BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN...

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol kualitas mikrobiologis sediaan nonsteril yang biasa digunakan di Pakistan (sediaan sirup, suspensi, tablet, krim, kapsul). Sampel diambil dari berbagai apotek di Pakistan sebanyak 133 sampel yang telah disimpan selama 6 bulan. Analisis mikrobiologi dilakukan menggunakan teknik pour plate dan total aerobic bacteri count. Media kultur yang digunakan yaitu Nutrien Agar, Sabouraud Dextrose Agar, Manitol Salt Agar, Salmonella Shigella Agar, Cetrimid Agar dan Metilen Blue agar. Didapatkan hasil krim dan kapsul tidak menunjukan jumlah bakteri, tablet terkandung 1,5x 10 3 bakteri aerobik, suspensi terkandung 6 x 10 3 bakteri aerobik, sirup terkandung 9 x 10 6 bakteri aerobik. Kesimpulanya bentuk sediaan tersebut telah terkontaminasi mikroba kecuali krim dan kapsul sedangkan sirup yang sangat terkontaminasi. Fatema, K. et al (2014) meneliti tentang tingkat kontaminasi mikroba pada sediaan oral yang digunakan pada anak-anak yang ada di kota Dhaka dengan menggunakan metode employing cultural, biochemical methods dan microbial isolation. Sejumlah 20 sampel di teliti selama 21 hari setelah penggunaan dan hasilnya seluruh sampel terkontaminasi mikroba dan jumlah mikroba meningkat setelah 21 hari penggunaan. Mikroba yang paling banyak ditemukan adalah staphylococcal, Selain itu bakteri Kleibsiella spp., Pseudomonas spp. dan E. coli juga ditemukan pada sampel tersebut. Al’Mamun, A. et al (2014) meneliti tentang kualitas mikrobiologi multivitamin dan sirup obat batuk dari berbagai merek yang dijual di apotek di kota Dhaka. Analisis mikrobiologi dilakukan menggunakan Teknik spread plate pada media kultur yang berbeda diantaranya nutrient agar, mannitol salt agar, agar MacConkey, agar mFC, agar TCBS, dan agar SS. Bakteri yang diteliti adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, total coliform, Vibrio cholerae, Salmonella spp. dan Shigella spp. Dari 11 multivitamin dan 12 sampel sirup yang diteliti menunjukan bahwa 50% sirup obat batuk dan 91% Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol kualitas mikrobiologis

sediaan nonsteril yang biasa digunakan di Pakistan (sediaan sirup, suspensi,

tablet, krim, kapsul). Sampel diambil dari berbagai apotek di Pakistan

sebanyak 133 sampel yang telah disimpan selama 6 bulan. Analisis

mikrobiologi dilakukan menggunakan teknik pour plate dan total aerobic

bacteri count. Media kultur yang digunakan yaitu Nutrien Agar, Sabouraud

Dextrose Agar, Manitol Salt Agar, Salmonella Shigella Agar, Cetrimid Agar

dan Metilen Blue agar. Didapatkan hasil krim dan kapsul tidak menunjukan

jumlah bakteri, tablet terkandung 1,5x 103 bakteri aerobik, suspensi

terkandung 6 x 103 bakteri aerobik, sirup terkandung 9 x 106 bakteri aerobik.

Kesimpulanya bentuk sediaan tersebut telah terkontaminasi mikroba kecuali

krim dan kapsul sedangkan sirup yang sangat terkontaminasi.

Fatema, K. et al (2014) meneliti tentang tingkat kontaminasi mikroba

pada sediaan oral yang digunakan pada anak-anak yang ada di kota Dhaka

dengan menggunakan metode employing cultural, biochemical methods dan

microbial isolation. Sejumlah 20 sampel di teliti selama 21 hari setelah

penggunaan dan hasilnya seluruh sampel terkontaminasi mikroba dan jumlah

mikroba meningkat setelah 21 hari penggunaan. Mikroba yang paling banyak

ditemukan adalah staphylococcal, Selain itu bakteri Kleibsiella spp.,

Pseudomonas spp. dan E. coli juga ditemukan pada sampel tersebut.

