BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB...

30
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi Massa Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Dalam Wiryanto (2005) mendefinisikan komunikasi menurut para ahli berdasarkan sudut pandang masing-masing : 1. Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. 2. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964) mendefinisikan, komunikasi adalah transmisis informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya, dengan menggunkan simbol-simbol dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. 3. Sedangkan menurut Harold D. Lasswell, menggambarkan komunikasi dengan “Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect”. Definisi-definisi di atas tentu belum mewakili semua definisi yang dibuat oleh para ahli. Namun jika dilihat komunikasi adalah proses penyampaian

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Film sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah

komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu

communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Dalam Wiryanto

(2005) mendefinisikan komunikasi menurut para ahli berdasarkan sudut

pandang masing-masing :

1. Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981) menyatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain,

yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.

2. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964) mendefinisikan,

komunikasi adalah transmisis informasi, gagasan, emosi, ketrampilan,

dan sebagainya, dengan menggunkan simbol-simbol dan sebagainya.

Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut

komunikasi.

3. Sedangkan menurut Harold D. Lasswell, menggambarkan komunikasi

dengan “Who Says What in Which Channel to Whom with What

Effect”.

Definisi-definisi di atas tentu belum mewakili semua definisi yang dibuat

oleh para ahli. Namun jika dilihat komunikasi adalah proses penyampaian

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

9

pikiran atau pesan dari seorang komunikator kepada komunikan atau orang

lain untuk mempengaruhi orang lain dan mendapatkan respon.

Terdapat beberapa konteks dalam komunikasi yang memberikan latar

belakang dari mana komunikasi itu terjadi untuk menganalisis suatu

fenomena. Beberapa konteks komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi yang terjadi dengan diri sendiri, dimana seorang

komunikator membayangkan, mempersepsikan, melamun dan

menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya sendiri.

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang, yang

membahas tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana

mempertahankan suatu hubungan, dan bagaimana menjalankan

hubungan.

3. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi yang dilakukan oleh beberapa orang atau individu-individu

yang berkumpul untuk tujuan bersama yang berfokus pada kelompok

kerja. Memiliki tingkat kebersamaan yang tinggi dan ikatan yang kuat..

4. Komunikasi Organisasi

Komunikasi yang terjadi dalam dan di antara lingkungan yang besar

dan luas. Terdapat hierarki atau prinsip-prinsip pengaturan dalam

organisasi, sehingga komunikasi yang terjadi terstruktur memiliki

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

10

pembagian peran tersendiri. Organisasi atau kelompok diarahkan oleh

tujuan akhir yang sama.

5. Komunikasi Lintas Budaya

Budaya disebut sebagai komunitas makna dan sistem pengetahuan

bersama yang bersifat lokal. Komunikasi lintas budaya merujuk pada

komunikasi antara individu-individu yang latar belakang budayanya

berbeda..

6. Komunikasi Publik/ Retorika

Penyebaran informasi dari satu orang kepada banyak orang. Pembicara

memiliki tujuan untuk memberi informasi, menghibur dan membujuk

yang merupakan inti dari komunikasi retorika. Retorika adalah

kemampuan yang dimiliki seorang pembicara untuk mempengaruhi

khalayaknya.

7. Komunikasi Massa

Penyampaian pesan kepada khalayak luas dan dalam jumlah besar

dengan menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa

lebih terkendali dan terbatas, karena dipengaruhi oleh biaya, politik dan

kepentingan-kepentingan lainnya (West &Turner, 2007:33-43).

Menurut Vivian (2008), kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau

bahkan jutaan orang merupakan ciri dari komunikasi massa (mass

comunication), yang dilakukan melalui medium massa seperti televisi atau

koran.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

11

Dalam banyak hal, proses komunikasi massa dan bentuk-bentuk

komunikasi lainnya adalah sama, seseorang membuat pesan, dan pada

dasarnya adalah tindakan dari dalam diri seseorang. Pesan itu kemudian

dikodekan dalam kode umum, seperti bahasa. Kemudian ditransmisikan

kepada orang lain yang menerima pesan itu, menguraikannya dan

menginternalisasikannya.

Karakteristik Komunikasi Massa

Menurut Ardianto (2007: 7-12) karakteristik komunikasi massa adalah

sebagai berikut :

1. Komunikator Terlembagakan

Komunikator bergerak dalam organisasi yang kompleks, sehingga

komunikasi massa merupakan komunikator terlembagakan.

2. Pesan bersifat umum

Komunikasi massa bersifat terbuka, dimana pesan ditujukan kepada

semua orang bukan hanya pada satu pihak.

3. Komunikan anonim dan heterogen

Komunikan bersifat anonim karena tidak saling mengenal dan

heterogen karena terdiri dari berbagai lapaisan masyarakat.

