BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang...

38
12 BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN NASIONAL Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen bukan lembaga pengadilan. Namun, merupakan lembaga semi atau quasi peradilan karena karakteristik tugas dan sifatnya serta kewenangannya yang bersifat mengadili, hal ini membuat BPSK harus dilihat sebagai bagian dari sistem peradilan dalam arti yang luas. Selain BPSK, ada beberapa lembaga yang memiliki karakteristik sebagai quasi peradilan, seperti Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Komisi Informasi Pusat dan Komisi Informasi Daerah (KIP dan KID), dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Pada Bab ini yang menjadi fokus pembahasan adalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. A. Sistem Peradilan Nasional 1. Pengertian Sistem Peradilan Nasional Menurut Bagir Manan sistem peradilan dapat ditinjau dari 2 (dua) segi : 1 Pertama, segala sesuatu berkenaan dengan penyelenggaraan peradilan yang mencakup kelembagaan, sumber daya, tata cara, prasarana dan sarana. Kedua, proses mengadili (memeriksa dan memutus perkara). Kelembagaan peradilan dapat dibedakan antara susunan horizontal dan susunan vertikal. Susunan horizontal menyangkut berbagai lingkungan badan peradilan, sedangkan susunan vertikal terkait dengan tingkat penyelesaian perkara dari tingkat pertama, banding dan kasasi. 1 Bagir Manan, Sistem Peradilan Berwibawa (Suatu Pencarian), Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2004, h. 17.

Transcript of BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang...

Page 1: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

12

BAB II

SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI

PERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN NASIONAL

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen bukan lembaga pengadilan.

Namun, merupakan lembaga semi atau quasi peradilan karena karakteristik tugas

dan sifatnya serta kewenangannya yang bersifat mengadili, hal ini membuat

BPSK harus dilihat sebagai bagian dari sistem peradilan dalam arti yang luas.

Selain BPSK, ada beberapa lembaga yang memiliki karakteristik sebagai quasi

peradilan, seperti Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Komisi

Informasi Pusat dan Komisi Informasi Daerah (KIP dan KID), dan Badan

Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Pada Bab ini yang menjadi fokus

pembahasan adalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

A. Sistem Peradilan Nasional

1. Pengertian Sistem Peradilan Nasional

Menurut Bagir Manan sistem peradilan dapat ditinjau dari 2 (dua) segi :1

Pertama, segala sesuatu berkenaan dengan penyelenggaraan

peradilan yang mencakup kelembagaan, sumber daya, tata cara,

prasarana dan sarana. Kedua, proses mengadili (memeriksa dan

memutus perkara). Kelembagaan peradilan dapat dibedakan

antara susunan horizontal dan susunan vertikal. Susunan

horizontal menyangkut berbagai lingkungan badan peradilan,

sedangkan susunan vertikal terkait dengan tingkat penyelesaian

perkara dari tingkat pertama, banding dan kasasi.

1 Bagir Manan, Sistem Peradilan Berwibawa (Suatu Pencarian), Jakarta: Mahkamah

Agung RI, 2004, h. 17.

Page 2: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

13

Sistem peradilan ini didasarkan pada ketentuan pasal 24 ayat (1) dan ayat

(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

menyebutkan sebagai berikut:

Ayat (1) “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum

dan keadilan.”

Ayat (2) “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah

Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam

lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,

lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha

negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.”

2. Kemandirian Lembaga Peradilan

Berdasarkan asas yang terdapat pada Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa kekuasaan kehakiman

membutuhkan kebebasan dari segala bentuk pengaruh badan-badan dan pihak lain

ekstra yudisial.2 Sehubungan dengan pembahasan mengenai kemandirian lembaga

peradilan di atas, Sudikno Mertokusumo memberikan makna tersendiri tentang

kemandirian lembaga peradilan, yakni:3

Kemandirian kekuasaan kehakiman atau kebebasan hakim

merupakan asas yang sifatnya universal, yang terdapat di mana

saja dan kapan saja. Asas ini berarti bahwa dalam melaksanakan

peradilan, hakim itu pada dasarnya bebas, yaitu bebas

dalam/untuk memeriksa dan mengadili perkara dan bebas dari

campur tangan atau turun tangan kekuasaan ektrayudisial. Jadi

pada dasarnya dalam/untuk memeriksa dan mengadili. Kecuali

ini pada dasarnya tidak ada pihak-pihak, baik atasan hakim yang

2 Ahmad Mujahidin, Peradilan Satu Atap di Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama,

2007, h. 13. 3 Ibid., h. 14 dikutip dari Sudikno Mertokusumo, Relevansi Penegakan Etika Profesi

Bagi Kemandirian Kekuasaan Kehakiman, Makalah disampaikan dalam seminar 50 tahun

Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia di UGM tanggal 26 Agustus 1995, h. 2.

Page 3: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

14

bersangkutan maupun pihak ekstrayudisial yang boleh

mencampuri jalannya sidang pengadilan.

Hal ini berarti hakim bebas memeriksa dan bebas dalam mengadili. Bebas

dalam arti menurut hati nuraninya tanpa dipengaruhi oleh siapapun: ia bebas

dalam memeriksa, membuktikan dan memutus perkara berdasarkan hati

nuraninya.

3. Lembaga-lembaga Peradilan di Indonesia

Berdasarkan yang termuat pada Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiam

pada Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 dapat diketahui lembaga-

lembaga peradilan, sebagai berikut : “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh

sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam

lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan

militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi.” Pengaturan lebih lanjut mengenai kekuasaan kehakiman dalam

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Namun pada bab ini, penulis akan sedikit menguraikan mengenai

lembaga-lembaga peradilan di atas tetapi lebih fokus menguraikan pada lembaga

peradilan yang berkaitan langsung dengan proses penyelesaian sengketa

konsumen, yaitu lingkungan peradilan umum.

a. Lingkungan Peradilan Umum

Peradilan umum adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi

rakyat pencari keadilan pada umumnya. Peradilan umum memiliki hubungan

dengan BPSK dalam proses penyelesaian sengketa konsumen berdasarkan Pasal

56 ayat (2) dan (4), Pasal 57, dan Pasal 58 ayat (2) Undang-Undang Nomer 8

Page 4: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

15

tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Kekuasaan kehakiman di

lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh pengadilan negeri dan pengadilan

tinggi.

Ada 4 keterkaitan BPSK dengan lingkungan peradilan umum dilihat

berdasarkan proses penyelesaiannya, sebagai berikut:

1) Para pihak yang menolak putusan BPSK dapat mengajukan keberatan

kepada Pengadilan Negeri,4 dan selanjutnya jika para pihak masih

keberatan terhadap putusan Pengadilan Negeri tersebut, dapat

mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.5

2) Apabila pelaku usaha menerima putusan atau tidak mengajukan

keberatan terhadap putusan BPSK, tetapi enggan melaksanakan

kewajibannya, maka BPSK menyerahkan putusan tersebut kepada

penyidik untuk melakukan penyidikan sesuai dengan ketentuan

undang-undang yang berlaku.6

3) Putusan BPSK dimintakan penetapan eksekusi pada pengadilan negeri

di tempat konsumen dirugikan.7

4) Upaya penyelesaian sengketa melalui BPSK dinyatakan tidak berhasil

oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa

selanjutnya gugatan melalui pengadilan dapat ditempuh.8

4 Pasal 56 Ayat (2) UUPK jo. Pasal 41 Ayat (3) Kepmenperindag No.

350/MPP/Kep/12/2001 5 Pasal 58 Ayat (2) UUPK

6 Pasal 56 Ayat (4) UUPK jo. Pasal 41 Ayat (6) Kepmenperindag No.

350/MPP/Kep/12/2001 7 Pasal 57 UUPK jo. Pasal 42 Ayat (2) Kepmenperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001

8 Pasal 45 ayat (4) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen

Page 5: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

16

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menggolongkan keterkaitan BPSK

dengan lingkungan peradilan umum menjadi 2 (dua) bagian. Pertama, lihat uraian

ke 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga) proses penyelesaian di BPSK sampai dengan selesai.

