BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/9165/4/Bab II - Auliya khoirunnisa...BAB II TINJAUAN...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Aisha, R. et al (2018) meneliti tentang kontrol kualitas mikrobiologis
sediaan nonsteril yang biasa digunakan di Pakistan (sediaan sirup, suspensi,
tablet, krim, kapsul). Sampel diambil dari berbagai apotek di Pakistan
sebanyak 133 sampel yang telah disimpan selama 6 bulan. Analisis
mikrobiologi dilakukan menggunakan teknik pour plate dan total aerobic
bacteri count. Media kultur yang digunakan yaitu Nutrien Agar, Sabouraud
Dextrose Agar, Manitol Salt Agar, Salmonella Shigella Agar, Cetrimid Agar
dan Metilen Blue agar. Didapatkan hasil krim dan kapsul tidak menunjukan
jumlah bakteri, tablet terkandung 1,5x 103 bakteri aerobik, suspensi
terkandung 6 x 103 bakteri aerobik, sirup terkandung 9 x 106 bakteri aerobik.
Kesimpulanya bentuk sediaan tersebut telah terkontaminasi mikroba kecuali
krim dan kapsul sedangkan sirup yang sangat terkontaminasi.
Fatema, K. et al (2014) meneliti tentang tingkat kontaminasi mikroba
pada sediaan oral yang digunakan pada anak-anak yang ada di kota Dhaka
dengan menggunakan metode employing cultural, biochemical methods dan
microbial isolation. Sejumlah 20 sampel di teliti selama 21 hari setelah
penggunaan dan hasilnya seluruh sampel terkontaminasi mikroba dan jumlah
mikroba meningkat setelah 21 hari penggunaan. Mikroba yang paling banyak
ditemukan adalah staphylococcal, Selain itu bakteri Kleibsiella spp.,
Pseudomonas spp. dan E. coli juga ditemukan pada sampel tersebut.
Al’Mamun, A. et al (2014) meneliti tentang kualitas mikrobiologi
multivitamin dan sirup obat batuk dari berbagai merek yang dijual di apotek
di kota Dhaka. Analisis mikrobiologi dilakukan menggunakan Teknik spread
plate pada media kultur yang berbeda diantaranya nutrient agar, mannitol salt
agar, agar MacConkey, agar mFC, agar TCBS, dan agar SS. Bakteri yang
diteliti adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, total coliform, Vibrio
cholerae, Salmonella spp. dan Shigella spp. Dari 11 multivitamin dan 12
sampel sirup yang diteliti menunjukan bahwa 50% sirup obat batuk dan 91%
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
sirup multivitamin menunjukan kualitas mikrobiologi yang masih memenuhi
standar USP yaitu (<102 cfu/ml). sementara kontaminasi utama dalam sirup
batuk adalah Staphylococcus aureus (75%), Escherichia coli (17%) dan total
coliform (42%), sirup multivitamin (9%) hanya mengandung Staphylococcus
aureus.
B. Landasan Teori
1. Sirup
Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan lautan jernih berasa manis (Moh.Anief, 2007).
Sirup dalam perdagangan dibuat dari bahan-bahan awal yaitu dengan
menggabungkan masing-masing komponen tunggal dari sirup seperti
sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa, bahan terapeutik dan bahan-
bahan lain yang perlu dan diinaginkan. Sirup merupakan sediaan obat
yang menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat
yang rasanya tidak enak. Sirup terutama efektif dalam pemberian obat
untuk anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan
keengganan pada sebagian anak-anak untuk meminum obat. Kenyataan
bahwa sirup-sirup mengandung sedikit alkohol atau tidak, menambah
kesenangan di antara orang tua (Ansel,1989).
2. Parasetamol
Gambar 1.1 Struktur Kimia Parasetamol (Depkes RI,1979)
Parasetamol merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
pahit. Parasetamol larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%)p, dalam 13 bagian aseton p, dalam 40 bagian gliserol p, dan
dalam 9 bagian propilenglikol p, larut dalam larutan alkali hidroksida
(Anonim, 1979).
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat penurun panas dan
pereda nyeri yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia (Tjay&
Rahardja, 2010).
Parasetamol adalah obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Saraf Pusat (SSP).