4. Media massa menimbulkan keserempakan

Keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak

yang jauh dari komunikator, dimana penduduk berada dalam tempat

terpisah.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

12

5. Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan

Pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu

dan harus disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan

digunakan.

6. Komunikasi massa sudah bisa bersifat dua arah

Saat ini komunikator dan komunikan dalam komunikasi massa dapat

berhubungan secara langsung, baik melalui telepon, email, media

sosial, dan juga surat dimana melalui media tersebut, pesan

komunikasi dapat secara langsung diterima oleh komunikan dan

direspon.

7. Stimulasi alat indra terbatas

Pada surat kabar dan majalah audien hanya bisa melihat, sedangkan

radio audien hanya bisa mendengar, pada televisi dan film

menggunakan penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan balik sudah bisa diterima secara langsung

Komunikan komunikasi massa dulu masih kesulitan untuk

memberikan umpan balik secara langsung pada pesan yang diterima.

Komunikan menyampaikan umpan balik dengan jangka waktu yang

cukup lama melalui beberapa proses. Saat ini komunikator dapat

segera mengetahui reaksi khalayak terhadap pesan yang

disampaikan. Seiring berkembangnya teknologi khalayak bisa

langsung menyampaikan reaksi melalui telepon ataupun media

social.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

13

Berkaitan dengan karakteristik komunikasi massa, terdapat 3 fungsi utama

media sebagai sarana komunikasi massa. Fungsi-fungsi ini merupakan

pendapat dari seorang ahli komunikasi yaitu Dr. Harold D. Laswell. Ketiga

fungsi dari media tersebut antara lain adalah :

1. The surveillance of the environment. Artinya media massa memiliki

fungsi sebagai pengamat lingkungan. Disini media massa selalu

mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat yang tidak

mampu dijangkau dan diluar pandangan masyarakat secara keseluruhan.

Sehingga media meringkas kejadian-kejadian tersebut menjadi sebuah

rangkaian informasi yang kemudian disampaikan kepada masyarakat

luas.

2. The corellation of the parts of society in responding to the environment,

artinya media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan

interpretasi dari informasi. Dalam hal ini media massa melakukan

penyaringan atas kejadian-kejadian di lingkungan masyarakat yang

layak untuk disiarkan dan disampaikan kepada masyarakat luas.

3. The transmission of the social heritage from one generation to the next,

artinya media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan

warisan sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lainnya.

Fungsi media massa ini dimaksukan untuk memberikan pendidikan

mengenai nilai sosial budaya beserta peninggalan-peninggalan yang

diwariskan untuk tetap dijaga dan dilestarikan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

14

Disamping ketiga fungsi utama tersebut, media massa juga memiliki

fungsi yang sangat penting sebagai hiburan. Jika fungsi ini hilang, maka

media tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai media massa, karena

fungsi-fungsi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lain

(Darwanto, 2007 : 32-33).

Media massa pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu media

massa cetak dan media massa elektronik (Ardianto, 2007:103-151). Media

massa tersebut terdiri dari :

a. Surat Kabar

Media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media lainnya,

munculnya surat kabar dimulai dari ditemukannya mesin cetak oleh

Gutenberg.

b. Majalah

Media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih mudah

mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Meskipun

sama-sama media cetak, majalah berbeda dari surat kabar, dilihat dari

penyajiannya, nilai aktualitas, gambar lebih banyak, dan memiliki

sampul sebagai daya tarik.

c. Radio

Radio merupakan media auditif dan suara, yang merupakan modal

utama terpaan radio ke khalayak. Radio telah beradaptasi dengan

perubahan dunia dengan mengembangkan hubungan saling

menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

15

d. Televisi

Televisi merupakan medium dengan dukungan gambar dan suara, serta

paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadia masyarakat

secara luas. Fungsi televisi sama dengan media massa lainnya, yaitu

memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk.

e. Film

Film adalah rangkaian gambar yang menghasilkan sebuah cerita. Film

ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan

proyektor. Karakteristik dari film dapat dilihat dari pengambilan

gambar dan layar lebar.

f. Media Online (internet)

Internet merupakan jaringan luas dari ribuan komputer yang

menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Internet berkembang

menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif. Pengguna

internet mencakup masyarakat yang sangat luas dari berbagai kalangan.

Media massa yang digunakan dalam penelitian ini adalah film, dalam

pengertian lain, film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang

diiringi kata-kata dan musik. Dalam perkembangan teori film belakangan ini,

mulai adanya upaya dari beberapa teoritis untuk mencari perspektif yang

lebih mampu menangkap substansi film. Film tidak lagi dimaknai sekedar

sebagai karya seni (film as art) semata, tetapi lebih sebagai “komunikasi

massa”(Irwanto, 2005:11).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

16

Unsur-unsur Pembentukan Film

Menurut Pratista (2008) film akan bersinggungan dengan unsur-unsur

pembentukan film, sehingga untuk memahami sebuah film tidak lepas

dari unsur-unsur pembentukan film, antara lain :

1. Unsur Naratif

Perlakuan terhadap cerita film, unsur naratif berhubungan

dengan aspek cerita atau tema film. Setiap cerita tidak mungkin

lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur

seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya.