Kedua, lihat uraian ke 4 (empat) proses penyelesaian di BPSK tidak selesai. Tolak

ukur selesai atau tidak selesainya yang dimaksudkan adalah proses penyelesaian

di BPSK dari awal sampai dikeluarkannya putusan majelis.

b. Lingkungan Peradilan Agama

Pengadilan di lingkungan peradilan agama merupakan pengadilan yang

berjenjang, mulai dari pengadilan Pengadilan Agama tingkat pertama, Pengadilan

Tinggi Agama tingkat banding.

Pengadilan Agama adalah organ kekuasaan kehakiman dalam lingkungan

Peradilan Agama9 yang berkedudukan di kotamadya atau kabupaten, dan daerah

hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau kebupaten.10

Pengadilan Agama

merupakan Pengadilan Tingkat Pertama. Pengadilan Agama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat

pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:11

Perkawinan,

Kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum islam, Wakaf

dan shadaqah. Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan

Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada pengadilan

9 Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama Islam (Pasal 1

angka (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum) 10

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 1986 tentang

Peradilan Umum. 11

Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 1986 tentang

Peradilan Umum.

Page 6: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

17

dalam lingkungan peradilan umum.12

Tidak dibahas lebih lanjut karena tidak

relevan dengan penelitian.

c. Lingkungan Peradilan Militer

Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer adalah badan yang

melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan Angkatan Bersenjata,13

pengadilan dalam lingkungan peradilan militer berwenang mengadili tindak

pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana

adalah perajurit; yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengaan

Prajurit; anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan

atau dianggap sebagai prajurit berdasarkan undang-undang; atas keputusan

Panglima dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh suatu

Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer. Pengadilan dalam lingkungan

peradilan militer terdiri dari Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi,

Pengadilan Militer Utama, dan Pengadilan Militer Pertempuran. Tidak dibahas

lebih lanjut karena tidak relevan dengan penelitian.

d. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan pengadilan tingkat pertama.

Susunan pengadilan terdiri atas Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, dan

Sekretaris; dan pemimpin pengadilan terdiri atas seorang Ketua dan seorang

Wakil Ketua.

12

Pasal 54 Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 1986 tentang Peradilan

Umum. 13

Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer.

Page 7: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

18

Sedangkan, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bertugas dan

berwenang: (a) memeriksa dan memutuskan sengketa Tata Usaha Negara di

tingkat banding; (b) memeriksa dan memutuskan mengadili antara pengadilan

Tata Usaha Negara di dalam daerah hukumnya; (c) memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan di tingkat pertama sengketa Tata Usaha Negara.

Lingkungan peradilan tata usaha negara merupakan salah satu pelaksana

kekuasaan kehakiman bagi pencari keadilan yang terlibat sengketa tata usaha

negara. Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata

usaha negara antara orang atau badan hukum perdata berhadapan dengan badan

atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat

dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.14

Tidak dibahas lebih

lanjut karena tidak relevan dengan penelitian.

Berdasarkan yang telah dipaparkan di atas terdapat 4 (empat) lingkungan

peradilan negara yang kesemuanya berpuncak atau berakhir pada Mahkamah

Agung. Di samping itu, sistem peradilan nasional masih mengenal peradilan sui

generis atau peradilan semu yang tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Terjadinya perkembangan pada sistem peradilan di Indonesia juga

dinyatakan oleh Abdul Halim Barkatulah, sebagai berikut :15

14

Pasa 1 butir 4 Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undnag-

Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. 15

Abdul Halim Barkatullah, HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN: Kajian Teoritis

dan Perkembangan Pemikiran, Bandung: Nusa Media, 2008 (selanjutnya disingkat Abdul Halim

II), h. 180-181.

Page 8: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

19

Fenomena muculnya kelembagaan baru di dunia peradilan di

Indonesia antara lain dibentuknya Pengadilan HAM berdasarkan

UU No. 26 Tahun 2000, yang dalam hal ini juga dibentuk

Pengadilan HAM ad hoc, juga muncul Komisi Yudisial,

Pengadilan Korupsi ad hoc, Pengadilan Niaga, Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan lain sejenisnya. Hal ini

semua bertujuan membangun dunia peradilan yang bermartabat

dan berperan secara anggun (elegan) sebagai bagian dari

pembangunan bangsa.

Berdasarkan pernyataan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa BPSK bukanlah lembaga kekuasaan kehakiman di bawah Mahkamah

Agung dengan kesatuan sistem peradilan yang bertingkat, sehingga upaya

keberatan yang diajukan ke Pengadilan Negeri seharusnya tidak dapat dilakukan

mengingat putusan majelis BPSK bersifat final dan mengikat.16

Namun, BPSK

merupakan perkembangan peradilan di Indonesia dalam memberikan keadilan

kepada konsumen17

yang telah mengalami kerugian dengan jumlah yang tidak

sebanding dengan biaya yang dikeluarkan jika harus digugat di Pengadilan

Negeri.

B. Quasi Peradilan

Di samping lembaga Pengadilan Umum yang dalam undang-undang

secara tegas dan resmi disebut sebagai pengadilan, dewasa ini juga banyak

tumbuh dan berkembang adanya lembaga-lembaga yang mesikipun tidak secara

eksplisit sebagai pengadilan, tetapi memiliki kewenangan dan mekanisme kerja

yang juga bersifat mengadili.

Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945

menentukan, “Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan

16

Vide Bab III. 17

Vide Bab IV.

Page 9: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

20

kehakiman diatur dalam undang-undang”. Ini merupakan dasar munculnya

badan-badan baru yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman untuk membantu

menjalankan tugas pokok dari lembaga peradilan utama. Oleh karena itu, badan-

badan ini diberikan kewenangan untuk memeriksa dan memutus suatu

perselisihan ataupun perkara pelanggaran hukum, dan bahkan perkara pelanggaran

etika tertentu dengan keputusan yang bersifat final dan mengikat (final dan

binding) sebagaimana putusan pengadilan yang bersifat “inkracht” pada

umumnya. Semua ini dimaksudkan untuk memberikan keadilan bagi para pihak

yang dirugikan oleh suatu sistem pengambilan keputusan yang mengatasnamakan

kekuasaan negara.

Karena itu, dapat dikatakan bahwa lembaga-lembaga yang bersifat

„mengadili‟ tetapi tidak disebut sebagai pengadilan itu merupakan bentuk quasi

pengadilan atau semi pengadilan. Beberapa di antaranya berbentuk komisi-komisi

negara, tetapi ada pula yang menggunakan istilah badan atau pun dewan. Quasi

judicial atau kuasi peradilan merupakan sebuah lembaga yang „bertindak sebagai‟.

Menurut blacks law dictionary yang disebut quasi adalah18

:

“as if, this terms is used in legal pharaseology to indicate that

one subject resembles another, with which it is compared, in

certain characteristics but that there are intrinsic and material

differences between them.”

Atau dengan kata lain, quasi merupakan sesuatu yang „seolah-olah‟, yang

biasanya istilah ini digunakan dalam bahasa hukum untuk menunjukkan suatu

subjek dapat bertindak sebagai sesuatu berupa subjek lain. Ini erat kaitannya

18

Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, U.S.: West

Publishing Co, 1990, h. 1245.

Page 10: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

21

dengan quasi judicial yang berhubungan dengan pelaksanaan pengadilan.

Menurut blacks law dictionary, yang dimaksud dengan quasi judicial adalah19

:

“a term applied to the action, discretion, etc. Of public

administrative officers, who are required to investigate facts, or

ascertain the existence of fact, and draw conclusions from them.

As a basis for their official action , and to exercise discretion of

a judicial nature.

