BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf ·...

21
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bayi 2.1.1 Masa Bayi Awal Bayi merupakan awal pertumbuhan dan perkembangan setelah proses kelahiran. Masa bayi merupakan periode sejak lahir sampai usia 12 bulan, pada bulan pertama kehidupan merupakan masa kritis karena banyak mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ- organ tubuh mulai berfungsi (Ronald, 2011). Masa Janin (Prenatal) sampai usia 6 bulan termasuk dalam tahap pertama atau masa bayi dini. Bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan mengalami maturasi (kematangan) sistem organ tubuh secara progresif dan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Wong et al, 2008). 2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Usia 0 – 6 Bulan 1. Definisi Petumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan dan perkembangan merupakan satu- kesatuan yang mencerminkan berbagai perubahan yang terjadi selama proses kehidupan berlangsung. Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri (menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian sel) di seluruh tubuh secara kuantitatif yang dapat diukur. Perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih tinggi, proses diferensiasi sel- sel tubuh. Jaringan tubuh memenuhi fungsinya masing- masing serta

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Bayi

2.1.1 Masa Bayi Awal

Bayi merupakan awal pertumbuhan dan perkembangan setelah proses

kelahiran. Masa bayi merupakan periode sejak lahir sampai usia 12 bulan,

pada bulan pertama kehidupan merupakan masa kritis karena banyak

mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta

organ- organ tubuh mulai berfungsi (Ronald, 2011). Masa Janin (Prenatal)

sampai usia 6 bulan termasuk dalam tahap pertama atau masa bayi dini. Bayi

sejak lahir hingga usia 6 bulan mengalami maturasi (kematangan) sistem

organ tubuh secara progresif dan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat

(Wong et al, 2008).

2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Usia 0 – 6 Bulan

1. Definisi Petumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan satu- kesatuan yang

mencerminkan berbagai perubahan yang terjadi selama proses kehidupan

berlangsung. Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada

saat membelah diri (menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau

sebagian sel) di seluruh tubuh secara kuantitatif yang dapat diukur.

Perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap,

perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih tinggi, proses diferensiasi

sel- sel tubuh. Jaringan tubuh memenuhi fungsinya masing- masing serta

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

9

perkembangan emosi dan intelektual sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Wong et al, 2008).

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Gastrointestinal Bayi

Fungsi utama traktus gastrointestinal adalah pencernaan dan absorpsi

nutrien dan air, eleminasi produksi sisa, dan sekresi zat yang dibutuhkan

untuk pencernaan. Saat lahir traktus gastrointestinal masih belum sempurna

sampai usia 2 tahun pertama. Karena traktus gastrointestinal belum terbentuk

sempurna maka banyak perbedaan yang terdapat antara traktus digestif bayi

atau anak- anak dan orang dewasa. Contohnya, tonus otot sfingter esofagus

bagian bawah belum dianggap seperti orang dewasa sampai usia 1 bulan.

Kelemahan tonus otot sfingter ini dapat menjelaskan mengapa bayi seringkali

mengalami regurgitasi setelah pemberian makanan (ASI) (Engel, 2009).

Peristaltik pada anak berlangsung cepat, dengan waktu pengosongan

berkisar 2½ sampai 3 jam pada bayi baru lahir dan 3- 6 jam pada bayi yang

lebih besar dan anak- anak. Kapasitas lambung bayi pada neonatus,

dibandingkan dengan 10- 200 ml pada bayi usia 2 tahun, 1500 ml pada remaja

usia 16 tahun, dan 2000- 3000 ml pada orang dewasa. Lambung berbentuk

bulat dan terletak agak horizontal sampai usia 2 tahun. Sel- sel parietal

lambung belum memproduksi asam klorida seperti pada orang dewasa sampai

usia 6 bulan. Refleks gastrokolik atau gerakan isi lambung ke arah kolon,

terjadi cepat pada bayi muda, seperti ditandai dengan frekuensi buang air

besar yang sering. Usus yang berkembang sangat cepat di dalam uterus,

mengalami dorongan pertumbuhan lebih lanjut ketika anak berusia 1- 3 tahun

dan kemudian pada usia 15- 16 tahun. Otot- otot anus pada bayi berkembang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

10

setelah lahir karena bayi menjadi lebih tegak kemudian menjadi mampu

mengendalikan defekasi secara volunter (Engel, 2009).