Al’Mamun, A. et al (2014) meneliti tentang kualitas mikrobiologi

multivitamin dan sirup obat batuk dari berbagai merek yang dijual di apotek

di kota Dhaka. Analisis mikrobiologi dilakukan menggunakan Teknik spread

plate pada media kultur yang berbeda diantaranya nutrient agar, mannitol salt

agar, agar MacConkey, agar mFC, agar TCBS, dan agar SS. Bakteri yang

diteliti adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, total coliform, Vibrio

cholerae, Salmonella spp. dan Shigella spp. Dari 11 multivitamin dan 12

sampel sirup yang diteliti menunjukan bahwa 50% sirup obat batuk dan 91%

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

sirup multivitamin menunjukan kualitas mikrobiologi yang masih memenuhi

standar USP yaitu (<102 cfu/ml). sementara kontaminasi utama dalam sirup

batuk adalah Staphylococcus aureus (75%), Escherichia coli (17%) dan total

coliform (42%), sirup multivitamin (9%) hanya mengandung Staphylococcus

aureus.

B. Landasan Teori

1. Sirup

Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat

pewangi dan merupakan lautan jernih berasa manis (Moh.Anief, 2007).

Sirup dalam perdagangan dibuat dari bahan-bahan awal yaitu dengan

menggabungkan masing-masing komponen tunggal dari sirup seperti

sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa, bahan terapeutik dan bahan-

bahan lain yang perlu dan diinaginkan. Sirup merupakan sediaan obat

yang menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat

yang rasanya tidak enak. Sirup terutama efektif dalam pemberian obat

untuk anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan

keengganan pada sebagian anak-anak untuk meminum obat. Kenyataan

bahwa sirup-sirup mengandung sedikit alkohol atau tidak, menambah

kesenangan di antara orang tua (Ansel,1989).

2. Parasetamol

Gambar 1.1 Struktur Kimia Parasetamol (Depkes RI,1979)

Parasetamol merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

pahit. Parasetamol larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

(95%)p, dalam 13 bagian aseton p, dalam 40 bagian gliserol p, dan

dalam 9 bagian propilenglikol p, larut dalam larutan alkali hidroksida

(Anonim, 1979).

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat penurun panas dan

pereda nyeri yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia (Tjay&

Rahardja, 2010).

Parasetamol adalah obat analgetik non narkotik dengan cara kerja

menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Saraf Pusat (SSP).

Parasetamol digunakan secara luas di berbagai Negara baik dalam bentuk

sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan

obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual

bebas (Lusiana, 2008)

Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksida

sedangkan pada tempat inflamasi terdapat leukosit yang melepaskan

peroksida sehinggan efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol

berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mylgia,

nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011).

Deskriptif Produk Obat Sirup merek X (ISO Volume 48)

- Tiap kemasan produk Obat Sirup merek X mengandung zat aktif

yaitu Parasetamol 120 mg/ 5 ml sirup.

- Indikasi

Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi, dan

menurunkan demam

- Dosis

1 tahun 2,5 ml 3-4x sehari, 1-2 tahun 5 ml 3-4x sehari, 2-6 tahun 5-

10 ml 3-4x sehari, 6-9 tahun 10-15 ml 3-4x sehari, 9-12 tahun 15-20

ml, 3-4 kali sehari.

- Kontra indikasi

Jangan diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif/

alergi obat parasetamol.

- Efek samping

Dapat menyebabkan kerusakan hati terutama jika penggunaanya

melebihi dosis yang dianjurkan, efek samping ringan pada saluran

pencernaan misalnya mual/muntah.

- Cara Penyimpanan

Simpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya matahri.

