BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/48396/3/BAB II watermark.pdf · oleh seorang yang bernama...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sampah
Sampah (waste) adalah zat atau benda yang tidak terpakai lagi, baik berupa
buangan domestik (rumah tangga) maupun buangan pabrik,
Berdasarkan komposisi fisiknya sampah di bedakan menjadi sampah
organik dan sampah anorganik, Sampah organik, yaitu material sampah yang unsur
utamanya adalah karbon seperti, kertas, plastik, makanan sisa , sampah pekarangan
, tekstil/ karet
a. Sampah anorganik, yaitu material sampah yang unsur utamanya bukan
karbon seperti, kaca, logam, kotoran batu, debu.
Menurut data Dinas Pekerjaan Umum, berdasarkan cara pengolahan dan
pemanfaatannya, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Sampah basah (garbage), adalah sampah yang susunannya terdiri dari
bahan organik yang sifatnya mudah membusuk apabila di biakan dalam
keadaan basah, sampah yang termasuk pada jenis ini yaitu dedaunan,
sampah makanan, buah-buahan, sayuran dsb.
2. Sampah kering (rubbish), adalah sampah yang susunannya terdiri dari
bahan anorganik yang sebagian besar dan seluruh bagiannya susah
membusuk , jenis sampah ini dibedakan menjadi 2 (Dua), yaitu:
➢ Sampah kering logam, seperti seng, baut, mur, pipa besi tua, kaleng
bekas
➢ Sampah kering nonlogam terdiri atas :
• Sampah kering mudah terbakar (cobustible rubbish), seperti
kertas, kain, kayu, plastik, dsb.
• Sampah kering susah terbakar (noncombustible rubbish),
seperti kaca, gelas, pecahan botol, dsb.
5
3. Sampah lembut adalah sampah yang susunannya terdiri dari partikel-
paetikel halus yang mudah terbang serta membahayakan atau mengganggu
pernafasan dan mata, sampah ini terdiri dari:
➢ Debu, adalah partikel-partikel kecil yang berasal dari proses
mekanis, seperti serbuk kayu, debu pabrik semen, debu pabrik tenun,
dsb.
➢ Abu, adalah partikel-pertikel yang berasal dari proses pembakaran,
seperti abu dari pembakaran sekam kayu, pembakaran sampah
kering , dsb.
Selain jenis-jenis tersebut, pembagian golongan sampah secara khusus
yaitu :
1. Sampah berbahaya, seperti :
➢ Sampah beracun : pembungkus peptisida, racun dll.
➢ Sampah radioaktif : sampah nuklir
➢ Sampah patogen: sampah dari poliklinik dan rumah sakit
➢ Sampah ledakan: petasan, botol parfum, dll.
2. Sampah industri, yaitu sampah dari benda benda berharga seperti, surat-
surat rahasia negara dan dokumen penting lainnya.
3. Sampah jalan yang berasal dari sapuan jalan.
4. Sampah bangunan, yang terdiri dari potongan kayu , pecahan bata, bekas
adukan, dll.
5. Sampah kandang, yaitu makan sisa ternak, kotoran ternak.
6. Sampah lumpur, yaitu lumpur yang berasal dari selokan, septic tank, dll.
7. Sampah balokan, seperti mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang, dll.
kegiatan pengolahan sampah diantaranya : (1) pewadahan sampah, (2)
pengumpulan sampah, (3) pemindahan sampah, (4) pengangkutan sampah, (5)
pengolahan sampah, (6) pembungan akhir sampah.
Pewadahan sampah adalah proses pengolahan tahap awal, yang merupakan
usaha penempatan sampah pada wadah atau tempat agar tidak berserakan, tidak
mencemari lingkungan, tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Alat pewadahan
6
ini dinamakan tempat sampah. Pewadahan ini bersifat individual dan komunal
(dipakai ditempat umum).
Pengumpulan sampah (pengambilan sampah dari wadahnya di tiap sumber)
dilakukan oleh petugas organisasi formal baik unit pelaksana dari pemerintah
daerah (Pemda), petugas dari lingkungan masyarakat setempat, ataupun dari pihak
swasta yang telah ditunjuk oleh PemerintahiDaerahiSampah yang dikumpulkan
tersebut kemudian dipersiapkan untuk proses pemindahan atau pembuangan akhir.
Pengumpulan ini dapat bersifat individual (door to door) maupun pengumpulan
komunal.
