BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis bisa berupa fraktur extremitas terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah) dan fraktur extremitas tertutup yang disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2014 : 508). .1.2 Etiologi 1. Peristiwa Trauma Tunggal Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan seperti : a) pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral; b) penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang dapat menyebabkan fraktur melintang; c) penekukan dan penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi disertai fragmen kupu-kupu berbentuk segitiga yang terpisah, d) kombinasi dari pemuntiran, penekukan, dan penekanan yang menyebabkan fraktur obliq pendek; e) penarikan dimana tendon atau ligament benar-benar menarik tulang sampai terpisah (Helmi, 2014 : 508). 2. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya : pada penyakit paget) (Helmi, 2014 : 508). .1.3 Klasifikasi Fraktur Extremitas Dan penatalaksanaan 1. Fraktur intertrokhanter extremitas Fraktur intertrokhanter adalah patah tulang yang bersifat ekstrakapsular dari extremitas. Sering terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Fraktur ini

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Fraktur Extremitas

.1.1 Definisi

Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas

secara klinis bisa berupa fraktur extremitas terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan

lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah) dan fraktur extremitas tertutup yang

disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2014 : 508).

.1.2 Etiologi 1. Peristiwa Trauma Tunggal

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan

seperti : a) pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral; b) penekukan

(trauma angulasi atau langsung) yang dapat menyebabkan fraktur melintang; c)

penekukan dan penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi

disertai fragmen kupu-kupu berbentuk segitiga yang terpisah, d) kombinasi dari

pemuntiran, penekukan, dan penekanan yang menyebabkan fraktur obliq pendek; e)

penarikan dimana tendon atau ligament benar-benar menarik tulang sampai terpisah

(Helmi, 2014 : 508).

2. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu lemah (misalnya

oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya : pada penyakit paget)

(Helmi, 2014 : 508).

.1.3 Klasifikasi Fraktur Extremitas Dan penatalaksanaan1. Fraktur intertrokhanter extremitas

Fraktur intertrokhanter adalah patah tulang yang bersifat ekstrakapsular dari

extremitas. Sering terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Fraktur ini

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

memiliki prognosis yang baik dibandingkan dengan fraktur intrakapsular, dimana

resiko nekrosis avascular lebih rendah.

Pada riwayat umumnya didapatkan adanya trauma akibat jatuh dan

memberikan trauma langsung pada trokhanter mayor. Pada beberapa kondisi, cedera

secara memuntir memberikan fraktur tidak langsung pada intertrokhanter.

Pemeriksaan radiografik biasanya sudah dapat menentukan diagnosis fraktur

intertrokhanter .pemeriksaan radiografik biasanya sudah dapat menentukan diagnosis

fraktur intertrokhanter stabil atau tidak stabil.

Penatalaksanaannya menggunakan reduksi terbuka dan pemasangan fiksasi

interna. Intervensi konservatif hanya dilakukan pada penderita yang sangat tua dan

tidak dapat dilakukan dengan anastesi general (Brunner & Suddarth, 2002 : 262).

2. Fraktur Subtrokhanter extremitas

Adalah fraktur dimana garis patahnya fraktur subtrokhanter extremitas berada

5 cm distal dari trokhanter minor. Fraktur jenis ini dibagi dalam beberapa klasifikasi,

tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi fielding &

Magliato, yaitu sebagai berikut :

1.) Tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor. 2.) Tipe 2 : garis patah berada 1-2 inci dibawah dari batas trochanter minor.3.) Tipe 3 : garis patah berada 2-3 inci di distal dari batas trochanter minor

(Helmi, 2014 : 509). 3. Fraktur suprakondiler extremitas

Fraktur suprakondiler fragmen bagian distal selalu terjadi dislokasi ke

posterior. Hal ini biasanya disebabkan adanya tarikan otot-otot gastroknemius.

