BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II...

35
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan Gross Domestik Bruto (GDB) dan Gross National Bruto (GNP) tanpa memandang kenaikan itu lebih besar ataupun lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan terjadi perbaikan struktur ekonomi atau sistem kelembagaan. Menurut Simon Kuznents, pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi bagi penduduknya. Kenaikan kapasitas ini sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, kelembagaan dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Dari definisi tersebut berarti terdapat tiga komponen pokok dalam pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut : 1. Kenaikan output secara berkesinambungan yaitu perwujudan dari pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang tersebut sendiri adalah tanda kematangan ekonomi di suatu negara. 2. Perkembangan teknologi yaitu dasar atau prakondisi bagi berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan Gross

Domestik Bruto (GDB) dan Gross National Bruto (GNP) tanpa memandang

kenaikan itu lebih besar ataupun lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk,

dan terjadi perbaikan struktur ekonomi atau sistem kelembagaan.

Menurut Simon Kuznents, pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan

kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk

menyediakan berbagai barang ekonomi bagi penduduknya. Kenaikan kapasitas ini

sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi,

kelembagaan dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

Dari definisi tersebut berarti terdapat tiga komponen pokok dalam

pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut :

1. Kenaikan output secara berkesinambungan yaitu perwujudan dari

pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis

barang tersebut sendiri adalah tanda kematangan ekonomi di suatu negara.

2. Perkembangan teknologi yaitu dasar atau prakondisi bagi berlangsungnya

pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

13

3. Dapat mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam teknologi

baru, perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan, sikap dan

ideologi. Inovasi dalam bidang teknologi harus disesuaikan dengan inovasi

didalam bidang sosial.

Di negara maju, ada beberapa tekanan untuk menggeser orientasi pada

pertumbuhan ekonomi menuju upaya yang lebih memperhatikan kualitas hidup

(quality of life). Sementara itu, yang menjadi perhatian utama adalah Negara

sedang Berkembang (NSB) tentang masalah pertumbuhan versus distribusi

pendapatan. Sebagian orang merasakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi

telah gagal untuk menghilangkan bahkan mengurangi luasnya kemiskinan

absolute di NSB karena tingkat pengangguran meningkat di daerah pedesaan dan

perkotaan. Proses penetasan ke bawah (trickle down effect) dari manfaat

pertumbuhan ekonomi bagi orang miskin tidak terjadi (Arsyad, 2010).

Laju pertumbuhan PDRB memperlihatkan proses kenaikan output perkapita

dalam jangka panjang. Penekanan pada “proses”, karena mengandung unsur

dinamis, perubahan atau perkembangan. Biasanya pemahaman indikator

pertumbuhan ekonomi diihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan.

Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan ekonomi yang

diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik

dapat dinilai efektifitasnya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

14

Pertumbuhan ekonomi adalah masalah perekonomian jangka panjang dan

bisa menjadi kenyataan yang selalu dialami suatu bangsa termasuk Indonesia.

Ditinjau dari sudut pandang ekonomi, perkembangan ekonomi menimbulkan dua

efek penting, yakni kemakmuran atau taraf hidup masyarakat meningkat dan

penciptaan kesempatan kerja baru karena semakin banyaknya pertambahan

jumlah penduduk.

2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang secara sistematis adalah

pengembangan-pengembangan hak milik, spesialisasi, pembagian kerja

yaitu faktor yang terjalin dalam proses pertumbuhan ekonomi secara historis

dan laju perkembangan perekonomian masyarakat bergerak mulai dari

masyarakat tradisional sampai masyarakat kapitalis. Menurut Adam Smith

proses pertumbuhan ekonomi dibedakan dalam dua aspek utama yaitu

pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (Arsyad, 2010).

Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga yaitu:

(1) Sumber daya alam merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan

produksi masyarakat yang mana jumlah sumber daya alam yang

tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan ekonomi.

(2) Sumber daya insasi (jumlah penduduk) adalah peran pasif dalam

proses pertumbuhan output, misalnya jumlah penduduk menyesuaikan

kebutuhan akan tenaga kerja.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

15

(3) Stok modal adalah unsur produksi yang menentukan tingkat

pertumbuhan output.

Menurut Adam Smith pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu

pada pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka

akan terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini tertuang

dalam bukunya yang berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of the

Wealth of Nations.

Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin

besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan

jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan

upah menurun akibatnya upah hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf

hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan. Teori

David Ricardo dituangkan dalam bukunya yang berjudul “The Principles of

Political and Taxation”.

2. Teori Pertumbuhan Rostow

Teori pertumbuhan ekonomi Rostow dalam bukunya yang berjudul

The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan

perekonomian suatu negara menjadi lima tahapan :

a) Tahap masyarakat tradisional (The Traditional Society)

Merupakan masyarakat yang mempunyai struktur perkembangan

dalam fungsi-fungsi produksi terbatas.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

16

Belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern

Terdapat suatu batas tingkat output perkapita yang dapat dicapai.

b) Tahap masyarakat pra kondisi untuk periode lepas landas (the

preconditions for take off)

Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat

sedang berada dalam proses transisi.

Sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan modern kedalam

fungsi-fungsi produksi baru, baik di bidang pertanian maupun di

bidang industri.

c) Tahap lepas landas (The take off)

Merupakan interval waktu yang diperlukan untuk mendobrak

penghalang-penghalang pada pertumbuhan yang berkelanjutan.

Kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi diperluas.

Tingkat investasi yang efektif dan tingkat produksi meningkat

Investasi efektif serta tabungan yang bersifat produktif meningkat

atau lebih dari jumlah pendapatan nasional.