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai Negara baik dalam bentuk
sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan
obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual
bebas (Lusiana, 2008)
Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksida
sedangkan pada tempat inflamasi terdapat leukosit yang melepaskan
peroksida sehinggan efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol
berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mylgia,
nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011).
Deskriptif Produk Obat Sirup merek X (ISO Volume 48)
- Tiap kemasan produk Obat Sirup merek X mengandung zat aktif
yaitu Parasetamol 120 mg/ 5 ml sirup.
- Indikasi
Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi, dan
menurunkan demam
- Dosis
1 tahun 2,5 ml 3-4x sehari, 1-2 tahun 5 ml 3-4x sehari, 2-6 tahun 5-
10 ml 3-4x sehari, 6-9 tahun 10-15 ml 3-4x sehari, 9-12 tahun 15-20
ml, 3-4 kali sehari.
- Kontra indikasi
Jangan diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif/
alergi obat parasetamol.
- Efek samping
Dapat menyebabkan kerusakan hati terutama jika penggunaanya
melebihi dosis yang dianjurkan, efek samping ringan pada saluran
pencernaan misalnya mual/muntah.
- Cara Penyimpanan
Simpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya matahri.
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
3. Penyimpanan Obat
Untuk menjaga kualitas obat, pengetahuan mengenai bagaimana cara
menyimpan obat yang baik sepatutnya dimiliki. Obat berbentuk sirup
memiliki kandungan air yang cukup banyak. Air adalah media kehidupan
yang baik, sehingga bakteri dan mikroorganisme dapat hidup dengan
baik dalam obat-obatan berbentuk sirup. Mikroorganisme ini ada yang
bersifat patogen sehingga dapat menyebabkan penyakit baru pada pasien
yang mengkonsumsi obat tersebut atau mikroorganisme ini dapat
merusak zat-zat yang terkadung dalam obat (Pratiwi,2008).
Obat berbentuk sirup biasanya mengandung gula yang cukup
banyak. Gula dalam kadar yang cukup tinggi pada obat berbentuk sirup
juga tidak dapat mencegah reaksi oksidasi yang mungkin terjadi. Oleh
sebab itu, botol cairan obat harus ditutup rapat-rapat untuk mencegah
masuknya udara yang membawa oksigen dan mikroorganisme selama
penyimpanan.Selain itu, obat sebaiknya disimpan dengan menjauhkan
atau menghindarkanya dari panas dan cahaya langsung.
Panas, cahaya, dan kondisi lembap dapat mempercepat reaksi
kerusakan obat. Oleh karena itu, obat sebaiknya disimpan didalam wadah
kedap cahaya (dalam wadah berwarna gelap atau coklat, atau botolnya
dapat dimasukan dalam kantong kertas atau dibiarkan tetap dalam karton
kemasanya) di tempat atau ruang yang bersuhu rendah (Pratiwi, 2008).
Menyimpan obat cair seperti sirup didalam ruangan bersuhu 20˚C
atau di dalam lemari pendingin bersuhu 5-10˚C dengan membungkusnya
terlebih dahulu dalam kantong kertas atau kantong plastik hitam adalah
salah satu cara yang dianjurkan untuk memperpanjang masa simpan obat.
Penyimpanan dalam freezer sangat tidak dianjurkan karena akan
mempercepat rusaknya obat. Obat juga sebaiknya tidak disimpan di
lemari dapur, karena suhunya agak panas. Membawa dan menyimpan
obat di dalam mobil juga tidak baik. Suhu di dalam mobil menjadi sangat
panas keika mobil diparkir dan AC dimatikan (Pratiwi, 2008).
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
4. Stabilitas
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk
bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristiknya sama dengan
yang dimilikinya pada saat dibuat (DepKes RI, 1995).
Efek terapeutik suatu obat tergantung dari banyak faktor antara lain
cara dan bentuk pemberian, efek fisikokimiawi yang menentukan
reabsorbsi, biotransformasi, dan ekskresinya dalam tubuh. Selain itu,
faktor individu serta kondisi fisiologi pengguna juga sangat berpengaruh.
Hal yang penting adalah stabilitas dari obat itu sendiri. Suatu obat akan
memberikan terapeutik yang baik jika obat tersebut dalam keadaan baik.