Biasanya fraktur suprakondiler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan

tinggi sehingga terjadi gaya aksial dan stress valgus atau varus, dan disertai gaya

rotasi. Manifestasi klinik yang didapatkan berupa pembengkakan pada lutut,

deformitas yang jelas dengan pemendekan pada tungkai, nyeri bila fragmen bergerak,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

dan mempunyai risiko terhadap sindrom kompartemen pada bagian distal.Pada

pemeriksaan berjongkok terlihat pasien tidak bisa menjaga kesejajaran.Pemeriksaan

radiologis dapat menentukan diagnosis fraktur suprakondiler. Penatalaksanaan fraktur

suprakondiler femur adalah sebagai berikut :

1.) Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut

pearson, cast-bracing, dan spika panggul.2.) Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran fraktur

yang tida dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan

mempergunakan nailphroc dare screw dengan macam-macam tipe yang

tersedia (Helmi, 2014 : 517).

4. Fraktur Kondiler extremitas

Mekanisme trauma biasanya merupakan kombinasi dari gaya hiperabduksi dan

adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu extremitas ke atas. Manifestasi klinik

didapatkan adanya pembengkakan pada lutut, hematrosis, dan deformitas pada

ekstremitas bawah. Penderita juga mengeluh adanya nyeri lokal, dan kondisi

neurologis-vaskular harus selalu diperiksa adanya tanda dan gejala sindrom

kompartemen pada bagian distal.

Penatalaksanaan dengan reduksi tertutup dengan traksi tulang selama 4-6

minggu dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan gips minispika sampai terjadi

penyambungan tulang. Reduksi terbuka dan fiksasi interna dilakukan apabila

intervensi reduksi tertutup tida memberikan penyambungan tulang, atau keluhan nyeri

lokal yang parah (Helmi,2014 : 518).

5. Fraktur Batang extremitas

Fraktur batang extremitas biasanya terjadi karena trauma langsung akibat

kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita

jatuh dalam syok, salah satu klasifikasi fraktur batang extremitas dibagi berdasarkan

adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Secara klinik fraktur

batang extremitas dibagi dalam fraktur batang extremitas terbuka dan tertutup. Pada

kondisi trauma diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan batang extremitas pada

orang dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami

kecelakaan kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dari ketinggian. Biasanya,

pasien ini mengalami trauma multiple yang menyertainya.

.1.4Penatalaksanaan Fraktur Extremitas

Pada fraktur extremitas terbuka harus dinilai dengan cermat untuk mencari ada

tidaknya :

1. Kehilangan kulit 2. Kontaminasi luka 3. Iskemia otot 4. Cedera pada pembuluh darah dan saraf 1.) Intervensi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Profilaksis antibiotic b. Debridement, pembersihan luka dan debridement harus dilakukan

dengan sesedikit mungkin penundaan. Jika terdapat kematian jaringan

atau kontaminasi yang jelas, luka harus diperluas dan jaringan yang

mati dieksisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi fragmen tulang

yang tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi, tetapi cukup dengan

debridemen terbatas saja. c. Stabilisasi, Dilakukan pemasangan fiksasi interna d. Penundaan penutupan.e. Penundaan rehabilitasi. f. Fiksasi eksterna.

2.) Penatalaksanaan fraktur batang extremitas tertutup adalah sebagai berikut.

a. Terapi Konservatif

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

a) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum

dilakukan terapi definitive untuk mengurangi spasme otot. b) Traksi tulang berimbang dengan bagian pearson pada sendi

lutut. Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat komunitif

dan segmental. c) Menggunakan cast brasting yang dipasang setelah terjadi union

fraktur secara klinis. b. Terapi operatifc. Pemasangan plate dan screw (Helmi, 2014 : 515).

2.2 Konsep Nyeri

.2.1 Pengertian Nyeri

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang

mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Hidayat, 2012).

Secara umum,nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman,baik ringan maupun

berat (Priharjo,1992 dalam Hidayat 2012).

Berikut adalah pendapat beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri:

1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi

seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang tersebut pernah

mengalaminya.2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita

secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.3. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi

tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut

bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.4. Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti

oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional. .2.2 Etiologi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam, penyebab trauma ini terbagi

menjadi :

1. MekanikRasa nyeri yang di akibatkan oleh mekanik ini timbul akibat ujung-ujung saraf bebas

mengalami kerusakan. contoh dari nyeri akibat trauma mekanik ini adalah akibat

adanya benturan,gesekan, luka dan lain-lain.2. Termis.

Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat

panas.dingin,missal karena api dan air.3. Khemis.

Nyeri yang di timbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia yang bersifat asam

ataupun basa kuat.4. Elektrik.