Pemindahan sampah merupakan proses pemindahan hasil pengumpulan
sampah ke dalam peralatan pengangkutan (truk). Lokasi tempat berlangsungnya
proses pemindahan ini dikenal dengan nama Tempat Pembuangan Sementara yang
berfungsi langsung sebagai tempat pengomposan.
Pengankutan sampah berkaitan dengan membawa sampah dari lokasi
pemindahan ke lokasi pembuangan akhir. Kegiatan pengolahan dan pemanfaatan
bertujuan untuk mendaur ulang sampah yang ada untuk kegunaan yang lain.
Pengolahan juga dapat dilakukan dengan cara pengomposan sampah organik yang
nantinya menghasilkan kompos, proses pengepakan sampah anongarnik dan proses
pembakaran yang dapat manfaatkan energi panasnya.
Pembuangan akhir sampah adalah proses yang terakhir dalam siklus
pengolahan sampah. Pada fase ini dapat menggunakan berbagai macam metode
yang sederhana sampai yang menggunakan metode yang berteknologi tinggi.
Metode yang dikenal sebagai berikut :
1. Open dumping adalah membuang sampah pada tempat pembuangan akhir
secara terbuka pada lokasi tertentu.
2. Control landfill adalah pembuangan sampah pada tempat pembuangan akhir
sama seperti open dumping, hanya disini terdapat proses pengendalian dan
pengawasan sehingga lebih tertata.
7
3. Sanitary lanfill adalah pembuangan sampah pada tempat pembuangan akhir
dengan cara menimbun sampah kedalam tanah hingga periode waktu
tertentu.
2.2 Penyapu jalan (street sweeper )
Penyapu jalan (street sweeper) adalah orang atau mesin yang membersihkan
jalan, biasanya terdapat di area perkotaan. Penyapu jalan mekanis telah dipatenkan
oleh seorang yang bernama C. S. Bishop di Amerika Serikat pada tanggal 4
September 1849 dengan nomor paten 6699.Penyapu jalan mekanis temuan C. S.
Bishop dan beberapa penyapu jalan tipe elevator-belt ditunjukkan dalam Gambar 1
berikut nomor paten (US Patent Number) dan tahun patennya.
Gambar 2.1 Elevator-belt street sweeper.
Gambar paling bawah pada gambar 1 adalah kereta penyapu yang dipatenkan oleh
Charles brooks pada tahun 1986. Pada era itu desain masin menggunakan bantuan
kuda sebagai penggerak utama, sikat dan belt dengan mekanisme gear atau rantai.
Beberapa perusahaan besar secara khusus membuat mesin penyapu jalan
(street sweeper) untuk kepentingan komersial. Ada beberapa jenis mesin penyapu
8
dengan skala yang besar seperti kendaraan penyapu jalan VT650 yang merupakan
produk dari Allianz Sweeper Company.
Gambar 2.2 Penyapu jalan VT650
Sistem kerja kendaraan penyapu jalan VT650 ini bisa di lihat pada gambar 2.3
Kendaraan ini juga dilengkapi sister resirkulasi air dalam proses penyapuannya.
Gambar 2.3 Sistem kerja kendaraan penyapu VT650
Berdasarkan referensi, terdapat beberapa cara untuk menggerakkan
penyapu.Gerak yang umum dipakai pada mesin penyapu jalan adalah gerak
penyapuan vertikal dan gerak penyapuan horizontal. Gerak penyapuan secara
vertikal, dimaksudkan untuk mendapatkan fungsi penyapuan dengan arah vertikal.
Untuk mendapatkan gerak penyapuan ke arah vertikal ini, maka dudukan penyapu
harus dipasang secara horizontal. Mesin penyapu jalan yang menggunakan gerak
penyapuan biasanya dilengkapi dengan konveyor untuk menyalurkan sampah yang
dilontarkan oleh penyapu. Contoh mesin penyapu dengan gerak penyapuan vertical
ditunjukkan oleh Gambar 2.4.
9
Gambar 2.4 Contoh mesin penyapu vertikal
Adapun gerak penyapuan horizontal yang dimaksudkan untuk mendapat
fungsi dengan arah horizontal. Untuk mendapat fungsi ini maka dudukan penyapu
harus di pasang vertikal. Biasanya mesin punyapu yang menggunakan gerak
penyapuan horizontal ini dilengkapi dengan mekanisme penyedot sampah yang
disapu. Contoh mesin penyapu jalan dengan penyapuan horizontal diliat pada
gambar 2.5
Gambar 2.5 Mesin penyapu jalan dengan gerak sapuan horizontal
2.3 Mesin penyapu manual
Mesin ini bekerja dengan memanfaatkan gaya dorongan sang operator dan
tidak menggunakan motor, sehingga ramah lingkungn dan hemat energi.