Lembaga-lembaga ini, di samping bersifat mengadili, seringkali juga

memiliki fungsi-fungsi yang bersifat campuran dengan fungsi regulasi

dan/ataupun fungsi administrasi. Fungsi regulasi dapat dikaitkan dengan fungsi

legislatif menurut doktrin „trias-politica Mostesquieu‟, sedangkan fungsi

administrasi identik dengan fungsi eksekutif. Karena itu, komisi-komisi negara

atau lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan mengadili ini dapat dikatakan

merupakan lembaga yang memiliki fungsi campuran.20

beberapa komisi dan badan yang memiliki kewenangan sebagai lembaga

quasi peradilan di Indonesia, antara lain:

1) Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU);21

2) Komisi Informasi Pusat (KIP) dan Komisi Informasi Daerah (KID);22

3) Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu);23

KPPU, misalnya, merupakan lembaga eksekutif yang melakukan fungsi

pengawasan terhadap praktik persaingan usaha yang tidak sehat. Namun, UU

19

Ibid. 20

Jimly Asshiddiqie, Putih Hitam Pengadilan Khusus, Jakarta: Pusat Analisis dan

Layanan Informasi Sekertariat Jenderal Komisi yudisial, 2013, h. 14 21

Lembaga ini dibentuk berdasarkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 22

Komisi ini dibentuk berdasarkan UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik. 23

Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Page 11: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

22

memberikan kewenangan kepada lembaga pengawas persaingan usaha ini untuk

bertindak sebagai penengah dan sekaligus pemutus atas setiap perselisihan

mengenai persaingan usaha yang tidak sehat.24

Dibentuknya lembaga ini

mencerminkan adanya kebutuhan yang mendesak untuk mengendalikan sistem

perekonomian Indonesia yang telah berkembang sangat bebas dan terbuka sebagai

akibat kebijakan ekonomi yang diterapkan,25

sehingga mekanisme pengawasan

yang efektif atas pelbagai bentuk persaingan usaha yang tidak sehat harus

dibentuk dengan infra-struktur kelembagaan yang bersifat semi yudisial. Komisi

ini bersifat independen.26

Alternatif putusan KPPU adalah telah terjadi atau tidak terjadi pelanggaran

terhadap UUPU. KPPU wajib memutusakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)

hari terhitung sejak selesainya pemeriksaan lanjutan.27

Dalam waktu 30 (tiga

puluh) hari sejak pelaku usaha menerima pemberitahuan putusan KPPU, pelaku

usaha wajib melaksanakan putusan tersebut dan menyampaikan laporan

pelaksanaannya kepada KPPU.28

Namun, sebelum pelaku usaha diwajibkan

melaksanakan putusan, ketentuan pada UUPU pelaku usaha dapat mengajukan

keberatan kepada Pengadilan Negeri selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari

setelah menerima pemberitahuan putusan.29

Hal ini terlihat bahwa UUPU

24

Pasal 36 UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat 25

Penjelasan umum UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat 26

Pasal 30 ayat (2) UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat 27

Pasal 43 ayat (3) UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat 28

Pasal 44 ayat (1) UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat 29

Pasal 44 ayat (2) UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat

Page 12: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

23

memberikan keadilan kepada pelaku usaha jika dalam putusan KPPU terdapat

kesalahan dalam menerapkan hukum. Pelaku usaha yang tidak mengajukan

keberatan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari dianggap menerima

putusan.30

Dengan demikian putusan KPPU bersifat final dan mengikat atau

mempunyai kekuatan hukum tetap walaupun dalam ketentuan tidak disebutkan

secara jelas.

Komisi Informasi ini dibentuk berdasarkan UU tentang Keterbukaan

Informasi Publik. Siapa saja dapat meminta kepada pejabat penyelenggara negara

mengenai segala jenis informasi yang berkenaan dengan pelaksanaan tugas dan

kewenangan seorang pejabat, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas dikecualikan

menurut ketentuan UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

UU ini menentukan bahwa segala jenis informasi yang berkenaan dengan

penyelenggaraan kekuasaan negara adalah milik publik, kecuali yang harus

dirahasiakan karena jabatan dan jenis informasi lain yang sengaja dikecualikan

menurut undang-undang ini. Apabila sudah diminta sebagaimana mestinya,

pejabat yang bersangkut tetap tidak memberikan informasi itu, maka terhadap

pejabat tersebut dapat dikenakan tuntutan pidana dengan ancaman pidana penjara.

Putusan Komisi Informasi yang berasal dari kesepakatan melalui Mediasi bersifat

final dan mengikat.31

Contoh lain dari lembaga yang juga mempunyai kedudukan sebagai

lembaga peradilan semu atau quasi pengadilan adalah Badan Pengawas Pemilu.

Lembaga ini tidak disebut dengan istilah Komisi Negara, melainkan Badan.

30

Pasal 44 ayat (3) UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat

31

Pasal 39 UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Page 13: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

24

Sebelumnya, ketika pertama kali dibentuk berdasarkan UU Pemilu dalam rangka

penyelenggaraan pemilihan umum tahun 2009, lembaga Bawaslu ini juga tidak

memiliki kewenangan quasi peradilan sama sekali. Namun, dalam UU No. 8

Tahun 2012 tentang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

ditentukan bahwa Badan Pengawas Pemilu ini memiliki kewenangan untuk

memeriksa dan memutus sengketa pemilu dengan putusan yang bersifat final dan

mengikat bagi Komisi Pemilihan Umum, kecuali untuk keputusan yang terkait

dengan verifikasi partai politik dan penetapan Calon sebagaimana dikecualikan

dari sifat „final dan mengikat‟ itu menurut undang-undang.32

Di samping lembaga-lembaga quasi peradilan tersebut di atas, banyak lagi

lembaga yang dapat dipandang sebagai lembaga semi atau quasi peradilan atau

peradilan semu. Lembaga-lembaga quasi peradilan ini kadang-kadang dipandang

sebagai lembaga yang berada dalam ranah eksekutif, bukan lembaga yudikatif.

Tetapi, cara kerja dan dampak dari keberadaanya bagaimana pun juga harus tetap

dipandang terkait dengan fungsi kekuasaan kehakiman pada umumnya. Apabila

dikaitkan dengan keperluan membangun suatu sistem keadilan dan peradilan yang

bersifat terpadu, tidak dapat tidak fungsi lembaga-lembaga quasi peradilan ini

tidak dapat dipisahkan dari cabang kekuasaan kehakiman.33

Dapat juga dikatakan bahwa lembaga quasi-peradilan ini pada umumnya

bersifat campuran dalam arti memiliki kewenangan campuran antara fungsi

administrasi atau eksekutif, fungsi regulasi atau legislative, dan fungsi mengadili

32

Pasal 259 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah. 33

Jimly Asshiddiqie, Op.Cit., h. 16.

Page 14: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

25

atau yudikatif. Kadang-kadang campuran 2 fungsi dan kadang-kadang ada juga

yang campuran 3 fungsi. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), misalnya,

diberi kewenangan oleh UU untuk membuat regulasi dalam rangka menjabarkan

ketentuan undang-undang sebagai „legislative acts‟. Pada saat yang bersamaan,

KPPU juga diberi kewenangan oleh UU untuk melaksanakan sendiri atau menjadi

administrator langsung semua ketentuan undang-undang dan termasuk peraturan-

peraturan yang dibuatnya sendiri dalam rangka pengawasan persaingan usaha

yang sehat. Tetapi, KPPU juga ditentukan oleh UU merupakan lembaga yang

harus berdiri sebagai pengadilan untuk memeriksa sengketa persaingan usaha dan

memberi kesempatan para pihak untuk membuktikan atau pun membela diri

dengan kontra bukti, serta menjatuhkan sanksi yang mengikat bagi pihak yang

terbukti bersalah. Dengan demikian, lembaga ini jelas memiliki fungsi campuran,

mulai dari sebagai regulator, administrator, dan bahkan adjudicator yang bersifat

quasi-yudisial.34

Semua lembaga-lembaga tersebut dalam praktik di pelbagai negara seperti

Amerika dan negara-negara “common law” memiliki kewenangan-kewenangan

yang sangat bervariasi.35

Apabila disederhanakan, dapat dikemukakan adanya

enam macam kekuasaan yang menentukan apakah suatu lembaga negara dapat

dikatakan merupakan lembaga quasi peradilan. Keenam macam kekuasaan itu

adalah:36

34

Ibid. 35

Ibid. 36

Jimly Asshiddiqie, Op.Cit., h.17 dikutip dari pertimbangan putusan Pengadilan Texas

dalam kasus Perdue, Brackett, Flores, Utt & Burns versus Linebarger, Goggan, Blair, Sampson &

Meeks, L.L.P., 291 s.w. 3d 448.