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

3. Penyimpanan Obat

Untuk menjaga kualitas obat, pengetahuan mengenai bagaimana cara

menyimpan obat yang baik sepatutnya dimiliki. Obat berbentuk sirup

memiliki kandungan air yang cukup banyak. Air adalah media kehidupan

yang baik, sehingga bakteri dan mikroorganisme dapat hidup dengan

baik dalam obat-obatan berbentuk sirup. Mikroorganisme ini ada yang

bersifat patogen sehingga dapat menyebabkan penyakit baru pada pasien

yang mengkonsumsi obat tersebut atau mikroorganisme ini dapat

merusak zat-zat yang terkadung dalam obat (Pratiwi,2008).

Obat berbentuk sirup biasanya mengandung gula yang cukup

banyak. Gula dalam kadar yang cukup tinggi pada obat berbentuk sirup

juga tidak dapat mencegah reaksi oksidasi yang mungkin terjadi. Oleh

sebab itu, botol cairan obat harus ditutup rapat-rapat untuk mencegah

masuknya udara yang membawa oksigen dan mikroorganisme selama

penyimpanan.Selain itu, obat sebaiknya disimpan dengan menjauhkan

atau menghindarkanya dari panas dan cahaya langsung.

Panas, cahaya, dan kondisi lembap dapat mempercepat reaksi

kerusakan obat. Oleh karena itu, obat sebaiknya disimpan didalam wadah

kedap cahaya (dalam wadah berwarna gelap atau coklat, atau botolnya

dapat dimasukan dalam kantong kertas atau dibiarkan tetap dalam karton

kemasanya) di tempat atau ruang yang bersuhu rendah (Pratiwi, 2008).

Menyimpan obat cair seperti sirup didalam ruangan bersuhu 20˚C

atau di dalam lemari pendingin bersuhu 5-10˚C dengan membungkusnya

terlebih dahulu dalam kantong kertas atau kantong plastik hitam adalah

salah satu cara yang dianjurkan untuk memperpanjang masa simpan obat.

Penyimpanan dalam freezer sangat tidak dianjurkan karena akan

mempercepat rusaknya obat. Obat juga sebaiknya tidak disimpan di

lemari dapur, karena suhunya agak panas. Membawa dan menyimpan

obat di dalam mobil juga tidak baik. Suhu di dalam mobil menjadi sangat

panas keika mobil diparkir dan AC dimatikan (Pratiwi, 2008).

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

4. Stabilitas

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk

bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristiknya sama dengan

yang dimilikinya pada saat dibuat (DepKes RI, 1995).

Efek terapeutik suatu obat tergantung dari banyak faktor antara lain

cara dan bentuk pemberian, efek fisikokimiawi yang menentukan

reabsorbsi, biotransformasi, dan ekskresinya dalam tubuh. Selain itu,

faktor individu serta kondisi fisiologi pengguna juga sangat berpengaruh.

Hal yang penting adalah stabilitas dari obat itu sendiri. Suatu obat akan

memberikan terapeutik yang baik jika obat tersebut dalam keadaan baik.

Stabilitas obat yang baik mempengaruhi mutu obat, mutu semua obat

yang boleh beredar harus terjamin baik dan diharapkan obat akan sampai

ke pasien dalam keadaan baik. Uji stabilitas dilakukan untuk menjamin

kualitas produk yang telah diluluskan dan beredar di pasaran. Uji

stabilitas yang dilakukan bermanfaat untuk mengetahui pengaruh faktor

lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter-parameter

stabilitas produk seperti kadar zat aktif (Luawo et al., 2012).

Penyimpanan obat yang kurang baik merupakan suatu masalah

dalam upaya peningkatan mutu obat. Syarat mutlak setiap obat yang

beredar adalah obat harus aman (safety), bermutu (quality) dan

bermanfaat (efficacy) (Luawo et al., 2012).

Ada lima kriteria untuk tingkat penerimaan stabilitas, yaitu :

a. Jenis Stabilitas

Kondisi yang dipertahankan sepanjang periode kondisi yang

dipertahankan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan

obat.

b. Kimia

Tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi yang

tertera pada etiket dalam batas yang diinginkan.