Merupakan sebuah alat untuk membantu meringankan pekerjaan manusia dalam
hal menyapu dedaunan ataupun benda sampah ringan lain seperti kertas dan plastik.
10
Gambar 2.6 Mesin penyapu manual ( Ujang hendar 2009)
2.4 Pengukuran
Pengukuran berarti membandingkan suatu besaran yang akan diukur dengan
suatu ukuran pembanding yang telah ditera (alat ukur), pengukuran panjang
merupakan suatu pekerjaan awal yang dilakukan sebelum melakukan proses
pengerjaan logam.
Terdapat beberapa jenis alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
dimensi pada pengerjaan logam, diantaranya yaitu :
a. Mistar baja
Mistar adalah alat ukur yang paling sederhana, ketepatan
pengukuran pada mistar tipis atau bidang yang skalanya dimiringkan
berkisar sekitar 0,5 mm. Mistar baja ditunjukan pada Gambar 2.7
dibawah ini.
Gambar 2.7 Mistar baja
11
b. Mistar Geser (vernier calliper)
Alat ukur ini mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dari pada alat
ukur mistar baja. Alat ukur ini lebih banyak dgunakan untuk mengukur
besar diameter dan kedalaman dari benda kerja. Mistar geser
memungkinkan pengkuran dengan pembacaan sebesar 0,1 mm, 0,05
mm, atau 0,02 mm (bergantung pada jenis skala nonius yang
digunakan). Mistar geser ditunjukan pada Gambar 2.8 dibawah ini
Gambar 2.8 Mistar geser ( Ujang Hendar 2009.)
2.5 Toleransi
Pada proses pengukuran dikenal juga istilah toleransi. Toleransi adalah dua
batas penyimpangan ukuran yang diizinkan, toleransi digambarkan sebagai sebuah
bidang segi empat (medan toleransi), yang di sebelah atas dibatasi oleh garis ukuran
terbesar dan di sebelah bawah oleh garis ukuran terkecil.
Medan toleransi dapat menempati kedudukan toleransi berikut terhadap
garis nol atau terhadap ukuran nominal, berikut adalah simbol penggunaan
toleransi:
Penampilan dudukan toleransi yang akan ditunjukan pada Gambar 2.9 Dibawah ini
Gambar 2.9 Penampilan dudukan toleransi
12
Keterangan :
N :Ukuran nominal ialah ukuran yang dicantumkan pada gambar.
G :Ukuran terbesar ialah ukuran batas terbesar yang diperbolehkan
K :Ukuran terkecil ialah ukuran batas terkecil yang diperbolehkan
T :Toleransi ( T = G – K )
2.6 Marking (Penandaan)
Marking merupakan langkah awal dalam proses pengerjaan yaitu dengan
menggambar atau menandai lembaran plat baja atau plat siku yang akan dipotong
atau dibentuk sesuai dengan pola dan ukuran rancangan mesin. Penggoresan ialah
penggambaran garis-garis pola penggarapan pada benda kerja yang akan digarap.
Sebagai pedoman untuk pencantuman ukuran penggarapan digunakan gambar
kerja, untuk menandai plat tersebut digunakan alat berupa penggores, penitik,
kapur, spidol. Penandaan (marking) bertujuan untuk mempermudah dalam proses
pemotongan atau pembentukan.
Supaya garis penggoresan dapat terlihat dengan jelas, maka benda kerja
yang kasar dibubuhi pengolesan cairan kapur (kapur murni diaduk dengan air dan
perekat) atau dipenuhi dengan gosokan kapur tulis. Bidang benda kerja yang
mengkilap diolesi dengan larutan garam tembaga ditambahkan air akan terbentuk
suatu endapan tembaga yang memungkinkan penonjolan garis goresan dan sudut
pemeriksaan sehingga terlihat dengan jelas. Penggores yang akan ditunjukan pada
Gambar 2.10 dibawah ini.