Gambar 2.1 Anatomi Lambung Bayi

2.2 Konsep Teknik Menyusui

2.2.1 Definisi Menyusui

Menyusui adalah memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir

atau dikenal juga dengan istilah Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Proses

menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menelan dan

menghisap ASI disebut dengan laktasi. Pemberian ASI eksklusif diberikan

pada bayi baru lahir hingga usia 6 bulan, dan lanjutkan hingga usia 2 tahun

agar anak mendapatkan kekebalan tubuh yang alami dari ASI (Setegn, 2012).

2.2.2 Teknik Menyusui

Menyusui merupakan proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada

bayi dari payudara ibu. Bayi akan menggunakan reflek menghisap (Suckling

Reflex) untuk mendapatkan dan menelan susu. Teknik menyusui yang tidak

tepat dapat menyebabkan komplikasi pada ibu dan bayi yaitu puting susu

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

11

lecet, payudara bengkak, mastitis dan mengakibatkan bayi mengalami

regurgitasi (Tella et al, 2013).

Gambar 2.2 Teknik Menyusui Tepat dan Tidak Tepat (Tella et al, 2016)

Teknik pelekatan pada proses menyusui sangat berpengaruh pada

keberhasilan menyusui, apabila teknik pelekatan tidak tepat maka udara akan

masuk bersama ASI dan akan mengakibatkan regurgitasi. Teknik menyusui

yang benar Menurut (WHO 2009) adalah: 1.) Hadapkan bayi ke payudara

dengan posisi hidung bayi berhadapan dengan puting payudara. Puting

payudara diatas bibir bayi. Dagu menempel di payudara (Contact Point); 2.)

Beri rangsangan (Rooting Reflex) pada bibir bawah, dagu, atau pipi bayi dengan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

12

puting payudara. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. Pastikan perut bayi

menempel dengan perut ibu, secara cepat dekatkan bayi ke payudara dengan

cara menekan punggung dan bahu bayi; 3.) ibu memegang payudara dengan

tangan berbentuk C (C hold) puting susu akan menelusuri langit-langit dan

pangkal lidah bayi, perhatikan aerola bagian atas lebih banyak terlihat

daripada bagian bawah. mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi terputar

keluar, dan dagu bayi menempel ke payudara; 4.) dagu menempel ke payudara

dan hidung memenuhi payudara. Gerakan rahang dan bunyi tegukan

memastikan ia menyusui dengan teknik yang benar.

Gambar 2.3 Pelekatan Benar (Khasanah, 2011)

Gambar 2.4 Pelekatan Salah (Khasanah, 2011)

Regurgitasi terjadi karena beberapa faktor salah satunya adalah posisi

menyusui yang dilakukan dengan tidak tepat. Menyusui bayi dapat dilakukan

dengan berbagai macam posisi. Adapun posisi menyusui yang tergolong

benar bisa dilakukan dengan cara duduk, berdiri, atau berbaring (Khasanah,

2011).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

13

Proses menyusui dengan cara yang tepat yaitu perut bayi menempel

pada perut ibu, posisi hidung dan dagu bayi menghadap ke payudara tetapi

jangan sampai lubang hidung bayi tertutup oleh payudara ibu yang akan

membuat bayi sulit untuk bernafas. Pastikan mulut bayi menangkup seluruh

puting dan areola ibu. Pandangan ibu harus ke arah bayi agar komunikasi dan

ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi dapat terjaga (Khasanah, 2011).

