BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama...

22
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sampah Sampah (waste) adalah zat atau benda yang tidak terpakai lagi, baik berupa buangan domestik (rumah tangga) maupun buangan pabrik, Berdasarkan komposisi fisiknya sampah di bedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik, Sampah organik, yaitu material sampah yang unsur utamanya adalah karbon seperti, kertas, plastik, makanan sisa , sampah pekarangan , tekstil/ karet a. Sampah anorganik, yaitu material sampah yang unsur utamanya bukan karbon seperti, kaca, logam, kotoran batu, debu. Menurut data Dinas Pekerjaan Umum, berdasarkan cara pengolahan dan pemanfaatannya, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Sampah basah (garbage), adalah sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik yang sifatnya mudah membusuk apabila di biakan dalam keadaan basah, sampah yang termasuk pada jenis ini yaitu dedaunan, sampah makanan, buah-buahan, sayuran dsb. 2. Sampah kering (rubbish), adalah sampah yang susunannya terdiri dari bahan anorganik yang sebagian besar dan seluruh bagiannya susah membusuk , jenis sampah ini dibedakan menjadi 2 (Dua), yaitu: Sampah kering logam, seperti seng, baut, mur, pipa besi tua, kaleng bekas Sampah kering nonlogam terdiri atas : Sampah kering mudah terbakar (cobustible rubbish), seperti kertas, kain, kayu, plastik, dsb. Sampah kering susah terbakar (noncombustible rubbish), seperti kaca, gelas, pecahan botol, dsb.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sampah

Sampah (waste) adalah zat atau benda yang tidak terpakai lagi, baik berupa

buangan domestik (rumah tangga) maupun buangan pabrik,

Berdasarkan komposisi fisiknya sampah di bedakan menjadi sampah

organik dan sampah anorganik, Sampah organik, yaitu material sampah yang unsur

utamanya adalah karbon seperti, kertas, plastik, makanan sisa , sampah pekarangan

, tekstil/ karet

a. Sampah anorganik, yaitu material sampah yang unsur utamanya bukan

karbon seperti, kaca, logam, kotoran batu, debu.

Menurut data Dinas Pekerjaan Umum, berdasarkan cara pengolahan dan

pemanfaatannya, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Sampah basah (garbage), adalah sampah yang susunannya terdiri dari

bahan organik yang sifatnya mudah membusuk apabila di biakan dalam

keadaan basah, sampah yang termasuk pada jenis ini yaitu dedaunan,

sampah makanan, buah-buahan, sayuran dsb.

2. Sampah kering (rubbish), adalah sampah yang susunannya terdiri dari

bahan anorganik yang sebagian besar dan seluruh bagiannya susah

membusuk , jenis sampah ini dibedakan menjadi 2 (Dua), yaitu:

➢ Sampah kering logam, seperti seng, baut, mur, pipa besi tua, kaleng

bekas

➢ Sampah kering nonlogam terdiri atas :

• Sampah kering mudah terbakar (cobustible rubbish), seperti

kertas, kain, kayu, plastik, dsb.

• Sampah kering susah terbakar (noncombustible rubbish),

seperti kaca, gelas, pecahan botol, dsb.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

5

3. Sampah lembut adalah sampah yang susunannya terdiri dari partikel-

paetikel halus yang mudah terbang serta membahayakan atau mengganggu

pernafasan dan mata, sampah ini terdiri dari:

➢ Debu, adalah partikel-partikel kecil yang berasal dari proses

mekanis, seperti serbuk kayu, debu pabrik semen, debu pabrik tenun,

dsb.

➢ Abu, adalah partikel-pertikel yang berasal dari proses pembakaran,

seperti abu dari pembakaran sekam kayu, pembakaran sampah

kering , dsb.

Selain jenis-jenis tersebut, pembagian golongan sampah secara khusus

yaitu :

1. Sampah berbahaya, seperti :

➢ Sampah beracun : pembungkus peptisida, racun dll.

