BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/256/5/BAB 2.pdf · Dari...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/256/5/BAB 2.pdf · Dari...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori merupakan teori dasar yang digunakan dalam sebuah
penelitian. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai landasan teori adalah
konsep dasar mengenai return saham, return on equity (ROE), current ratio (CR),
debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS) serta teori yang dikemukakan
oleh para ahli.
2.1.1 Saham
Saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal..
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan
untuk melakukan pendanaan perusahaan. Definisi saham menurut Darmadji dan
Fakhruddin (2011:6) adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut.
Pengertian saham menurut Fahmi (2016:271) adalah :
a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu
perusahaan
b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
c. Persediaan yang siap dijual.
Tandelilin (2010:81) mendefinisikan bahwa saham merupakan surat bukti
kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki
saham suatu perusahaan,maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan
dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan.
Dari beberapa pengertian saham menurut para ahli, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa saham adalah surat bukti tanda kepemilikan suatu perusahaan
yang didalamnya tercantum nilai nominal, nama perusahaan dan di ikuti hak dan
kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.
8
2.1.2 Harga Saham
Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2008:167) adalah harga yang
terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar
modal. Menurut Sartono (2010:41) harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau
present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima. Harga saham pada
satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di
masa depan oleh investor jika investor membeli saham.
Harga saham merupakan cerminan dari kinerja suatu perusahaan. Pada
periode yang singkat, harga suatu saham bisa sangat berfluktuatif. Sehingga akhir
periode penutupan harga saham merupakan acuan yang tepat dalam
membandingkan atau menganalisis suatu peneltian. Menurut Tandelilin
(2010:341) harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap
faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor,
yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
makro suatu negara serta kondisi ekonomi global.
Berdasarkan pengertian para ahli, maka dapat disimpulkan harga saham
adalah harga yang diperjualbelikan dipasar jual beli saham dan biasanya
merupakan harga penutupan..
2.1.3 Return Saham
Tujuan investor menginvestasikan modalnya adalah untuk mendapatkan
pengembalian (return) atas dana yang telah diinvestasikan di perusahaan. Imbalan
tersebut bisa berupa dividen dan capital gain yang disebut return saham. Return
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dapat berupa return realisasi
yang sudah terjadi atau return ekspetasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan
terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2014:235). Return realisasi
merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis.
Return realisasi atau return histori juga berguna sebagai dasar penentuan return
ekspetasi dan risiko dimasa yang akan datang, sedangkan return ekspetasi
merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang akan
datang dan sifatnya belum terjadi.
Beberapa return realisasi yang banyak digunakan salah satunya adalah
return total (total return). Menurut Jogiyanto (2014:236), return total merupakan
9
return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total
terdiri dari capital gain dan yield sebagai berikut.
Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang
relatif dengan harga periode yang lalu.
Capital gain atau capital loss =
Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi
periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase dividen
terhadap saham periode sebelumnya. Dengan demikian, return total dapat juga
dinyatakan sebagai berikut :
Return = + Yield
Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar Dt rupiah per
lembarnya, maka yield adalah sebesar Dt/Pt-1 dan return total dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Return Saham =
Menurut para ahli, return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Hadi, 2013: 194).
Pengertian return menurut Supramono (2014:450) Return adalah keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi
yang dilakukannya. Sedangkan menurut Gitman (2010: 228) Return saham
merupakan tingkat pengembalian untuk saham biasa dan merupakan pembayaran
kas yang diterima akibat kepemilikan suatu saham pada saat awal investasi.
Dari beberapa pengertian return saham menurut para ahli, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa return saham adalah tingkat pengembalian atau
keuntungan yang diperoleh oleh para investor atas investasi yang telah dilakukan.
Dalam penelitian ini return saham yang digunakan sebagai perhitungan adalah
return realisasi yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Pt – P t-1
P t-1
Pt – Pt-1
Pt-1
+ Dt
Pt-1
Return = Capital Gain (Loss) + yield
Return Saham = Pt−Pt−1
Pt−1
Pt – P t-1
P t-1
10
2.1.4 Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak dengan modal sendiri (Kasmir, 2016:204). Rasio ini menunjukkan efisiensi
penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi ROE, maka semakin baik. Artinya
posisi pemilik perusahaan semakin kuat. Sebaliknya apabila ROE rendah, maka
semakin buruk. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin lemah.