Posisi menyusui yang dapat dilakukan selain posisi di atas diantaranya

sebagai berikut:

a. Baby- led Latching

Baby- led latching adalah posisi menyusui yang sangat mudah dilakukan

oleh bayi yang baru belajar menyusui, posisi ini juga bisa dilakukan

ketika puting susu ibu sedang nyeri. Cara menyusui bayi dengan teknik

baby- led latching adalah: 1.) Susuilah bayi ketika bayi tidak rewel atau

ketika bayi sedang tenang; 2.) Carilah posisi duduk yang nyaman atau

dengan bersandar; 3.) Lakukan kontak kulit dengan meletakkan bayi di

antara kedua payudara ibu; 4.) Bayi akan mencari payudara ibu dengan

menggerakkan kepalanya seperti gerakan memantuk; 5.) Ketika bayi

sudah menemukan payudara ibu maka dagu bayi akan menekan payudara

ibu dan membuka mulutnya; 6.) Posisi menyusui baby- led latching ini

merupakan posisi yang sangat nyaman bagi bayi maupun ibu (Khasanah,

2011).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

14

Gambar 2.5 Bayi mencari puting susu ibu (Priyono, 2010)

b. Cross Cradle Position

Cross Cradle Position merupakan posisi yang biasanya digunakan oleh

ibu yang baru belajar menyusui. Posisi ini diharuskan ibu duduk dengan

tegak, leher dan bahu bayi disangga oleh lengan bawah ibu atau menekuk

pada siku. Ibu harus memperhatikan agar pergerakan kepala bayi tidak

terhalang (Pollard, 2015). Teknik yang digunakan untuk memegang payudara

dengan cara C hold yaitu memegang payudara dengan 2 jari, ibu jari diatas

puting dan jari telunjuk di bawah puting susu ibu. Posisi menyusui ini juga

sering digunakan oleh ibu kepada bayi yang ukurannya kecil atau prematur

(Tella et al, 2015).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian
Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

16

menyusui anak kembar dalam waktu yang bersamaan. Caranya yaitu ibu

duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong

tubuh ibu, kemudian tangan ibu menyokong kepala bayi, dan memegang

payudara dengan cara C hold yaitu memegang payudara dengan 2 jari, ibu jari

diatas puting dan jari telunjuk di bawah puting susu ibu (Mbada et al, 2013).

Gambar 2.8 Posisi Menyusui Football Hold (Umar, 2014)

e. Side-lying hold

Posisi berbaring digunakan ketika ibu dan bayi merasa letih, biasanya

juga digunakan oleh ibu yang baru pulih dari operasi Caesar. Caranya yaitu

posisi ibu berbaring dan sedikit miring ke arah bayi, kemudian tangan ibu

menyokong tubuh dan kepala bayi. Teknik yang digunakan untuk memegang

payudara dengan cara C hold yaitu memegang payudara dengan 2 jari, ibu jari

di atas puting dan jari telunjuk di bawah puting susu ibu (Mbada et al, 2013;

Tella et al, 2015).

Gambar 2.9 Posisi Menyusui Berbaring (Umar, 2014)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

17

Menyusui dengan teknik yang tidak tepat mengakibatkan puting

payudara ibu lecet, payudara bengkak, mastitis, dan bayi mengalami

regurgitasi sehingga kebutuhan gizi bayi tidak tercukupi atau bayi akan enggan

untuk menyusu (Tella et al, 2015). Bayi yang telah meminum ASI dengan

benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut: yang pertama

bayi terlihat tenang, badan bayi menempel ke perut ibu, mulut bayi terbuka

lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, jika mulut bayi sudah

menempel pada aerola ibu, perhatikan sebagian besar aerola masuk dalam

mulut bayi, bayi akan tampak menghisap kuat hingga terdengar irama

perlahan, ibu tidak merasa nyeri pada puting payudaranya, dan tanda terakhir

yaitu telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

2.2.3 Teknik Menyendawakan Bayi

Menurut (WHO, 2009) Bayi yang telah minum ASI jangan segera

ditidurkan, tapi perlu disendawakan terlebih dahulu untuk mengeluarkan

udara yang terperangkap dilambung akibat dari teknik menyusui yang tidak

tepat. Cara menyendawakan bayi dengan benar menurut Lighdale & david

(2013) yaitu:

a. One the shoulder/ over your shoulder. Gendong bayi dalam posisi berdiri dan

letakkan kepala di atas pundak ibu kemudian tepuk punggungnya dengan

halus sampai terdengar suara sendawa agar udara yang ada di lambung bayi

dapat keluar.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

18

2.10 On The Shoulder Technique

b. Tummy down on the lap. Posisikan bayi di pangkuan ibu agar kepala bayi terletak

pada satu kaki dengan perut di sisi lain. Tepuk halus punggung bayi hingga

bayi bersendawa.

