BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1...

18
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Sains Teknologi Masyarakat (STM) Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah istilah yang diterjemahkan dari istilah Science Technologi Society (STS). Menurut John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning about Science and Society yang dikutip oleh Poedjiadi (2010), STS berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat. Sedangkan menurut The National Science Teacher Association (NSTA) yang dikutip Yager (1996), STS adalah “ The teaching and learning of science and technology in the context of human experience”. Pendekatan belajar mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Lebih lanjut Yager mengatakan bahwa dalam STS/STM tidak ada konsep atau proses yang unik, hanya menggunakan konsep dari proses yang scderhana untuk dapat menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan NSTA, pengertian STM dikemukakan oleh PENN STATE dalam Dasri (2010 : 7) bahwa STM merupakan “ an interdisciplinary fieldof study that seek to explore a understand the many ways that science and technology shape culture and institution, and how such factor shape science and technology.” Pendekatan STM adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan technology masuk dan merubah proses-proses sosial dimasyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi. “ Iskandar (1996 : 6.29) dalam Giarti berpandangan yang sama bahwa STM merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Tujuan pendekatan STM adalah menghasilkan peserta didik yang mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya. Poedjiadi (1994) mengemukakan Sains Teknologi Masyarakat merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran sains yang diawali dengan adanya isu-isu sosial di

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

7  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Pengertian Sains Teknologi Masyarakat (STM) Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah istilah yang diterjemahkan dari

istilah Science Technologi Society (STS). Menurut John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning about Science and Society yang dikutip oleh Poedjiadi (2010), STS berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.

Sedangkan menurut The National Science Teacher Association (NSTA) yang dikutip Yager (1996), STS adalah

“ The teaching and learning of science and technology in the context of human experience”. Pendekatan belajar mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Lebih lanjut Yager mengatakan bahwa dalam STS/STM tidak ada konsep atau proses yang unik, hanya menggunakan konsep dari proses yang scderhana untuk dapat menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan NSTA, pengertian STM dikemukakan oleh PENN STATE

dalam Dasri (2010 : 7) bahwa STM merupakan “ an interdisciplinary fieldof study that seek to explore a understand the many ways that science and technology shape culture and institution, and how such factor shape science and technology.” Pendekatan STM adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan technology masuk dan merubah proses-proses sosial dimasyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi. “ Iskandar (1996 : 6.29) dalam Giarti berpandangan yang sama bahwa STM

merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Tujuan pendekatan STM adalah menghasilkan peserta didik yang mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.

Poedjiadi (1994) mengemukakan Sains Teknologi Masyarakat merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran sains yang diawali dengan adanya isu-isu sosial di

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

8  

masyarakat kemudian menerapkan konsep-konsep sains yang dimiliki dalam memecahkan permasalahan dimasyarakat yang menyangkut sains dan teknologi. Selanjutnya Poedjiadi menyatakan pendekatan STM merupakan suatu pendekatan terpadu antara sains, teknologi dan isu-isu yang timbul dari interaksi sains dan teknologi yang ditemukan di masyarakat. Secara konseptual pendekatan sains teknologi masyarakat itu memiliki kaitan timbal balik, saling mengisi, saling tergantung dan saling mempengaruhi dalam mempertemukan antara permintaan dan kebutuhan manusia (Hungeford, Volk dan Ramsey, 1990). Pendapat yang senada dikemukakan Widyatiningtyas (2009), Sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan pengetahuan. Dan teknologi merupakan suatu perangkat keras maupun lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tetentu. Sains, teknologi dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi. Dalam hal ini peran pendekatan STM adalah penghubung kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

STM merupakan pendekatan yang berangkat dari isu-isu teknologi dalam masyarakat, yang sesuai dengan konteks masalah sehari-hari yang dialami siswa, sehingga dapat mengembangkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis, serta meningkatkan literasi sains dan teknologi.

