BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54454/3/BAB II.pdf · (Fuse Cut Out) adalah suatu ....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54454/3/BAB II.pdf · (Fuse Cut Out) adalah suatu ....
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Proses penyebaran tenaga listrik di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu
pembangkitan, transmisi sertadistribusi seperti pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Gambar ilustrasi penyaluran daya listrik [17]
Tegangan listrik yang dihasilkan dari pembangkit umumnya relatif kecil,
sehingga dibutuhkan transformator step up untuk menaikkan tegangan hingga
mencapai 150-500 kV. Sebelum mencapai konsumen, tegangan mengalami 2 kali
penurunan. Yang pertama pada Gardu Induk (GI), tegangan 500 KV diturunkan
ke 150 KV atau 70 KV. Kedua pada gardu distribusi, tegangan 150 KV atau 70
KV diturunkan lagi menjadi 20 KV[4]. Saluran distribusi sendiri dibagi menjadi
2, yaitu:
1. Saluran Distribusi Primer
Saluran distribusi primer atau jaringan distribusi 20 kV adalah
saluran penghubung gardu induk dengan gardu distribusi.
2. Saluran Distribusi Sekunder
Saluran distribusi sekunder disebut juga jaringan tegangan
rendah (JTR) adalah saluran penghubung gardu distribusi ke
konsumen.
7
Untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik secara efisien dan konsisten,
diharuskan memilih sistem distribusi yang sesuai. Faktor yang harus
dipertimbangkan dalam memilih sistem distribusi diantaranya:
a) Faktor biaya
b) Faktor lokasi
c) Faktor kelayakan
Penentuan sistem distribusi harus memenuhi kriteria persyaratan yaitu :
a. Keandalan yang tinggi
b. Kontinuitas pelayanan
c. Biaya investasi yang rendah
d. Instabilitas frekuensi dan tegangan rendah
2.2 Tipe Jaringan Distribusi Listrik
2.2.1 Konfigurasi Jaringan Radial
Konfigurasi jaringan jenis radial adalah konfigurasi paling
sederhana, oleh karena itu konfigurasi ini banyak digunakan dalam
sistem distribusi listrik. Selain itu biaya investasinya juga murah.
Kelemahannya adalah arus listrik tidak merata dan tidak ada back up
dari penyulang lain bila terjadi masalah.
Gambar 2.2 Jaringan Radial [18]
8
2.2.2 Konfigurasi Jaringan Loop
Konfigurasi ini adalah gabungan beberapa konfigurasi radial. Pada
konfigurasi loop, penyulang satu terhubung dengan penyulang lain
dan dibatasi oleh PMT.
Gambar 2.3 Jaringan Loop [18]
2.2.3 Konfigurasi Jaringan Spindle
Konfigurasi jaringan spindle sama dengan konfigurasi radial, tetapi
pada ujung penyulang terdapat penyulang express yang berfungsi
sebagai back up jika terjadi gangguan pada penyulang tersebut.
Gambar 2.4 Jaringan Spindle (18)
2.2.4 Konfigurasi Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)
Konfigurasi tie line digunakan untuk konsumen dengan prioritas
harus selalu menyala seperti rumah sakit, bandara, dll. Konfigurasi ini
mempunyai 2 penyulang atau lebih dengan tambahan Automatic
9
Change Over Switch / Automatic Transfer Switch. Gardu pada
pelanggan tersebut terkoneksi kesetiap penyulang untuk menjamin
ketersediaan tenaga listriknya.
Gambar 2.5 Jaringan Hantaran Penghubung [18]
2.2.5 Konfigurasi Sistem Gugus atau Sistem Kluster
Konfigurasi gugus/kluster memiliki komponen paling banyak
dibanding konfigurasi lain. Oleh karena itu biaya investasinya paling
mahal. Konfigurasi ini sangat cocok digunakan pada daerah dengan
tingkat beban yang sangat tinggi.
Gambar 2.6 Jaringan Sistem Gugus atau Kluster [18]
10
2.3 Komponen Sistem Distribusi
Sebuah sistem jaringan distribusi pada dasarnya memiliki berbagai
komponen, diantaranya :
2.3.1 Tiang Listrik
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama sistem
distribusi tenaga listrik. Tiang listrik memiliki 2 jenis yaitu tiang
listrik beton dan tiang listrik besi. Tiang listrik haruslah kuat karena
selain sebagai penopang kabel listrik juga berfungsi menopang
berbagai pengaman serta komponen lain.