Seluruh elemen tersebut membentuk sebuah jalinan peristiwa

yang terikat oleh sebuah aturan yaitu aspek sebab-akibat. Aspek

tersebut bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen

pokok pembentuk naratif.

2. Unsur Sinematik

Unsur sinematik adalah cara (gaya) mengolah film. Unsur

sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok, yaitu mise-en-

scene, sinematografi, editing, dan suara. Masing-masing elemen

sinematik tersebut juga saling berinteraksi dan berkesinambungan

satu sama lain untuk membentuk gaya sinematik secara utuh.

Keberhasilan seseorang dalam memahami film secara utuh sangat

dipengaruhi oleh pemahaman orang tersebut terhadap aspek naratif dan

aspek sinematik sebuah film. Kedua unsur tersebut apapun bentuknya

pasti memiliki norma serta batasan yang bisa diukur. Jika sebuah film

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

17

dianggap buruk, bisa jadi bukan karena film tersebut buruk, namun

karena penonton belum memahaminya secara utuh.

Struktur Film

Segala macam jenis film memilki struktur fisik. Secara fisik sebuah

film dapat dipecah menjadi unsur-unsur, yaitu shot, adegan dan sekuen

yang berguna untuk membagi urutan atau segmentasi plot sebuah film

ke dalam sistematik.

1. Shot

Shot merupakan unsur terkecil dari film. Dalam produksi film

memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan

(on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga sering diistilahkan

satu kali take (pengambilan gambar).

2. Adegan (scene)

Adegan atau scene adalah satu segmen pendek dari keseluruhan

cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang

diikat oleh ruang, waktu, isi cerita, tema, karakter, atau motif.

Satu adegan umumnya terdiri dari beberapa shot yang saling

berhubungan.

3. Sekuen

Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu

rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen umumnya terdiri dari

beberapa adegan yang saling berhubungan. Satu sekuen

dikelompokkan berdasarkan satu periode waktu, lokasi atau, satu

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

18

rangkaian aksi panjang. Dalam beberapa kasus film, sekuen dapat

dibagi berdasarkan usia karakter utama yaitu, balita, anak-anak,

remaja, dewasa, serta lanjut usia. Dalam film-film petualangan

yang umumnya mengambil banyak tempat, sekuen biasanya

dibagi berdasarkan lokasi cerita (Pratista, 2008:29).

Profesi dalam Film

Film merupakan hasil karya bersama atau hasil kerja kolektif.

Dengan kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja

sejumlah unsur atau profesi. Unsur-unsur yang dominan di dalam

proses pembuatan film oleh Baksin (2003) antara lain:

1. Produser

Produser merupakan peran tertinggi dalam suatu tim kerja

produksi atau pembuatan film. Produser mempersiapkan dana

yang untuk pembiayaan produksi film dan juga bertanggungjawab

terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan

film.

2. Sutradara

Sutradara merupakan pihak atau orang yang paling

bertanggungjawab terhadap proses pembuatan film di luar hal-hal

yang berkaitan dengan dana dan properti lainnya. Karena itu

biasanya sutradara menempati posisi sebagai “orang penting

kedua” di dalam suatu tim kerja produksi film. Sutradara bertugas

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

19

mengarahkan seluruh alur cerita dari naskah skenario ke dalam

aktivitas produksi.

3. Penulis Skenario

Penulis skenario film adalah seseorang yang menulis

naskah cerita yang akan difilmkan. Naskah skenario yang ditulis

penulis skenario kemudian dikerjakan oleh sutradara untuk

dijadikan film.

4. Penata Kamera (Kameramen)

Seseorang yang bertanggungjawab dalam proses

pengambilan gambar dalam pembuatan film. Kameramen dituntut

untuk bisa menghadirkan cerita yang menarik dan menyentuh

emosi penonton melalui gambar demi gambar yang direkam.

Penata kamera dalam tim kerja produksi film memimpin

departemen kamera.

5. Penata Artistik

Seseorang yang bertugas untuk memvisualisasikan

gambaran cerita ke dalam film. Tugas seorang penata artistik di

antaranya menyediakan sejumlah sarana seperti lingkungan

kejadian, tata rias, tata pakaian, perlengkapan-perlengkapan yang

akan digunakan para pelaku (pemeran) film dan lainnya.

