BAB II STUDI PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/67/jbptppolban-gdl... · 2013. 2. 27. · 1)...
Transcript of BAB II STUDI PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/67/jbptppolban-gdl... · 2013. 2. 27. · 1)...
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
8
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Definisi
Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang
atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk
membolehkan laluan pejalan kaki, pemandu kenderaan atau kereta api di atas
halangan itu (Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan).
Jembatan dapat dibuat dengan menggunakan beton bertulang atau rangka
baja. Namun untuk jembatan dengan bentang yang sangat panjang dan harus
mampu menahan beban yang sangat berat, jika digunakan beton bertulang maka
penggunaan bahan materialnya akan sangat besar dan membuat jembatan tersebut
tidak ekonomis, dan jika digunakan rangka baja biayanya pun akan sangat mahal.
Oleh karena itu dilakukan sebuah inovasi dengan beton prategang.
Struktur beton prategang merupakan suatu struktur beton yang sebelum
digunakan untuk mendukung beban luar diberikan tegangan awal tertentu terlebih
dahulu. Tujuan memberikan tegangan awal atau prategangan, adalah untuk
menimbulkan tegangan awal tekan beton pada lokasi di mana nantinya akan
timbul tegangan tarik pada waktu komponen mendukung beban sedemikian rupa
sehingga diharapkan sewaktu beban seluruhnya bekerja tegangan tarik total
berkurang atau hilang sama sekali.
Dikutip dari buku Desain Praktis Beton Prategang yang ditulis oleh Andri
Budiadi, ada beberapa keuntungan dan kekurangan dalam penggunaan beton
prategang. Keuntungannya antara lain:
1) Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang.
2) Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksinya.
3) Ketahan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan.
4) Dapat dipakai pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi
jembatan segmen.
5) Berbagai kelebihan lain pada penggunaan struktur khusus, seperti struktur
pelat dan cangkang, struktur tangki, struktur pracetak, dan lain-lain.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_apihttp://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
9
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
6) Pada penampang yang diberi penegangan, tegangan tarik dapat dieliminasi
karena besarnya gaya tekan disesuaikan dengan beban yang akan diterima.
Kekurangan beton prategang relatif lebih sedikit dibanding berbagai
kelebihannya, diantaranya:
1) Memerlukan peralatan khusus seperti tendon, angkur, mesin penarik kabel, dll.
2) Memerlukan keahlian khusus baik dalam perencanaan maupun
pelaksanaannya.
Ada dua metode pratekan, yaitu pre-tension (pratarik) dan post-tension
(pascatarik).
1) Pre-Tension (Pratarik), adalah metode pembuatan beton prategang dengan
memberikan gaya prategang sebelum beton dicor. Dibawah ini merupakan
gambar proses dari metode pratarik.
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 4)
Gambar 2.1 Proses Pembuatan Beton Prategang Pratarik
2) Post Tension (Pascatarik), adalah pembuatan beton prategang dengan
memberikan gaya prategang setelah beton dicor. Gambar dari proses Post-
Tension dapat dilihat pada Gambar 9.
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
10
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 4)
Gambar 2.2 Proses Pembuatan Beton Prategang Pascatarik.
2.2 Tahap Pembebanan
Beton prategang mengalami beberapa tahap pembebanan, dan pada setiap
tahap dilakukan pengecekan baik pada bagian yang tertekan atau yang tertarik.
Tahap pembebanan ini ada dua yaitu tahap transfer dan tahap servis.
1) Tahap transfer
Tahap ini merupakan tahap dimana dilakukan penarikan kabel prategang saat
beton sudah mengering. Beban yang bekerja pada tahap ini hanya beban mati
dari struktur jembatan tersebut, yaitu berat sendiri struktur ditambah beban
pekerja dan alat. Momen yang bekerja adalah momen minimum, karena beban
hidup belum bekerja. Karena belum ada kehilangan gaya prategang, gaya yang
bekerja adalah maksimum.
2) Tahap servis
Tahap yang kedua adalah tahap servis yang merupakan tahap dimana struktur
beton prategang telah digunakansebagai komponen struktur. Momen yang
bekerja pada tahap ini adalah momen maksimum, yaitu Momen Dead Load
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
11
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
(MDL) dan Momen Life Load (MLL). Sedangkan gaya yang bekerja adalah
minimum karena kehilangan gaya prategang mulai diperhitungkan.