➢ Sampah radioaktif : sampah nuklir

➢ Sampah patogen: sampah dari poliklinik dan rumah sakit

➢ Sampah ledakan: petasan, botol parfum, dll.

2. Sampah industri, yaitu sampah dari benda benda berharga seperti, surat-

surat rahasia negara dan dokumen penting lainnya.

3. Sampah jalan yang berasal dari sapuan jalan.

4. Sampah bangunan, yang terdiri dari potongan kayu , pecahan bata, bekas

adukan, dll.

5. Sampah kandang, yaitu makan sisa ternak, kotoran ternak.

6. Sampah lumpur, yaitu lumpur yang berasal dari selokan, septic tank, dll.

7. Sampah balokan, seperti mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang, dll.

kegiatan pengolahan sampah diantaranya : (1) pewadahan sampah, (2)

pengumpulan sampah, (3) pemindahan sampah, (4) pengangkutan sampah, (5)

pengolahan sampah, (6) pembungan akhir sampah.

Pewadahan sampah adalah proses pengolahan tahap awal, yang merupakan

usaha penempatan sampah pada wadah atau tempat agar tidak berserakan, tidak

mencemari lingkungan, tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Alat pewadahan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

6

ini dinamakan tempat sampah. Pewadahan ini bersifat individual dan komunal

(dipakai ditempat umum).

Pengumpulan sampah (pengambilan sampah dari wadahnya di tiap sumber)

dilakukan oleh petugas organisasi formal baik unit pelaksana dari pemerintah

daerah (Pemda), petugas dari lingkungan masyarakat setempat, ataupun dari pihak

swasta yang telah ditunjuk oleh PemerintahiDaerahiSampah yang dikumpulkan

tersebut kemudian dipersiapkan untuk proses pemindahan atau pembuangan akhir.

Pengumpulan ini dapat bersifat individual (door to door) maupun pengumpulan

komunal.

Pemindahan sampah merupakan proses pemindahan hasil pengumpulan

sampah ke dalam peralatan pengangkutan (truk). Lokasi tempat berlangsungnya

proses pemindahan ini dikenal dengan nama Tempat Pembuangan Sementara yang

berfungsi langsung sebagai tempat pengomposan.

Pengankutan sampah berkaitan dengan membawa sampah dari lokasi

pemindahan ke lokasi pembuangan akhir. Kegiatan pengolahan dan pemanfaatan

bertujuan untuk mendaur ulang sampah yang ada untuk kegunaan yang lain.

Pengolahan juga dapat dilakukan dengan cara pengomposan sampah organik yang

nantinya menghasilkan kompos, proses pengepakan sampah anongarnik dan proses

pembakaran yang dapat manfaatkan energi panasnya.

Pembuangan akhir sampah adalah proses yang terakhir dalam siklus

pengolahan sampah. Pada fase ini dapat menggunakan berbagai macam metode

yang sederhana sampai yang menggunakan metode yang berteknologi tinggi.

Metode yang dikenal sebagai berikut :

1. Open dumping adalah membuang sampah pada tempat pembuangan akhir

secara terbuka pada lokasi tertentu.

2. Control landfill adalah pembuangan sampah pada tempat pembuangan akhir

sama seperti open dumping, hanya disini terdapat proses pengendalian dan

pengawasan sehingga lebih tertata.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

7

3. Sanitary lanfill adalah pembuangan sampah pada tempat pembuangan akhir

dengan cara menimbun sampah kedalam tanah hingga periode waktu

tertentu.

2.2 Penyapu jalan (street sweeper )

Penyapu jalan (street sweeper) adalah orang atau mesin yang membersihkan

jalan, biasanya terdapat di area perkotaan. Penyapu jalan mekanis telah dipatenkan

oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4

September 1849 dengan nomor paten 6699.Penyapu jalan mekanis temuan C. S.

Bishop dan beberapa penyapu jalan tipe elevator-belt ditunjukkan dalam Gambar 1

berikut nomor paten (US Patent Number) dan tahun patennya.

Gambar 2.1 Elevator-belt street sweeper.