2.3.2 Isolator
Fungsi utama isolatordalah untuk memisahkan kabel dengan
kabel, kabel dengan tiang listrik, serta kabel dengan tanah pada
jaringan bawah tanah. Sedangkan fungsi lain isolator adalah
menahan beban kabel, mengatur sudut dan jarak antar kabel, serta
mencegah pemuaian kbel akibat cuaca.
2.3.3 Kabel Penghantar
Kabel penghantar adalah komponen terpenting dalam sebuah
sistem distribusi. Fungsi utama kabel penghantar adalah sebagai
media atau penyuplai daya listrik dari trafo ke konsumen.
2.3.4 Transformator
Transformator atau trafo berguna untuk menaikkan/menurunkan
tegangan sesuai kebutuhan.
2.3.5 AVR (Auto Voltage Regulator)
AVR (Auto Voltage Regulator) ialah regulator trafo yang
berguna sebagai stabilizer naik/turunnya tegangan secara otomatis
2.3.6 Meter Ekspor-Impor
Meter ekspor-impor berguna untuk mengetahui berapa kWH
yang dikirim dan diterima antar UPJ. Pada Meter Ekspor-Impor
terdapat CT dan PT yang berfungsi untuk mentransformasikan
tegangan dan arus dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah untuk
proses pengukuran.
11
2.4 Sistem Pengaman Jaringan Distribusi
Sistem pengaman berfungsi untuk mencegah, membatasi atau melindungi
jaringan dan peralatan sistem distribusi dari berbagai macam gangguan.
Berdasarkan pemakaian dan prinsip kerja, pengaman jaringan distribusi
dibagi menjadi :
2.4.1 Rele arus lebih
Rele ini bekerja dengan menggunakan arus sebagai besaran
ukur. Rele ini akan bekerja jika arus mengalir melampaui batas
tertentu yang telah diteetapkan. Batas tersebut disebut juga setting
rele.[9]
2.4.2 Directional Ground Relay
Directional Ground Relay merupakan pengaman jaringan dari
gangguan pentanahan/grounding yang memiliki arah. Arah atau
polaritas tersebut menjadi pedoman untuk menetukan setting DGR
[9].
2.4.3 Fuse Cut Out
Pelebur (Fuse Cut Out) adalah suatu komponen pemutus daya
listrik yang dilengkapi elemen pemutus yang akan melebur jika
dialiri arus lebih pada jaringan. Alat ini berfungsi untuk
memutuskan aliran listrik bila terjadi gangguan arus lebih.[9]
2.4.4 Sakelar Sesi Otomatis
Saklar Sesi Otomatis/Sectionalizer merupankan suatu saklar
otomatis yang bekerja berdasarkan waktu dan perhitungan arus
gangguan yang mengalir pada jaringan. Alat ini dilengkapi dengan
pendeteki gangguan, jadi jika jumlah arus gangguan yang mengalir
telah sesuai dengan yang telah ditentukan, maka alat ini akan
otomatis terbuka alias memutuskan jaringan listrik. Alat ini dapat
digunakan pada saat jaringan dalam keadaan berbeban.[7]
2.4.5 Pemutus Tenaga (CB)
Pemutus Tenaga(PMT) atau disebut juga Circuit Braker (CB)
adalah suatu sebuah saklar otomatis yang berfungsi untuk
memutuskan hubungan listrik pada jaringan dalam keadaan
12
berbeban pada saat terjadi gangguan. Alat ini juga dilengkapi Over
Current Relay (OCR)/relay arus lebih yang berfungsi sebagai
pengaman jaringan saat terjadi arus lebih.[7]
2.4.6 Penutup Balik Otomatis (Recloser)
Recloser berfungsi untuk memisahkan daerah yang terkena
gangguan dengan cepat. Pada gangguan temporer, recloser akan
membuka dan menutup secara otomatis berdasarkan setting waktu
yang ditentukan. Sedangkan pada gangguan permanen, recloser
akan tetap membuka setelah nila lock out terpenuhi.[7]
2.4.7 Sakelar Beban /Load Break Switch (LBS)
Sakelar Beban/Load Break Switch (LBS) merupakan sebuah
saklar yang berfungsi untuk menghubungkan antara satu penyulang
dengan penyulang lainnya dalam keadaan berbeban pada jaringan
distribusi bertipe lingkar terbuka (Open Ring). Umumnya alat ini
dipasang diletakkan diatas tiang jaringan dengan tuas berada