2.3 Peraturan Beban Jembatan
Tugas akhir ini mengacu kepada RSNI T – 02 – 2005 tentang Pembebanan
untuk Jembatan.
2.3.1 Beban Mati (DL)
Berdasarkan RSNI T – 02 – 2005, beban mati jembatan terdiri dari berat
masing-masing bagian struktural dan elemen-elemen non-struktural. Benban mati
diantaranya adalah berat sendiri dan beban mati tambahan.
1) Berat sendiri, adalah berat dari seluruh bagian jembatan baik struktural
maupun nonstruktural. Tabel 2.1 Berat isi untuk beban mati [kN/m3]
No. Bahan Berat/Satuan Isi
[kN/m3]
Kerapatan Massa
[kg/m3]
1 Campuran alumunium 26.7 2720 2 Lapisan permukaan beraspal 22.0 2240 3 Besi tuang 71.0 7200 4 Timbunan tanah dipadatkan 17.2 1760 5 Kerikil dipadatkan 18.8-22.7 1920-2320 6 Aspal beton 22.0 2240 7 Beton ringan 12.25-19.6 1250-2000 8 Beton 22.0-25.0 2240-2560 9 Beton prategang 25.0-26.0 2560-2640 10 Beton bertulang 23.5-25.5 2400-2600 11 Timbal 111 11 400 12 Lempung lepas 12.5 1280 13 Batu pasangan 23.5 2400 14 Neoprin 11.3 1150 15 Pasir kering 15.7-17.2 1600-1760 16 Pasir basah 18.0-18.8 1840-1920 17 Lumpur lunak 17.2 1760 18 Baja 77.0 7850 19 Kayu (ringan) 7.8 800 20 Kayu (keras) 11.0 1120 21 Air murni 9.8 1000 22 Air garam 10.0 1025 23 Besi tempa 75.5 7680
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
12
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
2) Beban mati tambahan (utilitas), adalah berat dari bahan-bahan pada jembatan
yang merupakan elemen nonstruktural. Besar beban mati tambahan ini
berubah selama umur rencana.
2.3.2 Beban Lalu Lintas
Berdasarkan RSNI T – 02 – 2005, beban lalu lintas pada perencanaan
jembatan adalah beban lajur (D) dan beban truk (T).
1) Beban Lajur (D)
Beban ini bekerja pada seluruh lajur jembatan, dan mempengaruhi pada
jembatan. Dalam perhitungan jembatan bentang sedang sampai panjang,
umumnya menjadikan beban “D” sebagai beban penentu. Dalam perencanaan,
lajur lalulintas rencana harus mempunyai lebar 2,75 m.
a. Beban Terbagi Rata (BTR)
Berdasarkan RSNI T-02-2005, BTR mempunyai intensitas q kPa, dimana
besarnya q tergantung pada panjang total.
Keterangan:
q = intensitas BTR dalam arah memanjang jembatan.
L = panjang total jembatan yang dibebani (meter).
b. Beban Garis (BGT)
Berdasarkan RSNI T-02-2005, BGT dengan intensitas p kN/m harus
ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya
intensitas p adalah 49,0 kN/m.
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
13
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
Sumber : RSNI T-02-2005.
Gambar 2.3 Beban Lajur “D”.
2) Beban Truk (T)
Pembebanan truk “T” terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai
susunan dan berat as seperti terlihat pada Gambar 2.4.
Sumber : RSNI T – 02 – 2005.
Gambar 2.4 Pembebanan Truk “T” (500 kN).
Berat dari masing-masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar
yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak
antara 2 as tersebut bisa diubah-ubah antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk
mendapatkan pengaruh terbesar arah memanjang jembatan (RSNI T-02-
2005;22 dari 63).
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
14
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
2.4 Perhitungan Pelat Lantai
Pelat lantai jembatan merupakan suatu komponen struktur yang berfungsi
menahan beban yang bekerja (beban mati dan beban kendaraan). Pelat lantai
digolongkan menjadi dua tipe yaitu pelat satu arah (one way slab) dan pelat dua
arah (two way slab) (Susanto, 2010;1).
