BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebijakan Kepemimpinanrepository.sari-mutiara.ac.id/143/4/CHAPTER...

47
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebijakan Kepemimpinan 2.1.1 Definisi Kebijakan Kepemimpinan Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan (Friedrich dalam Wahab, 2010). Sementara itu Anoraga yang dikutip oleh Sutrisna (2011) mendefinsikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. Kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin dan oleh Kartono (2010), pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pendapat Tjiptono dan Anastasia (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu konsep abstrak, tetapi hasilnya nyata. Kadangkala kepemimpinan UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebijakan Kepemimpinanrepository.sari-mutiara.ac.id/143/4/CHAPTER...

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Kebijakan Kepemimpinan

    2.1.1 Definisi Kebijakan Kepemimpinan

    Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan seseorang,

    kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya

    hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan

    atau mewujudkan sasaran yang diinginkan (Friedrich dalam Wahab, 2010).

    Sementara itu Anoraga yang dikutip oleh Sutrisna (2011) mendefinsikan

    kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui

    komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk

    menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati

    bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu.

    Kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin dan oleh Kartono (2010),

    pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya

    kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang

    lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu

    atau beberapa tujuan.

    Pendapat Tjiptono dan Anastasia (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan

    merupakan suatu konsep abstrak, tetapi hasilnya nyata. Kadangkala kepemimpinan

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 7

    mengarah pada seni, tetapi seringkali pula berkaitan dengan ilmu. Pada kenyataannya,

    kepemimpinan merupakan seni sekaligus ilmu.

    Menurut Donni dan Suwatno (2011), yang berkaitan dengan kepemimpinan

    tersebut meliputi :

    1. Penggunaan pengaruh dan bahwa semua hubungan dapat melibatkan pimpinan.

    2. Kepemimpinan mencakup pentingnya proses komunikasi, kejelasan dan

    keakuratan dari komunikasi mempengaruhi perilaku dan kinerja pengikutnya.

    3. Kepemimpinan memfokuskan pada tujuan yang dicapai, pemimpin yang efektif

    harus berhubungan dengan tujuan–tujuan individu, kelompok dan organisasi.

    Berdasarkan definisi kebijakan dan kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa

    kebijakan kepemimpinan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh

    pemimpin dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk

    mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

    2.1.2 Fungsi dan Tugas Kepemimpinan

    Menurut Rivai dan Mulyadi (2011), lima pokok fungsi kepemimpinan yaitu:

    1. Fungsi instruksi

    Fungsi ini bersifat satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak

    yang menetukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan

    agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.

    2. Fungsi konsultasi

    Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Konsultasi itu dimaksudkan untuk

    memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 8

    menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

    Dengan menjalankan fungsi konsultatif, diharapkan keputusan-keputusan

    pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya,

    sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.

    3. Fungsi partisipasi

    Dalam fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang

    dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam

    pelaksanaannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi

    dilakukan secara terkendalai dan terarah berupa kerja sama dengan tidak

    mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.

    4. Fungsi delegasi

    Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/

    menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari

    pimpinan. Fungsi delegasi dilandaskan rasa kepercayaan. Orang-orang penerima

    delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki

    kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.

    e. Fungsi pengendalian

    Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses dan efektif

    yakni mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi

    yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara

    maksimal.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 9

    Kepemimpinan juga berfungsi dalam setiap pengambilan keputusan dan

    menanggung konsekuensi terhadap hasil yang dicapai dari keputusan tersebut.

    Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan,

    sehingga pengambilan keputusan merupakan proses mental di mana seorang atasan

    memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser

    jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data.

    Tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengelompokkan, memberi

    petunjuk, mendidik, membimbing dan sebagainya. Agar para bawahan mengikuti

    jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi. Fungsi–fungsi kepemimpinan adalah :

    1. Fungsi perencanaan

    Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi

    dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.

    2. Fungsi memandang kedepan

    Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu

    mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan.

    Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang

    dituju akan dapat berlangsung terus menerus tanpa mengalami hambatan dan

    penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka

    terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga

    mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun

    yang besar.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 10

    3. Fungsi pengembangan loyalitas

    Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para

    pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai

    kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam

    pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari–hari yang menunjukkan

    kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan

    menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana

    mestinya.

    4. Fungsi pengawasan

    Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti

    kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan–

    hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan

    kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan dalam rencana.

    5. Fungsi mengambil keputusan

    Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah

    dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan

    pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil

    keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu,

    kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis

    dan lain sebagainya.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 11

    6. Fungsi memberi motivasi

    Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap pegawainya.

    Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi

    anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap

    organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran,

    hadiah, pujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh pegawai sebab

    mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh

    pemimpinnya.

    Sementara itu Isnanto (2009) mengemukakan tugas kepemimpinan adalah :

    1. Berkaitan dengan kerja :

    a. Mengambil inisiatif

    b. Mengatur langkah dan arah

    c. Memberikan informasi

    d. Memberikan dukungan

    e. Memberi pemikiran

    f. Mengambil suatu kesimpulan

    2. Berkaitan dengan kekompakan anggota :

    a. Mendorong, bersahabat, bersikap menerima

    b. Mengungkapkan perasaan

    c. Bersikap mendamaikan

    d. Berkemampuan mengubah dan menyesuaikan pendapat

    e. Memperlancar pelaksanaan tugas

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 12

    f. Memberikan aturan main

    Pendapat lain sebagaimana dikemukan Siagian (2008) yang menguraikan

    beberapa pedoman untuk mendefinisikan tanggungjawab tugas seorang pemimpin:

    1. Bertemu dengan bawahan untuk bersama-sama mendefinisikan pekerjaan,

    kapanpun tugas seorang bawahan atau anggota organisasi atau tim diubah, maka

    pertemuan harus segera dilakukan untuk bersama-sama mengembangkan

    deskripsi tugas bagi para bawahan.

    2. Menetapkan prioritas bagi berbagai tanggung jawab, tidak ada formula yang

    sederhana untuk menentukan prioritas, namun ia harus mencerminkan

    pentingnya sebuah kegiatan bagi unit kerja organisasi. Bila persetujuan mengenai

    prioritas tak dapat diselesaikan, maka pemimpin harus menyatakan dengan jelas

    apa yang diharapkan agar bawahan atau anggota dapat mengerti.

    3. Menjelaskan jangkauan kewenangan bawahan, tanggung jawab dan tugas yang

    dibebankan kepada bawahan harus diuraikan dengan jelas. Namun juga memberi

    peluang kepada anggota untuk memeriksa pengertian tentang kebijaksanaan dan

    peraturan yang berkaitan dengan tindakan para anggota.

    2.1.3 Sifat-Sifat Kepemimpinan

    Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan

    dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/ mutu perilakunya yang

    dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Menurut Ordway Tead

    dalam Kartono (2010) bahwa sifat-sifat pemimpin terdiri dari :

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 13

    1. Energi jasmaniah dan mental

    Hampir semua pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar

    biasa yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa

    yang tampaknya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan

    kekuatan-kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, kesabaran,

    ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasai semua

    permasalahan yang dihadapi.

