BAB II TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kapasitas …repository.uir.ac.id/404/2/bab2.pdf · bagian...
Transcript of BAB II TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kapasitas …repository.uir.ac.id/404/2/bab2.pdf · bagian...
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Kapasitas Produksi
2.1.1 Pengertian Kapasitas Produksi
Kapasitas (capacity) adalah hasil produksi (throughtphut), atau jumlah unit
yang dapat ditahan, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam
suatu periode waktu tertentu. Kapasitas mempengaruhi sebagian besar biaya tetap.
Kapasitas juga menentukan apakah permintaan dapat dipenuhi, atau apakah fasilitas
yang ada akan berlebih. Jika fasilitas terlalu besar, sebagian fasilitas akan
mengenggur dan akan terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produk yang
ada atau pelanggan. Jika fasilitas terlalu kecil, pelanggan bahkan pasar keseluruhan
akan hilang. Oleh karena itu, penetapan ukuran fasilitas sangat menentukan tujuan
pencapaian tingkat utilitas tinggi dan tingkat pengembalian investasi tinggi.
Kapasitas produksi merupakan salah satu hal yang perlu di perhatikan
sehubungan dengan upaya meningkatkan laba perusahaan disamping usaha-usaha
seperti pemilihan pemilihan material yang ekonomis, control kualitas, promosi,
guna menambah permintaan pasar dan sabagainya. Kapasitas produksi dapat
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar,
semakin tinggin kapasitas produksi yang dapat diusahakan maka semakin banyak
produk yang mampu dihasilkan setiap jam, setiap hari, setiap bulan, bahka setiap
tahunnya. Peningkatan kapasitas produksi berhubungan dengan tingkat investasi
dan investasi berhubungan dengan tingkat tabungan masyarakat, sedangkan tingkat
tabungan masyarakat berhubungan dengan tingkat pendapatan dan konsumsinya.
Jadi, bila kapasitas produksi ingin ditingkatkan maka tabungan masyarakat haruslah
ditingkatkan agar investasi dapat pula meningkat.
Kapasitas produksi dapat didefenisikan sebagai volume atau jumlah produk
yang dapat dihasilkan oleh suatu fasilitas produksi atau perusahaan dalam periode
waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya yang tersedia saat itu. Pada
perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk dan berproduksi untuk
pasar, penentuan kapasitas produksi sangat penting.
Pengukuran kapasitas dapat dilaksanakan berdasarkan output atau
berdasarkan input tergantung macam kegiatan atau lembaga kegiatannya. Misal
pabrik garmen, mengukur kapasitas berdasarkan output dan lembaga pendidikan
mengukur kapasitas berdasarkan input yang ditunjukkan oleh daya tampung.
Dasar untuk menentukan rencana kapasitas pabrik adalah skala ekonomi
(economic scale), yaitu fasilitas yang dipilih adalah yang memiliki biaya perunit
paking rendah, dan focus fasillity, yaitu fasilitas yang tersedia diusahakan agar
dapat menghasilkan beberapa macam produk. Misalnya satu pabrik memproduksi
komponen produk yang hampir sama.
Menurut pendapat Freddy Rangkuti (2005, p94):
Kapasitas adalah tingkat kemampuan berproduksi secara optimum dari
sebuah fasilitas biasanya dinyatakan sebagai jumlah output pada satu periode waktu
tertentu. Manajer Operasional memperhatikan kapasitas karena: pertama, mereka
ingin mencukupi kapasitas untuk memenuhi permintaan konsumen.
Kedua,kapasitas mempengaruhi efisiensi biaya operasi. Ketiga,kapasitas sangat
bermanfaat mengetahui perencanaan output, biaya pemeliharaan kapasitas, dan
sangat menentukan dalam analisis kebutuhan investasi.
Menurut Lalu Sumayang, (2003, p99):
Kapasitas adalah tingkat kemampuan produksi dari suatu fasilitas biasanya
dinyatakan dalam jumlah volume output perperiode waktu. Peramalan permintaan
yang akan datang akan memberikan pertimbangan untuk merancang kapasitas.
Menurut T. Hani Handoko, (1999, p297):
Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran suatu kuantitas keluaran dalam
periode tertentu dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin selama
periode waktu itu.
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk
berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran
(output) per satuan waktu. Pengertian kapasitas ini harus dilihat dari tiga perspektif
agar lebih jelas, yaitu:
Kapasitas Desain: Menunjukkan output maksimum pada kondisi ideal
dimana tidak ada produk yang rusak atau cacat, hanya untuk perawatan yang rutin.
Kapasitas Efektif: Menunjukkan output maksimum pada tingkat operasi
tertentu. Pada umumnya kapasitas efektif lebih rendah dari pada kapasitas
desain. Kapasitas efektif sering kali lebih rendah daripada kapasitas desain karena
fasilitas yang ada mungkin telah didesain untuk versi produk sebelumnya atau
bauran produk yang berbeda daripada yang sekarang sedang diproduksi.
Kapasitas Aktual: Menunjukkan output nyata yang dapat dihasilkan oleh
fasilitas produksi. Kapasitas aktual sedapat mungkin harus diusahakan sama dengan
kapasitas efektif.
2.1.2 Teori Kapasitas Produksi
Kapasitas adalah suatu tingkat keseluruhan, suatu kuantitas keluaran hearts
periode tertentu, dan merupakan kuantitas tertinggi yang mungkin selama periode
waktu itu. Untuk review different keperluan, kapasitas disesuaikan dengan tingkat
penjualan yang sedang berfluktuasi yang dicerminkan hearts jadwal produksi induk
(menguasai produksi schedule)
Hubungan antara kapasitas dan jadwal-jadwal induk adalah sangat penting.