1) Pelat satu arah (one way slab), adalah pelat yang memikul momen lentur pada
satu arah. Suatu pelat lantai dikatakan satu arah apabila:
2) Pelat dua arah (two way slab), adalah pelat yang memikul momen lentur pada
dua arah (lx dan ly). suatu pelat lantai dikatakan dua arah apabila:
Keterangan : = sisi terpanjang
= sisi terpendek
2.4.1 Perencanaan Pelat Lantai terhadap Lentur
Berdasarkan SNI T-12-2004, perhitungan kekuatan dari suatu penampang
yang terlentur harus memperhitungkan keseimbangan dari tegangan dan
kompatibilitas regangan. Regangan batas beton yang tertekan diambil sebesar
0,003.
Sumber : SNI T-12-2004.
Gambar 2.5 Regangan dan Tegangan pada Penampang Beton Bertulang.
Faktor atau faktor bentuk distribusi tegangan beton diambil sebesar:
untuk
untuk
Faktor reduksi kekuatan (ᴓ) untuk lentur diambil 0,8.
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
15
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
1) Tebal Minimum Pelat Lantai (RSNI T-12-2004)
Ketebalan minimum pelat lantai yang berfungsi untuk menahan beban mati
dan kendaraan harus memenuhi:
Keterangan: ts = tebal pelat lantai
L = bentang pelat lantai di ukur dari pusat ke pusat tumpuan (m).
2) Persyaratan Tulangan Minimum
Berdasarkan SNI T-12-2004 tulangan minimum harus dipasang untuk
menahan tegangan tarik utama sebagai berikut:
a. Pelat yang ditumpu kolom:
b. Pelat yang ditumpu balok atau dinding:
Keterangan: = rasio tulangan minimum
As = luas tulangan (mm2)
b = lebar pelat lantai per 1 m (=1000 mm)
d = tinggi efektif pelat lantai (mm) = ts – d’
d’ = tebal selimut beton + (½ x diameter tulangan utama)
fy = mutu baja (MPa)
Luas tulangan (As) dihitung dengan rumus:
As = ρ x b x d
Keterangan:
ρ = rasio tulangan
= mutu beton (MPa)
Tulangan harus memenuhi syarat daktilitas tulangan dari suatu penampang,
yaitu:
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
16
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
Koefisien tegangan penampang harus memenuhi syarat berikut:
Rn ≤ Rmax
Keterangan:
Mn = Momen nominal rencana (kN.m)
Mu = Momen ultimit (kN.m)
Untuk mengetahui perlu digunakan tulangan rangkap atau tunggal, maka perlu
diperiksa terhadap momen lentur nominal maksimum yang ada terhadap
momen ultimit yang bekerja. Ketentuan tersebut adalah:
, tidak perlu tulangan rangkap.
, perlu tulangan rangkap.
3) Penyebaran tulangan untuk pelat lantai (tulangan bagi sejajar arah lalu lintas)
Berdasarkan SNI T-12-2004, persentase penyebaran tulangan untuk pelat
lantai adalah sebagai berikut (diambil sebagai persentase dari tulangan pokok):
a. Tulangan pokok sejajar arah lalu lintas:
(max. 50%, min. 30%)
b. Tulangan pokok tegak lurus arah lalu lintas:
(max. 67%, min. 30%)
Keterangan: l = jarak antar balok (m)
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
17
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
Dengan demikian, luas tulangan bagi sejajar arah lalu lintas dapat dihitung
dengan rumus berikut:
As’ = persentase x As
Keterangan: As’ = luas tulangan bagi (mm2)
As = luas tulangan pokok (mm2)
2.4.2 Perencanaan Pelat Lantai terhadap Geser
Perencanaan kekuatan pelat lantai terhadap geser harus sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut (RSNI T-12-2004):
1) Untuk perencanaan plat lantai terhadap geser akibat beban mati, besarnya kuat
geser pelat yang disumbangkan oleh beton bertulang tanpa tulangan geser
adalah:
Keterangan: = mutu beton (MPa).
= lebar pelat lantai = 1000 mm.
= jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik (mm).
2) Untuk perencanaan plat lantai terhadap geser akibat beban kendaraan,
keruntuhan geser dapat terjadi setempat (geser pons) disekitar tumpuan atau
beban terpusat, apabila hal ini terjadi maka besarnya kuat geser pelat lantai
harus diambil sebesar , dimana ditentukan sesuai dengan salah satu
harga sebagai berikut:
a. Bila tidak memiliki kepala geser (shear head):
b. Bila memiliki kepala geser (shear head):
Keterangan: =
=
= tegangan efektif tekan dalam beton akibat gaya
prategang efektif.
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
18
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
= momen lentur rencana yang dialihkan dari pelat
lantai ke tumpuan dalam arah yang ditinjau.
= perbandingan antara dimensi terpanjang dari luas
efektif yang dibebani (Y) dengan dimensi X yang
diukur tegak lurus Y.
= panjang efektif dari garis keliling geser kritis.
Gambar bidang geser dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini.
Sumber : http://mnoerilham.blogspot.com/ . Gambar 2.6 Geser Pons.
2.5 Perhitungan Balok Girder
2.5.1 Desain Lentur
Kriteria tentang daktilitas dalam desain penampang suatu komponen
struktur merupakan hal yang penting, karena struktur yang daktail akan
mengalami deformasi yang panjang sebelum mengalami keruntuhan.
Gaya prategang yang diberikan pada beton prategang akan memberikan
tegangan tekan pada penampang. Tegangan ini memberikan perlawanan terhadap
beban luar yang bekerja (Budiadi, 2008;22). Gaya prategang yang bekerja dengan
eksentrisitas, akan ada tambahan tegangan akibat eksentrisitas tersebut.
http://mnoerilham.blogspot.com/
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
19
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 22).
Gambar 2.7 Prategang dengan Eksentrisitas.
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 22).
Gambar 2.8 Diagram Tegangan.
Perhitungan tegangan akibat prategang:
Perhitungan tegangan akibat beban luar termasuk beban sendiri:
Untuk struktur yang diberikan gaya prategang penuh (fully prestressed),
resultan tegangan diserat tarik dibuat sama dengan nol. Sedangkan untuk struktur
yang diberikan gaya prategang sebagian (partially prestressed) disesuaikan
dengan tegangan ijinnya. Pada tugas akhir ini digunakan gaya prategang penuh
(fully prestressed). Rumus tegangan pada serat atas dan bawah sebagai berikut.
Keterangan:
fa = tegangan di serat atas (Mpa = N/mm2).
fb = tegangan di serat bawah (Mpa = N/mm2).
P = gaya prategang (N).
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
20
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
e = eksentrisitas penampang (mm).
M = momen akibat beban luar (N.mm).
W = momen tahan (mm3).
Berdasarkan SNI 03-2874-2002, tegangan ijin pada beton adalah sebagai
berikut:
1) Transfer :
2) Servis :
Keterangan :
f’ci = kuat tekan beton pada saat transfer
f’c = kuat tekan beton pada saat servis
Banyaknya tendon yang dibutuhkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
Untaian kawat (strand ) untuk sistem prategang umumnya disesuaikan dengan
Spesifikasi ASTM A-416 untuk “Uncoated Seven-Wire Stress-Relieved for
Prestressed Concrete” (Mahulae,2011;98).
Sumber : Redesain Balok Girder pada Bentang Tengah Fly over Balaraja dengan menggunakan PCI-Girder
(Mahulae,2011 ; 99). Gambar 2.9 Strands prategang 7 kawat standard dan dipadatkan. (a) Penampang strand standar. (b)
Penampang strand yang dipadatkan.
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
21
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
Tabel 2.2 Sifat-sifat Strand Stress-Relieved dengan Tujuh-kawat
Sumber : Redesain Balok Girder pada Bentang Tengah Fly over Balaraja dengan menggunakan PCI-
Girder (Mahulae,2011 ; 99).
2.5.2 Desain Geser
Di samping harus tahan terhadap lentur, suatu komponen struktur juga harus
tahan terhadap mode kegagalan yang lain, misalnya geser. Kegagalan akibat geser
bisa lebih berbahaya dari kegagalan akibat lentur karena geser sering
mengakibatkan keruntuhan yang tiba – tiba dan tanpa peringatan terlebih dahulu.
Pada dasarnya ada 2 macam retak akibat geser, yaitu retak geser web dan retak
geser lentur.
1. Retak geser lentur (rasio M dan V menengah)
2. Retak geser web (rasio M dan V rendah)
3. Retak geser lentur (rasio M dan V tinggi)
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 123).
Gambar 2.10 Kegagalan akibat geser.
Pengaruh gaya pratekan secara longitudinal menghambat terbentuknya retak
akibat geser. Komponen vertikal dari pratekan Vp bersama – sama dengan
kekuatan geser beton dan tulangan geser beton dan tulangan geser Vcs menahan
gaya geser akibat beban luar V.
V = Vcs + Vp Distribusi tegangan geser pada penampang beton dinyatakan dengan
persamaan:
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
22
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
Keterangan : Vcs = gaya geser yang di terima beton pada level tertentu.
Vp = komponen vertikal dari gaya pratekan efektif.
Q = momen statis penampang di atas atau di bawah level tersebut
terhadap sumbu pusat.
I = inersia penampang.
B = lebar penampang pada level tersebut.
Tegangan geser tersebut menimbulkan tegangan tarik utama (Principle Tensile
Stress) pada bidang diagonal penampang. Harga tegangan utama di tentukan oleh
distribusi tegangan akibat beban luar. Besarnya nilai maksimum dan minimum
dari tegangan tarik utama adalah:
Ketrangan: fx = tegangan langsung arah x
fy = tegangan langsung arah y
= tegangan geser pada titik yang di tinjau
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 125).
Gambar 2.11. Tegangan Geser pada Beton Pratekan.
Tegangan akibat beban luar di nyatakan dengan persamaan:
Keterangan: fc = tegangan lentur akibat beban luar
P = gaya prategang
A = luas penampang
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
23
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
e = eksentrisitas tendon terhadap pusat berat penampang
y = jarak dari pusat berat penampang ke serat terluar
I = inersia penampang
M = momen akibat beban luar
Tegangan geser pada beton prategang terdiri dari tegangan langsung arah
horizontal (fx) dan arah vertikal (fy), seperti terdapat pada gambar 3.2.
Harga tegangan utama ft yang berhubungan dengan dan fc di atas pada
komponen beton prategang adalah:
Harga fc sebenarnya di tentukan oleh perbedaan tegangan langsung horizontal (fx)
dan tegangan vertikalnya, fy atau (fx – fy). Tetapi karena umumnya beton
prategang hanya di beri gaya prategang searah dengan sumbu memanjang maka
komponen fy = 0.
2.5.3 Desain Puntir
Dengan terjadinya lentur dan geser, pada beberapa bagian struktur beton
prategang mengalami puntir. Puntir dapat terjadi di samping atau bersamaan
dengan lentur dan geser.
Desain terhadap puntir dilakukan untuk menentukan apakah penampang
yang ada cukup kuat untuk menahan aksi akibat momen puntir
(Budiadi,2008:169). Prosedur perencanaan momen puntir adalah:
1) Menentukan aksi puntir yang bekerja pada penampang.
2) Menghitung kuat puntir penampang hingga diperoleh perkuatan puntir yang
berupa tulangan puntir pada penampang.
Momen puntir terfaktor harus lebih kecil dari tahanan puntir pada suatu
beton prategang dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan.
Tahanan puntir beton prategang terdiri dari dua komponen, yaitu tahanan
puntir beton dan tahanan puntir tulangan non-prategang.
Keterangan : = tahanan puntir total penampang beton prategang.
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
24
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
= tahanan puntir komponen beton.
= tahanan puntir tambahan dari tulangan non-prategang yang
berupa sengkang dan tulangan memanjang.
Menurut SNI 2002, pengaruh momen puntir dapat diabaikan apabila:
Keterangan : = momen puntir terfaktor.
= kuat tekan beton karakteristik.
= luas yang dibatasi oleh keliling luar penmapang beton.
= tegangan tekan pada beton.
= koefisien reduksi kekuatan, untuk puntir = 0,70.
Berdasarkan analisis elastisitas, beberapa rumus pendekatan untuk
memperkirakan tegangan geser puntir maksimum dapat dilihat pada Tabel 2.2.
-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
25
HANIFAH, LIGAR WIIDYA LESTARI, PERHITUNGAN STRUKTUR ATAS.....
Tabel 2.3 Tegangan Geser Akibat Puntir (IS: 456, 1979)
Sumber : Desain Praktis Beton Prategang (Budiadi,2008 ; 153).
2013-02-27T08:09:00+0700Polban Library