BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan...

17
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya Dwi Ajeng et al (2013) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku swamedikasi obat natrium diklofenak di Apotek yang bertujuan untuk menentukan hubungan antara pengetahuan dan perilaku swamedikasi dari sodium diklofenak di apotik. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan metode cross sectional. Pengambilan sampel secara accidental. Sampel yang digunakan sebanyak 100 responden. Instrumen tersebut menggunakan kuesioner, data yang didapat diolah menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan kolerasi Spearman. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan dimana 36% responden mempunyai pengetahuan yang bagus, 52% responden memepunyai pengetahuan yang cukup dan 12% responden pengetahuannya kurang. Perilaku swamedikasi sodium diklofenak menunjukkan 52% responden mempunyai perilaku positif dan 48% reponden mempunyai perilaku negative. Terdapat korelasi yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku swamedikasi, dengan nilai signifikansi 0,000 (<0,050). Kemudian penelitian yang lain dilakukan oleh Dhoan et al (2014) yang berjudul pengaruh pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) oral pada etnis Arab di Surabaya dengan metode penelitian survei analitik dengan jenis rancangan survei Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian etnis Arab di Ampel dan sekitarnya. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diberikan pada 100 responden. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan dianalisis yaitu variabel pengetahuan sebagai variable independen dan variabel perilaku swamedikasi sebagai variabel dependen. Kedua variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dan akan diketahui Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian sebelumnya Dwi Ajeng et al (2013) tentang hubungan

tingkat pengetahuan dan perilaku swamedikasi obat natrium diklofenak di

Apotek yang bertujuan untuk menentukan hubungan antara pengetahuan dan

perilaku swamedikasi dari sodium diklofenak di apotik. Penelitian ini

merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan metode cross

sectional. Pengambilan sampel secara accidental. Sampel yang digunakan

sebanyak 100 responden. Instrumen tersebut menggunakan kuesioner, data

yang didapat diolah menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan

kolerasi Spearman. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013. Hasil

penelitian ini menunjukkan dimana 36% responden mempunyai pengetahuan

yang bagus, 52% responden memepunyai pengetahuan yang cukup dan 12%

responden pengetahuannya kurang. Perilaku swamedikasi sodium diklofenak

menunjukkan 52% responden mempunyai perilaku positif dan 48% reponden

mempunyai perilaku negative. Terdapat korelasi yang signifikan antara

pengetahuan dan perilaku swamedikasi, dengan nilai signifikansi 0,000

(<0,050).

Kemudian penelitian yang lain dilakukan oleh Dhoan et al (2014)

yang berjudul pengaruh pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi obat

anti-inflamasi nonsteroid (AINS) oral pada etnis Arab di Surabaya dengan

metode penelitian survei analitik dengan jenis rancangan survei Cross

Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian etnis Arab di Ampel

dan sekitarnya. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diberikan pada 100

responden. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan dianalisis

yaitu variabel pengetahuan sebagai variable independen dan variabel perilaku

swamedikasi sebagai variabel dependen. Kedua variabel tersebut dianalisis

dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dan akan diketahui

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

5

seberapa besar pengaruh variabel pengetahuan (independen) terhadap variabel

perilaku swamedikasi (dependen).

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode

penelitian, variabel bebas dan instrumen penelitian. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah terdapat pada teknik sampling, tingkat

pendidikan responden dan tempat penelitian. Pada penelitian yang akan

dilakukan dalam penelitian ini jenis teknik sampling yang digunakan adalah

sample simple random sampling, responden yang diambil berasal dari tingkat

pendidikan SLTP dan SLTA sederajat dan tempat penelitian dilakukan di

Bumijawa Kabupaten Tegal.

B. Tinjauan Pustaka

1. Swamedikasi

a. Definisi

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk

mengatasi sakit ringan sebelum mencari pertolongan ke petugas atau

fasilitas kesehatan. Lebih dari 60% dari anggota masyarakat

melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat

modern (Anonim, 2010). Swamedikasi berarti mengobati segala

keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang sederhana yang

dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa

nasehat dokter (Rahardja, 2010).