    2. Kesadaran akan tujuan dan arah

    Ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua

    perilaku yang dikerjakan, dia tahu persis kemana arah yang akan ditujunya, serta

    pasti memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang

    dipimpinnya.

    3. Antusiasme

    Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti,

    bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses

    dan menimbulkan semangat kerja. Semua ini dapat membangkitkan antusiasme,

    optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun para anggota

    kelompok.

    4. Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection)

    Kasih sayang dan dedikasi pemimpin dapat menjadi tenaga penggerak yang

    positif untuk melakukan perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 14

    Keramah-tamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi orang lain juga membuka

    setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi keramahan tersebut.

    5. Integritas (keutuhan, kejujuran dan ketulusan hati)

    Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa dan seperasaan

    dengan bawahannya bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam satu

    perjuangan yang sama.

    6. Penguasaan teknis

    Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu,

    agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.

    7. Ketegasan dalam mengambil keputusan

    Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas

    dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. Selanjutnya ia mampu

    meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya.

    8. Kecerdasan (Intelligence)

    Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan

    untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian,

    menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya

    dalam waktu singkat.

    9. Keterampilan mengajar (teaching skill)

    Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru yang mampu menuntun, mendidik,

    mengarahkan, mendorong dan menggerakkan bawahannya untuk berbuat

    sesuatu.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 15

    10. Kepercayaan (Faith)

    Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu di dukung kepercayaan

    bawahannya yaitu kepercayaan bahwa anggota pasti dipimpin dengan baik,

    dipengaruhi secara positif, dan diarahkan sasaran-sasaran yang benar.

    Sementara Yukl (2010) menyatakan bahwa ada tiga ciri kepemimpinan

    transformasional yaitu :

    1. Karismatik.

    Karismatik merupakan kekuatan pemimpin yang besar untuk memotivasi

    bawahan dalam melaksanakan tugas. Bawahan mempercayai pemimpin karena

    pemimpin dianggap mempunyai pandangan, nilai dan tujuan yang dianggapnya

    benar. Oleh sebab itu pemimpin yang mempunyai karisma lebih besar dapat lebih

    mudah mempengaruhi dan mengarahkan bawahan agar bertindak sesuai dengan

    apa yang diinginkan oleh pemimpin. Kepemimpinan karismatik dapat

    memotivasi bawahan untuk mengeluarkan upaya kerja ekstra karena mereka

    menyukai pemimpinnya.

    2. Stimulasi intelektual.

    Stimulasi intelektual merupakan upaya pemimpin terhadap persoalan-persoalan

    dan mempengaruhi bawahan untuk melihat persoalan-persoalan tersebut melalui

    perspektif baru, sedangkan oleh Seltzer dan Bass dijelaskan bahwa melalui

    stimulasi intelektual, pemimpin merangsang kreativitas bawahan dan mendorong

    untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah

    lama. Jadi, melalui stimulasi intelektual, bawahan di dorong untuk berpikir

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 16

    mengenai relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan dan didorong

    melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan melakukan inovasi dalam

    menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri

    serta disorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang.

    Kontribusi intelektual dari seorang pemimpin pada bawahan harus

    didasari sebagai suatu upaya untuk memunculkan kemampuan bawahan. Hal itu

    dibuktikan dalam penelitian Seltzer dan Bass (1990) bahwa aspek stimulasi

    intelektual berkorelasi positif dengan extra effort. Maksudnya, pemimpin

    yang dapat memberikan kontribusi intelektual senantiasa mendorong staf supaya

    mampu mencurahkan upaya untuk perencanaan dan pemecahan masalah.

    3. Perhatian secara individual

    Perhatian atau pertimbangan terhadap perbedaan individual implikasinya adalah

    memelihara kontak langsung face to face dan komunikasi terbuka dengan para

    pegawai. Pengaruh personal dan hubungan satu persatu antara atasan-bawahan

    merupakan hal terpenting yang utama. Perhatian secara individual tersebut dapat

    sebagai indentifikasi awal terhadap para bawahan terutama bawahan yang

    mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Sedangkan monitoring

    merupakan bentuk perhatian individual yang ditunjukkan melalui tindakan

    konsultasi, nasehat dan tuntutan yang diberikan oleh senior kepada junior yang

    belum berpengalaman bila dibandingkan dengan seniornya.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 17

    2.1.4 Ciri-Ciri dan Indikator Kepemimpinan

    Menurut Davis yang dikutip oleh Reksohadiprojo dan Handoko (2011), ada

    10 ciri utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam

    pemerintahan antara lain sebagai berikut :

    1. Kecerdasan (Intelligence)

    Penelitian-penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa seorang pemimpin

    yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya,

    tetapi tidak sangat bebrbeda.

    2. Kedewasaan, sosial dan hubungan sosial yang luas (Social maturity and Breadht)

    Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang,

    serta mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.

    3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi

    Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang

    tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik.

    4. Sikap-sikap hubungan manusiawi

    Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat

    pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi pada

    bawahannya.

    5. Memiliki pengaruh yang kuat

    Seorang pemimpin harus memiliki pengaruh yang kuat untuk menggerakkan

    orang lain atau bawahan agar berusaha mencapai tujuan kelompok secara

    sukarela.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 18

    6. Memiliki pola hubungan yang baik

    Seorang pemimpin sukses mampu menciptakan pola hubungan agar individu,

    dengan menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap sekelompok orang

    agar bekerja sama dalam mencapai tujuan yang dikehendaki bersama.

    7. Memiliki sifat-sifat tertentu

    Seorang pemimpin sukses memiliki sifat-sifat khusus seperti kepribadian baik,

    kemampuan tinggi dan kemampuan tinggi dan kemauan keras, sehingga mampu

    menggarakkan bawahannya.

    8. Memiliki kedudukan atau jabatan

    Seorang pemimpin selalu memiliki kedudukan atau jabatan dalam organisasi,

    baik di pemerintahan maupun di masyarakat karena kepemimpinan merupakan

    serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dari kedudukan

    jabatan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.

    9. Mampu berinteraksi

    Seorang pemimpin yang baik akan selalu berinteraksi secara baik dengan sesama

    pemimpin, bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya, dalam situasi dan

    kondisi apa pun, buruk maupun menyenangkan.

    10. Mampu memberdayakan

    Seorang pemimpin yang sukses biasanya mampu memberdayakan bawahan dan

    masyarakat yang dipimpinnya.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 19

    Menurut Siagian (2002) dikemukakan bahwa indikator-indikator yang dapat

    dilihat adalah :

    1. Iklim saling mempercayai

    Hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang diharap-harapkan adalah

    suatu hubungan yang dapat menumbuhkan iklim/suasana saling mempercayai.

    Keadaan seperti ini akan menjadi suatu kenyataan apabila di pihak pemimpin

    memperlakukan bawahannya sebagai manusia yang bertanggungjawab dan di

    pihak lain bawahan dengan sikap mau menerima kepemimpinan atasannya.

