BAB II Skripsi Sahra Nabela

download BAB II Skripsi Sahra Nabela

of 28

description

BAB II Skripsi Sahra Nabela ini berisi BAB II Skripsi dari sahra Nabela

Transcript of BAB II Skripsi Sahra Nabela

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Tinjauan tentang Prestasi belajar

    1. Pengertian prestasi belajar

    Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu kata Prestasi dan Belajar.

    Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan dan dikerjakan,

    sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi aspek pengetahuan,

    ketrampilan dan aspek yang lain sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

    Menurut pendapat Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) Prestasi belajar adalah hasil dari

    pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf,

    maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak

    dalam periode tertentu. Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:101)

    Prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial

    atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

    Menurut pengertian-pengertian yang telah diutarakan, pada prinsipnya prestasi belajar

    merupakan suatu hasil dari usaha belajar atau kegiatan belajar yang diperoleh melalui

    pengukuran atau penilaian baik angka, huruf, serta tindakan yang mencerminkan hasil

    belajar.

    2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

    Menurut Sumadi Suryabrata (2002:233) mengklasifikasikan faktor-faktor yang

    mempengaruhi prestasi belajar adalah :

  • a. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) terdiri dari :

    1) Faktor non sosial seperti udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang

    dipakai belajar.

    2) Faktor sosial seperti faktor manusia.

    b. Faktor yang berasal dari dalam diri (internal) terdiri dari :

    1) Faktor fisiologis seperti jasmani.

    2) Faktor psikologis seperti perhatian, pengamatan, tanggapan.

    Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:162) mengklasifikasikan

    faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut :

    a. Faktor-faktor dari dalam individu

    1. Aspek jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani.

    2. Aspek rohaniah menyangkut kondisi psikis, kemampuan intelektual, sosial,

    psikomotorik serta kondisi afektif dan kognitif dari individu.

    3. Kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat

    sekolah maupun bakat pekerjaan.

    4. Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik guru,

    teman, orang tuanya, maupun orang-orang lainnya.

    B. Tinjauan Karakteristik Individu

    1. Pengertian Individu

    Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dan berbagai sudut. Sebagaimana

    diketahui, manusia adalah makhluk yang berpikir atau homo sapiens, makhluk yang

    berbentuk atau homo faber, makhluk yang dapat dididik atau homo educandum dan

  • seterusnya merupakan pandangan-pandangan tentang manusia yang dapat digunakan

    untuk menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut.

    Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai peserta didik haruslah

    menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya dengan

    kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakekat manusia sebagai kesatuan sifat

    makhluk individu dan makhluk sosial. Individu berarti tidak dapat dibagi (undivided)

    dan tidak dapat dipisahkan. Keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan

    khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya yang khusus tersebut.

    2. Karakteristik Individu

    Bermacam-macam aspek perkembangan individu, ada dua fakta yang di kenal dan

    menonjol, yaitu: dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan

    ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara

    berkesinambungan dipengaruhi oleh macam-macam faktor lingkungan di sekitarnya

    yang merangsang pertumbuhan dan perkembangannya.

    1. Semua manusia mempunyai unsur- unsur kesamaan di dalam pola

    perkembangannya.

    2. Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia

    secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.

    Perbedaan perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif

    dan bukan kualitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas

    perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut.

    Setiap orang, apakah ia seorang anak atau sudah dewasa, dan apakah ia berada di dalam

    suatu kelompok atau seorang diri, ia di sebut individu. Individu menunjukan kedudukan

    seseorang sebagai orang perorangan maupun perseorangan, berkaitan dengan perbedaan

    individual perseorangan. Ciri serta sifat atau karakteristik antara orang satu dengan

  • yang lain berbeda-beda tidaklah sama. Perbedaan tersebut di sebut perbedaan individu

    dan perbedaan individual.

    3. Sumber Perbedaan Individu

    Sumber perbedaan individu dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor-faktor tersebut

    adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan. Untuk lebih jelasnya kami akan

    membahas satu per satu.

