BAB II Revisis Bagan

154
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Status kesehatan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan Negara- negara yang lain. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Saat ini Angka kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih pada posisi bawah di tingkat Dunia. Dalam laporan Save the children – state of the world’s mother , pada tahun 2014 Indonesia menduduki peringkat ke-113 dari 178 negara di dunia. Dibandingkan dengan tahun lalu, Indonesia turun 7 posisi dan berada di belakang Negara tetangga seperti Filipina dan Timor-Leste, akan tetapi Indonesia masih lebih baik dari Kamboja, Laos dan Myanmar. Dalam Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diperoleh hasil Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359/100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32/1.000 kelahiran hidup. Target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015 pada poin ke-4 yakni menurunkan kematian anak, ditargetkan pencapaian Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan pada poin ke-5 yakni meningkatkan kesehatan maternal, ditargetkan pencapaian Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa pencapaian Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih jauh dari target pencapaian MDGs 2015. Jawa Timur merupakan salah satu dari 5 provinsi terbesar penyumbang AKI dan AKB di

description

,

Transcript of BAB II Revisis Bagan

Page 1: BAB II Revisis Bagan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangStatus kesehatan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah jika

dibandingkan dengan Negara-negara yang lain. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Saat ini Angka kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih pada posisi bawah di tingkat Dunia. Dalam laporan Save the children – state of the world’s mother, pada tahun 2014 Indonesia menduduki peringkat ke-113 dari 178 negara di dunia. Dibandingkan dengan tahun lalu, Indonesia turun 7 posisi dan berada di belakang Negara tetangga seperti Filipina dan Timor-Leste, akan tetapi Indonesia masih lebih baik dari Kamboja, Laos dan Myanmar.

Dalam Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diperoleh hasil Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359/100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32/1.000 kelahiran hidup. Target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015 pada poin ke-4 yakni menurunkan kematian anak, ditargetkan pencapaian Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan pada poin ke-5 yakni meningkatkan kesehatan maternal, ditargetkan pencapaian Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa pencapaian Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih jauh dari target pencapaian MDGs 2015.

Jawa Timur merupakan salah satu dari 5 provinsi terbesar penyumbang AKI dan AKB di Indonesia. Pada tahun 2012 AKI mencapai 97,43 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data BPS provinsi Jawa Timur, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 telah mencapai 28,31 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012, Kota Malang menempati posisi ketiga setelah kota Blitar dan kota Kediri dari 38 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2012, berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) kabupaten/kota, AKI di kota Malang mencapai 164,64 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Kota Malang mencapai 24,74 per 1.000 kelahiran hidup.

Sejak tahun 1990 upaya strategis yang dilakukan untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah dengan pendekatan Safe Motherhood, dengan menganggap bahwa setiap kehamilan mengandung risiko, meskipun kondisi kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan dalam keadaan baik. Intervensi strategis dalam upaya Safe Motherhood

1

Page 2: BAB II Revisis Bagan

2

dinyatakan sebagai Empat Pilar Safe Motherhood, yaitu yang pertama, keluarga berencana yang memastikan bahwa setiap orang atau pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan, dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tak diinginkan. Kehamilan yang masuk dalam kategori “4 terlalu”, yaitu terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering untuk hamil dan terlalu banyak anak. Yang kedua, pelayanan antenatal untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai. Yang ketiga, persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. Yang keempat, pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya. Keempat intervensi strategis tersebut perlu dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan dasar dan bersendikan kesetaraan hak serta status bagi wanita (Sarwono, 2010: 5-6).

Pada tahun 1999, Kementrian Kesehatan RI memperkuat strategi intervensi sektor kesehatan untuk mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan strategi Making Pregnancy Safer. Rencana strategi Making Pregnancy Safer terdiri dari 3 pesan kunci dan 4 strategi. 3 pesan kunci Making Pregnancy Safer adalah (1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, (2) setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, (3) setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Sedangkan 4 strategi Making Pregnancy Safer adalah (1) peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi dan Balita di tingkat dasar dan rujukan, (2) membangun kemitraan yang efektif, (3) mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, (4) meningkatkan Sistem Surveilans, Pembiayaan, Monitoring dan informasi KIA (Dinkes, 2012: 3).

Menurut Maryam (2012: 25) Bidan memiliki peran sebagai praktisi atau pelaksana atau pemberi layanan yang meliputi kesehatan remaja, praperkawinan, kehamilan, persalianan, nifas, bayi baru lahir, lansia, dan anak. Oleh sebab itu, Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis dalam sasaran pembangunan millennium atau MDG’s terutama pada nomor 4 dan 5, yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan, serta pemberdayaan masyarakat.

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan Studi Kasus Asuhan Kebidanan secara komprehensif dengan pendekatan Continuity of Care dan memilih tempat di BPM I gusti Ayu Karningsih Sawojajar Malang.

Page 3: BAB II Revisis Bagan

3

1.2. Batasan MasalahDari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, “Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. S dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB?”

1.3. Tujuan Penyusunan Proposal LTA1.3.1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan kontinyu sesuai standar pelayanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB dengan pendekatan manajemen kebidanan varney.

1.3.2. Tujuan Khususa. Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB

secara komprehensif dan berkesinambunganb. Menyusun diagnosa dan masalah pada ibu hamil, bersalin, nifas,

BBL dan KB secara komprehensif dan berkesinambunganc. Menentukan diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil,

bersalin, nifas, BBL dan KB secara komprehensif dan berkesinambungan

d. Menyusun rencana tindakan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB secara komprehensif dan berkesinambungan

e. Melakukan penatalaksanaa rencana tindakan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB secara komprehensif dan berkesinambungan

f. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB secara komprehensif dan berkesinambungan

g. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB secara komprehensif dan berkesinambungan

1.4. Manfaat1.4.1. Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan serta bahan dalam pendekatan asuhan kebidanan dengan metode Continuity of Care pada kasus kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan pelayanan keluarga berencana.

a.4.2 Manfaat praktisDapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam memberikan informasi tentang perubahan bio, psiko, sosio, spiritual dan kultural dan asuhan yang diberikan pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan keluarga berencana dalam batasan Contiuity of Care.

Page 4: BAB II Revisis Bagan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Teori2.1.1. Konsep Dasar Kehamilan

a. Pengertian Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender Internasional (Prawirohardjo, 2010: 213).

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010: 75).