    2. Penghargaan terhadap ide bawahan

    Penghargaan terhadap ide bawahan dari seorang pemimpin dalam sebuah

    lembaga atau instansi akan dapat memberikan nuansa tersendiri bagi para

    bawahannya. Seorang bawahan akan selalu menciptakan ide-ide yang positif

    demi pencapaian tujuan organisasi pada lembaga atau instansi dia bekerja.

    3. Memperhitungkan perasaan para bawahan

    Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian pada manusia merupakan visi

    manajerial yang berdasarkan pada aspek kemanusiaan dari perilaku seorang

    pemimpin.

    4. Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan

    Hubungan antara individu dan kelompok akan menciptakan harapan-harapan

    bagi perilaku individu. Dari harapan-harapan ini akan menghasilkan peranan-

    peranan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian orang harus memerankan

    sebagai pemimpin sementara yang lainnya memainkan peranan sebagai bawahan.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 20

    Dalam hubungan tugas keseharian seorang pemimpin harus memperhatikan pada

    kenyamanan kerja bagi para bawahannya.

    5. Perhatian pada kesejahteraan bawahan

    Seorang pemimpin dalam fungsi kepemimpinan pada dasarnya akan selalu

    berkaitan dengan dua hal penting yaitu hubungan dengan bawahan dan hubungan

    yang berkaitan dengan tugas. Perhatian adalah tingkat sejauh mana seorang

    pemimpin bertindak dengan menggunakan cara yang sopan dan mendukung,

    memperlihatkan perhatian segi kesejahteraan mereka. Misalkan berbuat baik

    terhadap bawahan, berkonsultasi dengan bawahan atau pada bawahan dan

    memperhatikan dengan cara memperjuangkan kepentingan bawahan. Konsiderasi

    sebagai perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan seringkali

    ditandai dengan perilaku pemimpin yang cenderung memperjuangkan

    kepentingan bawahan, memperhatikan kesejahteraan diantaranya dengan cara

    memberikan gaji tepat pada waktunya, memberikan tunjangan, serta memberikan

    fasilitas yang sebaik mungkin bagi para bawahannya.

    6. Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan

    tugas-tugas yang dipercayakan padanya.

    Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin memang harus senantiasa

    memperhitungkan faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan kepuasan kerja

    para bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, dengan demikian hubungan

    yang harmonis antara pemimpin dan bawahan akan tercapai.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 21

    7. Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan profesional

    Pemimpin dalam berhubungan dengan bawahan yang diandalkan oleh bawahan

    adalah sikap dari pemimpin yang mengakui status yang disandang bawahan

    secara tepat dan profesional.

    2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Kepemimpinan

    Suwatno (2011) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

    kepemimpinan adalah sebagai berikut :

    1. Faktor genetis

    Adalah faktor yang menampilkan pandangan bahwa seseorang menjadi

    pemimpin karena latar belakang keturunannya.

    2. Faktor sosial

    Faktor ini pada hakikatnya semua orang sama dan bisa menjadi pemimpin. Setiap

    orang memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang pemimpin dan tersalur

    sesuai lingkungannya.

    3. Faktor bakat

    Faktor yang berpandangan bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi

    seorang pemimpin yang baik apabila orang itu memang dari sejak kecil sudah

    membawa bakat kepemimpinan.

    2.1.6 Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan

    Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya diukur dari produktivitas dan

    efektivitas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Bila produktivitas

    naik dan semua tugas dilaksanakan dengan efektif. Sedang apabila produktivitasnya

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 22

    menurun dan kepemimpinan dinilai tidak efektif dalam jangka waktu tertentu, maka

    disebut sebagai pemimpin yang gagal. Wendel French mengemukakan tiga faktor

    yang berkaitan dengan kepemimpinan yang efektif yaitu:

    1. Mengidentifikasi ciri-ciri dasar pribadi.

    2. Menyesuaikan skill khusus dengan situasi-situasi khusus.

    3. Berusaha untuk memperbaiki iklim organisatoris (Kartono, 2010).

    2.1.7 Implementasi Kebijakan Kepemimpinan

    Implementasi kebijakan ialah aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk

    melaksanakan suatu kebijakan secara efektif. Kesulitan yang timbul pada tahap ini

    adalah sukarnya menentukan hasil kebijakan, karena adanya dampak yang tidak

    terantisipasi sebelumnya (Kahya dan Zenju,1996 dalam Drupadi, dkk, 2010).

    Implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward III yang dikutip

    oleh Winarno (2012) adalah :

    1. Komunikasi

    Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan

    variabel komunikasi, diantaranya : transmisi, penyaluran komunikasi yang baik

    akan menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi

    dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian dikarenakan

    komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi sehingga apa yang

    diharapkan terdistorsi ditengah jalan. Kejelasan komunikasi yang diterima oleh

    para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan.

    Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 23

    tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan

    kebijakan. Konsistensi perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu

    komunikasi haruslah suatu konsistensi dan jelas.

    2. Sumber daya

    Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf. Diperlukan staf

    yang ahli dan mampu dalam mengimplemetasikan suatu kebijakan. Yang kedua

    adalah informasi, informasi berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan,

    implementator harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka

    diberi perintah untuk melakukan tindakan.

    3. Disposisi

    Menurut George C Edward III disposisi merupakan sikap dari pelaksana

    kebijakan adalah faktor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan

    suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para

    pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan

    tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya sehingga dalam

    praktiknya tidak terjadi bias.

    4. Struktur birokrasi

    Menurut Edward III, yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi

    kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun sumber-sumber untuk

    melaksanakan suatu kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan

    mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan

    kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 24

    kelemahan dalam stuktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut

    adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada

    kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumberdaya-

    sumberdaya menjadi tidak efektif dan menjadi penghambat jalannya kebijakan.

    Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan yang telah diputuskan secara

    politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.

    Meter dan Horn yang dikutip Agustino (2008) mengemukakan bahwa

    keberhasilan suatu implementasi dapat dipengaruhi berdasarkan faktor-faktor, yaitu:

    1. Ukuran dan tujuan kebijakan

    Ukuran dan tujuan diperlukan untuk mengarahkan dalam melaksanakan

    kebijakan, hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan program yang sudah

    direncanakan.

    2. Sumber daya kebijakan

    Sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan proses implementasi kebijakan

    yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya dan waktu.

    Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu

    kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Sumber daya manusia sangat penting

    karena sebagai sumber penggerak dan pelaksana kebijakan, modal diperlukan

    untuk kelancaran pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses

    kebijakan. Sedangkan waktu merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan

    kebijakan, karena waktu sebagai pendukung keberhasilan kebijakan. Sumber

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 25

    daya waktu merupakan penentu pemerintah dalam merencanakan dan

    melaksanakan kebijakan.

    3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana

    Keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat atau ciri-ciri badan/instansi

    pelaksana kebijakan. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi

    kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta

    cocok dengan para badan atau instansi pelaksananya. Menurut Subarsono

    kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para

    aktor, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya,

    pengalaman kerja dan integritas moralnya.

    4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

    Komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya koordinasi

    implementasi kebijakan. Koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan

    mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur - struktur

    administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih

    mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan (Hogwood dan Gunn dalam

    Wahab, 2010).

