BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebugaran 2 ... - sinta.unud.ac.id II.pdf · pada lansia adalah...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebugaran 2 ... - sinta.unud.ac.id II.pdf · pada lansia adalah...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebugaran
2.1.1 Definisi Kebugaran
Secara umum, yang dimaksud kebugaran adalah kebugaran fisik (physical
fitness), yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara
efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat
menikmati waktu luangnya (Irianto, 2004). Kebugaran atau kesegaran jasmani
pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yaitu
kebugaran jantung dan paru, kebugaran peredaran darah kekuatan otot dan
kelenturan sendi (Maryam 2011). Olahraga adalah bentuk latihan fisik yang
memberikan pengaruh baik (positif) terhadap tingkat kemampuan fisik
seseorang, bila dilakukan secara baik dan benar (Depkes RI, 2001).
Kebugaran adalah serangkaian karakteristik fisik yang dimiliki atau
dicapai seseorang yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
aktivitas fisik (Haskell and Kiernan, 2000). Dalam buku Sports and
Recreational Activities, diartikan sebagai orang yang mampu menjalankan
kehidupan sehari-hari tanpa melampaui batas daya tahan stres pada tubuh dan
memiliki tubuh yang sehat serta tidak berisiko mengalami penyakit yang
disebabkan rendahnya tingkat kebugaran atau kurangnya aktivitas fisik (Mood,
2003).
7
2.1.2 Komponen-Komponen Kebugaran
Komponen-komponen yang berhubungan dengan kesehatan yakni :
1. Daya tahan ditunjukkan dengan VO2 maksimal akan menurun
dengan lanjutnya usia, dimana penurunan akan 2 kali lebih cepat pada
orang inaktif atau sedenter dibanding atlit. Kebugaran ini menurun
sebagian karena penurunan massa otot skeletal, sedangkan sebagian
lagi akibat penurunan laju jantung maksimal, penurunan isi jantung
sekuncup maksimal dan penurunan oksigen yang dapat di ekstrasi
oleh otot-otot yang terlatih. Latihan daya tahan atau kebugaran yang
cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan
bertahanan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut bersifat khas
untuk latihan yang dijalankan (training specific), sehingga latihan
kebugaran akan menigkatkan kekuatan berjalan lebih dibanding
dengan latihan bertahan.
a. Daya tahan paru-jantung, yakni kemampuan paru-jantung mensuplai
oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu lama.
b. Daya tahan kardiorespirasi, adalah kemampuan dari jantung, paru-
paru, pembuluh darah, untuk melakukan latihan-latihan yang keras
dalam jangka waktu lama, seperti jalan cepat, jogging, senam . Daya
tahan kardiorespirasi merupakan komponen yang terpenting dari
kebugaran fisik.
c. Daya tahan otot, kemampuan dari otot-otot kerangka badan untuk
menggunakan kekuatan (tidak perlu maksimal), dalam jangka waktu
8
tertentu. Kekuatan, keahlian, penampilan, kecepatan bergerak dan
tenaga sangat erat kaitannya dengan unsur ini.
2. Kekuatan otot, kemampuan otot melawan beban dalam satu usaha. Otot-
otot yang kuat dapat melindungi persendian yang dikelilingi dan
mengurangi kemungkinan terjadinya cedera karena aktivitas fisik.
3. Kelenturan otot, daerah gerak otot-otot dan persendian tubuh. Kelenturan
sangat erat hubungannya dengan kemampuan otot-otot kerangka tubuh
secara alamiah dan yang telah dimantapkan kondisinya diregang
melampaui panjangnya normal waktu istirahat. Pembatasan atas lingkup
gerak sendi (ROM) banyak terjadi pada usia lanjut, yang sering sebagai
akibat kekakuan otot dan tendon dibanding sebagai akibat kontraktur
sendi.
4. Komposisi tubuh, perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat
tubuh tanpa lemak (otot, tulang, tulang rawan, organ-organ vital) yang
dinyatakan dalam persentase lemak tubuh.
5. Kelentukan, kemampuan persendian bergerak secara leluasa.
6. Self efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah suatu istilah untuk
menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas.
Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lansia mempunyai keberanian
dalam melakukan aktivitas atau olahraga.
