BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana...

13
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 2.1.1 Morfologi Ikan Nila (O. niloticus) Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki bentuk badan pipih kesamping dan memanjang, mempunyai garis vertikal yang berwarna gelap disirip ekor sebanyak enam buah (ada yang 7-12 buah), garis-garis pada sirip ekor berwarna merah sejumlah 6-12 buah, pada sirip punggung terdapat garis-garis miring (Suyanto, 2010), sedangkan ciri-ciri yang lain menurut Khairuman & Amri (2013) yaitu ikan nila memiliki mata yang besar menonjol dan bagian tepinya berwarna putih, ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectona fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung, sirip perut dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor. Gambar 2.1 Ikan nila (O. niloticus) Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2.1.1 Morfologi Ikan Nila (O. niloticus)

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki bentuk

badan pipih kesamping dan memanjang, mempunyai garis vertikal yang berwarna

gelap disirip ekor sebanyak enam buah (ada yang 7-12 buah), garis-garis pada

sirip ekor berwarna merah sejumlah 6-12 buah, pada sirip punggung terdapat

garis-garis miring (Suyanto, 2010), sedangkan ciri-ciri yang lain menurut

Khairuman & Amri (2013) yaitu ikan nila memiliki mata yang besar menonjol

dan bagian tepinya berwarna putih, ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni sirip

punggung (dorsal fin), sirip dada (pectona fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus

(anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung, sirip perut dan sirip dubur

mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya

memanjang dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor.

Gambar 2.1 Ikan nila (O. niloticus)

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

7

2.1.2 Klasifikasi Ikan Nila (O. niloticus)

Menurut Saanin (1995), klasifikasi ikan nila (O. niloticus) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Classis : Osteichties

Sub Classis : Acanthoptherigii

Ordo : Percomorphii

Sub ordo : Percoidae

Familia : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis niloticus

2.1.3 Syarat Hidup Ikan Nila (O. niloticus)

Ikan nila banyak dibudidayakan diberbagai daerah di Indonesia karena

kemampuan adaptasi yang bagus di berbagai jenis air. Nila dapat hidup di air

tawar, air payau, dan air laut (Suyanto, 2010).

Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya,

sehingga dapat di pelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran

tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, mulai dari

sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, hingga tambak. Ikan nila dapat

tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14 - 38oC dan dapat memijah secara

alami pada suhu 22 - 37oC. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

8

optimum bagi ikan nila adalah 25 - 30oC. Pertumbuhan ikan nila biasanya akan

terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14oC atau pada suhu tinggi 38

oC.

Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 6oC atau 42

oC (Khairuman &

Amri, 2013). Selain itu faktor lain yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan

nila adalah adanya kebutuhan oksigen terlarut. Konsentrasi oksigen terlarut paling

ideal bagi budidaya ikan nila adalah 4 – 7 ppm (Suyanto, 2010). Selanjutnya

adalah kondisi derajat keasaman (pH) air yang menenetukan baik tidaknya kondisi

perairan tersebut uuntuk budidaya ikan nila. Menurut Suyanto (2010), ikan nila

akan mengalami pertumbuhan optimal pada kisaran pH 7 – 8, serta dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar Dissolved

Oxygen (DO) antara 4 – 7 mg/L.

2.1.4 Penyakit pada Ikan Nila

Penyakit pada ikan nila dapat disebabkan oleh bakteri, jamur dan parasit.

Penyakit pada ikan nila dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyakit non parasiter

dan penyakit parasiter.

a. Penyakit Non Parasiter

Penyakit non parasiter dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti

suhu, pH, oksigen terlarut. Ketiga parameter ini diukur setiap pagi, siang dan

malam selama 3 bulan awal pemeliharaan (Suyanto, 2004).

b. Penyakit Parasiter

Penyakit parasiter merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur, protozoa dan cacing. Penyakit parasiter pada ikan nila dapat juga

disebabkan oleh bakteri yang bersifat patogen seperti bakteri A. hydrophila.

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

9

Bakteri tersebut banyak terdapat di kolam air tempat pemeliharaan ikan. Salah

satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila adalah penyakit MAS

(Motil Aeromonas Septicemia). Penyakit ini dapat menular melalui air dan kontak

badan. Tanda-tanda yang timbul pada ikan yang mengalami penyakit MAS di

antaranya inflamasi, peradangan di area sekitar insang, mata menonjol, perut

kembung, ginjal membengkak, dan usus berisi mucus yang berwarna kekuningan

(Kamiso, 1994).

2.2 Bakteri Aeromonas hydrophila

2.2.1 Klasifikasi A. hydrophila

Klasifikasi A. hydrophila menurut Holt et al. (1998) adalah sebagai

berikut:

Phyum : Protophyta

Classis : Schizomycetes

Ordo : Pseudanonadales

Familia : Fibrionaceae

Genus : Aeromonas

Species : Aeromonas hydrophila

2.2.2 Karakteristik A. hydrophila

A. hydrophila merupakan bakteri heterotrophic unicellular, tergolong

protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya membran yang memisahkan

inti dengan sitoplasma. Bakteri ini biasanya berukuran 0,7-1,8 x 1,0-1,5 μm dan

bergerak menggunakan sebuah polar flagel (Kabata 1985). Hal ini diperkuat oleh

Krieg & Holt (1984) yang menyatakan bahwa A. hydrophila bersifat motil dengan

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

10

flagela tunggal di salah satu ujungnya. Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri

Gram negatif yang memiliki dinding sel dengan kandungan lipid tinggi (11-12%).

Lapisan lipid tersebut bersama dengan polisakarida (liposakarida) menyusun

dinding luar sel bakteri Gram negatif (Pleczar & Chan, 1998). Bakteri A.

hydrophila berbentuk batang sampai dengan kokus dengan ujung membulat,

fakultatif anaerob, dan bersifat mesofilik dengan suhu optimum 20 - 30 ºC

(Kabata 1985). Bakteri ini umumnya hidup di air tawar, terutama yang

mengandung bahan organik tinggi (Afrianto & Liviawaty, 2009).

Gambar 2.2 Aeromonas hydrophila dengan pewarnaan Gram

2.2.3 Habitat dan Penyebaran A. hydrophila

Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri yang secara normal ditemukan

dalam air tawar. Infeksi A. hydrophila dapat terjadi akibat perubahan kondisi

lingkungan, sters, perubahan temperatur air yang terkontaminasi dan ketika host

(inang) tersebut telah terinfeksi oleh virus, bakteri atau parasit lainnya (infeksi

sekunder), oleh karena itu bakteri ini disebut dengan bakteri yang bersifat

pathogen oportunistik (Dooley et al., 1985 dalam Haryani et al., 2012). Bakteri

ini dapat bertahan dalam lingkungan aerob maupun anaerob dan dapat mencerna

material – material seperti gelatin dan hemoglobin. A. hydrophila resisten

terhadap chlorine serta suhu yang dingin (faktanya A.hydrophila dapat bertahan

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

11

dalam temperature rendah ± 4oC), tetapi setidaknya hanya dalam waktu 1 bulan

(Krieg & Holt, 1984).

Austin dan Austin (1993) dalam Haryani et al. (2012) menambahkan

bahwa sebagian besar isolat A. hydrophila mampu tumbuh dan berkembang biak

pada suhu 37 o

C dan tetap motil pada suhu tersebut. Di samping itu bakteri A.

hydrophila mampu tumbuh pada kisaran pH 4,7 – 11 (Cipriano et al., 1984 dalam

Haryani et al., 2012). Penularan bakteri A. hydrophila sangat cepat melalui

perantara air, kontak dengan tubuh ikan, atau melalui peralatan budidaya yang

tercemar/terkontaminasi bakteri. Bakteri ini bersifat patogen, menyebar secara

cepat pada penebaran yang tinggi dan dapat meningkatkan kematian benih sampai

100% (Kabata, 1985).

2.2.4 Patogenitas A. hydrophila

Bakteri A. hydrophila adalah jenis bakteri yang bersifat patogen dan dapat

menyebabkan penyakit sistematik serta menyebabkan kematian pada ikan secara

masal. Bakteri ini menyerang bebagai jenis ikan air tawar seperti lele dumbo, ikan

mas, ikan gurami dan ikan nila. Bakteri A. hydrophila dapat menimbulkan wabah

penyakit dengan tingkat kematian tinggi 80 - 100% dalam waktu 1 – 2 minggu

(Kamiso, 2004). Bakteri ini juga dapat dengan mudah menyerang ikan yang

terinfeksi parasit atau ikan yang terdapat luka pada tubuhnya (Maharani, 2009).

Bakteri A. hydrophila menyerang hampir semua jenis ikan air tawar baik

ikan hias maupun ikan konsumsi dengan gejala klinis berupa luka di bagian tubuh

ikan dan bakteri ini menyerang semua umur dan hampir semua komoditas

perikanan yang ada di Indonesia, di Jawa Barat bahkan menjadi wabah mematikan

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

12

pada ikan air tawar dan menyebabkan kerugian sangat besar (Kamiso & Triyanto,

1993 dalam Haryani et al., 2012 ).

Bakteri A.hydrophila merupakan bakteri Gram negatif yang sering

menyerang dan menginfeksi ikan. Pada umumnya bakteri A. hydrophila dapat

menginfeksi secara luas pada hewan, termasuk mamalia, tetapi yang banyak

diketahui dapat menyebabkan penyakit pada ikan air tawar yang dibudidayakan

(Yu et al., 2004 dalam Mulia, 2012). Bakteri A. hydrophila menyebabkan

penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia ) dapat menginfeksi ikan terutama

pada kondisi ikan stress atau bergabung dengan patogen lainnya sebagai

penginfeksi sekunder (Harikrishan & Balasundaram, 2005 dalam Mulia, 2012).

Ciri-ciri ikan yang terserang penyakit ini adalah warna ikan menjadi lebih gelap

atau pucat, ikan tampak menyendiri, gerakan ikan tidak normal (berputar-putar),

terdapat bercak peradangan pada kulit, sirip koyak-koyak, peradangan berdarah

pada mulut dan organ dalam, kepucatan dan eksudat (cairan radang) di dalam

rongga perut serta ginjal mengalami pembengkakan yang disertai pendarahan

(Prajitno, 2005).

Bakteri A. hydrophila yang patogen, diduga memproduksi faktor-faktor

eksotoksin dan endotoksin, yang sangat berpengaruh pada patogenitas bakteri ini.

Eksositosin merupakan komponen protein terlarut, yang disekresikan oleh bakteri

hidup pada fase pertumbuhan eksponensial, produksi toksin ini biasanya spesifik

pada beberapa spesies bakteri terentu baik Gram positif maupun Gram negatif,

yang menyebabkan terjadinya penyakit terkait dengan toksin tersebut (Haryani et

al., 2012).

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

13

2.3 Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) Pada Ikan

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada ikan khususnya yang

disebabkan oleh A. hydrophila mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980,

bakteri ini menyebabkan wabah penyakit pada ikan karper di wilayah Jawa Barat

dan menyebabkan kematian sebanyak 125 ton (Lukistyowati & Kurniasih, 2011

dalam Susanti 2012).

Gejala eksternal yang muncul akiibat penyakit MAS adalah adanya ulser

yang berbentuk bulat atau tidak teratur dan berwarna merah keabu-abuan,

inflamasi, dan erosi di dalam rongga dan sekitar mulut, seperti redmouth disease.

Selain itu, terjadi hemorrhagik pada sirip serta mata membengkak dan menonjol

(ekspohtalmia/popeye) ( Sarono et al, 1993 dalam Mulia 2012 ). Gejala internal

dari penyakit MAS adalah pembengkakan ginjal, tetapi tidak lembek; petikiae

(bintik merah) pada otot daging dan peritoneum, usus tidak berisi makanan, tetapi

berisi cairan kuning. Gejala khas dari bakteri ini adalah adanya sejumlah besar

cairan kuning pada ronga perut (Sarono et al, 1993). Gejala penyakit yang

disebabkan oleh A. hydrophila dapat terlihat apabila ketahanan tubuh ikan

melemah atau stres (Mulia, 2012).

Infeksi bakteri A.hydrophila yang menyebabkan ikan MAS ini dapat

terjadi melalui permukaan tubuh ikan yang luka, saluran pencernaan atau melalui

insang. Penyebaran bakteri A. hydrophila pada ikan berlangsung sangat cepat.

Penularan A. hydrophila dapat melalui air, kontak badan, dan kontak peralatan

yang telah tercemar atau dengan pemindahan ikan yang telah terinfeksi A.

hydrophila dari satu tempatke tempat lain (Afrianto & Liviawaty, 2009).

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

14

2.4 Pengendalian Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

Dalam pengendalian penyakit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

yaitu lingkungan perairan (fisik, kimia & biologi), teknik yang dipakai dan faktor

sosial ekonomi agar tindakan yang dilakukan menguntungkan dan dapat diterima

oleh masyarakat (Dirjen Perikanan, 1993).

Kematian ikan yang disebabkan oleh infeksi motil aeromonas sangat

tergantung pada tingkat keparahan permasalahan/stres lingkungan yang diderita

ikan. Apabila permasalahan lingkungan yang ada dengan cepat diperbaiki, kasus

ini sering kali mereda dengan sendirinya tanpa pemberian vaksin atau beberapa

jenis antibiotik. Penggunaan antibiotik seperti oksitetrasiklin, kloramphenikol, dan

nifurpirinol dapat digunakan untuk mengatasi penyakit ini. Antibiotik dapat dapat

diberikan secara penyuntikan maupun perendaman. Walau demikian, pengobatan

dengan menggunakan antibiotik merupakan cara pengendalian yang tidak

ekonomis (Noga, 2000). Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama akan

berdampak negatif salah satunya yaitu bakteri akan menjadi resisten terhadap

antibiotik yang diberikan. Alternatif lain untuk pengobatan penyakit ini adalah

dengan menggunakan bahan-bahan alami (Muhlisah, 1999). Adapun bahan-bahan

alami yang dapat digunakan adalah dengan ekstrak daun pepaya, daun sirih, daun

beluntas, daun meniran, lengkuas, jahe, kecombrang, dan sebagainya. Teknik

pengobatan penyakit MAS pada ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu

dengan teknik perendaman, teknik penyuntikan, dan juga dapat diberikan melalui

makanan atau pakan (Kordi, 2004 dalam Prihartono, 2007).

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

15

2.5 Tanaman Patikan Kebo ( Euphorbia hirta L.)

2.5.1 Klasifikasi Tanaman Patikan Kebo ( E. hirta L.)

Menurut Cronquist (1981) patikan kebo (Euphorbia hirta L.)

diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Euphorbiales

Familia : Euphorbiaceae

Genus : Euphorbia

Species : Euphorbia hirta L.

2.5.2 Morfologi Tanaman Patikan Kebo ( E.hirta L. )

Gambar 2.3 Patikan kebo ( E. hirta L. )

Tanaman patikan kebo merupakan tanaman herba 1 tahun, dengan batang

tegak atau naik sedikit demi sedikit. Tanaman ini memiliki tinggi antara 0,1 – 0,6

m, pada bagian ujung batang utamanya berambut. Daun tanaman patikan kebo

berbaris 2, memanjang, dengan pangkal miring, dan pada bagian ujung daun

bergerigi-bergerigi, pada daerah permukaan daun berambut, termasuk kedalam

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

16

golongan daun tunggal dengan duduk daun saling berseberangan satu daun

dengan daun lainnya panjang daun antara 0,5 – 5 cm. Tanaman patikan kebo

memiliki panjang tangkai antara 2 – 4 mm, cyathia dalam payung tambahan yang

berbentuk (setengah) bola, yang sendiri-sendiri atau dua terkumpul menjadi

karangan bunga yang bertangkai pendek, letaknya duduk di ketiak daun, memiliki

panjang piala 1 mm, berambut menempel. Tanaman patikan kebo memiliki buah

dengan tinggi sekitar 1,5 mm, buahnya tumbuh bersama dengan bunganya yang

muncul di ketiak daun sama seperti daunnya. Buah patikan kebo (E.hirta L.)

memiliki bentuk seperti kapsul, memiliki 3 tonjololan bulat, ditumbuhi rambut-

rambut halus atau bulu-bulu halus (van Stennis et al., 2008)

Tanamn patikan kebo (E.hirta L.) memiliki akar yang termasuk ke dalam

sistem perakaran tunggang, memiliki banyak cabang- cabang akar, memiliki

banyak rambut-rambut atau bulu-bulu halus, memiliki tudung akar atau kaliptera,

dan berwarna kecoklatan. Batang patikan kebo (E.hirta L.) memiliki ruas-ruas.

Batang patikan kebo berbentuk bulat silinder berwarna merah sedikit keung-

unguan, memiliki bulu-bulu halus diseluruh permukaannya. Pangkal batang

patikan kebo tumbuh ke atas. Percabangan batang selalu mengarah keluar

(Ipteknet, 2005).

Bunga patikan kebo (E. hirta L.) sebagai mana daunnya yang muncul di

ketiak daun, memiliki ukuran yang kecil dan memiliki jumlah yang banyak

tergolong kedalam bunga majemuk. Jika diperhatikan secara cermat tampak

bahwa bunga betina di kelilingi oleh beberapa bunga jantan. Warna bunganya

hijau keungu unguan. Tanaman patikan kebo (E.hirta L.) juga memiliki biji ynag

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

17

berwarna kecoklat-coklatan, berbentuk bulat, tidak memiliki rambut-rambut atau

bulu-bulu halus diseluruh permukaan bijinya dan berwarna merah kecoklatan. Biji

patikan kebo digunakan sebagai alat perkembang biakan tanaman itu sendiri

(Desi, 2013). Tanaman ini biasanya tumbuh pada daerah yang berumput seperti

halaman, tepi jalan, tanggul, tegalan, kebun (van Steenis et al., 2008).

2.5.3 Kegunaan Tanaman Patikan Kebo ( E. hirta L.)

Tanaman patikan kebo ( E. hirta L.) sudah digunakan sebagai obat herbal

untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Keberadaan tanaman tersebut di alam

terkesan masih kurang mendapat perhatian dari masyarakat, padahal selain

berperan sebagai tanaman liar, tanaman ini juga berpotensi untuk dijadikan

sebagai tanaman obat. Masyarakat daerah pedesaan di Surabaya telah terbiasa

menggunakan getah tanaman patikan kebo sebagai obat bagi penyakit bengkak

pada kelopak mata (Hamdiyati et al., 2008 ). Kemampuan tanaman patikan kebo

dalam mengobati berbagai macam penyakit ini melibatkan senyawa-senyawa

kimia di dalamnya yang dapat bersifat antiseptik, anti-inflamasi, antifungal, dan

antibakterial, seperti kandungan tanin, flavonoid (terutama quercitrin dan

myricitrin), dan triterpenoid (terutama taraxerone dan 11α, 12 α –oxidotaraxterol)

(Ekpo & Pretorius, 2007 dalam Hamdiyati et al., 2008).

2.5.4 Kandungan Metabolit Sekunder Patikan Kebo ( E. hirta L.) Sebagai

Antibakteri

Patikan kebo (E. hirta L.) merupakan tanaman yang mengandung senyawa

flavonoid (terutama quercitrin dan myricitrin), dan triterpenoid (terutama

taraxerone dan 11α, 12 α –oxidotaraxterol) (Ekpo & Pretorius, 2007 dalam

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6119/3/Febriana Widya Utami Bab II.pdf · protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya ...

18

Hamdiyati et al., 2008). Selain itu juga terdapat kandungan senyawa lainnya

seperti saponin yang juga berperan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri

patogen (Okoli et al., 2009 dalam Assidqi et al., 2012).

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol yang sering terdapat

sebagai glikosida. Golongan flavonoid antara lain flavonoid O-glikosida,

flavonoid C-glikosida, flavonoid sulfat, dan biflavonoid. Flavonoid mencakup

banyak pigmen warna yang paling umum dan terdapat pada hampir semua jenis

tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Fungsi flavonoid bagi

tumbuhan penghasilnya yaitu sebagai antimikroba dan antijamur (Robinson,

1995).

Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Flavonoid

dan flavonol disintesis tanaman dalam responnya terhadap infeksi mikroba,

sehingga secara in vitro efektif terhadap mikroorganisme. Senyawa in merupakan

antimikroba karena kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan

protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba, flavonoid yang bersifat

lipofilik akan merusak membrane mikroba, flavonoid bersifat inflamasi sehingga

dapat mengurangi peradangan serta membantu mengurangi rasa sakit, bila terjadi

pendarahan atau pembengkakan pada luka. Selain itu, flavonoid bersifat

antibakteri dan antioksidan serta mampu meningkatkan kerja sistem imun karena

leukosit sebagai pemakan antigen lebih cepat dihasilkan dann sistem limfoid lebih

cepat diaktifkan (Haryani et al., 2012 ).

Uji Efektifitas Ekstrak..., Febriana Widya Utami, FKIP UMP, 2014