Gambar paling bawah pada gambar 1 adalah kereta penyapu yang dipatenkan oleh

Charles brooks pada tahun 1986. Pada era itu desain masin menggunakan bantuan

kuda sebagai penggerak utama, sikat dan belt dengan mekanisme gear atau rantai.

Beberapa perusahaan besar secara khusus membuat mesin penyapu jalan

(street sweeper) untuk kepentingan komersial. Ada beberapa jenis mesin penyapu

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

8

dengan skala yang besar seperti kendaraan penyapu jalan VT650 yang merupakan

produk dari Allianz Sweeper Company.

Gambar 2.2 Penyapu jalan VT650

Sistem kerja kendaraan penyapu jalan VT650 ini bisa di lihat pada gambar 2.3

Kendaraan ini juga dilengkapi sister resirkulasi air dalam proses penyapuannya.

Gambar 2.3 Sistem kerja kendaraan penyapu VT650

Berdasarkan referensi, terdapat beberapa cara untuk menggerakkan

penyapu.Gerak yang umum dipakai pada mesin penyapu jalan adalah gerak

penyapuan vertikal dan gerak penyapuan horizontal. Gerak penyapuan secara

vertikal, dimaksudkan untuk mendapatkan fungsi penyapuan dengan arah vertikal.

Untuk mendapatkan gerak penyapuan ke arah vertikal ini, maka dudukan penyapu

harus dipasang secara horizontal. Mesin penyapu jalan yang menggunakan gerak

penyapuan biasanya dilengkapi dengan konveyor untuk menyalurkan sampah yang

dilontarkan oleh penyapu. Contoh mesin penyapu dengan gerak penyapuan vertical

ditunjukkan oleh Gambar 2.4.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

9

Gambar 2.4 Contoh mesin penyapu vertikal

Adapun gerak penyapuan horizontal yang dimaksudkan untuk mendapat

fungsi dengan arah horizontal. Untuk mendapat fungsi ini maka dudukan penyapu

harus di pasang vertikal. Biasanya mesin punyapu yang menggunakan gerak

penyapuan horizontal ini dilengkapi dengan mekanisme penyedot sampah yang

disapu. Contoh mesin penyapu jalan dengan penyapuan horizontal diliat pada

gambar 2.5

Gambar 2.5 Mesin penyapu jalan dengan gerak sapuan horizontal

2.3 Mesin penyapu manual

Mesin ini bekerja dengan memanfaatkan gaya dorongan sang operator dan

tidak menggunakan motor, sehingga ramah lingkungn dan hemat energi.

Merupakan sebuah alat untuk membantu meringankan pekerjaan manusia dalam

hal menyapu dedaunan ataupun benda sampah ringan lain seperti kertas dan plastik.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

10

Gambar 2.6 Mesin penyapu manual ( Ujang hendar 2009)

2.4 Pengukuran

Pengukuran berarti membandingkan suatu besaran yang akan diukur dengan

suatu ukuran pembanding yang telah ditera (alat ukur), pengukuran panjang

merupakan suatu pekerjaan awal yang dilakukan sebelum melakukan proses

pengerjaan logam.

Terdapat beberapa jenis alat ukur yang digunakan untuk mengetahui

dimensi pada pengerjaan logam, diantaranya yaitu :

a. Mistar baja

Mistar adalah alat ukur yang paling sederhana, ketepatan

pengukuran pada mistar tipis atau bidang yang skalanya dimiringkan

berkisar sekitar 0,5 mm. Mistar baja ditunjukan pada Gambar 2.7

dibawah ini.

Gambar 2.7 Mistar baja

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

11

b. Mistar Geser (vernier calliper)

Alat ukur ini mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dari pada alat

ukur mistar baja. Alat ukur ini lebih banyak dgunakan untuk mengukur

besar diameter dan kedalaman dari benda kerja. Mistar geser

memungkinkan pengkuran dengan pembacaan sebesar 0,1 mm, 0,05

mm, atau 0,02 mm (bergantung pada jenis skala nonius yang

digunakan). Mistar geser ditunjukan pada Gambar 2.8 dibawah ini

Gambar 2.8 Mistar geser ( Ujang Hendar 2009.)