Apabila dilakukan dengan benar, maka swamedikasi

merupakan sumbangan yang sangat besar bagi pemerintah, terutama

dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional (Depkes RI., 2008).

b. Kriteria Obat

Menurut permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria

obat yang dapat diserahkan tanpa resep:

1) Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,

anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

2) Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan

risiko pada kelanjutan penyakit.

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

6

3) Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang

harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

4) Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang

harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

5) Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya

tinggi di Indonesia.

6) Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang

dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri

(Zeenot, 2013).

c. Terapi Rasional

Pada pengobatan sendiri dibutuhkan penggunaan obat yang

tepat atau rasional. Penggunaan obat yang rasional adalah pasien

menerima obat yang tepat dengan keadaan kliniknya, dalam dosis

yang sesuai dengan keadaan individunya, pada waktu yang tepat dan

dengan harga terjangkau bagi dia dan komunitasnya. Pengertian lain

dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan

pengobatan terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi

yang benar dari penyakit Sesuai dengan konteks tersebut, terapi

rasional meliputi kriteria (Maulana, 2010).

1) Tepat indikasi

Tepat indikasi adalah adanya kesesuaian antara diagnosis

pasien dengan obat yang diberikan.

2) Tepat obat

Tepat obat adalah pemilihan obat dengan memperhatikan

efektivitas, keamanan, rasionalitas dan murah.

3) Tepat dosis regimen

Tepat dosis regimen adalah pemberian obat yang tepat

dosis (takaran obat), tepat rute (cara pemberian), tepat saat

(waktu pemberian), tepat interval (frekuensi), dan tepat lama

pemberian.

4) Tepat pasien

Tepat pasien adalah obat yang diberikan sesuai dengan

kondisi pasien. Kondisi pasien misalnya umur, faktor genetik,

kehamilan, alergi, dan penyakit lain.

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

7

d. Kerugian

Kekurangan pengobatan sendiri yaitu obat dapat

membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan

aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat

kurang lengkap, pemborosan waktu dan biaya apabila salah

menggunakan obat, dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan,

seperti sensitivitas, alergi, efek samping atau resistensi. Selain itu

juga bisa tidak efektif karena salah diagnosis dan pemilihan obat,

serta sulit bertindak objektif karena biasanya pemilihan obat

dipengaruhi oleh pengalaman dimasa lalu dan lingkungan sosialnya

(Depkes, 2008).

2. Penyakit kulit

a. Definisi

Kulit dan apendicesnya merupakan struktur kompleks yang

membentuk jaringan tubuh yang kuat dan keras. Fungsinya dapat

dipengaruhi oleh kerusakan terhadap struktur demikian juga oleh

penyakit. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Djuanda, 2011).

Penyakit kulit adalah penyakit infeksi yang paling umum,

terjadi pada orang-orang dari segala usia. Sebagian besar pengobatan

infeksi penyakit kulit membutuhkan waktu lama untuk menunjukkan

efek (Indrayatna, 2010). Penyakit kulit merupakan penyakit yang

menginfeksi kulit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti

virus, bakteri dan jamur (Adnyana, 2009).

b. Klasifikasi penyakit kulit

1) Berdasarkan kategorinya (Asrimo, 2012)

a) Gangguan inflamasi

Jenis penyakit ini kebanyakan kondisinya jangka

panjang, menyebabkan kemerahan, pembengkakan, lesi,

dan plak pada kulit. Kulit meradang, melepuh dan berisi

cairan serta menimbulkan rasa gatal. Jenis-jenis penyakit

kulit yang termasuk dalam kategori ini adalah :

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

8

(1) Eksim (Dermatitis)

