BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...

17
7 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Isrohah (2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Ngaliyan Semarang”. Dengan menggunakan variabel independen (bebas) yaitu: modal kerja dan jam kerja. Variabel dependen (terikat) yaitu: pendapatan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel modal kerja dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kelurahan Ngaliyan Semarang. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak modal usaha maka, jam kerja yang digunakan semakin tinggi pula pendapatan yang akan di terima oleh pedagang. Penelitian yang dilakukan oleh Firdausa (2012) dengan judul “Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kios Di Pasar Bintoro Demak”. Dengan menggunakan variabel independen (bebas) yaitu: modal awal, lama usaha dan jam kerja. Variabel dependen (terikat) yaitu: pendapatan pedagang di pasar. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh positif terhadap pendapatan. Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013) dengan judul “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Pendapatan Dengan Lama Usaha Sebagai Variabel

Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...

7

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Isrohah (2015) dengan judul “Analisis

Pengaruh Modal Kerja dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Bersih Pedagang

Kaki Lima di Kelurahan Ngaliyan Semarang”. Dengan menggunakan variabel

independen (bebas) yaitu: modal kerja dan jam kerja. Variabel dependen

(terikat) yaitu: pendapatan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis

regresi berganda. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel

modal kerja dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan pedagang kaki lima di kelurahan Ngaliyan Semarang. Ini

menunjukkan bahwa semakin banyak modal usaha maka, jam kerja yang

digunakan semakin tinggi pula pendapatan yang akan di terima oleh

pedagang.

Penelitian yang dilakukan oleh Firdausa (2012) dengan judul “Pengaruh

Modal Awal, Lama Usaha dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang

Kios Di Pasar Bintoro Demak”. Dengan menggunakan variabel independen

(bebas) yaitu: modal awal, lama usaha dan jam kerja. Variabel dependen

(terikat) yaitu: pendapatan pedagang di pasar. Alat analisis yang digunakan

adalah analisis regresi berganda. Hasil menunjukkan bahwa semua variabel

berpengaruh positif terhadap pendapatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013) dengan judul “Pengaruh

Modal Kerja Terhadap Pendapatan Dengan Lama Usaha Sebagai Variabel

8

Moderasi (Survei Pada Pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta)”.

Dengan menggunakan variabel independen (bebas) yaitu: lama usaha dan

modal kerja. Variabel dependen (terikat) yaitu: pendapatan. Alat analisis yang

digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan pedagang di Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta. Lama usaha

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar

Klithikan Notoharjo Surakarta. Lama usaha tidak berpengaruh terhadap

variabel yang memoderasi pengaruh modal kerja terhadap pendapatan

pedagang di Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta. Hipotesis ini tidak dapat

diterima yang berarti lama usaha bukan merupakan variabel moderasi.

Adapun penulis mengambil dari data penelitian tersebut diatas adalah

sebagai bahan perbandingan karena memiliki kesamaan menganalisis

pendapatan pedagang kaki lima yang menggunakan teknik analisa regresi

berganda.Namun yang membedakan dari penelitian tersebut adalah

pengamatan dan wilayah yang diteliti.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Pendapatan

Pendapatan secara etimologi adalah hasil terjemahan dari bahasa

inggris yaitu “income” yang diartikan sebagai pendapatan pada prinsipnya

berbicara tentang pendapatan dapat diasumsikan dengan tingkat

kesejahteraan sosial sekarang. Dimana kesejahteraan adalah kondisi yang

9

menunjukkan tingkat kesejahteraan yang baik, tempat tinggal yang

nyaman serta pekerjaan yang baik.

Menurut Djojohadikusumo (1990) pendapatan adalah pemanfaatan

jasa-jasa yang berasal dari sumber rumah tangga dan lembaga-lembaga

swasta yang bertujuan untuk mencari laba.

Menurut Poerwadharminto (1984) pendapatan diartikan sebagai

penghasilan, usaha perolehan dan sebagainya. Tingkat pendapatan yang

diukur merupakan penerimaan bersih seseorang baik itu berupa barang

maupun berupa uang dari hasil usaha yang dilakukan.

Menurut Budiono (1982) pendapatan dapat didefiniskan sebagai hasil

penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh seseorang pada

sektor-sektor industri tertentu atau pada bidang usaha tertentu. Pendapatan

terdiri upah dan pendapatan kerja lainnya, pendapatan dari hak

kepemilikan seperti sewa, bunga atau pendapatan yang berasal dari

pemerintah, contohnya pada jaminan sosial atau tunjangan-tunjangan lain.