Indusri-industri baru berkembang cepat dan industri sudah

mengalami ekspansi dengan cepat.

d) Tahap gerak menuju kedewasaan (Maturity)

Merupakan perkembangan terus menerus dimana perekonomian

tumbuh secara teratur serta lapangan usaha bertambah luas

dengan penerapan teknologi modern.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

17

Investasi efektif serta tabungan meningkat dari 10 % hingga 20 %

dari pendapatan nasional dan investasi ini berlangsung secara

cepat.

Output dapat melampaui pertambahan jumlah penduduk.

Barang-barang yang dulunya impor, kini sudah dapat dihasilkan

sendiri.

Tingkat perekonomian menunjukkan kapasitas bergerak melalui

kekuatan industri pada masa take off dengan penerapan teknologi

modern.

e) Tahap konsumsi masyarakat tinggi (high mass consumption)

Sektor industri merupakan sektor yang memimpin (leading

sector) bergerak ke arah produksi barang-barang konsumsi tahan

lama dan jasa-jasa.

Pendapatan riil per kapita selalu meningkat sehingga sebagian

besar masyarakat mencapai tingkat konsumsi yang melampaui

kebutuhan bahan pangan dasar, sandang dan pangan.

Kesempatan kerja penuh sehingga pendapatan nasional tinggi.

Pendapatan nasional tinggi daat memenuhu tingkat konsumsi

tinggi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

18

3. Teori Pertumbuhan Mahzab Keynesian

Setiap perekonomian dapat menyisihkan sebagian proporsi tertentu

dari pendapatan nasionalnya untuk mengganti barang-barang modal.

Menurut Harrod Domar, Agar dapat meningkatkan laju perekonomian

diperlukan investasi untuk tambahan modal (Arsyad, 2010).

4. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Setiap upaya untuk tinggal landas mengharuskan adanya mobilisasi

tabungan dan luar negeri untuk menciptakan investasi yang cukup, untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi. Menurut Sadono Sukirno, teori

pertumbuhan Harrod-Domar mengatakan bahwa sebagai akibat investasi

yang dilakukan tersebut pada masa berikutnya kapasitas barang-barang

modal dalam perekonomian akan bertambah.

Menurut Harrod-Domar pada hakekatnya investasi untuk

menunjukkan syarat yang diperlukan agar terjadi pertumbuhan yang mantap

atau Steady Growth yang didefinisikan sebagai pertumbuhan yang

menciptakan penggunaan sepenuhnya alat-alat modal yang berlaku dalam

perekonomian (Sadono Sukirno). Intinya pertumbuhan Harrod-Domar

adalah suatu realisasi jangka pendek antara peningkatan investasi

(pembentukan kapital) dan pertumbuhan ekonomi.

Teori Harrod-Domar memperlihatkan kedua fungsi dari pembentukan

modal dalam kegiatan ekonomi. Secara teori, pembentukan modal

dipandang sebagai pengeluaran untuk menambah kesanggupan suatu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

19

perekonomian dalam menghasilkan barang, maupun sebagai pengeluaran

yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Artinya

apabila pada masa tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka

perekonomian tersebut mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk

menghasilkan barang, selain itu Harrod-Domar mengungkapkan bahwa

pertambahan dalam kesanggupan memproduksi tidak secara sendirinya akan

menciptakan pertambahan produksi dan kenaikan pendapatan nasional.

Dengan demikian, walaupun kapasitas memproduksi bertambah, pendapatan

nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi akan tercipta,

apabila pengeluaran masyarakat mengalami kenaikan dibandingkan masa

sebelumnya.

Teori Harrod-Domar menggunakan beberapa tahap pemisalan yaitu:

1) Pada tahap permulaan perekonomian mencapai tingkat kesempatan

kerja penuh dan alat-alat modal yang tersedia dalam masyarakat

sepenuhnya dipergunakan.

2) Perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan

sektor perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri

tidak termasuk.

3) Besarnya tabungan masyarakat merupakan proporsionil pendapatan

nasional dan keadaan tersebut berarti bahwa fungsi tabungan dinilai

dari titik nol.

4) Kecondongan menabung batas besarnya tetap dan perbandingan

diantara modal dengan jumlah produksi disebut rasio modal produksi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

20

(Capital Output Ratio) dan perbandingan antara pertambahan modal

dengan jumlah pertambahan produksi disebut rasio pertambahan modal

produksi (Incremental Capital Output Ratio).

Inti dari teori Harrod-Domar adalah penanaman modal yang dilakukan

masyarakat dalam waktu tertentu digunakan untuk dua tujuan. Pertama,

untuk mengganti alat-alat modal yang tidak dapat digunakan lagi. Kedua,

untuk memperbesar jumlah alat-alat modal yang tersedia dalam masyarakat.

5. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)

Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis

pertumbuhan bersifat terikat, pertumbuhan ekonomi adalah hasil dari sistem

ekonomi. Teori ini beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan

sistem produksi, bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi adalah

hal terikat, pertumbuhan adalah bagian dari keputusan pelaku-pelaku

ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Menurut Romer, peran

modal lebih besar dari sekedar bagian pendapatan apabila modal yang

tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia.

Menurut Mankiw, Akumulasi modal adalah sumber utama

pertumbuhan ekonomi. Definisi modal atau kapital diperluas dengan

memasukkan model ilmu pengetahuan dan model sumber daya manusia.