Definisi ROE menurut Wachowicz dan Van Horne (2014:183), ROE yaitu
membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan
ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan. Rasio ini
menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku
para pemegang saham dan seringkali digunakan dalam membandingkan dua atau
lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama.
Menurut Fahmi (2016: 82) return on equity disebut juga dengan laba atas
equity atau perputaran total aset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk mampu
memberikan laba atas ekuitas.
Indikator ROE sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana
investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan
return yang sesuai dengan tingkat yang diharapkan investor. Semakin tinggi ROE
menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik dan berdampak pada meningkatnya
harga saham perusahaan. Peningkatan harga saham perusahaan akan memberikan
keuntungan (return) yang tinggi bagi investor. Sehingga daya tarik investor
terhadap perusahaan semakin meningkat karena tingkat pengembalian (return)
yang semakin besar.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ROE
merupakan pengukuran efektivitas perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
dengan menggunakan modal perusahaan yang dimilikinya, kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba tidak hanya diukur menurut besar kecilnya
laba yang dihasilkan, tapi dengan modal sendiri yang telah dikeluarkan untuk
menghasilkan laba tersebut.
Standar industri pada return on equity (ROE) adalah sebesar 40%. Apabila
kurang dari 40% maka kinerja perusahaan dikatakan belum baik, namun bila lebih
dari 40% maka dapat dikatakan kondisi perusahaan cukup baik. Sehingga, apabila
memperoleh ROE lebih tinggi dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap
baik karena pemegang saham dapat memperoleh tingkat pengembalian yang lebih
11
tinggi dibandingkan rata-rata industri, hal ini menunjukkan kondisi ekonomi
perusahaan baik dan sebaliknya (Kasmir, 2016:205).
Rumus ROE menurut Brigham and Houston (2010:149) sebagai berikut :
2.1.5 Current Ratio (CR)
Current Ratio atau rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,
seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia menutupi kewajiban jangka pendek
yang segera jatuh tempo (Kasmir, 2016:134). Perhitungan rasio lancar dilakukan
dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.
Apabila current ratio atau rasio lancar rendah maka dapat dikatakan
bahwa perusahaan yang kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila
hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaaan sedang baik. Hal
ini dapat terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin.
Pengertian current ratio menurut Wachowicz dan Van Horne (2014:167)
adalah aset lancar dibagi dengan liabilitas jangka pendek. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar liabilitas jangka pendeknya dengan
menggunakan aset lancarnya. Current ratio menunjukkan sampai sejauh mana
kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas
dalam waktu dekat (Brigham and Houston, 2010:134).
Dari pengertian para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
current ratio atau rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur likuiditas
perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek dengan cara membandingkan
aset lancar dengan kewajiban lancar.
Dalam praktik, seringkali dipakai rasio lancar dengan standar 200% (2:1)
yang dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu
perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan berada di titik aman
dalam jangka pendek. (Kasmir, 2016:135).
Rumus Current Ratio menurut Kasmir (2016:135) adalah sebagai berikut :
ROE = Laba bersih setelah pajak
Total Ekuitas
12
Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaan yang dapat
dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva
lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya yang
dibayar di muka, pendapatan yang diterima, pinjaman dan aktiva lancar lainnya.
Utang lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka
pendek (maksimal satu tahun). Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang,
utang bank, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di
muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo serta utang jangka
pendek lainnya (Kasmir, 2016:135).
2.1.6 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio leverage atau
solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban (Darsono dan Ashari, 2010:54). Menurut
Siegel dan Shim dalam Fahmi (2016:73) mendefinisikan debt to equity ratio
sebagai ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk
memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor..
Dalam portofolio dan investasi, Tandelilin (2010:378) menjelaskan bahwa
debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau
ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Apabila total hutang lebih besar
dari modal maka yang terjadi perusahaan akan memperoleh tingkat pengembalian
atau return yang rendah, karena utang yang terlalu banyak akan menjadikan
perusahaan sulit untuk melunasi hutang-hutangnya dan juga sebaliknya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa debt to
equity ratio merupakan aspek leverage yang membandingkan total utang yang
dimiliki oleh perusahaan dengan total ekuitas (modal sendiri) dalam menanggung
suatu risiko. Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal
sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang.
Menurut Kasmir (2014:159) rata-rata industri untuk DER adalah 80%. Jika
rata-rata industri suatu perusahaan diatas 80% maka perusahaan dianggap kurang
Current Ratio = Aktiva Lancar (Current Assets)
Utang Lancar (Current Liabilities)
13
baik hal ini menunjukkan komposisi tingkat hutang perusahaan (jangka pendek
dan jangka panjang) semakin besar dibandingkan dengan modal sendiri yang akan
berdampak pada semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar. Besarnya
beban hutang perusahaan mengakibatkan kecilnya jumlah laba yang diterima
perusahaan.