dibawah dan berfungsi sebagai pembatas lokasi gangguan.[7]
2.4.8 Pemisah (PMS)/Disconeccting Switch (DS)
Pemisah (PMS)/Disconeccting Switch (DS) adalah suatu saklar
yang berfungsi utuk memutuskan atau menghubungkan jaringan
listrik dalam keadaan tidak berbeban atau tidak bertegangan. Alat
ini biaasanya digunakan untuk pemeliharaan jaringan listrik yang
dilakukan PLN.[7]
2.4.9 Arrester
Arrester adalah pengaman peralatan listrik dari gangguan arus
lebih yang disebabkan oleh sambaran petir. Alat ini berfungsi
sebagai konduktor yang mempunyai tahanan rendah, sehingga arus
tinggi akan dialirkan ke tanah untuk dinetralisir, setelah gangguan
hilang arrester kembali berfungsi sebagai isolator.[7]
2.5 Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Pengertian keandalan atau reliability adalah kemampuan dari sebuah sistem
untuk menjalankan fungsinya secara normal dalam kurun waktu dan kondisi kerja
13
tertentu. Dalam sistem distribusi tingkat keandalan suatu sistem ditakar dari
kemampuan distribusi tenaga listrik secara konsisten tanpa adanya pemadaman.[2]
Semakin tinggi tingkat pemutusan beban yang terjadi, maka keandalan akan
semakin berkurang. Begitu pula sebaliknya.[7]
Tingkatan pemadaman terbagi menjadi beberapa tingkat, yaitu:
Tingkat 1: Dimungkinkan pada berjam-jam, yaitu waktu yang
diperlukan untuk mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena
gangguan.
Tingkat 2 : Padam beberapa jam, yaitu yang diperlukan untuk
mengirim petugas ke lapangan, melokalisir kerusakan dan melakukan
manipulasi untuk menghidupkan sementara kembali dari arah atau
saluran yang lain.
Tingkat 3 : Pada beberapa menit, yaitu manipulasi oleh petugas yang
stand by di gardu atau dilakukan deteksi/pengukuran dan pelaksanaan
manipulasi jarak jauh dengan bantuan DCC (Distribution Control
Centre).
Tingkat 4 : Padam beberapa detik, yaitu pengamanan dan manipulasi
secara otomatis dari DCC.
Tingkat 5 : Tanpa padam yaitu jaringan dilengkapi instalasi cadangan
terpisah dan otomatis secara penuh dari DCC.
Keandalan sebuah sistem dipengaruhi oleh berbagai faktor, berikut ini
adalah faktor yang dapat mempengaruhi keandalan suatu sistem :
Probabilitas
Probabilitas atau peluang yang digunakan sebagai penentu besaran
kuantitas dari suatu keandalan. Baik atau buruknya kualitas suatu
peralatan dapat ditentukan dari historinya dimasa lampau. Begitu pula
beban sistem tersebut, dapat diperkirakan melalui histori dimasa lalu
ditambah perkiraan pertumbuhan bban dimasa depan.
Unjuk Kerja
Kinerja (performance) dari suatu peralatan merupakan suatu
parameter keberhasilan atau kegagalan dari suatu peralatan dalam
14
menjalankan fungsinya. Hal ini ditentukan dari standar-standar
tertentu yang telah ditentukan.
Selang Waktu Pengamatan
Selang waktu pengamatan adalah akumulasi jumlah waku yang
diperlukan untuk memantau kinerja suatu peralatan. Umumnya waktu
yang dibutuhkan untuk pengamatan adalah setahun.
Kondisi Operasi
Kondisi oprasi merupakan kondisi diaman sebuah peralatan
beroperasi. Kondisi operasi sebuah peralatan sangat mempengaruhi
keberhasilan kerja peralatan tersebut..
Gangguan adalah kedaan komponen/sistem/peralatan jika tidak dapat
melaksanakan fungsi sebenarnya akibat dari suatu atau beberapa kejadian yang
berhubungan lengsung dengan komponen/sistem/peralatan tersebut. [9] Gangguan
pada sistem tenaga dibedakan menjadi dua, yaitu :
Gangguan Paksa
Gangguan paksa adalah gangguan yang disebabkan oleh kondisi
darurat yang berhubungan langsung dengan peralatan yang
mengakibatkan komponen/peralatan harus dipisahkan dari sistem oleh
suatu sistem proteksi otomatis atau manual oleh manusia.