2.5 Toleransi

Pada proses pengukuran dikenal juga istilah toleransi. Toleransi adalah dua

batas penyimpangan ukuran yang diizinkan, toleransi digambarkan sebagai sebuah

bidang segi empat (medan toleransi), yang di sebelah atas dibatasi oleh garis ukuran

terbesar dan di sebelah bawah oleh garis ukuran terkecil.

Medan toleransi dapat menempati kedudukan toleransi berikut terhadap

garis nol atau terhadap ukuran nominal, berikut adalah simbol penggunaan

toleransi:

Penampilan dudukan toleransi yang akan ditunjukan pada Gambar 2.9 Dibawah ini

Gambar 2.9 Penampilan dudukan toleransi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

12

Keterangan :

N :Ukuran nominal ialah ukuran yang dicantumkan pada gambar.

G :Ukuran terbesar ialah ukuran batas terbesar yang diperbolehkan

K :Ukuran terkecil ialah ukuran batas terkecil yang diperbolehkan

T :Toleransi ( T = G – K )

2.6 Marking (Penandaan)

Marking merupakan langkah awal dalam proses pengerjaan yaitu dengan

menggambar atau menandai lembaran plat baja atau plat siku yang akan dipotong

atau dibentuk sesuai dengan pola dan ukuran rancangan mesin. Penggoresan ialah

penggambaran garis-garis pola penggarapan pada benda kerja yang akan digarap.

Sebagai pedoman untuk pencantuman ukuran penggarapan digunakan gambar

kerja, untuk menandai plat tersebut digunakan alat berupa penggores, penitik,

kapur, spidol. Penandaan (marking) bertujuan untuk mempermudah dalam proses

pemotongan atau pembentukan.

Supaya garis penggoresan dapat terlihat dengan jelas, maka benda kerja

yang kasar dibubuhi pengolesan cairan kapur (kapur murni diaduk dengan air dan

perekat) atau dipenuhi dengan gosokan kapur tulis. Bidang benda kerja yang

mengkilap diolesi dengan larutan garam tembaga ditambahkan air akan terbentuk

suatu endapan tembaga yang memungkinkan penonjolan garis goresan dan sudut

pemeriksaan sehingga terlihat dengan jelas. Penggores yang akan ditunjukan pada

Gambar 2.10 dibawah ini.

Gambar 2.10 Penggores

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

13

2.7 Cutting (Pemotongan)

Pemotongan adalah proses pembentukan dengan cara memotong benda

kerja yang telah ditandai (mark) sesuai dengan pola atau ukuran. Macam-macam

pemotongan berdasarkan alat yang digunakan :

a. Gunting plat/ pisau potong baja dan gergaji tangan

b. Pemotongan dengan menggunakan mesin perkakas

2.7.1 Gunting Plat

Menggunting adalah memotong benda kerja dengan alat gunting, dalam

proses pengguntingan tidak mengurangi ukuran benda kerja yang digunting, karena

dalam pengguntingan tidak menghasilkan serpihan/ serbuk geram. Pada gunting

tangan prinsip kerjanya yaitu menggunakan sistem tuas untuk penyaluran gaya, jadi

semakin panjang lengan tuas yang terdapat pada gunting maka semakin kecil gaya

tuas yang harus disediakan.

Menurut kondisi gunting terdapat beberapa macam gunting tangan, yaitu :

a. Gunting lembaran atau gunting langsung

Digunakan untuk penyayatan langsung misalnya pengguntingan /

penyayatan jalur lurus atau lengkungan ringan pada lembaran plat.

b. Gunting sudut

Digunakan untuk memperoleh sayatan dengan alur menyudut.

Penggunaan mata pisau gunting yang terletak menyudut memungkinkan

penyayatan pada lokasi penyayatan yang sulit dijangkau.

c. Gunting lubang

Digunakan untuk penyayatan lubang atau menggunting lubang.

d. Gunting bundar

Mata pisau gunting bundar yang runcing cocok untuk penyayatan

liku dan pembuatan pola.

e. Gunting pola

Gunting pola pemakaiannya hampir sama dengan gunting bundar

karena memiliki daun gunting yang sama-sama runcing

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

14

f. Gunting pipa

Digunakan untuk penyayatan pada pipa plat.