Stabilitas obat yang baik mempengaruhi mutu obat, mutu semua obat
yang boleh beredar harus terjamin baik dan diharapkan obat akan sampai
ke pasien dalam keadaan baik. Uji stabilitas dilakukan untuk menjamin
kualitas produk yang telah diluluskan dan beredar di pasaran. Uji
stabilitas yang dilakukan bermanfaat untuk mengetahui pengaruh faktor
lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter-parameter
stabilitas produk seperti kadar zat aktif (Luawo et al., 2012).
Penyimpanan obat yang kurang baik merupakan suatu masalah
dalam upaya peningkatan mutu obat. Syarat mutlak setiap obat yang
beredar adalah obat harus aman (safety), bermutu (quality) dan
bermanfaat (efficacy) (Luawo et al., 2012).
Ada lima kriteria untuk tingkat penerimaan stabilitas, yaitu :
a. Jenis Stabilitas
Kondisi yang dipertahankan sepanjang periode kondisi yang
dipertahankan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan
obat.
b. Kimia
Tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi yang
tertera pada etiket dalam batas yang diinginkan.
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
c. Fisika
Mempertahankan sifat fisika awal, termasuk penampilan, kesesuaian,
keseragaman, disolusi, dan kemampuan untuk disusupensikan.
d. Mikrobiologi
Sterilisasi atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba
dipertahankan sesuia dengan persyaratan yang dinyatakan. Zat
antimikroba yang ada mempertahankan efektifitas dalam batas yang
ditetapkan.
e. Toksikologi
Tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas (Depkes, 1995).
5. Stabilitas Mikrobiologi Pada Sediaan Obat Sirup
Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan di mana
sediaan bebas dari mikroorganisme atau tetap memenuhi syarat batas
mikroorganisme hingga batas waktu tertentu. Stabilitas mikrobiologi
pada sediaan sirup untuk menjaga atau mempertahankan jumlah dan
menekan pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan
sirup hingga jangka waktu tertentu yang diinginkan. Uji stabilitas
mikrobiologi sediaan sirup :
a. Jumlah cemaran mikroba ( uji batas mikroba ), untuk sediaan oral
(sirup, tablet, granul, sirup kering, granul) dan rektal :
- Total bakteri aerob : Tidak lebih dari 10.000 CFU / gram atau ml.
- Total jamur/fungi : Tidak lebih dari 100 CFU / gram atau ml
- Escherichia coli, staphyloccocus : negatif
b. Uji efektivitas pengawet
c. Untuk sediaan antibiotik dilakukan Penetapan Antibiotik secara
Mikrobiologi.
Menurut USP 40 pemeriksaan mikroorganisme spesifik pada
produk non steril yang direkomendasikan meliputi lima mikroorganisme
aerobik yaitu Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,
Escherichia coli, Salmonella dan Candida albicans.
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
6. Bakteri dan Jamur yang dapat Mengkontaminasi Sediaan Sirup
Bakteri yang menyebabkan penyakit atau infeksi pada sediaan sirup
meliputi :
a. Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang
berbentuk basil, ada yang individual (monobasil), saling berpasangan
(diplobasil), atau berkoloni membentuk rantai pendek (streptobasil),
berdiameter ± 1,1-1,5 x 2,0-0,6 µm. Kecepatan berkembang biak
bakteri ini berada pada interval 20 menit jika faktor media, derajat,
keasaman dan suhu sesuai. Bakteri ini tahan terhadap suhu ekstrim.
Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah 8 ˚C- 46 ˚C,
tetapi suhu optimalnya adalah 37 ˚C. Oleh karena itu bakteri tersebut
dapat hidup dalam tubuh manusia dan vertebrata lainya (Elfidasari,
2012).
Escherichia coli umumnya diketahui terdapat secara normal
dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Eschericia coli yang
menyebabkan penyakit pada manusia disebut Entero Pathogenic
Eschericia coli (EPEC). Ada 2 (dua) golongan E.coli penyebab
penyakit pada manusia. Golongan pertama disebut Entero Toxigenic
Eschericia coli (ETEC) yang mampu menghasilkan enterotoksin
dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti kolera. Waktu
inkubasi penyakit ini 8-24 jam dengan gejala diare, muntah-muntah
dan dehidrasi serupa dengan kolera. Dan golongan ke dua disebut
Entero Invasive Eschericia coli (EIEC), dimana sel-sel Eschericia
coli mampu menembus dinding usus dan meninkubasi 8-44 jam
(rata-rata 26 jam) dengan gejala demam, sakit kepala, kejang perut,
dan diare berdarah (Nurwantoro & Abbas, 2001).