Perubahan teknologi bukan berasal dari luar model atau bebas tapi teknologi

adalah bagian dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

21

terikat, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia turut

menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tabungan dan investasi

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

6. Teori Pertumbuhan Neo Klasik

Menurut Todaro (2006) model pertumbuhan Neo Klasik berpegang

pada skala hasil yang terus berkurang dari input tenaga kerja, modal dan

kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan

pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan tinggi rendahnya pertumbuhan

itu sendiri.

Menurut Robert Solow pertumbuhan ekonomi adalah rangkaian

kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal. Pemakaian

teknologi modern dan hasil output. Oleh sebab itu, pertumbuhan penduduk

harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.

7. Teori Pertumbuhan Endogen

Menurut Todaro (2006) model pertumbuhan tersebut menjelaskan

keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan antara

negara maju dan negara berkembang. Teori tersebut mencoba

mengidentifikasi dan menganalisis faktor apa yang mempengaruhi proses

pertumbuhan ekonomi yang berasal dari sistem ekonomi itu sendiri. Faktor

utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat pendapatan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

22

perkapita antar negara adalah karena adanya fiskal, modal insan, dan

infrastruktur (Arsyad, 2010).

Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dibagi

menjadi tiga tahapan, yaitu:

1) Masa perekonomian tertutup

Pada masa ini, kegiatan manusia adalah untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri. Individu atau masyarakat bertindak sebagai

produsen sekaligus konsumen sehingga tida terjadi pertukaran barang

dan jasa.

Masa perekonomian ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya sendiri

Setiap individu sebagai produsen dan sekaligus sebagai konsumen

Belum adanya pertukaran barang dan jasa

2) Masa kerajinan dan pertukangan

Kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif

maupun secara kualitatif akibat adanya perkembangan peradaban.

Peningkatan kebutuhan tidak dapat dipenuhi sendiri karena diperlukan

pembagian kerja sesuai dengan keahlian masing-masing. Pembagian

kerja menimbulkan pertukaran barang dan jasa yang bertujuan untuk

mencari keuntungan.

Ciri-ciri masa kerajinan dan pertukangan yaitu:

Meningkatnya kebutuhan manusia

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

23

Adanya pembagian tugas sesuai keahlian

Timbulnya pertukaran barang dan jasa

Pertukaran belum didasari profit motive

3) Masa kapitalis

Pada masa kapitalis muncul kaum pemilik modal. Kaum kapitalis

memerlukan para pekerja (buruh) untuk menjalankan usahanya.

Produksi kaum kapitalis tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saja,

tetapi bertujuan untuk mencari laba.

Werner Sombart masa kapitalis dibagi menjadi empat masa yaitu:

Tingkat prakapitalis

Masa ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Kehidupan masyarakat masih statis

b) Bersifat kekeluargaan

c) Bertumpu pada sektor pertanian

d) Bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri

e) Hidup secara berkelompok

Tingkat kapitalis

Masa ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Kehidupan masyarakat sudah dinamis

b) Bersifat individual

c) Adanya pembagian pekerjaan

d) Terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

24

Tingkat kapitalisme raya

Masa ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Usahanya semata-mata mencari keuntungan

b) Munculnya kaum kapitalis yang mempunyai alat produksi

c) Produksi dilakukan secara masal denga alat modern

d) Perdagangan mengarah pada persaingan monopoli

e) Dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan

buruh

Tingkat kapitalisme akhir

Masa ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Munculnya aliran sosialisme

b) Adanya campur tangan pemerintah

c) Mengutamakan kepentingan bersama

2.1.2 Fluktuasi Ekonomi

Fluktuasi ekonomi merupakan kenaikan atau penurunan aktivitas

ekonomi secara relatif dibandingkan dengan pertumbuhan jangka panjang

dari ekonomi.fluktuasi atau business cycle (siklus bisnis), bervariasi dalam

intensitas jangka waktunya. Kenaikan dan penurunan meliputi negara

bahkan dunia dalam mempengaruhi seluruh dimensi dari kegiatan ekonomi.

Dalam perkembangan teori tentang fluktuasi ekonomi, dunia ekonomi

dihadapkan oleh dua pandangan berbeda dalam menjelaskan terjadinya

fluktuasi output dan kesempatan kerja jangka pendek.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

25

Teori tentang fluktuasi ekonomi adalah teori Real Business Cycle ,

teori Business cycle Keynesian dan teori Business Cycle Moneter.

1. Teori Real Business Cycle

Menurut Mankiw, teori Real Business Cycle memberi kontribusi

penting dalam ilmu ekonomi dengan memberi sudut pandang baru berbeda

dalam mengkaji fluktuasi jangka dari output dan kesempatan kerja dapat

dijelaskan menggunakan substitusi tenaga kerja antar waktu.

Teori fluktuasi dianggap perubahan dalam tingkat output alami atau

keseimbangan dalam mempertahankan model klasik sebagai acuan. Teori

ini mengasumsikan bahwa harga dan upah itu fleksibel. Dengan asumsi

complete price flexibility, teori ini menganut classical dichotomy dimana

variabel-variabel nominal seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak

mempengaruhi variabel di sektor riil seperti output dan pengangguran.

Teori ini menyatakan bahwa pergerakan di sektor riil disebabkan oleh

faktor alami. Seperti terjadinya technological shock membuat

produktivitas meningkat kemudian berakhir pada perekonomian yang

semakin meningkat. Oleh sebab itu, semua fluktuasi di sektor riil seperti

pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan

investasi adalah hasil reaksi dari individu-individu terhadap perubahan

dalam perekonomian.