7. Keuntungan fungsional atas latihan bertahan (resistence training)
berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan bertahanan, antara
lain yang mengenai kecepatan gerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range
9
of motion) dan jenis kekuatan yang dihasilkannya (pemendekan atau
pemanjangan otot).
8. Keseimbangan, merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan
seorang lansia mudah jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motorik
dan kekuatan otot. Keseimbangan juga bisa dianggap sebagai penampilan
yang tergantung atas aktivitas atau latihan yang terus menerus dilakukan.
Penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan menurun dengan lanjutnya
usia, yang bukan hanya sebagai akibat menurunnya kekuatan otot atau
akibat yang diderita.
2.1.3 Fungsi Kebugaran
Aktivitas kehiduapan sehari-hari di dukung oleh kardio-respirasi yang
baik, kekuatan otot, ketahanan otot, kelenturan otot dan komposisi badan
seimbang (Suhardo, 2001). Selain itu aktiviatas kehidupan sehari-hari didukung
oleh status mental yang normal tidak terjadi perubahan patologis yang signifikan
dalam otak pada lansia berupa dimensia (Brick, 2001).
2.1.4 Alat Ukur Kebugaran
Beberapa modalitas latih telah di gunakan secara objektif untuk
mengevaluasi kapasitas fungsional. Beberapa di antaranya memberikan hasil yang
lengkap pada performa aktivitas fisik dengan menggunakan teknologi yang tinggi
dan mahal, sedangkan yang lain memberikan hasil yang mendasar dengan
menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah di lakukan. Cardiorespiratory
endurance adalah kemampuan jantung, paru-paru, dan sistem sirkulasi untuk
10
mensuplay oxygen dan nutrisi secara efektif untuk kerja otot dan mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme. Biasanya ditentukan dengan mengukur kadar maksimum
oxygen yang dikonsumsi selama latihan, atau V2 max. Bentuk tesnya untuk lansia
banyak, diantaranya : Groningen Walk Test, ½ Mile Walk, 6 minute walk, dan 2
minute step in place test.
Tes jalan 6 menit merupakan bagian dari protokol test fitnes lansia dan
dirancang untuk menguji kebugaran fungsional para lansia. Ini adalah sebuah
adaptasi dari tes lari 12 menit Cooper. Tes ini bertujuan untuk mengukur
kebugaran aerobik. Peralatan yang dibutuhkan yakni pengukur untuk menandakan
jarak tempuh, stopwatch, kursi yang digunakan untuk beristirahat. Prosedur
latihan berjalan di area yang luasnya 30 m dengan kon yang ditempatkan pada
interval reguler untuk menunjukkan jarak berjalan.
Gambar 2.1 Tes Jalan 6 Menit (Guidelines Six Minutes WalkingTest dalam
Functional Assesment in PAH, 2008)
Tujuan dari tes ini adalah berjalan secepat mungkin dalam waktu 6 menit
dan sejauh mungkin. Setiap orang menentukan kecepatannya sendiri (langkah
awal berguna untuk berlatih kecepatan) dan mampu berhenti beristirahat jika
11
mereka mau. Tes ini selain mudah dilakukan juga peralatan dan biaya minimal
dibebankan. Kekurangan dari tes ini terlalu mudah bagi orang yang bugar. Salah
seorang yang melakukan test berlari akan lebih cocok. Test tersebut sebaiknya
dihentikan jika orang yang diuji merasakan pusing, nausea, rasa letih yang
berlebihan, rasa sakit atau pengetes menemukan gejala lainnya. Pengetes harus
diuji dalam mengenali setiap gejala tersebut dan rencana tindakan harus dilakukan
jika ada kecelakaan medis.
2.2 Lanjut Usia
2.2.1 Defisini Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan yang secara terus menerus yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistim organ.
Secara ekonomi penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya.
Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua sering kali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
12
keluarga dari masyarakat (Darmojo, 2006). Dari aspek sosial, penduduk lansia
merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara barat, penduduk lanjut usia
menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan
mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan
keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di
Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus
dihormati oleh warga muda (Suhartini, 2009).
Menurut Darmajo (2006), masa tua adalah suatu dimana orang dapat
merasa puas dengan keberhasilan lainnya. Tetapi bagi orang lain, periode ini
adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran,
masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan
ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang
yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang
berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi
manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan untuk
tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lanjut usia yang memandang
usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasip dan
pembrontakan, penolakan, dan keputusasaan.
Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan
demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan
kronologi. Usia kronologi merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur
dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling mudah
13
digunakan adalah usia kronologi, karena batasan usia ini mudah untuk
diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada
berbagai sumber data kependudukan (Notoatmojo, 2007).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO ) menggolongkan lanjut usia menjadi
empat yaitu; usia pertengahan 45-59 tahun, lanjut usia 60-74 tahun, lanjut usia tua
75-90 tahun, dan usia sangat tua 90 tahun. Batasan lanjut usia yang tercantum
dalam Undang- Undang No 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan
orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang
berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut
menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berusia 56 tahun ke atas. Namun
demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang
untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam penelitian ini
digunakan batasan umur antara 60 tahun keatas untuk menyatakan orang lanjut
usia (Notoatmojo, 2007).
2.2.2 Konsep Usia Lanjut
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses
menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase
progresif, fase stabil, fase regresi. Dalam fase regresif mekanisme lebih kearah
kemunduran yang dimulai dalam sel, komponen terkecil manusia. Sel-sel menjadi
aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan
dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomi proses menjadi tua
terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah,
14
terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan tubuh dan akhirnya
akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.
1. Usia biologis yaitu jangka waktu seseorang sejak lahir berada dalam
keadaan hidup, tidak mati.
2. Usia psikologis yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.
3. Usia sosial yaitu peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat
kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
Ketiga hal ini saling mempengaruhi dan prosesnya saling berkaitan.
Menjadi tua ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala gejala kemunduran fisik antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis
yang menetap.
2. Rambut mulai beruban dan menjadi putih.
3. Gigi mulai berlubang.
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang.
5. Mudah lelah.
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.
7. Kerampingan tubuh menghilang, disana sini terjadi timbunan lemak
terutama dibagian perut dan pinggul.
Kemunduran kemampuan kognitif antara lain sebagai berikut :
15
1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik.
2. Hal-hal dimasa muda lebih banyak diingat dari pada hal-hal yang baru
terjadi, hal yang pertama dilupakan adalah nama-nama.
3. Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang juga mundur,
erat hubungannya dengan daya ingat yang sudah mundur dan juga karena
pandangan biasanya sudah menyempit.
4. Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai
dalam test-test intelegensi menjadi lebih rendah.
5. Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.
Kemandirian pada usia lanjut dinilai dari kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari ( Activities of Daily Life = ADL). Apakah mereka tanpa
bantuan dapat bangun, mandi, ke WC, kerja ringan, olahraga, berpakaian rapi,
membersihkan kamar, tempat tidur, mengunci pintu dan jendela, pergi kepasar,
dan lain-lain. Yang normal dilakukan pada masa muda. Menurut tingkat
kemandiriannya para usia lanjut dapat digolongkan dalam kelompok-kelompok
sebagai berikut :
1. Usia lanjut mandiri sepenuhnya.
2. Usia lanjut mandiri dengan bantuan langsung keluarganya.
3. Usia lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak langsung.
4. Usia lanjut dengan bantuan badan sosial.
5. Usia lanjut di panti werda.
6. Usia lanjut yang dirawat di rumah sakit.
7. Usia lanjut dengan gangguan mental.
16
Salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat kemandirian pada usia
lanjut adalah keadaan mental , karena pada usia lanjut sering mengalami apa yang
disebut dementia yaitu kemunduran dalam fungsi berfikir. Gangguan biasanya
dimulai dengan sukar mengingat apa yang didengar atau dibaca sampai dengan
bicara tanpa ada ujung pangkalnya. Gangguan kesehatan pada usia lanjut
seringkali disebabkan oleh proses degeneratif yang dialami oleh usia lanjut. Hasil
survey menunjukkan angka kesakitan dan disabilitas sebesar 11,5% pada usia 45-
59 tahun dan 9,2% pada usia lebih dari 60 tahun dengan berbagai jenis penyakit
degeneratif seperti gangguan pernafasan, gangguan pencernaan, dan penyakit
infeksi.