Rumus DER menurut Kasmir (2016:158) adalah sebagai berikut :
2.1.7 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk
pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap
lembar saham yang dimiliki (Fahmi, 2016:83). Adapun menurut Van Horne dan
Wachowicz (2014:4) earning per share adalah “Earning after taxes (EAT) divided
by the number of common share outstanding” artinya laba setelah pajak dibagi
dengan jumlah saham biasa yang beredar.
Rasio earning per share digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan
dari perusahaan (Hermuningsih, 2012:195). Earning per share atau laba per
lembar saham menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan
kepada para pemegang saham. EPS yang tinggi merupakan daya tarik bagi
investor. Semakin tinggi EPS, maka kemampuan perusahaan untuk memberikan
pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi.
Menurut Tandelilin (2010: 374) earning per share merupakan rasio yang
menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Earning per share menggambarkan
profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Earning per
share umumnya menjadi perhatian para investor, semakin besar nilai earning per
share, maka semakin besar keuntungan yang diperoleh investor untuk setiap
lembar sahamnya.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa earning per share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar
keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham
dengan cara membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham biasa yang
beredar.
Debt to equity ratio = Total Utang (Debt)
Ekuitas (Equity)
14
Rumus Earning Per Share (EPS) menurut Tandelilin (2010: 374) :
2.1.8 Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham
Return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan
(emiten) dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri.
Rasio ini diperoleh dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan ekuitas
(Kasmir, 2016:204).
Menurut Nurhasanah (2014:27) Apabila ROE semakin tinggi, maka suatu
perusahaan memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para
pemegang saham. Apabila perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi, maka
permintaan akan saham akan meningkat dan selanjutnya akan berdampak pada
meningkatnya harga saham perusahaan. Ketika harga saham meningkat, maka
return saham juga akan meningkat.
2.1.9 Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Return Saham
Current ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2016:134). Semakin
tinggi current ratio perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja. Modal kerja tersebut
berperan dalam menjaga performance kinerja perusahaan yang kemudian
mempengaruhi performance harga saham. Dengan demikian investor semakin
yakin dan tertarik untuk membeli saham perusahaan sehingga berpengaruh juga
pada peningkatan return saham.
2.1.10 Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas (Kasmir, 2016:157). Menurut Estiya (2015:52) rasio DER sangat
dipengaruhi oleh total hutang, karena DER menggambarkan risiko yang akan
ditanggung oleh investor. Semakin tinggi total hutang dibandingkan dengan total
ekuitasnya maka akan semakin tinggi risiko yang akan ditanggung pemodal,
sehingga permintaan akan saham menurun dan mengakibatkan penurunan return
Earning Per Share = Laba bersih setelah pajak
Jumlah saham beredar
15
saham. Hal ini menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh terhadap
return saham.
2.1.11 Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham
Earning per share (EPS) merupakan rasio yang menggambarkan jumlah
laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar
selama periode pelaporan (PSAK No.56, 2015). Dengan demikian EPS
mencerminkan pertumbuhan laba perusahaan. Tingkat EPS yang tinggi
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan
memberikan pendapatan kepada para pemegang saham (Saputri, 2013:33). Oleh
karena itu, hal tersebut akan mengakibatkan permintaan akan saham sehingga
dapat meningkatkan harga saham. Apabila harga saham meningkat, maka return
saham juga akan meningkat.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang
membahas topik mengenai pengaruh Return On Equity (ROE), Current Ratio
(CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap return
saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2016.
1. Penelitian Khairani Purnamasari, Emrinaldi dan Raja Adri Satriawan (2014)
Penelitian ini membahas topik tentang “Pengaruh Current Ratio
(CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE) Price Earning
Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham pada
Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2009-1011”. Sampel yang digunakan dalam perusahaan ini adalah
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil
penelitian ini menunjukkan variabel CR, DER dan PER berpengaruh terhadap
return saham. Sedangkan ROE dan EPS tidak berpengaruh terhadap return
saham.
2. Penelitian Eka Budi Yulianti dan Suratno (2015)
Telah melakukan penelitian “Pengaruh Return on Equity , Debt to
Equity Ratio, Price Earning Ratio, Assets Growth, dan Inflasi terhadap Return
Saham Perusahaan Property dan Real Estate”. Pengujian analisis data
menggunakan analisis regresi linier berganda.