6. Penata Musik

Seseorang yang bertugas sepenuhnya pada pengisian suara

atau musik. Penata musik harus memiliki kemampuan atau

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

20

kepekaan dalam mencerna cerita atau pesan yang disampaikan

oleh film.

7. Editor

Editor adalah seseorang yang bertugas atau

bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar demi ga,bar

umtuk menghasilkan cerita yang runtut.

8. Pengisi dan Penata Suara

Bertugas mengisi suara pemeran atau pemain film. Tidak

semua pemeran film menggunakan suaranya sendiri dalam

berdialog di film. Penata suara adalah seseorang yang

bertanggungjawab dalam menentukan suara yang terekam dalam

sebuah film.

9. Bintang Film (Pemeran)

Seseorang yang memerankan tokoh-tokoh yang ada dalam

film yang diproduksi berdasarkan skenario. Para aktor dan aktris

dituntut untuk memerankan tokoh dengan watak dan karakteristik

tertentu.

Jenis-Jenis Film

Genre atau jenis film ada beraneka macam. Sebenarnya tidak ada

maksud tersendiri dengan pemisahan tersebut, namun secara tidak

langsung dengan hadirnya film-film dengan karakter tertentu,

memunculkan pengelompokkan tersebut. Terdapat beberapa jenis film,

yaitu :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

21

a. Film Roman/Drama adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang

hebat, mengandung konflik, pergolakan, benturan antara dua orang

atau lebih

b. Film Misteri/Horor, yaitu film yang mengupas terjadinya fenomena

mistis yang menimbulkan rasa heran, takjub, dan takut.

c. Film Dokumenter, yaitu film yang berisi tentang dokumentasi dari

kisah kehidupan nyata, atau juga berisi tentang dokumentasi dari

kehidupan di luar itu.

d. Film Realisme, yaitu film yang mengandung relevansi dengan

kehidupan sehari-hari

e. Film Sejarah, yaitu film yang melukiskan kehidupan tokoh tersohor

dan peristiwanya.

f. Film Perang, yaitu film yang menggambarkan peperangan dan

situasi di dalamnya dan setelahnya.

g. Film Religi, yaitu film yang mengangkat tema agama yang

memberikan nilai-nilai agama tertentu.

h. Film Futuristik, yaitu film yang menggambarkan masa depan secara

khayal

i. Film Anak, yaitu film yang mengupas tentang dunia anak.

j. Film Kartun, yaitu film cerita bergambar yang diawali dari media

cetak, , bukan saja sebagai storyboard melainkan gambar yang

sanggup bergerak dengan teknik animasi.

k. Film Petualangan, yaitu film pertarungan dan tergolong film klasik

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

22

2.2 Film sebagai Industri

Menurut Teguh S. Pamudi, industri adalah sekelompok perusahaan yang

menghasilkan suatu produk yang bisa saling menggantikan satu sama lainnya,

sedangkan Hinsa Sahaan mengatakan bahwa, industri adalah bagian dari

suatu proses yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau barang

jadi, sehingga menjadi suatu barang yang memiliki nilai bagi masyarakat luas

serta memiliki nilai tambah guna mendapatkan keuntungan (Hadiwinata,

2002).

Film memiliki beberapa orang yang saling bekerja mengolah bahan awal

berupa gambar, musik, alur cerita, dan latar untuk dijadikan barang jadi

berupa film. Film yang sudah jadi tersebut ditayangkan di bioskop, dijual di

pasaran dalam bentuk DVD dan ditujukan untuk masyarakat luas.

Film termasuk dalam industri atau perdagangan. Produser terkadang

diduga menjadi pedagang film demi kepentingan sendiri. Produser diarahkan

oleh ideologi pasar untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya. Berkaitan

dengan industri film. film-film besar yang ditayangkan di bioskop bertujuan

untuk mendapatkan respon dari masyarakat, selain dari segi bagaimana cerita

film itu diminati masyarakat, namun juga berkaitan dengan apakah film

tersebut dapat mengembalikan modal yang telah dikeluarkan oleh industri

film tersebut(Irwanto, 2005:47).

Dalam industri perfilman, pembuat film akan memberikan teknik atau ciri

tersendiri agar filmnya dapat dinikmati dan menarik perhatian khalayak, bisa

melalui teknik pengambilan gambar, latar lokasi ataupun artistik yang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

23

digunakan, musik yang digunakan, dan jenis pilihan bahasa yang digunakan.

Beberapa film menggunakan bahasa daerah untuk mengangkat identitas

budaya mereka. Pilihan-pilhan kata dan kalimat yang digunakan juga

berpengaruh dalam proses industri dan distribusi film. Jika dalam film religi

seperti yang digunakan dalam penelitian ini, pilihan kata dan kalimat yang

digunakan berkaitan dengan Islam maupun Islamofobia, kata dan kalimat

yang memiliki penekanan dan penolakan seperti kata bukan dan tidak, dan

kata dan kalimat yang berhubungan dengan segala hal yang meluruskan

pandangan tentang Islam.