Karena jadwal produksi mencerminkan apa yang akan diproduksi suatu perusahaan
(tidak perlu apa yang akan dijual), kemampuan untuk review rencana tergantung
pada kapasitas dan jumlah tersedia sekarang atau hearts jangka pendek di waktu
mendatang, atau tergantung pada kemampuannya untuk review memperluas
kapasitas hearts jangka waktu lebih panjang.
Jadwal produksi yang realistic menjadi keberhasilan operasi suatu
perusahaan yang mengakibatkan seluruh operasi sumberdaya terikat untuk review
memuaskan kuantitasnya dan komitmen hari pengiriman.
Waktu can be menimbulkan masalah lain hearts concept kapasitas. Bagi
manajer yang membicarakan tentang kapasitas akan membicarakan tentang
kuantitas keluaran hearts periode tertentu, tetapi berapa lama? Setiap perusahaan
akan berbeda-beda hearts menentukan berapa lama tingkat keluaran yang harus
dicapai. Contoh: suatu pabrik mempunyai kapasitas x satuan, dan tidak mengetahui
apakah dicapai hearts satu hari atau 6 bulan. Maka untuk review menghindari
masalah pengoperasian terbaik (terbaik operasi tingkat) perlu digunakan. Tingkat
kapasitas didapat through proses perancangan yang menghasilkan volume keluaran
yang tinggi dengan biaya rata-rata sebuah persatuan minimum.
Kapasitas atau tingkat keluaran ini pada umumnya dinyatakan dalam
satuan-satuan sebutan persamaan, seperti batang, ton, kilogram, meter, atau jam
kerja yang tersedia. Sedangkan satuan-satuan waktu yang sangat penting bagi
perencanaan kapasitas dapat dinyatakan dalam satuan seperti jam, hari, minggu,
atau bulan. Dalam praktek, diantara pengertian-pengertian kapasiatas, perusahaan
biasanya menggunakan kapasitas nyata atau kapasitas pengoperasian yang
ditentukan dari laporan-laporan atau catatan pusat kerja. Bila informasi ini tidak
tersedia, rated capacity digunakan dan dapat diperkirakan dengan rumusan ;
Rated capacity = jumlah mesin x jam kerja mesin x persentase
penggunaann x efesiensi sistem
Sebagai contoh, suatu pusat kerja beroperasi 6 hari perminggu dengan basis
dua shift (8 jam per shift) dan mempunyai 4 mesin dengan kemampuan sama. Bila
mesin-mesin digunakan 75% dari waktu pada tingkat efisiensi sebesar 90%, tingkat
keluaran dalam jam kerja standar per minggu dapat dihitung sebagai berikut :
Rate capacity = (4) (8x6x2) (0,75) (0,90) = 259 jam kerja standar per
minggu
Kapasitas yang dinyatakan dalam rate tersebut (misal, jam standar per
minggu) dipengaruhi oleh berbagai factor; baik factor yang dapat dikendalikan
(controllable) seperti tanah, tenaga kerja, fasilitas alternatif urutan pengerjaan,
pemeliharaan preventif, dan sebagainya, maupun faktor-faktor yang tidak dapat
dikendalikan (uncontrollable) seperti kerusakan mesin, tingkat absensi, kekurangan
bahan, pengerjaan kembali dan sisa produksi, prestasi tenaga kerja, dan masalah-
masalah peralatan yang tidak biasa.
2.1.3 Pertimbangan Kapasitas
Keuntungan secara terus menerus diperoleh dari pembentukan keunggulan
bersaing, bukan hanya dari tingkat pengembalian keuangan yang baik pada proses
tertentu. Keputusan kapasitas haruslah dipadukan kedalam misi dan strategi
organisasi. Investasi tidak dibuat sebagai pengeluaran tersendiri, tetapi sebagai
bagian dari rencana terpadu yang dapat menempatkan perusahaan dalam posisi
menguntungkan. Pertimbangan strategi sebagai tambahan integrasi yang ketat antara
strategi dan investasi, terdapat empat hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :
a. Peramalan demand yang akurat,
Peramalan yang akurat adalah puncak dari peramalan kapasitas. Apapun
jenis produk barunya, prospeknya dan life cycle produk yang sudah ada
harus ditentukan. Manajemen harus mengetahui produk yang akan ditambah
dan produk yang akan dikurangi, sebagaimana volume yang diinginkan.
b. Memahami peningkatan teknologi dan kapasitas
Jumlah alternatif padasaat awal mungkin besar, tetapi begitu volume
produksi ditentukan, keputusan teknologi juga ditentukan oleh analisis
biaya, sumber daya yang digunakan, kualitas dan kehandalan. Review
seperti ini biasanya mengurangi alternatif teknologi yang ada menjadi lebih
sedikit. Teknologi dapat menentukan kenaikan kapasitas. Manajer operasi
memegang tanggung jawab atas teknologi dan peningkatan kapasitas.
c. Menemukan level operasi optimum (volume)
Menentukan teknologi dan kapasitas seringkali menentukan ukuran optimal
fasilitas, Kebanyakan bisnis memiliki ukuran optimal, paling tidak
ditemukannya satu model bisnis baru.
d. Dibuat untuk perubahan
Dalam dunia yang cepat berubah, perubahan tidak dapat dihindarkan. Oleh
karena itu, manajer operasi membuat fleksibilitas dalam peralatan dan
fasilitas. Mereka mengevaluasi sensitivitas keputusan dengan menguji
beberapa proyeksi pendapatan pada kedua sisi bagian atas maupun bagian
bawah resiko. Bangunan dan peralatan dapat didesain untuk
mengakomodasi perubahan produk, bauran produk, dan proses di masa yang
akan datang. Alih–alih mengelola kapasitas secara strategis, manajer dapat
mengelola permintaan secara taktis.