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

c. Fisika

Mempertahankan sifat fisika awal, termasuk penampilan, kesesuaian,

keseragaman, disolusi, dan kemampuan untuk disusupensikan.

d. Mikrobiologi

Sterilisasi atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba

dipertahankan sesuia dengan persyaratan yang dinyatakan. Zat

antimikroba yang ada mempertahankan efektifitas dalam batas yang

ditetapkan.

e. Toksikologi

Tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas (Depkes, 1995).

5. Stabilitas Mikrobiologi Pada Sediaan Obat Sirup

Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan di mana

sediaan bebas dari mikroorganisme atau tetap memenuhi syarat batas

mikroorganisme hingga batas waktu tertentu. Stabilitas mikrobiologi

pada sediaan sirup untuk menjaga atau mempertahankan jumlah dan

menekan pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan

sirup hingga jangka waktu tertentu yang diinginkan. Uji stabilitas

mikrobiologi sediaan sirup :

a. Jumlah cemaran mikroba ( uji batas mikroba ), untuk sediaan oral

(sirup, tablet, granul, sirup kering, granul) dan rektal :

- Total bakteri aerob : Tidak lebih dari 10.000 CFU / gram atau ml.

- Total jamur/fungi : Tidak lebih dari 100 CFU / gram atau ml

- Escherichia coli, staphyloccocus : negatif

b. Uji efektivitas pengawet

c. Untuk sediaan antibiotik dilakukan Penetapan Antibiotik secara

Mikrobiologi.

Menurut USP 40 pemeriksaan mikroorganisme spesifik pada

produk non steril yang direkomendasikan meliputi lima mikroorganisme

aerobik yaitu Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,

Escherichia coli, Salmonella dan Candida albicans.

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

6. Bakteri dan Jamur yang dapat Mengkontaminasi Sediaan Sirup

Bakteri yang menyebabkan penyakit atau infeksi pada sediaan sirup

meliputi :

a. Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang

berbentuk basil, ada yang individual (monobasil), saling berpasangan

(diplobasil), atau berkoloni membentuk rantai pendek (streptobasil),

berdiameter ± 1,1-1,5 x 2,0-0,6 µm. Kecepatan berkembang biak

bakteri ini berada pada interval 20 menit jika faktor media, derajat,

keasaman dan suhu sesuai. Bakteri ini tahan terhadap suhu ekstrim.

Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah 8 ˚C- 46 ˚C,

tetapi suhu optimalnya adalah 37 ˚C. Oleh karena itu bakteri tersebut

dapat hidup dalam tubuh manusia dan vertebrata lainya (Elfidasari,

2012).

Escherichia coli umumnya diketahui terdapat secara normal

dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Eschericia coli yang

menyebabkan penyakit pada manusia disebut Entero Pathogenic

Eschericia coli (EPEC). Ada 2 (dua) golongan E.coli penyebab

penyakit pada manusia. Golongan pertama disebut Entero Toxigenic

Eschericia coli (ETEC) yang mampu menghasilkan enterotoksin

dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti kolera. Waktu

inkubasi penyakit ini 8-24 jam dengan gejala diare, muntah-muntah

dan dehidrasi serupa dengan kolera. Dan golongan ke dua disebut

Entero Invasive Eschericia coli (EIEC), dimana sel-sel Eschericia

coli mampu menembus dinding usus dan meninkubasi 8-44 jam

(rata-rata 26 jam) dengan gejala demam, sakit kepala, kejang perut,

dan diare berdarah (Nurwantoro & Abbas, 2001).

Pada identifikasi bakteri Eschericia coli bersifat aerob dan

fakultatif anaerob oksidase negatif, sitrat negatif, terkadang

mengalami motilitas, katalase positif, menfermentasi karbohidrat

(Cowan and steel’s, 1993).

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

Klasifikasi Eschericia coli menurut Bergey’s Edisi 9 tahun 1994

sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Eschericha

Spesies : Esschericia coli

Bakteri ini selalu ada dalam saluran pencernaan hewan dan

manusia karena secara alamiah E.coli merupakan salah satu

penghuni tubuh. Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan cara

kontak langsung (bersentuhan, berjabat tangan) dan ditemukan

tersebar secara pasif di makanan atau minuman. (Melliawati, 2009).