Nyeri yang di timbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai

reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar..2.3 Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.

Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi

tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau mekanis. Stimulasi oleh zat kimiawi

diantaranya seperti histamine, bradikmin, prostaglandin, dan macam-macam asam seperti

adanya asam lambung yang meningkat pada gastritis atau stimulasi yang dilepaskan apabila

terdapat kerusakan pada jaringan. (Hidayat, 2012), Selanjutnya, stimulus yang diterima oleh

reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh

dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) yang bermielin rapat dan serabut ramban (serabut

C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A, mempunyai sifat inhibitor yang

ditransmisikan ke serabut C. (Hidayat, 2012).

.2.4 Manifestasi Klinis 1. Nyeri akut

1.) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal 2.) Menunjukan kerusakan 3.) Posisi untuk mengurangi nyeri

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

4.) Muka dengan ekspresi nyeri5.) Gangguan tidur6.) Respon otonom (penurunann tekanan darah,suhu,nadi)7.) Tingka laku ekspresif (gelisah,merintih,nafas panjang,mengeluh)

2. Nyeri Kronis1.) Perubahan berat badan2.) Melaporkan secara verbal dan non verbal3.) Menunjukan gerakan melindungi,gelisah,depresi,focus pada diri sendiri4.) Kelelahan5.) Perubahan pola tidur6.) Takut cedera7.) Interaksi dengan orang lain menurun.

.2.5 Komplikasi1 Nyeri jangka panjang dapat menyebabkan beberapa komplikasi antara lain:

1.) Nyeri kronis2.) Kegelisaan3.) Depresi4.) Menghindari sesuatu hal /kegiatan yang menyebabkan rasa sakit 5.) Trauma terkait dengan penyebab rasa sakit6.) Ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit7.) Kesulitan mencari pekerjaan8.) Stres dengan keuangan karena tidak bekerja atau tagihan medis yang belum di

bayar9.) Kurang tidur10.) Konsentrasi yang buruk memori jangka pendek11.) Masalah kesehatan yang berhubungan dengan stress seperti sakit

kepala, gangguan pencernaan,diare,tekanan darah meningkat 12.) Orang-orang mengabaikan atau tidak percaya bahwa anda sedang

sakit13.) Menurunya partisipasi dalam keluarga karena sakit atau karena akan

menyebabkan rasa sakit14.) Tidak mampu untuk membantu dan orang lain tidak memahami15.) Kurangya jadwal teratur harian & merasa tanpa tujuan16.) Perasaan kehilangan dalam hidup,tidak memiliki arah

2 Nyeri Akut1.) Ganguan pola istirahat tidur2.) Syok neurogenic

.2.6 Jenis dan Bentuk Nyeri 1. Jenis Nyeri

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

Ada tiga klasifikasi nyeri

1.) Nyeri perifer. Nyeri ini ada tiga macam:

a. Nyeri superfisial,yakni rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada

kulit dan mukosa; b. Nyeri visceral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada

reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium, dan toraks; c. Nyeri alih, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari

jaringan penyebab nyeri.2. Nyeri sentral. Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis,

batang otak, dan thalamus.3. Nyeri psikogenik. Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengankata

lain, nyeri ini timbul akibat pemikiran si penderita itu sendiri. Seringkali, nyeri

ini muncul karena factor psikologi, bukan fisiologis2. Bentuk nyeri

Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.

1.) Nyeri akut. Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya

mendadak, dan biasa penyebab dan lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut

ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya

meningkatkan persepsi nyeri.2.) Nyeri kronis.

Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bias diketahui atau

tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan.

Selain itu, pengindraan nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita sukar

untuk menunjukan lokasi. .2.7 Teori Nyeri

Ada 4 teori yang dapat menjelaskan bagaiman nyeri itu timbul dan terasa, yaitu :

1. Teori spesifik ( Teori Pemisahan)

Teori yang mengemukakan bahwa reseptor dikhususkan untuk menerima suatu

stimulus yang spesifik, yang selanjutnya dihantarkan melalui serabut A delta dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

serabut C di perifer dan traktus spinothalamikus di medulla spinalis menuju ke pusat

nyeri di thalamus. Teori ini tidak mengemukakan komponen psikologis.. Menurut

teori ini rangsangan sakit masuk ke medula spinalis (spinal cord) melalui kornu

dorsalis yang bersinaps di daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan

menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat

rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

2. Teori pola (pattern)

Teori ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri adalah pola informasi

sensoris. Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu stimulus timbul pada

tingkat saraf perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola aksi potensial tertentu.