Semakin tinggi pendapatan seseorang semakin mudah ia memenuhi

kebutuhannya.

Menurut Arsyad (1992), menyatakan pengertian dari pendapatan

adalah:

a. Pendapatan kotor adalah jumlah penerimaan total (TR) yang

diperoleh dalam jangka waktu tertentu sebelum dikurangi dengan

total biaya yang dikeluarkan (TC).

10

b. Pendapatan bersih adalah penerimaan total (TR) yang diperoleh

dalam jangka waktu setelah total biaya yang dikeluarkan (TC).

Berdasarkan hal tersebut diatas perlu dibedakan antara penerimaan

(revenue) dari pendapatan. Penerimaan (revenue) merupakan penghasilan

yang diterima oleh individu atau perusahaan berupa penghasilan kotor yang

belum dikurangi biaya atau pengeluaran. Sedangkan yang dimaksud

dengan pendapatan adalah penghasilan bersih yang diterima oleh individu

atau perusahaan yang telah dikurangi biaya dan pengeluaran.

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan.

Pertama, gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut

melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu

hari, satu minggu atau satu bulan. Kedua, pendapatan dari usaha sendiri

merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya-

biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau

keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini

biasanya tidak diperhitungkan. Ketiga, pendapatan dari usaha lain, yaitu

pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja dan ini

merupakan pendapatan sampingan, antara lain pendapatan dari hasil

menyewakan aset yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak

lain, pendapatan pensiun, dan lain-lain (Jaya, 2011).

Penerimaan pedagang dapat dilihat dari laba atau keuntungan yang

diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan. Dimana laba yang

diperoleh adalah hasil dari penerimaan total dikurangi biaya total.

11

Penerimaan Total (TR) adalah penerimaan total produsen dari hasil

penjualan outputnya, yaitu output (Q) dikali harga output ( ), sedangkan

biaya total (TC) adalah biaya yang dikeluarkan dalam satu unit produksi,

yaitu biaya rata-rata produksi (AC) dikali output (Q) (Sumardi, 1999).

12

2. Sektor Informal Pedagang Kaki Lima

Salah satu bagian terpenting dari kegiatan sektor informal adalah

kegiatan bidang usaha pedagang kaki lima, dan yang menyangkut

pengertian atau istilah pedagang kaki lima sebagaimana yang disebutkan

para ahli. Menurut Hidayat (1983) Yan Pieter Karafir mendifinisikan

pedagang kaki lima sebagai berikut:”Yang dimaksud pedagang kaki lima

adalah pedagang kecil yang berjualan tidak resmi disuatu tempat umum

seperti tepi jalan, taman-taman, emper-emper toko dan pasar yang

sebenarnya dimaksudkan untuk mereka”.Dengan mengetahui kondisi

objektif sektor informal pedagang kaki lima maka sektor informal

membutuhkan langkah perencanaan yang tepat sehingga mampu

memupuk potensi besar yang dimiliki sektor informal pedagang kaki lima

tersebut. Keberadaan pedagang merupakan jawaban dari masalah

langkahnya kesempatan kerja di sektor informal.

Ada beberapa aspek yang dapat dijadikan indikator dari bentuk pedagang

kaki lima, diantaranya adalah :

a. Kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik karena timbulnya unit

usaha tidak mempergunakan kelembagaan yang tersedia di sektor

formal.

b. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga sekala operasi

menjadi kecil juga.

c. Pola kegiatan usaha tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam

kerja.

13

d. Hasil produksi terutama dikonsumsi oleh golongan berpenghasilan

menengah ke bawah.

Sedangkan berkembangnya jumlah pedagang kaki lima tidak bisa lepas

dari adanya kemudahan maupun keuntungan pendapatan yang diterima.

Hal tersebut didasari adanya faktor-faktor penentu yang mempengaruhi

pendapatan pedagang kaki lima. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Modal, modal merupakan hal yang sangat diperlukan dalam

mendirikan sebuah usaha. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan

tergantung dari besar kecilnya usaha yang akan didirikan, seseorang

yang baru ingin membuka usaha harus menghitung betul berapa modal

yang cukup untuk membuat usaha tersebut dan kapan modal tersebut

dapat kembali ketika usahanya sudah dimulai. Modal adalah hasil

produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam

perkembangannya modal ditentukan pada nilai, daya beli atau

kekuasaan memakai atau menggunakan dalam barang-barang modal

(Riyanto, 1998).

b. Jam kerja, Menurut KBBI jam kerja adalah waktu yang dijadwalkan

untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang

dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Jam kerja sangat menentukan

efisiensi dan produktivitas kerja. Jam kerja dalam mempengaruhi

tingkat pendapatan dapat terbukti dalam teori ketenagakerjaan

mengenai alokasi waktu kerja.