    1.Faktor Bawaan

    Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui

    pewarisan genetic oleh orang tua. Pewarisan genetik ini dimulai saat terjadinya

    pembuahan. Menurut Zimbardo dan Gerrig (2005) penyatu antara sebuah sperma dan

    sebuah sel telur hanya menghasilkan satu diantara milyaran kemungkinan kombinasi

    gen. Salah satu kromosom yaitu kromosom sex merupakan pembawa kode gen untuk

    perkembangan karakteristik fisik laki-laki atau perempuan. Kode untuk kita

    mendapatkan kromosom X dari ibu, dan salah satu dari kromosom X atau Y dari

    ayah. Kombinasi XX merupakan kode untuk perkembangan fisik perempuan, dan

    kombinasi XY merupakan kode untuk perkembangan fisik laki-laki. Meskipun rata-

    rata kita memiliki 50 persen gen yang sama dengan saudara kita, kumpulan gen kita

    tetap khas kecuali kita adalah kembar identik. Perbedaan gen ini merupakan satu

    alasan mengapa kita berbeda dengan orang lain, baik secara fisik, psikologis, maupun

    perilaku, bahkan dengan saudara kita sendiri. Selebihnya adalah dipengaruhi oleh

    lingkungan, karena kita pernah berada di lingkungan yang sama persis. (Zimbardo &

    Gerrig, 2005)

    2. Faktor Lingkungan

  • Faktor lingkungan adalah faktor yang mengakibatkan perbedaan individu yang

    berasal dari luar diri individu. Faktor lingkungan berasal dari beberapa macam yaitu

    status sosial ekonomi orang tua, pola asuh orang tua, budaya, dan urutan kelahiran

    (John W. Santrock : 356).

    a. Status sosial ekonomi orang tua

    Meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan

    orang tua. Tingkat orang tua berbeda satu dengan lainnya. Meskipun tidak mutlak

    tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap orang tua terhadap pendidikan anak

    serta tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan pekerjaan

    dan penghasilan orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan membawa

    implikasi pada berbedanya aspirasi orang tua terhadap pendidikan anak, aspirasi anak

    terhadap pendidikannya, fasilitas yang diberikan pada anak dan mungkin waktu

    disediakan untuk mendidik anak-anaknya. Demikian juga perbedaan status ekonomi

    dapat membawa implikasi salah satunya pada perbedaan pola gizi yang diterapkan

    dalam keluarga.

    b. Pola asuh Orangtua

    Merupakan pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-

    anak. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya.

    Terdapat tiga pola asuh dalam pengasuhan anak yaitu otoriter, permisif, dan

    autoritatif. Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada

    pengawasan orangtua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau kepatuhan.

    Orangtua bersikap tegas, suka menghukum, dan cenderung mengekang anak. Pola

    asuh permisif adalah pola asuh dimana orangtua memberi kebebasan sebanyak

    mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, dan anak tidak dituntut untuk

    bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orangtua. Sedangkan pola asuh

  • autoritatif adalah pola asuh dimana orangtua memberikan hak dan kewajiban yang

    sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab, dan

    menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin.

    c. Budaya

    Merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga

    didefinisikan sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarakat memberitahu

    pada anggotanya tentang apa yang baik dan atau penting dalam masyarakatnya. Nilai-

    nilai tersebut terjabarkan dalam suatu norma-norma. Norma masing-masing

    masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota masing-masing

    masyarakat berbeda satu dengan lainnya.

    d. Urutan kelahiran

    Walaupun masih menjadi kontroversi akan tetapi karakteristik kepribadian

    seseorang dipengaruhi oleh urutan kelahiran. Anak yang lahir sulung atau anak

    pertama cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibandingkan dengan

    adik-adiknya. Anak tengah sering menjadi mediator dan pecinta damai. Anak bungsu

    cenderung paling kreatif dan biasanya menarik. Anak tunggal atau si anak semata

    wayang biasanya sering merasa terbebani dengan harapan yang tinggi dari orangtua

    mereka terhadap diri mereka sendiri. Mereka lebih percaya diri, supel, dan memiliki

    imajinasi yang tinggi. Karakteristik yang berbeda-beda pada individu dipengaruhi

    oleh perilaku orangtuanya berdasarkan urutan kelahiran.

    4. Teori perbedaan individu

    Menurut Kretschmer menerangkan perbedaan-perbedaan individu ditinjau dari

    segi struktur badaniah, jasmaniah, atau konstitusi jasmaniah yang biasanya disebut

    konstitusi saja.

  • 1. Tipe-tipe manusia berdasarkan jasmaninya

    Berdasarkan atas penelitian-penelitiannya terhadap orang-orang yang

    dirawatnya, Maka Kretschmer menggolongkan manusia atas dasar bentuk tubuhnya

    menjadi 4 type yaitu :

    Tabel 2.1 Tipe manusia berdasarkan jasmaninya

    Struktur badan Sifat-sifat khas

    Athletis Ukuran-ukuran tubuh seimbang, kokoh,kuat, tulang dan

    otot kuat, bahu lebar dan kuat, tengkorak besar, kepala dan

    leher tegak, muka bulat telur, mudah menyesuaikan diri.