Pada identifikasi bakteri Eschericia coli bersifat aerob dan
fakultatif anaerob oksidase negatif, sitrat negatif, terkadang
mengalami motilitas, katalase positif, menfermentasi karbohidrat
(Cowan and steel’s, 1993).
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Klasifikasi Eschericia coli menurut Bergey’s Edisi 9 tahun 1994
sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Eschericha
Spesies : Esschericia coli
Bakteri ini selalu ada dalam saluran pencernaan hewan dan
manusia karena secara alamiah E.coli merupakan salah satu
penghuni tubuh. Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan cara
kontak langsung (bersentuhan, berjabat tangan) dan ditemukan
tersebar secara pasif di makanan atau minuman. (Melliawati, 2009).
Eschericia coli bisa menyebabkan diare yang berasal dari
makanan/minuman/obat yang terkontaminasi bakteri patogen
tersebut (Maradona, 2011).
b. Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif
berbentuk batang lurus atau lengkung, berukuran sekitar 0,6 x 2 µm.
Dapat ditemukan satu- satu, berpasangan, dan kadang-kadang
membentuk rantai pendek, tidak mempunyai spora, tidak mempunyai
selubung (sheath), serta mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal
pada kutub) sehingga selalu bergerak. Pseudomonas aeruginosa
aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis media
pembiakan, karena memiliki kebutuhan nutrisi yang sangat
sederhana. Metabolisme bersifat respiratorik tetapi dapat tumbuh
tanpa O2 bila tersedia NO3 sebagai akseptor elektron. Kadang-
kadang berbau manis atau menyerupai anggur yang dihasilkan oleh
aminoasetofenon. Beberapa strain menghemolisis darah.
P.aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 37-42˚C.
Pertumbuhanya pada suhu 24˚C membantu membedaknya dari
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
spesies pseudomonas lain dalam kelompok fluoresen. Bakteri ini
teroksidase positif, nontansfermenter, tetapi banyak starin
mengoksidasi glukosa. Bakteri ini merupakan bakteri aerobik dengan
unipolar motilitas bisa mengeluarkan berbagi pigmen, termasuk
pyocyanin, pyoverdine (Thammi, 2018). Spesies ini tahan terhadap
kondisi lingkungan yang merugikan. Telah terbukti tumbuh di suhu
37˚C (Yilmaz, 2017).
Klasifikasi Pseudomonas aeruginosa menurut Bergey’s Edisi 9
tahun 1994 sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadales
Genus : Pseudomanas
Species : Pseudomonas aeruginosa
P.aeruginosa mempunyai pigmen yang larut dalam air. Bakteri
ini bersifat patogen opurtunistik, dapat menyebabkan infeksi pada
individu dengan ketahanan tubuh yang menurun, menyebabkan
infeksi pada saluran pernafasan bagian bawah, saluran kemih, mata.
Organisme ini juga merupakan penyebab 10-20% infeksi nosocomial
(Lutpiatina, 2017). Bakteri tersebut juga menyebabkan infeksi pada
luka bakar. Jika bakteri masuk melalui pungsi lumbal maka dapat
menyebabkan meningitis, dan jika bakteri masuk melalui kateter atau
larutan irigasi maka dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
c. Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan salah satu kuman
yang cukup kebal diantara mikroorganisme lainya, dan tahan pada
pemanasan 60˚C selama 30 menit. S. aureus tumbuh dengan baik
pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana aerobik atau
mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 37˚C tetapi,
pada pembentukan pigemen yang terbaik adalah pada temperatur
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
kamar (20-35˚C). Koloni pada media yang padat berbentuk bulat,
lembut, dan mengkilat. Staphylococcus aureus biasanya membentui
koloni abu-abu hingga kuning emas (Jawetz et al., 2008).