2.2.3 Perubahan Kondisi Fisik
Meskipun perubahan dari tingkat sel sampai kesemua system organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuluskeletal, gastrointestinal, integumen dan lain-lain.
Masalah-masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lanjut usia menurut
Mubarak ( 2006 ) adalah sebagai berikut :
1. Mudah jatuh
2. Mudah lelah
3. Kekacauan mental akut
4. Nyeri pada dada, berdebar debar
5. Sesak nafas pada saat melakukan aktifitas fisik
6. Pembengkakan pada kaki bawah
17
7. Nyeri pinggang atau punggung dan pada sendi panggul
8. Sulit tidur dan sering pusing
9. Berat badan menurun.
10. Gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sukar menahan
air kencing.
Perubahan fungsi organ yang terjadi akibat proses penuaan, tidak sama
antara satu dengan yang lainnya, secara umum dijumpai penurunan fungsi secara
menyeluruh. Perubahan fungsi organ yang terjadi pada lansia adalah sebagai
berikut :
1. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang
elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose, kulit
pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke
kulit dan menurunnya selsel yang memproduksi pigmen kuku pada jari
tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh, rambut menipis dan botak,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya (Ganong, 2002).
2. Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun,
keterbatasan reflek, menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak yang diakibatkan oleh merendahnya aktifitas otot.
3. Sistem muskuloskletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut :
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung
18
utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
4. Sistem penginderaan (pengecapan dan pembau)
Menurunnya kemampuan atau melakukan pengecapan dan pembauan,
sensitifitas terhadap empat rasa menurun setelah usia 50 tahun.
5. Sistem perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atropi, aliran darah menurun sampai 50%
fungsi tubulus berkuranng akibatnya kurang mampu memekatkan urine, BJ
urin menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya retensi
urine (Guyton, 2001).
6. Sistem pernapasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas selia, berkurangnya aktifitas paru, alveoli ukurannya melebar dari
biasa dan jumlahnya berkurang, serta berkurangnya reflek batuk.
7. Sistem gastroentestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esophagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun,
peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatkan konstipasi, kemampuan
absorbsi menurun, hati mengecil, produksi saliva menurun, produksi HCL
dan pepsin menurun pada lambung.
19
8. Sistem penglihatan
Kornea lebih berbentuk selindris, spingter pupil timbul sclerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya
ambang penglihatan sinar ( daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,
susah melihat cahaya gelap ). Berkurang atau hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang, berkurang luasnya pandangan, berkurangnya
sensitifitas terhadap warna.
9. Sistem pendengaran
Presbiakusis atau berkurangnya pendengaran pada lanjut usia, membran
timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen
hingga mengeras karena peningkatan kratin, berkurangnya persepsi nada
tinggi (Darmojo, 2006).
10. Sistem saraf
Berkurangnya berat otak hingga 10-20 %, berkurangnya sel kortikal, reaksi
menjadi lambat, kurang sensitif terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas
sel, bertambahnya waktu jawaban motorik, hantaran neuron motorik
melemah, kemunduran fungsi saraf otonom (Darmojo, 2006).
11. Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresi
tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSF, FSH, LH, menurunnya aktifitas
tiroid akibatnya basal metabolisme menurun, menurunnya produksi
aldosteron, menurunnya sekreksi hormone, progesteron, estrogen, dan
aldosteron, bertambahnya insulin (Darmojo, 2006).
20
12. Sistem reproduksi
Selaput lendir va\gina kering atau menurun, menciutnya ovarium dan uterus,
atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya
penurunan berangsurangsur dan dorongan seks menetap sampai diatas usia
70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat
menopause (Darmojo, 2006).
13. Sistem kardiovaskuler
Jantung normal yang menua pada lanjut usia masih mampu menghasilkan
curah jantung secara normal pada suasana biasa, tetapi kemampuannya
merespons situasi yang menimbulkan stres fisik maupun mental menurun
(Smeltzer & Bare, 2002). Perubahan yang terjadi pada sistem
kardiovaskuler dapat dipahami dari organ jantung dan pembuluh darah.