14

c. Lama Usaha, lama usaha adalah lama waktu yang sudah dijalani

pedagang atau pelaku usaha lainnya dalam menjalankan maupun

mengelola usahanya. Lama suatu usaha dapat menimbulkan

pengalaman berusaha, dimana pengalaman dapat mempengaruhi

pengamatan seseorang dalam bertingkah laku (Asmie, 2008). Lama

seorang pedagang atau pelaku usaha lain dalam menekuni bidang

usahanya akan mempengaruhi produktivitasnya sehingga dapat

menambah efisiensi dan menekan biaya produksi lebih kecil dari pada

penjualan (Firdausa, 2012).

3. Pengertian dan Ciri-Ciri Sektor Informal

Istilah sektor informal baru dipopulerkan pertama kali oleh Keith Hart

seorang antropolog Inggris tahun 1973. Keith Hart menggambarkan sektor

informal sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada diluar pasar

tenaga kerja yang terorganisir. Kegiatan usahanya hampir sama dengan

jenis usaha sendiri yang kecil, yang berusaha sendiri maupun dengan

dukungan anggota-anggota keluarga yang rendah.

Aktifitas-aktifitas informal tidak hanya terbatas pada pekerjaan-

pekerjaan dipinggiran kota-kota besar, tapi meliputi berbagai macam

aktifitas ekonomi. Merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai

dengan mudahnya aktifitas tersebut untuk dimasuki semua kalangan

masyarakat, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri,

operasinya dalam skala kecil, padat karya dan teknologinya bersifat

adaptif, keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah informal, dan

15

tidak terkena secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat

kompetitif.

Menurut Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan

memperoleh penghasilan, yaitu: (Supriadi, 2009).

a. Sah, terdiri atas :

Usaha tersier dengan modal yang relatif besar ( perumahan ,

transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum,dan lain-lain).

Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder (pertanian, perkebunan

yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain).

Transaksi pribadi (pinjam meminjam, pengemis).

Distribusi kecil-kecilan (pedagang kaki lima, pedagang pasar,

pedagang kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain).

Jasa yang lain (pengamen, tukang cukur, dan lain-lain).

b. Tidak sah, terdiri atas :

Jasa (kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah

barang-barang curian, lintah darat, perdagangan obat bius,

penyelundupan, dan lain-lain).

Transaksi, pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar

(perampokan bersenjata), pemalsuan uang, dan lain-lain.

Bekerja disektor informal adalah pekerjaan yang tidak

mendapatkan perlindungan ekonomi, tidak mempunyai perjanjian

kerja jangka panjang.

4. Pengertian Pedagang, Ciri-ciri dan Macam Pedagang

16

Sukirno (1997) pedagang secara umum dapat didefinisikan sebagai

pedagang yang berjualan di tempat umum, seprti jalan-jalan, di taman-

taman dan di sekitar pasar dengan tidak memiliki tempat usaha yang tidak

permanen, berpindah pindah dan memiliki dagangan tertentu. Jadi dalam

hal ini pedagang adalah usaha yang bermodalkan kecil yang berjualan di

tempat umum, di jalan trotoar, di taman-taman, di emperan toko, dan

disekitar pasar dengan menggunakan peralatan seadanya dengan ciri

adanya spesialisasi dengan kelompok barang yang di perdagangkan.

Ciri-ciri dari pedagang secara umum dalam melaksanakan unit

usahanya adalah:

a. Kelompok ini merupakan pedagang yang kadang- kadang sekaligus

menjadi produsen.

b. Perkataan pedagang memberikan konotasi bahwa mereka pada

umumnya menjajakan barang-barang dagangannya di pinggir-pinggir

jalan, di depan toko, di taman kota atau tempat lain yang mereka

anggap sebagai tempat yang strategis.

c. Pedagang pada umumnya menjual barang dagangannya secara eceran.

d. Omset penjualan pada umumnya tidak besar.

e. Para pembeli pada umumnya berdaya beli kelas menengah kebawah.

f. Barang yang di perdagangkan biasanya tidak standart.

g. Terdapat jiwa kewiraswastaan pada pedagang.

Macam-macam Pedangan antara lain:

a. Pedagang menengah / agen / grosir

17

Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang

dagangannya dari distributor atau agen tunggal yang biasanya akan

diberi daerah kekuasaan penjualan/perdagangan tertentu yang

lebihkecil dari daerah kekuasaan distributor. Contoh seperti pedagang

grosir baju di pasar Besar.

b. Pedagang eceran / pengecer / peritel

Pengecer adalah pedagang yang menjual barang yang dijualnya

langsung ke tangan ke pemakai akhir atau konsumen dengan jumlah

satuan atau eceran. Contohnya seperti alfamart dan indomart.

c. Pedagang Kaki Lima

Biasanya dikenal dengan penjual liar atau penjual tidak resmi.

Pedagang yang menempati lokasi yang bukan untuk diperuntukkan

untuk berjualan seperti trotoar, badan jalan, taman dan sebainya dan

sifatnya tidak menetap. Berasal dari lima ( 5 ) feet , jaman rafles , kaki

lima yang dimaksud adalah lebar trotoar lebih kurang 1,5 m.

Kemudian berkembang pula pedagang kaki lima adalah yang

menggunakan grobak dimana digambarkan 2 roda, 2 kaki

pedagangnya ditambah satu kaki penyanggah grobak.

Hadirnya sosok pedagang mencerminkan kondisi sosial ekonomi

yang tidak berimbang antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

jumlah kesempatan kerja yang tersedia serata timbul dan berkembang

bersama sama dengan pertumbuhan sosial masyarakat. Dalam hal ini

sebagian masyarakat lebih suka memilih sebagai pedagang karena

18

dalam menjalankan aktifitasnya tidak membutuhkan sistem-sitem yang

rumit. Akan tetapi kehadiran pedagang tersebut hanya sedikit saja yang

memperoleh perhatian pemerintah dibandingkan dengan kelompok

pekerja lainnya karena pemerintah sendiri sulit mengorganisir para

pedagang yang berkembang semakin banyak jumlahnya.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Menentukan Pendapatan

Menurut Kamarudin (1972) ada empat faktor yang dapat

mempengaruhi dan menentukan pendapatan, yaitu :

a. Teknologi

Teknologi yang maju akan dapat memanfaatkan sumber-sumber

yang tersedia sehingga kapasitas produksi akan meningkat yang

nantinya akan tercapai produktifitas yang tinggi dan diharapkan

pendapatan akan naik.

b. Faktor-Faktor Produksi

Dikaitkan dengan kemampuan untuk menggunakan kombinasi

antara masing-masing faktor produksi yang terdiri dari

keterampilan, capital, sumber alam dan tanah.

c. Konsumsi, Tabungan dan Investasi

Apabila produktifitas per kapita rendah, maka akan menyebabkan

rendahnya pendapatan yang diperoleh masyarakat.

d. Tingkat Kesehatan Penduduk

Apabila masyarakat tidak mengenal kesehatan, maka akan mudah

terkena wabah penyakit. Hal ini jelas mempengaruhi produktifitas

19

kerja akan menjadi rendah, sehingga pendapatan yang diperoleh

juga rendah.

6. Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Tingkat Pendapatan

Pedagang

Menurut Supriadi (2009) ada beberapa faktor-faktor yang berhubungan

terhadap tingkat pendapatan pedagang, yaitu :

a. Umur

Faktor umur atau usia seseorang mempunyai hubungan dengan

kemampuan seseorang untuk bekerja sebagai pedagang, individu

yang bekerja pada usia produktif akan berbeda jika individu

tersebut bekerja pada usia yang non produktif, contohnya terlalu

muda atau terlalu tua, karena hal ini akan mempengaruhi semangat

dan kemampuan didalam bekerja.

b. Beban Tanggungan Keluarga

Beban tanggungan keluarga akan menentukan jumlah

pendapatan yang diterima seseorang, karena dari jumlah

pemasukan yang ada akan digunakan sebagai pengeluaran untuk

pemenuhan kebutuhan keluarga tersebut.

c. Tingkat Pendidikan

Menurut Kasriyono (1984) secara teoritis semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin besar kemungkinan baginya untuk

memperoleh pekerjaan dengan imbalan yang sangat besar.

Sedangkan menurut Khaldi dan Mulyono (1988) pendidikan dapat

20

meningkatkan kemampuan seseorang dalam pengambilan

keputusan usahanya, dengan pendidikan maka seseorang dapat

meningkatkan kemampuan dan semangat kerja serta kemampuan

untuk meningkatkan pendapatannya. Pendidikan juga menunjang

para pedagang untuk melihat posisi market yang ada, strategi pasar

yang dijalankan dan ancaman terhadap persaingan yang ada.

Kemampuan dalam menjalankan roda usahanya disertai

pembukuan yang baik dan teratur akan mengontrol sisi

pengeluaran pedagang.

d. Lama Usaha

Usaha yang telah dijalani atau dirintis sekian lamanya oleh

seorang pedagang akan memberikan ketrampilan yang berbeda

dengan yang baru melakukan usaha, begitupula konsumen dan

daerah yang didapatkan jauh berbeda dengan pemain baru yang

mangkal pada daerah yang sama. Semakin lama menggeluti

profesinya, maka nilai plus yang disandangnya lebih banyak dan

lebih memberikan peluang untuk melakukan berbagai terobosan

pasar. Sehingga pedagang akan memiliki banyak pengalaman dan

kemampuan untuk meningkatkan pendapatannya.

Semakin lama menekuni bidang usaha akan semakin

meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku

konsumen. Ketrampilan usaha akan semakin bertambah dan

semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil

21

dijaring. Banyaknya pengalaman seorang akan memperluas

wawasannya, dengan demikian hal tersebut juga akan

meningkatkan daya serapnya terhadap hal-hal baru yang akan

meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan ketrampilan seseorang

(Wicaksono, 2011).

e. Jumlah Jam Kerja

Jumlah jam kerja yang dimiliki oleh pedagang juga memiliki

hubungan dengan tingkat pendapatan yang diterimanya. Semakin

banyak memiliki jam kerja dalam menjalankan usahanya, akan

lebih banyak pula pemasukan pendapatan yang diperoleh, dan

tentu akan berbeda dengan pendapatan yang diperoleh dari

pedagang yang menjalankan usahanya sebagai pekerja sampingan.

f. Modal

Menggunakan modal yang kecil akan menghasilkan

pendapatan yang kecil sehingga usaha seorang pedagang sulit

berkembang dan maju. Modal yang kecil dengan pendapatan yang

kecil menyebabkan sektor ini mempekerjakan self employment

disamping sebagai pekerja mereka juga bertindak sebagai

pengusaha. Sektor informal (pedagang) ini pada umumnya

termasuk dalam kategori One man enterprise kalaupun

mempekerjakan karyawan mereka memakai tenaga kerja yang

berasal dari kalangan keluarga sendiri.

22

Pengertian modalmenurut Cahyono (1983) yaitu sumber-

sumber ekonomi yang diciptakan manusia dalam bentuk nilai uang

atau barang, modal dalam bentuk uang dapat digunakan oleh sektor

produksi untuk membeli modal baru dalam bentuk barang investasi

yang dapat menghasilkan barang baru lagi.

C. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam

penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu

hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan

dua variabel atau lebih (Supranto,1997). Berdasarkan rumusan masalah,

tujuan masalah dan kajian teoritis penelitian yang telah diuraikan. Maka dari

itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Diduga Modal kerja berpengaruhpositif terhadap pendapatan pedagang

kaki lima di alun-alun Kota Batu.

b. Diduga Lama Usaha berpengaruh positifterhadap pendapatan pedagang

kaki lima di alun-alun Kota Batu.

c. Diduga Jam kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kaki

lima di alun-alun Kota Batu.

D. Kerangka Pemikiran

a. Modal adalah hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih

lanjut. Dalam perkembangannya modal ditentukan pada nilai, daya beli

atau kekuasaan memakai atau menggunakan dalam barang-barang modal

(Riyanto, 1998).

23

b. Lama Usahaadalah banyaknya pengalaman seorang akan memperluas

wawasannya, dengan demikian hal tersebut juga akan meningkatkan daya

serapnya terhadap hal-hal baru yang akan meningkatkan pengetahuan,

kecerdasan dan ketrampilan seseorang (Wicaksono, 2011).

c. Jumlah jam kerja yang dimiliki oleh pedagang juga memiliki hubungan

dengan tingkat pendapatan yang diterimanya. Semakin banyak memiliki

jam kerja dalam menjalankan usahanya, akan lebih banyak pula

pemasukan pendapatan yang diperoleh.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Sumber : Firdausa (2012)

Modal

Lama Usaha

Jam Kerja

Pendapatan