16
Hasil penelitian menunjukkan variabel debt to equity ratio secara
parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham, price
earning ratio secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham, asset growth berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
return saham, inflasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham. Sedangkan secara simultan return on equity, debt to
equity ratio, price earning ratio, asset growth, dan inflasi menunjukkan
pengaruh signifikan terhadap return saham.
3. Penelitian Kristina, Ronny Malavia Mardani dan Budi Wahono (2015)
Telah melakukan penelitian “Pengaruh EPS, ROE, DER dan TATO
terhadap Return Saham Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Sampel yang digunakan dalam perusahaan ini adalah perusahaan
Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan
variabel EPS, ROE, DER dan TATO secara simultan berpengaruh terhadap
return saham. Sedangkan secara parsial EPS dan DER berpengaruh terhadap
return saham, kemudian ROE dan TATO tidak berpengaruh terhadap return
saham.
4. Penelitian Sugiarti, Surachman dan Siti Aisjah (2015)
Telah melakukan penelitian “Pengaruh Kinerja Keuangan
Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI”. Sampel yang digunakan dalam perusahaan ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel current ratio berpengaruh negatif
signifikan, debt to equity ratio tidak berpengaruh negatif signifikan, return on
equity tidak berpengaruh signifikan dan earning per share tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
5. Penelitian Ayu Nurhayani Aisah dan Kastawan Mandala (2016)
Telah melakukan penelitian “Pengaruh Return On Equity, Earning
Per Share, Firm Size dan Operating Cash Flow” terhadap Return Saham”.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Indeks
Kompas 100. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling.
17
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return on equity tidak
berpengaruh pada return saham, earning per share berpengaruh negatif
signifikan, firm size tidak berpengaruh terhadap return saham dan operating
cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
6. Penelitian Rio Febrioni (2016)
Telah melakukan penelitian “Pengaruh Return On Assets, Return On
Equity, Earning Per Share, dan Current Ratio Terhadap Return Saham (Pada
perusahaan yang Terdaftar Di Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia”. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di
indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi. Metode yang digunakan
untuk pengambilan sampel adalah teknik puposive sampling.
Hasil dari penelitian ini adalah return on assets, return on equity,
earning per share dan current ratio secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Sedangkan secara parsial ROA tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham, ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham, EPS berpengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan
CR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
7. Penelitian Latipah Retnasari dan Sugiyono (2016)
Telah melakukan penelitian “Pengaruh NPM, ROE dan EPS terhadap
Return Saham pada Perusahaan Farmasi di BEI”. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial NPM
berpengaruh signifikan terhadap return saham, ROE tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham dan EPS berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
8. Penelitian Ni Luh Putu Suantari, Putu Kepramareni dan Luh Gede Novitasari
(2016)
Telah melakukan penelitian “Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Inflasi dan Tingkat Suku
Bunga terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2015”. Pengujian analisis data
menggunakan analisis regresi linier berganda. Metode yang digunakan
untuk pengambilan sampel yaitu metode purposive sampling. Hasil
18
penelitian menunjukkan variabel CR, DER dan ROE berpengaruh positif
terhadap return saham. Sedangkan inflasi dan suku bunga tidak berpengaruh
terhadap return saham.
9. Penelitian Cokorda Istri Indah Puspitadewi dan Heny Rahyuda (2016)
Telah melakukan penelitian “Pengaruh DER, ROA, PER dan EVA
terhadap Return Saham pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar
di BEI”. Sampel yang digunakan dalam perusahaan ini adalah perusahaan
Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil
penelitian ini menunjukkan secara parsial variabel ROA dan PER
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan
variabel DER dan EVA berpengaruh tidak signifikan terhadap return
saham.