2.11 Tummy down on the lap

c. Half-sitting/ half-lying Posisi ini dilakukan saat bayi berumur lebih dari 3 bulan.

Dudukkan bayi dengan tegak di atas paha ibu kemudian sangga perut bayi

dengan tangan dan punggung bayi menyentuh perut ibu, pastikan kepalanya

tidak mendangak ke belakang kemudian tepuk dan usap punggung bayi

dengan lembut. Posisi tersebut akan membuat lambung tertahan sehingga

bayi dapat sendawa dan udara di lambung akan mudah keluar.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

19

2.12 Half-sitting/ half-lying

2.3 Konsep Regurgitasi

2.3.1 Definisi Regurgitasi

Regurgitasi adalah aliran balik isi lambung ke dalam esofagus dan

mengeluarkan sebagian susu yang sudah ditelannya melalui mulut dan tidak

disertai kontraksi otot abdomen (Indrio et al, 2009). Cairan yang dikeluarkan

kembali biasanya berupa ASI yang tertelan, dengan volume tidak lebih dari 15

ml (Eveline & Djamaludin, 2010). Regurgitasi merupakan kejadian normal

yang umum terjadi pada bayi dibawah usia 6 bulan, seiring bertambahnya usia

regurgitasi akan semakin jarang terjadi (Badriul et al, 2013). Regurgitasi

merupakan manifestasi klinis dari refluks gastroesofagus (Nursalam, 2013).

Regurgitasi berbeda dengan muntah. Muntah adalah pengosongan

lambung yang lebih sempurna terutama terjadi beberapa waktu setelah

makan. Muntah adalah keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan

kekuatan aktif serta adanya kontraksi yang kuat dari otot abdomen dan

diagfragma (Dwienda, 2014).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

20

2.3.2 Etiologi Regurgitasi

Faktor-Faktor yang dapat menyebabkan regurgitasi pada bayi adalah sebagai

berikut :

1. Sfingter esofagus bagian bawah belum berfungsi dengan optimal

Bayi memiliki sfingter esofagus yang belum terbentuk secara

sempurna. Sfingter esofagus bagian bawah pada bayi hingga usia 6 bulan

masih lemah dan belum siap berfungsi secara optimal. Bayi sering

mengalami regurgitasi setelah disusui karena sfingter esofagusnya belum

sempurna (Engel, 2008).

2. Volume lambung masih kecil

Sistem pencernaan bayi baru lahir belum matur dan mengalami

maturasi pada usia 3 bulan (Muscari, 2015). Volume lambung pada

neonatus adalah 10- 20 ml dan 10- 200 ml pada bayi usia 2 bulan.

Volume ASI yang ditelan melebihi kapasitas lambunganya dan bayi yang

menggeliat setelah minum ASI membuat tekanan dalam perut tinggi dan

dapat mengakibatkan regurgitasi (Engel, 2008).

2.3.2 Faktor Penyebab Regurgitasi

1. Teknik Menyusui yang salah

Teknik menyusui merupakan bagian terpenting untuk

keberhasilan proses menyusui bayi, ASI yang diminum oleh bayi akan

masuk ke saluran percernaan atas kemudian masuk ke lambung, diantara

organ tersebut terdapat katup penutup lambung atau sfingter esofagus.