Gambar 2.10 Penggores
13
2.7 Cutting (Pemotongan)
Pemotongan adalah proses pembentukan dengan cara memotong benda
kerja yang telah ditandai (mark) sesuai dengan pola atau ukuran. Macam-macam
pemotongan berdasarkan alat yang digunakan :
a. Gunting plat/ pisau potong baja dan gergaji tangan
b. Pemotongan dengan menggunakan mesin perkakas
2.7.1 Gunting Plat
Menggunting adalah memotong benda kerja dengan alat gunting, dalam
proses pengguntingan tidak mengurangi ukuran benda kerja yang digunting, karena
dalam pengguntingan tidak menghasilkan serpihan/ serbuk geram. Pada gunting
tangan prinsip kerjanya yaitu menggunakan sistem tuas untuk penyaluran gaya, jadi
semakin panjang lengan tuas yang terdapat pada gunting maka semakin kecil gaya
tuas yang harus disediakan.
Menurut kondisi gunting terdapat beberapa macam gunting tangan, yaitu :
a. Gunting lembaran atau gunting langsung
Digunakan untuk penyayatan langsung misalnya pengguntingan /
penyayatan jalur lurus atau lengkungan ringan pada lembaran plat.
b. Gunting sudut
Digunakan untuk memperoleh sayatan dengan alur menyudut.
Penggunaan mata pisau gunting yang terletak menyudut memungkinkan
penyayatan pada lokasi penyayatan yang sulit dijangkau.
c. Gunting lubang
Digunakan untuk penyayatan lubang atau menggunting lubang.
d. Gunting bundar
Mata pisau gunting bundar yang runcing cocok untuk penyayatan
liku dan pembuatan pola.
e. Gunting pola
Gunting pola pemakaiannya hampir sama dengan gunting bundar
karena memiliki daun gunting yang sama-sama runcing
14
f. Gunting pipa
Digunakan untuk penyayatan pada pipa plat.
Macam-Macam Gunting Plat yang akan ditunjukan pada Gambar 2.11 dibawah
Gambar 2.11 Gunting pipa
2.8 Paku Keling
Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit
untuk melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada
batang paku kelingnya.Oleh karena itu pengelingan banyak dipakai pada bangunan-
bangunan bergerak atau bergetar.
- Keuntungan: tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh
karena itu banyak dipakai pada pembebanan pembebanan dinamis.
- Kelemahan: ada pekerjaan mula berupa pengeboran lubang paku
kelingnya, dan kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama
paku keling dipasang.
2.8.1 Macam-macam paku keling
Tipe Head
• Snap Head: digunakan untuk pekerjaan struktur. Cara pemasangan
menggunakan mesin rivet.
• Counter Sunk Head: digunakan pada pembuatan kapal.
• Conical Head: digunakan pada produk- produk kerajinan tangan.
• Pan Head: memiliki kekuatan maksimum tetapi sukar dibentuk.
15
Secara umum macam rivet yang ditunjukan pada Gambar 2.12 dibawah ini.
Gambar 2.12 Macam – macam Rivet
Pemasangan paku keling yang ditunjukan pada Gambar 2.13 berikut ini.
Gambar 2.13 Pemasangan rivet
16
2.9 Permesinan
2.9.1 Mesin bor
Mesin bor adalah mesin perkakas dengan gerak utama berputar. Mesin bor
merupakan mesin perkakas yang sederhana konstruksinya. Fungsi dari mesin bor
itu sendiri adalah digunakan untuk pengeboran, perluasan, pengetapan dan lain –
lain, dungan kata lain untuk pembuatan dan pengerjaan akhir lubang silindris.
Untuk lebih jelasnya kita lihat gambar 2.14, 2.15, 2.16 dan komponen
mesin bor tersebut.
Gambar 2.15 Mesin bor duduk
Ada beberapa macam mata bor seperti berikut :
Gambar 2.16 Jenis mata bor
17
Mesin bor ini mempunyai kapasitas pencekaman bor sampai maksimum 30
mm. Pada saat proses pengeboran dapat dihasilkan lubang yang lurus dan tegak,
ditentukan dari perhitungan pengerjaan yang tepat.