Jadi, berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan suatu proses yang panjang dan berkesinambungan yang dimulai dari fertilisasi yakni penyatuan spermatozoa dan ovum hingga terjadinya nidasi atau implantasi dan dilanjutkan dengan proses perkembangan janin didalam rahim yang berlangsung dalam waktu 40 minggu.

Page 5: BAB II Revisis Bagan

P: FertilisasiT: Tuba falopii

(minggu ke-12)Organogenesis (minggu ke-8)Embrio Janin

P: Diferensiasi II

(hari ke 7)Nidasi/implantasi

(Janin)Inner Cell Mass

(Plasenta)Trofoblass(hari ke 4)Blastula/blastokista

(hari ke 3)Morula (36n)

(hari ke 1)Zigot (2n)

Sperma K. Radiata Melepas e. hialorunidase

Z. pelusidaReaksi zona

Inti sel ♂ dan inti sel ♀ berfusi

5

b. EtiologiBerdasarkan pengertian kehamilan, kehamilan dimulai dari

pertemuan ovum dan sperma yang mengalami fertilisasi.

P: Diferensiasi I

P: Blastulasi

T: kavum uteri

P: pembelahan mitosis

T: sepanjang tuba falopii

Ovum Sperma

Fusi

Ektoderm

Mesoderm

Endoderm

Gambar 2.1 Bagan Proses Kehamilan

Page 6: BAB II Revisis Bagan

6

c. Perubahan Fisiologi dan Ketidaknyamanan pada Trimester III

Tabel 2.1 Perubahan Fisiologi dan Ketidaknyamanan Trimester III

Sistem Tubuh Perubahan Tanda dan Ketidaknyamanan

Sistem reproduksi

Hipertropi dan hiperplasi mukosa vagina, pertumbuhan janin, plasenta dan amnion, hipervaskularisasi vagina, isthmus dan serviks

Pembesaran uterus, ballotement, amenorrhea, tanda chadwick, tanda hegar, Goodel dan Piskacek, keputihan

Sistem pencernaan

Relaksasi otot-otot pencernaan, penyerapan air lebih lama, penekanan rektum oleh pembesaran uterus, hipervaskularisasi pembuluh darah

Konstipasi, hemorroid, gusi berdarah, mual-muntah

Sistem kardiovaskular

Hipervaskularisasi pembuluh darah, pembesaran jantung penambahan plasma lebih banyak dari sel darah merah, tekanan uterus pada vena cava inferior

Palpitasi jantung, anemia fisiologis, oedema, pusing, varises

Sistem perkemihan

Penekanan kandung kemih oleh besarnya uterus

Sering BAK

Sistem integument

Hipervaskularisasi pembuluh darah, peningkatan hormon melanokortikrotropin

Kloasma gravidarum, striae

Sistem pernafasan

hipervaskularisasi, penekanan diafragma oleh uterus

Sesak, mimisan

Sistem neurologi dan musculoskeletal

Pembesaran uterus menyebabkan penekanan pada saraf

Kram, mati rasa pada kaki atau tangan, dan nyeri punggung

Page 7: BAB II Revisis Bagan

Perubahan psikologi ibu hamil trimester III

Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarikMerasa tidak senang ketika bayi tidak hadir tepat waktuTakut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul saat melahirkan, khawatir akan keselamtannyaKhawatir bayi cacatMerasa sedih karena akan terpisah dari bayinyaMerasa kehilangan perhatian dan perasaan mudah terluka (sensitif)Libido menurun

Masa Penantian

7

d. Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil Trimester IIIHampir seluruh sistem tubuh manusia mengalami perubahan

pada masa kehamilan. Perubahan-perubahan tersebut tentunya juga mempengaruhi psikologi dari ibu yang menagalami proses kehamilan.

Gambar 2.2 Bagan Perubahan Psikologi pada Kehamilan Trimester III

Page 8: BAB II Revisis Bagan

Tanda bahaya kehamilan

Perdarahan pervaginam

Sakit kepala hebat

Pandangan kabur

Nyeri abdomen hebat

Bengkak muka dan ekstremitas

Bayi kurang bergerak

UK < 28 minggu

UK > 28 minggu

Abortus

Kehamilan ektopik terganggu

Mola hidatidosa

Plasenta previa

Solusio plasenta

Pre-eklampsia

Apendisitis

Radang panggul

Infeksi

Gagal jantung

IUFD

8

e. Tanda Bahaya KehamilanTidak semua perubahan sistem anatomi fisiologi yang terjadi

pada masa kehamilan dapat berjalan dengan fisiologis. Perubahan sistem tersebut juga dapat mengarah ke kondisi patologis yang dapat membahayakan kehamilan. Oleh karena itu, proses kehamilan harus terus dipantau agar tidak mengarah ke kondisi patologis.

Gambar 2.3 Bagan Tanda Bahaya Kehamilan

Page 9: BAB II Revisis Bagan

Faktor yang mempengaruhi kehamilan

Fisik

Usia

Kesehatan

Psikologi

Lingkungan, sosbud, ekonimi

Status kesehatan

20-35 tahun

Penyakit

Status gizi

Gaya hidup

Stressor

Support keluarga

Substance abuse

Partner abuse

Adat istiadat

Fasilitas kesehatan

Ekonomi

Jantung, diabetes mellitus, Anemia, hipertensi, PMS, dll.

Kembar

Substance abuse

Perokok

Hamil diluar nikah

Internal

Eksternal

9

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan

Gambar 2.4 Bagan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan

Page 10: BAB II Revisis Bagan

10

g. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil1) Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

Tabel 2.2 Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

Jenis kebutuhan Keterangan Oksigen Meningkat 20%Nutrisi a. Meningkat 15%

b. Kenaikan BB 9-13 kgc. Makanan dengan menu seimbang

Sumber energy 2500-3000 kalori (karbohidrat, lemak)Sumber pembangun

800 gr/hari (protein)

Sumber pengatur dan pelindung

Dapat diperoleh dari air, vitamin dan mineral

Personal hygiene a. Lebih sering mandi karena ibu hamil cenderung berkeringat

b. Hipersalivasi dapat menyebabkan gangguan gusi dan gigi, sikat gigi teratur dapat menghindarkan resiko infeksi

Pakaian Nyaman, mudah menyerap keringat, longgar dan tidak ketat, hindari stoking dan sepatu bertumit tinggi, BH yang digunakan dapat menyangga

Eliminasi Hindari menahan BAK atau BAB karena dapat mengganggu kontraksi

Seksual Boleh dilakukan selama tidak ada riwayat keguguran berulang dan tanda bahaya lain. Pada kehamilan tua sebaiknya dihindari karena dapat merangsang kontraksi

Body Mekanik Jaga postur tubuh tetap tegak dan hindari berdiri atau duduk terlalu lama

Senam hamil Sangat bermanfaat untuk meringankan ketidaknyamanan dan latihan persiapan persalianan

Istirahat Kurangi kegiatan yang terlalu melelahkan, tidur malam ± 8 jam, tidur siang ± 1 jam

Travelling Hindari perjalanan yang cenderung lama dan melelahkan.

Persiapan kelahiran BAKSOKUDA

Page 11: BAB II Revisis Bagan

11

Page 12: BAB II Revisis Bagan

12

2) Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil

Tabel 2.3 Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil

Jenis kebutuhan Keterangan Support keluarga Motifasi suami dan keluarga

untuk mermbantu meringankan ketidaknyamanan dan terhindar dari stress psikologi.

Support tenaga kesehatan Petugas kesehatan berperan dalam membantu ibu beradaptasi, mengatasi ketidaknyamanan yang timbul dan persiapan menjadi orang tua.

Rasa aman dan nyaman Senam hamil, menjaga postur tubuh dan teknik relaksasi dapat meningkatkan kenyamanan selama kehamilan.

Persiapan menjadi orang tua Dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan antenatal.

Persiapan sibling Dilakukan kepada ibu yang sudah pernah memiliki anak untuk menghindari penolakan dari anak sebelumnya.

Page 13: BAB II Revisis Bagan

Antenatal Care

Pengertian:Pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan.

Tujuan: Meningkatkan kesiapan mental dan fisik saat hamil, bersalin, dan laktasiMelakukan deteksi dini komplikasi Persiapan menjadi orang tua

Standar Minimal Pelayanan:Timbang BB dan ukur TBUkur tekanan darahNilai status gizi (LILA)Ukur TFUTentukan presentasi dan DJJImunisasi TT (Tetanus Toksoid)Tablet zat besi (minimal 90)Tes laboratoriumTatalaksana kasusTemu wicara (konseling), P4K dan KB pascasalin

Jadwal Pemeriksaan:Minimal 1 kali pada trimester I (sebelum 14 minggu)Minimal 1 kali pada trimester II (14-28 minggu)Minimal 2 kali pada trimester III (28-36 minggu dan >36 minggu)

Hasil pengelolan

Resiko Rendah (KRR)SPR 2

Resiko Tinggi (KRT)SPR 6-10

Sangat Tinggi (KRST)SPR >12

Penolong:Bidan Tempat bersalin:RumahPolindes

Penolong :BidanDokterTempat bersalin:PolindesPuskesmas/RS

Penolong:DokterTempat bersalin:Rumah Sakit

13

h. Konsep ANC (Antenatal Care)

Gambar 2.5 Bagan Konsep Antenatal Care (ANC)

Page 14: BAB II Revisis Bagan

14

2.1.2. Konsep Dasar Persalinana. Pengertian

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan ketuban keluar dari uterus. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR. 2008: 39).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2008: 100).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007: 672).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah serangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi yakni bayi, plasenta, dan ketuban dari dalam uterus melalui jalan lahir baik dengan bantuan alat atau tanpa bantuan alat.

b. Jenis-jenis Persalinan

Tabel 2.4 Jenis-jenis Persalinan

Spontan Buatan Anjurana) Presentasi

belakang kepalab) Tanpa

penggunaan alatc) Bantuan

kekuatan his dan tenaga ibu

a) Dibantu dengan tenaga dari luar

b) Dilakukan jika ada indikasi

a) Dilakukan untuk merangsang terjadinya persalinan (munculnya his untuk mempercepat persalinan)

Page 15: BAB II Revisis Bagan

Teori Penurunan Progesteron

Teori Oksitosin Internal

Teori Keregangan

Kadar progesterone menurun, 1 – 2 mgg sebelum persalinan

Kontraksi otot polos uterus nyeri persalinan

Hipofisis posterior oksitosin, progesteron

menurun aktivitas oksitosin meningkat

Ukuran uterus membesar otot – otot uterus iskemia

gangguan sirkulasi uteroplasenta

Kontraksi uterus tekanan pada selaput ketuban (tekanan hidrostatik)

melebarkan saluran serviks

Tanda – Tanda PersalinanPenipisan & pembukaan serviks

Kontraksi uterusKeluar lendir dengan darah

15

c. EtiologiSebelum proses awitan persalinan, dalam sistem tubuh ibu akan

mengalami permulaan akan terjadinya persalinan, dan dengan ditemukannya permulaan persalinan, ibu akan mengalami beberapa tanda – tanda persalinan. Untuk mengetahui hal tersebut, maka akan dijabarkan pada bagan berikut ini:

Gambar 2.6 Bagan Etiologi Persalinan

Page 16: BAB II Revisis Bagan

Diameter biparietal 9,25 cm

Mencapai dasar panggulakan menerima tahanan sehingga posisi kepala fleksi untuk mencari lingkaran terkecil dan posisi tulang belakang lebih lurus

Kepala berputar suboksiput dibawah simfisis (hipomoklion)Oksipito anterior kanan/kiri sudut putar 450, melintang 900Diameter suboksipitobregmatika 9,5 cm

Oksiput berada sesuai dengan tulang belakang bayi

Oksiput miring kanan/ kiri, depan/ belakang

Sinklintismus : sutura sagitalis berhimpit dengan jalan lahir

Asinklintismus anterior : mengarah ke promontorium, os parietalis lebih rendah.Asinklintismus posterior : mengarah ke simfisis

Teregangnya perineum, terbukanya anus & vagina kepala melakukan penyesuaian ekstensi oksiput, ubun – ubun besar, dahi, dagu

Bagian presentasi kepala masuk PAP

Penurunan lengkap

Fleksi

Rotasi Internal(Putar Paksi Dalam)

Ekstensi

Rotasi Eksternal (Putar Paksi Luar)

Kelahiran badan (sangga susur)

Kelahiran plasenta

Kala Observasi 2 jam PP

16

d. Mekanisme PersalinanProses persalinan kepala janin mempunyai gerak utama, melalui

jalan lahir berupa jalan lahir baik keras maupun lunak dan dengan presentasi/ posisi kepala untuk penyesuaian diri dengan jalan lahir maka proses persalinan kepala akan dijabarkan dalam bagan berikut ini:

Ekstensi lanjut muka, dagu lahir, badan janin masuk PAP

Gambar 2.7 Bagan Mekanisme Persalinan

Page 17: BAB II Revisis Bagan

17

e. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Ada beberapa hal yang mempengaruhi proses persalinan yang diantaranya akan dijelaskan dalam bagan berikut ini:

POWER

PASSANGE

PASSANGER

POSISI IBU

RESPONS PSIKOLOGI

PENOLONG

FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

Primer :berasal dari segmen atas uterus penipisan dan dilatasi

Sekunder :otot – otot diafragma dan abdomen ibu mendorong keluar janin dari uterus dan vagina

KerasTulang panggul

LunakSBR, Serviks, otot panggul,

vagina

Janin Plasenta

1) ½ duduk2) Merangkak3) Jongkok atau berdiri4) Berbaring miring kiri

Dukungan keluarga

Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidangnya, salah satunya bidan

Gambar 2.8 Bagan Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Page 18: BAB II Revisis Bagan

18

f. Perubahan Fisiologi Ibu Bersalin

Tabel 2.5 Perubahan Fisiologi Ibu Bersalin

No Sistem Tubuh Penyebab Perubahan1. Reproduksi Hormon

Prostaglandin, oksitosin

Kontraksi otot – otot miometrium Pada serviks, terjadi aktivitas dilatasi dan effacement jalan lahir.

2. Kardiovaskuler Kontraksi uterus

Peningkatan volume darah ibu yang dampaknya terhadap tekanan darah ibu.

3. Pernapasan Kelenjar adrenal hormon mineral kortikosteroid

Terjadi vasokonstriksi vaskuler sehingga mengganggu sirkulasi oksigen ke jaringan tubuh mengganggu sistem pernapasan. Pernapasan ibu cepat dan dangkal

4. Gastrointestinal Penurunan motilitas usus dan adsorpsi makanan ditambah dengan penurunan sekresi getah lambung membuat pencernaan berhenti sehingga pengosongan lambung sangat lama

5. Perkemihan Peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal

Poliuria. Jika posisi terlentang, penurunan aliran urine.

6. Hematopoetik Hb meningkat rata – rata 1,2 g/ 100 ml, peningkatan kadar fibrinogen plasma selama persalinan

7. Tanda – tanda VitalTekanan darah Tekanan sistolik meningkat rata

– rata 15 mmHg (10 – 20 mmHg), diastolik 5 – 10 mmHg

Suhu Sedikit meningkat sepanjang persalinan, peningkatannya normal jika 0,50– 10 C

Denyut Jantung Nadi meningkat saat peningkatan kontraksi, menurun saat puncak kontraksi hingga mencapai frekuensi lebih rendah

Page 19: BAB II Revisis Bagan

19

daripada frekuensi nadi diantara kontraksi.

g. Perubahan Psikologi Ibu Bersalin

Tabel 2.6 Perubahan Psikologi Ibu Bersalin

Kala I Kala II Kala III Kala IVa) Awal

persalinan: terlalu banyak memberi perhatian pada kontraksi, tegang, kecemasan, perasaan aneh pada tubuh, tidak enak dan gelisah

b) Fase laten: semangat cukup tinggi

c) Fase aktif: serius, diam, sibuk dengan kontraksi

a) Peralihan I II: sensasi kuat dan kebingungan

b) Kala II: rasa nyeri berkurang, tenang, berpikir jernih, beristirahat, kembali bersemangat, timbul kerjasama untuk membantu pelahiran

Merasa tenang yang singkat, bahkan bisa perhatian ibu tercurah seluruhnya pada bayi.

Merasakan kebahagiaan, lega bahkan euphoria dengan bayi dan rasa terima kasih pada orang – orang yang telah membantu.

Page 20: BAB II Revisis Bagan

Sirkulasi udara (O2)Makan dan minumIstirahat Kebersihan badan (daerah kewanitaan)BAK dan BAB

Informasi dan tindakan selama persalinanHargai pemilihan posisi tidurPendamping persalinanTindakan sesuai kebutuhan

Menghormati pilihan ibuKontak fisikMassase saat kontraksiBicara dengan suara lemah, lembut serta sopan

Merawat bayi sendiri dan menetekinyaAsuhan kebidanan dengan memperhatikan privacy ibuPelayanan yang bersifat empati dan simpatiInformasi bila akan melakukan tindakanMemberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan.

Memilih tempat dan penolong sesuai keinginanMemilih pendamping selama persalinanBounding and attachmentUcapan selamat atas kelahiran anaknya.

20

h. Kebutuhan Dasar Ibu BersalinSelama proses menjelang persalinan sampai persalinan selesai,

ibu bersalin sangat butuh dukungan baik dari segi kebutuhan fisik dan psikis ibu. Kebutuhan dasar ibu akan dijabarkan dalam bagan berikut ini:

Kebutuhan Dasar Ibu

Aktualisasi Diri

Harga Diri

Dicintai dan Mencintai

Rasa Aman

Fisiologis

Gambar 2.9 Bagan Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Page 21: BAB II Revisis Bagan

21

2.1.3. Konsep Dasar Nifasa. Pengertian

Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya kandungan pada keadaan normal (Manuaba, 2010 : 200).

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono, 2009 : 356).

Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi perempuan pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007 : 958).

b. Tahapan Masa Nifas

Tabel 2.7 Tahapan Masa Nifas

No. Tahapan Keterangan 1. Puerperium Dini Saat ibu diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan2. Puerperium Intermedial Proses pemulihan organ-organ

genital kira-kira 6-8 minggu3. Remote Puerperium Waktu pemulihan sempurna jika

selama hamil ataupun persalinan mengalami komplikasi

Page 22: BAB II Revisis Bagan

22

c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Tabel 2.8 Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Sistem PerubahanReproduksi a) Uterus

Mengalami peningkatan kontraksi, ukuran uterus mengecil, terdapat pengeluaran cairan (lochia).

b) ServiksMuara serviks menjadi memanjang seperti celah atau garis horizontal agak melebar. Hari ke 4 – 6 PP dapat dimasukkan 2 jari, akhir minggu ke-2 hanya dapat dilalui tungkai kuret terkecil.

c) VaginaPada vagina timbul rugae

Pencernaan Terjadi konstipasiPerkemihan vessica urinaria mempunyai kapasitas bertambah besar dan

relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intra vesica. Saluran kencing kembali dalam waktu 2-8 minggu,tergantung pada 1) keadaan atau status sebelum persalinan 2) lamanya partus kala 2 dilalui, 3)besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.

Muskuloskeletal

Pada abdomen ditemukan adanya diastasis rectus abdominalis

Integumen Peningkatan MSH hiperpigmentasi tetapi pada areola mammae dan linea nigra mungkin belum menghilang sempurna. Rambut kasar yang timbul selama hamil akan menetap.

Kardiovaskuler

Segera setelah melahirkan, denyut jantung, volume kuncup dan curah jantung akan meningkat lebih tinggi lagi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero/ plasenta tiba – tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung mencapai puncak selama awal puerperium, 2 – 3 minggu setelah melahirkan nilai curah jantung berada pada tingkat sebelum hamil.

Tanda – tanda Vital

a) Suhu, akan mengalami kenaikan sedikit asal tidak mencapai 380C

b) Denyut nadi, akan melambat sampai sekitar 60x/ menit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh.

c) Tekanan darah, < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1 – 3 hari post partum. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum

Page 23: BAB II Revisis Bagan

23

d) Respirasi, pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.

Page 24: BAB II Revisis Bagan

Adaptasi Psikologis

Fase Taking In(ketergantungan)

Berlangsung hari 1 – 2 postpartum

Fase Taking Hold(ketergantungan – tanggungjawab)

Berlangsung hari ke 3 – 10 postpartum

Fase Letting Go(penerimaan

tanggungjawab)Berlangsung 10 hari setelah postpartum

KecemasanKetidaknyamanan perubahan fisikRasa bersalahRasa tidak nyaman karena kritikan dari keluarga

Perasaan sensitive mudah tersinggungPerlunya dukungan

Sudah mampu merawat bayi dan dirinya sendiri, lebih mandiriRasa kepercayaan meningkatPenyebab nyeri belum diketahui, kemungkinan:Hipoksia miometriumPenekanan ganglia saraf di serviksPeregangan ServiksPeritonium mengalami pereganganPostpartum Blues, Depresi

Mengganggu proses involusi

24

d. Perubahan Psikologi Masa Nifas

Gambar 2.10 Bagan Perubahan Psikologi Masa Nifas

Page 25: BAB II Revisis Bagan

25

e. Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda bahaya masa nifas

Perdarahan jalan lahir

Cairan berbau dari jalan lahir

Demam

Bengkak pada muka, kaki, dan tangan, disertai sakit kepala

Nyeri atau panas daerah tungkai

Payudara bengkak, merah, dan sakit

Depresi

HPP (Haemorrage Post Partum )

Infeksi Nifas

Preeklampsia

Tromboflebitis

Mastitis

Post-partum blues

Gambar 2.11 Bagan Tanda Bahaya Masa Nifas

Page 26: BAB II Revisis Bagan

26

f. Kebutuhan Dasar Ibu NifasSetelah proses melahirkan, kondisi ibu akan melemah seiring

dengan tenaga yang ibu pergunakan untuk melahirkan bayinya. Oleh karena itu, ibu membutuhkan asupan gizi. Selain kebutuhan fisik, ibu juga membutuhkan dukungan psikis agar proses pemulihannya bisa berjalan lancar, hal tersebut akan dijabarkan dalam bagan berikut ini:

KEBUTUHAN

DASAR

Gizi

Ambulasi Dini

Eliminasi

Kebersihan Diri

Istirahat

Seksual

Latihan/ senam Nifas

Energi(karbohidrat), protein, mineral, vitamin dan air

Selekas mungkin setelah kondisi ibu merasa stabil

BAK 6 jam PP, BAB 2 – 3 hari PP

Jaga kebersihan tubuh terutama daerah kewanitaan, dan menjaga kebersihan payudara

Setelah darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke vagina

Dilakukan seawal mungkin, dengan catatan persalinan normal dan tidak ada penyulit postpartum

Gambar 2.12 Bagan Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Page 27: BAB II Revisis Bagan

Asuhan Nifas

Pengertian:Pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan.

Tujuan: Menilai status ibu dan BBLDeteksi dini komplikasi pada ibu nifas

Pelayanan yang diberikan:Pemeriksaan tanda-tanda vitalPemeriksaan TFU (Tinggi Fundus Uteri)Pemeriksaan lokeaPemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusifPemberian kapsul vitamin A 200.000 IU 2 kali, saat setelah melahirkan dan 24 jam setelah pemberian pertamaPelayanan KB pascasalin

27

g. Konsep Post-Natal Care (PNC)

Gambar 2.13 Bagan Konsep Post-Natal Care

Page 28: BAB II Revisis Bagan

28

2.1.4. Konsep Dasar Bayi Baru Lahira. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Rochmah K, 2012:1).

b. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Ekstrauterin

Masa kehidupan neonatus yang berlangsung 4 minggu, merupakan masa hidup yang paling kritis karena banyak terjadi kematian, khususnya beberapa hari setelah persalinan. Masa kritis ini terutama disebabkan kegagalan neonatus untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang merupakan perubahan dari kehidupan intauterin didalam air menjadi diluar uterus. Adaptasi yang paling pokok dari hidup tersebut adalah:1) Pengaturan panas (termoregulasi)2) Kemampuan untuk mengatur keseimbangan metabolisme3) Perubahan sistem sirkulasi fetal menjadi sirkulasi adult4) Kemampuan paru untuk langsung melakukan pertukaran gas.

(Manuaba, dkk. 2007: 339)

Page 29: BAB II Revisis Bagan

Bayi baru lahir Suhu ekstrauterin

Faktor yang mempengaruhi:Luas area permukaan tubuhLapisan lemak susubkutanDerajat fleksi otot

Aliran udara Permukaan yang dinginStruktur yang dingin di dekatnyaKulit yang basah

Konveksi Konduksi Radiasi Evaporasi

Menghasilkan panas

Menggigil

Aktivitas oto volunter

Termogenesis tanpa menggigil

Penggunaan lemak coklat

Kehilangan panas

29

a) Sistem termoregulasi (pengaturan panas)

Gambar 2.13 Bagan Sistem Termoregulasi Bayi Baru Lahir

Page 30: BAB II Revisis Bagan

Peningkatan kadar oksigen dalam sirkulasi paru

Penutupan duktus arteriosus

Ekspansi paru Cairan paru keluar

Penurunan tahanan pembuluh darah paru

Peningkatan tekanan dalam atrium kiri

Penutupan foramen ovale

Lingkungan yang dingin

Penutupan duktus venosus

Darah ke hati dan sistem portal

Napas pertama

Peningkatan tahanan sistemik

Tekanan pada atrium kanan menurun dibandingkan tekanan pada atrium kiri

Perubahan dari pirau (shunting) kanan ke kiri menjadi aliran darah kiri ke kanan

Tali pusat diklem

Memutus aliran darah plasenta (sirkuit tahanan rendah untuk darah)

30

b) Sistem Sirkulasi (kardiovaskular)

Gambar 2.14 Bagan Perubahan dari Sirkulasi Janin ke Uterus

Page 31: BAB II Revisis Bagan

Peristiwa mekanis (penekanan toraks pada kelahiran pervagina)

Cairan paru hilang

Rekoil dadaStimulus sensori, kimia, suhu, mekanis

Tekanan intratoraks negatif Aktivasi napas pertama

Masuknya udara

Peningkatan PO2 alveoliPermulaan berkurangnya tegangan permukaan alveoli

Penurunan tekanan interstisial

Peningkatan volume pembuluh darah paru

Pembukaan pembuluh darah paru

Peningkatan aliran pembuluh darah paru

Peningkatan sirkulasi limfe

Peningkatan oksigenasi yang adekuat

31

c) Sistem Pernapasan

Gambar 2.15 Bagan Permulaan Pernapasan

Page 32: BAB II Revisis Bagan

Asuhan Neonatal

Pengertian:Pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

Tujuan: Meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar Mengetahui sedini mungkin kelainan/masalah kesehatan pada neonatus

Jadwal pemeriksaan:Kunjungan neonatal ke-1 (KN1) pada 6-48 jam setelah lahirKunjungan neonatal ke-2 (KN2) pada hari ke-3 – ke-7Kunjungan neonatal ke-3 (KN3) pada hari ke-8 – ke-28

Perawatan bayi baru lahir:Perawatan tali pusatMelaksanakan ASI eksklusifMemastikan bayi telah diberi injeksi vitamin K1Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotikPemberian imunisasi Hepatitis B-0

Pemeriksaan pendekatan MTBM:Tanda bahaya (ikterus, diare, BB rendah, masalah pemberian ASI)Imunisasi HB-0 bila belum diberikanKonseling ASI eksklusifPenanganan dan rujukan kasus bila perlu

32

c. Konsep Asuhan Bayi Baru Lahir Normal

Gambar 2.16 Bagan Konsep Asuhan Bayi Baru Lahir Normal

Page 33: BAB II Revisis Bagan

33

2.1.5. Konsep Dasar Keluarga Berencanaa. Pengertian

Keluarga Berencana adalah metode medis dan teknis yang dicanangkan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kelahiran. (Manuaba, 2010 : 432)

Keluarga Berencana (family planning planet parenthod) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kelahiran dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 2005 : 255)

b. TujuanPelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu :1) Tujuan umum

Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).

2) Tujuan pokokPenurunan angka kelahiran yang bermakna guna mencapai

tujuan tersebut, maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai sasaran yaitu : a) Fase menunda perkawinan / kesuburan

Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan.Ciri – ciri kontrasepsi yang diperlukan :(1) Reversibitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan

dapat terjamin hampir 100 %, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.

(2) Efektifitas yng tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.

Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih sering berhubungan seksual sehingga angka kegagalan tinggi. Penngunaan IUD – mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan terlebih bagi calon peserta dengan kontraindikasi terhadap pil oral.

b) Fase menjarangkan kehamilan Periode istri antara 20 – 30 / 35 tahun merupakan

periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran 2 – 4 tahun.Ciri – ciri kontrasepsi yang diperlukan :(1) Efektivitas cukup tinggi. (2) Reversibilitasnya cukup tinggi karena peserta masih

mengharapkan punya anak lagi.(3) Dapat dipakai 2 – 4 tahun, yaitu sesuai dengan jarak

kehamilan anak yang direncanakan.

Page 34: BAB II Revisis Bagan

34

(4) Tidak menghambatASI, karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak, segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama.

c) Fase menghentikan / mengakhiri kehamilan / kesuburan Periode umur diatas 30 tahun, terutama 35 tahun,

sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.Ciri kontrasepsi yang diperlukan :(1) Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan

terjadinya kehamilan resiko tinggi bagi ibu dan anak, disamping itu akseptor tersebut memang tidak mengharapkan punya anak lagi.

(2) Dapat dipakai untuk jangka panjang.(3) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa

usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut.

Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap, pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

c. Sasaran program KBSasaran Program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung

dan sasaran tidak langsung , tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah PUS yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsung adalah pelaksanaan dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera. (Handayani, 2010 : 29)

d. Macam-macam alat kontrasepsi1) Kondom

a) Cara kerja(1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan

sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang di pasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.

(2) Mencegah penularan mikroorganisme ( IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS ) dari satu pasangan kepada pasangan yg lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

(Affandi, 2011 : MK 18)

Page 35: BAB II Revisis Bagan

35

b) EfektifitasKondom cukup efektif bila dipakai secara benarpada

setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 – 12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

2) Pil Oral Kombinasi (POK)a) Pengertian

Pil kombinasi merupakan jenis kontrasepsi hormonal yang mengandung dua kombinasi hormone yaitu hormone ekstrogen dan progesterone. (Varney, 2007 : 463)

b) Cara kerja pil kombinasi(1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroit seks di

ovarium (tidak begitu kuat). (2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal

sehingga implantasi lebih sulit.(3) Lender serviks mengental sehingga sulit di lalui oleh

sperma.(4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur

dengan sendirinya akan terganggu pula.(Affandi, 2011 : MK 31)

c) Yang dapat mengunakan pil kombinasi Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan

pil kombinasi, seperti (1) Usia reproduksi (2) Telah memiliki anak atau pun yang belum memiliki

anak. (3) Gemuk atau kurus.(4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas

tinggi.(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui. (6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan

ASI eksklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjuarakan tidak cocok bagi ibu tersebut.

(7) Pascakeguguran.(8) Anemia karena haid berlebihan. (9) Nyeri haid hebat.(10) Siklus haid tidak teratur. (11) Riwayat kehamilan ektopik. (12) Kelainan payudara jinak.(13) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh

darah, mata dan saraf.(14) Penyakit tiroit, penyakit radang panggul, endometriosis

atau tumor ovarium jinak.

Page 36: BAB II Revisis Bagan

36

(15) Menderita tuberkolusis (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin).

(16) Varises vena. (Affandi, 2011 : MK 32-33)

d) Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi(1) Hamil atau dicurigai hamil. (2) Menyusui eksklusif. (3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya. (4) Penyakit hati akut (hepatitis).(5) Perokok dengan usia > 35 tahun.(6) Riwayat pwnyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >

180/110 mmHg. (7) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau

kencing manis > 20 tahun.(8) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.(9) Migrain dan gejala neuorologik fokal (epilepsi/riwayat

epilepsi).(10) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

(Affandi, 2011 : MK 33)3) Pil Progestin (MINIPIL)

a) Cara kerja minipil(1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroit seks di

ovarium (tidak begitu kuat) (2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal

sehingga implantasi lebih sulit (3) Mengentalkan lendir servik sehingga menghambat

penetrasi sperma (4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma

terganggu.(Affandi, 2011 : MK 50-51)

b) Efektivitas Sangat efektif pada penggunaan minipil jangan sampai

terlupa satu- dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena akibatkanya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan obat – obatan mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan kontraseptif dari minipil dapat terganggu. Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka: (1) Jangan sampai ada tablet yang lupa. (2) Tablet digunakan pad ajam yang sama (malam hari).(3) Senggama sebaiknya dilakukan 3 – 20 jam setelah

penggunaan minipil.(Affandi, 2011 : MK 51)

Page 37: BAB II Revisis Bagan

37

c) Yang boleh menggunakan minipil(1) Usia reproduksi.(2) Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak. (3) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat

efektif selama periode menyusui. (4) Pascapersalinan dan tidak menyusui. (5) Pascakeguguran. (6) Perokok segala usia. (7) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110

mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah. (8) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang

tidak mengunakan estrogen. (Affandi, 2011 : MK 52)

d) Yang tidak boleh menggunakan minipil(1) Hamil atau diduga hamil.(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. (3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid. (4) Mengunakan obat tuberkulosis (rifampisin) atau oabat

untuk epilepsi (fenitoin dan barbitural).(5) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara. (6) Sering lupa menggunakan pil. (7) Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom

uterus. (8) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme

pembuluh darah.(Affandi, 2011 : MK 52)

4) Suntik Kombinasi a) Cara kerja

(1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroit seks di ovarium (tidak begitu kuat)

(2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit

(3) Mengentalkan lendir servik sehingga menghambat penetrasi sperma

(4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.

(Affandi, 2011 : MK 36)b) Efektivitas

Sangat efektif ( 0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan ) selama tahun pertama penggunaan.

c) Yang Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi(1) Usia reproduksi.(2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki

anak.(3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang

tinggi.

Page 38: BAB II Revisis Bagan

38

(4) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan. (5) Pascapersalinan dan tidak menyusui.(6) Anemia.(7) Nyeri haid hebat.(8) Haid teratur.(9) Riwayat kehamilan ektopik.(10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

(Affandi, 2011 : MK 37 )d) Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi

(1) Hamil atau diduga hamil.(2) Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan.(3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.(4) Penyakit hati akut ( virus hepatitis ).(5) Usia > 35 tahun yang merokok. (6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan

darah tinggi ( > 180/110 mmHg ).(7) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing

manis > 20 tahun.(8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit

kepala atau migrain. (9) Keganasan pada payudara.

(Affandi, 2011 : MK-38 )5) Suntik Progestin

a) Cara Kerja(1) Mencegah ovulasi.(2) Mengentalkan lendir servik sehingga menurunkan

kemampuan pentrasi sperma.(3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

(Affandi, 2011 : MK 43)b) Efektifitas

Kedua kontrasepsi suntuk tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan.

(Affandi, 2011 : MK 44)c) Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

(1) Perempuan usia reproduksi.(2) Perempuan nulipara dan perempuan yang telah

memiliki anak.(3) Perempuan yang menghendaki kontrasepsi jangka

panjang dan yang memilih efektifitas tinggi.(4) Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

yang sesuai.(5) Perempuan setelah melahirkan.(6) Perempuan setelah abortus.

Page 39: BAB II Revisis Bagan

39

(7) Perempuan perokok.(8) Perempuan dengan tensi < 180/110 mmHg dengan

masalah gangguan pembekuand arah/perempuan dengan anemia bulan sabit.

(9) Perempuan yang menggunakan obat untuk epilepsy (fenituin dan barbiturat)/obat fuberkulosis (rifampisin).

(10) Perempuan yang tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

(11) Perempuan mendekati usia menopause yang belum mau/tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

(Affandi, 2011 : MK 45)d) Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntik Progestin

(1) Perempuan hamil / dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7/100.000 kelahiran).

(2) Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

(3) Perempuan yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenore.

(4) Perempuan yang menderita kanker payudara / riawayat kanker payudara.

(5) Perempuan dengan DM disertai komplikasi.(Affandi, 2011 : MK 45)

6. Implant a) Cara Kerja

(1) Lendir serviks menjadi kental.(2) Mengganggu proses pembentukan endometrium

sehingga sulit terjadi implantasi.(3) Mengurangi transportasi sperma.(4) Menekan ovulasi.

b) Yang Boleh Menggunakan Implan (1) Usia reproduksi.(2) Telah memiliki anak ataupun belum.(3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas

tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.(5) Pascapersalinan dan tidak menyusui.(6) Pascakeguguran.(7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak

sterilisasi.(8) Riwayat kehamilan ektopik.(9) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah

pembukuan darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell)

Page 40: BAB II Revisis Bagan

40

(10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung esterogen.

(11) Sering lupa menggunakan pil.c) Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan

(1) Hamil atau diduga hamil.(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.(3) Benjolan/kanker payudara atau Riwayat kanker

payudara.(4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.(5) Miom uterus dan kanker payudara.(6) Gangguan toleransi plukosa.

7. AKDR (IUD)a) Cara Kerja AKDR

Menurut Mochtar (2008, 109-111), mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja IUD :(1) Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam

cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

(2) Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat implantasi.

(3) Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh sel-sel makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau tidak dapat bernidasi.

(4) Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi progesteron) yang menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium yang berakibat menghambat nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang menghalangi gerak sperma.

(5) IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma ke kavum uteri.

(6) Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.

b) Yang boleh menggunakan IUD(1) Usia reproduktif.(2) Keadaan nulipara.(3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka

panjang.(4) Menyusui yang menginginkan menggunakan

kontrasepsi.(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.(6) Setelah abortus dan terlihat adanya infeksi.