Macam-Macam Gunting Plat yang akan ditunjukan pada Gambar 2.11 dibawah

Gambar 2.11 Gunting pipa

2.8 Paku Keling

Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit

untuk melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada

batang paku kelingnya.Oleh karena itu pengelingan banyak dipakai pada bangunan-

bangunan bergerak atau bergetar.

- Keuntungan: tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh

karena itu banyak dipakai pada pembebanan pembebanan dinamis.

- Kelemahan: ada pekerjaan mula berupa pengeboran lubang paku

kelingnya, dan kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama

paku keling dipasang.

2.8.1 Macam-macam paku keling

Tipe Head

• Snap Head: digunakan untuk pekerjaan struktur. Cara pemasangan

menggunakan mesin rivet.

• Counter Sunk Head: digunakan pada pembuatan kapal.

• Conical Head: digunakan pada produk- produk kerajinan tangan.

• Pan Head: memiliki kekuatan maksimum tetapi sukar dibentuk.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

15

Secara umum macam rivet yang ditunjukan pada Gambar 2.12 dibawah ini.

Gambar 2.12 Macam – macam Rivet

Pemasangan paku keling yang ditunjukan pada Gambar 2.13 berikut ini.

Gambar 2.13 Pemasangan rivet

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

16

2.9 Permesinan

2.9.1 Mesin bor

Mesin bor adalah mesin perkakas dengan gerak utama berputar. Mesin bor

merupakan mesin perkakas yang sederhana konstruksinya. Fungsi dari mesin bor

itu sendiri adalah digunakan untuk pengeboran, perluasan, pengetapan dan lain –

lain, dungan kata lain untuk pembuatan dan pengerjaan akhir lubang silindris.

Untuk lebih jelasnya kita lihat gambar 2.14, 2.15, 2.16 dan komponen

mesin bor tersebut.

Gambar 2.15 Mesin bor duduk

Ada beberapa macam mata bor seperti berikut :

Gambar 2.16 Jenis mata bor

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

17

Mesin bor ini mempunyai kapasitas pencekaman bor sampai maksimum 30

mm. Pada saat proses pengeboran dapat dihasilkan lubang yang lurus dan tegak,

ditentukan dari perhitungan pengerjaan yang tepat.

Sedangkan untuk menentukan kecepatan putar dapat digunakan rumus

sebagai berikut :

Kecepatan putar (n) = V.1000

𝜋.d

Dimana :

n = kecepatan putar bor (rpm )

V = kecepatan sayat (meter / menit )

d = garis tengah bor ( mm )

Selain itu terdapat rumus – rumus lain yang di pakai sebagai pedoman dalam

proses pengeboran adalah sebagai berikut :

Laju / gerak makan :

f= 0,084 √𝑑3

(mm/put)

Kecepatan makan:

Vf = f . n (mm/menit)

Panjang pengeboran :

l 𝑡 = ( l𝑣)+( l𝑤)+( l𝑛) (mm)

Dan untuk mencari lama waktu pengerjaan dapat digunakan rumus sebagai

berikut:

Waktu pemotongan (t𝑐) = l𝑡

Vf

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

18

dimana :

t c = Waktu pemotongan (menit)

lt = Panjang pemakanan (mm)

Vf = Kecepatan makan (mm/menit)

Sedangkan untuk menentukan kecepatan penghasilan gram menggunakan

rumus sebagai berikut :

kecepatan penghasilan gram : Z = π.d2

4 .

Vf

1000 ( 3 cm /menit).