Pada lansia jantung kirinya mengalami pengecilan karena rendahnya beban
kerja, terjadi penebalan dan kekakuan/penebalan katup jantung, serta
terdapatnya jaringan ikat pada sistem hantaran khusus jantung (nodus SA,
AV, dan berkas his). Hal ini mengakibatkan penurunan kontraktilitas
miokardium, lamanya waktu pompa ventrikel kiri, dan perlambatan sistem
hantaran jantung. Katup jantung menebal dan menjadi kaku , kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% per tahun mulai umur 30 tahun.
Lanjut usia juga menyebabkan menurunnya elastistas pembuluh darah arteri
perifer yang meningkatkan tahanan perifer total (Smeltzer & Bare, 2002).
21
2.3 Senam Lansia
2.3.1 Definisi Senam Lansia
Senam adalah suatu bentuk latihan fisik yang teratur yang merupakan
representasi dari ciri kehidupan. Senam merupakan suatu bentuk latihan fisik yang
dikemas secara sistimatis yang tersusun dalam suatu program yang bertujuan
untuk meningkatkan kesegaran tubuh. Hasil survey pembuatan norma kesegaran
jasmani pada usia lanjut yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun
1992-1993 menemukan bahwa sekitar 90% usia lanjut memiliki tingkat kesegaran
jasmani yang rendah, terutama pada komponen daya tahan kardio respiratori dan
kekuatan otot. Hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan latihan fisik yang
baik dan benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Manfaat tersebut ditinjau secara
fisiologis, psikologis dan sosial (Nugroho, 2008). Menurut Widianti & Atikah
(2010) senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah serta
terencana dalam bentuk latihan fisik yang berpengaruh terhadap latihan fisik
lansia.
Senam mampu mengembalikan posisi dan kelenturan sistem saraf dan
aliran darah. Senam mampu memaksimalkan suplay oksigen ke otak, mampu
menjaga sistem kesegaran tubuh serta sistem pembuangan energi negatif dari
dalam tubuh. Senam lansia merupakan kombinasi dari gerakan otot dan teknik
pernafasan. Teknik pernapasan yang dilakukan secara sadar dan menggunakan
diafragma, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh. Teknik pernapasan tersebut, mampu memberikan pijatan pada jantung
22
yang menguntungkan akibat naik turunnya diafragma, membuka sumbatan-
sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung serta meningkatkan aliran
darah ke seluruh tubuh.
Manfaat latihan aerobik pada lansia antara lain dapat memperpanjang usia,
menyehatkan jantung, otot, dan tulang, membuat lansia lebih mandiri, mencegah
obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh kepercayaan diri
dan motivasi yang lebih tinggi. Komponen aktivitas kebugaran meliputi
keberdayaan mandiri, keuntungan fungsional atau latihan bertahanan (kecepatan
gerak sendi dan ROM), daya tahan, kelenturan dan keseimbangan (Darmojo,
2004)
2.3.2 Aspek Fisiologi Senam Lansia
Selama melakukan senam lansia terjadi kontraksi otot skletal (rangka)
yang akan menyebakan respons mekanik dan kimiawi. Menurut Ronny (2009),
respons mekanik pada saat otot berkontraksi dan berelaksasi menyebabkan kerja
katup vena menjadi optimal sehingga darah yang balik ke ventrikel kanan menjadi
meningkat. Aliran balik jantung yang meningkat mempengaruhi peningkatan
regangan pada ventrikel kiri jantung sehingga curah jantung meningkat sampai
mencapai 4-5 kali dibandingkan curah jantung saat istirahat (Latief, 2002).
Respons kimiawi menghasilkan penurunan pH dan kadar PO2,
terakumulasinya asam laktat, adenosin dan K+ oleh metabolisme selama otot aktif
berkontraksi (Ronny, 2009). Akumulasi zat metabolik ini menyebabkan pembuluh
darah mengalami dilatasi yang akan menurunkan tekanan arteri, namun
berlangsung sementara karena adanya respon arterial baroreseptor dengan
23
meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup sehingga tekanan darah meningkat
(Latief, 2002).
Tekanan darah yang meningkat akan meningkatkan stimulus impuls pada
pusat baroresptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju pusat
pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron sensorik yang
akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan NE (norepinephrin dan
epinephrin), dan saraf parasimpatis yang akan melepaskan lebih banyak ACH
yang mempengaruhi SA node yang akan menurunkan tekanan darah (Guyton,
2001).