Ganguan Terencana
Gangguan terencana adalah gangguan yang menyebabkan
komponen/peralatan dikeluarkan dari sistem, hal ini biasanya untuk
perawatan komponen/sistem/peralatan tersebut yang telah
direncanakan.
2.6 Istilah Dalan Keandalan Distribusi
Ada beberapa istilah yang penting berkaitan dengan keandalan sistem
distribusi :
Pemadaman (outage)
Kondisi dimana peralatan gagal menjalankan fungsinya karena
berbagai faktor yang mempengaruhi peralatan secara langsung.
Pemadaman Paksa (forced outage)
15
Pemadaman yang dilakukan karena faktor manusia. Baik keslahan
yang disengaja ataupun tidak disngaja
Pemadaman Terjadwal (scheduled outage)
Pemadaman yang disengaja atau dengan kata lain fungsi peralatan
sengaja dimatikan, biasanya saat terjadi perawatan berkala.
Gangguan (interruption)
Pemutusan daya listrik pada satu atau lebih pelanggan dikarenakan
gangguan (outage).
Gangguan Paksa (forced interruption/λ)
Gangguan paksa adalah gangguan yang disebabkan oleh kondisi
darurat yang berhubungan langsung dengan peralatan yang
mengakibatkan komponen/peralatan harus dipisahkan dari sistem oleh
suatu sistem proteksi otomatis atau manual oleh manusia. Biasanya
dihitung dalam kurun waktu setahun dan dinyatakan dengan
failure/year.
Waktu Pemadaman (outage time/r)
Periode waktu yang dibutuhkan untuk mengganti/memperbaiki
peralatan yang mengalami failure. Dinyatakan dalam satuan
hours/failure.
Waktu Pemadaman Tahunan (annualoutage time/ U)
Rentang waktu padamnya aliran listrik selama setahun. Umumnya
dinyatakan dalam hours/year.
2.7 Indeks Keandalan Sistem Distribusi 20 KV
Indeks keandalan sistem distribusi digunakan untuk menakar keandalan
masing-masing titik beban/load point. Brikut ini merupakan indeks-indeks yang
digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan :
1. λi = laju kegagalan rata-rata (fault/year)
i = Σ * N (2.1)
Keterangan : λ = laju kegagalan peralatan
N= banyaknya peralatan
2. r = lama terputusnya pasokan listrik rata-rata (hours/fault)
16
3. Ui = lama/durasi terputusnya pasokan listrik tahunan rata-rata (hours/year).
Ui = Σλ * r (2.2)
Keterangan : λ= laju kegagalan peralatan
r = waktu perbaikan
2.7.1 Indeks Frekuensi Pemadaman Rata - Rata
Frekuensi pemadaman rata-rata adalah indeks frekuensi gangguan
system rata-rata setiap tahun tahun. Menunjukkan info mengenai
frekuensi gangguan permanen rata-rata tiap konsumen dalam suatu
area yang dievaluasi.
∑ pemadaman/tahun (2.3)
Keterangan :
Ci = Besaran customer per unit yang mengalami pemadaman.
Xi = Panjang penyulang atau unit komponen.
λi = Angka keluar pralatan yang menyebabkan pemadaman
(indeks dari komponen)
n = Jumlah komponen yang mengalami kegagalan yang
menyebabkan pemadaman.
2.7.2 Indeks Lama Pemadaman Rata - Rata
Lama pemadaman rata-rata adalah indikator lamanya gangguan
system rata-rata tiap tahun. Menginfokan mengenai frekuensi
gangguan permanen rata-rata setiap pelanggan dalam suatu area yang
diteliti.
∑ (∑
) jam/tahun (2.4)
Keterangan :
λi = Angka keluar peralatan yang berakibat pemadaman.
Xi = Panjang penyulang atau jumlah unit komponen.
n = Total peralatan yang mengalami kegagalan yang
menyebabkan pemadaman.
m =Total dari fungsi kerja yang terlibat dalam pemulihan
pelayanan.
17
Cij= Total pelanggan per unit yang mengalami pemadaman
untuk mencapai operasi kerja ( j = indeks dari operasi kerja
).
Tij= Selang wktu yang dibutuhkan dalam mencapai operasi kerja
pemulihan pelayanan.