2.1.4 Mengelola Permintaan
Walaupun terdapat peramalan yang baik dan fasilitas yang dibangun sesuai
dengan peramalan tersebut, dapat terjadi ketidakcocokan antara permintaan aktual
dan kapasitas yang tersedia.Ketidakcocokan ini dapat berarti permintaan melebihi
kapasitas atau kapasitas melebihi permintaan. Perusahaan dapat memiliki beberapa
pilihan:
a. Permintaan melebihi kapasitas
Jika permintaan melebihi kapasitas, perusahaan dapat membatasi
permintaan dengan menaikkan harga, membuat penjadwalan dengan lead
time yang panjang, dan mengurangi bisnis dengan keuntungan marginal.
Walaupun demikian, karena fasilitas yang tidak mencukupi ini mengurangi
keuntungan di bawah yang mungkin dapat dicapai, solusi jangka panjang
biasanya dilakukan dengan cara meningkatkan kapasitas.
b. Kapasitas melebihi permintaan
Jika kapasitas melebihi permintaan, perusahaan mungkin menginginkan
untuk merangsang permintaan melalui pengurangan harga atau pemasaran
yang agresif, atau mungkin menyesuaikan diri terhadap pasar melalui
perubahan produk.
c. Penyesuaian pada permintaan musiman
Sebuah pola permintaan musiman atau siklus permintaan merupakan
tantangan yang lain pada kapasitas. Dalam beberapa kasus, manajemen
merasa terbantu jika dapat menawarkan produk dengan pola permintaan
yang saling melengkapi yaitu, produk-produk dimana satu jenis memiliki
permintaan tinggi dan jenis lain memiliki permintaan rendah.
Contoh : Perusahaan menambahkan sebuah lini produk mobil salju agar
pada saat winter tiba penjualan terhadap produknya tetap bertahan.
Taktik untuk menyesuaikan kapasitas dengan permintaan :
1. Mengubah staf yang ada (menambah atau mengurangi jumlah karyawan)
2. Menyesuaikan peralatan dan proses, meliputi pembelian mesintambahan
atau menjual atau menyewakan peralatan yang ada
3. Memperbaiki metode untuk meningkatkan hasil produksi
4. Mendesain ulang produk untuk meningkatkan hasil produksi
5. Menambahkan fleksibilitas proses untuk memenuhi preferensi produkyang
berubah secara lebih baik
6. Menutup pabrik
Manajemen permintaan bertanggung jawab untuk mendistribusikan
kapasitas untuk memastikan bahwa layanan penting tidak terpengaruh, atau
setidaknya untuk meminimalkan dampak pada mereka. Untuk melakukan tugas ini
secara efisien penting bahwa manajemen kapasitas menyadari prioritas bisnis
pelanggan dan dapat bertindak sesuai. Namun, manajemen permintaan jangka
menengah hingga jangka panjang adalah tugas yang kurang penting. Peningkatan
kapasitas selalu memerlukan biaya, dan seringkali hal ini tidak perlu. Kapasitas
pemantauan benar memungkinkan untuk mengidentifikasi kelemahan atau
hambatan dalam infrastruktur TI dan menilai apakah mungkin untuk
mendistribusikan beban kerja dalam jangka panjang dalam rangka untuk
menawarkan layanan berkualitas tinggi tanpa meningkatkan kapasitas.
2.1.5 Perencanaan dan Pengendalian Kapasitas Produksi
Sebuah perusahaan manufaktur yang melakukan proses produksi
merupakan bagian yang sangat penting, maka setiap perusahaan harus bias
memproduksi dengan baik. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan
baik, diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi.
Untuk itu dilakukan perencanaan untuk memonitor hasil produksi actual terhadap
rencana produksi dan membuat penyesuaian. Dengan adanya perencanaan, kegiatan
produksi yang akan dilakukan akan lebih terarah dan perusahaan dapat mencapai
tujuan dengan baik.
Proses perencanaan dimulai dengan perencanaan demand hingga penentuan
Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule / MPS). Untuk jenis produksi
massal yang melibatkan hanya satu jenis produk, perencanaan produksi tidak perlu
melalui tahap disagregasi, dan perencanaan produksi sudah menjadi Jadwal Induk
Produksi (JIP).
Peramalan terhadap kondisi pasar atau meramalkan apa yang diinginkan
oleh konsumen merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
produksi. Produk yang harus diproduksi, kuantitas produk yang akan diproduksi,
waktu untuk aktivitas produksi, dan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
berproduksi harus ditetapkan dalam perencanaan produksi (Gaspersz, 2005).
Pada dasarnya tahap-tahap dari proses perencanaan produksi adalah sebagai
berikut:
1. Mengumpulkan data yang relevan dengan perencanaan produksi. Beberapa
informasi yang dibutuhkan adalah sales forecast yang bersifat tidak pasti
dan pesanan-pesanan yang bersifat pasti selama periode tertentu.
Selanjutnya perlu pula diperhatikan backlog (pesanan yang telah diterima
pada waktu lalu namun belum dikirim), kuantitas produksi di waktu lalu
yang masih kurang dan harus diproduksi.