2.3.3 Manfaat Senam Lansia
Semua jenis senam dan aktivitas olahraga ringan tersebut, sangat
bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif atau proses penuaan. Senam
lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ
tubuh juga dapat berpengaruh dalam peningkatan imunitas dalam tubuh manusia
setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran di evaluasi dengan cara mengawasi
kecepatan denyup jantung waktu istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu
istirahat. Penelitian menyebutkan bahwa agar tubuh menjadi lebih bugar, maka
kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. Efek minimal yang
dapat diperoleh dengan mengikuti senam lansia adalah bahwa lansia merasa
senantiasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, dan
pikiran tetap segar (Anggriyana & Proverawati, 2010).
2.3.4 Gerakan Senam Lansia
24
Sumintarsih (2006), tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian
proses dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan
penenangan (pendinginan).
a. Pemanasan.
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan
fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat
pada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima
pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak jantung
maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan
yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan.
b. Kondisioning.
Setelah pemanasan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti
yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang
sesuai dengan tujuan program latihan.
c. Penenangan.
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap
ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan
melakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai
dengan menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh dan
semakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan
darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah
diotot kaki dan tangan.
Adapun bentuk senam lansia (Menpora, 2000) adalah sebagai berikut :
25
No Contoh Gerakan Gambaran Gerakan
Pemanasan
1
Berdiri tegak, mengahdap kedepan dengan
siakp seperti gambar :
Menggambil napas dengan menggangkat
kedua lengan membentuk huruf V.
2
Jalan di tempat dengan 4x8 hitungan.
3
Jalan maju, mundur, gerakan kepala
menengok samping, memiringkan kepala,
menundukkan kepala 8x8 hitungan.
4
Melangkah satu langkah ke samping
dengan menggerakkan bahu 8x8 hitungan.
5
Dorong tumit kanan kedepan bergantian
dengan tumit kiri, angkat kaki, tekuk lengan
8x8 hitungan
26
6
Peregangan dinamis dengan jalan ditempat
8x8 hitungan.
7
Gerakan peregangan dinamis dan statis 8x8
hitungan.
Gerakan Inti
8
Dimulai dengan gerakan peralihan : jalan,
tepuk dan goyang tangan 2x8 hitungan.
9
Jalan maju dan mundur melatih koordinasi
lengan dan tungkai 2x8 hitungan.
Gerakan peralihan
27
10
Melangkah kesamping dengan mengayun
lengan kedepan , menguatkan otot lengan
2x8 hitungan.
11
Melangkah ke samping dengan mengayun
lengan ke samping, menguatkan lengan atas
dan bawah 2x8 hitungan.
12
Kaki bertumpu pada tumit, tekuk lengan
koordinasi gerakan kaki dengan lengan 2x8
hitungan.
13
Mendorong kaki ke belakang dengan
lengan ke belakang 2x8 hitungan.
14
Gerakan mendorong ke samping degan
lengan mendorong ke atas 2x8 hitungan.
28
15
Menggangkat lutut ke depan dengan tangan
lurus ke atas, koordinasi dan menguatkan
otot tungkai 2x8 hitungan.
16
Mengangkat kaki dengan tangan
menggulung 2x8 hitungan.
17
Menggangkat kaki ke depan serong dengan
tangan tekuk lurus 2x8 hitungan.
18
Gerakan mambo 1x8 hitungan, melangkah
ke samping 2 lankah ke kanan tangan di
ayun ke samping 1x8 hitungan, gerakan
sebaliknya juga 2x8 hitungan.
Gerakan pendingin
29
19
Peregangan dinamis dengan mengangkat
lengan bergantian 2x8 hitungan.
20
Peregangan dinamis dengan mengangkat
lengan keduanya 2x8 hitungan.
21
Buka kaki kanan, tekuk lutut sambil
mengangkat tangan kanan ke atas, tangan
kiri di samping 2x8 hitungan.
22
Kaki terbuka, tekuk lutut kanan sambil
mengangkat tangan kanan ke atas melalui
samping, tangan kiri disamping badan 2x8
hitungan.
23
Peregangan dinamis dan statis dengan
memutar badan dan memindahkan kedua
ujung kaki 4x8 hitungan ke kanan dan 4x8
hitungan ke kiri.