Sedangkan untuk menentukan kecepatan putar dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
Kecepatan putar (n) = V.1000
𝜋.d
Dimana :
n = kecepatan putar bor (rpm )
V = kecepatan sayat (meter / menit )
d = garis tengah bor ( mm )
Selain itu terdapat rumus – rumus lain yang di pakai sebagai pedoman dalam
proses pengeboran adalah sebagai berikut :
Laju / gerak makan :
f= 0,084 √𝑑3
(mm/put)
Kecepatan makan:
Vf = f . n (mm/menit)
Panjang pengeboran :
l 𝑡 = ( l𝑣)+( l𝑤)+( l𝑛) (mm)
Dan untuk mencari lama waktu pengerjaan dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
Waktu pemotongan (t𝑐) = l𝑡
Vf
18
dimana :
t c = Waktu pemotongan (menit)
lt = Panjang pemakanan (mm)
Vf = Kecepatan makan (mm/menit)
Sedangkan untuk menentukan kecepatan penghasilan gram menggunakan
rumus sebagai berikut :
kecepatan penghasilan gram : Z = π.d2
4 .
Vf
1000 ( 3 cm /menit).
2.9.2 Mesin bubut
Mesin bubut, termasuk mesin perkakas dengan gerak utama berputar. Hal
ini disebut gerak utama berputar, karena pada saat beroperasi, benda Kerjanya
yangberputar.Fungsiimesinnbubuttadalahhuntukkmemotong/menghilangkannseba
hagian dari benda kerja dengan gerak berputar, sehingga pada akhirnya menjadi
benda/produk yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Adapun jenis-
jenis kegiatan yang dapat dikerjakan pada mesin bubut adalah:
a) membubut lurus
b) membubut tirus atau konis
c) membubut alur
d) membor
e) membuat ulir
f) meng-kartel
g) mengetap
h) menyenai
Bagian – bagian mesin bubut Secara umum komponen utama dari mesin
bubut adalah seperti gambar 2.17 dibawah ini.
19
Gambar 2.17 Mesin bubut
Kecepatan putar mesin yang akan kita atur tergantung pada ukuran dan
jenis bahan benda kerja yang akan dibubut. Dalam hal ini kita berpedoman pada
rumus:
Kecepatan putar (n) = V.1000
𝜋.d
Dimana:
n = kecepatan putar bor (rpm )
V = kecepatan sayat (meter / menit )
d = garis tengah bor ( mm )
Selain itu ada juga rumus rumus yang menjadi pedoman dalam pembubutan
adalah sebagai berikut :
Laju / gerak makan :
f= 0,084 √𝑑3
(mm/put)
Kecepatan makan:
Vf = f . n (mm/menit)
Kedalaman penusukan :
a = D−d
2 (mm)
20
Waktu pemotongan :
tc = l𝑡
Vf
dimana :
t c = Waktu pemotongan (menit)
lt = Panjang pemakanan (mm)
Vf = Kecepatan makan (mm/menit)
Sedangkan untuk menentukan kapasitas chip yang terbuang
menggunakan rumus sebagai berikut :
Kapasitas chip yang terbuang (Q)
Q = A .V (cm3/menit)
2.10 Pengelasan
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam, dimana logam
menjadi satu akibat atau pengaruh tekanan atau dapat didefinisikan sebagai ikatan
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antar atom. Macam dan jenis
pengelasan sangat banyak, sedangkan yang kami ketahui sangat terbatas.
2.10.1 Macam macam pengelasan
Pengelasan dibagi menjadi 2 macam atau golongan utama:
1) Berdasarkan prinisp dan cara kerja
a. Pengelasan cair
- Las busur listrik elektroda karbon
- Las busur listrik elektroda logam
- Las dengan penggunaan gas
b. Pengelasaan tekan
Las titik dan las tumpang.
21
2) Berdasarkan energi yang digunakan
a. Las Listrik.
b. Las Asetilin
Las yang digunakan dalam pembuatan Mesin Penyapu Sampah ini adalah
las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik. Las listrik adalah proses
penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas.
Pencairan logam terjadi akibat hubungan singkat antarakedua buah kutub pada
mesin las yaitu benda kerja dan elektroda las. Jenis sambungan dengan
menggunakan mesin las listrik merupakan sambungan tetap. Secara umum
komponen utama dari mesin las listrikadalah seperti gambar 2.18 dibawah ini.
Gambar 2.18 Mesin Las listrik
Pada dasarnya elektroda dan benda kerja harus terbuat dari bahan yang
berupa, las listrik menggunakan batang elektroda sebagai bahan tambah dalam
proses peleburan logam, berfungsi untuk menambah ataupun menyambung logam.