Eschericia coli bisa menyebabkan diare yang berasal dari

makanan/minuman/obat yang terkontaminasi bakteri patogen

tersebut (Maradona, 2011).

b. Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif

berbentuk batang lurus atau lengkung, berukuran sekitar 0,6 x 2 µm.

Dapat ditemukan satu- satu, berpasangan, dan kadang-kadang

membentuk rantai pendek, tidak mempunyai spora, tidak mempunyai

selubung (sheath), serta mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal

pada kutub) sehingga selalu bergerak. Pseudomonas aeruginosa

aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis media

pembiakan, karena memiliki kebutuhan nutrisi yang sangat

sederhana. Metabolisme bersifat respiratorik tetapi dapat tumbuh

tanpa O2 bila tersedia NO3 sebagai akseptor elektron. Kadang-

kadang berbau manis atau menyerupai anggur yang dihasilkan oleh

aminoasetofenon. Beberapa strain menghemolisis darah.

P.aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 37-42˚C.

Pertumbuhanya pada suhu 24˚C membantu membedaknya dari

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

spesies pseudomonas lain dalam kelompok fluoresen. Bakteri ini

teroksidase positif, nontansfermenter, tetapi banyak starin

mengoksidasi glukosa. Bakteri ini merupakan bakteri aerobik dengan

unipolar motilitas bisa mengeluarkan berbagi pigmen, termasuk

pyocyanin, pyoverdine (Thammi, 2018). Spesies ini tahan terhadap

kondisi lingkungan yang merugikan. Telah terbukti tumbuh di suhu

37˚C (Yilmaz, 2017).

Klasifikasi Pseudomonas aeruginosa menurut Bergey’s Edisi 9

tahun 1994 sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Proteobacteria

Ordo : Pseudomonadales

Family : Pseudomonadales

Genus : Pseudomanas

Species : Pseudomonas aeruginosa

P.aeruginosa mempunyai pigmen yang larut dalam air. Bakteri

ini bersifat patogen opurtunistik, dapat menyebabkan infeksi pada

individu dengan ketahanan tubuh yang menurun, menyebabkan

infeksi pada saluran pernafasan bagian bawah, saluran kemih, mata.

Organisme ini juga merupakan penyebab 10-20% infeksi nosocomial

(Lutpiatina, 2017). Bakteri tersebut juga menyebabkan infeksi pada

luka bakar. Jika bakteri masuk melalui pungsi lumbal maka dapat

menyebabkan meningitis, dan jika bakteri masuk melalui kateter atau

larutan irigasi maka dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.

c. Staphylococcus aureus

Bakteri Staphylococcus aureus merupakan salah satu kuman

yang cukup kebal diantara mikroorganisme lainya, dan tahan pada

pemanasan 60˚C selama 30 menit. S. aureus tumbuh dengan baik

pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana aerobik atau

mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 37˚C tetapi,

pada pembentukan pigemen yang terbaik adalah pada temperatur

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

kamar (20-35˚C). Koloni pada media yang padat berbentuk bulat,

lembut, dan mengkilat. Staphylococcus aureus biasanya membentui

koloni abu-abu hingga kuning emas (Jawetz et al., 2008).

S.aureus merupakan bakteri gram positif. Secara makroskopik

bakteri tersebut berbentuk kokus menyerupai bola dengan garis

tengah ± 1 µm tersusun dalam kelompok-kelompok tidak tersusun

dalam kelompok-kelompok tidak teratur (menyerupai buah anggur),

dapat pula tersusun empat-empat (tetrad), membentuk rantai (3-4

sel), berpasangan atau satu-satu. Bakteri ini memiliki sifat non-motil,

non-spora, anaerob fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif.

S.aureus membentuk koloni (Dewi, 2013). Bakteri ini mampu

menghasilkan pigmen dan bakteri ini umumnya ditemukan didalam

udara, debu, limbah, tumbuh pada makanan dan menghasilkan

enterotoksin (Adrimarsya, 2014).