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan

merangsang aktivitas sel. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke

bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi

dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi olch

modalitas respons dari reaksi sel.tu. Pola aksi potensial untuk nyeri berbeda dengan

pola untuk rasa sentuhan.

3. Teori kontrol gerbang (gate control)

Pada teori ini bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme

pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri

dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah

pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori

menghilangkan nyeri. Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut

kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C

melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui

mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila

masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme

pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat

menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi

mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan

serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan

sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek

yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan

opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang

berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan

menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo

merupakan upaya untuk melepaskan endorphin.

4. Teori Transmisi dan Inhibisi.

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls impuls saraf,

sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik.

Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada scrabut-

serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogcn opiate

sistem supresif.

.2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri.

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya

adalah :

1. Arti nyeri, arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian

arti nyeri merupakan arti yang negative, seperti membahayakan, merusak, dan lain-

lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti usia, jenis kelamin, latar

belakang sosail budaya, lingkungan dan pengalaman.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

2. Persepsi nyeri, persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya

pada korteks (pada fungsi evaluative kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor

yang dapat memicu stimulasi nociceptor.3. Toleransi nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Factor yang dapat

mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain: alcohol, obat-obatan, hipnotis,

gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya.

Sedangkan factor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan,

cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan lain-lain.4. Reaksi terhadap nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang

terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini

merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti

arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan social,

kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

2.2.9 Faktor- faktor resiko nyeri

Menurut (Hidayat, 2012). dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor Internal dan

faktor eksternal.

1. Faktor internal :

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi rasa nyeri adalah sebagai berikut:

1.) Usia Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji

respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika

sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. 2.) Jenis kelamin

Gill (2000) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara

signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex:

tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).3.) Perhatian

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided

imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.4.) Anxietas (Kecemasan)

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas.5.) Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini

nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.

Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa

lalu dalam mengatasi nyeri.6.) Pengetahuan Nyeri

Dirasakan dan disadari otak, tetapi berlum tentu penderita akan tergangggu

misalnya karrna ia punya pengetahuan tentang nyeri sehingga ia menerimanya

secara wajar. 7.) Kelelahan

Kelelahan dapat meningkatkan nyeri karena banyak orang merasa lebih

nyaman waktu istirahat. 2. Faktor eksternal :

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi rasa nyeri dan respon terhadap nyeri

adalah sebagai berikut:

1.) Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan

sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang

mengatasi nyeri

2.) Support keluarga dan social

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

3.) Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon

terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa

nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan,

jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

4.) Lingkungan

Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsanggan dari lingkungan seperti

kebisingan, cahaya yang sangat terang.

5.) Pengobatan

Pengobatan analgesik yang diberikan sesuai dosis yang mermakai akan

mempercepat penurunan nyeri

2.2.10 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 1. Mengurangi factor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidak percayaan,

kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.1) Ketidak percayaan. Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang diderita pasien

dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal,

mendengarkan dengan perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan

mengatakan kepada pasien bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar

dapat lebih memahami tentang nyerinya.2) Kesalapahaman. Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan

mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan dengan meberitahu pasien bahwa nyeri

yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti

tentang nyerinya.3) Ketakutan . memberikan infirmasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan

pasien dengan mengajarkan pasien untuk mengekpresikan bagaimana mereka

menangani nyeri.4) Kelelahan. Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya,

kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

5) Kebosanan. Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi

nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapeutik. Beberapa

teknik pengalih perhatian adalah bernapas pelan dan berirama, memijat secara

perlahan, menyanyi berirama, aktif mendengarkan music, membayangkan hal-

hal yang menyenangkan, dan sebagianya. 2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti :

1.) Teknik latihan pengalihana. Menonton televiseb. Berbincang-bincang dengan orang lain.c. Mendengarkan musik.

2.) Teknik relaksasi nafas dalam

Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-

paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-

otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama

sambil terus berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.

a. Stimulasi kulita) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri.b) Menggosok punggung.c) Menggunakan air hangat dan dingin.d) Memijat dengan air mengalir.e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik,

yang dilakukan guna mengganggu atau memblok transmisi

stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara

mengurangi kortikal terhadap nyeri.f) Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau

mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang

dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi: Transcutaneous electrical stimulator (TENS), digunakan

untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri

tertentu dengan menempatkan beberapa electrode di

luar.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

Pencutaneus implanted spinal cord epidural stimulator

merupakan alat stimulator sumsum tulang belakang dan

epidural yang diimplan dibawah kulit dengan transistor

timah penerima yang dimasukan kedalam kulit pada

daerah epidural dan columna vertebrae. Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan

stimulus alat penerima transistor dicangkok melalui

kantong kulit intraclavikula atau abdomen, yaitu

elektroda ditanam melalui pembedahan pada dorsum

sumsum tulang belakang. 2.3 Teknik Relaksasi Nafas Dalam

2.3.1 Pengertian Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan

intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Relaksasi

otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan tegangan otot yang

menunjang nyeri, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam

meredakan nyeri. Sedangkan latihan nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan

menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada

mengembang penuh ( Smeltzer (2002) dalam Trullyen, (2013).

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang

dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam,

nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas

secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah ( Smeltzer & Bare

dalam Trullyen, 2013 ) .

2.3.2 Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

Tujuan relaksasi pernafasan adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara

pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, merilekskan tegangan otot, meningkatkan efesiensi

batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas

nyeri (mengontrol atau mengurangi nyeri) dan menurunkan kecemasan ( Smeltzer dan Bare

(2002) dalam Trullyen, 2013).

Tujuan nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien

serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolarmaksimal,

meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktivitas otot-otot

pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan,

mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernafas ( Suddarth dan

Brunner, 2002)

2.3.3 Patofisiologi Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap nyeri

Menurut Brunner & Suddarth (2002) dalam Trullyen, (2013) teknik relaksasi nafas

dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam sistem

saraf otonom. Relaksasi melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain

sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu. Prinsip yang menedasari

penurunan oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan

bagian dari sistem saraf periferyang mempertahankan homeostatis lingkungan internal

individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan

substansi p yang akan merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan saraf simpatis

mengalami vasokonstriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan

berbagai efek spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah. Mengurangi aliran darah

dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri

dari medulla spinaliske otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi napas dalam terhadap

penurunan nyeri.

Teknik relaksasi nafas dalam diperc aya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui

mekanisme yaitu :

1. Dengan merelaksasikan otot-otot skeletal yang mengalami spasme yang disebabkan

oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan

akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic. 2. Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk melepaskan

opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin. 3. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat Relaksasi melibatkan sistem otot dan

respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau

sewaktu-waktu ( Smeltzer dan Bare (2002) dalam Trullyen, 2013).

Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi

sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang

mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Pada saat terjadi pelepasan

mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi, akan merangsang syaraf

simpatis sehingga menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang

menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah,

mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan

pengiriman impuls nyeri.

2.3.5 Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Prosedur teknik relaksasi nafas dalam menurut Priharjo (2003) dalam Trullyen, (2013)

yakni dengan bentuk pernafasan yan digunakan pada prosedur ini adalah pernafasan

diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang

mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai

berikut :

1. Ciptakan lingkungan yang tenang2. Usahakan tetap rileks dan tenang (Dengan memodifikasi tindakan nonfarmakologis

yang lain meliputi distraksi. 3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui

hitungan 1,2,3. 4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas

dan bawah rileks. 5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali 6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui Mulut. 7. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.8. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

2.3.6 Efek Relaksasi

Teknik relaksasi yang baik dan benar akan memberi efek yang berharga bagi tubuh,

efek tersebut sebagai berikut :

1. Penurunan nadi, tekanan darah dan pernafasan 2. Penurunan konsumsi oksigen 3. Penurunan ketegangan otot 4. Penurunan kecepatan metabolisme 5. Peningkatan kesadaran global 6. Kurang perhatian terhadap stimulasi lingkungan 7. Tidak ada perubahan posisi yang volunter 8. Perasaan damai dan sejahtera 9. Periode kewaspadaan yang santai, terjaga dan dalam (Sulistyo, 2013).