2.3 Film sebagai Sarana Perjuangan Politik Identitas

Politik adalah berbagai kegiatan dalam suatu sistem yang menyangkut

proses penentuan tujuan dan pelaksanaan seluruh masyarakat melalui

pengambilan keputusan berupa nilai, ide, norma, kepercayaan dan keyakinan

seseorang atau kelompok terhadap suatu masalah dan kejadian. Politik

sebagai suatu kegiatan yang secara kolektif mengatur perbuatan seseorang di

dalam kondisi konflik sosial (Budiharsono, 2003:2).

Identitas merupakan suatu hal yang melekat dalam kehidupan seseorang

dimanapun dan kapanpun berada, berupa ras, etnis, kelompok sosial, dan

agama. Identitas merupakan subjektivitas yang menjadi landasan dalam

interaksi sosial yang pada dasarnya adalah untuk menjamin keberadaan diri

dengan meminjam kekuatan bersama untuk menghadapi ketidakpastian di

masa depan(Susanto, 2003:72).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

24

Politik identitas merupakan suatu alat perjuangan poltik suatu etnis,

agama, kelompok ataupun kelas sosial untuk mencapai suatu tujuan tertentu,

dimana kemunculannya lebih disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang

dipandang oleh suatu ras, agama, kelompok ataupun kelas sosial sebagai

adanya suatu tekanan berupa ketidakadilan politik yang

dirasakan.berdasarkan perasaan yang sama, maka mereka bangkit

menunjukkan identitas atau jati diri dalam perjuangan politik untuk merebut

kekuasaan dengan memanipulasi kesamaan identitas tertentu yang tumbuh

dalam kehidupan sosial budayanya(Buchari, 2014:20).

Film meruapakan alat yang digunakan dalam kepentingan pemegang

kekuasaan untuk menyampaikan kegiatan politik yang bertujuan untuk

mengatur perbuatan seseorang dalam konflik sosial. Film selalu membawa

identitas dari suatu masyarakat yang dijadikan sebagai objek dalam alur cerita

film, demi tujuan untuk mendapatkan penilaian dari masyarakat tentang suatu

permasalahan ataupun apresiasi dari masyarakat. Film Bulan Terbelah di

Langit Amerika yang bertemakan tentang religi atau keagamaan,

berhubungan dengan perjuangan politik identitas, karena menyangkut agama

Islam yang disampaikan melalui pesan dalam film untuk memperbaiki citra

Islam.

2.3.1 Macam-Macam Sifat Pesan dalam Film

Terdapat macam-macam sifat pesan yang digunakan dalam suatu

film, untuk membuat film itu menarik ataupun dapat dipahami oleh

penonton, yang terdiri dari :

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

25

1. Visual, pesan yang disampaikan digambarkan ke dalam simbol-

simbol komunikasi yang menyangkut indera penglihatan. Pesan

tersebut dapat berupa gambar atau foto, sketsa, diagram, kartun,

poster, papan buletin, dan grafik.

2. Auditif, pesan yang disampaikan berkaitan dengan indera

pendengaran yang berupa suara, musik.

3. Verbal, pesan yang disampaikan melalui bahasa yang digunakan

oleh aktor berupa dialog, kata-kata atau bahasa lisan.

4. Nonverbal, pesan yang disampaikan tidak dalam bentuk bahasa

lisan, namun menggunakan bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi,

raut muka, serta penggunaan objek seperti pakaian dan simbol-

simbol lainnya. Pesan non verbal dapat disampaikan dalam

beberapa bentuk, antara lain :

a. Picturial

Pesan disampaikan melalui gambar, lukisa, foto, peta, grafik

ataupun diagram.

b. Gesturial

Pesan dilihat dari bahasa tubuh seorang komunikator, bahasa

tubuh, gerak gerik, dan bahasa isyarat.

c. Facial

Ekspresi yang ditunjukkan seseorang saat bicara, seperti sedih,

marah senang, jijik, dan takut dapat dilihat dari raut mukanya.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

26

d. Musical

Pesan dapat disampaikan melalui suara, bunyi-bunyian,

ataupun musik, suara dapat menyimbolkan banyak hal dari

suara yang nyaring hingga mengalun lemah dapat

menggambarkan pesan, sedih, senang, ataupun kemarahan

(Kosasih, 2007).

5. Paralinguistik adalah jenis komunikasi yang berkaitan dengan cara

bagaimana seseorang mengucapkan atau menyampaikan pesan.