2.10.2 Jenis Sambungan las
Jenis- jenis sambungan las bisa dilihat pada gambar 2.19 berikut ini :
22
Gambar 2.19 Jenis – jenis sambungan las
Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan benda kerja dapat
mencapai suhu tinggi, sehingga dapat mencairkan elektroda. Selaput elektroda yang
terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda
kawat las, busur listrik dan logam yang dilas dari udara luar. Cairan selaput
elektroda yang membeku akan menutup permukaan las yang berfungsi sebagai
pelindung dari oksidasi udara luar. Pemindahan cairan logam adalah seperti gambar
2.20 berikut ini :
Gambar 2.20 Pemindahan cairan logam dari elektroda ke bahan dasar
23
2.11 Finishing
2.11.1 Penggerindaan
Menggerinda berarti menggosok, menghaluskan dengan gerakan mengasah.
Dalam manufaktur ditnjukkan dengan pelepasan logam suatu rod amplas putar.
Penggunaan masin gerinda disini khususnya gerida tangan adalah untuk meratakan
benda setelah dilakukan pengelasan. Meratakan benda kerja yang akan dikerjakan
pada mesin dan penghalusan pada proses finishing. Mesin gerinda seperti
ditunjukan pada gambar 2.21 dibawah ini.
Gambar 2.21 Mesin gerinda duduk
Proses dalam menggerinda mempunyai keuntungan yang diantaranya:
1. Banyaknya mata potong kecil pada batu gerinda maka menimbulkan
penyelesaian yang sangat halus pada permukaan singgung dan permukaan
bantalan.
2. Penggerindaan dapat menyelesaikan pekerjaan sampai ukuran teliti dalam
waktu singkat.
Mesin gerinda terutama dirancang untuk menyelesaikan suku cadang yang
permukaannya silindris datar atau penyelesaian permukaan dalam. Jenis permukaan
yang dimesin sangat menentukan jenis dan mesin gerinda. Mesin yang dirancang
untuk beberapa fungsi khusus, misalnya penggerindaan perkakas atau memotong
putus, adalah dirancang menurut jenis operasi yang dilakukannya.
Pemilihan yang layak dari roda gerinda untuk keperluan yang pasti adalah
penting. Pemilihan dari roda yang sangat beraneka ragam sulit karena banyak faktor
yang tercakup. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan roda gerinda
24
adalah ukuran dan bentuk roda, bentuk standard yang tersedia ditunjukkan dalam
gambar2. masing-masing jenis memiliki nomor.
Gambar 2.22 Bentuk roda gerinda standard
2.11.2 Pengamplasan
Mengamplas adalah proses penghalusan permukaan benda kerja dengan
hasil penghalusan sampai ukuran mikron. Amplas ini merupakan bahan keras yang
telah diproses untuk memotong atau menghaluskan bahan yang lebih lunak. Hal ini
bukan berarti penyelesaian seperti penggerindaan atau penggosokkan secara
konvensional. Penggunaannya tidak terbatas tetapi juga termasuk amplas lapis dan
proses amplas bebas. Amplas lapis terdiri atas butiran amplas , sandaran dan
pengikat. Dengan penggunaan amplas bahan sampai tebal 12,5 mm dapat dilepas
yang dimungkinkan lebih ekonomis dari proses yang lain. Pengelompokan singkat
dari bahan amplas yang umum digunakan adalah :
1. Alamiah
a. Batu pasir atau kuarsa padat
b. Amril
c. Intan
d. Batu amplas (Garnet)
25
2. Buatan
a. Karbida silicon (SiC)
b. Oksida Alumunium
c. Karbida Boron
d. Oksida Zirkon
2.11.3 Pengecatan
Pengecatan adalah proses pelapisan warna yang bertujuan untuk mencegah
korosi. Korosi disebabkan oleh reaksi logam dengan unsur yang bukan logam dari
lingkungan. Dengan dilakukan pengecatan, maka proses korosi dapat dicegah.
Proses pengecatan dilakukan 3 tahapan yaitu :
1. Pengecatan dasar
Pengecatan dasar dilakukan dengan menggunakan bahan pelapis
dasar cat berupa epoxy, epoxy berfungsi untuk menutup pori – pori
permukaan benda kerja, sehingga pengecatan inti dapat terlihat halus
dan rata.
2. Pengecatan inti
Pengecatan inti ini dilakukan dengan cat besi yang dicampur dengan
pengencer (Thinner). Jarak penyemprotan antara spray gun dengan
permukaan bahan yang dicat kurang lebih 30 cm.
3. Pelapisan akhir
Pada pengerjaan akhir hasil pengecatan dilakukan proses pelapisan
dengan bahan anti gores yang bertujuan untuk melindungi cat inti
dari gesekan benda lain.