Page 15: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

26

1) Kekuasaan untuk memberikan penilaian dan pertimbangan. (The power to

exercise judgement and discretion);

2) Kekuasaan untuk mendengar dan menentukan atau memastikan fakta-fakta

dan untuk membuat putusan. (The power to hear and determine or to

ascertain facts and decide);

3) Kekuasaan untuk membuat amar putusan dan pertimbangan-pertimbangan

yang mengikat sesuatu subjek hukum dengan amar putusan dan dengan

pertimbangan-pertimbangan yang dibuatnya. (The power to make binding

orders and judgements);

4) Kekuasaan untuk mempengaruhi hak orang atau hak milik orang per

orang. (The power to affect the personal or property rights of private

persons);

5) Kekuasaan untuk menguji saksi-saksi, untuk memaksa saksi untuk hadir,

dan untuk mendengar keterangan para pihak dalam persidangan. (The

power to examine witnesses, to compel the attendance of witnesses, and to

hear the litigation of issues on a hearing); dan

6) Kekuasaan untuk menegakkan keputusan atau menjatuhkan sanksi

hukuman. (The power to enforce decisions or impose penalties).

Keenam kekuasaan atau ciri-ciri di atas dapat digunakan untuk membantu

melihat suatu lembaga baru adalah lembaga quasi peradilan. Oleh karena itu,

sangat penting bagi penulis untuk menggunakan ciri-ciri untuk membuat

kesimpulan bahwa BPSK adalah lembaga quasi peradilan.

Page 16: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

27

C. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Berkedudukan Sebagai

Lembaga Quasi Peradilan di Indonesia

Di Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 telah diamandemen sebanyak 4

(empat) kali. Konsekuensi dari 4 (empat) kali amandemen UUD 1945 salah

satunya adalah lahirnya states auxiliary bodies yang merupakan wajah baru dalam

ketatanegaraan Indonesia, hal ini dapat dikatakan bagian dari penerapan sharing

of power. Istilah states auxiliary bodies dipadankan dengan lembaga yang

melayani, lembaga penunjang, lembaga bantu, dan lembaga pendukung. Istilah

tersebut diberikan sebagai pembeda dari lembaga negara utama.37

State auxiliary

bodies dalam implemantasinya saat ini dikenal dengan Komisi-Komisi, Lembaga-

lembaga atau sejenisnya, saat menurut hasil kajian Lembaga Administrasi Negara

tercatat 9838

lembaga states auxiliary bodies, sementara untuk jumlah kementerian

saat ini adalah 34 dan LPNK (Lembaga Pemerintahan Non Kementerian) yang

berjumlah 28.39

Pembentukan lembaga bantu ini memiliki dasar hukum yang berbeda-beda

yaitu ada yang didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang

(UU), serta Keputusan Presiden (Keppres). Bila dicermati lebih jauh, ada

beragam alasan yang melatarbelakangi lahirnya lambaga bantu ini. Sebagai

contoh, pembentukan BPSK melalui UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen disebabkan karena penyelesaian sengketa konsumen melalui lembaga

peradilan terutama pada lingkungan peradilan umum terlalu lama dan

37

Arifin, Firmansyah dkk, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenanga Antara Lembaga

Negara, Jakarta: Konsorsium Reformasi Hukum Nasional, 2005, h. 24. 38

Media Indonesia, edisi 11 mei 2010, kolom fokus, h. 11 39

Data kedeputi Bidang Kelembagaan Kementerian PAN & RB, 2011.

Page 17: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

28

menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Hal ini tidak sesuai jika konsumen

mengalami kerugian yang kecil.

Lembaga negara bantu (state auxiliary bodies) adalah lembaga negara

yang dibentuk diluar konstitusi dan merupakan lembaga yang membantu

pelaksanaan tugas tugas lembaga negara pokok (eksekutif, legislatif dan yidikatif)

yang sering disebut dengan lembaga independen semu negara (quasi).40

Lembaga

negara pokok ini dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian berdasarkan konsep trias

politica41

kekuasaan yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Namun, konsep

klasik mengenai pemisahan kekuasaan tersebut sudah dianggap tidak lagi relevan

karena tiga fungsi kekuasaan yang ada tidak mampu menanggung beban negara

dalam menyelenggarakan pemerintahan.42

Maka negara membentuk lembaga

negara baru yang dapat membantu melaksanakan tugas lembaga negara pokok.

Lembaga-lembaga baru tersebut dapat berupa dewan (council), komisi

(Commission), komite (Committee), badan (board), atau otoritas (authority).43

Dilihat dari nama dan bentuk Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

sudah sangat jelas bahwa kedudukan BPSK adalah sebagai quasi peradilan.

Keberadaannya penting untuk membantu melaksanakan tugas dari pengadilan

dalam menyelesaiakan sengketa terutama sengketa antara konsumen dengan

pelaku usaha. keberadaan BPSK ini juga akan menyederhanakan proses

penyelesaian sengketa dan memberikan keuntungan kepada konsumen yang ingin

40

Kurniawan, HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN: Problematika Kedudukan

dan Kekuatan Putusan Badan Penyelesaian Sengekta Konsumen (BPSK), Malang: Universitas

Brawijaya Press, 2011, h. 105. 41

Trias politica dikemukakan oleh Montesquieu (1588-1755) yang membedakan tiga

fungsi otoritas publik, yaitu: pembentukan Undang-undang (legislatif), pemerintah (eksekutif), dan

peradilan (yudikatif). Lihat ibrahim R, Pengawasan Konstitusional Legislatif, Eksekutif dan

Yudikatif Dalam Sistem Pemerintahan Amerika Serikat, Bali: Universitas Udayana, 2000, h. 221. 42

Kurniawan, Op.Cit., h. 104 43 Ibid.

Page 18: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

29

melakukan gugatan yang kecil, tidak sebanding jika harus digugatkan melalui

pengadilan negeri.

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adalah badan yang

bertugas menangani dan meyelesaiakan sengketa antara pelaku usaha dan

konsumen.44

adapun tugas dan kewenangan BPSK diatur dalam Pasal 52 UUPK

jo. Kepmenperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001, Tugas dan wewenang badan

penyelesaian sengketa konsumen meliputi:

a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan

cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;

b. memberikan konsultasi perlindungan konsumen;

c. melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;

d. melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan

dalam Undang-undang ini;

e. menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen

tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

f. melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;

g. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap perlindungan konsumen;

h. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undangundang ini;

i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi

ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h,

44

Pasal 1 butir 11 Undang-undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindunga Konsumen

Page 19: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

30

yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa

konsumen;

j. mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti

lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;

k. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak

konsumen;

l. memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan

pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

m. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar

ketentuan Undang-undang ini.

Melihat ketentuan di atas tentang BPSK dapat diketahui bahwa tugas dan

kewenangannya merupakan tugas dari lembaga-lembaga peradilan45

yaitu tugas

memeriksa, memutus dan mengadili perkara dengan menerapkan hukum dan/atau

menemukan hukum “in concreto” (hakim menerapkan peraturan hukum kepada

hal-hal yang nyata yang dihadapkan kepadanya untuk diadili dan diputus) untuk

mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materiil, dengan menggunakan

cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.46

Namun, di dalam sistem

peradilan kedudukan BPSK bukan sebagai lembaga peradilan yang dapat

dikategorikan sebagai lembaga peradilan utama47

menurut UU No. 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman tetapi memiliki keterkaitan. Dengan demikian,

BPSK merupakan lembaga negara bantu dalam bidang peradilan atau sering

disebut quasi peradilan.

45

Kurniawan. Op.Cit., h. 106 46

http://pn-yogyakota.go.id/pnyk/info-peradilan/pengertian-peradilan.html, diakses

pada 16 Maret 2016 pukul 11.31 WIB. 47

Pasal 18 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaab Kehakiman

Page 20: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

31

Seperti yang telah dikemukakan diatas, BPSK sebagai quasi peradilan ini

sangat konstitusional, Pasal 24 ayat (3) UUD 1945 menentukan,”Badan-badan

lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam

undang-undang.” Perkataan diatur dalam undang-undang itu menurut Jimly

Asshiddiqie menunjukan bahwa:

Undang-undang yang dimaksud tidak perlu bersifat khusus,

seperti undang-udang kejaksaan, UU tentang Kepolisian, dan

sebagainya. Artinya, ketentuan mengenai badan-badan lain

yang dimaksud diatas, cukup diatur dalam undang-undang apa

saja yang meteri tercampur dengan materi undang-undang

lainnya. Misalnya, UU tentang Perpajakan dapat saja mengatur

keberadaan suatu lembaga baru bernama Pengadilan Pajak.