Menurut Syahrurahman dkk., (1993) klasifikasi

Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :

Ordo : Eubacteriales

Family : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Bakteri ini memproduksi enterotoksin yang bersifat stabil

terhadap pemanasan (termostabil), tahan terhadap aktivitas

pemecahan oleh enzim-enzim pencernaan, dan relatif resisten

terhadap pengeringan. Selain enterotoksin, bakteri ini juga

memproduksi hemolisin, yaitu toksin yang dapat merusak dan

memecah sel-sel darah merah. Makanan yang mengandung

enterotoksin, yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan

mencapai usus halus, selanjutnya dengan cepat toksin tersebut akan

merusak dinding usus halus dan menimbulkan sekresi jaringan usus.

Staphylococcus aureus penghasil enterotoksin yang bersifat

koagulasi positif (dapat menggumpalkan plasma darah), Gejala

umum penyakitnya adalah banyak mengeluarkan ludah,

mual,muntah kejang perut, diare berdarah dan mengandung mucus,

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

sakit kepala, kejang otot, lemas, nafas pendek dan suhu tubuh

dibawah normal. (Nurwantoro dan Siregar Abbas, 1997 ). Bakteri

S.aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai

dari infeksi kulit ringan, keracunan makanan sampai dengan infeksi

sistemik. Infeksi kulit yang biasanya disebabkan oleh S.aureus yaitu

impetigo, selulitis, folikutilis, dan abses (Rahmi et al, 2015).

Keracunan makanan yang disebabkan oleh S. aureus salah satu jenis

faktor virulensi yaitu Staphylococcus enterotoxin (Ses). Gejala

keracunan akibat S.aureus adalah kram perut, muntah-muntah yang

kadang-kadang diikuti oleh diare, hipotermia, lemah dan lesu lalu

bisa menyebabkan infeksi pneumonia dan meningitis (Adrimarsya,

2014).

d. Salmonella sp.

Salmonella adalah bakteri batang motil yang memiliki ciri khas

memfermentasi glukosa dan manosa tanpa menghasilkan gas, tetapi

tidak memfermentasi lakotas atau sukrosa. Sebagian besar dari

Salmonella bersifat patogenik terhadap manusia atau hewan jika

bakteri tertelan (Jawetz et al., 2012). Salmonella merupakan bakteri

gram negatif, memiliki flagel bersifat anaerob fakultatif, berkapsul

dan tidak membentuk spora. Bakteri ini hidup di saluran pencernaan,

hewan, manusia, tangan yang tidak bersih serta dapat menyebar

melalui makanan (Shinasal, 2018).

Berikut klasifikasi dari bakteri Salmonella (Pratiwi, 2011)

Kingdom : Proteobakteria

Kelas : Gamma proteobakteria

Bangsa : Enterobakteriales

Family : Enterobakteriaceae

Marga : Salmonella

Jenis : Salmonella enteric

Salmonella arizona

Salmonella typhi

Salmonella choleraesuis

Salmonella enteritidi

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

Salmonella adalah organisme yang mudah tumbuh pada

medium sederhana namun hampir tidak pernah memfermentasikan

laktosa dan sukrosa. Selain itu, organisme ini membentuk asam dan

kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa serta biasanya akan

menghasilkan H2S. Salmonella bisa bertahan dalam air yang

membeku untuk periode yang lama. Organisme ini juga resisten

terhadap bahan kimia tertentu yang bisa menghambat enteric yang

lain. Terdapat 2500 serotipe Salmonella yang dapat menginfeksi

manusia. Namun serotipe yang sering menjadi penyebab utama

infeksi manusia adalah sebagai berikut yaitu Salmonella paratiphi A.