2.1.2 Karateristik Pendekatan STM

Adapun karakteristik pendekatan STM menurut Robert E. Yager dalam Hidayati (2010 : 6.30) yakni sebagai berikut :

1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak 2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, dan lingkungan) untuk

mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah 3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan

untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. 4. Penekanan kepada keterampilan proses, dimana siswa dapat menggunakan

dalam pemecahan masalah 5. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

9  

mencoba untuk memecahkan masalah-masalah yang teridentifikasi 6. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak kepada masyarakat di

masa yang akan datang 7. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar

2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan STM

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tentang STM, ditemukan beberapa kelebihan pendekatan STM bagi siswa yang ditinjau dari beberapa segi :

Siswa terlatih berpikir kritis dan logis Siswa lebih memperhatikan perkembangan teknologi serta dapat memanfaatkan

secara bijaksana dan tepat guna Siswa terampil dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan efek hasil

observasi kegiatan tertentu Dapat memancing ide-ide kreatif siswa Meningkatkan minat belajar siswa Siswa melihat sains sebagai kebutuhan atau alat untuk menyelesaikan masalah

Selain memiliki beberapa kelebihan, Aisyah (2007) mengemukakan empat

hambatan pembelajaran dengan pendekatan STM, yaitu : Waktu

Pelaksanaan seluruh fase pembelajaran pada konten tertentu, kadang-kadang membutuhkan waktu yang panjang sehingga memerlukan analisa yang baik untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk implementasinya. Siswa butuh waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data dari narasumber secara mendetail.

Biaya Biaya dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM dari mulai identifikasi masalah, sampai pelaksanaan gelar kasus (show case). Namun, umumnya sekolah belum mengalokasikan biaya untuk kegiatan pembelajaran STM.

Kompetensi guru Umumnya guru belum memiliki pengetahuan yang baik tentang pendekatan STM sehingga penerapan pendekatan ini masih sangat jarang ditemukan. Selain itu paradigma guru dalam menginterpretasikan dan mengembangkan kurikulum, masih berbasis konten sehingga guru merasa dituntut untuk menyampaikan materi tepat pada waktunya dan lupa berinovasi dalam pembelajaran.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

10  

Komunikasi dengan stake holder Kerjasama antara sekolah dengan lembaga-lembaga terkait diperlukan pada saat siswa merencanakan untuk mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau kawasan yang menjadi tanggung jawab lembaga tertentu.

2.1.4 Tahap-tahap Implementasi Pendekatan STM

Adapun tahap-tahap implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran menurut Hidayati, dkk (2010 : 6.34) adalah sebagai berikut :

1. Tahap apersepsi inisiasi, invitasi, dan eksplorasi yang mengemukakan

isu/masalah aktual yang ada di masyarakat. 2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun dan mengkonstruksi

pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi. 3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis

isu/masalah yang telah ditemukan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami siswa.

4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.

5. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Sejalan dengan pemikiran Hidayati, Mulyani (2008) mengemukakan mengenai tahap-tahap pelaksanaan pendekatan STM yaitu :

1. Tahap Invitasi

Pada tahap ini dapat memilih salah satu dari alternatif. • Guru mengemukakan isu/masalah aktual yang sedang berkembang di

masyarakat sekitar yang dapat menarik minat siswa • Isu/masalah yang digali dari pendapat/keinginan siswa dan yang ada

kaitannya dengan konsep yang dipelajari 2. Tahap eksplorasi

Pada tahap ini siswa melalui aksi/reaksinya sendiri berusaha memahami/ mempelajari situasi baru.

3. Tahap Solusi Pada tahap ini berdasarkan hasil eksplorasinya, siswa menganalisis terjadinya fenomena dan mendiskusikan bagaimana cara pemecahan masalahnya.

4. Tahap Aplikasi Pada tahap ini siswa mendapatkan kesempatan untuk menggunakan konsep yang diperoleh. Dalam hal ini siswa mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah lingkungan yang dimunculkan dalam tahap invitasi.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

11  

ISU ATAU MASALAH 

Berikut ini bagan tahap-tahap implementasi pendekatan STM :

TAHAP 1

TAHAP 2

TAHAP 3

TAHAP 4

TAHAP 5

Gambar 2.1 Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (Poedjiadi, 2005)

Kekhasan dari model ini adalah pada pendahuluan dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada di masyarakat yang dapat digali dari siswa, tetapi apabila guru tidak berhasil memperoleh tanggapan dari siswa, dapat saja dikemukakan oleh guru sendiri. Tahap ini dapat disebut dengan inisiasi atau mengawali,

memulai, dan dapat pula disebut dengan invitasi yaitu undangan agar siswa memusatkan perhatian pada pembelajaran. Apersepsi dalam kehidupan juga dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan dibahas, sehingga tampak adanya kesinambungan pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang tidak diketahui siswa sebelumnya yang ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam keadaan sehari-hari. Pada dasarnya apersepsi merupakan proses asosiasi ide baru dengan yang sudah dimiliki sebelumnya oleh seseorang.

PENDAHULUAN : INISIASI/INVITASI/PERSEPSI/EKSPLORASI THD SISWA 

PEMBENTUKAN / PENGEMBANGAN KONSEP 

PEMANTAPAN KONSEP 

APLIKASI KONSEP DLM KEHIDUPAN : PENYELESAIAN MASALAH ATAU ANALISIS ISU 

PEMANTAPAN KONSEP 

PENILAIAN  

PEMANTAPAN KONSEP 

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

12  

Proses pembentukan konsep (tahap 2) dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode demontrasi, metode eksperimen di laboratorium, diskusi kelompok, dan lain-lain. Pada akhir pembentukan konsep diharapkan siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap isu-isu atau penyelesaian terhadap masalah yang dikemukakan di awal pembelajaran telah menggunakan konsep-konsep yang diikuti oleh para ilmuwan. Dengan demikian siswa yang memiliki prakonsepsi yang berbeda dengan konsep-konsep para ilmuwan, seringkali merasa bahwa konsep yang dimiliki sebelumnya ternyata tidak dapat atau kurang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Siswa dapat mengalami konflik kognitif lebih dahulu apabila konsep yang digunakan untuk menyelesaikan masalah atau menganalisis isu dirasakan tidak benar. Semua kemampuan mental kita yaitu mengingat, memahami dan lain-lain terorganisasi dalam suatu sistem yang kompleks yang secara keseluruhan disebut dengan kognisi.

Pada tahap aplikasi konsep (tahap 3), konsep yang telah dipahami siswa selanjutnya digunakan untuk menyelesaikan masalah atau menganalisis isu-isu atau masalah yang telah dilontarkan pada awal pembelajaran. Tujuannya adalah untuk menganalisis fenomena atau menyelesaikan masalah. Pada tahap 2 dan 3 dilakukan pemantapan konsep dimana guru perlu meluruskan kalau-kalau ada miskonspsi selama kegiatan belejar berlangsung.

Tahap pemantapan konsep, guru memberi pemantapan konsep-konsep agar tidak terjadi miskonsepsi pada siswa. Diharapkan agar tahap ini siswa yang mengalami miskonsepsi dapat merekonstruksi atau merestrukturisasi konsep yang salah. Bila selama proses pembentukan konsep tidak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, guru tetap perlu melakukan pemantapan konsep seperti pada gambar 1.

Pada tahap akhir (tahap 5) pembelajaran dilakukan evaluasi untuk melihat keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Tahap ini dapat dilakukan dengan cara memberi tes tertulisan atau pertanyaan secara lisan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

13  

2.1.5 Tujuan Pendekatan STM Dalam pendekatan STM, guru seyogyanya dapat mencapai tujuan utama

sains. Tujuan utama pendidikan sains dengan menggunakan pendekatan STM adalah mempersiapkan peserta didik menjadi WN dan Warga Masyarakat yang memiliki kemampuan dan kesadaran untuk :

1) menyelidiki, menganalisis, memahami, dan menerapkan konsep-konsep / prinsip-prinsip dan proses sains dan teknologi pada situasi nyata,

2) melakukan perubahan, 3) membuat keputusan yang tepat dan mendasar tentang isu-isu / masalah-masalah

yang dihadapi yang memiliki komponen sains dan teknologi, 4) merencanakan kegiatan baik secara individu maupun kelompok dalam rangka

pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalah-masalah yang sedang dihadapi, dan bertanggungjawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannnya. (Erwansyah, 2006).

Menurut Yager dalam Putra (2013), tujuan pendekatan STM adalah sebagai

berikut : 1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan serta

mengkontraskan sains dan teknologi, sekaligus menghargai cara sains dan teknologi dalam memberikan kontribusi kepada pengetahuan dan pengaruh baru

2) Memberikan contoh-contoh dari masa lalu dan sekarang mengenai perubahan-perubahan yang sangat besar dalam bidang sain dan teknologi kepada masyarakat, pertumbuhan ekonomi, dan proses-prosers politik

3) Memberikan/menawarkan pandangan global terkait hubungan sains dan teknologi kepada masyarakat, serta menunjukkan dampaknya terhadap pengembangan bangsa dan ekologi bumi.

Selain itu, model pembelajaran STM ditujukan agar siswa dapat membuat keputusan yang mengoptimalkan dampak positif sains dan teknologi bagi kehidupan masyarakat. (Poedjiadi, 2005).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

14  

2.1.6 Hakekat Pembelajaran IPA Objek kajian pendidikan IPA berada pada berbagai persoalan/fenomena

alam. Hal ini seperti diungkapkan oleh Supriyadi (1999 : 1) bahwa objek kajian IPA adalah segala fenomena lingkungan (alam) yang berwujud titik kecil hingga alam raya sangat besar. IPA menurut Depdiknas (2003 : 6) merupakan cara mencari tahu entang alam semesta secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

Trowbidge dan Byebee (1986 : 38) memberikan skema umum ilmu pengetahuan sebagai berikut :

Gambar 2.2 IPA sebagai tubuh ilmu pengetahuan

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Standar Isi mata pelajaran IPA untuk SD/MI, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi ajang bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut untuk menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Diatur lebih lanjut dalam Permendiknas No.23 Tahun 2006, SKL Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan berdasrkan tujuan setiap satuan pendidikan. Untuk pendidikan dasar (SD/MI) dan SMP (MTs) bertujuan untuk meletakkan dasar

Music 

History Art 

KNOWLEDGE

Literatur 

Science 

Philosophy 

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

15  

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. (SKL-SP) yang termasuk dalam IPA SD/ MI antara lain : a) Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif. b) Menujukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dengan bimbingan

guru/pendidikan c) Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya d) Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan

sehari-hari e) Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar f) Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan

2.1.7 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana : 2012 : 22). Sedangkan menurut Howart Kingsley dalam Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, sikap dan cita-cita. Sementara Gagne mengemukakan dalam Agus Suprijono (2011 : 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa : informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap.

Senada dengan Gagne, Bloom juga mengemukakan dalam Agus supriyono (2011 :7-8) bahwa hasil belajar mencakup : kemampuan kogitif, afektif, dan psikomotorik.

Domain kognitif meliputi knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, contoh), application (penerapan), analysys 9menguraikan, menentukan hubungan), sistesys ( mengorganisasikan , merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation ( menskor). Domain afektif meliputi recieving ( sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (skor), organization organisasi), characterization ( karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized. Psikomotor juga termasuk ketrampilan produktif, teknk, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

16  

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, sikap, dan ketrampilan yang diperoleh siswa setelah menerima perlakuan yan diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan yang diperoleh untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka-angka.

Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, diperlukan sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan, instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

Dalam pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat diukur melalui teknik tes dan non tes. Teknik yang dapat digunakan dalam assesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu :

1. Tes Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi ( Endang Poerwanti, dkk 2008 :4-3). Menurut Ebster’s Collegiate dalam Arikunto, 1995 (Endang Poerwanti,dkk 2008: 4-4), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimilki oeleh individu atau kelompok.

Tes menurut Nana Sudjana ( 2008:35) sebagai alat penskoran dalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes perbuatan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menskor atau

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

17  

mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif yang berkenaan dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Namun demikian, dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menskor hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris.

Jadi kesimpulan dari pengertian tes adalah serangkaian alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan-kemampuan tertentu peserta didik sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

Berikut ini adalah termasuk dalam teknik tes antara lain (Endang Poerwanti : 2008) :

a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan : 1) Tes Tertulis

Tes Tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya

2) Tes Lisan Pada tes lisan baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu hasil tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen assesmen lain.

3) Tes Unjuk Kerja Pda tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotoriknya.

b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya 1) Tes Esei (Essay-type test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasi gagasan-gagasan yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan dalam bentuk tulisan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

18  

2) Tes Jawaban Pendek Dalam tes ini pesrta didik diminta menuangkan jawabannya dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

3) Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia, sehingga sering disebut tes pilihan jawaban (selected response test).

c. Dilihat dari tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibedakan menjadi : 1) Tes Kemajuan Belajar

Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal testi (pre-test) sebelum pembelajran dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran (post-test). Tes ini disebut juga tes perolehan

2) Tes Formatif Tes formatif adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar peserta didik dalam suatu program pembelajaran tertentu, seperti tes harian, ulangan harian.

3) Tes Sumatif Istilah Sumatif berasal dari kata sum artinya jumlah. Dengan demikian tes sumatif adalah tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap sekumpulan materi pembelajaran yang telah dipelajari seperti Ujian Nasional, dan Ulangan Kenaikan Kelas.

2. Non tes Teknik non tes sangat penting dalam mengakses peserta didik pada ranah

afektif dan psikomotorik. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti, 2008:3.19), yaitu : 1) Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

19  

2) Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperolef informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan tentang wawasan, pandangan, atau aspek kepribadian peserta didik. 3) Angket Suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires) 4) Work Sample analysis (Analisa Sampel Kerja) Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe pola dan lain sebagainya. 5) Task Analysis (Analisis Tugas) Digunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan. 6) Checklist dan Rating Scales Digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang digunakan. 7) Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa. 8) Komposisi dan Presentasi Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya 9) Proyek Individu dan Kelompok Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu dan kelompok.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

20  

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau penskoran portofolio. Alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan instrumen. Instrume ini harus valid, artinya harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor siswa yang diperoleh dari skor tes, menyimak, diskusi, presentasi, dan kerja kelompok.

Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat kisi-kisi. Kisi-kisi (test blue print atau table of specification) adalah format atau matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu untuk pedoman menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Perangkat tes tersebut di dalamnya meliputi :

1. Standar kompetensi dan kompetensi dasar 2. Indikator 3. Proses berpikir C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4

(analisis), C5 (evaluasi), C6 (kreasi) 4. Tingkat kesukaran soal (rendah, sedang, tinggi) 5. Bentuk instrumen

Hasil dari pengukuran pencapaian kompetensi dasar digunakan sebagai dasar penskoran atau evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation . Menurut Davis dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:190-191) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan skor kepada sejumlah tujuan , kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 191) pengertian evaluasi dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan skor kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

21  

2.2 PENELITIAN YANG RELEVAN Santoso, Sugeng (2009) dalam penelitian yang berjudul “ Upaya Peningkatan

Prestasi Siswa Kelas VI SD Negeri Wonolelo 4 dalam Memahami Keseimbangan Ekosistem Melalui Pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat) dalam pembelajaran IPA” membuktikan bahwa pendekatan STM dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan rata-rata skor prestasi belajar dari 20 siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II masing-masing adalah sebesar 64,25 ; 68,5 dan 72. Perolehan skor maksimal pada pra siklus , siklus I, siklus II masing-masing adalah sebesar 80,80,dan 80. Perolehan skor minimal pra siklus, siklus I, dan siklus II masing-masing adalah sebesar 50,50 dan 65. Sedangkan prosentase ketuntasan prestasi belajar siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II masing-masing adalah 60%, 75%, dan 100%. KKM dalam penelitian ini adalah 65.

Dasri (2010) dalam penelitian yang berjudul “ Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Sains teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Dologan Kecamatan Japah Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2009/2010” mengemukakan bahwa pembelajaran mengunakan pendekatan STM terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata tes formatif dari 31 siswa pada pra siklus sebesar 67,48, siklus 1 sebesar 69,87 dan siklus 2 sebesar 73,03. Skor minimal pra siklus sebesar 45, siklus 1 sebesar 40 dan siklus 2 sebesar 58. Skor maksimal pra siklus adalah 100, siklus 1 sebesar 100, dan siklus 2 sebesar 100. Presentase ketuntasan pra-siklus sebesar 38,7 %, siklus 1 sebesar 74,19% dan siklus 2 sebesar 83,87 %. KKM mata pelajaran IPA yaitu 68. Peneliti tidak menjelaskan mengapa penelitian berakhir pada siklus 2 saja dan tidak menjelaskan secara detail tugas remidial bagi siswa yang belum tuntas.

Giarti, Puji Andayani (2001) dalam penelitian yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Berbagai Bentuk Energi melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pada Siswa kelas IV SD Negeri Mergoson Kebumen Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011” membuktikan bahwa pendekatan STM dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

22  

tersebut ditunjukkan dengan persentase ketuntasan hasil belajar dari 33 siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II masing-masing adalah 36,67%, 57,58%, dan 96,67%. Skor maksimal yang diperoleh pada pra siklus, siklus I, dan siklus II masing-masing adalah 90,90 dan, 100. Sedangkan skor minimal yang diperoleh pada pra siklus, siklus I, dan siklus II masing-masing adalah 30, 50, dan 70. Hal itu menunjukkkan bahwa pendekatan STM terbukti meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran dengan metode konvensional/ceramah membuat siswa menjadi pasif karen pembelajaran berpusat pada guru. Siswa tidak mengalami pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar disekolah.

Pada penelitian ini, pembelajaran IPA dengan metode ceramah dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Guru menampilkan gambar pencemaran air, 2. Guru menjelaskan tentang pencemaran air, 3. Guru menyampaikan rumusan masalah pencemaran air, 4. Guru menyampaikan pemecahan masalah pencemaran air, 5. Siswa mengerjakan tes, sedangkan pola tempat duduk siswa tetap seperti semula, yaitu pola berderet/konvensional.

Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu mengalami langsung. Oleh karena itu, menindak lanjuti hal tersebut guru mencoba menerapkan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan STM.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

23  

Bagan kerangka berpikir adalah sebagai berikut : Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

Kondisi awal 

Proses  pembelajaran  masih berpusat pada guru 

Komunikasi  siswa  tidak terjadi 

Motivasi siswa rendah 

Pemahaman materi rendah 

Hasil belajar rendah 

Kondisi akhir 

Hasil belajar meningkat 

Pemahaman materi meningkat 

Motivasi siswa meningkat 

Komunikasi siswa terjadi 

Pelaksanaan siklus I dan siklus II 

Penggunaan pendekatan STM 

Tindakan  

Kemampuan guru mengelola pembelajaran 

Kemampuan guru mengelola pembelajaran meningkat 

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3735/3/T1... · untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk ... agar tidak terjadi miskonsepsi

24  

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalh, kajian teori, dan kerangka berpikir yang telah

tersaji pada sub bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu : “ Implementasi pendekatan pembelajaran STM dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas Vl SDN Gringgingsari Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014”