    Leptosom atau Asthenis Badan kurus jangkung, lengan dan kaki kurus, perut kecil,

    bahu sempit, muka bulat telur, berat badan kurang, mudah

    terkena kritik.

    Pyknis Badan gemuk pendek, perut besar, leher pendek dan kuat,

    lengan dan kaki lemah, mudah bergaul.

    Dysplatis Type ini merupakan penyimpangan dari 3 type diatas,

    bentuk badannya tidak normal, tidak memiliki ciri-ciri

    yang khas, tipe ini menyimpang dari konstitusi normal.

    2. Tipe-tipe manusia berdasarkan temperamennya

    1. Cyclothim : Riang gembira dengan sumber pesimistis, suka berduka.

    2. Shyzothim : Perasa dengan dingin dan kaku.

    Menurut C.G Cung menerangkan perbedaan-perbedaan individu dari segi

    perkembangan social. Dan perkembangan itulah yang menjadi dasar yang

    menyebabkan individu yang satu berbeda dengan individu yang lain. Ada 2 tipe

    kepribadian yang penggolongannya didasarkan pada perkembangan social, yaitu :

    1. Tipe Introvert yang memiliki sifat khas : menarik diri, pemalu, sukar bergaul,

    suka berangan-angan, menutup diri.

  • 2. Tipe ekstrovert yang memiliki sifat khas : mudah bergaul, mudah

    menyesuaikan diri, menaruh minat pada orang lain serta kegiatan-kegiatan

    social, ramah, banyak teman.

    Menurut E. Spranger menerangkan perbedaan-perbedaan individu ditinjau dari

    nilai-nilai kebudayaan yang ada pada setiap individu menjadi 6 golongan, yaitu :

    Tabel 2.2 perbedaan individu ditinjau dari nilai-nilai kebudayaan.

    Nilai kebudayaan yang

    dominan Type Tingkah laku individu

    Ilmu pengetahuan Teoritis Bekerja

    Ekonomi Ekonomis Berpikir

    Kesenian Esthletis Menikmati keindahan

    Keagamaan Religius Memuja

    Kemasyarakatan Sosial Berbakti/Berkorban

    Politik/Kenegaraan Kuasa Memerintah

    C. Tinjauan Gaya belajar

    a. Pengertian Gaya Belajar

    Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti

    berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh

    karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami

    sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Gaya belajar merupakan cara belajar yang

  • khas bagi siswa (Winkel,1996). Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu

    menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap

    sebuah informasi dari luar dirinya. Jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan

    gaya belajar setiap orang itu, akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika, misalnya,

    kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan

    memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.

    Menurut Nasution gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara siswa

    bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses

    belajar (Nasution:2008:93). Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar

    pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka

    berkesimpulan, bahwa :

    1. Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga guru

    mempunyai gaya mengajar masing-masing.

    2. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.

    3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.

    Informasi tentang adanya gaya belajar yang berbeda-beda mempunyai pengaruh

    atas kurikulum, administrasi, dan proses mengajar belajar. Masalah ini sangat

    kompleks, sulit, memakan waktu banyak, biaya yang tidak sedikit, frustasi

    (Nasution:2008:93).

    Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki gaya belajar merupakan suatu

    kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta

    mengolah informasi (DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike:2007:121). Gaya belajar

    bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis

    dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau

  • otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan

    belajar (diserap secara abstrak dan konkret).

    Disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih siswa

    untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan

    kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

    b. Macam-macam gaya belajar

    Menurut Deporter & Hernacki terdapat tiga gaya belajar seseorang yaitu gaya

    belajar visual, auditorial dan kinestetik. Walaupun masing-masing siswa belajar

    dengan menggunakan ketiga gaya belajar ini, kebanyakan siswa lebih cenderung pada

    salah satu diantara gaya belajar tersebut.

    1. Gaya belajar Visual

    Siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah

    mata/penglihatan (visual), mereka cenderung belajar melalui apa yang mereka

    lihat. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan

    ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk

    duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan

    gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan

    tampilan visual seperti diagram, buku pelajaran bergambar dan video. Di dalam

    kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan

    informasi.