(serogroup A), Salmonella paratiphi B (serogroup B), Salmonella

cholerastus (serogroup C1) dan Salmonella typhi (serogroup D)

(Brooks, 2007)

Menurut fardiaz, (1992) Salmonella merupakan bakteri

patogen yang berbahaya. Salmonella menyebabkan banyak penyakit

pada organ pencernaan. Kontaminasi Salmonella pada produk

makanan dapat menyebabkan demam tifoid dan keracunan makanan

dengan gejala demam tinggi, konstipasi, nyeri abdomen, pusing,

kulit gatal. Salmonella selain dapat menyebabkan demam tifus (S.

typi) juga bisa menyebabkan paratifus (S. paratyphi) dan juga

menyebabkan gejala gastrointestinal (gangguan perut).

e. Candida albicans

Candida albicans dikenal sebaga fungi dimorfik yang secara

normal ada pada saluran pencernaan , saluran pernafasan bagian atas

dan mukosa genital pada mamalia. Tetapi populasi yang meningkat

menimbulkan masalah. Beberapa spesies candida yang dikenal

banyak menimbulkan penyakit baik pada manusia maupun hewan

adalah Candida albicans. Jamur Candida albicans yaitu organisme

yang memiliki dua wujud dan bentuk secara simultan/dimorphic

organism. Pertama adalah yeast-like state (non-invasif dan sugar

fermenting organism) dan kedua adalah fungal form memproduksi

root-like structure /struktur seperti akar yang sangat panjang dan

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

dapat memasuki mukosa (invasif). Dinding sel C.albicans bersifat

dinamis dengan struktur berlapis. Jamur C.albicans tumbuh dengan

cepat di suhu ruang pada media pembenihan. Sel oval dengan

pembentukan tunas untuk memperbanyak diri. Jamur yang

bercabang dan membentuk hifa sejati. Jamur ini dapat dikenali

dengan kemampuan untuk membentuk tabung bening benih /germ

tubes dengan terbentuknya spora besar besar berdindingng tebal.

Candida albicans merupakan suatu jamur lonjong

berkembangbiak dengan bertunas yang menghasilkan

pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan

eksudat. Candida adalah flora normal selaput lendir saluran

pernafasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita. Pada tempat-

tempat tersebut jamur ini dapat menjadi dominasi dan dihubungkan

dengan keadaan patogen. Kadang-kadang jamur ini menyebabkan

penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau

kekebalanya tertekan. Candida dapat menimbulkan invasi dalam

aliran darah, trobolebitis, endokarditis, atau infeksi pada mata dan

organ-organ lain (Jawetz et al.,1995).

Klasifikasi Candida albicans adalah sebagai berikut :

Divisi : Ascomycota

Kelas : Saccharomycetes

Bangsa : Saccharomycetaceae

Suku : Candida

Marga : Candida

Spesies : Candida albicans

Sinonim : Candida stellatoidea atau oidium albicans.

Jamur C.albicans dapat menyebabkan kandidias adalah infeksi

jamur yang terjadi karena adanya pembiakan jamur secara

berlebihan yang masuk di dalam aliran darah terutama ketika

ketahanan fagositik host menurun. Kandidia oral memberikan gejala

bercak berwarna putih yang konfluen dan melekat pada mukosa oral

serta faring, khususnya dalam air dan lidah. Kandidias di kulit di

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

bagian intertriginosa yang mengalami maserasi serta menjadi merah,

dan didaerah perineum dan skrotum dapat disertai dengn lesipustuler

pada permukaan dalam paha. Lalu kandidias vulvovagina biasanya

menyebabkan keluhan gatal, keputihan, kemerahan di vagina,

disparenia, dysuria,pruritus, dan nyeri saat buang air kecil

(Mutiawati, 2016).

7. Cemaran Mikroba

Mikroba tumbuh dengan baik pada bahan yang lingkunganya

lembab dan hangat, mengandung zat gizi baik seperti pada bahan

pangan, pada lingkungan yang kotor. Oleh karena itu, bahan pangan

mudah sekali diserang mikroba jika berada pada lingkungan yang

kotor. Cemaran mikroba patogen dan mikroba penghasil racun ini

merupakan bahaya biologis dalam pangan (Rahayu, 2008).

Cemaran adalah bahan yang tidak dikehendaki ada dalam

makanan yang mungkin berasal dari lingkungan atau sebagai akibat

proses produksi makanan, dapat berupa cemaran biologis, kimia dan

benda asing yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan

kesehatan manusia (BPOM, 2012).

Pangan tercemar adalah pangan yang mengandung bahan

beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan

kesehatan atau jiwa manusia. Pangan yang mengandung cemaran yang

melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan. Pangan yang

mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau

mengandung bahan nabati atau hewani yang berpanyakit atau berasal

dari bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi

manusia, pangan yang sudah kadaluarsa (BPOM, 2012). Cemaran

biologis adalah cemaran didalam makanan yang berasal dari bahan

hayati, dapat berupa cemaran mikroba atau cemaran lainya seperti

cemaran protozoa dan nematoda (BPOM RI, 2009).

Cemaran mikroba adalah cemaran dalam makanan yang berasal

dari mikroba yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan

manusi (BPOM, 2012)

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

Tabel 2.1 Kriteria batas cemaran mikrobilogi kualitas

bentuk non steril)

Rute Administrasi Total Mikroba Aerobik

(cfu/gr atau cfu/Ml

Total jamur

(cfu/g atau cfu/mL)

Mikroorganisme

spesifik

Sediaan oral tidak

mengandung

cairan

103 102 Tidak ada

Escherichia coli

Sediaan oral

mengandung

cairan

102 101 Tidak ada

Escherichia coli

Rektal 103 102 -

Oromukosal

EtgNasal 102 101

Tidak ada

Staphylococcus aureus

Vaginal 102 101

Tidak ada

Pseudomonas

aeruginosa

Tidakada

Staphylococcus aureus

Tidak ada Candida

albicans

Transdermal 102 101 Tidak ada

Staphylococcus aureus

Inhalasi 102 101

Tidak ada

Pseudomonas

aeruginosa

Tidak ada

Staphylococcus aureus

Tidak ada bakteri gram

negative

Sumber : The International Pharmacopoeia - Seventh Edition, 2017

Kriteria kualitas mikrobiologi yang mengacu pada International

Pharmacopeia mengikuti ketentuan berikut : Total mikroba aerobik

101 CFU menunjukan bahwa jumlah maksimum mikroorganisme yang

dapat diterima yaitu 20 koloni, total mikroba aerobik 102 CFU

menunjukan bahwa jumlah maksimum mikroorganisme yang dapat

diterima yaitu 200 koloni dan total mikroba aerobik 103 CFU

menunjukan bahwa jumlah maksimum mikroorganisme yang dapat

diterima yaitu 2000 koloni.

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

C. KERANGKA KONSEP

Memungkinkan

terjadinya infeksi

atau penyebab

penyakit

Sediaan obat sirup parasetamol yang sudah digunakan

oleh responden dan disimpan oleh responden selama 21

hari dan 30 hari yang disimpan di suhu ruang

Sediaan obat sirup yang berpotensi ditumbuhi

bakteri dan jamur

Deteksi dan Identifikasi jenis bakteri dan jamur seperti bakteri

Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,

Salmonella sp., dan jamur Candida albicans

Ada

Tidak

Tidak memenuhi

syarat

Memenuhi Syarat

Penyimpanan obat yang tidak tepat akan berdampak

dapat merusak obat yang dapat mempengaruhi ketidak

efektifan pengobatan (Wondimu et al., 2015)

Sediaan obat sirup memiliki resiko besar terhadap

kontaminasi mikroba karena terdapat pemanis dan

kandungan air yang cukup banyak

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka dapat disusun hipotesis

sebagai berikut :

1. Sediaan obat sirup mengandung bakteri E. coli, S. aureus, P. aeruginosa,

Salmonella sp., dan jamur C. albicans yang dapat membahayakan

pasien.

2. Kualitas mikrobiologi bakteri E. coli, S. aureus, P. aeruginosa,

Salmonella sp., dan jamur C. albicans yang terdapat dalam sediaan

obat sirup tidak memenuhi syarat International Pharmacopoeia edisi VII.

3. Ada perbedaan hasil cemaran antara hari ke 21 dan hari ke 30

Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019