2.7.3 Tingkat Jaminan Pada Sistem Distribusi
Standar tingkat jaminan menurut konfigurasi jaringan pada system
distribusi ditetapkan sebagai berikut :
PLN Distribusi DKI & Tangerang
1. SUTM radial
SAIFI (f) = 27 faults/year
SAIDI (d) = 117 hours/year
2. SUTM dengan PBO
SAIFI (f) = 11 faults/year
SAIDI (d) = 58 hours/year
PLN Distribusi dan wilayah lain dikalikan suatu faktor sebagai berikut :
2.1 Tabel Faktor Pengali
Daerah Faktor
Jawa dan Bali 1,1
Sumatera 1,2
Kalimantan dan Sulawesi 1,3
Maluku, NTB, NTT 1,4
Irian Jaya dan Timor Timur 1,5
Sumber : (SPLN No. 68-2 1986, 1986)
2.8 Reliability Index Assessment
Reliability Index Assessment (RIA) adalah sebuah metode yang digunakan
untuk meperkirakan gangguan pada system distribusi berdasarkan tipe jaringan
distribusi dan data perihal component reliability [13]. Sebelum analisa keandalan
dilakukan pada sebuah sistem, harus ditentukan terlebih dahulu komponen dari
reliability data yang akan dipakai, yaitu adalah :
1. λM : Momentary failure rate merupakan akumulai dari gangguan
temporer.
18
2. λS : Sustained failure rate merupakan akumulai dari gangguan
permanen.
3. MTTR : Mean Time To Repair ini adalah lama waktu yang dibutuhkan untuk
memperbaiki gangguan permanen hingga kembali beroperasi normal.
4. MTTS : Mean Time To Switch; adalah lama waktu yang akan dipakai setelah
terjadi failure untuk sectionalizing switch.
Pada metode RIA terdapat 2 indikator keandalan yang dihitung yaitu:
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)
Indeks ini diartikan sebagai jumlah rata-rata gangguan yang terjadi
perpelanggan yang dilayani oleh sistem per satuan waktu (umumnya
per tahun). Indeks ini ditentukan dengan membagi jumlah semua
gangguan pelanggan dalamsatu tahun dengan jumlah pelanggan yang
dilayani oleh sistem tersebut
Persamaannya adalah :
∑
∑ (2.5)
Dimana : = jumlah konsumen pada titik beban (load point)
Ni = jumlah konsumen pada penyulang
SAIDI (System Average Interruption Duration Index)
Indeks ini didefinisikan sebagai nilai rata-rata dari lamanya
gangguan untuk setiap konsumen selama satu tahun. Indeks ini
ditentukan dengan pembagian jumlah dari lamanya gangguan secara
terus menerus untuk semua pelanggan selama periode waktu yang
telah ditentukan dengan jumlah pelanggan yang dilayani selama
tahun itu.
Persamaannya adalah :
∑
∑ (2.6)
Dimana : Ui = lama/durasi terputusnya pasokan listrik tahunan rata-
rata (hours/year).
Ni = jumlah konsumen pada penyulang.
19
2.9 Section Technique
Metode section technique di dalam perhitungannya membagi suatu topologi
jaringan menjadi beberapa section dan lebih mudah dikerjakan. Dengan
menggunakan metode ini maka dapat diketahui area mana pada jaringan yang
perlu diperbaiki keandalannya [16].
2.10 Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
Untuk menjaga kandalan sistem distribusi maka dibutuhkan skala prioritas
perbaikan untuk meminimalisir waktu perbaikan. Untuk mencari skala prioritas
perbaikan dapat menggunakan metode FMEA. Metode FMEA (Failure Modes
and Effect Analysis) digunakan untuk mengidentifikasi efek kegagalan terhadap
keseluruhan sistem. Dengan kata lain FMEA mengasumsikan sebuah kegagalan,
kemudian menganalisa bagaimana efeknya terhadap sistem serta langkah
penanganannya [2].
2.10.1 Langkah Analisis FMEA
Tahapan dalam melakukan analisis FMEA dalah sebagai berikut :
1. Memahami kegagalan pada sistem. Kegagalan pada sistem terjadi
apabila suatu komponen gagal menjalankan fungsinya secara normal.
2. Mengidentifikasi penyebab kegagalan pada sistem. Hal ini penting
dilakukan untuk menentukan solusi yg harus dilakukan.
3. Mencari akibat atau efek terjadinya kegagalan pada sistem. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa parah dampak yang
ditimbulkan akibat kegagalan pada sistem.
4. Mengidentifikasi metode atau langkah pengendalian terhadap
kemungkinan kegagalan sistem. Ini dilakukan sebagai langkah
antisipasi terhadap kegagalan sistem.