Gejala utama yang dirasakan penderita eksim

adalahrasa gatal yang berlebihan pada kulit. Lalu

disertai dengan kulit memerah, bersisik dan pecah-

pecah, timbul gelembung-gelembung kecil yang

mengandung air atau nanah. Bagian tubuh yang sering

terkena eksim biasanya tangan, kaki, lipatan paha dan

telinga. Eksim terbagi menjadi dua, yaitu eksim kering

dan basah. Pada eksim basah, juga akan terasa panas

dan dingin yang berlebihan pada kulit. Eksim

disebabkan karena alergi terhadap rangsangan zat kimia

tertentu seperti yang terdapat dalam detergen, sabun,

obatobatan dan kosmetik, kepekaan terhadap jenis

makanan tertentu seperti udang, ikan laut, telur, daging

ayam, alkohol, vetsin (MSG), dan lain-lain. Eksim juga

dapat disebabkan karena alergi serbuk sari tanaman,

debu, rangangan iklim, bahkan gangguan emosi. Eksim

lebih sering menyerang orang-orang yang mudah

terkena alergi. Penyakit ini sering terjadi berulang-

ulang atau kambuh. Oleh karena itu harus diperhatikan

untuk menghindari hal-hal atau bahan-bahan yang

dapat menimbulkan alergi (alergen).

Tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit

ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga

mengurangi angka kekambuhan. Pada beberapa kasus,

eksim akan menghilang seiring dengan pertambahan

usia penderita (Djuanda, 2011).

(2) Psoriasis

Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan

kulit, bersifat kronik residif, khas ditandai adanya

bagian kulit yang menebal, eritematus, dan

berbatas tegas. Bagian atasnya tertutup skuama putih

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

9

seperti perak, sering terdapat pada daerah tubuh yang

sering terkena trauma kulit, yaitu kepala, bagian

ekstensor dari ekstremitas, dan region sakralis. Luas

kelainan kulit sangat bervariasi dari lesi yang lokalisata

dan terpisah sampai tersebar mengenai seluruh kulit.

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun,

bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya

bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama

yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai

fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Psoriasis

diakibatkan oleh faktor genetik, penyebab

sebenar-benarnya masih misteri, kemungkinan dipicu

oleh proses pencernaan protein yang tidak lengkap,

fungsi hati yang tidak normal, kelebihan konsumsi

alkohol, kelebihan konsumsi lemak, dan stress.

(3) Jerawat (Acne) Jerawat Berdasarkan penelitian, sekitar

80 persen dari seluruh manusia pernah memiliki

jerawat. Jerawat sebagai salah satu penyakit kulit yang

disebabkan oleh bakteri yang tumbuh di kulit dan

menghubungkan pori-pori dengan kelenjar minyak di

bawah kulit. Jerawat merupakan penyakit dari folikel

sebasea yaitu folikel yang mempunyai glandula

sebasea yang banyak dan tidak mempunyai bulu.

Arpertura dari glandula sebasea terblokir oleh sumbat

tanduk (blackheads) dan terdapat retensi dari sebum

yang diubah oleh organisme yang menimbulkan

inflamasi pada jaringan sekitarnya.

Keadaan ini menimbulkan pembentukan pustul

dan abses yang menyebabkan parut. Jerawat dapat

berkembang jika pengobatan tidak dilakukan di tahap

awal kemunculannya. Jerawat tidak hanya tumbuh di

wajah, namun juga bisa tumbuh di bagian tubuh lain

terutama punggung (Djuanda, 2011).

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

10

b). Penyakit kulit viral

Jenis penyakit kulit ini disebabkan oleh virus dengan

kondisi hidup pendek. Gejala awalnya demam, ruam kulit, dan

gejala lain seperti dingin. Penyakit ini meneyebar melalui

kontak fisik. Jenis-jenis penyakit kulit kategori ini adalah

sebagai berikut :

(1) Cacar air

Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

varicella-zoster yang sering terjadi pada anak-anak. Pada

penyakit ini biasanya ditandai dengan bintik-bintik pada

seluruh tubuh (termasuk wajah), berwarna kemerahan, dan

isi dari benjolan (jika sudah membesar) tersebut adalah

cairan. Jika seseorang menderita penyakit ini, maka

tubuhnya akan membentuk kekebalan yang sangat kuat

seumur hidup, jadi ini hanya terjadi satu kali seumur hidup

pada setiap orang. Cacar air sangat menular dan memiliki

tiga tahap dalam pembentukannya. Gejala penyakit cacar air

Ini dimulai dengan munculnya sedikit benjolan gatal di

seluruh tubuh yang menyerupai seperti gigitan serangga.