2. Mengembangkan data yang relevan dalam bentuk tabel.
3. Menentukan kapabilitas produksi, berkaitan dengan sumber-sumber daya
yang ada.
4. Melakukan partnership meeting yang dihadiri oleh manajer umum, manajer
PPIC, manajer produksi, manajer pemasaran, manajer keuangan, manajer
rekayasa, dan manajer-manajer lain yang dianggap relevan. Disini
diasumsikan bahwa yang menjalankan operasi manufacturing sehari-hari
adalah manajer umum dengan dibantu oleh para manajer lainnya dan
mereka mempunyai otoritas untuk membuat keputusan.
Perencanaan produksi juga merupakan acuan untuk menyusun Jadwal Induk
Produksi (JIP). Beberapa fungsi lain perencanaan produksi, yaitu ;
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap
rencana strategi perusahaan.
2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi.
3. Memonitor hasil produksi actual terhadap rencana produksi dan membuat
penyesuaian.
4. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan
rencana strategis.
5. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal Induk Produksi.
Tujuan perencanaan produksi adalah (Ishak, 2010):
1. Sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai
referensi perencanaan lebih rinci dari rencana agregat menjadi item dalam
jadwal induk produksi.
2. Sebagai masukan rencana sumber daya sehingga perencanaan sumber daya
dapat dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.
3. Meredam (stabilisasi) produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi
permintaan.
Secara umum proses perencanaan produksi dan pengendalian produksi
dapat dibagi menjadi beberapa tahapan:
1. Business Planning
Pada tahap ini dilakukan penentuan orientasi pasar, jenis produk dan
rencanapenjualan perusahaan.
2. Perencanaan produksi (Production Planning}
Perencanaan produksi melalui hasil peramalan dengan mempertimbangkan
tingkat persediaan dan target backlog sehingga menghasilkan rencana
produksi untuk tingkat family produk.
3. Jadwal Induk Produksi (Master Schedule Planning/MPS)
Tahap ini merupakan penguraian rencana produksi family produk (hasil
Production Planning) menjadi produk individu (item).
4. Rough Cut Capacity Planning (RCCP)
Tahap ini merupakan validasi Jadwal Induk Produksi terhadap kapasitas
yang tersedia, terutama untuk sumber yang kritis.
5. Perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning/MRP)
Tahap ini merupakan proses penjabaran produk (item) menjadi bahan
baku/komponen (part) yang diperlukan, sehingga tahap ini merupakan tahap
penentuan oerder pembelian atau order pembuatan.
6. Perencanaan kebutuhan kapasitas (Capacity Requirement Planning/CRP)
Tahap ini merupakan proses pemeriksaan beban kerja dalam penentuan
hasil perencanaan kapasitas. Tahap ini juga merupakan proses perbandingan
secara rinci kapasitas yang dibutuhkan MRP dengan situasi shoop floor
yang sebenarnya.
Perencanaan produksi digunakan untuk menyesuaikan permintaan yang
berasal dari peramalan dengan seluruh kemampuan yang ada di shoop floor
perusahaan. Dengan kata lain perusahaan tidak dapat begitu saja mengikuti hasil
peramalan yang telah didapatkan. Karena ketidakpastian hasil peramalan, tipe dari
perusahaan manufaktur, ongkos yang timbul ketika mengubah tingkat atau level
produksi.
Menentukan kebutuhan kapasitas masa depan bisa menjadi prosedur yang
rumit, yang sebagian besar didasarkan pada permintaan di masa yang akan
datang. Jika permintaan barang dan jasa dapat diramalkan dengan tingkat ketepatan
yang memadai, maka penentuan kebutuhan kapasitas dapat langsung
dilakukan. Penentuan kapasitas biasanya membutuhkan dua tahap, yaitu :
1. Tahap pertama, permintaan masa depan diramalkan dengan model
tradisional
2. Tahap kedua, peramalan ini digunakan untuk menentukan kebutuhan
kapasitas serta peningkatkan ukuran untuk setiap penambahan kapasitas.
Yang menarik, pertumbuhan permintaan biasanya terjadi secara bertahap dalam
unit yang kecil, dimana penambahan kapasitas biasanya terjadi secara serentak dan
dalam unit yang besar.Pertentangan ini sering menyulitkan perluasan kapasitas.
Perencanaan kapasitas adalah proses untuk memutuskan kebutuhan
kapasitas produksi oleh perusahaan untuk mempertemukan perubahan permintaan
setiap produk.
Tujuan perancanaan kapasitas adalah pencapaian tingkat utilitas tinggi dan
tingkat pengembalian investasi yang tinggi, dimana penetapan ukuran fasilitas
sangatlah menentukan.
Kapasitas produksi juga berkaitan erat dengan skedul atau jadwal produksi
yang tertuang dalam jadwal produksi induk (master production schedule), karena
jadwal produksi induk mencerminkan apa dan berapa yang harus diproduksi dalam
jangka waktu tertentu.