Paralinguistik dapat menunjukkan bagaimana suatu pembicaraan

disampaikan sekaligus menunjukkan tentang keadaan emosi dan

sikapnya. Di sini ada beberapa isyarat vokal yang dapat disimak

oleh pendengarnya, antara lain meliputi tingkat suara atau intonasi

suara dan lancar tidaknya berbicara. Beberapa contoh paralinguistik

antara lain :

a. Volume suara, yang harus diperhatikan adalah:

1. Suara yang berbisik dan lemah akan sulit didengar. Hal ini

menunjukkan pribadi orang yang sulit membuka diri,

susah mengutarakan perasaan, atau pemalu.

2. Suara yang selalu berubah-ubah volumenya menunjukkan

kesulitan, keraguan, atau merasa kurang mampu dalam

membicarakan suatu topik yang sedang dibahas.\

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

27

b. Kelancaran berbicara, yang harus diperhatikan adalah:

1. Kelancaran dalam berbicara menunjukkan kesiapan dan

penguasaan materi yang sedang dibicarakan.

2. Sering gagap dan ragu menunjukkan ketidaktenangan,

atau peka terhadap materi pembicaraan.

3. Apabila berbicara disertai keluhan atau tersendat dan

memandang orang yang disegani menunjukkan adanya

tekanan emosional atau ketergantungan kepada pihak lain.

4. Sering diam pada saat berbicara menunjukkan kesulitan

dalam merangkai atau menyampaikan kata-kata yang

tepat, atau mungkin sedang enggan berbicara.

Paralinguistik merupakan batas antara interaksi verbal dengan non-

verbal. Trager membagi tanda-tanda paralinguistik atas empat

bentuk, yaitu :

1. Kualitas suara, termasuk tanda-tanda tinggi atau rendahnya

suatu letupan suara, kualitas dari tekanan (keras, lembut,

serius, santai) dan irama tertentu.

2. Ciri-ciri vokal, termasuk suara orang sedang tertawa,

menangis, berteriak, menguap, meludah, mengisap sesuatu.

3. Pembatasan vokal, misalnya ragam yang terlihat dalam setiap

kata dan frase.

4. Pemisahan vokal, termasuk faktor-faktor yang mengandung

irama yang mempunyai kontribusi tahap pembicaraan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

28

Penyampaian pesan melalui bahasa yang dipakai baik lisan maupun

tulisan, dalam dialog sebuah film masuk dalam analisis teks. Analisis

teks adalah cabang dari semiotika teks, yang mengkaji tentang makna

dari suatu media berupa tulisan maupun tutur(wacana).

2.3.2 Teori Wacana

Konsep mengenai wacana diperkenalkan oleh Michel Foucalt yang

mengatakan wacana adalah sesuatu yang memproduksi yang lain

seperti gagasan, konsep atau efek. Wacana dapat dideteksi karena

secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup

dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara

berpikir dan bertindak tertentu.

Menurut Foucault (1972), semua ujaran atau teks yang mempunyai

makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata yang dalam

penggunaannya, wacana diartikan sekumpulan pernyataan yang dapat

dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu (Eriyanto, 2001).

Sobur (2009:11), merangkai pengertian wacana sebagai rangkaian

ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal

(subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan

yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental

bahasa.

Wacana juga muncul dalam dialog-dialog, termasuk dalam dialog

film, yang mana melalui dialog tersebut terdapat makna atau pesan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

29

yang ingin disampaikan oleh aktor kepada khalayak ataupun

masyarakat.

Analisis wacana kebalikan dari linguistik formal, justru

memusatkan perhatian pada level di atas kalimat seperti hubungan

gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar dari kalimat.

Analisis wacana dalam psikologi sosial, diartikan sebagai

pembicaraan sosial (Eriyanto, 2001:3).

Analisis wacana atau discourse analysis adalah suatu cara atau metode

untuk mengkaji wacana yang terdapat atau terkandung di dalam

pesan-pesan komunikasi baik secara kontekstual maupun

nonkontekstual. Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan

komunikasi, yang sebagian di antaranya berupa teks. (Pawito,

2007:170).

Diskursus atau analisis wacana merupakan sebuah tindakan sosial

yang di dalamnya terdapat dialog (baik lisan maupun tulisan) yang

bersifat sosial. Artinya, pernyataan yang dibuat, kata-kata yang

digunakan bergantung bagaimana dan pada keadaan apa pernyataan

tersebut dibuat. Dengan kata lain analisis wacana dibentuk secara

sosial dan secara historis, akibatnya akan terdapat dikursus yang

berbeda-beda tergantung institusi dan praktek sosial yang

membentuknya, dan dengan posisi siapa yang berbicara serta

ditujukan kepada siapa. Dengan memperhatikan kenyataan bahwa

diskursus tidak pernah netral, maka implikasi penelitian dengan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

30

analisis diskursus berguna untuk menyibak permasalahan

ketidakseimbangan yang terjadi dalm masyarakat (Birowo, 2006:65)

Menurut Mohammad A. S. Hikam (dalam Eriyanto, 2005:4-6)

terdapat tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana.