30
24
Gerakan pernapasan dengan membuka
selebar bahu tangan mendorong ke samping
kanan dan kiri 2x8 hitungan.
25
Gerakan pernapasan dengan lutut ditekuk
tangan mendorong ke bawah 2x8 hitungan.
26
Gerakan pernapasan dengan lutut ditekuk
dan tangan mendorong kedepan 2x8
hitungan.
27
Gerakan pernapasan kaki terbuka selebar
bahu tangan diangkat ke atas membentuk
huruf V 2x8 hitungan.
2.4 Hubungan Senam lansia dengan Tingkat Kebugaran pada Lansia
Semua proses kehidupan diawali dengan kelahiran, proses pertumbuhan
menuju dewasa sampai akhirnya mengalami penuaan, fungsi tubuh membentuk
dan menjadi tidak efisien, kemudian mulai timbul masalah seperti terganggunya
penglihatan dan berkurangnya pendengaran. Kondisi ini diperparah oleh tidak
31
adanya waktu, tempat, dan kesempatan bagi lansia dalam melakukan aktivitas
untuk mengisi sisa hidupnya, sehingga lansia menjadi kehilangan self efficacy.
Latihan atau exercise sangat penting untuk menghindari perubahan yang tiba-tiba
dan gaya hidup aktif kegaya hidup sederhana. Kaum lansia akan mengalami stress
karena perubahan secara drastis dan kesedihan, serta kehinaan dari akibat
perubahan pola hidup tersebut (Darmojo, 1999). Kebugaran adalah serangkaian
karakteristik fisik yang dimiliki atau dicapai seseorang yang berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik (Haskell and Kiernan, 2000).
Kebugaran atau kesegaran jasmani pada lansia adalah: kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran jantung dan paru, kebugaran
peredaran darah kekuatan otot dan kelenturan sendi (Maryam 2011). Adapun
'seseorang yang bugar' dalam Sports and Recreational Activities, diartikan sebagai
orang yang mampu menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa melampaui batas
daya tahan stres pada tubuh dan memiliki tubuh yang sehat serta tidak berisiko
mengalami penyakit yang disebabkan rendahnya tingkat kebugaran atau
kurangnya aktivitas fisik (Mood, 2003).
Fungsi kebugaran lansia yaitu untuk menunjang kesanggupan dan
kemampuan setiap manusia yang berguna dalam mempertinggi produktivitas,
terutama untuk akivitas kehidupan sehari-hari didukung oleh kardio-repirasi yang
baik, kekuatan otot, ketahanan otot, kelenturan otot dan komposisi badan yang
seimbang (Suhardo, 2001). Kondisi tersebut dapat dicapai dengan aktivitas
kebugaran untuk membantu mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh, terutama
jantung (Sherwood, 2001). Jenis latihan yang dapat meningkatkan dan
32
memelihara kebugaran seseorang adalah latihan yang mengandung unsur-unsur
gerak sebagai komponen kebugaran, lamanya latihan setiap kali dilakukan dalam
waktu tertentu. Intensitas latihan memenuhi frekuensi latihan setiap minggu yang
cukup. Senam dengan intensitas rendah-sedang merupakan jenis olahraga yang
tepat bagi lansia untuk mencapai kebugaran (Irianto, 2004).
Latihan senam menurut Cooper dalam Sumosardjono (1992) akan
meningkatkan efisiensi paru-paru dan kerja jantung. Aktivitas bermanfaat untuk
meningkatkan dan mempertahankan komponen kebugaran dasar meliputi
ketahanan kadiorespiratori (jantun-paru- peredaran darah), lemak tubuh, kekuatan
otot dan kelenturan sendi (Giam & Teh, 1993). Aktivitas fisik menyebabkan
sistem kardiovaskuler dan respirasi bekerja secara terpadu untuk memenuhi
kebutuhan O2 jaringan yang aktif, serta untuk dapat mengeluarkan CO2 dan panas
yang terbentuk selama latihan (Gallo & Andersen, 1995). Komponen aktivitas
kebugaran meliputi keberdayaan mandiri, keuntungan fungsional atau latihan
bertahanan (kecepatan gerak sendi dan ROM), daya tahan, kelenturan dan
keseimbangan (Darmojo, 2004).