Tabel 2.1
Perencanaan Kapasitas Dapat Dilihat Dalam Tiga Horizon Waktu
Mengubah Kapasitas Menggunakan ebnKapasitas
Perencanaan Jangka
Panjang
Menambah fasilitas
Menambah peralatan yang
memiliki lead time panjang
*
Perencanaan Jangka
menengah
Subkontrak
Menambah peralatan
Menambah shift
Menambah kayawan
Menambah atau
menggunakan persediaan
Perencanaan Jangka
Pendek
* Penjadwalan tugas
Penjadwalan karyawan
Penjadwalan mesin
*Terdapat pilihan yang sangat terbatas
Dalam kaitannya dengan definisi diatas maka perencanaan kapasitas
berusaha untuk mengintegrasikan faktor-faktor produksi untuk meminimal ongkos
fasilitas produksi. Dengan kata lain, keputusan yang menyangkut kapasitas
produksi harus mempertimbangkan faktor-faktor ekonomis fasilitas produksi
tersebut, termasuk didalamnya efisiensi dan utilitasinya.
Dua pengukuran kinerja sistem biasanya bermanfaat yaitu utilisasi dan
efisiensi.Utilisasi adalah persentase kapasitas desain yang sesungguhnya telah
dicapai. Bagaimana fasilitas digunakan dan dikelola akan menentukan sulit
tidaknya mencapai 100% efisiensi. Manajer operasi cenderung dievaluasi pada
tingkat efisiensinya.
Kunci peningkatan efisiensi sering terdapat dalam perbaikan permasalahan
kualitas dan dalam penjadwalan, pelatihan, dan pemeliharaan yang efektif.
a. Kapasitas jangka pendek (< 3 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka pendek kurang dari tiga bulan.ini dikaitkan
pada proses penjadwalan harian atau mingguan dan menyangkut pembuatan
penyesuian–penyesuian untuk menghapus ‘’variance’’ antara keluaran yang
direncanakan dan keluaran nyata. Keputusan perencanaan mencakup alternative-
alternatif seperti kerja lembur, pemindahan personalia, penggantian routing
produksi.
Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk menangani secara
ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa yang akan datang, misalnya
untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika dalam jangka
waktu pendek. Kebanyakan perusahaan tidak beroperai penuh selama 24 jam per
hari dan tidak pernah beroperasi penuh tujuh hari per minggu. Jika perusahaan
beroperasi penuh delapan jam per hari (satu shif) dan lima hari per minggu, maka
kapasitas normal jam kerja perusahaan adalah 40 jam per minggu. Namun demikian
40 jam per minggu bukanlah kapasitas maksimum yang dimiliki. Dalam banyak
kasus perusahaan dimungkinkan untuk bekerja melebihi kapasitas normal, sehingga
kapasitas output maksimumnya lebih dari 40 jam kerja.
Menghadapi kondisi seperti ini, untuk menambah atau menurunkan
kapasitas mungkin perusahaan melakukan penambahan dan pengurangan jam kerja,
melakukan Sub-Kontrak dengan perusahaan lain. Untuk meningkatkan kapasitas
jangka pendek terdapat lima cara yang dapat digunakan perusahaan (krajewzki &
Ritzman),
1. Meningkatkan jumlah sumber daya;
a. Penggunaan kerja lembur
b. Penambahan regu kerja
c. Memerikan kesempatan kerja secara part-time
d. Sub-Kontrak
e. Kontrak kerja
2. Memperbaiki penggunaan sumber daya:
a. Mengatur regu kerja
b. Menetapkan skedul
3. Memodifikasi produk:
a. Menentukan standar produk
b. Melakukan perubahan jasa operasi
c. Melakukan pengawasan kualitas
4. Memperbaiki permintaan:
a. Melakukan perubahan harga
b. Melakukan perubahan promosi
5. Tidak memenuhi permintaan:
a. Tidak mensuplai semua permintaan
b. Kapasitas jangka menengah (3-18 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka menengah (intermediet range) rencana-
rencana bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 18 bulan atau yang akan datang.
Dalam hal ini, kapasitas juga bervariasi karena alternatif-alternatif seperti penarikan
tenaga kerja, pemutusan kerja, peralatan-peralatan bukan utama.
Perencanaan kapasitas janga menengah merupakan perencanaan dengan
tenggang waktu 3 hingga 8 bulan. Berbeda dengan perencanaan kapasitas jangka
pendek yang hanya berfokus pada penggunaan kapasitas yang ada, pada jangka
menengah perusahaan melakukan dua pendekatan, yaitu mengoptimalkan kapasitas
yang ada dan mencoba perlahan mengubah kapasitas yang ada. Dalam
menggunakan kapasitas, perusahaan dapat melakukan penambahan karyawan atau
pembuatan persediaan. Sedangkan pendekatan mengubah kapasitas dilakukan
dengan subkontrak, menambah peralatan, atau menambah shift kerja.
c. Kapasitas jangka panjang (>1 tahun)
Perencanaan kapasitas jangka panjang (long time) kurang lebih dari satu
tahun. Di mana sumber daya produktif memakan waktu lama untuk memperoleh
atau menyelesaikan, seperti bangunan, peralatan atau fasilitas. Perencanaan
kapasitas jangka panjang memerlukan partisipasi dan persetujuan manajemen
puncak.
Perencanaan kapasitas jangka pajang merupakan strategi operasi dalam
menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat diperkirakan
sebelumnya. Misalnya, rencana untuk menurunkan biaya produksi per unit, dalam
jangka pendek sangat sulit utuk dicapai karena unit produk yang dihasilkan masih
berskala kecil, tetapi dalam jangka panjang rencana tersebut dapat dicapai dengan
meningkatkan kapasitas produksi. Persoalan yag timbul adalah berapa jumlah
produk yang dihasilkan agar biaya produksi seminimum mungkin.