Kemudian bintik tadi berubah menjadi benjolan yang berisi

cairan, diikuti oleh tahap akhir yaitu pada saat tahap

penyembuhan, dimana benjolan tersebut pecah dan

membuat bekas pada kulit (Djuanda, 2011).

(2) Campak (Rubella)

Merupakan penyakit akut menular yang disebabkan

oleh virus. Biasanya menyerang anak-anak. Gejala awal

campak adalah demam, pilek, bersin, badan terasa lesu,

sakit kepala, nafsu makan menurun drastis dan radang mata.

Setelah beberapa hari dari gejala tersebut timbul ruam

merah yang gatal, bertambah besar, tersebar ke beberapa

bagian tubuh (Djuanda, 2011).

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

11

c). Kanker kulit

Jenis penyakit kulit ini disebabkan oleh paparan sinar

cahaya tertentu, matahari dan dari tanning bad. Kanker ini telah

meningkat dimasyarakat umum selama bertahun-tahun dan telah

muncul sebagai jenis utama kanker pada pria. Melanoma jenis

penyakit kulit berupa kanker berbentuk seperti tompel tetapi

terus membesar dan menyebar.

d). Bakteri

Kebanyakan bakteri jenis penyakit kulit disebabkan oleh

bakteri stapylococci. Kategori jenis penyakit yang disebabkan

oleh bakteri adalah :

(1) Impetigo

Impetigo adalah penyakit kulit menular yang

biasanya disebabkan oleh bakteri. Impetigo menyebabkan

kulit menjadi gatal, melepuh berisi cairan dan kulit menjadi

merah. Impetigo sangat mudah terjadi pada anak berusia

dua sampai enam tahun. Bakteri biasanya masuk ke dalam

kulit melalui gigitan serangga, luka, atau goresan.

Kebersihan sangat penting bagi orang yang mengalami

impetigo (Djuanda, 2011).

(2) Bisul (Furunkel)

Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya.

Jika lebih daripada sebuah disebut furunkulosis. Karbunkel

ialah kumpulan furunkel. Keluhannya nyeri. Kelainan

berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya

terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang

berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk

fistel. Tempat predileksi ialah yang banyak friksi, misalnya

aksila dan bokong (Djuanda, 2011).

5) Infeksi jamur

Infeksi jamur disebabkan oleh jamur mikroskopis

candida. Jamur bertahan hidup dari sel-sel kulit mati kita dengan

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

12

muncul gejala-gejala seperti gatal dan rasa terbakar. Terkadang

dapat menyebabkan kemerahan pada kulit dan lesi juga dapat

muncul. Jenis penyakit kulit akibat jamur yang paling sering

ditemukan antara lain :

(1) Panu

Panu adalah salah satu penyakit kulit yang

disebabkan oleh jamur. Penyakit panu ditandai dengan

bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal pada saat

berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat

atau merah tergantung warna kulit si penderita. Panu paling

banyak dijumpai pada remaja usia belasan. Meskipun begitu

panau juga bisa ditemukan pada penderita berumur tua.

Cara pencegahan penyakit kulit Panu dapat dilakukan

dengan menjaga kebersihan kulit, dan dapat diobati dengan

obat anti jamur yang dijual di pasaran, dan dapat juga

diobati dengan obat-obatan tradisional seperti daun sirih

yang dicampur dengan kapur sirih dan dioleh pada kulit

yang terserang Panu (Djuanda, 2011).

(2) Kudis

Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit

tungau yang gatal yaitu sarcoptes scabiei var hominis. Kulit

yang terjangkit kudis lebih banyak terjadi di daerah kumuh

dan tidak menjaga kebersihan tubuh. Gejala kudis adalah

adanya rasa gatal yang begitu hebat pada malam hari,

terutama di sela-sela jari kaki, tangan, di bawah ketiak, alat

kelamin, pinggang dan lain-lain. Kudis sangat gampang

menular pada orang lain, secara langsung maupun tidak

langsung. Secara langsung tentu saja melalui sentuhan kulit

terkena kudis dengan kulit orang lain. Secara tidak langsung

bisa menular melalui handuk atau pakaian yang dipakai

secara bergantian dengan penderita kudis.