5. Menentukan tingkat severity terjadinya kerusakan pada sistem.
Tingkat severity kerusakan pada sistem digunakan sebagai
rekomendasi dalam menentukan tingkat keseriusan efek kegagalan
20
yang terjadi pada sistem. Tingkat severity didapatkan dari indeks
repair time SPLN No. 59 1985 dan dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Skala Severity
Skala Severity Tingkat Kerusakan Repair Time (jam)
1 Aman < 3
2 Tidak Parah 3
3 Cukup Parah 4
4 Parah 5
5 Sangat Parah > 5
6. Menentukan frekuensi terjadinya kegagalan dalam satu periode
waktu(occurance). Frekuensi terjadinya kerusakan dapat ditentukan
berdasarkan satu periode waktu. Frekuensi gangguan didapatkan dari
angka keluar komponen dan dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Skala Occurance
Angka Keluar
(/km/tahun atau
kali/unit/tahun)
Frekuensi Skala
Occurance
< 0,002 Hampir Tidak Pernah
Terjadi 1
0,003 Jarang Terjadi 2
0,004 Sering Terjadi 3
0,005 Sangat Sering Terjadi 4
>0,005 Hampir Pasti Terjadi 5
7. Menentukan detection suatu kerusakan . Detection dapat ditentukan
berdasarkan waktu perbaikan dan tingkat kesulitan untuk
memperbaiki kerusakan. Waktu perbaikannya mengacu pada operasi
kerja SPLN 59-1985. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat
21
kesulitan perbaikan kerusakan. Skala detection dapat dilihat pada tabel
2.4
Tabel 2.4 Skala Detection
Waktu Perbaikan (jam) Tingkat Kesulitan Skala Detection
<0,5 Sangat Mudah 1
0,5-0,9 Mudah 2
1-5 Sedang 3
6-10 Sulit 4
>10 Sangat Sulit 5
8. Menentukan nilai RPN. Nilai RPN digunakan untuk mengetahui
prioritas yang harus dilakukan berdasarkan pada dampak, frekuensi,
dan tingkat kontrol dalam memperbaiki kerusakan jaringan. Berikut
rumus mencari nilai RPN :
RPN = severity*occurance*detection (2.7)
2.11 ETAP (Electrical Transient Analisys Program)
ETAP atau Electrical Transient Analisys Program adalah aplikasi
yang digunakan untuk melakukan analisis dan pengujian pada sistem tenaga
listrik. Dalam sistem tenaga listrik yang diuji meliputi sistem pembangkitan,
sistem transmisi, dan sistem distribusi. ETAP mampu memodelkan single
line diagram untuk melakukan berbagai analisis, seperti aliran daya, hubung
singkat, keandalan jaringan, koordinasi proteksi dll. Standar yang digunakan
pada ETAP ada 2, yaitu standar IEC (International Electrotechnical
Commission) dan standar ANSI (American National Standards Institute)[3].
ETAP memugkinkan pengguna untuk bekerja dengan tampilan
diagram satu garis (single line diagram/on-line diagram). Software ini
dirancang berdasarkan tiga ide utama, yaitu:
A. Virtual realy operation
Komponen-komponen tenaga listrik yang digunakan untuk
membangun model sistem tenaga listrik memiliki karakteristik yang
sama dengan kondisi dilapangan, dari segi produsen komponen tersebut
22
(Mis: ABB, ALSTOM, SIEMENS dsb), spesifikasi komponen, cara pen-
settingan sampai pada pengoperasian yang menyerupai kondisi real
dilapangan. Ini sangat membantu seorang engineer dalam menganalisis
berbagai sistem tenaga listrik.
B. Total integration data
ETAP mengabungkan informasi sistem kelistrikan, sistem logika,
sistem mekanik, dan data fisik dari komponen tenaga listrik yang
dimasukan dalam sistem database yang sama. Misalnya, untuk
komponen sebuah transformator, tidak hanya berisikan data kelistrikan
dan dimensi fisik, tetapi juga info tentang frekuensi, Rms, Vrms, dll.
C. Simplicity in Data Entry (Kesedarhanaan dalam memasukan data)
ETAP mempunya data yang detail untuk setiap komponen tenaga
listrik yang digunakan. Data-data yang terdapat dalam ETAP telah di
masukan sesuai data-data yang ada dilapangan untuk bermacam
keperluan analisis. Sebagai contoh, masing-maisng komponen listrik
dapat dirubah tampilan posisi, ukuran, dan simbol-simbol berdasarkan
standar (IEC atau ANSI).