UU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dapat saja

mengatur pembentukan lembaga baru bernama Komisi

Pemberantasan Korupsi yang fungsinya berkaitan dengan

fungsi kekuasaan kehakiman.

Selain yang telah diuraikan di atas, berikut merupakan uraian yang

menyatak bahwa BPSK adalah quasi peradilan. Dihubungkan dengan tugas dan

kewenangan BPSK yang terdapat pada Pasal 52 UUPK terdapat kewenangan-

kewenangan yang membuat membuat BPSK dapat dikatakan sebagai quasi

peradilan; Dijelaskan demikian, Pertama, kekuasaan untuk memberikan penilaian

dan pertimbangan terdapat pada Pasal 52 huruf (k) berbunyi “memutusakan dan

menetapkan ada atau tidaknya kerugian dipihak konsumen.” Kedua, Kekuasaan

untuk mendengar dan menentukan atau memastikan fakta-fakta dan untuk

membuat putusan terdapat pada Pasal 52 huruf (h) berbunyi “memanggil dan

menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui

pelanggaran terhadap Undang-undang ini” dan (j) berbunyi “mendapatkan,

meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan

dan/atau pemeriksaan.”

Page 21: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

32

Selanjutnya yang ketiga, kekuasaan Kekuasaan untuk membuat amar

putusan dan pertimbangan-pertimbangan yang mengikat sesuatu subjek hukum

dengan amar putusan dan dengan pertimbangan-pertimbangan yang dibuatnya

terdapat pada Pasal 52 huruf (l) berbunyi “memberitahukan putusan kepada

pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen.”

Keempat, kekuasaan untuk mempengaruhi hak orang atau hak milik orang per

orang terdapat pada Pasal 52 huruf (c) berbunyi “melakukan pengawasan terhadap

pencantuman klausula baku.”

Kekuasaan yang kelima adalah untuk menguji saksi-saksi, untuk memaksa

saksi untuk hadir, dan untuk mendengar keterangan para pihak dalam persidangan

terdapat pada Pasal 52 huruf (i) berbunyi “meminta bantuan penyidik untuk

menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana

dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan

badan penyelesaian sengketa konsumen.” Terakhir, kekuasaan untuk menegakkan

keputusan atau menjatuhkan sanksi hukuman terdapat pada pasal 52 huruf (m)

berbunyi “menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar

ketentuan Undang-undang ini” dan sifat putusan BPSK final dan mengikat.

Namum, pada kekuasaan yang terakhir ini UUPK setengah-setengah dalam

memberikan kewenangan kepada BPSK karena harus dimintakan penetapan

eksekusi kepada Pengadilan Negeri di tempat konsumen dirugikan.48

48

Pasal 57 Undang-undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindunga Konsumen

Page 22: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

33

D. Perbandingan Badan Perlindungan Sengketa Konsumen dengan

Small Claim Court

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen tidak dikenal dalam sistem

peradilan sebagai lembaga peradilan utama melainkan merupakan quasi peradilan

yang membantu mejalankan tugas dan kewenagan lembaga peradilan utama

secara khusus dalam penyelesaian sengketa konsumen. Sekilas saat melihat proses

penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK yang sederhana, cepat dan biaya

murah sama dengan Small Claim Court, namun saat melihat secara keseluruhan

BPSK tidak sama dengan Small Claim Court. Hal ini juga didukung dengan

pendapat Yusuf Shofie yang menyatakan bahwa,”BPSK didesain bukan sebgai

pengadilan, tidak ada hakim, tidak ada kewenangan untuk melakukan eksekusi

putusan. BPSK bukan Small Claim Court, mungkin mirip.”49

1. Penyelesaian Sengketa Melalui Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen

Berdasarkan Pasal 1 butir 11 Undang-undang No 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindunga Konsumen, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adalah

badan yang bertugas menangani dan meyelesaikan sengketa antara pelaku usaha

dan konsumen. BPSK diharapkan dapat menjadi tempat untuk mencari keadilan

dalam bersengketa, terutama bagi konsumen yang mengalami kerugian akibat dari

pelaku usaha dalam menjalankan usahanya, namun nilai kerugian yang kecil

49

Yususf Shofie, Optimalisasi Peran badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

dalam Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Konsumen di Tengah Terjadinya Disharmonisasi

Pengaturan, Seminar dalam rangka Penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) I, 2013, h. 4.

Page 23: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

34

sehingga konsumen tidak mungkin menggugatnya melalui pengadilan karena

tidak sebanding antara nilai kerugian dengan biaya perkara.

Seperti yang telah dipaparkan penulis pada Bab sebelumnya, BPSK sangat

sesuai untuk menyelesaikan sengketa konsumen dengan nilai kerugian yang kecil

karena penyelesaian sengketa yang dilakukan secara cepat, mudah dan biaya

murah. Cepat karena penyelesaian sengketa melalui BPSK harus sudah

diputuskan dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima.

Mudah karena prosedur administrasi dan proses pengambilan keputusan yang

sangat sederhana, dan dapat dilakukan sendiri oleh para pihak tanpa diperlukan

kuasa hukum. Murah karena biaya persidangan yang dibebankan sangat ringan

dan dapat terjangkau oleh konsumen. berdasarkan hal tersebut BPSK dapat

dikatakan mirip dengan lembaga Small Claim Court.

Setiap kota dan kabupaten harus dibentuk Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen. Pembentukan ini berdasarkan pada Pasal 49 Ayat (1) Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi, “Pemerintah

membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II”.

BPSK diresmikan pertama kali pada tahun 2001, yaitu dengan

dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 90 Tahun 2001 tentang Pembentukan

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen pada Pemerintahan Kotaa Medan, Kota

Bandung, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang,

Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang dan Kota Makassar.

Pada tahun 2004, terbentuk BPSK di tujuh kota dan tujuh kabupaten

dengan Keputusan Presiden No.108 Tahun 2004 yaitu di Kota Kupang, Kota

Page 24: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

35

Samarinda, Kota Sukabumi, Kota Bogor, Kota Kediri, Kota Mataram, Kota

Palangkaraya, dan pada Kabupaten Kupang, Kabupaten Belitung, Kabupaten

Sukabumi, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Serang, Kabupaten Ogan Komering

Ulu, dan Kabupaten Jeneponto.

Selanjutnya, pada tanggal 12 Juli 2005 dengan Keputusan Presiden No. 18

Tahun 2005 yang menjadi dasar terbentuknya BPSK di Kota Padang, Kabupaten

Indramayu, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Tangerang.

Pada tahun 2006, Pemerintah membentuk BPSK sebagaiman tertuang pada

Keputusan Presiden No. 23 Tahun 2006. Kepres ini membentuk BPSK di Kota

Pekalongan, Parepare, Pekan baru, Denpasar, Batam, Kabupaten Aceh Utara, dan

Kabupaten Serang Bedagai.

Pembentukan BPSK terbaru pada tahun 2013 oleh pemerintah dengan

diterbitkannya Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2013. Kepres ini membentuk

BPSK di Kabupaten Bone Bolango, Kabuoaten Gorontalo, Kabupaten Goronlato

Utara, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Cianjur,

Kabupaten Langkat, Kota Padang Panjang, Kota Bekasi, Kota Pemantangsiantar,

dan Kota Salatiga.

Menurut ketentuan Pasal 90 Keputusan Presiden No. 90 Tahun 2001, biaya

pelaksanaan tugas BPSK dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Timbul pertanyaan yang sangat mendasar adalah bagaimana jika tempat

tinggal konsumen yang dirugikan belum terbentuk BPSK? menurut penulis ada 2

cara yang dapat ditempuh konsumen yang dirugikan, sebagai berikut:

Page 25: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

36

1) Konsumen dapat datang ke kota terdekat yang telah terbentuk

BPSK. Hal ini karena Kepres tersebut tidak mencantumkan

pembatasan wilayah yuridiksi BPSK, sehingga menurut Susanti

Adi Nugroho konsumen dapat mengadukan masalahnya pada

BPSK mana saja yang dikehendaki. Hal ini merupakan upaya

untuk memudahkan konsumen menjangkau BPSK.50

2) Konsumen dapat menyelesaikan sengketanya melalui Dinas yang

membidangi perdagangan. Berdasarkan Surat Edaran No.