1. Positivisme-empiris, bahasa dilihat sebagai jembatan antara

manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman

manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui

penggunaan bahasa tanpa ada kendala, sejauh dinyatakan dengan

memakai pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan

memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri

dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas.

Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan untuk

menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian

bersama.

2. Konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk

memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek

sebagai penyampai pernyataan. Pandangan ini justru menganggap

subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta

hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan

melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap

wacana. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai

suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-

makna tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

31

tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu

pernyataan.

3. Pandangan kritis, analisis wacana menekankan pada konstelasi

kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.

Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa

menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat

berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam

masyarakat. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai

representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu,

tema-tema wacana tertentu maupun strategi-strategi di dalmnya.

Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa

yang ada dalam setiap proses bahasa: batasan-batasan apa yang

diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang dipakai, dan topik

apa yang dibicarakan. Karena memakai perspektif kritis,

pandangan ketiga dalam analisis wacana ini juga disebut sebagai

analisis wacana kritis.

Bahasa dalam analisis wacana kritis dianalisis bukan hanya dari

aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks, yang

berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk

praktik kekuasaan.

Dalam analisis wacana kritis terdapat pendekatan yang disebut

dengan analisis bahasa kritis (critical linguistics), pendekatan ini

dilakukan oleh sekelompok pengajar di Universitas East Anglia, yaitu

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

32

Roger Fowler,Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Crew. Critical

Linguistics memusatkan analisis wacana pada bahasa dan

menghubungkannya dengan ideologi dan memandang bahasa sebagai

praktik sosial, melalui mana suatu kelompok memantapkan dan

menyebarkan ideologinya. Maksudnya adalah melihat bagaimana

gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu.

Dengan kata lain, aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan

bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai. Bahasa adalah suatu

sistem kategorisasi, di mana kosakata tertentu dapat dipilih yang akan

menyebakan makna tertentu (Eriyanto, 2001:15).

2.4 Definisi Konseptual

Konsep adalah unsur pokok dalam penelitian, konsep bisa berarti ide umum,

pengertian, pemikiran, rancangan, dan rencana dasar. Konsep yang ada dalam

penelitian ini antara lain :

1. Politik Identitas

Politik identitas merupakan suatu alat perjuangan poltik suatu etnis,

agama, kelompok ataupun kelas sosial untuk mencapai suatu tujuan

tertentu, dimana kemunculannya lebih disebabkan oleh faktor-faktor

tertentu yang dipandang oleh suatu ras, agama, kelompok ataupun kelas

sosial sebagai adanya suatu tekanan berupa ketidakadilan politik yang

dirasakan.berdasarkan perasaan yang sama, maka mereka bangkit

menunjukkan identitas atau jati diri dalam perjuangan politik untuk

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

33

merebut kekuasaan dengan memanipulasi kesamaan identitas tertentu

yang tumbuh dalam kehidupan sosial budayanya(Buchari, 2014:20).

2. Isu

Menurut Hennesy (dalam Ritonga, 2006), isu adalah suatu

permasalahan kontroversi yang menyentuh hakikat kepentingan

masyarakat dan diperbincangkan di media massa, baik di media

elektronik seperti televisi dan radio maupun media cetak, seperti surat

kabar dan majalah. Bidang permasalahan tersebut bisa mengenai hukum,

politik, peperangan, ekonomi, perdagangan, industri, olahraga, pertanian,

kejahatan, pendidikan, lingkungan hidup, sosial, budaya, dan sebagainya.

Isu yang muncul di media massa kemudian didiskusikan oleh berbagai

lapisan masyarakat. Dalam diskusi biasanya muncul pendapat pro dan

kontra terhadap isu yang menjadi perhatian masyarakat. Setiap isu

menciptakan masyarakatnya sendiri, dan setiap masyarakat biasanya tidak

terdiri atas individu-individu yang sama dengan yang membentuk

masyarakat tertentu lain, sekalipun setiap individu pada waktu tertentu

merupakan anggota dari banyak masyarakat yang berlainan. Jadi,

masyarakat yang dimaksud dalam pendapat umum tidak bersifat tetap,

tetapi berubah-ubah tergantung pada isunya. Film Bulan Terbelah di

Langit Amerika mengangkat isu tentang citra Islam di Amerika Serikat

yang dianggap buruk yang kemudian menimbulkan istilah Islamofobia.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

34

3. Islamofobia

Ditinjau dari arti bahasa, Islamofobia berarti ketakutan terhadap Islam.