Tonus otot sfingter esofagus dengan posisi terlentang saat disusui akan

mengakibatkan ASI yang diminum masuk kedalam saluran pernafasan

akan menyebabkan bayi mengalami regurgitasi, karena (Susanti, 2013).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

21

Posisi menyusui dengan pelekatan yang tidak tepat yaitu mulut bayi tidak

menutup puting dan aerola payudara ibu dengan baik sehingga akan

mengakibatkan udara terhisap bersama ASI. Udara tersebut masuk ke

dalam lambung dan akan mendorong isi lambung sehingga bayi

mengalami regurgitasi (Dwienda, 2014).

2. Bayi Menangis

Bayi menangis mengakibatkan udara terhisap dan masuk ke

dalam lambung sehingga bayi kembung dan tekanan udara tersebut akan

mendorong ASI sehingga bayi mengalami regurgitasi (Danuatmadja &

Meiliasari 2007). Udara dapat masuk saat bayi menangis saat menyusui

karena aerola payudara tidak masuk seluruhnya kedalam mulut bayi

sehingga udara akan ikut terhisap. Udara akan mendorong makanan atau

susu sehingga ikut keluar dari dalam esofagus (Susanti, 2013).

3. Konsumsi makanan ibu

Regurgitasi pada bayi bisa terjadi karena makanan yang

dikonsumsi oleh ibu. Makanan yang dikonsumsi ibu akan berperngaruh

pada komposisi ASI yang akan diminum oleh bayi. Makanan yang

menyebabkan bayi mengalami regurgitasi dikonsumsi oleh ibu, akan

masuk kedalam sistem percernaan melalui ASI yang diminum bayi,

sehingga menjadi sistem pencernaan bayi terganggu dan menyebabkan

regurgitasi pada bayi. Contoh makanan dan minuman yang

menyebabkan ibu mengalami bayi mengalami regurgitasi adalah: 1)

alkholol, 2) Susu bubuk skim khusus ibu menyusui, 3) minuman dan

makanan yang mengandung kafein (Lee et al, 2012).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

22

2.3.3 Klasifikasi Regurgitasi

a. Regurgitasi Fisiologis

Regurgitasi merupakan kejadian normal yang umum terjadi pada bayi

dibawah usia 6 bulan, seiring bertambahnya usia regurgitasi akan semakin

jarang terjadi. Regurgitasi pada bayi dikatakan normal apabila volume yang

keluar dan masuk seimbang. Frekuensi regurgitasi yang terjadi pada bayi tidak

lebih dari 5 kali dalam sehari, tidak lebih dari 15 ml (Badriul et al, 2013).

Regurgitasi terjadi beberapa saat setelah minum ASI, bayi tidak rewel,

regurgitasi yang terjadi pada bayi tidak bercampur darah, dan bayi tidak

menolak untuk minum ASI. Bayi yang mengalami regurgitasi namun tidak

mengalami masalah dalam penurunan berat badan maka regurgitasi tidak

perlu dipermasalahkan karena itu masih dalam hal yang wajar (Dwienda,

2014).

b. Regurgitasi Patologis

Regurgitasi yang tejadi lebih dari 5 kali dalam sehari dan lebih dari 15

ml, bayi menangis berlebihan setelah minum ASI dan mengalami penurunan

berat badan perlu diwaspadai adanya gangguan pada organ pencernaan.

Frekuensi dan volume regurgitasi yang berlebihan akan menjadi patologis

karena asam lambung mengalir ke dalam esofagus dan menyebabkan

kerusakan lapisan dinding esofagus yang akan mengakibatkan esofagitis,

akibatnya bayi akan rewel karena rasa sakit ditenggorokan (Hegar &

Vandenplas, 2011)

Regurgitasi dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat

mengganggu pertumbuhan bayi. Regurgitasi terjadi tidak hanya setelah

minum ASI tetapi juga saat tidur meskipun minum ASI telah dilakukan 3 jam

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

23

yang lalu. Manifestasi klinis regurgitasi patologis pada bayi yaitu bayi sering

rewel saat dan setelah minum ASI, selain itu bayi juga menolak untuk minum

ASI kembali, berat badan bayi tidak naik, dan regurgitasi disertai darah

(Dwienda, 2014).