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

13

Cara yang sangat mudah untuk menghindari kudis

tentu saja dengan menjaga kebersihan lingkungan dan

tubuh. Salah satu cara pencegahan penyakit kudis dapat

dilakukan dengan mencuci sperai tempat tidur, handuk dan

pakaian yan dipakai dalam 2 hari belakangan dengan air

hangat dan deterjen (Djuanda, 2011).

(3) Candidiasis

Candidiasis adalah infeksi akibat jamur Candida.

Jamur ini memiliki lebih dari 20 jenis. Meski demikian,

jenis Candida yang paling sering menyebabkan infeksi

adalah Candida albicans.

Candiadisis bisa muncul pada berbagai bagian tubuh

manusia. Bagian tubuh yang paling sering mengalami

infeksi ini adalah mulut dan di sekamur kelamin. Bagian

tubuh lain yang dapat terkena infeksi Candida adalah kuku,

esophagus, daerah sekamur anus, dan saluran pencernaan.

2) Faktor penyebab penyakit (Subaris dan Kristiawan, 2009)

Tiga komponen penyebab penyakit yaitu :

a) Host (manusia)

Hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit

pada manusia antara lain : umur, jenis kelamin, bentuk

anatomi tubuh, fungsi fisiologis, status kesehatan gizi,

keadaan imunitas, kebiasaan hidup dan kebiasaan sosial

serta pekerjaan.

b) Agent (penyebab/bibit penyakit)

Terdiri dari biotis dan abiotis. Biotis khususnya pada

penyakit menular yaitu terdiri dari lima golongan :

protozoa, metazoa, bakteri, virus dan jamur.

c) Environment (lingkungan)

Lingkungan adalah sebuah agrerat dari seluruh

kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi

kehidupan dan perkembangan suatu organisme.

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

14

d) Personal hygene (kebersihan diri)

Pemeliharaan kebersihan diri berati tindakan

memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan

memiliki kebersihan diri baik apabila orang tersebut

menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan

kulit, tangan dan kuku serta kebersihan genitalia (Badri,

2008).

3. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga ( Soekidjo Notoatmodjo: 2007, p.121). Pengetahuan adalah

hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu

objek dari indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang

dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar.

Sedangkan menurut Indra Jaya pengetahuan didefinisikan sebagai

berikut :

1) Sesuatu yang ada atau dianggap ada

2) Sesuatu hasil persesuaian subjek dan objek.

3) Hasil kodrat manusia.

4) Hasil persesuian antara induksi dengan deduksi

b. Tingkat pengetahuan

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa ada enam tingkat

yaitu sebagai berikut :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

15

spesifik dari seluruhh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu in merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Diharapkan setelah

dilakukannya edukasi mengenai penyakit tuberculosis,

responden dapat menngkap materi yang telah di edukasikan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Oleh karena itu, harapannya setelah menerima edukasi

mengenai penyakit tuberculosis pasien dapat menyimpulkan dari

hasil edukasi yang diterima.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain. Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan secara benar

dan tepat mengenai cara pengendalian penyakit tuberculosis

yang dapat dilakukan setelah menerima edukasi.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suau objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya. Dengan adanya edukasi yang diberikan diharapkan

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

16

pasien dapat menggambarkan dan menjelaskan tentang

penyakitnya dan pengobatan yang telah dijalaninya dan dapat

menganalisis tujuan pengobatan stelah dilakukannya edukasi.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Pada pasien tuberculosis untuk

dapat mengetahui cara menyususn suatu program perawatan

(gaya hidup) yang merupakan bagian dari perilaku pasien yang

mendukung kesuksesan terapi.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengn kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek

penelitian. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada.