40/PDN/SE/02/2010 Tentang Penanganan dan Penyelesaian

Sengketa Konsumen, jika terdapat kabupaten/kota yang belum

terbentuk BPSK maka penyelesaian sengketa dapat dilakukan

melalui Dinas yang membidangi perdagangan pada kabupaten/kota

yang belum terbentuk BPSK. Dinas Tersebut dapat melakukan

penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen secara mediasi.

Berdasarkan Pasal 49 ayat (3) dan ayat (4) UUPK, keanggotaan BPSK

terdiri dari 3 (tiga) unsur yaitu unsur pemerintah, unsur konsumen dan unsur

pelaku usaha, dengan ketentuan bahwa setiap unsur diwakili oleh sedikitnya 3

(tiga) orang, dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang. Sehingga jumlah anggota

BPSK minimal 9 (sembilan) orang dan maksimal 15 (lima belas) orang.

Pengangkatan dan pemberhentian anggota BPSK ditetapkan oleh Menteri

Perindustrian dan Perdagangan.

50

Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., h. 77.

Page 26: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

37

Persyaratan untuk menjadi anggota BPSK telah diatur dalam Pasal 49 ayat

(2) UUPK, namun persyaratan secara khusus untuk menjadi anggota BPSK

sebagai berikut:51

1) Diutamakan calon yang bertempat tinggal di daerah kabupaten/kota

setempat.

2) Diutamakan calon yang berpendidikan serendah-rendahnya Setrata 1 atau

sederajat dari lembaga pendidikan yang telah diakreditasi oleh

Departemen Pendidikan Nasional.

3) Berpengalaman dan/atau berpengetahuan di bidang industri, perdagangan,

kesehatan, pertambangan, pertanian, kehutanan, perhubungan, dan

keuangan.

4) Anggota BPSK yang berasal dari unsur pemerintah serendah-rendahnya

berpangkat Pembina atau golongan IV/a.

5) Calon anggota BPSK dari unsur konsumen tidak berasal dari kantor

cabang atau perwakilan LPKSM.

Ketentuan pada Pasal 50 UUPK, kelembagaan BPSK setelah terpilih

anggota, kemudian diisi struktur organisasi yang terdiri dari seorang ketua

merangkap anggota, wakil ketua merangkap anggota, dan anggota yang dalam

pelaksanaan tugas dibantu oleh sekertariat yang terdiri dari kepala sekertariat dan

anggota sekertariat. Pengangkatan dan pemberhentian sekertariat BPSK

ditetapkan oleh Menteri.

51

Pasal 6 ayat (2) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

301/MPP/Kep/10/2001 tentang pengangkatan, Pemberhentian Anggota dan Sekertariatan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen

Page 27: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

38

Mengenai tugas dan wewenang BPSK diatur dalam Pasal 52 UUPK jo.

Kepmenperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001, Tugas dan wewenang badan

penyelesaian sengketa konsumen meliputi:

a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan

cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;

b. memberikan konsultasi perlindungan konsumen;

c. melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;

d. melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan

dalam Undang-undang ini;

e. menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen

tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

f. melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;

g. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap perlindungan konsumen;

h. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undangundang ini;

i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi

ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h,

yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa

konsumen;

j. mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti

lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;

k. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak

konsumen;

Page 28: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

39

l. memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan

pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

m. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar

ketentuan Undang-undang ini.

Berdasarkan tugas dan wewenang tersebut, maka dengan demikian

terdapat 2 fungsi strategis dari BPSK. Sebagai berikut:52

a. BPSK berfungsi sebagai instrumen hukum penyelesaian sengketa diluar

pengadilan (alternative dispute resolution), yaitu melalui konsiliasi,

mediasi, dan arbitrase.

b. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku (one-sided

standard from contract) oleh pelaku usaha (pasal 52 huruf (c) UUPK).

Salah satu fungsi strategis ini adalah untuk menciptakan keseimbangan

kepentingan-kepentingan pelaku usaha dan konsumen. jadi, tidak hanya klausula

baku yang dikeluarkan oleh pelaku usaha swasta atau perusahaan-perusahaan

swasta saja, tetap juga pelaku usaha atau perusahaan-perusahaan milik negara

Melihat pada ketentuan Pasal 52 huruf (b), (c), (e), selain bertugas

menyelesaikan masalah sengketa konsumen BPSK juga bertugas memberikan

konsultasi perlindungan konsumen, bentuk konsultasinya adalah sebagai berikut:53

1) Memberikan penjelasan kepada konsumen atau pelaku usaha tentang hak

dan kewajibannya masing-masing.

2) Memberikan penjelasan tentang bagaimana menuntut ganti rugi atas

kerugian yang diderita oleh konsumen dan juga pelaku usaha.

52

Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., h. 83-84. 53

Abdul Halim Barkatullah,Op.Cit., h. 90.

Page 29: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

40

3) Memberikan penjelasan tentang bagaimana memperoleh pembelaan dalam

hal penyelesaian sengketa konsumen.

4) Memberikan penjelasan tentang bagaimana bentuk dan tata cara

penyelesaian sengketa konsumen.

Selain memiliki tugas konsultasi seperti diatas, BPSK juga memiliki tugas

pengawasan terhadap pencantuman klausula baku, dan sebagai tempat pengaduan

dari konsumen tentang adanya pelanggaran ketentuan perlindungan konsumen,

serta berbagai tugas dan kewenangan lainnya yang terkait dengan pemeriksaan

pelaku usaha diduga melanggar UUPK.

Menurut UUPK, para pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian

sengketa kosumen adalah kalangan konsumen, pelaku usaha, dan/atau pemerintah

(yang bergerak dalam penyediaan barang dan/atau jasa kebutuhan masyarakat),

serta majelis dari BPSK. Perlu dibedakan dengan penyelesaian sengketa di

pengadilan yang pihaknya dimungkinkan kelompok konsumen (class action),

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, atau pemerintah dan/atau

instansi terkait54

Pelanggaran dalam sengketa konsumen adalah pelanggaran kewajiban

yang dilakukan oleh para pelaku usaha terhadap hak serta harkat dan martabat

konsumen yang berakibat negatif bagi konsumen ketika konsumen memakai atau

menikmati barang atau jasa dari pelaku usaha. Pelanggaran hak konsumen oleh

pelaku usaha yang dapat dijadikan dasar permohonan penyelesaian sengketa bisa

54

Pasal 46 ayat (1) huruf (a), (b), (c), dan (d) jo. Pasal 46 ayat (2) yang berbunyi :

"Gugatan yang diajukan oleh sekelompok konsumen, lembaga perlindungan konsumen, atau

pemerintah...diajukan ke peradilan umum" Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

Page 30: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

41

berupa pelanggaran terhadap larangan memproduksi produk atau menyediakan

jasa yang dilarang dalam Pasal 8 ayat (1) UUPK, tindakan pelaku usaha

memanipulasi produk atau jasa, menawarkan barang dengan informasi yang

menyesatkan, melelang/obral dengan cara mengelabui konsumen, menawarkan

dengan janji palsu untuk memberi hadiah ke konsumen, pelanggaran janji

pelayanan prestasi lewat pesanan, pelanggaran terhadap ketentuan klausula baku

yang diatur UUPK55

, dan/atau memonopoli dan melakukan persaingan usaha tidak

sehat.

Pengajuan permohonan penyelesaian sengketa konsumen oleh konsumen

secara tertulis atau lisan pada Sekretariat BPSK yang terdekat dengan domisili

konsumen56

. Bisa diajukan oleh ahli waris atau kuasanya bilamana konsumen

meninggal dunia, sakit atau berusia lanjut (dibuktikan dengan surat keterangan

dokter dan bukti KTP), atau konsumen belum dewasa57

. Bila konsumen yang

memohon adalah WNA, maka permohonan tertulis diajukan ke sekretariat BPSK.

Jika lisan, maka sekretariat BPSK akan mencatatkannya dalam formulir khusus

yang dibubuhi tanggal dan nomor registrasi58

. Menurut Pasal 17 Kepmenperindag,

jika permohonan tidak lengkap (tidak sesuai Pasal 16 Kepmenperindag No.

350/MPP/Kep/12/2001 jo. Pedoman Operasional BPSK yang dikeluarkan Dirjen

55

Klausula baku menurut UUPK adalah "Setiap peraturan atau ketentuan dan syarat-

syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha

yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi

oleh konsumen". Happy Susanto menjelaskan bahwa ketentuan klausula baku ini dibuat oleh

produsen selaku pelaku usaha yang bertujuan untuk memanupulasi perjanjian agar menguntungkan

pihaknya. Klausula ini tidak dapat dinegosiasikan atau ditawar-tawar oleh pihak lain, akibatnya

konsumen yang kedudukannya kurang dominan biasanya tak dapat bernegosiasi dan terpaksa

menerima begitu saja. Lihat dalam Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta:

Transmedia Pustaka, 2008, h. 52. 56

Pasal 2 jo Pasal 15 ayat (1) Kepmenperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001 57

Pasal 15 ayat (3) sub d Kepmenperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001. 58

Ibid.

Page 31: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

42

Perlindungan Konsumen Depdagri) atau bukan merupakan kewenangan BPSK59

maka ketua BPSK dapat menolak permohonan itu. Jika sudah memenuhi

persyaratan dan diterima oleh BPSK, maka ketua BPSK memanggil pelaku usaha

secara tertulis lewat sebuah surat pemanggilan yang disertai lampiran permohonan

konsumen dan pemberitahuan kewajiban pelaku usaha untuk menyusun jawaban

bagi konsumen untuk diajukan di sidang pertama paling lambat tiga hari kerja

sejak permohonan diterima.

Jika di hari yang ditentukan si pelaku usaha tidak hadir maka sebelum tiga

hari kerja sejak pengaduan, pelaku usaha dapat dipanggil sekali lagi. Jika tetap

tidak hadir tanpa alasan sah maka BPSK dapat meminta bantuan penyidik untuk

menghadirkan pelaku usaha.60

Jika pelaku usaha hadir, konsumen memilih cara

penyelesaian sengketanya dengan persetujuan bersama pelaku usaha.

Penyelesaian sengketa di BPSK tidak berjenjang, jadi pihak bersengketa bebas

pilih salah satu dengan obligasi untuk menaati dan mengikuti cara yang telah

disepakati. Persidangan pertama dilaksanakan paling lambat tujuh hari kerja sejak

permohonannya diterima.

Tiga cara persidangan di BPSK menurut Pasal 54 ayat (4) jo. Pasal 26 s.d.

36 SK No. 350/MPP/Kep/12/2001 adalah konsiliasi, mediasi, atau arbitrase.61

Tahap akhir adalah tahap putusan. Putusan BPSK dapat berupa perdamaian,

gugatan ditolak, atau gugatan dikabulkan.

59

Pengaduan pelanggaran UUPK dianggap bukan kewenangan BPSK bila: 1).

Tergugatnya adalah lembaga pemerintah baik sipil maupun militer, 2). Barang atau jasa yang

dikonsumsi secara hukum dilarang diproduksi atau diperjualbelikan (mis. narkoba, benda

bersejarah milik negara, prostitusi, dsb.), 3). Kasus pidana oleh pelaku usaha. Lihat di Susanti Adi

Nugroho, Op.Cit., hlm. 153-154. 60

Pasal 52 huruf (i) UUPK jo. Pasal 3 huruf (i) Kepmenperindag No.

350/MPP/Kep/12/2001. 61

Vide, Bab III C

Page 32: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

43

Penyelesaian sengketa di BPSK dilakukan dengan cepat karena dalam tenggat

waktu 21 hari kerja terhitung sejak gugatan diterima BPSK, BPSK telah

memberikan putusannya62

. Selambat-lambatnya tujuh hari kerja sejak putusan

dibacakan, para pihak harus melaksanakan isi putusan.63

Dalam 14 hari, pihak

yang bersengketa wajib menyatakan apakah menerima atau menolak putusan

BPSK64

. Bila menolak, bisa mengajukan keberatan ke PN selambat-lambatnya

dalam 14 hari kerja sejak putusan diberitahukan.65

Menurut Ps. 3 PERMA No. 1

Tahun 2006, keberatan dapat diajukan ke PN tempat kedudukan hukum

konsumen. Konsumen atau pelaku usaha harus menyerahkan dokumen66

saat

mendaftarkan perkara keberatan. Bagi konsumen yang tak punya domisili hukum

di Indonesia atau WNA, maka keberatan diajukan ke PN dalam wilayah hukum

BPSK yang mengeluarkan putusan (Psl. 15 ayat (3) d Kepmendagri). yang

menerima keberatan harus memutus dalam jangka waktu 21 hari sejak keberatan

diterima.67

Terhadap putusan yang dikeluarkan PN, dapat diajukan upaya hukum

Kasasi dalam jangka waktu 14 hari sejak permohonan kasasi diterima68

. Putusan

MA keluar selambat-lambatnya 30 hari sejak permohonan kasasi diterima69

.

Tenggat waktu pelaksanaan kewajiban putusan BPSK oleh pelaku usaha adalah 5

hari kerja setelah batas waktu keberatan dilampaui. Jika tidak dijalankan, BPSK

menyerahkan putusan itu ke penyidik untuk dilakukan penyidikan dalam jalur

62

Pasal 55 Kepmenperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001. 63

Pasal 56 ayat (1) Kepmenperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001. 64

Pasal 56 ayat (2) Kepmenperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001 Lihat juga di Susanti

Adi Nugroho, loc.cit., hlm. 122. 65

Ibid. 66

Dokumen itu berupa: memori keberatan pihak pemohon, salinan putusan BPSK, surat

kuasa khusus dan fotokopo kartu advokat (bila diwakili kuasa hukumnya). 67

Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen. 68

Pasal 58 ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen. 69

Pasal 58 ayat (3) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen.

Page 33: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

44

pidana70

. Pasal 54 ayat (3) UUPK jo. Pasal 42 ayat (1) Kepmenperindag No.

350/MPP/Kep/12/2001 merumuskan bahwa Putusan BPSK adalah putusan final

dan mempunyai kekuatan hukum mengikat bila tidak ada lagi upaya hukum yang

diajukan para pihak.

Pasal 21 SK Menperindag Nomor : 350/MPP / kep/12/2001 mengatur alat

bukti yang digunakan di BPSK adalah sebagai berikut :

a. Barang dan atau jasa.

b. Keterangan para pihak.

c. Keterangan saksi dan / atau saksi ahli.

d. Surat dan / atau dokumen.

e. Bukti – bukti lain yang mendukung.

Digunakan sistem pembuktian terbalik dalam kasus perlindungan

konsumen di Indonesia71

. Sistem pembuktian yang digunakan dalam mengajukan

gugatan/ permohonan di BPSK mengacu pada pasal 19, pasal 20 dan pasal 23

Undang- Undang Perlindungan Konsumen, yakni pembuktian terbalik (pasal 28

UUPK jo. Pasal 22 SK Menperindag Nomor : 350/MPP/Kep/12/ 2001). Pasal 28

UUPK yang berbunyi demikian: "Pembuktian tentang ada tidaknya unsur

kesalahan dalam ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, 22 dan 23

merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha". Oleh karena beban

pembuktian ada di pihak tergugat, gugatan konsumen akan dikabulkan jika pelaku

usaha itu gagal membuktikan dirinya tidak bersalah72

. Diaturnya konsep beban

pembuktian terbalik dalam UUPK didasari pada pemikiran bahwa konsumen pada

70

Pasal 41 ayat (1) sampai (6) Kepmenperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001. 71

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta: Diaidit

Media, 2002, hlm. 231. 72

Susanti Adi Nugroho, op.cit., hlm. 185.

Page 34: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

45

umumnya tidak mengerti mengenai proses produksi, jenis produk, bagaimana

barang dipasarkan, dsb. melainkan pelaku usaha sendirilah yang mengetahui

segala hal tentang produknya. Ini dipandang akan lebih memudahkan proses

penyelesaian sengketa.

Putusan majelis dimintakan eksekusinya ke pengadilan negeri dimana

konsumen dirugikan (Pasal 57 UUPK). Pasal ini bertentangan dengan Pasal 4 ayat

(1) UU 14 tahun 1970 yang diubah UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman. Menurut UU Kekuasaan Kehakiman, suatu putusan harus ada irah-

irahnya sebagai suatu title eksekutorial yang jadi dasar putusan dapat dijalankan.

Tanpa adanya irah-irah itu, putusan dapat dikatakan batal demi hukum. Dalam

UUPK maupun peraturan pelaksana terkait tidak diatur kewajiban bagi majelis

untuk mencantumkan irah-irah pada putusan BPSK sementara Pasal 54 ayat (3)

menyebutkan bahwa putusan majelis itu final dan mengikat. Ada masalah dalam

penerapan putusan BPSK yang terkadang tidak dapat dieksekusi tanpa dilakukan

penetapan pengadilan negeri. Seharusnya, putusan BPSK itu tanpa minta

penetapan pada pengadilan sudah dapat dieksekusi berdasar pasal 54 ayat (3)

UUPK.

2. Penyelesaian Sengketa melalui Small Claim Court

Di Indonesia, Small Claim Court lebih dikenal dengan nama pengadilan

penyelesaian gugatan sederhana. Tata cara penyelesaian gugatan ini diatur pada

Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2015 tentang Penyelesaian Gugatan

Sederhana. Ini merupakan gebrakan yang dilakukan MA untuk memenuhi asas

peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, sehingga masyarakat yang ingin

Page 35: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

46

mendapatkan keadilan tidak perlu berpikir berulang kali karena selama ini butuh

waktu yang lama untuk menjalani persidangan.

Secara umum Small Claim Court dipergunakan untuk menyebut sebuah

lembaga penyelesaian perkara perdata (civil claims) bersekala kecil dengan cara

sederhana, tidak formal, cepat dan biaya murah. Small Claim Court pada

umumnya terdapat di negara-negara yang memiliki latar belakang tradisi hukum

common law. Di berbagai negara, perkara-perkara konsumen merupakan perkara

yang diselesaikan oleh lembaga yang disebut sebagai Small Claim Court.

Sedangkan di Indonesia, penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui

pengadilan (dalam hal ini termasuk penyelesaian gugatan sederhana) atau luar

pengadilan.

Salah satu ciri dari Small Claim Court adalah terdapat batasan nilai

gugatan dan terdapat batasan menegenai kasus apa saja yang dapat diajukan atau

tidak dapat diajukan.73

Menurut PERMA tersebut gugatan perdata yang dapat

dikategorikan sebagai gugatan sederhana adalah:

1. Nilai gugatan materil maksimal 200.000.000 rupiah;

2. Bukan perkara yang masuk dalam kompetensi Pengadilan Khusus;

3. Bukan sengketa hak atas tanah;

4. Penggugat dan tergugat masing-masing tidak lebih dari satu,

kecuali memiliki kepentingan hukum yang sama;

5. Tempat tinggal tergugat harus diketahui;

6. Penggugat dan tergugat harus berdomisili di daerah hukum

pengadilan yang sama.

73

Ibid., h. 87

Page 36: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

47

Ciri tersebut juga dimiliki oleh Small Claim Tribunal di Hongkong dan

Small Claim Court England batasan jumlah klaimnya adalah HK$ 50.000,- dan £

5.000,- namun, tidak terdapat batasan secara spesifik terkait jenis perkara. Semua

perkara perdata dapat digugat melalui Small Claim Court ini.74

Perbedaan

mendasar antara “court” dengan “tribunal” adalah court bersifat tetap sedangkan

tribunal lebih bersifat ad hoc.75

Penyelesaian gugatan sederhana ini paling lama 25 hari sejak hari sidang

pertama. Berbeda dengan Small Claim Tribunal di Hongkong dan Small Claim

Court England, waktu penyelesaian relatif lebih lama yakni tidak lebih dari 2

bulan.76

Hakim yang memeriksa perkara ini adalah hakim tunggal. Penggugat dan

tergugat wajib menghadiri secara langsung setiap persidangan dengan atau tanpa

didampingi oleh pengacara di pengadilan. ketentuan mengenai kehadiran para

pihak dalam proses persidangan melalui Small Claim Tribunal di Hongkong dan

Small Claim Court England, para pihak dapat datang sendiri tanpa jasa pengacara

(barrister/solicitor).

Pada penyelesaian gugatan sederhana, hakim wajib berperan aktif dalam

melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan mengenai acara gugatan sederhana secara

berimbang kepada para pihak;

b. Mengupayakan penyelesaian perkara secara damai termasuk

menyarankan kepada para pihak untuk melakukan perdamaian di

luar persidangan;

74

Ibid., h. 162 75

Ibid., h. 86. 76

Ibid., h. 163

Page 37: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

48

c. Menuntut para pihak dalam pembuktian; dan

d. Menjelaskan upaya hukum yang dapat ditempuh para pihak.

Jika para pihak dalam upaya perdamaian tercapai perdamaian, hakim akan

membuat Putusan Akta Perdamaian yang mengikat para pihak (banding).

Terhadap Putusan Akta Perdamaian tidak dapat diajukan upaya hukum apapun

(final). Sedangkan, jika para pihak tidak mencapai perdamaian pada hari sidang

pertama, maka persidangan dilakukan dengan pembacaan surat gugatan dan

jawaban tergugat. Proses pemeriksaan gugatan sederhana tidak dapat diajukan

tuntutan provisi, eksepsi, rekonvensi, intervensi, replika, duplik, atau kesimpulan.

Putusan dibacakan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum.

Susunan putusan terdiri dari:

a. Kepala putusan dengan irah-irah yang berbunyi „demi keadilan

Berdasarkan Ketuhanan Ynag Maha Esa”;

b. Identitas para pihak;

c. Uraian singkat mengenai duduk perkara;

d. Pertimbangan hukum; dan

e. Amar putusan.

Upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap putusan dalam penyelesaian

gugatan sederhana adalah upaya keberatan. Permohonan keberatan diajukan

paling lambat 7 hari setelah putusan diucapkan atau setelah pemberitahuan

putusan. Sedangkan permohonan keberatan yang diajukan melampaui batas

pengajuan dinyatakan tidak dapat diterima dengan penetapan ketua pengadilan.

Putusan keberatan berkekuatan hukum tetap terhitung sejak disampaikan

Page 38: BAB II SIFAT DAN KEWENANGAN BPSK SEBAGAI QUASI PERADILAN … · Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

49

pemberitahuan. Putusan keberatan merupakan putusan akhir yang tidak tersedia

upaya hukum banding, kasasi atau peninjauan kembali. Maka putusan yang sudah

berkekuatan hukum tetap dapat dilaksanakan secara sukarela.

3. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Tidak Sama Dengan Small

Claim Court

Berdesarkan uraian di atas dapat diuraikan beberapa perbedaan antara

BPSK dengan Small Claim Court. Pertama, berdasarkan posisi kelembagaan

BPSK bukan bagian dari sistem peradilan tetapi berada di bawah Departemen

Perindustrian & Perdagangan, sedangkan Small Claim Court merupakan bagian

dari sistem peradilan. kedua, berdasarkan fungsinya BPSK merupakan quasi

peradilan, sedaangkan Small Claim Court adalah lembaga peradilan utama

(pengadilan). Ketiga, berdasarkan jenis perkara BPSK hanya dapat menyelesaikan

sengketa konsumen, sedangkan Small Claim Court perkara umum (semua perkara

perdata kecil). Keempat, berdasarkan sifat putusan BPSK masih Ambigu,

sedangkan Small Claim Court sifat putusannya berkekuatan hukum tetap dan

dapat dilaksanakan eksekusi. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dijadikan dasar

kesimpulan bahwa BPSK bukan Small Claim Court, mungin memiliki kemiripan

dalam prinsip menyelesaikan sengketa secara sederhana, murah, dan cepat.