    Orang-orang visual : rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana dan

    pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detail, mementingkan

    penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi, pengeja yang baik dan

    dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, mengingat apa

  • yang dilihat daripada apa yang didengar, mengingat dengan asosiasi visual,

    biasanya tidak terganggu oleh keributan, mempunyai masalah untuk mengingat

    instruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering kali minta bantuan orang untuk

    mengulanginya, pembaca cepat dan tekun lebih suka membaca daripada

    dibacakan, membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap

    waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek,

    mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat, lupa

    menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, sering menjawab pertanyaan

    dengan jawaban singkat ya atau tidak, lebih suka melakukan demonstrasi

    daripada berpidato, lebih suka seni dariapda musik, seringkali mengetahui apa

    yang harus dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata-kata, kadang-kadang

    kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

    2. Gaya belajar Auditorial

    Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui

    telinga (alat pendengarannya). Siswa yang mempunyai gaya belajar auditori dapat

    belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa

    yang guru katakan. Mereka dapat mencerna dengan baik informasi yang

    disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara

    dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang sulit diterima oleh siswa

    bergaya belajar auditori anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih

    cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

    Orang-orang auditorial : berbicara kepada diri-sendiri saat bekerja, mudah

    terganggu oleh keributan, menggerkkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di

    buku ketika membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, dapat

    mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara, mereka

  • kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam berbicara dengan irama yang terpola,

    biasanya pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni, belajar dengan

    mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat suka

    berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan segala sesuatu panjang lebar,

    mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi

    seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, lebih pandai

    mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan lisan daripada

    membaca komik.

    3. Gaya belajar Kinestetik

    Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak,

    menyentuh dan melakukan. Siswa seperti ini tidak tahan untuk duduk berlama-

    lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya

    disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan

    mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak

    tubuh.

    Orang-orang kinestetik : berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian

    fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, berdiri dekat ketika

    berbicara dengan orang, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak,

    mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, belajar melalui

    memanipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat,

    menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan

    isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, tidak dapat mengingat

    geografi kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu, ,

    kemungkinan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu, menyukai

    permainan yang menyibukkan.

  • c. Indikator gaya belajar

    Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar menurut DePorter

    & Hernacki (2007:79) seperti yang diuraikan di atas maka diketahui indikator-

    indikator dari amsing-masing gaya belajar sebagai berikut :

    1) Indikator gaya belajar visual

    a) Belajar dengan cara visual

    Mata/penglihatan mempunyai peranan yang penting dalam aktivitas

    belajar. Lebih mudah memahami pelajaran dengan melihat bahasa

    tubuh/ekspresi muka gurunya, membaca, menulis.

    b) Mengerti baik mengenai posisi, bentuk, angka dan warna.

    Siswa yang bergaya belajar visual visual lebih mudah mengingat apa yang

    mereka lihat, sehingga mereka bisa mengerti dengan baik mengenai

    posisi/lokasi, bentuk angka dan warna.

    c) Rapi dan teratur

    Siswa visual mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun

    kondisi lingkungan sekitarnya.

    d) Tidak terganggu dengan keributan

    Siswa dengan gaya belajar visual lebih mengingat apa yang dilihat daripada

    yang didengar, jadi mereka sering mengabaikan apa yang mereka dengar.

    e) Sulit menerima instruksi verbal

  • Mudah lupa dengan sesuatu yang disampaikan secara lisan dan sering kali

    harus minta bantuan orang lain untuk mengulanginya.

    2) Indikator gaya belajar auditorik

    a) Belajar dengan cara mendengar

    Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui

    telinga/alat pendengarannya. Mereka belajar lebih cepat dengan

    menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan.

    b) Baik dalam aktivitas lisan

    Siswa auditorial berbicara dengan irama yang terpola, biasanya pembicara

    yang fasih, suka berdiskusi dan menjelaskan segala sesuatu panjang lebar.

    c) Memiliki kepekaan terhadap musik

    Mereka mampu mengingat dengan baik apa yang di dengar, sehingga

    dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara.

    d) Mudah terganggu dengan keributan

    Siswa dengan tipe auditorial ini peka terhadap suara yang didengarnya, jadi

    mereka akan sangat terganggu jika ada suara lain disamping dalam aktivitas

    belajarnya.

    e) Lemah dalam aktivitas visual

    Informasi tertulis terkadang sulit diterima oleh siswa bergaya belajar

    auditori.