Selama resesi atau kemunduran teknologi dan output, insentif untuk

bekerja menurun sebab teknologi produksi menurun. Asumsi lain juga

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

26

penting dalam teori ini yaitu netralitas uang dalam perekonomian. Hal ini

berlaku untuk jangka pendek, yang mana kebijakan moneter tidak

mempengaruhi variabel-variabel riil, seperti output dan kesempatan kerja.

2. Teori Business Cycle Keynesian

Menurut Mankiw teori Real Business Cycle pada umumnya berasal

dari aliran Keynesian. Mereka percaya bahwa fluktuasi output dan

kesempatan kerja jangka pendek disebabkan terjadinya fluktuasi dalam

permintaan agregat akibat lambatnya upah dan harga menyesuaikan

dengan kondisi ekonomi yang berubah. Teori ini percaya bahwa upah dan

harga bersifat kaku atau sulit berubah, sehingga peranan pemerintah dalam

kebijakan fiskal dan moneter diperlukan untuk menstabilkan

perekonomian. Sebab teori ini dibangun atas model permintaan dan

penawaran agregat tradisional, maka perubahan harga dari biaya kecil akan

memiliki dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas

permintaan agregat. Teori ini telah masuk pada guncangan sisi penawaran,

ketidakstabilan moneter dengan guncangan terhadap permintaan uang

dalam modelnya. Teori Keynesian menekankan pada pentingnya

ketidakstabilan agregat sebab terjadinya fluktuasi makroekonomi.

3. Teori Business Cycle Moneter

Teori business cycle moneter menekankan pada pentingnya

guncangan permintaan, khususnya fluktuasi ekonomi, akan tetapi dalam

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

27

jangka pendek. Dengan business cycle moneter dan keynesian, uang

mempengaruhi output sedangkan teori real business cycle menyatakan

bahwa output mempengaruhi uang.

2.1.3 Faktor Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Raharja dan Manurung (2008:136-137) faktor pendukung yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara yaitu sebagai berikut :

1. Barang Modal

Ekonomi akan tumbuh, bilamana stok barang modal ditambah.

Penambahan stok barang modal dilakukan melalui investasi. Oleh sebab itu

upaya pokok untuk meningkatkan investasi yaitu untuk menangani faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat investasi. Pertumbuhan ekonomi

memungkinkan bila investasi neto lebih besar daripada nol. Karena, bila

investasi neto sama dengan nol, perekonomian dapat produksi pada tingkat

sebelumnya. Tetapi, akan lebih baik jika penambahan kualitas barang modal

disertai peningkatan kualitas.

2. Tenaga Kerja

Saat ini, khususnya di Negara Sedang Berkembang (NSB), tenaga

kerja adalah faktor produksi yang sangat dominan. Penambahan tenaga

kerja pada umumnya berpengaruh terhadap peningkatan output. Yang

menjadi persoalan yaitu sampai berapa banyak penambahan tenaga kerja

yang akan terus meningkatkan output. Hal tersebut sangat tergantung pada

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

28

seberapa cepat terjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR).

Sedangkan cepat atau lambatnya proses TLDR ditentukan oleh kualitas

SDM dan keterkaitannya dengan kemajuan teknologi produksi. Selama ada

sinergi antara tenaga kerja dan teknologi, penambahan tenaga kerja dapat

memacu pertumbuhan ekonomi.

3. Teknologi

Penggunaan teknologi yang tinggi dapat memacu pertumbuhan

ekonomi, bilaa hanya dilihat dari peningkatan output. Namun ada trade off

antara kemajuan teknologi dan kesempatan kerja. Lebih dari itu, kemajuan

teknologi semakin memperbesar ketimpangan ekonomi antar bangsa,

utamanya bangsa-bangsa maju serta dunia ketiga atau Negara Sedang

Berkembang (NSB).

4. Uang

Didalam perekonomian modern, uang memegang peranan dari fungsi

sentral. Tidak mengherankan lagi banyak uang digunakan dalam proses

produksi, semakin besar output yang dihasilkan. Tetapi dengan jumlah uang

yang sama, dapat dihasilkan output lebih besar jika penggunaannya efisien.

Bila terdapat perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki cukup uang,

namun memiliki prospek yang baik maka banyak bank atau lembaga

keuangan yang mau membantu, misalnya memberikan kredit. Hanya minat

meminjam, sangat tergantung dari besar kecilnya biaya yang akan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

29

dikeluarkan, terutama bunga pinjaman. Sedangkan bunga pinjaman dapat

ditekan, jika sistem keuangan berjalan efisien.

2.2 Ketimpangan Pendapatan

Menurut Dumairy ketimpangan distribusi pendapatan nasional adalah

mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil suatu negara dikalangan

penduduknya.

2.2.1 Faktor Penyebab Ketimpangan Pendapatan

Menurut Irma Adelma dan Cynthia Taft Morris (dalam Lincolin

Arsyad) ada 8 hal yang dapat menyebabkan ketimpangan distribusi di

Negara Sedang Berkembang :

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat mengakibatkan

menurunnya pendapatan perkapita.

2. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara

proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.

3. Ketidakmerataan pembangunan antara daerah.

4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat

modal, sehingga persentase pendapatan modal kerja tambahan besar

dibandingkan persentase pendapatan yang berasal dari kerja,

sehingga pengangguran bertambah.

5. Rendahnya mobilitas sosial.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

30

6. Pelaksanaan kebijakan industry substitusi impor yang

mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industry untuk

melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.