S.aureus merupakan bakteri gram positif. Secara makroskopik
bakteri tersebut berbentuk kokus menyerupai bola dengan garis
tengah ± 1 µm tersusun dalam kelompok-kelompok tidak tersusun
dalam kelompok-kelompok tidak teratur (menyerupai buah anggur),
dapat pula tersusun empat-empat (tetrad), membentuk rantai (3-4
sel), berpasangan atau satu-satu. Bakteri ini memiliki sifat non-motil,
non-spora, anaerob fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif.
S.aureus membentuk koloni (Dewi, 2013). Bakteri ini mampu
menghasilkan pigmen dan bakteri ini umumnya ditemukan didalam
udara, debu, limbah, tumbuh pada makanan dan menghasilkan
enterotoksin (Adrimarsya, 2014).
Menurut Syahrurahman dkk., (1993) klasifikasi
Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :
Ordo : Eubacteriales
Family : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus
Bakteri ini memproduksi enterotoksin yang bersifat stabil
terhadap pemanasan (termostabil), tahan terhadap aktivitas
pemecahan oleh enzim-enzim pencernaan, dan relatif resisten
terhadap pengeringan. Selain enterotoksin, bakteri ini juga
memproduksi hemolisin, yaitu toksin yang dapat merusak dan
memecah sel-sel darah merah. Makanan yang mengandung
enterotoksin, yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan
mencapai usus halus, selanjutnya dengan cepat toksin tersebut akan
merusak dinding usus halus dan menimbulkan sekresi jaringan usus.
Staphylococcus aureus penghasil enterotoksin yang bersifat
koagulasi positif (dapat menggumpalkan plasma darah), Gejala
umum penyakitnya adalah banyak mengeluarkan ludah,
mual,muntah kejang perut, diare berdarah dan mengandung mucus,
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
sakit kepala, kejang otot, lemas, nafas pendek dan suhu tubuh
dibawah normal. (Nurwantoro dan Siregar Abbas, 1997 ). Bakteri
S.aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai
dari infeksi kulit ringan, keracunan makanan sampai dengan infeksi
sistemik. Infeksi kulit yang biasanya disebabkan oleh S.aureus yaitu
impetigo, selulitis, folikutilis, dan abses (Rahmi et al, 2015).
Keracunan makanan yang disebabkan oleh S. aureus salah satu jenis
faktor virulensi yaitu Staphylococcus enterotoxin (Ses). Gejala
keracunan akibat S.aureus adalah kram perut, muntah-muntah yang
kadang-kadang diikuti oleh diare, hipotermia, lemah dan lesu lalu
bisa menyebabkan infeksi pneumonia dan meningitis (Adrimarsya,
2014).
d. Salmonella sp.
Salmonella adalah bakteri batang motil yang memiliki ciri khas
memfermentasi glukosa dan manosa tanpa menghasilkan gas, tetapi
tidak memfermentasi lakotas atau sukrosa. Sebagian besar dari
Salmonella bersifat patogenik terhadap manusia atau hewan jika
bakteri tertelan (Jawetz et al., 2012). Salmonella merupakan bakteri
gram negatif, memiliki flagel bersifat anaerob fakultatif, berkapsul
dan tidak membentuk spora. Bakteri ini hidup di saluran pencernaan,
hewan, manusia, tangan yang tidak bersih serta dapat menyebar
melalui makanan (Shinasal, 2018).
Berikut klasifikasi dari bakteri Salmonella (Pratiwi, 2011)
Kingdom : Proteobakteria
Kelas : Gamma proteobakteria
Bangsa : Enterobakteriales
Family : Enterobakteriaceae
Marga : Salmonella
Jenis : Salmonella enteric
Salmonella arizona
Salmonella typhi
Salmonella choleraesuis
Salmonella enteritidi
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Salmonella adalah organisme yang mudah tumbuh pada
medium sederhana namun hampir tidak pernah memfermentasikan
laktosa dan sukrosa. Selain itu, organisme ini membentuk asam dan
kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa serta biasanya akan
menghasilkan H2S. Salmonella bisa bertahan dalam air yang
membeku untuk periode yang lama. Organisme ini juga resisten
terhadap bahan kimia tertentu yang bisa menghambat enteric yang
lain. Terdapat 2500 serotipe Salmonella yang dapat menginfeksi
manusia. Namun serotipe yang sering menjadi penyebab utama
infeksi manusia adalah sebagai berikut yaitu Salmonella paratiphi A.