2.9.2 Mesin bubut

Mesin bubut, termasuk mesin perkakas dengan gerak utama berputar. Hal

ini disebut gerak utama berputar, karena pada saat beroperasi, benda Kerjanya

yangberputar.Fungsiimesinnbubuttadalahhuntukkmemotong/menghilangkannseba

hagian dari benda kerja dengan gerak berputar, sehingga pada akhirnya menjadi

benda/produk yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Adapun jenis-

jenis kegiatan yang dapat dikerjakan pada mesin bubut adalah:

a) membubut lurus

b) membubut tirus atau konis

c) membubut alur

d) membor

e) membuat ulir

f) meng-kartel

g) mengetap

h) menyenai

Bagian – bagian mesin bubut Secara umum komponen utama dari mesin

bubut adalah seperti gambar 2.17 dibawah ini.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

19

Gambar 2.17 Mesin bubut

Kecepatan putar mesin yang akan kita atur tergantung pada ukuran dan

jenis bahan benda kerja yang akan dibubut. Dalam hal ini kita berpedoman pada

rumus:

Kecepatan putar (n) = V.1000

𝜋.d

Dimana:

n = kecepatan putar bor (rpm )

V = kecepatan sayat (meter / menit )

d = garis tengah bor ( mm )

Selain itu ada juga rumus rumus yang menjadi pedoman dalam pembubutan

adalah sebagai berikut :

Laju / gerak makan :

f= 0,084 √𝑑3

(mm/put)

Kecepatan makan:

Vf = f . n (mm/menit)

Kedalaman penusukan :

a = D−d

2 (mm)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

20

Waktu pemotongan :

tc = l𝑡

Vf

dimana :

t c = Waktu pemotongan (menit)

lt = Panjang pemakanan (mm)

Vf = Kecepatan makan (mm/menit)

Sedangkan untuk menentukan kapasitas chip yang terbuang

menggunakan rumus sebagai berikut :

Kapasitas chip yang terbuang (Q)

Q = A .V (cm3/menit)

2.10 Pengelasan

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam, dimana logam

menjadi satu akibat atau pengaruh tekanan atau dapat didefinisikan sebagai ikatan

metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antar atom. Macam dan jenis

pengelasan sangat banyak, sedangkan yang kami ketahui sangat terbatas.

2.10.1 Macam macam pengelasan

Pengelasan dibagi menjadi 2 macam atau golongan utama:

1) Berdasarkan prinisp dan cara kerja

a. Pengelasan cair

- Las busur listrik elektroda karbon

- Las busur listrik elektroda logam

- Las dengan penggunaan gas

b. Pengelasaan tekan

Las titik dan las tumpang.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

21

2) Berdasarkan energi yang digunakan

a. Las Listrik.

b. Las Asetilin

Las yang digunakan dalam pembuatan Mesin Penyapu Sampah ini adalah

las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik. Las listrik adalah proses

penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas.

Pencairan logam terjadi akibat hubungan singkat antarakedua buah kutub pada

mesin las yaitu benda kerja dan elektroda las. Jenis sambungan dengan

menggunakan mesin las listrik merupakan sambungan tetap. Secara umum

komponen utama dari mesin las listrikadalah seperti gambar 2.18 dibawah ini.

Gambar 2.18 Mesin Las listrik

Pada dasarnya elektroda dan benda kerja harus terbuat dari bahan yang

berupa, las listrik menggunakan batang elektroda sebagai bahan tambah dalam

proses peleburan logam, berfungsi untuk menambah ataupun menyambung logam.

2.10.2 Jenis Sambungan las

Jenis- jenis sambungan las bisa dilihat pada gambar 2.19 berikut ini :

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

22

Gambar 2.19 Jenis – jenis sambungan las

Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan benda kerja dapat

mencapai suhu tinggi, sehingga dapat mencairkan elektroda. Selaput elektroda yang

terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda

kawat las, busur listrik dan logam yang dilas dari udara luar. Cairan selaput

elektroda yang membeku akan menutup permukaan las yang berfungsi sebagai

pelindung dari oksidasi udara luar. Pemindahan cairan logam adalah seperti gambar

2.20 berikut ini :

Gambar 2.20 Pemindahan cairan logam dari elektroda ke bahan dasar

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

23

2.11 Finishing

2.11.1 Penggerindaan

Menggerinda berarti menggosok, menghaluskan dengan gerakan mengasah.