    3) Indikator gaya belajar kinestetik

    a) Belajar dengan aktivitas fisik

  • Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak,

    menyentuh dan melakukan. Mereka tidak tahan untuk duduk berlama-lama

    mendengarkan pelajaran dan mereka bisa belajar lebih baik jika prosesnya

    disertai kegiatan fisik.

    b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh

    Siswa dengan gaya belajar kinestetik mudah menghafal dengan cara

    melihat gerakan tubuh/fisik sambil berjalan mempraktikkan.

    c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

    Siswa kinestetik biasanya mempunyai perkembangan awal otot-otot yang

    besar, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak

    menggunakan isyarat tubuh, suka praktik.

    d) Suka coba-coba dan kurang rapi

    Belajar melalui memanipulasi dan praktik, kemungkinan tulisannya jelek.

    e) Lemah dalam aktivitas verbal

    Cenderung berbicara dengan perlahan, sehingga perlu berdiri dekat ketika

    berbicara dengan orang lain.

    D. Tinjauan Lingkungan Keluarga

    1. Lingkungan belajar siswa

    Slameto (2003: 60) mengemukakan bahwa lingkungan belajar siswa

    yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terdiri dari lingkungan

    keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan

  • yang pertama yaitu lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan

    pendidikan pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam

    pertumbuhan dan perkembangannya. Lingkungan keluarga adalah segenap

    stimuli, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan prilaku ataupun

    karya orang lain yang berada disekitar sekelompok orang yang terikat oleh

    darah, perkawinan, atau adopsi. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh

    terhadap siswa karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang

    utama bagi perkembangan seorang anak. Di dalam keluarga seorang anak

    mengalami proses sosialisasi untuk pertama kalinya. Menurut Slameto

    (2003: 60-64) lingkungan keluarga terdiri dari:

    1. Cara orang tua mendidik

    2. Relasi antara anggota keluarga

    3. Suasana rumah

    4. Keadaan ekonomi keluarga

    5. Perhatian orang tua

    2. Cara orang tua mendidik

    Sebagian orang tua berpendapat, bahwa penyebab menurunnya potensi

    anak adalah cara mendidik anak. Cara mendidik anak secara positif, secara

    umum dibagi dalam tiga poin utama, yaitu memperbaiki komunikasi,

    meningkatkan sikap kooperatif atau kesediaan bekerjasama pada anak dan

    memotivasi anak.

    a. Memperbaiki Komunikasi

    Komunikasi merupakan aspek sentral dalam hubungan antar manusia.

    Karenanya di dalam proses pendidikan, aspek komunikasi menjadi sangat

  • penting, apalagi komunikasi antara orang tua dan anak. Karena setiap

    orang tua tentu mengasihi anaknya, tetapi bukan setiap anak merasakan

    kasih orang tua.

    b. Berkomunikasi Secara Pribadi

    Anak-anak jarang berkomunikasi dengan orang tua secara pribadi,

    kualitas komunikasi memang penting, tetapi yang lebih ialah bagaimana

    menyediakan waktu berkomunikasi secara pribadi. Komunikasi yang

    diadakan secara khusus akan dapat menyelami bagaimana rasa senang,

    marah, sedih, dan gembira.

    c. Menghargai Anak

    Menghargai mempunyai maksud memberikan penilaian atas suatu

    keistimewaan termasuk juga menilai keistimewaan atau prestasi anak.

    Penilaian yang diberikan berdasarkan pada hasil karena selesainya suatu

    pekerjaan, tercapainya suatu cita-cita. Di samping itu penghargaan dapat

    menumbuhkan usaha untuk mandiri, memisahkan dari orang tua.

    d. Mengerti Anak

    Orangtua berkomunikasi dengan anak, usahakan untuk mengenal dunia

    anak, memandang dari posisi anak untuk mendengarkan, apa ceritanya

    dan apa dalihnya. Mengenai apa yang menjadi suka, duka, kegemaran,

    kesulitan, kelebihan serta kekurangan pendidikan yang diperlukan anak.

    e. Mempertahankan Hubungan

    Komunikasi yang baik selalu didasarkan pada hubungan yang baik

    meski orang tua memiliki wibawa tertentu di hadapan anak, namun bila

    dapat menganggap anak sebagai teman, anak dapat mengutarakan isi

    hatinya. Semakin baik kemampuan komunikasi sang anak maka akan

  • semakin maksimal proses belajar sang anak dengan fenomena kehidupan

    yang kaya warna. Anak belajar pada orang lain, begitu juga sebaliknya

    manusia belajar pada sang anak.