(serogroup A), Salmonella paratiphi B (serogroup B), Salmonella
cholerastus (serogroup C1) dan Salmonella typhi (serogroup D)
(Brooks, 2007)
Menurut fardiaz, (1992) Salmonella merupakan bakteri
patogen yang berbahaya. Salmonella menyebabkan banyak penyakit
pada organ pencernaan. Kontaminasi Salmonella pada produk
makanan dapat menyebabkan demam tifoid dan keracunan makanan
dengan gejala demam tinggi, konstipasi, nyeri abdomen, pusing,
kulit gatal. Salmonella selain dapat menyebabkan demam tifus (S.
typi) juga bisa menyebabkan paratifus (S. paratyphi) dan juga
menyebabkan gejala gastrointestinal (gangguan perut).
e. Candida albicans
Candida albicans dikenal sebaga fungi dimorfik yang secara
normal ada pada saluran pencernaan , saluran pernafasan bagian atas
dan mukosa genital pada mamalia. Tetapi populasi yang meningkat
menimbulkan masalah. Beberapa spesies candida yang dikenal
banyak menimbulkan penyakit baik pada manusia maupun hewan
adalah Candida albicans. Jamur Candida albicans yaitu organisme
yang memiliki dua wujud dan bentuk secara simultan/dimorphic
organism. Pertama adalah yeast-like state (non-invasif dan sugar
fermenting organism) dan kedua adalah fungal form memproduksi
root-like structure /struktur seperti akar yang sangat panjang dan
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
dapat memasuki mukosa (invasif). Dinding sel C.albicans bersifat
dinamis dengan struktur berlapis. Jamur C.albicans tumbuh dengan
cepat di suhu ruang pada media pembenihan. Sel oval dengan
pembentukan tunas untuk memperbanyak diri. Jamur yang
bercabang dan membentuk hifa sejati. Jamur ini dapat dikenali
dengan kemampuan untuk membentuk tabung bening benih /germ
tubes dengan terbentuknya spora besar besar berdindingng tebal.
Candida albicans merupakan suatu jamur lonjong
berkembangbiak dengan bertunas yang menghasilkan
pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan
eksudat. Candida adalah flora normal selaput lendir saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita. Pada tempat-
tempat tersebut jamur ini dapat menjadi dominasi dan dihubungkan
dengan keadaan patogen. Kadang-kadang jamur ini menyebabkan
penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau
kekebalanya tertekan. Candida dapat menimbulkan invasi dalam
aliran darah, trobolebitis, endokarditis, atau infeksi pada mata dan
organ-organ lain (Jawetz et al.,1995).
Klasifikasi Candida albicans adalah sebagai berikut :
Divisi : Ascomycota
Kelas : Saccharomycetes
Bangsa : Saccharomycetaceae
Suku : Candida
Marga : Candida
Spesies : Candida albicans
Sinonim : Candida stellatoidea atau oidium albicans.
Jamur C.albicans dapat menyebabkan kandidias adalah infeksi
jamur yang terjadi karena adanya pembiakan jamur secara
berlebihan yang masuk di dalam aliran darah terutama ketika
ketahanan fagositik host menurun. Kandidia oral memberikan gejala
bercak berwarna putih yang konfluen dan melekat pada mukosa oral
serta faring, khususnya dalam air dan lidah. Kandidias di kulit di
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
bagian intertriginosa yang mengalami maserasi serta menjadi merah,
dan didaerah perineum dan skrotum dapat disertai dengn lesipustuler
pada permukaan dalam paha. Lalu kandidias vulvovagina biasanya
menyebabkan keluhan gatal, keputihan, kemerahan di vagina,
disparenia, dysuria,pruritus, dan nyeri saat buang air kecil
(Mutiawati, 2016).
7. Cemaran Mikroba
Mikroba tumbuh dengan baik pada bahan yang lingkunganya
lembab dan hangat, mengandung zat gizi baik seperti pada bahan
pangan, pada lingkungan yang kotor. Oleh karena itu, bahan pangan
mudah sekali diserang mikroba jika berada pada lingkungan yang
kotor. Cemaran mikroba patogen dan mikroba penghasil racun ini
merupakan bahaya biologis dalam pangan (Rahayu, 2008).