Istilah tersebut merujuk pada ketakutan berlebihan yang diikuti dengan

tindakan diskriminasi kepada Islam dan pengikutnya. Istilah tersebut

muncul pertama kali pada tahun 1922 dalam sebuah essai seorang

orientalis bernama Etienne Dinet dalam karyanya yang berjudul L’ Orient

vu del’Occident. Islamofobia kemudian menjadi sebuah istilah yang

umum digunakan pada tahun 1990an untuk mendefinisikan perlakuan

diskriminasi yang diterima oleh umat Islam di Eropa Barat. Meskipun

beragam definisi mengenai istilah tersebut masih diperdebatkan oleh para

ahli, namun semuanya mengarah pada sebuah kesamaan tentang

terbentuknya ideologi ketakutan yang tidak rasional terhadap Islam, dari

perasaan ketakutan inilah muncul keyakinan bahwa setiap muslim

merupakan penggemar fanatik ajaran agamanya, yang mempunyai

tendensi untuk melakukan kekerasan terhadap orang-orang non-Muslim

dan meyakini bahwa Islam menolak nilai-nilai seperti kesetaraan,

toleransi, dan demokrasi(‘Ainul, 2014:1).

Islamofobia dan Barat

Meski telah ada sejak tahun 1980an, istilah ini semakin

meningkat setelah kejadian di WTC, 11 September 2001. Hal

itulah yang menjadi sebab munculnya rasa permusuhan dan

pelecehan terhadap Islam dan serangan terhadap pemeluknya.

Menurut John L. Espositi, seorang professor agama dan hubungan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

35

internasional serta kajian Islam di Georgeton University Amerika,

mengatakan bahwa terdapat kesalahan Barat dalam memahami

ideologi orang lain. Dalam kasus karikatur pelecehan Nabi

Muhammad SAW, tidak lain adalah bukti besar Barat untuk

memprovokasi masyarakat Barat yang sebenarnya telah menodai

apa yang dianggap orang lain sebagai sesuatu yang sakral.

Anehnya, pelecehan tersebut terjadi ketika masyarakat Barat

mengaku menjunjung tinggi kebebasan dan demokrasi dalam

menghormati pilihan orang lain (Salwasalsabila, 2008).

Selama ini kesan yang biasanya dimunculkan oleh barat

terhadap Islam adalah bahwa ajaran Islam penuh dengan

kekerasan. Sehingga banyak orang yang kemudian takut akan

keberadaan Islam dan menjadikan Islam sebagai ancaman bagi

kehidupan mereka. Sedangkan opini yang dimunculkan terhadap

kaum muslimin yang menentang barat adalah mereka termasuk

kelompok fundamentalis, ekstrimis, teroris, dan label-lebel lain

yang mengarah pada kelompok garis keras.

Tindakan diskriminasi terhadap Islam dan pemeluknya,

terlihat pada sikap membeda-bedakan, menghina atribut yang

dipakai oleh kaum muslim,-memiliki cara pandang bahwa kaum

muslim yang menggunakan atribut, seperti hijab oleh perempuan

dan laki-laki yang berjenggot memiliki kecenderungan untuk

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

36

menjadi teroris. Tindakan diskriminasi lainnya seperti tidak

menghargai tempat ibadah ataupun cara beribadah umat Islam.

Seperti halnya film Bulan Terbelah di Langit Amerika yang

memberikan gambaran tentang maraknya Islamofobia semenjak

terjadinya tragedi 11 September 2001. Menceritakan tentang

bagaimana Islam dipandang buruk di Amerika dan menjadi agama

yang dipandang sebelah mata.

Counter Isu Islamofobia

Para muslim di seluruh dunia berusaha memberikan counter

atau penolakan terhadap isu Islamofobia, banyak media yang

digunakan untu menolak isu tersebut. Seperti gerakan dakwah dan

juga penulisan buku yang mengulas tentang ajaran Islam sekaligus

menjawab isu-isu miring tentang Islam. Penyampaian dakwah

lewat media cetak maupun elektronik juga dilakukan untuk

meluruskan pandangan tentang Islam, seperti surat kabar, majalah

agama, radio, televisi(program dakwah, kajian Islam, drama religi),

film bertema religi dari dalam maupun luar negeri salah satunya

adalah film My Name is Khan, dan juga internet. Youtube

merupakan salah satu bagian dari internet yang menampilkan

berbagai video dari mana saja dan oleh siapapun juga memberikan

penolakan isu Islamofobia, baik berupa dakwah maupun social

experiment yang dilakukan oleh orang-orang muslim di luar sana

untuk menguji bagaimana muslim dipandang dan juga meluruskan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 26. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi

37

ajaran tentang Islam, salah satunya adalah channel milik Karim

Jovian yang mengunggah banyak sekali tentang bagaimana muslim

dipandang di Amerika.