Dalam manufaktur ditnjukkan dengan pelepasan logam suatu rod amplas putar.

Penggunaan masin gerinda disini khususnya gerida tangan adalah untuk meratakan

benda setelah dilakukan pengelasan. Meratakan benda kerja yang akan dikerjakan

pada mesin dan penghalusan pada proses finishing. Mesin gerinda seperti

ditunjukan pada gambar 2.21 dibawah ini.

Gambar 2.21 Mesin gerinda duduk

Proses dalam menggerinda mempunyai keuntungan yang diantaranya:

1. Banyaknya mata potong kecil pada batu gerinda maka menimbulkan

penyelesaian yang sangat halus pada permukaan singgung dan permukaan

bantalan.

2. Penggerindaan dapat menyelesaikan pekerjaan sampai ukuran teliti dalam

waktu singkat.

Mesin gerinda terutama dirancang untuk menyelesaikan suku cadang yang

permukaannya silindris datar atau penyelesaian permukaan dalam. Jenis permukaan

yang dimesin sangat menentukan jenis dan mesin gerinda. Mesin yang dirancang

untuk beberapa fungsi khusus, misalnya penggerindaan perkakas atau memotong

putus, adalah dirancang menurut jenis operasi yang dilakukannya.

Pemilihan yang layak dari roda gerinda untuk keperluan yang pasti adalah

penting. Pemilihan dari roda yang sangat beraneka ragam sulit karena banyak faktor

yang tercakup. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan roda gerinda

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

24

adalah ukuran dan bentuk roda, bentuk standard yang tersedia ditunjukkan dalam

gambar2. masing-masing jenis memiliki nomor.

Gambar 2.22 Bentuk roda gerinda standard

2.11.2 Pengamplasan

Mengamplas adalah proses penghalusan permukaan benda kerja dengan

hasil penghalusan sampai ukuran mikron. Amplas ini merupakan bahan keras yang

telah diproses untuk memotong atau menghaluskan bahan yang lebih lunak. Hal ini

bukan berarti penyelesaian seperti penggerindaan atau penggosokkan secara

konvensional. Penggunaannya tidak terbatas tetapi juga termasuk amplas lapis dan

proses amplas bebas. Amplas lapis terdiri atas butiran amplas , sandaran dan

pengikat. Dengan penggunaan amplas bahan sampai tebal 12,5 mm dapat dilepas

yang dimungkinkan lebih ekonomis dari proses yang lain. Pengelompokan singkat

dari bahan amplas yang umum digunakan adalah :

1. Alamiah

a. Batu pasir atau kuarsa padat

b. Amril

c. Intan

d. Batu amplas (Garnet)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4 September 1849 dengan nomor paten

25

2. Buatan

a. Karbida silicon (SiC)

b. Oksida Alumunium

c. Karbida Boron

d. Oksida Zirkon

2.11.3 Pengecatan

Pengecatan adalah proses pelapisan warna yang bertujuan untuk mencegah

korosi. Korosi disebabkan oleh reaksi logam dengan unsur yang bukan logam dari

lingkungan. Dengan dilakukan pengecatan, maka proses korosi dapat dicegah.

Proses pengecatan dilakukan 3 tahapan yaitu :

1. Pengecatan dasar

Pengecatan dasar dilakukan dengan menggunakan bahan pelapis

dasar cat berupa epoxy, epoxy berfungsi untuk menutup pori – pori

permukaan benda kerja, sehingga pengecatan inti dapat terlihat halus

dan rata.

2. Pengecatan inti

Pengecatan inti ini dilakukan dengan cat besi yang dicampur dengan

pengencer (Thinner). Jarak penyemprotan antara spray gun dengan

permukaan bahan yang dicat kurang lebih 30 cm.

3. Pelapisan akhir

Pada pengerjaan akhir hasil pengecatan dilakukan proses pelapisan

dengan bahan anti gores yang bertujuan untuk melindungi cat inti

dari gesekan benda lain.