    5. Sikap para pelaksana

    Karakteristik para pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma

    dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi. Sikap para pelaksana

    dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus

    dilandasi dengan sikap disiplin.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 26

    6. Lingkungan ekonomi

    Dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi kebijakan menurut Van Meter

    dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino adalah sejauhmana lingkungan

    eksternal ikut mendukung keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan,

    lingkungan eksternal tersebut adalah ekonomi, sosial dan politik. Lingkungan

    ekonomi, sosial dan politik juga merupakan faktor yang menentukan

    keberhasilan suatu implementasi.

    Selanjutnya dari pendapat Edward III yang telah diuraikan di atas, peneliti

    mengambil komunikasi dan sumber daya yang menjadi variabel bebas dalam

    penelitian ini yang diuraikan sebagai berikut :

    1. Komunikasi

    Carl I Hovland yang dikutip oleh Effendy (2010) mendefinisikan komunikasi

    adalah : “The process by which an individual (the communicator) transmits

    stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals

    (communicates)”. Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan

    perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain

    (komunikan). Sementara itu Sharon dan Weaver yang dikutip Wiryanto (2011)

    menyatakan bahwa komunikasi adalah “bentuk interaksi manusia yang saling

    mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada

    bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni,

    dan teknologi”.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 27

    Menurut Mudjito yang dikutip dalam Widjaya (2010) menyatakan bahwa

    fungsi komunikasi itu meliputi:

    a. Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh kegiatan

    organisasi itu dapat diorganisasikan (dipersatukan) untuk mencapai tujuan

    tertentu.

    b. Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku para anggota dalam

    suatu organisasi.

    c. Komunikasi adalah alat agar informasi dapat disampaikan kepada seluruh

    anggota organisasi

    Scheidel yang dikutip Mulyana (2008) menyatakan bahwa “tujuan dasar

    dari berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan

    psikologis. Selanjutnya dari pendapat Zimmerman dikemukakan bahwa tujuan

    komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu :

    a. Kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi

    kebutuhan kita, memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri,

    memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan dan menikmati hidup.

    b. Kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan

    orang lain.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 28

    Sementara itu Masmuh (2010) mengungkapkan bahwa ada beberapa

    fungsi komunikasi internal dalam organisasi, diantaranya adalah :

    a. Fungsi produksi dan pengaturan

    Artinya, komunikasi yang terutama berhubungan dengan penyelesaian

    pekerjaan dan membantu organisasi mencapai tujuan produksi adalah

    berorientasi pengaturan dan produksi. Fungsi komunikasi ini meliputi

    pesan yang memungkinkan para manajer dan anggota organisasi untuk :

    1) Menentukan sasaran dan tujuan

    2) Merumuskan bidang masalah

    3) Menilai prestasi

    4) Mengkoordinir tugas-tugas yang secara fungsional saling bergantung

    5) Menentukan standar hasil prestasi

    6) Mengkomando, menunjukkan kepada pegawai apa yang harus

    dilakukan, memberi perintah.

    7) Memberikan instruksi, menunjukkan kepada pegawai bagaimana

    melaksanakan suatu perintah mengembangkan prosedur dan

    memahami kebijaksanaan.

    8) Memimpin dan mempengaruh.

    2. Fungsi pembaharuan

    Artinya, aktivitas-aktivitas komunikasi seperti sistem saran di seluruh

    organisasi, pekerjaan penelitian dan pengembangan dan brainstorming.

    Fungsi ini menjadikanorganisasi dapat menyesuaikan diri dengan

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 29

    perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Untuk itu suatu

    organisasi membuat rencana-rencana baru, aktivitas baru, program baru,

    pengarahan baru dan saran-saran mengenai produksi baru. Rencana-

    rencana ini misalnya disampaikan pada waktu pertemuan-pertemuan

    pemecahan masalah, pembuatan rencana dan pada waktu rapat-rapat

    dengan anggota organisasi. Pesan yang disampaikan itu termasuk kategori

    pesan pembaharuan.

    3. Fungsi pemasyarakatan atau pemeliharaan

    Aktivitas-aktivitas komunikasi yang menyangkut harga diri para anggota

    organisasi, imbalan dan motivasi pegawai, hubungan antar pribadi mereka

    dalam organisasi. Agar pegawai betah dalam suatu organisasi dan

    berprestasi memadai, mereka hendaklah memperoleh pengalaman

    menyenangkan dalam organisasi itu. Imbalan itu dapat berupa uang,

    prestise, status, pekerjaan menarik dan faktor kepuasan seperti terlibat

    dalam pengambilan keputusan. Komunikasi internal di lingkungan sosial

    meliputi informasi yang menunjang hubungan seseorang dengan

    lingkungan fisik dan manusia. Oleh karena fungsi sosial dari komunikasi

    itulah para anggota organisasi mengenal dan bergaul satu sama lain sebagai

    anggota organisasi itu.

    4. Fungsi tugas

    Artinya, aktivitas-aktivitas komunikasi yang berkenaan dengan

    pelaksanaan tugas-tugas organisasi oleh anggota organisasi. Pesan ini

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 30

    mencakup pemberian informasi kepada karyawan untuk melakukan tugas-

    tugas mereka secara efisien, seperti orientasi bagi karyawan baru,

    penentuan tujuan dan aktifitas lainnya yang berkenaan dengan produksi,

    pelayanan pemasaran dan sebagainya.

    5. Fungsi perintah

    Fungsi perintah disini dimaksudkan memperbolehkan anggota-anggota

    organisasi membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu

    perintah. Dua jenis komunikasi yang mendukung pelaksanaan fungsi ini

    adalah pengarahan dan umpan balik dan tujuannya adalah berhasil

    mempengaruhi anggota lain dalam organisasi. Hasil fungsi perintah adalah

    koordinasi diantara sejumlah anggota yang saling bergantung dalam

    organisasi tersebut.

    6. Fungsi relasional

    Artinya, komunikasi memperbolehkan anggota organisasi menciptakan dan

    mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan anggota

    organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja

    pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara, misalnya kepuasan kerja,

    aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam hirarki organisasional

    dan tingkat pelaksanaan perintah.

    7. Fungsi manajemen ambigu

    Artinya, pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang

    sangat ambigu. Misalnya motivasi berguna muncul pilihan yang diambil

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 31

    akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi demikian juga diri sendiri,

    tujuan organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya

    pilihan yang tesebut mungkin tidak jelas. Karena komunikasi adalah alat

    untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan yang melekat dalam

    organisasi.

    2. Sumber Daya

    Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau

    unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi

    juga non-fisik (intangible) (www.id.wikipedia.com, 2016). Sementara KBBI

    mendefinisikan sumber daya adalah segala sesuatu, baik yang berwujud maupun

    yang tidak berwujud yang digunakan untuk mencapai hasil (www.

    kamusbahasaindonesia.org, 2016).

    Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus dapat

    memanfaatkan sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Ada beberapa macam

    sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, yaitu :

    a. Sumber daya alam

    Sumber daya alam adalah segala yang ada di alam yang dapat digunakan

    untuk menghasilkan barang dan jasa.

    b. Sumber daya manusia

    Manusia selain sebagai konsumen bagi barang dan jasa juga merupakan

    sumber daya yang membawa manfaat besar bagi masyarakat apabila

    kemampuannya dimanfaatkan secara maksimal sebab manusia sebagai

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 32

    makhluk ciptaan Tuhan diberikan kelebihan berupa kecerdasan dan hati

    nurani. Sumber daya manusia yang berkualitas harus memenuhi unsur-unsur

    seperti berikut :

    1) Akhlak yang baik

    Dapat mendasari segala tingkah laku manusia untuk senantiasa

    melakukan yang terbaik, jujur, adil, serta berusaha untuk tidak

    merugikan orang lain dan dirinya sendiri sehingga keberadaannya akan

    selalu berguna dan tidak sia-sia.

    2) Keahlian manusia

    Manusia yang memiliki keahlian akan dapat menyelesaikan

    pekerjaannya sesuai dengan target yang telah ditentukan baik dalam segi

    waktu maupun kualitas. Jadi, manusia yang mempunyai keahlian akan

    sangat berguna untuk dapat menghasilkan barang dan jasa yang

    berkualitas.

    3) Kekuatan fisik

    Manusia akan sangat berguna jika diarahkan pada hal-hal yang positif.

    c. Sumber daya modal

    Modal adalah segala yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.

    Modal dapat meliputi uang, teknologi, peralatan, mesin-mesin, tanah,

    informasi dan sebagainya.

    Berkaitan dengan sumber daya manusia, oleh Hasibuan (2007) dikatakan

    bahwa sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan fisik

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 33

    yang dimiliki individu. Sumber daya manusia dipandang sebagai kemampuan yang

    dimiliki manusia untuk didayagunakan untuk menjalankan suatu organisasi atau

    urusan sehingga berdayaguna atau berhasil guna. Ini berarti manusia memiliki

    kemampuan yang perlu dikembangkan untuk mencapi sasaran dan tujuan yang telah

    direncanakan.

    2.1.8 Tahap Kebijakan Kepemimpinan

    Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka

    diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. Islamy (2007) membagi

    tahap implementasi dalam 2 (dua) bentuk, yaitu :

    1. Bersifat self-executing yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan

    disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan

    dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara

    lain.

    2. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu

    diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan

    kebijakan tercapai.

    2.2 Konsep Pemeliharaan Kondisi Lingkungan

    2.2.1 Definisi Pemeliharaan Kondisi Lingkungan

    Pemeliharaan kondisi lingkungan merupakan bentuk dari hygiene. Hal ini

    dapat diketahui dari pendapat Chandra (2007) yang mendefinisikan hygiene adalah

    usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap

    kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 34

    kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga

    terjamin pemeliharaan kesehatan.

    Selanjutnya dari pengertian di atas tentang kondisi lingkungan merupakan

    bentuk dari sanitasi lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Notoatmodjo

    (2010) yang menyatakan bahwa sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu

    lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih

    dan sebagainya. Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang

    ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang

    mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup:

    1. Pasokan air yang bersih dan aman

    2. Pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industri yang efisien

    3. Perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia

    4. Udara yang bersih dan aman

    5. Rumah yang bersih dan aman.

    Sementara itu Entjang (2010) mengemukakan bahwa sanitasi lingkungan

    adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang

    mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan berguna ditingkatkan dan

    diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan.

    Supardi (2013) menyatakan bahwa lingkungan atau sering juga disebut

    lingkungan hidup adalah jumlah semua benda hidup dan benda mati serta seluruh

    kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati. Secara garis besar ada 2 (dua)

    macam, yaitu :

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 35

    1. Lingkungan fisik adalah segala benda mati dan keadaan fisik yang ada disekitar

    individu misalnya batu-batuan, mineral, air, udara, unsur-unsur iklim,

    kelembaban, angin dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berhubungan erat dengan

    makhluk hidup yang menghuninya, sebagai contoh mineral yang dikandung

    suatu tanah menentukan kesuburan yang erat hubungannya dengan tanaman yang

    tumbuh diatasnya.

    2. Lingkungan biotik adalah segala makhluk hidup yang ada disekitar individu baik

    manusia, hewan dan tumbuhan. Tiap unsur biotik, berinteraksi antar biotik dan

    juga dengan lingkungan fisik atau lingkungan abiotik.

    Berkaitan dengan lingkungan, Chang (2011) mengklasifikasikan lingkungan

    terbagi atas 3 (tiga) yaitu :

    1. Lingkungan fisik (physical environment)

    Yaitu segala sesuatu disekitar kita yang berbentuk benda mati seperti rumah,

    kendaraan, gunung, udara, sinar matahari dan yang semacamnya.

    2. Lingkungan biologis (biological environment)

    Yaitu segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang berupa organisme hidup

    lainnya selain dari manusia sendiri, binatang, tumbuh-tumbuhan, jasad renik

    (plankton) dan lainnya.

    3. Lingkungan sosial (social environment)

    Yaitu manusia-manusia lain yang berada disekitarnya seperti tetangga, teman dan

    lain-lainnya.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 36

    Tingkat kesehatan lingkungan ditentukan oleh berbagai kemungkinan bahwa

    lingkungan berperan sebagai pembiakan agen hidup, tingkat kesehatan lingkungan

    yang tidak sehat bisa diukur dengan penyediaan air bersih yang kurang, pembuangan

    air limbah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, penyediaan dan pemanfaatan

    tempat pembungan kotoran serta cara buang kotoran manusia yang tidak sehat, tidak

    adanya penyediaan dan pemanfaatan tempat pembuangan sampah rumah tangga yang

    memenuhi persyaratan kesehatan, tidak adanya penyediaan sarana pengawasan

    penyehatan makanan, serta penyediaan sarana perumahan yang tidak memenuhi

    persyaratan kesehatan. Hal-hal yang menyangkut sanitasi adalah :

    1. Ventilasi.

    Situasi perumahan penduduk dapat diamati melalui perumahan yang berada di

    daerah pedesaan dan perkotaan. Perumahan yang berpenghuni banyak dan

    ventilasi yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dapat mempermudah dan

    memungkinkan adanya transisi penyakit dan mempengaruhi kesehatan

    penghuninya.

    2. Pencahayaan

    Pencahayaan yang cukup untuk penerangan ruangan di dalam rumah merupakan

    kebutuhan kesehatan manusia. Pencahayaan dapat diperoleh dari pencahayaan

    dari sinar matahari, pencahayaan dari sinar matahari masuk ke dalam melalui

    jendela. Celah-celah dan bagian rumah yang terkena sinar matahari hendaknya

    tidak terhalang oleh benda lain. Cahaya matahari ini berguna untuk penerangan,

    juga dapat mengurangi kelembaban udara, memberantas nyamuk, membunuh

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 37

    kuman penyebab penyakit, pencahayaan dari lampu, atau yang lain berguna

    untuk penerangan suatu ruangan diplester.