2.3. Kerangka Konseptual
H4
H5
H1
H3
H2
Return On Equity (ROE) (X1)
Current Ratio (CR)
(X2)
Earning Per Share (EPS)
(X4)
Debt to Equity Ratio (DER)
(X3)
(X3)
Return Saham (Y)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
19
Keterangan :
: Berpengaruh secara parsial
: Berpengaruh secara simultan
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan secara logis atau hubungan antara dua variabel
lebih yang ditunjukkan dalam pernyataan yang diuji kebenarannya. Hipotesis
selalu berupa kalimat deklaratif atau pernyataan. Hipotesis yang dapat diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
H1 : Return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return saham
H2 : Current ratio (CR) berpengaruh positif terhadap return saham
H3 : Debt to equity ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap return
saham
H4 : Earning per share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham
H5 : Return on equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to equity ratio
(DER) dan Earning per share (EPS) berpengaruh positif terhadap
return saham
2.4.1 Pengembangan Hipotesis
1. Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang membandingkan laba
bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang
saham di perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2014: 183). Semakin
tinggi rasio return on equity (ROE) mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham juga
semakin tinggi. Apabila perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi,
maka permintaan akan saham meningkat dan selanjutnya akan berdampak
pada meningkatnya harga saham perusahaan. Ketika harga saham semakin
meningkat maka return saham juga akan meningkat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dan Suratno yang
berjudul “Pengaruh Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Price Earning
Ratio, Assets Growth dan Inflasi Terhadap Return Saham”, hasil
20
penelitiannya menunjukkan bahwa return on equity memiliki pengaruh
positif terhadap return saham. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh
Suantari, dkk. dengan judul “Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity
Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Inflasi dan Tingkat Suku Bunga
Terhadap Return Saham” menemukan bahwa return on equity
berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini berarti semakin tinggi
return on equity (ROE) suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula return
saham yang dihasilkan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis
penelitian ini adalah :
H1 : Return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return saham.
2. Current Ratio (CR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan
(Kasmir, 2016:66). Semakin tinggi current ratio perusahaan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya
terutama modal kerja. Modal kerja tersebut berperan dalam menjaga
performance kinerja perusahaan yang kemudian mempengaruhi
performance harga saham. Dengan demikian investor semakin yakin dan
tertarik untuk membeli saham perusahaan sehingga berpengaruh juga pada
peningkatan return saham.
Hal ini dikuatkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Suantari, dkk. yang berjudul “Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Inflasi dan Tingkat Suku
Bunga terhadap Return Saham” yang menyatakan bahwa current ratio
berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas,
maka hipotesis penelitian ini adalah :
H2 : Current ratio (CR) berpengaruh positif terhadap return saham
3. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan
seluruh ekuitas (Kasmir, 2016:157). Investor cenderung menghindari
saham yang memiliki nilai DER yang tinggi karena nilai DER yang tinggi
mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi (Kasmir, 2016:158).
Semakin tinggi debt to equity ratio (DER) menunjukkan kinerja
keuangan perusahaan tidak baik, karena tingkat hutang yang dimiliki
perusahaan semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang
berarti akan mengurangi keuntungan. Apabila laba turun, maka
kepercayaan investor terhadap permintaan terhadap saham perusahaan
21
akan mengalami penurunan yang berakibat pada penurunan harga saham.
Dengan demikian permintaan harga saham akan turun dan diikuti oleh
penurunan return saham.
Pernyataan tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Puspitadewi dan Rahyuda yang berjudul “Pengaruh DER, ROA, PER dan
EVA terhadap Return Saham” memperoleh hasil penelitian dimana DER
memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
H3 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap return saham.
4. Earning per share (EPS) adalah laba setelah pajak dibagi dengan jumlah
saham biasa beredar (Van Horne dan Wachowicz, 2014:4). Semakin tinggi
nilai EPS berarti semakin tinggi tingkat keuntungan per lembar saham
yang dimiliki investor. Apabila tingkat keuntungan per lembar saham
tinggi, maka permintaan akan saham meningkat dan selanjutnya akan
berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan. Ketika harga
saham semakin meningkat maka return saham juga akan meningkat. Hal
ini dikuatkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Febriani
yang berjudul “Pengaruh Return On Assets, Return On Equity, Earning
Per Share dan Current Ratio terhadap Return Saham” yang menyatakan
bahwa EPS berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan
uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
H4 : Earning per share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham
5. Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan
Earning Per Share terhadap Return Saham
Return On Equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri (Kasmir, 2016:204). Menurut Wachowicz dan Van
Horne (2014:167) Current Ratio atau rasio lancar merupakan aset lancar
dibagi dengan liabilitas jangka pendek. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar liabilitas jangka pendeknya
dengan menggunakan aset lancarnya. Debt to equity ratio merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2014: 157).
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang,
termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio earning per share
digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari perusahaan
(Hermuningsih, 2012:195). Semakin tinggi EPS, maka kemampuan
perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya
22
semakin tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H5 : Diduga Return On Equity, Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan
Earning Per Share bepengaruh positif terhadap Return Saham