2.3.7 Cara Mengukur Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh

individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri

dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua

orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran

dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri

(Tamsuri, 2007).

Pengukuran Skala nyeri dengan metode sebagai berikut :

1. Skala Intensitas Nyeri Deskritif

2. Skala Indentitas Nyeri Numerik

3. Skala Analog Visual

4. Skala Nyeri Menurut Bourbanis

Keterangan :

0 : Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

Nyeri berat terkontrol

Nyeri ringan Nyeri sedang

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10Tidaknyeri

Nyeri berat tidak terkontrol

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Deskritif

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nyeri sedang Nyeri hebat

Tidak nyeri

Gambar 2.2 Skala Identitas Nyeri Numerik

Nyeri sangat hebat

Tidak nyeri

Gambar 2.3 Skala Analog Visual

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nyeri

hebattidak

terkontr

Nyeri berat

terkontrol

Nyeri sedangNyeri ringanTidaknyeri

Gambar 2.4 Skala nyeri menurut brournis

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah

tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak

dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang

dan distraksi 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul

( Smeltzer, S.C bare B.G, 2002) .Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri

tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang

atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke

waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan. Skala deskritif merupakan alat

pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal

Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini

diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat

menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru

yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan

dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien

memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical

rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat

mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala

untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (Potter, 2005).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah

suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal

pada setiap ujungnya.

Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.

VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu

angka (Potter, 2005).

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak

mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan

memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan

saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan

kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih

memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami

penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).

2.5 Keaslian Penelitian

NO

JUDUL METODE HASIL

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

1 Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien frakturPenulis : lela aini,resa reskitaTahun 2018

Desain penelitian n:Pra-eksperimental Sampel : 30Variabel:Variabel independen :Teknik relaksasi nafas dalam Variabel dependen :Penurunan nyeri pada pasienfrakturInstrument : observasiAnalisis dan uji statistic analisishubungan antara variabel : teknik relaksasi nafas dalam terhadap nyeri pada pasien fraktur Analisis distribusi : uji Chi SquareAnalisis perbandingan kategori variabel dengan lebih dari 2 kategori : bivariate

( p-vulue=0,001 maka dapat di simpulkan ada pengaruh yang singnifikan tingkat skalanyeri sebelum dan sesudah teknik relaksasi

NO JUDUL METODE HASIL1 Pengaruh teknik relaksasi nafas

dalam dan masase terhadap penurunan skala nyeri pasien pasca apendiktomi di ruangan beda RSUD Dr.M.zein pain.Penulis : yusrisal,zarni,zamzahar,elisaanas.Tahun : 2012

Desain penelitian:quasi eksperimen Sampel 20 orangVariabel :Variabel independen :Masase terhadap penurunan skala nyeripasca apendiktomiInstrument : observasimengunakan lembarcek listAnalisis uji statistic :analisis hubungan antara variabel : teknik relaksasi nafas dalam.Analisis perbandinganantara variabel :karena nyeri pada pasca apendiktomi

P=0,000 (p<0,05). Melihat bahwa kombinasi antara beberapa terapi non farmakologi dapat memberikan perubahan yang baik.terhadap penurunan skala nyeri.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

Analisis distribusi : uji man whitney

Analisis perbandingankategori variabel dengan lebih dari 2 kategori : bivariat

NO

JUDUL METODE HASIL

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Fraktur Extremitas II.pdf · .1.1 Definisi Fraktur exremitas adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur extremitas secara klinis

1 pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien pos operasi fraktur di ruangan irnina a blu RSUP prof Dr,r,d kandau Manado.Penulis : Suhartini NurdinTahun 2013

Desain penelitian : quasi exsperimental Sampel : 20VariabelVariabel independen : teknik relaksasi terhadap intensitas nyeriVariabel dependen : post operasi fraktur.Intrumen : lembar observasiAnalisis dan uji statistic analisis hubungan antara variabel : teknik relaksasi bdapan menurunkan nyeriAnalisis perbandingan antara variabel : karena pengaruh teknik relaksasi maka nyeri dapat berkurangAnalisis distribusi : uji paired sample test

Analisis perbandingan kategori variabel dengan lebih dari 2 kategori : bifariat.

P=0,000 ( p<0,05 ) menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan nyeri pasien post operasi.