2.3.4 Patofisiologi Regurgitasi

Regurgitasi merupakan kejadian normal yang umum terjadi pada bayi

dibawah usia 6 bulan, seiring bertambahnya usia regurgitasi akan semakin

jarang terjadi (Badriul et al, 2013). Regurgitasi terjadi karena pada saat proses

menyusui berlangsung pada udara yang terhisap bersama ASI, udara tersebut

masuk kedalam lambung lalu mendorong isi lambung sehingga cairan naik ke

esofagus dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir tanpa adanya

kontraksi pada perut. Regurgitasi terjadi karena lower esophagus spincter (LES)

pada bayi belum sempurna sehingga belum berfungsi dengan optimal dan

ASI yang diminum oleh bayi sudah melebihi kapasitas lambung, lambung

tidak bisa menampung ASI sehingga sfingter esofagus terbuka, cairan akan

naik ke esofagus dan bayi mengalami regurgitasi (Van Howe & Stroms, 2010).

2.13 Patofisiologi Regurgitasi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

24

2.3.5 Komplikasi Regurgitasi

Regurgitasi atau gumoh merupakan gejala klinis dari refluks gastro-

esofagus. Kondisi ini normal terjadi pada bayi baru lahir dan akan menurun

pada usia 6 bulan ke atas (Hegar & Vandenplas, 2011). Regurgitasi yang

berlebihan dan tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi yang

dapat mengganggu pertumbuhan bayi bila volume regurgitasi yang keluar

tidak seimbang dengan ASI yang masuk. Bayi yang mengalami regurgitasi

berlebih dapat menolak minum ASI kembali karena bayi menganggap ASI

atau makanan sebagai hal yang tidak enak sehingga bayi cenderung untuk

menolak minum ASI (Hegar et al, 2013).

Komplikasi akibat regurgitasi adalah sebagai berikut :

1. Esofagitis

Cairan asam lambung yang naik ke esofagus secara terus menerus

akan mengiritasi mukosa esofagus karena bersifat korosif. Asam lambung

yang terus- menerus dapat mengiritasi mukosa esofagus tersebut akan

menimbulkan inflamasi yang disebut dengan esofagitis. Esofagitis yang tidak

segera ditangani akan berkembang menjadi luka yang disebut dengan ulkus

esofagus. Luka tersebut apabila sudah sembuh akan menimbulkan scar dan

dinding esofagus di daerah luka tersebut akan menjai jaringan fibrosis

(Straumann, 2013).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

25

Gambar 2.14 Esofagitis (Straumann, 2013)

Endoskopi Esofagus (a) normal esofagus, (b dan c) esofagitis, (d)

divertikulosis esofagus

2. Stiktur Esofagus

Ulkus Esofagus yang telah sembuh dapat menimbulkan jaringan parut

(bekas luka), dimana dinding esofagus di daerah luka itu akan berubah

menjadi jaringan fibrosis. Keadaan ini membentuk stritura (penyempitan)

pada esofagus. Striktur esofagus adalah penyempitan dinding esofagus

(biasanya terletak pada 2/3 bawah) sering diakibatkan karena refluks

esofagitis. Striktur esofagus merupakan penyempitan lumen karena fibrosis

dinding esofagus. Proses striktur terjadi akibat reaksi inflamasi dan nekrosis

esofagitis (Priyanto & Lestari, 2008). Striktur ini dapat membentuk kelainan

berupa disfagia, gangguan gerakan peristaltik pada esofagus yang dapat

menimbulkan terjadinya akalasia (Sukri, 2009).

Gambar 2.15 Sriktur Esofagus

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

26

3. Akalasia

Gangguan gerakan peristaltik pada esofagus yang terjadi akibat

striktur esofagus dapat mengakibatkan terjadinya akalasia (Sukri, 2009).

Akalasia adalah terjadinya spasme sfingter esofagus bagian bawah atau

penutupan esofagus bagian bawah akibat mengerucutnya otot- otot sfingter

esofagus. Peristaltik korpus esofagus bagian bawah dan sfingter esofagus

bagian bawah tidak dapat berelaksasi secara sempurna pada saat menelan

makanan (Priyanto & Lestari, 2008).

4. Penurunan Berat badan

Cairan asam lambung yang naik ke esofagus secara terus- menerus

akan mengiritasi mukosa esofagus karena bersifat korosif. Asam lambung

yang terus- menerus dapat mengiritasi mukosa esofagus tersebut akan

mengakibatkan rasa sakit di tenggorokan. Iritasi tersebut dapat membuat bayi

rewel, sulit menelan (disfagia) dan menolak minum ASI sehingga dapat

mengakibatkan malnutrisi atau penurunan berat badan (Salvotore &

Vandenplas, 2012).

2.4 Hubungan Teknik menyusui dengan Frekuensi Regurgitasi Pada Bayi

Usia 0- 6 Bulan.

Menyusui (breast feeding) yang dikategorikan ASI eklusif adalah

koordinasi antara gerakan mengisap dan menelan dari mulut sang bayi.

Volume setiap isapan bayi adalah 0,14-0,01 cc lama isapan kurang lebih 2

detik (Sitepoe, 2013), dan setiap bayi mempunyai frekuensi menyusui lebih

dari 8 kali per hari (Badriul Hegar et al, 2013). Pemberian ASI atau menyusui

hendaknya dilakukan seketika setelah bayi baru lahir yang dikenal dengan

nama Inisiasi Menyusui Dini (IMD) (WHO, 2009). Proses menyusui harus

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

27

dilakukan dengan teknik yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan

cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal untuk memperoleh manfaat

terbesar dari bayi. Volume produksi ASI rata- rata 500cc/24 jam. Seorang

bayi berusia 1 bulan mengonsumsi sekitar 18- 21 ons ASI, dan akan

meningkat selama 6 bulan pertama dan menurun setelah pengenalan makanan

padat (Sitepoe, 2013).

Teknik menyusui merupakan hal yang harus di perhatikan oleh ibu agar

proses menyusui bisa dilakukan dengan tepat. Salah satu faktor keberhasilan

dalam menyusui adalah posisi dan pelekatan yang tepat pada teknik menyusui

(Mbada et al, 2013). Teknik menyusui yang tepat akan bermanfaat bagi ibu dan

bayi jika teknik menyusui dilakukan dengan tidak tepat akan berakibat pada ibu

dan bayi yaitu ibu akan mengalami lecet pada puting payudara, payudara

bengkak, dan mastitis, sedangkan bayi akan mengalami regurgitasi dan

pertumbuhan bayi akan terganggu (Tella et al, 2015)

Regurgitasi merupakan kejadian normal yang umum terjadi pada bayi

dibawah usia 6 bulan, seiring bertambahnya usia regurgitasi akan semakin

jarang terjadi (Badriul et al, 2013). Regurgitasi adalah aliran balik isi lambung ke

dalam esofagus dan keluar melalui mulut dan tidak disertai kontraksi otot

abdomen (Indrio et al, 2009). Regurgitasi dianggap abnormal apabila terjadi

terlalu sering atau hampir setiap saat, juga apabila terjadi tidak hanya setelah

makan dan minum tetapi pada saat tidur, selain itu juga regurgitasi yang

bercampur darah (Dwinda, 2014).

Proses menyusui harus dilakukan dengan teknik yang tepat, karena

melalui proses menyusui ASI yang merupakan makanan tunggal bayi dapat

diterima dengan baik. Menggunakan teknik menyusui dengan tepat akan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41777/3/jiptummpp-gdl-vildatrida-46943-3-babii.pdf · duduk tegak dengan meletakkan bantal dibelakang ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian

28

berpengaruh pada keberhasilan proses menyusui sehingga dapat bermanfaat

bagi ibu dan bayi. Ketepatan dalam teknik menyusui dapat mengurangi

kejadian lecet pada payudara ibu, pembengkakan pada payudara, abses

payudara dan kejadian regurgitasi pada bayi yang dapat berdampak pada

tumbuh kembang bayi (Tella et al, 2016).