    f. Meningkatkan Sikap Kooperatif

    Sikap kooperatif adalah menanamkan dalam diri anak suatu kemauan

    untuk mendengarkan dan tanggap terhadap permintaan orang tua. Teknik

    dasar untuk menciptakan sikap kooperatif adalah meminta sebagai ganti

    memerintah, menuntut dan melarang-larang. Meningkatkan sikap

    kooperatif orang tua hendaklah mendengarkan akan permintaan anak

    sehingga dapat memperkecil sikap menentang. Meningkatkan sikap

    kooperatif tidaklah sulit tapi perlu adanya latihan.

    g. Motivasi Anak

    Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam

    diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan

    tingkah lakunya. Sebagai manusia harus menyadari bahwa pria dan wanita

    termotivasi dengan cara-cara yang berbeda-beda. Kaum pria termotivasi

    dan semangat kala mereka merasa dibutuhkan, kaum wanita termotivasi

    dan semangat kala mereka merasa dicintai. Orang tua dalam memotivasi

    anak itu sangat penting, karena anak-anak yang dibesarkan tanpa

    perhatian khusus dalam pemberian bermacam-macam motivasi tidak akan

    pernah bertingkah laku dengan baik.

    3. Relasi antara anggota keluarga

  • Buku belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dinyatakan bahwa

    Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara orang tua

    dengan anaknya, selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota

    keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak (Slameto, 2003: 60).

    Ahli lain berpendapat bahwa Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak

    banyak berpengaruh terhadap kesulitan belajar, karena akan kehilangan tempat

    mengadukan persoalan dan kasih sayang dari orang tua dimana hal ini akan

    membawa anak tidak kerasan, malas belajar, dan kurang daya dalam belajar.

    Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

    Relasi antar anggota keluarga besar pengaruhnya terhadap peningkatan

    prestasi belajar siswa, untuk itu demi kelancaran belajarnya serta keberhasilan

    anak perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.

    4. Suasana Rumah

    Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai dengan

    pendapat Slameto (2003 : 63) yang mengemukakan bahwa suasana rumah

    merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana

    anak-anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan

    semwarut tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.

    Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak

    penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok,

    pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan

    tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta

    prestasinya rendah.

  • 5. Keadaan ekonomi keluarga

    Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat

    hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi

    kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan,

    dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja,

    kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.

    6. Perhatian orang tua

    Perhatian orang tua sangat penting untuk menunjang semangat belajar

    anak. Menurut Dakir (2008:99), perhatian merupakan keaktifan peningkatan

    kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada

    barang sesuatu, baik yang ada didalam maupun yang ada diluar. Sedangkan

    yang dimaksud perhatian orang tua adalah kecenderungan keaktifan perhatian

    orang tua yang dikerahkan untuk memberikan motivasi atau dorongan yang

    positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi belajar yang

    seoptimal mungkin.

    Anak melakukan aktifitas belajarnya anak sangat membutuhkan perhatian

    orang tua, orang tua sebaiknya terus memberikan motivasi agar anaknya selalu

    semangat dalam belajarnya. Jika anak sedang belajar janganlah orang tua

    mengganggu, misalnya dengan menyuruh mengambil sesuatu apabila tidak

    terlalu penting, karena akan membuat konsentrasi belajar anak menjadi

  • terganggu. Sebaiknya anak diberikan tempat belajar yang nyaman dan tentram

    untuk belajar.

    Keterkaitan antara peran dan perhatian orang tua dengan pendidikan anak

    tidak terlepas dari kondisi ekonomi keluarga. Secara umum dapat dikatakan

    jika kondisi orang tua mencukupi, maka anak akan mendapat kesempatan

    yang luas dalam mengembangkan bakat dalam dirinya secara optimal, yakni

    dengan fasilitas belajar yang memadai. Diungkapkan oleh Philiphs

    menyatakan bahwa pendidikan orang tua dan social ekonomi yang baik akan

    berdampak pada prestasi siswa dan cenderung untuk mencapai tingkat

    pendidikan tertinggi.