Cemaran adalah bahan yang tidak dikehendaki ada dalam
makanan yang mungkin berasal dari lingkungan atau sebagai akibat
proses produksi makanan, dapat berupa cemaran biologis, kimia dan
benda asing yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan
kesehatan manusia (BPOM, 2012).
Pangan tercemar adalah pangan yang mengandung bahan
beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan
kesehatan atau jiwa manusia. Pangan yang mengandung cemaran yang
melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan. Pangan yang
mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau
mengandung bahan nabati atau hewani yang berpanyakit atau berasal
dari bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi
manusia, pangan yang sudah kadaluarsa (BPOM, 2012). Cemaran
biologis adalah cemaran didalam makanan yang berasal dari bahan
hayati, dapat berupa cemaran mikroba atau cemaran lainya seperti
cemaran protozoa dan nematoda (BPOM RI, 2009).
Cemaran mikroba adalah cemaran dalam makanan yang berasal
dari mikroba yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan
manusi (BPOM, 2012)
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Tabel 2.1 Kriteria batas cemaran mikrobilogi kualitas
bentuk non steril)
Rute Administrasi Total Mikroba Aerobik
(cfu/gr atau cfu/Ml
Total jamur
(cfu/g atau cfu/mL)
Mikroorganisme
spesifik
Sediaan oral tidak
mengandung
cairan
103 102 Tidak ada
Escherichia coli
Sediaan oral
mengandung
cairan
102 101 Tidak ada
Escherichia coli
Rektal 103 102 -
Oromukosal
EtgNasal 102 101
Tidak ada
Staphylococcus aureus
Vaginal 102 101
Tidak ada
Pseudomonas
aeruginosa
Tidakada
Staphylococcus aureus
Tidak ada Candida
albicans
Transdermal 102 101 Tidak ada
Staphylococcus aureus
Inhalasi 102 101
Tidak ada
Pseudomonas
aeruginosa
Tidak ada
Staphylococcus aureus
Tidak ada bakteri gram
negative
Sumber : The International Pharmacopoeia - Seventh Edition, 2017
Kriteria kualitas mikrobiologi yang mengacu pada International
Pharmacopeia mengikuti ketentuan berikut : Total mikroba aerobik
101 CFU menunjukan bahwa jumlah maksimum mikroorganisme yang
dapat diterima yaitu 20 koloni, total mikroba aerobik 102 CFU
menunjukan bahwa jumlah maksimum mikroorganisme yang dapat
diterima yaitu 200 koloni dan total mikroba aerobik 103 CFU
menunjukan bahwa jumlah maksimum mikroorganisme yang dapat
diterima yaitu 2000 koloni.
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
C. KERANGKA KONSEP
Memungkinkan
terjadinya infeksi
atau penyebab
penyakit
Sediaan obat sirup parasetamol yang sudah digunakan
oleh responden dan disimpan oleh responden selama 21
hari dan 30 hari yang disimpan di suhu ruang
Sediaan obat sirup yang berpotensi ditumbuhi
bakteri dan jamur
Deteksi dan Identifikasi jenis bakteri dan jamur seperti bakteri
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,
Salmonella sp., dan jamur Candida albicans
Ada
Tidak
Tidak memenuhi
syarat
Memenuhi Syarat
Penyimpanan obat yang tidak tepat akan berdampak
dapat merusak obat yang dapat mempengaruhi ketidak
efektifan pengobatan (Wondimu et al., 2015)
Sediaan obat sirup memiliki resiko besar terhadap
kontaminasi mikroba karena terdapat pemanis dan
kandungan air yang cukup banyak
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep diatas maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut :
1. Sediaan obat sirup mengandung bakteri E. coli, S. aureus, P. aeruginosa,
Salmonella sp., dan jamur C. albicans yang dapat membahayakan
pasien.
2. Kualitas mikrobiologi bakteri E. coli, S. aureus, P. aeruginosa,
Salmonella sp., dan jamur C. albicans yang terdapat dalam sediaan
obat sirup tidak memenuhi syarat International Pharmacopoeia edisi VII.
3. Ada perbedaan hasil cemaran antara hari ke 21 dan hari ke 30
Identifikasi Cemaran Microba ..., Auliya Khoerunis, Fakultas Farmasi UMP, 2019