    3. Lantai

    Pada rumah yang berlantai tanah kelembaban lainnya akan lebih tinggi

    dibandingkan dengan yang diplester.

    4. Dinding

    Rumah harus bersih, kering dan kuats, dinding selain untuk penyangga, juga

    untuk melindungi dari panas, hujan dan sebaiknya untuk dinding rumah

    dibuatkan dari batu bata.

    5. Kepadatan penghuni

    Risiko yang ditimbulkan oleh kepadatan penguni rumah terhadap terjadinya

    penyakit.

    6. Penyediaan air bersih

    Air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

    memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila sudah masak. Air

    untuk konsumsi rumah tangga yang didapatkan dari sumbernya harus diolah

    terlebih dahulu sehingga memenuhi syarat kesehatan.

    7. Pembuangan kotoran manusia

    Tempat pembuangan kotoran manusia (jamban) merupakan hal yang sangat

    penting dan harus selalu bersih, mudah dibersihkan, cukup cahaya dan cukup

    ventilasi, harus rapat sehingga terjamin rasa aman bagi pemakainya dan jaraknya

    cukup jauh dari sumber air.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 38

    8. Pembuangan air limbah atau sampah

    Air limbah merupakan exereta manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi, WC,

    perusahaan-perusahaan, termasuk pula air kotor permukaan tanah. Pembuangan

    air limbah yang kurang baik akan menjadi sarang penyakit dan situasi rumah

    akan menjadi lembab. Sanitasi lingkungan merupakan usaha-usaha pengawasan

    terhadap semua faktor yang ada dalam lingkungan fisik yang memberi pengaruh

    atau memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan, fisik, mental dan

    kesejahteraan sosial. Pengaruh lingkungan dalam rumah terhadap kegiatan

    sehari-hari tidaklah secara langsung. Lingkungan yang kelihatannya tidak

    memiliki potensi bahaya ternyata dapat menimbulkan gangguan kesehatan

    penghuninya (Puspitawati, 2013).

    Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa sanitasi lingkungan

    ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman.

    Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang

    dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka

    kesejahteraannya juga akan berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan

    menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.

    Demikian pula pendapat di atas sejalan dengan yang dikemukakan Chandra

    (2007) bahwa lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang

    berada di sekitar manusia, dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) komponen, yaitu :

    a. Lingkungan fisik; bersifat abiotik atau benda mati seperti tanah, air, udara, angin,

    iklim, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan sebagainya.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 39

    b. Lingkungan biologi : semua organisme hidup seperti tumbuhan, hewan, virus,

    bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain.

    c. Lingkungan sosial, yaitu semua interaksi antar manusia dengan mahluk

    sesamanya yang meliputi faktor-faktor sosial ekonomi, kebudayaan, psikososial

    dan lain-lain.

    Ketiga unsur lingkungan tersebut saling berhubungan, berinteraksi dan

    mempunyai sifat saling ketergantungan

    Berdasarkan uraian dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

    pemeliharaan kondisi lingkungan adalah usaha kesehatan yang dilakukan terhadap

    kondisi lingkungan kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit serta

    membuat kondisi lingkungan sehat.

    2.2.2 Upaya Pemeliharaan Kondisi Lingkungan

    Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk penyehatan lingkungan fisik antara

    lain penyediaan air bersih, mencegah terjadinya pencemaran udara, air dan tanah, dan

    memutuskan rantai penularan penyakit infeksi dan lain-lain yang dapat

    membahayakan serta menimbulkan kesakitan pada manusia atau masyarakat (Ismail,

    2013 dalam Verdiani).

    Supardi (2013) mengemukakan bahwa upaya menghalangi atau mengurangi

    terjadinya penurunan kualitas lingkungan, maka perlu adanya suatu pedoman untuk

    mempertahankan kelestarian lingkungan yaitu:

    1. Manusia hendaknya selalu memelihara dan memperbaiki lingkungan untuk

    generasi mendatang.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 40

    2. Dalam pemanfaatan sumber-sumber daya yang non renewable (yang tidak dapat

    diganti) perencanaan dan pengelolaannya harus efektif dan efisien.

    3. Pembangunan ekonomi dan sosial hendaknya ditujukan selain untuk

    kesejahteraan umat juga untuk memperbaiki kualitas lingkungan.

    4. Dalam mengadakan kebijaksanaan lingkungan, hendaknya diarahkan kepada

    peningkatan potensi pembangunan bukan sebatas untuk masa kini tetapi juga

    untuk masa yang akan datang.

    5. Ilmu dan teknologi yang diterapkan untuk pemecahan masalah lingkungan harus

    ditujukan demi kegunaan seluruh umat manusia.

    6. Perlu adanya pendidikan, pelatihan maupun pengembangan secara ilmiah tentang

    pengelolaan lingkungan sehingga semua problem-problem lingkungan dapat

    ditanggulangi.

    7. Ada kerjasama yang baik dari semua pihak dalam rangka mempertahankan

    kelestarian dan mencegah terjadinya kerusakan atau kemusnahan.

    2.2.3 Hubungan Kebijakan Kepemimpinan Dengan Pemeliharaan Kondisi

    Lingkungan

    Satar (2015) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara kondisi

    lingkungan dengan kepemimpinan. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan

    yang memiliki visi kedepan yang jauh dalam bentuk kebijakan rencana dan program

    yang mengedepankan aspek lingkungan. Peran pemimpin dalam menjaga kualitas

    lingkungan sangat penting karena kebijakan pengelolaan lingkungan dimulai dari

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 41

    komitmen pemimpin dalam mengambil kebijakan pengelolaan lingkungan yang lebih

    baik.

    Gambar 2.1

    Alur Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

    Sumber : http://www.musnanda.com

    Keadaan lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai

    penyakit antara lain diare dan infeksi saluran pernapasan. Sanitasi lingkungan sangat

    terkait dengan ketersediaaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta

    kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga. Makin tersedia air bersih untuk

    kebutuhan sehari-hari, makin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi. Tingkat

    kesehatan lingkungan ditentukan oleh berbagai kemungkinan bahwa lingkungan

    berperan sebagai pembiakan agen hidup, tingkat kesehatan lingkungan yang tidak

    sehat bisa di ukur dengan penyediaan air bersih yang kurang, pembuangan air limbah

    yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, penyediaan dan pemanfaatan tempat

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 42

    pembungan kotoran serta cara buang kotoran manusia yang tidak sehat, tidak adanya

    penyediaan dan pemanfaatan tempat pembuangan sampah rumah tangga yang

    memenuhi persyaratan kesehatan, tidak adanya penyediaan sarana pengawasan

    penyehatan makanan serta penyediaan sarana perumahan yang tidak memenuhi

    persyaratan kesehatan (Puspitawati, 2013).

    2.3 Konsep Lembaga Pemasyarakatan

    2.3.1 Definisi Lembaga Pemasyarakatan

    Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas menurut Pasal 1

    Angka (3) Undang-undang Nomor : 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan adalah

    “tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik Pemasyarakatan.”

    Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat

    Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Istilah Lapas

    di Indonesia sebelumnya dikenal dengan istilah penjara. Definisi Pemasyarakatan

    menurut Pasal 1 angka (1) Undang–Undang Nomor : 12 Tahun 1995 tentang

    Pemasyarakatan bahwa yang dimaksud dengan pemasyarakatan adalah kegiatan

    untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem,

    kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem

    pemidanaan dalam tata peradilan pidana (Petrus & Panjaitan, 2005).

    2.3.2 Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Lembaga Pemasyarakatan

    Lembaga Pemasyarakatan dalam pelaksanaan tugasnya mempunyai visi, misi

    serta tujuan yang hendak dicapai yaitu :

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 43

    1. Visi

    Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan narapidana

    sebagai individu, sebagai bagian dari anggota masyarakat serta sebagai mahluk

    ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (untuk membangun manusia yang mandiri).

    2. Misi

    Untuk melaksanakan perawatan tahanan, melakukan pembinaan dan

    pembimbingan terhadap narapidana serta pengelolaan benda sitaan negara dalam

    kerangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta

    pemajuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia.

    3. Tujuan

    Dalam pelaksanaan tugasnya, lembaga pemasyarakatan mempunyai tujuan

    sebagai berikut yaitu :

    a. Untuk membentuk narapidana agar menjadi manusia seutuhnya menyadari

    kesalahan, dapat memperbaiki diri, mandiri dan tidak mengulangi tindak

    pidana yang dilakukannya sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

    masyarakat, dapat aktif berperan serta dalam pembangunan dan dapat hidup

    secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

    b. Untuk memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di

    rumah tahanan negara dan cabang rumah tahanan dalam rangka

    memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang

    pengadilan.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 44

    c. Untuk memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan atau para pihak

    yang berperkara serta keselamatan dan keamanan benda- benda yang disita

    untuk keperluan barang bukti pada tingkat penyidikan, penuntutan dan

    pemeriksaan di sidang pengadilan serta benda- benda yang dinyatakan

    dirampas untuk negara berdasarkan keputusan pengadilan.

    4. Sasaran

    Sasaran yang hendak dicapai oleh lembaga pemasyarakatan yaitu :

    a. Sasaran pembinaan dan pembimbingan narapidana adalah untuk

    meningkatkan kualitas narapidana yang pada awalnya sebagian atau

    seluruhnya dalam kondisi kurang, yaitu :

    1) Kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

    2) Kualitas intelektual

    3) Kualitas sikap dan perilaku

    4) Kualitas profesionalisme/ keterampilan

    5) Kualitas kesehatan jasmani dan rohani.

    b. Sasaran pelaksanaan dalam sistem pemasyarakatan pada dasarnya juga

    merupakan situasi atau kondisi yang memungkinkan bagi terwujudnya

    tujuan pemasyarakatan yang merupakan bagian dari upaya untuk

    meningkatkan ketahanan sosial dan ketahanan nasional serta merupakan

    indikator- indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tentang sejauh

    mana hasil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaan dari sistem

    pemasyarakatan, yaitu :

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 45

    1) Isi dari lembaga pemasyarakatan lebih rendah daripada kapasitas yang

    ada.

    2) Menurunnya secara bertahap dari tahun ke tahun angka pelarian dan

    gangguan terhadap keamanan serta ketertiban.

    3) Semakin menurunnya dari tahun ke tahun angka residivis.

    4) Meningkatnya secara bertahap jumlah narapidana yang bebas sebelum

    waktunya baik melalui pemberian remisi, proses asimilasi dan integrasi.

    5) Semakin banyaknya jenis- jenis institusi yang sesuai dengan kebutuhan

    berbagai jenis atau golongan narapidana.

    6) Secara bertahap perbandingan antara banyaknya narapidana yang

    bekerja pada bidang industri dan pemeliharaan adalah 70 berbanding 30.

    7) Persentase antara kematian dan sakit sama dengan persentase di

    masyarakat.

    8) Biaya perawatan sama dengan kebutuhan minimal manusia pada

    umumnya.

    9) Lembaga pemasyarakatan dalam kondisi bersih dan terpelihara.

    10) Semakin terwujudnya lingkungan pembinaan yang mengembangkan

    proyeksi nilai- nilai masyarakat ke dalam lembaga pemasyarakatan dan

    semakin berkurangnya nilai- nilai sub kultural penjara dan lembaga

    pemasyarakatan.

    Berdasarkan kajian teoritis mengenai peran lembaga pemasyarakatan dibentuk

    berdasarkan adanya kebutuhan masyarakat. Priyatno menyatakan bahwa : “Fungsi

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 46

    dan peran Lembaga Pemasyarakatan diatur dalam Sistem Pemasyarakatan yang

    dianut di Indonesia diatur dalam Undang- Undang Nomor : 12 tahun 1995 tentang

    Pemasyarakatan, hal ini merupakan pelaksanaan dari pidana penjara yang merupakan

    perubahan ide secara yuridis filosofis dari sistem kepenjaraan menjadi sistem

    pemasyarakatan (Petrus & Panjaitan, 2005).

    Soekanto (2012) menyatakan bahwa lembaga kemasyarakatan bertujuan

    memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya memiliki beberapa

    fungsi seperti yang diungkapkan. Adapun fungsi-fungsi tersebut adalah :

    1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus

    bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam

    masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.

    2. Menjaga keutuhan masyarakat.

    3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem

    pengendalian sosial (social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat

    terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

    Sementara itu Poernomo (2006) mengemukakan bahwa Lapas memiliki

    sepuluh (10) prinsip, yaitu:

    1. Narapidana perlu diayomi dan diberi bekal hidup supaya menjalankan peranan

    dalam masyarakat.

    2. Penjatuhan pidana bukan sebagai balas dendam oleh negara.

    3. Narapidana supaya bertobat, harus diberi bimbingan bukan penyiksaan.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 47

    4. Negara tidak berhak membuat narapidana lebih buruk atau jahat dari sebelum

    dijatuhi pidana.

    5. Narapidana tidak boleh diasingkan dari masyarakat.

    6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana bukan sekedar pengisi waktu, tetapi

    harus sesuatu pekerjaan yang terdapat dalam masyarakat.

    7. Bimbingan dan pendidikan kepada narapidana berdasarkan Pancasila.

    8. Narapidana sebagai orang tersesat adalah manusia yang tetap harus diperlakukan

    sebagai manusia.

    9. Pidana dinilai sebagai derita satu satunya, hanyalah hilang kemerdekaan

    narapidana yang bersangkutan.

    10. Sarana yang mendukung fungsi rehabilitasi, koreksi dan edukasi disediakan serta

    dipupuk bagi narapidana.

    2.3.3 Jenis Dan Klasifikasi Lembaga Permasyarakatan

    Jenis pelayanan Lembaga Pemasyarakatan dibagi dengan memperhatikan

    faktor usia dan jenis kelamin, yaitu :

    1. Lembaga Pemasyarakatan Umum.

    Untuk menampung narapidana pria dewasa yang berusia lebih dari 25 tahun.