    E. Penelitian Terdahulu

    1. Skripsi oleh Azizah nurul fajriah (2007) yang berjudul Pengaruh

    karakterisitik individu terhadap prestasi belajar mata pelajaran akuntansi siswa

    SMK PGRI 6 Malang tahun ajaran 2006-2007. Berdasarkan hasil analisis

    regresi linear berganda dengan menggunakan taraf kesalahan sebesar 5% secara

    parsial dapat diketahui bahwa variabel karakteristik individu (X) yang terdiri

    dari ciri-ciri biografis (X1), kepribadian (X2), persepsi (X3), dan sikap (X4)

    berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa (Y), sedangkan

    secara simultan karakteristik individu (X) juga terpengaruh secara signifikan

    terhadap prestasi belajar siswa (Y). Hal ini terbukti dari nilai Sig F yaitu sebesar

    0,000 < 0,05 dengan nilai F Hitung sebesar 21,784. Nilai R sebesar 0,828, nilai

    R Square sebesar 0,828, nilai Adjusted R Square sebesar 0,655. Jadi, dapat

    disimpulkan bahwa sebesar 68,6% prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi

    siswa SMK PGRI 6 Malang tahun ajaran 2006-2007 dipengaruhi oleh

  • karakteristik individu, sedangkan sebesar 31,4% dipengaruhi oleh faktor lain

    yang tidak dibahas dalam penelitian tersebut.

    2. Skripsi oleh Mohammad tohir (2003) yang berjudul Pengaruh karakteristik

    individu terhadap prestasi belajar mata pelajaran Ekonomi siswa kelas XI

    Madrasah Aliyah Al-Anwar Jombang tahun ajaran 2001-2002. Dari hasil

    analisis regresi linear berganda dengan menggunakan taraf kesalahan sebesar

    5% secara parsial menunjukkan bahwa variabel karakteristik individu (X) yang

    terdiri dari kedisplinan (X1) dan status sosial ekonomi (X2) berpengaruh secara

    signifikan terhadap prestasi belajar siswa (Y), sedangkan secara simultan

    karakteristik individu (X) juga berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi

    belajar siswa (Y). Hal ini terbukti dari mulai Sig F yaitu sebesar 0,000 < 0,05

    dengan nilai F Hitung sebesar 3,348. Nilai R sebesar 0,363, nilai R Square

    sebesar 0,132, nilai Adjusted R Square sebesar 0,093. Jadi, dapat disimpulkan

    bahwa sebesar 13,2% prestasi belajar mata pelajaran Ekonomi siswa kelas XI

    Madrasah Aliyah Al-Anwar Jombang tahun ajaran 2001-2002 dipengaruhi oleh

    faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian tersebut.

    3. Skripsi oleh Viddya Kartika Putri (2009) yang berjudul Pengaruh

    karakteristik individu terhadap prestasi Akuntansi siswa jurusan IPS SMAN 1

    Sukapura pada semester ganjil tahun ajaran 2008-2009. Dari hasil analisis

    regresi linear berganda dengan menggunakan taraf kesalahan sebesar 5% secara

    parsial menunjukkan bahwa variabel karakteristik individu (X) yang terdiri dari

    ciri-ciri biologis (X1), biografis (X2), kepribadian (X3),persepsi (X4) dan sikap

    (X5) berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa (Y),

    sedangkan secara simultan karakteristik individu (X) juga terpengaruh secara

    signifikan terhadap prestasi belajar siswa (Y).Hal ini terbukti dari mulai Sig F

  • yaitu sebesar 0,000 < 0,05 dengan nilai F Hitung sebesar 0,018. Nilai R sebesar

    0,60, nilai R Square sebesar 0,188, nilai Adjusted R Square sebesar 0,125. Jadi,

    dapat disimpulkan bahwa sebesar 18,8% prestasi Akuntansi siswa jurusan IPS

    SMAN 1 Sukapura pada semester ganjil tahun ajaran 2008-2009 dipengaruhi

    oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian tersebut.

    Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu yaitu : Judul penelitian, lokasi

    penelitian, bidang studi yang dituju, subjek penelitian, dan tujuan penelitian.

    Sedangkan Persamaan dengan penelitian yang terdahulu yaitu : Jenis

    penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

    F. Kerangka berpikir

    Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam

    penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. (Sapto Haryoko, dalam

    Sugiyono, 2010).

    Di dalam menulis kerangka berpikirada 3 kerangka yaitu kerangka teoritis,

    kerangka konseptual, dan kerangka operasional (Sambas Ali, 2011).

  • a. Konsep teoritis & Konsep konseptual

    1. Karakteristik Individu (X1) terhadap prestasi belajar

    Di dalam karakteristik individu terdapat faktor lingkungan yang

    mengakibatkan perbedaan individu yang berasal dari luar diri individu.