Penentuan jumlah produksi yang dapat menghasilkan biaya minimum perlu
diperhatikan berbagai faktor seperti:
a. Pola permintaan jangka panjang
b. Siklus kehidupan produk yan dihasilkan
Dalam kaitan dengan kapasitas jangka panjang, terdapat dua strategi yang
dapat ditempuh perusahaan:
a. Strategi melihat dan menuggu (wait and see strategy)
Strategi ini dapat dikatakan pula sebagai strategi hati-hati, karena kapasitas
produksi akan dinaikkan apabila yakin permintaan konsumen sudah naik. Strategi
ini diperoleh dengan pertimbangan bahwa, setiap kali terjadi kelebihan kapasitas
perusahaan harus menanggung risiko karena investasi yang dilakukan hanya
ditanggung dalam unit yang sedikit, akibatnya biaya produksi menjadi tinggi.
b. Strategi ekspansionis
Strategi ekspansionis yaitu kapasitas selalu melebihi atau diatas permintaan.
Dengan strategi perusahaan berharap tidak terjadi kekurangan produk di pasaran
yang dapat menyebabkan adanya peluang masuknya produsen lain. Selain itu
perusahaan untuk memberikan pelayanan terbaik dengan cara menjamin
tersedianya produk di pasaran.
Dalam kaitannya dengan definisi di atas maka perencanaan kapasitas
berusaha untuk mengintegrasikan faktor–faktor produksi untuk meminimasi
ongkos fasilitas produksi. Dengan kata lain, keputusan-keputusan
yang menyangkut kapasitas produksi harus mempertimbangkan faktor-faktor
ekonomis fasilitas produksi tersebut, termasuk di dalamnya efisiensi dan
utilisasinya.
2.1.6 Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penentuan Kapasitas Produksi
a. Batasan permintaan, yang telah diketahui dalam perhitungan market share
b. Tersedianya kapasitas mesin, yang dibatasi oleh kapasitas teknis atau
ekonomis
c. Jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi
d. Kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi dimasa yang akan
datang
Dalam menentukan kapasitas produksi dari suatu pabrik atau industri yang
akan didirikan, dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan.
Pertama adalah dengan memperkirakan tingkat permintaan potensial
terhadap produk pada masa depan.
Kedua adalah dengan pendekatan terhadap ketersediaan bahan bakunya.
Pendekatan yang pertama dapat dilakukan apabila tersedia data historis
untuk tingkat produksi atau penawaran dang tingkat permintaan dari produk yang
bersangkutan atau pun dari produk yang sejenis dengannya. Dengan menggunakan
teknik peramalan yang tepat maka akan dapat diperkirakan tingkat permintaan
terhadap produk tersebut pada masa yang akan datang.
2.2 Rough Cut Capacity Planning ( RCCP)
2.2.1 Pengertian Rough Cut Capacity Planning ( RCCP)
Menurut (Gasperz, 2002) Rough Cut Capacity Planning (RCCP)
merupakan proses konversi dari MPS ke dalam kebutuhan kapasitas yang berkaitan
dengan sumber daya seperti tenaga kerja, mesin dan peralatan. RCCP juga
berfungsi untuk mengetahui adanya sumber yang berpotensi menjadi bottleneck
sehingga akan berguna dalam pelaksanaan MPS.
Rough Cut Capacity Planning (RCCP) merupakan urutan kedua dari
hierarki perencanaan prioritas-kapasitas yang berperan dalam mengembangkan
MPS. RCCP melakukan validasi terhadap MPS yang juga menempati urutan kedua
dalam hierarki perencanaan prioritas produksi. Guna menetapkan sumber-sumber
spesifik tertentu khususnya yang diperkirakan akan menjadi hambatan potensial
(potential bottlenecks) adalah cukup untuk melaksanakan MPS. Dengan demikian
kita dapat membantu manajemen untuk melaksanakan Rough Cut Capacity
Planning (RCCP) dengan memberikan informasi tentang tingkat produksi dimasa
mendatang yang akan memenuhi permintaan total itu (Gaspersz, 2012).
Pada dasarnya RCCP didefinisikan sebagai proses konversi dari rencana
produksi dan atau MPS ke dalam kebutuhan kapasitas yang berkaitan dengan
sumber-sumber daya kritis seperti : tenaga kerja, mesin, peralatan, kapasitas
gudang, kapabilitas pemasok material fsn parts, dan sumber daya keuangan.
RCCP adalah serupa dengan perencanaan kebutuhan sumber daya
(Resource Requirements Planning = RRP), kecuali bahwa RCCP adalah lebih
terperinci dari pada RRP dalam beberapa hal, seperti : RCCP disagregasikan
berdasarkan periode waktu harian atau mingguan; dan RCCP mempertimbangkan
lebih banyak sumber daya produksi (Gaspersz, 2012).
RCCP (perencanaan kapasitas kasar) ini termasuk dalam perencanaan
kapasitas jangka panjang. RCCP menentukan kebutuhan kapasitas yang diperlukan
untuk melaksanakan MPS. Horizon waktu atau MPS, biasanya satu sampai dengan
tiga tahun.
Rough Cut Capasity Planning (RCCP) yaitu urutan kedua dari hierarki
perencanaan prioritas kapasitas yang berperan dalam mengembangkan MPS. RCCP
melakukan validasi terhadap MPS yang juga menempati urutan kedua hierarki
perencanaan prioritas produksi. Guna menempatkan sumber-sumber spesifik
tertentu–khususnya yang diperkirakan akan menjadi hambatan potensial (potential
bottlenecks) dapat menyelesaikan hambatan tersebut dengan melaksanakan MPS.