Pada pasien tuberculosis diharapkan dapat mengetahui dan

melakukan monitoring terhadap pengobatannya sendiri

mengenai efek samping obat dan gejala yang masih terjadi.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

yaitu faktor internal yang meliputi status kesehatan, intelegensi,

perhatian, minat, dan bakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi

keluarga, masyarakat, dan metode pembelajaran (Notoatmodjo,

2010).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

menurut Wawan dan Dewi (2010) antara lain :

1) Faktor internal

a) Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

17

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan

diperlukan untuk mendapatkan informasi yang akhirnya

dapat mempengaruhi seseorang. Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga.

c) Umur

Semakin cukup umur individu, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan

bekerja.

d) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang

lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

2) Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di

sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

4. Perilaku

a. Pengertian

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari

pada manusia itu sendiri, perilaku juga adalah apa yang dikerjakan

oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau

tidak langsung dan hal ini berarti bahwa perilaku terjadi apabila ada

sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang

disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan

menghasilakan reaksi perilaku tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

18

Menurut Skinner (Notoatmodjo, 2007) juga merumuskan

bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi

melalaui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon, maka teori skinner disebut teori “S-O-

R atau stimulus organisme respon. Skinner juga membedakan

adanya dua proses yaitu :

1) Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang

ditimbulkan oleh ransangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena

menimbulkan respon respon yang relative tetap.

Missal: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk

makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan

sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku

emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih

atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraanya dengan

mengadakan pesta dan lain sebagainya.

2) Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing

stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya

apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya

dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi)

kemudian memperoleh penghargaan dari atasnya (stimulus

baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi

dalam melaksankan tugasnya.

b. Cara Terbentuknya Perilaku

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan.

Menurut Abraham Harold Maslow yang dikutip dari Luluk A, 2008,

manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yakni :

1) Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan

pokok utama, yaitu H2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

19

seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi

ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang

menimbulkan sesak nafas dan kekurangan H2O dan elektrolit

yang menyebabkan dehidrasi.

2) Kebutuhan rasa aman, misalnya :

a) Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan,

perampokan dan kejahatan lain.

b) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan,

peperangan dan lain-lain.

c) Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit

d) Rasa aman memperoleh perlindungan hukum.

3) Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :

a) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari

orang tua, saudara, teman, kekasih, dan lain-lain.

b) Ingin dicintai/mencintai orang lain.

c) Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.

4) Kebutuhan harga diri, misalnya :

a) Ingin dihargai dan menghargai orang lain

b) Adanya respek atau perhatian dari orang lain

c) Toleransi atau saling menghargai dalam hidup

berdampingan

5) Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya :

a) Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain

b) Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita

c) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier,

usaha, kekayaan, dan lain-lain.

Menurut konsep dari Lawrence Green, yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor

yaitu :

a) Faktor predisposisi, faktor faktor ini mencakup tentang

pengetahuan dan sikap seseorang terhadap sebuah

rangsangan atau stimulus yang ia dapatkan.

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/8137/3/BAB II_IKA NURBANI_FARMASI...aturan, penggunaan obat bisa salah karena informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu

20

b) Faktor pemungkin, faktor faktor ini mencakup ketersedian

sarana dan prasarana atau fasilitas sebagai penunjang

terjadinya sebuah perilaku yang terjadi pada seseorang

tersebut.

c) Faktor penguat, faktor-faktor penguat ini meliputi faktor

sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap

dan perilaku dari peran role dari seseorang yang

membuatnya menirukan apa yang mereka lakukan

semuanya.

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran yang memberikan

penjelasan tentang dugaan yang tercantum dalam hipotesis (Saryono, 2010).

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya

perlu diteliti lebih lanjut (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini

yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan

perilaku swamedikasi penyakit kulit. (Ajeng et al., 2013)

VARIABEL BEBAS

Pengetahuan Swamedikasi

Penyakit Kulit

VARIABEL TERIKAT

Perilaku Swamedikasi

Penyakit Kulit

Hubungan Tingkat Pengetahuan..., Ika Nurbani, Fakultas Farmasi UMP, 2018