah

Dummy survei oleh CASEN

Dummy periode kepresidenan

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan

antara ekonomi, tingkat

pendidikan, tingkat

kesehatan, dan tingkat

kemiskinan di Chili.

Penelitian ini

menggunakan metode

Panel Data

Regression Model

Variabel PDB, tingkat

pendidikan diatas rata-rata,

dan tingkat kesehatan

mempunyai pengaruh negatif

terhadap kemiskinan.

Sedangkan, tingkat

pendidikan dibawah rata-rata,

tingkat melek huruf yang

minimal memiliki hubungan

positif dengan kemiskinan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

38

Mthuli Ncube, John

C. Anyanwu and

Kjell Hausken (2014)

Variabel dependen:

Kemiskinan

Variabel independen:

PDB

Penduduk

Ketimpangan pendapatan

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh

dari pertumbuhan ekonomi,

pertumbuhan penduduk, dan

ketimpangan pendapatan

terhadap kemiskinan di

negara-negara Middle East

and North Africa (MENA)

Penelitian ini

menggunakan metode

Panel Data

Regression Model

Variabel PDB signifikan

berpengaruh negatif terhadap

kemiskinan. Sedangkan

variabel penduduk dan

ketimpangan pendapatan

berpengaruh positif terhadap

kemiskinan.

Hermanto Siregar

dan Dwi Wahyuniarti

(2007)

Variabel dependen:

Tingkat kemiskinan

Variabel independen:

PDRB

Penduduk

Sektor pertanian

Sektor industry

Tingkat inflasi

SMP

SMA

Diploma

Dummy krisis ekonomi

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh

tingkat pendidikan dan

pertumbuhan ekonomi

terhadap penurunan tingkat

kemiskinan di Indonesia

tahun 1999-2006.

Penelitian ini

menggunakan metode

Panel Data

Regression Model.

Variabel PDRB, sektor

agriculture dan industry, serta

tingkat pendidikan (SMP,

SMA, dan Diploma)

mempunyai hubungan negatif

terhadap tingkat kemiskinan.

Sedangkan variabel

penduduk, inflasi, dan

dummy krisis ekonomi

berpengaruh positif terhadap

kemiskinan.

Sussy Susanti (2013) Variabel dependen:

Tingkat kemiskinan

PDRB

Pengangguran

IPM (Pendidikan dan

Kesehatan)

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh

dari PDRB, Pengangguran,

IPM (pendidikan dan

kesehatan) terhadap

Kemiskinan di Provinsi Jawa

Penelitian ini

menggunakan Fixed

Effect Model

Variabel PDRB, Indeks

Pembangunan Manusia

(pendidikan dan kesehatan),

dan pengangguran memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap angka kemiskinan di

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

39

Barat tahun 2009-2011 Provinsi Jawa Barat tahun

2009-2011

Richard H. Adams

JR. and John Page

(2005)

Variabel dependen:

Kemiskinan

Variabel independen:

PDB per kapita

International Imigrant

Ketimpangan

Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis

pertumbuhan ekonomi, serta

imigrant internasional

terhadap penurunan

kemiskinan di negara-negara

berkembang.

Penelitian ini

menggunakan metode

Fixed Effect model

Variabel PDB per kapita dan

international imigrant

mempunyai hubungan negatif

terhadap kemiskinan.

Sedangkan ketimpangan

mempunyai pengaruh positif

terhadap tingkat kemiskinan.

Sumber: jurnal penelitian-penelitian yang telah dilakukan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

40

2.3 Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan pokok dikarenakan pendapatan yang dihasilkan lebih

rendah daripada biaya kebutuhan pokok. Kondisi ketidakmampuan dalam

memenuhi kebutuhan pokok mengakibatkan tingkat kesejahteraannya menurun.

Sehingga, kemiskinan juga bisa digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan

penduduk di suatu wilayah. Provinsi Jawa Barat menempati posisi ke 3 pada

jumlah penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Padahal, wilayah ini mempunyai

potensi sumber daya alam yang melimpah, salah satunya dengan lahan yang subur

terbukti dengan menjadi salahsaatu penyumbang padi terbesar kedua di Indonesia.

Namun, masalah kemiskinan masih saja terjadi di wilayah ini.

Setiap wilayah pasti memiliki penduduk yang akan menggerakan aktivitas

perekonomian di dalamnya. Penduduk terus meningkat setiap tahunnya, hal ini

membuat persaingan antar penduduk dalam mendapatkan penghasilan semakin

ketat. Kualitas penduduk akan menentukan tingkat pendapatan untuk dirinya

sendiri. Penduduk dengan kualitas tinggi tentu akan mendapatkan penghasilan

yang tinggi, namun penduduk dengan kualitas rendah tentu akan sulit untuk

mendapatkan penghasilan, sehingga akan sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok

dan akibatnya akan berdampak pada penurunan tingkat kesejahteraan. Jadi,

pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

41

Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dapat diukur dengan menggunakan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Semakin tinggi PDRB suatu daerah

maka semakin tinggi juga pendapatannya dan akan berdampak terhadap

pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Pendapatan dapat menjadi cerminan

tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Jadi, ketika PDRB meningkat

maka kesejahteraan penduduk pun meningkat, dengan kata lain jumlah penduduk

miskin akan berkurang.

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sangat bergantung dari kualitas

sumber daya manusia. Setiap manusia memiliki kualitas yang berbeda-beda sesuai

dengan kemampuan yang dimilikinya. Pendidikan dan kesehatan sangat

berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia, karena keduanya merupakan

modal manusia (human capital) dalam pembangunan ekonomi. Dengan dibekali

pendidikan, manusia akan mempunyai ilmu pengetahuan yang bisa digunakan

untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik. Melalui pendidikan,

diharapkan akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Sumber

daya yang berkualitas, tentunya akan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi.

Dengan pendapatan yang tinggi, manusia akan mampu memenuhi kebutuhannya

bahkan tingkat konsumsinya pun akan meningkat. Kondisi seperti ini

menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraannya telah meningkat.

Sementara itu, kesehatan tidak dapat terlepas dari setiap mahluk hidup.

Tingkat kesehatan di suatu daerah dapat diukur dengan variabel Angka Harapan

Hidup. Tingkat kesehatan yang baik akan membuat seseorang produktif dalam

melaksanakan aktivitasnya. Dengan produktivitas yang tinggi, pendapatan yang

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150034_2_5246.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada bagian

42

akan diperoleh pun akan besar. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan

tingkat kesejahteraannya. Jadi, semakin baik kualitas kesehatan di suatu daerah,

akan menyebabkan angka kemiskinan di daerah tersebut menurun.

Gambar 2.1. Skema kerangka pemikiran

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah perkiraan jawaban yang bersifat sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan kedalam

bentuk pertanyaan. Hipotesis bersifat sementara karena jawaban yang diberikan

baru berdasarkan pada teori (Sugiyono 2008). Hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel penduduk diduga berpengaruh positif terhadap angka kemiskinan

kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2013-2017.

2. Variabel PDRB diduga berpengaruh negatif terhadap angka kemiskinan

kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2013-2017.

3. Variabel pendidikan diduga berpengaruh negatif terhadap angka kemiskinan

kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2013-2017.

4. Variabel kesehatan diduga berpengaruh negatif terhadap angka kemiskinan

kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2013-2017.

Penduduk

Kesehatan

PDRB

Pendidikan Kemiskinan