7. Memburuknya nilai tukar bagi Negara Sedang Berkembang (NSB)

dalam perdagangan dengan Negara-negara maju, sebagai akibat

ketidak elastisan permintaan negara maju terhadap barang- ekspor

NSB.

8. Hancurnya industry kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri

rumah tangga, dan lain-lain.

Michael P Todaro dalam bukunya Pembangunan Ekonomi menjelaskan

bahwa pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu

multidimensional mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial,

sikap masyarakat dan institusi nasional, disamping tetap mengejar ekselerasi

perumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan

kemiskinan.

Menurut Todaro dan Smith (2004) Para ekonom umumnya membedakan

dua ukuran pokok distribusi pendapatan, keduanya digunakan untuk tujuan

analisis dan kuantitatif. Kedua ukuran tersebut merupakan ukuran distribusi

pendapatan, yaitu besar kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing

orang (biasanya menggunakan Kurva Lorenz dan Koefisien Gini). Distribusi

fungsional dan distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi, indikatornya

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

31

berfokus pada bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing

faktor produksi.

Pengertian dari ketimpangan pembangunan yaitu perbedaan pembangunan

antara satu wilayah dengan wilayah lainnya secara vertikal maupun horizontal

yang dapat menyebabkan disparitas atau ketidakpemerataan pembangunan itu

sendiri.

Menurut Syafrizal (2008) ketimpangan pembangunan antar daerah dengan

pusat dan antar daerah satu dengan daerah lain merupakan suatu hal yang wajar,

karena adanya perbedaan dalam sumber daya dan awal pelaksanaan pembangunan

antar daerah.

Ketimpangan yang paling lazim dibicarakan yaitu ketimpangan ekonomi.

Dalam ketimpangan ada ketimpangan pembangunan ekonomi antar daerah secara

absolut dan ketimpangan relatif antara potensi dan tingkat kesejahtraan ini dapat

menimbulkan masalah antar daerah. Filsafah pembangunan ekonomi yang dianut

pemerintah jelas tidak bermaksud membatasi arus modal (bahkan yang terbang ke

luar negeri saja hampir tidak dibatasi). Arus modal mempunyai logika sendiri

untuk berakumulasi di lokasi yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih

tinggi, dan tingkat resiko yang lebih rendah. Sehingga tidak dapat dihindari lagi

jika arus modal lebih terkonsentrasi di daerah yang kaya akan sumber daya alam

dan kota besar yang sarana dan prasarananya jauh lebih lengkap yang

mengakibatkan jumlah penduduk di Kabupaten Bojonegoro ini akan meningkat.

Pendapatan per kapita rata-rata suatu daerah dapat disederhanakan menjadi

(PDRB) Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah penduduk. Cara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

32

lain yang bisa digunakan yaitu dengan mendasarkan kepada pendapatan personal

yang didekati dengan pendekatan konsumsi (Sjafrizal, 2008).

2.2.2 Kurva Lorenz dan Indeks Gini Ketimpangan Pendapatan

Kurva Lorenz adalah metode yang lazim digunakan untuk

menganalisis statistik pendapatan perorangan.

Contoh pada gambar dibawah ini :

100

80

60 D

40 C

Kurva Lorenz

20 B

A

0 20 40 60 80 100

Gambar diatas menunjukkan mekanisme kerja kurva. Jumlah

penerimaan pendapatan dinyatakan pada sumbu horizontal, tidak berarti

absolute melainkan dalam presentase kumulatif. Contohnya, pada titik 20 itu

mendapati populasi terendah (penduduk paling miskin) yang jumlahnya

Garis pemerataan

Presentasi penerimaan pendapatan

Pre

sen

tase

pen

dap

atan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

33

20% dari jumlah total penduduk. Pada titik 60% kelompok bawah dan

seterusnya sampai pada sumbu paling ujung 100% atau seluruh populasi

jumlah penduduk.

Sumbu vertikal menyatakan bahwa pendapatan total yang diminta

oleh masing-masing presentase kelompok penduduk. Sumbu tersebut

berakhir pada titik 100%, artinya bahwa kedua sumbu (vertikal dan

horizontal) sama pajangnya. Gambar tersebut secara keseluruhan berbentuk

bujur sangkar, dan dibelah oleh garis diagonal ditarik dari titik nol pada

sudut kiri bawah menuju sudut kanan atas.

Pada titik yang terdapat garis diagonal, presentase yang siterima persis

sama dengan presentase jumlah penerimaannya. Contohnya, titik tengah

garis diagonal pada gambar tersebut melambangkan “peranan sempurna”

(perfect equality) dalam distribusi ukuran pendapatan.

Kurva lorenz memperhatikan hubungan kuantitatif aktual antara

presentase penerimaan pendapatan dengan presentase pendapatan total yang

benar diterima selama misalnya satu tahun. Gambar diatas membuat kurva

lorenz menggunakan data desil (populasi terbagi menjadi sepuluh

kelompok) yang ada dalam tabel diatas. Sumbu horizontal dan sumbu

vertikal dibagi menjadi sepuluh bagian, sesuai dengan sepuluh kelompok

asli desil. Titik A menunjukkan 20% kelompok termiskin dari total

penduduk hanya menerima 10% pendapatan total, titik B menunjukkan

bahwa 40% kelompok terbawah menerima 22% dari pendapatan modal,

demikian seterusnya bagi masing-masing 4 kelompok lainnya. Perhatikan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

34

titik tengah menunjukkan 50% penduduk hanya menerima 30% dari

pendapatan total.

Semakin jauh jarak kurva lorenz dari garis diagonal (garis pemerataan

sempurna), maka semakin timpang atau tidak merata distribusi

pendapatannya. Kasus ekstrim ketidakmerataan yang mempurna (apabila

hanya seorang yang tidak menerima pendapatan) akan diperhatikan oleh

kurva lorenz berhimpitan dengan sumbu horizontal sebelah bawah dan

sumbu vertikal sebelah kanan. Oleh sebab itu, tidak ada Negara yang

memperlihatkan pemerataan sempurna atau ketidaksamaan sempurna dalam

distribusi pendapatannya, kurva lorenz dari setiap Negara berada disebelah

kanan garis diagonal seperti yang ditunjukkan gambar diatas. Semakin

parah tingkat ketidakmerataan ketimpangan distribusi pendapatan disuatu

negara, maka bentuk kurva lorenznya akan melengkung mendekati sumbu

horizontal.

Menurut Carrado Gini, Koefisien Gini adalah salah satu ukuran yang

sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara

menyeluruh.

Koefisien Gini atau Indeks Gini adalah indikator yang menunjukkan

tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai koefisien gini

berkisar antara 0 hingga 1. Koefisien gini bernilai 0 menunjukkan adanya

pemerataan pendapatan sempurna, setiap orang memiliki pendapatan yang

sama.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

35

Ide dasar perhitungan koefisien Gini berasal dari upaya pengukuran

luas kurva yang menggambarkan distribusi pendapatan untuk seluruh

kelompok pendapatan. Kurva tersebut dinamakan kurva Lorenz yaitu

sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari

suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform

(seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk.

Dalam membentuk koefisien Gini, grafik persentase kumulatif

penduduk (dari termiskin hingga terkaya) digambar pada sumbu horizontal

dan persentase kumulatif pengeluaran (pendapatan) digambar pada sumbu

vertikal.

Menurut Todaro dan Smith, koefisien Gini merupakan salah satu

ukuran ketimpangan pendapatan yang memenuhi empat kriteria, yaitu:

1) Prinsip Anonimitas (Anonymity Principle)

ukuran ketimpangan tidak bergantung pada siapa yang

mendapatkan pendapatan yang tinggi. Dengan kata lain, ukuran tersebut

tidak bergantung pada apa yang diyakini sebagai manusia yang lebih

baik, apakah itu orang kaya ataupun orang miskin.

2) Prinsip Independensi Skala (Scale Independence Principle)

ukuran ketimpangan seharusnya tidak tergantung pada ukuran

suatu perekonomian atau negara, atau cara mengukur pendapatannya.

Misalnya, ukuran ketimpangan tidak bergantung pada apakah kita

mengukur pendapatan dalam dolar atau dalam sen, dalam rupee atau

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

36

dalam rupiah, atau apakah perekonomian negara itu secara rata-rata

kaya atau miskin.

3) Prinsip Independensi Populasi (Population Independence Principle)

prinsip ini menyatakan bahwa pengukuran ketimpangan

seharusnya tidak didasarkan pada jumlah penerima pendapatan (jumlah

penduduk). Misalnya, perekonomian Cina tidak boleh dikatakan lebih

merata atau lebih timpang daripada perekonomian Vietnam hanya

karena penduduk Cina lebih banyak.

4) Prinsip Transfer (Transfer Principle)

prinsip ini sering disebut sebagai prinsip Pigou-Dalton. Prinsip ini

menyatakan bahwa dengan mengasumsikan semua pendapatan konstan,

jika kita mentransfer sejumlah pendapatan dari orang kaya ke orang

miskin (namun tidak banyak hingga mengakibatkan orang miskin itu

sekarang justru lebih kaya daripada orang yang awalnya kaya tadi),

maka akan dihasilkan distribusi pendapatan baru yang lebih merata.

2.3 Kemiskinan

Pengertian Kemiskinan itu sendiri sangatlah beragam, keberagaman

dalam definisi kemiskinan disebabkan masalah kemiskinan ini telah

merambat pada level multidimensional, artinya kemiskinan berkaitan satu

sama lain dengan berbagai macam dimensi kebutuhan manusia.

Kemampuan untuk memenuhi standar hidup minimum yang sesuai dengan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

37

tingkat kelayakan hidup dapat dikatakan sebagai kemiskinan (Todaro,

2006).

Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai standar hidup yang rendah,

karena adanya suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan

standar kehidupan umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Yasa (2008) secara ekonomis, kemiskinan dapat diartikan

sebagai sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kesejahtraan sekelompok orang. Kemiskinan juga dapat didefinisikan

sebagai “ketidakmampuan untuk memenuhi standart hidup minimum”.

Kebutuhan dasar yang harus dipenuhi tersebut mulai dari pangan, sandang,

papan, pendidikan dan kesehatan. Menurut Badan Pusat Statistik,

kemiskinan merupakan ketidakmampuan memenuhi standar minimum

kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan pangan ataupun non pangan.

Menurut Kuncoro (2006) kemiskinan dapat diukur dengan

membandingkan tingkat konsumsi seseorang dengan garis kemiskinan

maupun jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk konsumsi orang perbulan.

Sedangkan penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang kekurangan uang dan

barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut Chambers (dalam

Chriswardani Suryawati, 2005) mengemukakan bahwa kemiskinan

merupakan suatu intergrated concept mempunyai lima dimensi, yaitu: 1)

Kemiskinan (proper), 2) Ketidakberdayaan (powerless), 3) Kerentanan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

38

menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) Ketergantungan

(depended), dan 5) Keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun

sosiologis.

Chriswardani Suryawati (2005) mengatakan bahwa hidup dalam

kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat

pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan dan

pendidikan yang rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan

terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan

jalan hidupnya sendiri.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a) Kemiskinan alamiah

Yaitu berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan

prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.

b) Kemiskinan buatan

Biasanya lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau

pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat menguasai

sumber daya, sarana dan fasilitas ekonomi secara merata.

2.3.1 Faktor Penyebab Kemiskinan

Menurut Nasikun dalam (Chriswardani Suryawati, 2005) ada beberapa

sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

39

a. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan,

direproduksi melalui pelaksanaan kebijakan, misalkan kebijakan anti

kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.

b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan

karena soal produksi kolonial, yaitu petani marjinal karena tanah subur

dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.

c. Population growth, prespektif didasari oleh teori Maltus, bahwa

pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan

seperti deret hitung.

d. Resaurces management and the environment, merupakan unsur

mismanagement sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen

pertanian asal terbang akan menurunkan produktivitas.

e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjani karena siklus alam.

Contohnya tinggal dilahan kritis, dimana jika hujan turun terjadi banjir,

tetapi jika musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak

memungkinkan produktivitas akan maksimal dan terus-menerus.

f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan masih

dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan

penghargaan hasil kerja lebih rendah dari laki-laki.

g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang

memelihara kemiskinan. Misalkan pada pola konsumtif pada petani dan

nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat konsumsi saat upacara

adat dan keagamaan.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

40

h. Exsloatif ineirmediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong,

seperti rentenir.

i. Internal political fragmentation and civil straife, suatu kebijakan yang

diterapkan pada daerah fragmentasi politinya kuat, dapat menjadi

penyebab kemiskinan.

j. Interbational processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme

dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.

2.3.2 Cara Mengatasi Kemiskinan

Menurut Todaro (2006) berpendapat bahwa masalah kemiskinan tidak

hanya masalah income semata melainkan terkait dengan kapabilitas-

kapabilitas yang harus dimiliki oleh seseorang dalam hal ini biasanya

menyangkut masalah akses-akses, baik terhadap pendidikan, kesehatan dan

kesempatan kerja. Dengan begitu penanganan kemiskinan akan lebih

komprehensif. Menurut Todaro dalam (Permana, 2012) melihat kemiskinan

dari dua sisi yaitu :

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang berkaitan dengan

perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada

kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan

seseorang dapat hidup dengan layak. Dengan demikian kemiskinan dapat

diukur melalui perbandingan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk

dapat memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makanan, pakaian dan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

41

perumahan (tempat tinggal) agar dapat menjamin kelangsungan

hidupnya.

2. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat dari aspek

ketimpangan sosial karena biasanya sudah ada orang yang dapat

memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah

dibanding masyarakat sekitarnya. Semakin besar ketimpangan antara

tingkat penghidupan golongan atas maupun golongan bawah maka akan

semakin besar pula jumlah penduduk yang dikategorikan miskin,

sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi

pendapatan.

2.3. 3 Dimensi Kemiskinan

Menurut Sunyoto Usman (2004) Ada dua perspektif yang lazim

digunakan dalam masalah kemiskinan adalah perspektif kultural (cultural

perspective) dan perspektif struktural atau situsional (situational

perspective).

1) Perspektif kultural

Pada umunya perspective kultural mendekati masalah kemiskinan

tiga tingkat analisis, yaitu individual, keluarga dan masyarakat. Pada

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

42

tingkat individual, sifat kemiskinan disebut dengan a strong feeling of

marginality, seperti sikap parokial, apatisme, fatalisme, dan pasrah pada

nasib, boros, tergantung dan inferior. Pada tingkat keluarga, kemiskinan

ditandai dengan jumlah anggota keluarga yang besar (free union

consensional marriages. Pada tingkat masyarakat, kemiskinan

ditunjukkan tidak terintegrasinya kaum miskin dengan institusi

masyarakat secara efektif. Mereka mendapat perlakuan sebagai obyek

yang digarap daripada sebagai subyek yang diberi peluang untuk

berkembang.

2) Perspektif Situasional

Masalah kemiskinan merupakan dampak dari sistem ekonomi

mengutamakan akumulasi kapital dan produk teknologi modern.

Penetrasi kapital yaitu menjelaskan program pembangunan yang dinilai

mengutamakan pertumbuhan (growth) dan kurang memperhatikan

pemerataan hasil pembangunan. Secara sosiologis, dimensi struktural

kemiskinan cukup ditelusuri melalui “institutional arrangements) yang

hidup maupun berkembang dalam masyarakt kita. Asumsi dasarnya

merupakan kemiskinan tidak semata-mata berakar pada “kelemahan

diri” . kemiskinan tersebut adalah konsekuensi dari pilihan strategi

pembangunan ekonomi yang selama ini dilaksanakan serta pengambilan

posisi pemerintah dalam perncanaan dan implementasi pembangunan

ekonomi.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

43

2.4 Pengaruh Pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan

ekonomi dan semakin kecilnya kemiskinan antar penduduk atau daerah dan

antar sektor. Akan tetapi pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi tidak

selamanya diikuti pemerataan secara memadai. Kemiskinan antar daerah

sering kali menjadi masalah serius. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan

ekonomi yang cepat, sementara beberapa daerah lainnya mengalami

pertumbuhan ekonomi yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak

mengalami kemajuan yang sama yaitu disebabkan oleh beberapa hal

misalnya karena kurangnya sumber-sumber yang dimiliki, adanya

kecenderungan penanam modal (investor) memilih daerah perkotaan atau

daerah yang telah memiliki fasilitas berupa sarana pehubungan, jaringan

listrik, jaringan telekomunikasi, juga tenaga kerja terampil (Sjafrizal,2009).