    2. Lembaga Pemasyarakatan Khusus

    a. Lembaga Pemasyarakatan Wanita untuk menampung narapidana

    Wanita dewasa yang berusia lebih dari 21 tahun atau sudah menikah.

    b. Lembaga Pemasyarakatan Pemuda untuk menampung narapidana pemuda

    yang berusia 18-25 tahun.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 48

    c. Lembaga pemasyarakatan anak terdiri dari Lembaga Pemasyarakatan Anak

    Pria dan Lembaga Pemasyarakatan Anak wanita.

    Klasifikasi pada Lembaga Pemasyarakatan berdasarkan kapasitas, tempat

    kedudukan dan kegiatan kerja.

    1. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I

    Terletak di Ibukota Propinsi dengan kapasitas lebih dari 500 orang.

    2. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

    Terletak di Kotamadya Kabupaten dengan kapasitas 250-500 orang.

    3. Lembaga Pemasyarakatan kelas II B

    Terletak di daerah setingkat Kabupaten, kapasitas kurang dari 250 orang.

    2.4 Kebijakan Kepemimpinan Dalam Pemeliharaan Kondisi Lingkungan

    Lapas

    Hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan merupakan standar

    internasional hak asasi manusia yang penting. Hak ini tidak hilang meskipun

    seseorang menjadi narapidana. Tanggungjawab untuk menjamin penghormatan atas

    hak ini pindah ke Rumah Tahanan atau Lapas karena narapidana tidak bisa

    melakukan semua ini secara mandiri (Nemberini, 2007)

    Dalam Lembaga Pemasyarakatan kondisi sanitasi sangat penting diperhatikan

    untuk menjaga kesehatan para narapidana. Kebersihan sanitasi lingkungan dalam

    Rutan atau Lembaga Pemasyarakatan tidak terlepas dari gaya hidup narapidana.

    Kebanyakan dari mereka masih kurang menganggap pentingnya kebersihan di

    lingkungan tempat tinggalnya. Contoh kecilnya narapidana suka meludah

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 49

    sembarangan. Banyak tahanan yang berasal dari gelandangan dan juga hidup di jalan,

    gaya hidup mereka dibawa saat di Rutan atau Lembaga Pemasyarakatan, seperti

    meludah dan membuang sampah di sembarang tempat. Pihak Lembaga

    Pemasyarakatan sesungguhnya sudah menyediakan tempat membuang Ludah dan

    sampah, namun hal itu tidak digubris oleh narapidana, tidak pedulinya narapidana

    pada kebersihan berdampak pada kesehatan mereka. Salah satu kondisi sanitasi yang

    buruk berakibat pada rentan terjadinya penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan

    HIV, sehingga perlu adanya pemberian kesadaran bagi para narapidana untuk

    membuang sampah dan meludah pada tempatnya. Sarana dan prasarana di dalam

    Lembaga Pemasyarakatan seperti kamar mandi, tempat buang air dan tempat

    bercukur juga perlu dijaga bersama oleh para narapidana penghuni Lembaga

    Pemasyarakatan (www.news.detik.com, 2016)

    Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) memberikan kepemimpinan bagi

    petugas lapas. Merupakan tanggungjawab Kalapas untuk memberi contoh bagi

    petugas lainnya. Pada kenyataan, mereka memberi panutan melalui sikap dan tingkah

    laku mereka dan lapas tersebut sering kali merupakan cerminan diri Kalapas tersebut.

    Apabila penjara kotor, itu karena Kalapas membiarkannya. Apabila petugas tidak

    sopan, itu karena Kalapas membiarkannya. Apabila warga binaan pemasyarakatan

    dianiaya, itu karena Kalapas membiarkannya.Tidak ada pihak lain manapun di lapas

    (selain Kalapas) yang memiliki otoritas untuk memberlakukan kebijakan, prosedur

    atau perubahan dalam pelaksanaan rutinitas. Kepemimpinan merupakan hal yang

    amat penting dalam bagaimana petugas lapas bertindak. Pada saat bersamaan, setiap

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 50

    anggota petugas harus memahami bahwa mereka juga merupakan pemimpin di mata

    narapidana dan mereka juga memiliki tanggungjawab yang sama atas perilaku

    mereka (Christian, 2012).

    Semua narapidana harus menerima pemeriksaan medis ketika masuk ke lapas.

    Penyakit kronis dan menular adalah yang terutama penting. Obat-obatan harus

    tersedia bilamana diresepkan oleh dokter. Petugas lapas harus membantu agar semua

    ini dapat berjalan dengan lancar. Petugas lapas perlu memahami apa yang dimaksud

    dengan kontrol penyakit menular, dimana mereka harus dilatih dalam upaya

    pencegahan penyakit menular. Ini adalah cara yang efektif untuk melindungi petugas,

    rekan kerja mereka dan narapidana. Pencegahan ini diberlakukan agar semua cairan

    tubuh seperti air liur, air seni, darah dan tinja yang mungkin dapat ditularkan akan

    dapat dicegah. Mereka melakukan tindakan ini agar kekhawatiran khususnya akan

    terjangkit atau tidaknya petugas dan narapidana di lapas. Perlakuan setiap orang

    seakan-akan mereka telah tertular, termasuk nadapidana dan petugas lainnya di lapas

    akan memperlakukan setiap cairan tubuh yang tertumpah seakan-akan itu menular,

    dan karenanya desinfeksi harus dilakukan secepatnya, menggunakan desinfektan

    yang telah disetujui dan efektif (Nemberini, 2007).

    2.5 Kerangka Teori

    Dari uraian yang telah dikemukakan di atas maka kebijakan kepemimpinan

    terdiri dari komunikasi sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi yang memiliki

    keterakaitan dalam pemeliharaan kondisi lingkungan lembaga permasyarakatan

    sebagaimana tampak pada gambar kerangka teori berikut ini :

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 51

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    Sumber : Minarno (2012)

    2.6 Kerangka Konsep

    Berdasarkan uraian dari tinjauan pustaka di atas, yang menjadi bahan untuk

    dilakukan dalam penelitian pada variabel bebas yaitu kebijakan kepemimpinan hanya

    meneliti tentang komunikasi dan sumber daya serta variabel terikat yaitu

    pemeliharaan kondisi lingkungan LP seperti tampak pada gambar kerangka konsep di

    bawah ini :

    Variabel Bebas Variabel Terikat

    Gambar 2.2

    Kerangka Konsep

    2.7 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    1. Ada hubungan komunikasi dengan pemeliharaan kondisi lingkungan di LP Pulau

    Simardan Tanjung Balai.

    Pemeliharaan Kondisi

    Lingkungan LP

    Implementasi Kebijakan

    Kepemimpinan

    1. Komunikasi 2. Sumber Daya

    Pemeliharaan Kondisi

    Lingkungan LP

    Implementasi Kebijakan

    Kepemimpinan

    1. Komunikasi 2. Sumber Daya 3. Disposisi 4. Struktur Birokrasi

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 52

    2. Ada hubungan sumber daya manusia dengan pemeliharaan kondisi lingkungan di

    LP Pulau Simardan Tanjung Balai.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA