BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...
Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...
6
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan judul (Pengaruh luas lahan, modal, tenaga kerja dan
teknologi terhadap produksi usaha tani padi di kecamatan batang kabupaten
batang) dalam penelitiannya menggunakan analisis regresi linier berganda.
Secara parsial, hanya variabel Luas lahan (X1), modal (X2), dan tenaga kerja
(X3) yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi usahatani padi
di Kecamatan Batang Kabupaten Batang. Dimana secara parsial variabel
pengaruh yang paling dominan mempengaruhi produksi usahatani padi adalah
variabel luas lahan sebesar 0,512 lalu diikuti dengan variabel modal sebesar
0,499 dan variabel tenaga kerja sebesar 0,364. Sedangkan teknologi
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap produksi, konstribusinya
adalah 0,022 yang artinya hasil produksi diharapkan lebih tinggi dari 0,022
rupiah untuk petani padi yang menggunakan teknologi modern dari pengusah
yang menggunakan teknologi tradisional. Untuk nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,850% berarti pengaruh dari variabel yang digunakan sangat
bagus dengan nilai 85% sisanya di engaruhi variabel alin dengan nilai 15%.
(Mifthakuriza ,2011).
Penelitian dengan judul (analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi cokelat di kabupaten Dairi). Dalam penelitiannya menggunakan
model fungsi produksi obb-douglas dengan menggunakan metode ordinary
least square (OLS) dan juga menggunakan alat analisis regresi yang di gunakan
7
untuk memprediksi hubungan sebab akibat antara variabel independen (X1 luas
lahan, X2 jumlah waktu kerja, X3 jumlah pestisida , dan X4 umur tanaman
coklat ) dengan variabel dependen ( Y jumlah produksi coklat). Dari hasil
penelitiannya mengatakan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,0828
yang berarti variasi variabel bebas mampu menjelaskan variasi variabel terikat
di kabupaten dairi sebesar 82,8 persen dan sisanya 17,2 persen dijelaskan
variabel lain yang tidak terdapat dalam model estimasi. Secara parsial
menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh positif dan segnifikan terhadap
produksi cokelat dengan α 10%, waktu kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produksi coklat dengan α 1%, pupuk menunjukkan menunjukkan
pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap produksi cokelat, pestisida
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi cokelat dengan α 5%,
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi cokelat dengan α 1%
(Doody S.tumanggor, 2009).
Penelitian yang berjudul (analisis faktor produksi padi sawah desa tompa
sobaru dua kecamatan tompasobaru). Dalam penelitiannya mnggunalakn
analisis regresi linier berganda dengan variabel bebasnya adalah X1 luas lahan,
X2 pupuk urea, X3 pupuk ponska, tenaga kerja dan variabel terikatnya adalah
(Y) produksi padi. Dalam penelitiannya mengatakan bahwa luas lahan
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sebesar 1%, untuk pupuk
ponska berpengaruh taraf signifikan terhadap produksi padi sebesar 0,75%,
sedangkan tenaga kerja berpengaruh terhadap poduksi padi. Nilai koevisien
8
regresi 46,52, yang menunjukkan bahwa apabila jumlah tenaga kerja 1 HOK
maka produksi akan meningkat sebesar 46,52 kg (Klivensi Ilona Mafor,2015)
B. Tinjauan Pustaka
1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor produksi (imput)
dengan hasil produksi ( ouput ). Dalam produksi faktor produksi adalah hal
yang tidak lepas dari proses produksi, maka dari itu tanpa adanya faktor
produksi maka tidak ada produksi. Besar kecilnya tingkat produksi suatu
barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja jumlah
kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan (Ida Nuraini, 2013:
69).
Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan
antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi, dimana dalam
penulisan matematik sederhana fungsi produksi ditulis sebagai berikut:
Y = f ( 𝑥1, 𝑥2...........𝑥𝑛)
Dimana Y = hasil produksi
( 𝑥1, 𝑥2...........𝑥𝑛) = faktor-faktor produksi
Dalam sebuah produksi misalnya produksi pertanian pangan maka
produksi fisik tersebut dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi
yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Untuk menggambarkan fungsi produksi
secara jelas dan menganalisis peranan masing-masing faktor produksi maka
dari jumlah faktor-faktor produksi itu salah satu kita anggap sebagai variabel
9
tidak tetap dan dari faktor produksi lainnya kita anggap tetap (konstan)
(Mubyarto,1989).
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan
produksi yang biasanya dapat dinyatakan dengan rumus :
Y = f (X)
Dimana Y = produksi, sebagai dependent variable
X = faktor produksi sebagai independent variable
Dari persamaan dia atas dapat dikatakan bahwa besar kecilnya tingkat
produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal yang kita pakai,
jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat produksi . Jumlah
produksi yang berbeda-beda tentunya memerlukam faktor produski yang
berbeda juga. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama akan
dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah faktor
produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan perusahaan.
Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga kerja
(Soekartawi,1989).
a. Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah
Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang dalam produksi
jangka pendek dikatakan bahwa ada faktor produksi yang bersifat tetap
(fixed input) dan ada sebuah faktor produksi yang bersifat berubah (variabel
input). Jika sebuah faktor produksi yang bersifat variabel terus menerus
terjadi penambahan maka produksi total akan semakin bertambah sampai
pada titik maksimum, dan apabila sudah berada di titik maksimum tersebut
10
faktor produksinya terus ditambah maka produksi total akan menurun. Hal
ini berarti mulai berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang
(law of diminishing returns). Keterangan di atas dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Q3 C
HTP
Q2 TP
Tahap I tahapan II tahapan III
Q1
0 L1 L2 L3 L4 L
Q
Tahap I tahap II tahap III
APL
0 L1 L2 L3 L4 L
MPL
11
Keterangan: TP = total produksi
L = tenaga kerja
MPL = produksi batas
APL = produksi rata-rata tenaga kerja
Dimana : MPL= ∆TP
∆𝐿
APL = TP
𝐿
Gambar diatas merupakan cara lain untuk menggambarkan fungsi
produksi yang menggunakan kombinasi faktor produksi yang tidak
sebanding, dimana modal dan teknologi dianggap tetap.
Pada tahap I ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerjanya masih
sedikit, dan apabila jumlah tenaga kerja ditambah hingga menjadi L2, maka
total produksi akan meningkat dari Q1 menjadi Q2 produksi rata-rata dan
produksi marginal juga turut meningkat. Produsen yang rasional sangat
memilih memperbanyak penggunaan tenaga kerja. Pada tahap I ini tidak ada
pilihan lain bagi produsen kecuali menambah jumlah tenaga kerja. Pada
tahap ini kita dapat melihat bahwa laju kenaikan produksi marginal semakin
besar kurva MPL. Sehingga dalam tahap ini dikatakan berlaku hukum
pertambahan hasil produksi marginal yaag semakin bertambah besar (law of
increasing returns). Hal tersebut terjadi mungki karena adanya penambahan
jumlah tengaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka
semakin memungkinkan produsen melakukan spesilalis tenaga kerja
sehingga dapat meningkatkan produkstifitasnya. Sementara itu untuk
12
produksi rata-rata pada tahap I terus meningkat sampai hingga mencapai
titik maksimal pada saat pengunaan tenaga kerja yang banyak L2 atau pada
saat total oroduksi kurva TP berada pada titik belok A. Dan pada saat itu
kurva MPL berpotongan dengan kuva APL pada kondisi demikian jika
tenaga kerja terus ditambah lagi sampai pada L3 atau masuk pada II, maka
total produksi terus meningkat hingga Q3 atau mencapai titik optimum
produksi.
Tahap II ini produski total terus mengalami peningkatan, sedangkan
produksi rata-rata mulai mengalami penurunan dan produksi marginal
bertambah dengan jumlah yang semakin menurun juga sehingga pada
akhirnya produksi marginal mencapai titik nol. Hal seperti ini berarti
berlaku hukum penambahan hasil produksi yang semakin berkurang. Jika
pada kondisi tersebut penggunaan tenaga kerja masih mengalami
penambahan maka memasuki tahap III merupakan penambahan tenaga kerja
yang akan menyebabkan total produksi menurun. Jadi apabila jumlah tenaga
kerja semakin banyak hingga produksi rata-rata menurun dan produksi
marginal menjadi negatif. Oleh sebab itu tidak ada pilihan lain kecuali
mengurangi penggunana jumlah tenaga kerja.
b. Teori Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Berubah
Dalam teori ini menjelaskan ada dua faktor yang dapat dirubah
antara lain ( tenaga kerja dan modal), dan dapat saling menggantikan.
Apabila harga tenaga kerja dapat kita ketahui maka produsen bisa
menganalisa sehingga dapat meminimumkan biaya dalam usahanya untuk
13
mencapai tingkat produksi tertentu seperti yang tercantum dibawah ini (
Sandono Sukirno,1985 ) :
1) Produksi sama ( isoquant )
Produksi sama ( isoquant ) merupakan gabungan atau kombinasi
faktor-faktor produksi yang dapat menghasilkan tingkat produksi
yang sama.
Kurva isoquant
Kapital
IC
K1 A
K2 B
L1 L2 Tenaga Kerja
Kurva diatas dapat kita lihat bahwa untuk menghasilkan
output misalkan (A), diperlukan gabungan faktor produksi kapital
sebesar K1 dan faktor produksi tenaga kerja sebesar L2. Misalnya
jika harga kapital naik, maka produsen dapat mengurangi
penggunaan kapital dari K1 turun menjadi K2 dan menggatikannya
(menambah ) tenaga kerja menjadi L2.
Jadi dengan demikin harga faktor produksi bisa menetukan
kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan oleh produsen
dalam proses produksi, atau dengan bahasa lain harga faktor
14
produksi dapat menyelesaikan permasalahan yang menyakut
sumberdaya yang tersedia dapat diolah dengan maksimal untuk
mengahasilkan suatu barang atau jasa ( Ida Nuraini, 2013)
2) Ongkos Sama ( Isocost )
Untuk menghemat pengeluaran perusahaan dan
memaksimumkan keuntungan maka perusahaan harus
memaksimumkan ongkos produksi. Dengan biaya yang ada setiap
produsesn atau perusahaan dalam usahanya pasti menginginkan
adanya hasil produksi yang optimal sehingga keuntungan yang
mereka dapat maksimum, maka dari itu produsen atau perusahaan
harus bisa meminimumkan biaya (Sadono Sukirno,1985)
Untuk membuat analisa biaya produksi yang minimum perlu
kurva garis ongkos sama.Garis ongkos sama merupakan garis yang
menggambarkan kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat dibeli
dengan menggunakan sejumlah anggaran tertentu. Untuk membuat
garis ongkos sama tersebut harus mengetahui terlebih dahulu harga
faktor produksinya:
K
5 TO/Pk
TO = Pk.K + PL .L
TO/ PL
10 L
15
TO = Total pengeluaran
Pk = Harga kapital
PL = Harga tenaga kerja
Garis TO/ PL – TO/ Pk adalah garis isocost ( ongkos sama ), dan titik-
titik disepanjang garis ongkos sama merupakan kombinasi faktor
produksi tenaga kerja dan modal yang dapat dibeli dengan
menghabiskan anggaran yang dimiliki. Kemiringan garis anggaran
tersebut adalah 5/10 = ½ atau PL/ Pk.
Jika anggaran produsen untuk membeli faktor produksi (
input) tersebut ditambah, sedangkan harga-harga faktor produksi
tetap maka isocost tersebut akan begeser ke kanan, dan akan lebih
banyak faktor produksi yang bisa dibeli. Sebaliknya, apabila
anggaran tersebut berkurang dan harga faktor produksi tetap, maka
isocost akan bergeser kekiri yang berarti menunjukkan semakin
sedikit faktor produksi yang dapat dibeli ( Ida Nuraini, 2013).
3) Jangka Waktu Analisa
Dalam kegiatan produksi dapat dilihat dari jangka waktunya
yang terbagi Dua,.Pertama, jangka pendek (short run), yaitu situasi
produksi dimana outpunya dapat dirubah, akan tetapi ada sebagaian
faktor produksi yang bersifat tetap dan sebagiannya lagi dapat
berubah. Dimasa tersebut perusahaan tidak dapat menambah jumlah
faktor produksinya yang di anggap tetap. Faktor produksi tetap
biasanya merupakan bagiab dari modal (seperti mesin pabrik dan
16
peralatanya , tanah dan kemungkinan tenaga tenaga terampil dan
jasa-jasa manajemen) (Sadono Sukirno, 151).
Kedua, produksi jangka panjang (long run) merupakan
kegiatan produksi yang tidak hanya output dapat berubah, akan
tetapi ada kemungkinan semua input dapat di ubah dan hanya
teknologi dasar yang tidak dapat di mengalami perubahan. Jangka
panjang ini tidak ada kaitannya dengan jangka waktu tertentu
misalkan 1 bulan 1 tahun dan sebagainya, akan tetapi berkaitan
dengan pilihan-pilihan pabrik dan peralatannya serta proses
produski yang dipakai (Ida Nuraini, 2013).
2. Faktor Produksi Dalam Usahatani
a. Luas Lahan Sebagai Faktor Pruduksi
Dampak alih fungsi lahan terhadap pertanian pangan mempunyai
fungsi kumulatif yang diartikan bahwa dampak alih fungsi lahan yang
terjadi sekarang tidak dapat dirasakan saat ini juga, tetapi dirasakan di
tahun yang akan datang. Hal ini karena kegitan alih fungsi lahan bukan
hanya menyebabkan turunnya tingkat produksi pangan tetapi kapasitas
produksi pangan, mengingat lahan merupakan faktor produksi utama dan
jika tidak ada lahan maka tidak ada pula produksi pangan yang akan
dibutuhkan.
Dalam pertanian tidak akan pernah lepas dari sebuah lahan, maka
dari itu peran dari lahan itu sendiri sangat penting karena berpengaruh
terhadap besar kecilnya produksi. Lahan sebagai salah satu faktor produksi
17
yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi
yang cukup besar terhadap usaha tani. Besar kecilnya produksi dari usaha
tani antara lain dipengaruhi oleh luas lahan yang digunakan, meskipun ada
beberapa hal yang memepengaruhi tingkat produksi yang di antranya
adalah penggunaan pupuk, tingkat kesuburan tanah dan lain-lain
(Mubyarto, 1989).
Lahan atau tanah merupakan salah satu faktor produksi
penting dalam kegiatan pertanian. Permasalahan pertanian
cenderung menjadi sangat kompleks karena :
a) Pola pikirnya yang masih sempit.
b) Terdapatnya fenomena dengan semakin terdesaknya kegiatan
pertanian oleh kegiatan non pertanian dengan munculnya fenomena
konversi lahan yang semakin gencar.
c) Terjadinya perpecahan dan perpencaran lahan baik pada lahan
sawah maupun lahan kering.
d) Terjadinya akumulasi lahan oleh sebagian kecil oleh rumah tangga
di pedesaan.
e) Seringkali terjadi pertanahan yang diakibatkan oleh konflik
penguasaan dan permanfaatan lahan (Syarif imam hidayat, 2008)
Luas lahan pertanian atau tanah akan mempengaruhi skala
usaha pertanian, dan skala usaha ini pada akhirnya akan
mempengaruhi efisien atau tidaknya usaha pertanian. Terkadang
letak efisien sebuah lahan tidak hanya dilihat dari segi luas lahan itu
18
sendiri akan tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
letak fisien sebuah lahan tersebut yang diantranya:
a) Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti
bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.
b) Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah itu yang pada
akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut
c) Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian
dalam skala luas lahan (Soekartawi, 1989)
b) Tenaga Kerja Sebagai Faktor Produksi
Kita tahu bahwa tenaga kerja mempunyai peran penting dalam
pertanian apalagi didalam usahatani masyarakat desa. mereka masih
mengandalkan tenaga kerja sebagai faktor utama dalam mengelolah
usahataninya, karena kebanyakan pelaku usaha tani masih belum kenal
tentang penggunaan teknologi. Tenaga kerja yang diambil berasal dari
keluarganya sendiri, diantara mereka punya peran masing-masing.
Setiap usaha pertanian yang akan dilaksakan pasti memerlukan
tenaga kerja. Oleh karena itu tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap
tingkat produksi, meskipun demikian kita harus tahu bahwa semua
tergantung dari kualitas tenaga kerja itu sendiri (Soekartawi 1993).
Sebelum mengatakan bahwa tenaga kerja sangat penting dalam
sebuah produksi, maka kita harus tahu bahwa tenaga kerja dalam pertanian
harus bisa dibedakan antara (usahatani pertanian rakyat) dengan perusahaan
pertanian yang besar seperti perkebunan kehutanan, peternakan dan
19
sebaginya. Dalam usahatani tenaga kerja berasal dari keluarga (Mubyarto,
1989).
Didalam keluarga setiap orang punya peran masing-masing dalam
mengelolah pertanianya sehingga mempunyai pengaruh terhadap produksi
secara keseluruhan tanpa adanya bayaran terhadap apa yang dikerjakannya
selama mengelolah usahataninya. Jadi peranan tenaga kerja yang berasal
dari keluarga petani memegang peran yang sangat penting terhadap sebuah
produksi. (Mubyarto, 1998).
3. Produktivitas
Dalam ilmu ekonomi pertanian produktivitas merupakan perbandingan
antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen ( penerimaan )
dengan biaya ( pengorbanan ) yang harus dikeluarkan. Pengertian
produktivitas meruapakan penggabungan antara konsep evisiensi usaha (
fisik) dengan kapasitas tanah. Efisien fisik mengukur banyaknya hasil
produksi (output) yang diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input).
Jadi secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi ( usaha
) dan kapasitas tanah (Mubyarto, 1989).
4. Hubungan Antar Variabel
1) Luas Lahan Dengan Produski Pertanian Pangan
Luas lahan merupakan hal yang penting dalam sebuah
pertanian, karena lahan merupakan pabriknya pertanian tanpa
adanya lahan maka tidak ada produksi (Mubyarto, 1998).
20
Dengan adanya pertambahan lahan disetiap daerah maka
akan meningkatkan produksi dalam pertanian. Banyak yang terjadi
saat ini yang menjadikan tingkat produksi pertanian pangan
menurun salah satunya adalah adanya alih fungsi lahan pertanian,
hal ini membuktikan bahwa adanya keterkaitan antara luas lahan
dengan produksi pertanian pangan.
2) Tenaga Kerja Dengan Produksi Pertanian Pangan
Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti
memerlukan tenaga kerja, dimana pada saat penanaman, pengobatan
atau pemberi pupuk, sampai masa panen sangat dibutuhkan peran
dari tenaga kerja sendiri. Didalam keluarga setiap orang punya
peran masing-masing dalam mengelolah pertanianya, sehingga
mempunyai pengaruh terhadap produksi secara keseluruhan tanpa
adanya bayaran terhadap apa yang dikerjakannya selama
mengelolah usahataninya (Mubyarto, 1993).
C. Kerangka Pemikiran
.
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai
konstribusi cukup besar terhadap produksi pertanian apalagi lahan
Luas lahan pertanian
(X1)
Jumlah tenaga kerja
pertanian
(X2)
Jumlah
produksi
pertanian
pangan
(Y)
21
merupakan pariknya pertanian, hal ini bisa dikatakan bahwa lahan
berpengaruh terhadap besar kecilnya sebuah produksi pertanian. Meskipun
di beberapa sisi ada faktor faktor yang mempengaruhi juga misalnya tingkat
kesuburan tanah dan lain-lain
Seperti yang kita ketahui bahwa tenaga merupakan faktor dalam
sebuah produksi pertanian, tenaga kerja bisa dikatakan berpengaruh yang
cukup besar terhadap besar kecilnya sebuah produksi. Tenaga kerja yang
berkulaitas bisa berdampak terhadap produksifitas, maka dari itu perlu
adanya peningkatan kualitas ilmu terhadap tenaga kerja.
D. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan penjelasan sementara atau dugaan sementara
tentang sebuah penelitian maka dari itu berdasarkan pemikiran yang bersifat
teoritis diatas, maka untuk menjawab permasalahan di atas yang telah
dirumuskan dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: diduga luas lahan
pertanian, dan jumlah tenaga kerja pertanian berpengaruh terhadap
produksi pertanian pangan di kabupaten Sumenep.
22