Disamping itu adanya kemiskinan pembagian pendapatan dan

pemerintah pusat kepada daerah juga dapat menyebakan perbedaan

kemajuan (pertumbuhan ekonomi) antar daerah. Pertumbuhan ekonomi

berpengaruh terhadap kemiskinan wilayah dengan arah negatif. Yang

artinya semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka akan semakin

meningkat pula kapasitas produksi sehingga output juga akan meningkatkan

pendapatan perkapita dan selanjutnya kemiskinan antar wilayah semakin

mengecil. Hal tersebut juga dapat dijelaskan melalui mekanisme pusat

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

44

petumbuhan dimana pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat membawa

pengaruh bagi daerah lain baik dari sisi positif maupun sisi negatif.

Menurut Pangkiro (2016) jika pertumbuhan di suatu daerah

menyebabkan perbedaan antara kedua daerah tersebut semakin menyempit

berarti terjadi imbas baik (positif) karena terjadi proses penetasan ke bawah

(trickling down effect). Sedangkan jika perbedaan antara kedua daerah

tersebut semakin jauh berarti terjadi imbas yang kurang baik (negatif)

karena terjadi proses pangkutuban (polarization effect).

Ketimpangan pembangunan antar wilayah dipicu oleh beberapa hal

antara lain perbedaan potensi daerah yang sangat besar, perbedaan kondisi

demografi, ketenagakerjaan, dan perbedaan kondisi sosial budaya antar

wilayah. (Sjafrizal, 2009). Disamping itu kurang lancarnya mobilitas

barang-barang dan orang antar daerah juga turut mendorong terjadinya

kemikinan. Akibatnya, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses

pembangunan juga menjadi berbeda. Oleh karena itu tidaklah

mengherankan bila mana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju

(developed region) dan wilayah terbelakang (underveloped region).

Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan fungsi dari waktu.

Pada tahap awal pembangunan perbedaan laju pertumbuhan ekonomi

yang cukup besar antar daerah telah mengakibatkan kemiskinan dalam antar

daerah. Namun dalam jangka panjang ketika faktor-faktor produksi di

daerah semakin dioptimalkan dalam pembangunan maka perbedaan laju

pertumbuhan output antar daerah akan cenderung menurun.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

45

2.5 Pengaruh Ketimpangan pendapatan terhadap Kemiskinan

Miller (Arsyad, 2006) berpendapat bahwa walaupun pendapatan sudah

mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah

dibandingkan dengan masyarakat disekitarnya, maka orang tersebut masih

berada dalam keadaan miskin. Hal tersebut terjadi karena kemiskinan lebih

banyak ditentukan oleh lingkungan keadaan sekitarnya dari pada lingkungan

orang yang bersangkutan. Kemiskinan relatif adalah kondisi miskin karena

pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh

lapisan masyarakat sehingga menyebakan ketimpangan distribusi

pendapatan.

Penghapusan kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan

adalah inti dari masalah pembangunan, termasuk di Negara Sedang

Berkembang. Dari pembahasan mengenai masalah ketidakmerataan dan

kemiskinan dapat untuk menganalisis masalah pembangunan seperti

pertumbuhan penduduk, pengangguran, pembangunan pedesaan,

pendidikan, dan sebagainya. Suatu cara sederhana untuk mendekati masalah

distribusi pendapatan dan kemiskinan yaitu dengan menggunakan kerangka

kemungkinan produksi (Arsyad, Lincolin)

Menurut Todaro (2000), pengaruh antara ketimpangan pendapatan

terhadap kemiskinan dipengaruhi karena adanya peningkatan jumlah

penduduk. Pertambahan penduduk biasanya cenderung erdampak negatif

terhadap penduduk miskin, termasuk mereka yang miskin. Sebagian

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.unigoro.ac.id/280/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 31. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (2010), pertumbuhan ekonomi

46

keluarga miskin mempunyai jumlah anggota keluarga lebih banyak

akibatnya kondisi perekonomian mereka berada di garis kemiskinan

semakin memburuk, seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan

dan kesejahtraan. Penyebab kemiskinan adalah ketidaksamaan adanya pola

kepemilikan sember daya yang akan menimbulkan distribusi pendapatan

yang timpang.

Kemiskinan dan ketimpangan pembangunan layaknya seperti salah

satu unsur yang tak dapat dipisahkan. Kemiskinan ada diakibatkan karena

adanya ketimpangan sosial dalam suatu Negara. Yang mana sebagian besar

pendapatan suatu negara hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang dan

yang lainnya hanya mendapatkan porsi kecil atau malah tidak

mendapatkannya. Pengaruh ketimpangan terhadap tingkat kemiskinan

memiliki pengaruh yang negatif, yaitu dimana ketika tingkat kemiskinan

meningkat maka akan meningkatnya pula disparitas ekonmi yang akan

terjadi.

Ketimpangan sosial adalah masalah serius terutama di daerah

berkembang, karena ketimpangan pembangunan merupakan cikal bakal

terbentuknya kemiskinan serta berbagai macam masalah sosial yang

penanganannya membutuhkan waktu yang relatif lama. Oleh sebab itu

pembangunan yang merata hendaknya harus segera terealisasikan sehingga

tidak menimbulkan kesenjangan antar daerah.