Dengan demikian kita dapat membantu manajemen untuk melaksanakan RCCP,
dengan memberikan informasi tentang tingkat produksi dimasa mendatang yang
akan memenuhi permintaan total itu.
Pada dasarnya RCCP didefinisikan sebagai proses konversi dari rencana
produksi dan atau MPS kedalam kebutuhan kapasitas yang berkaitan dengan
sumbersumber daya kritis seperti:
1. Tenaga kerja.
2. Mesin dan peralatan.
3. Kapasitas gudang.
4. Kapabilitas pemasok material dan parts.
5. Sumber daya keuangan.
RCCP adalah serupa dengan perencanaan kebutuhan sumber daya
(Resource Requirements Planning = RRP), kecuali bahwa RCCP adalah lebih
terperinci daripada RRP dalam beberapa hal seperti:
1) Rough Cut Capasity Planning (RCCP) didisagregasikan kedalam level item.
2) Rough Cut Capasity Planning (RCCP) didisagregasikan berdasarkan
periode waktu harian atau mingguan.
3) Rough Cut Capasity Planning (RCCP) mempertimbangkan lebih banyak
sumber daya produksi.
Pada dasarnya terdapat empat langkah yang diperlukan untuk melakukan
Rough Cut Capasity Planning (RCCP) yaitu:
1) Memperoleh informasi tentang rencana produksi dari MPS.
Misalkan bahwa informasi yang berkaitan dengan rencana produksi untuk
satu bulan tertentu (katakanlah dalm minggu-minggu :32,33,34, dan 35)
adalah kelompok A = 720 unit, kelompok produk B = 240 unit,dan
kelompok produk C = 160 unit. Selanjutnya kita akan memfokuskan
perhatian pada kelompo produk A. katakanlah bahwa kelompok produk A
terdiri dari tiga produk assembly (produk 1, produk 2, dan produk 3) serta
berdasarkan informasi dari MPS diketahui bahwa produk 1,2, dan 3 itu telah
dijadwalkan.
2) Memperoleh informasi tentang struktur produk dan waktu tunggu (lead
times).
Informasi tentang struktur produk biasanya telah ditetapkan pada
perencanaan kebutuhan sumber daya RPP, yang berada pada level lebih
tinggi (level 1) dalam hierarki perencanaan kapasitas. Misalkan pada
informasi yang berkaitan dengan struktur produk untuk product family
beserta waktu tunggu telah ditetapkan.
3) Menentukan Bill Of Resources.
Perhitungan terhadap waktu assembly rata-rata untuk setiap produk dalam
kelompok produk A menggunakan formula sebagai berikut: Waktu
assembly rata-rata = unit produk yang diproduksi x (jam standar
assembly/unit).
4) Menghitung kebutuhan sumber daya dan membuat laporan RCCP, yang
berkaitan dengan penggunaan jam mesin yang memperhatikan efisiensi
yang ada di perusahaan. Setelah semua langkah dikerjakan, barulah
diketahui perbandingan antara kapasitas yang diperlukan dengan kapasitas
yang ada. Apakah kapasitas yang ada cukup menunjang untuk memproduksi
produk dalam jumlah x.
Selanjutnya hasil–hasil dari Rough Cut Capacity Planning (RCCP)
ditampilkan dalam suatu diagram yang dikenal sebagai load profile. Load Profile
merupakan metode yang umum dpergunakan untuk menggambarkan kapasitas
yang dibutuhkan versus kapasitas yang tersedia. Dengan demikian load profile
didefinisikan sebagai tampilan dari kebutuhan kapasitas diwaktu mendatang
berdasarkan pesanan–pesanan yang direncanakan dan dikeluarkan sepanjang suatu
periode waktu tertentu.Perencanaan kapasitas (capacity planning) merupakan salah
satu aktivitas manajemaen kapasitas. Perencanaan kapasitas adalah proses
menentukan tingkat kapasiatas yang diperlukan untuk melakukan jadwal produksi
(MPS), dibandingkan terhadap kapasitas yang tersedia dan tindakan-tindakan
penyesuaian yang diperlukan terhadap tingkat kapasitas atau jadwal produksi. Jika
terjadi kekurangan kapasitas, hasilnya berupa kekurangan pancapaina target
produksi, pengiriman produk ke konsumen terlambat dan kehilangan kepercayaan
sistem manajemen. Sebaliknya, jika kapasitas berlebihan, mengakibatkan utilitas
sumber yang rendah, operasi pabrik tidak efesian, biaya tinggi dan berkurangnya
margin keuntungan.
Jenis perencanaan kapasitas ditinjau dari horizon waktu perencanaan:
1. Perencanaan kapasitas jangka panjang. Ukuran waktu 1-5 tahun ke depan.
Isi perencanaan adalah:
a) Fasilitas yang akan dibangun.
b) Mesin yang akan dibeli.
c) Produk yang akan dibuat.
2. Perencanaan kapasitas jangka menengah. Untuk kurun waktu bulanan
sampai dengan satu tahun ke depan. Tingkat perencanaan sudah rinci. Isi
dalam perencanaan ini adalah:
a) Tambahan tooling.
b) Lembur, tambahan shift.
c) Sub kontrak.
3. Perencanaan kapasitas jangka pendek. Untuk kurun waktu harian sampai
bulan ke depan. Titik beratnya lebih pada pengendalian; sudah melihat atau
mengevaluasi apakah pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan yang
dibuat.
Pengendalian kapasitas adalah monitoring baik work maupun production
input untuk menjamin perencanaan kapasitas dapat tercapai. Berikut ini akan
diperkenalkan tiga teknik Rough Cut Capacity Planning (RCCP), yaitu:
1) Pendekatan total faktor (Capacity Planning Using Overall Factor Approach
= CPOF).
2) Pendekatan daftar tenaga kerja (Bill Of labour Approach = BOLA).
3) Pendekatan profil sumber (Resource Profile Approach = RPA).
2.2.2 CPOF(Capacity Planning Using Overall Factor Approach)
CPOF (Capacity Planning Using Overall Factor Approach) membutuhkan
tiga masukan yaitu MPS, waktu total yang diperlukan untuk memproduksi suatu
produk dan proporsi waktu penggunaan sumber. CPOF (Capacity Planning Using
Overall Factor Approach) mengalikan waktu total tiap family terhadap jumlah MPS
untuk memperoleh total waktu yang diperlukan pabrik untuk mencapai MPS. Total
waktu ini kemudian dibagi menjadi waktu penggunaan masing-masing sumber
dengan mengalikan total waktu terhadap proporsi penggunaan sumber.
2.2.3 BOLA (Bill Of Labour Approach)
Jumlah kebutuhan kapasitas yang diperlukan diperoleh dengan mengalikan
waktu tiap komponen yang tercantum pada daftar tenaga kerja dengan jumlah
produk dari MPS. Jika perusahaan mempunyai lebih dari satu produk, lead time tiap
bagian harus ditentukan. Secara umum, jika n adalah jumlah produk, aik adalah
jumlah produk k di stasiun kerja I, bjk adalah jumlah produk k (MPS) pada periode
j, maka formula kebutuhan kapasitas stasiun kerja pada periode j adalah:
Kebutuhan kapasitas = ∑ (𝑎1𝑘 𝑏𝑘𝑗)𝑛
𝑘=1 untuk semua ij
2.2.4 RPA (Resource Profile Approach)
Teknik ini merupakan perencanaan kapasitas kasar paling rinci dan
membutuhkan data yang lebih rinci pula. Sebagai bagian dari pemeriksaan
kelayakan MPS, dibuat RCCP sederhana. Perbandingan beban kerja historis tiap
unit dari tiap jenis produk digunakan untuk menentukan beban kerja pada Work
Station untuk semua produk dibuat dalam beberapa periode sebagai Demand, lead-
time tidak digunakan untuk offset beban kerja. Jika kapasitas Work Station tidak
berlebihan (kekurangan beban selalu ada), ini dianggap bahwa kapasitas cukup
untuk menangani MPS dan bisa diterima/dilakukan proses produksi.
Pada dasarnya terdapat empat langkah yang diperlukan untuk melaksanakan
RCCP, yaitu:
1. Memperoleh informasi tentang rencana produksi dari MPS.
2. Memperoleh informasi tentang struktur produk dan waktu tunggu (lead
times).
3. Menentukan bill of resources
4. Menghitung kebutuhan sumber daya spesifik dan membuat laporan
RCCP.
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Nama
peneliti
Judul penelitian Analisis yang
digunakan
Kesimpulan hasil
penelitian
1. Ira Rumiris
Hutagalung,
A.Jabbar
M.Rambe
dan Nazlina
(2013)
Perencanaan
Kebutuhan
Kapasitas
Produksi Pada PT.
XYZ
Peramalan,
perhitungan
Rough Cut
Cappacity
Planning (RCCP)
dan pemberian
usulan
perencanaan
kapasitas
produksi.
Perlu dilakukan
perencanaan
kapasitas produksi
dengan menentukan
work centre mana
yang mengalami
kekurangan kapasitas
produksi kemudian
melakukan
perencanaan
kapasitas pada work
centre yang
mengalami
kekurangan kapasitas
tersebut.
2. Didik Khusna
Aji (2014)
Perencanaan
Kapasitas
Produksi Untuk
Memenuhi
Permintaan
Konsumen
Dengan
Menggunakan
Metode Rough
Cut Capacity
Planning (RCCP)
Perencanaan
agregat, master
production
schedulle, rough
cut capacity
planning guna
menentukan
kapasitas produksi
yang dimiliki oleh
perusahaan.
Perencanaan
kapasitas produksi
dengan
menggunakan
metode rough cut
capacity planning
untuk meningkatkan
kapasitas produksi
biasa dilakukan
dengan 2 alternatif
yaitu alternative over
time dan alternative
penambahan tenaga
kerja, dengan kedua
alternative tersebut
kapasitas produksi
perusahaan bisa
meningkat.
3. K. Gita Ayu;
Nike
Septivani;
Meita Halim;
Arif Chandra;
Florence
Nathania
Setiawan
Perencanaan
Produksi Dan
Material Produk
Klem, Brake dan
Plat di PT. XYZ
Kebutuhan
material,
persediaan, lot for
lot, perencanaan
produksi, yang
mana lot for lot
digunakan untuk
menjadwalkan
produksi dengan
mempertimbangk
an rencana aktual
produksi dari
masing-masing
poroduk yang
akan diteliti.
MRP dengan metode
lot for lot dinyatakan
valid karena
memenuhi asumsi-
asumsi MRP untuk
beberapa produk
yang diproduksi
seperti klem, brake
dan plat. Dengan
demikian, dapat
disimpulkan bahwa
metode MRP ini
dapat digunakan atau
diterapkan di
perusahaan ini.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan kepustakaan, maka penulis
mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut :
“Diduga perencanaan kebutuhan kapasitas produksi pada PT. Asia
Forestama Raya belum Optimal”.