    Faktor tersebut adalah status sosial ekonomi orang tua, pola asuh orang

    tua, budaya, dan urutan keluarga (John W. Santroch:356).

    Sesuai dengan teori. Salah satunya adalah pola asuh orang tua.

    Terdapat pola asuh otoriter, permisif, dan autoritatif. Perbedaan

    pengasuhan anak di dalam keluarga setiap siswa mempengaruhi prestasi

    belajar siswa. Misal pola asuh autoritatif, siswa dan orang tua saling

    melengkapi. Mereka cenderung akan lebih baik keadaannya dalam

    penerimaan informasi dari guru yang akhirnya dapat mempengaruhi

    prestasi belajar siswa.

    1. Gaya Belajar Siswa (X2) terhadap prestasi belajar

    Menurut Nasution gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara

    siswa bereaksi dengan menggunakan perangsang-perangsang yang

    diterimanya dalam proses belajar (Nasution, 2008). Berkesimpulan

    bahwa :

    a. Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar.

    Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.

    b. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.

    c. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi

    efektivitas belajar.

  • Sesuai dengan teori bahwa kesesuaian gaya belajar mempertinggi

    efektivitas belajar. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang

    melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Misal antara siswa dan

    penerimaan informasi dari guru sesuai. Maka hasilnya akan

    mempengaruhi prestasi belajar siswa.

    2. Lingkungan Keluarga (X3) terhadap prestasi belajar

    Menurut Slameto (2003) lingkungan keluarga terdiri dari :

    1. Cara orang tua mendidik

    2. Relasi antara anggota keluarga

    3. Suasana rumah

    4. Keadaan ekonomi keluarga

    5. Perhatian orang tua

    Sesuai dengan teori, terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan

    lingkungan keluarga. Salah satunya adalah suasana rumah. Misal suasana

    rumah tenang (Tidak ada pertengkaran) akan memberi suasana nyaman

    belajar anak di rumah. Dari kenyamanan tersebut, siswa akan lebih

    termotivasi dalam belajar dan akhirnya mempengaruhi prestasi belajar.

    3. Karakteristik individu, gaya belajar siswa dan lingkungan keluarga

    terhadap prestasi belajar

    Dari konsep teoritis di atas, dapat disimpulkan karakteritik individu,

    gaya belajar siswa, dan lingkungan keluarga mempengaruhi prestasi

    belajar siswa. Terlihat dari contoh pola asuh orang tua, kesesuaian gaya

    belajar siswa, dan suasana rumah. Pola asuh orang tua baik akan memberi

    pengaruh baik bagi prestasi siswa, kesesuaian gaya belajar siswa baik

  • memberi pengaruh baik bagi prestasi siswa, serta suasana rumah yang

    nyaman akan memberi pengaruh baik juga bagi prestasi siswa.

    Dari pemikiran di atas untuk memperjelas pelaksanaan penelitian

    sekaligus untuk mempermudah dalam pemahaman dan penganalisaan

    maka perlu dijelaskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

    a. Konsep Operasional

    Gambar 2.1 Konsep operasional kerangka berpikir

    Keterangan :

    a. X1 Y : Hubungan Karakteristik Individu

    terhadap prestasi belajar ekonomi.

    b. X2 Y : Hubungan Gaya Belajar Siswa

    terhadap prestasi belajar ekonomi..

    c. X3 Y : Hubungan Lingkungan Keluarga

    terhadap prestasi belajar ekonomi.

    d. X1, X2, X3 Y : Hubungan karakteristik individu, gaya

    belajar siswa dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar

    ekonomi.

    : Hubungan Parsial.

    : Hubungan Simultan.

    Prestasi

    Belajar Ekonomi (Y)

    Karakteristik Individu (X1)

    Gaya Belajar Siswa (X2)

    Lingkungan keluarga (X3)

  • G. Hipotesis

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan hipotesis nol atau

    disingkat H0 (Suharsimi Arikunto,2010:113) yaitu sebagai berikut :

    1. Ada pengaruh yang signifikan Karakteristik individu terhadap prestasi

    belajar ekonomi siswa kelas X SMK NU Bululawang.

    2. Ada pengaruh yang signifikan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar

    ekonomi siswa kelas X SMK NU Bululawang.

    3. Ada pengaruh yang signifikan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar

    ekonomi siswa kelas X SMK NU Bululawang.

    4. Ada pengaruh yang signifikan Karakteristik individu, gaya belajar siswa,

    dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas X

    SMK NU Bululawang.