Page 41: BAB II Revisis Bagan

41

(7) Resiko rendah dari IMS.(8) Tidak menghendaki metode hormonal.(9) Tidak menyukai untuk mengingat - ingat meminum pil

setiap hari.(10) Tidak menghendari setelah 1-5 hari senggama (kondar).(11) Perokok. (12) Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak

terluhat adanya infeksi.(13) Gemuk ataupun kurus.(14) Penderita tumor jinak payudara. (15) Penderita kanker payudara.(16) Pusing-pusing, sakit kepala.(17) Tekanan darah tinggi.(18) Varises di tungkai atau di vulva.(19) Diabetes.(20) Setelah kehamilan ektopik.

c) Yang tidak boleh menggunakan IUD(1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).(2) Perdarahan pervaginam yang tidak di ketahui

penyebabnya.(3) Sedang menderita penyakit infeksi genetalia.(4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita PRP atau abortus.(5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak

rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.(6) Penyakit trofoblas yang ganas.(7) Diketahui menderita TBC pelvic.(8) Kanker alat genetalia.(9) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.(10) Riwayat kehamilan ektopik.

(Affandi, 2011 : 83)8. Tubektomi

a) Pengertian Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi, perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi sehingga di perlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini. (Affandi, 2011 : MK 89)(1) Sangat efektif dan permanen.(2) Tindak pembedahan yang aman dan sederhana.(3) Tidak ada efek samping.

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan.

(Affandi, 2011 : MK 91)b) Efektifitas

Page 42: BAB II Revisis Bagan

42

(1) Sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100 prempuan selama tahun pertama penggunaan).

(2) Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi. (Affandi, 2011 : MK 89)

c) Jenis(1) Minilaparotomi.(2) Laparoskopi.

d) Mekanisme kerjaDengan mengoklusi tuba fallopi ( mengikat dan memotong atau memasang cincin ) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

(Affandi, 2011 : MK 91)e) Indikasi MOW

(1) Usia > 26 tahun.(2) Paritas > 2.(3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai

dengan kehendaknya.(4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan

yang serius.(5) Pasca persalinan.(6) Pasca keguguran.(7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

(Affandi, 2011 : MK 92)f) Yang sebaiknya tidak menjalani MOW

(1) hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).(2) Perdarahan pervaginal yang belum terjelaskan (hingga

harus di evaluasi).(3) Infesi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah itu

disembuhkan atau dikontrol).(4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.(5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di

masa depan.(6) Belum memberikan persetujuan tertulis.

(Affandi, 2011 : MK 93)

9. Vasektomi a) Pengertian

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Affandi, 2011 : MK 98).

Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis vesikula seminalis (Everett, 2008 : 70).

b) Efektivitas

Page 43: BAB II Revisis Bagan

43

 Angka kegagalan 0 - 2,2 %, umumnya < 1 %Kegagalan kontap , umumnya disebabkan oleh :(1) Senggamaa yang tidak terlindung sebelum semen/ ejakulat

bebas sama sekali dari spermatozoa.(2) Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi

setelah pembentukan granuloma spermatozoa(3) Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi(4) Jarang terjadi duplikasi congenital dari vas deferens.

c) IndikasiVasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi reproduksi merupakkan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Affandi, 2011 : MK 98).

d) KontraindikasiMenurut Affandi (2011 : MK 98) yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi vasektomi adalah :(1) Infeksi kulit lokal, misal Scabies.(2) Infeksi traktus genitalia.(3) Kelainan skrotum dan sekitarnya.(4) Varicocele.(5) Hydrocele besar.(6) Filariasis.(7) Hernia inguinalis.(8) Orchiopexy.(9) Luka parut bekas operasi hernia.(10) Scrotum yang sangat tebal(11) Penyakit sistemik.(12) Penyakit-penyakit perdarahan.(13) Diabetes mellitus.(14) Penyakit jantung koroner yang baru.(15) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak

stabil.e) Efek samping

Efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi vasektomi menurut Everett (2008 : 71) adalah :(1) Infeksi(2) Hematoma(3) Granula sperma

2. 2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan 2.2.1. Kehamilan

a. PengkajianTanggal : Waktu yang digunakan untuk pengkajianTempat : Tempat yang digunakan untuk pengkajianOleh : Orang yang melakukan pengkajian1) Data Subyektif

Page 44: BAB II Revisis Bagan

44

a) Biodata Ibu dan Suami(1) Nama : untuk menetapkan identitas pasti

pasien karena mungkin memiliki nama yang sama (Manuaba, 2007 : 159).

(2) Umur : untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (Ambarwati, 2010: 131)

(3) Pekerjaan : pekerjaan adalah penanda yang paling baik terkait pendapatan, pendidikan, standar kehidupan dan nilai sosial seseorang (Reeder,2011:70).Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan, seperti bekerja di pabrik rokok, percetakan, dan lain – lain (Romauli, 2011, hal : 163)Pejanan terhadap pelarut, radiasi ionisasi dan gas anastesi diketahui bersifat toksik dan berhubungan dengan defek sistem saraf pusat, mikrosefali, dan peningkatan risiko keguguran. Logam berat juga diketahui bersifat toksik (Fraser,2011:168)Pejanan terhadap pelarut organik meningkatkan kecenderungan terjadinya malformasi janin dan keguguran (Fraser,2011:274).Terdapat hubungan signifikan antara kelahiran premature, bayi berukuran lebih kecil dari usia gestasi, hipertensi maternal, preeklamsi dan kondisi kerja (Medforth, 2012 : 67).

(4) Pendidikan : tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

Page 45: BAB II Revisis Bagan

45

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan lain-lain yang baru diperkenalkan (Mubarak, 2007:30) .

(5) Penghasilan : menurut (Wen,dkk 1990) dalam Bobak (2005:778) ibu penghasilan rendah lebih cenderung terpredisposisi pada penyakit komplikasi obstetric selama hamil (plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta, prematur, IUGR, BBLR). Masalah yang dihadapi ibu dengan penghasilan rendah memiliki implikasi langsung pada pelayanan keperawatan. Kebanyakan wanita dengan pendapatan lebih rendah mengunjungi klinik atau rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, sedangkan wanita yang pendapatannya lebih tinggi mempunyai dokter pribadi (Reeder,2011:71).Status sosial ekonomi yang rendah berhubungan dengan kegagalan penerimaan asuhan antenatal telah terbukti. Wanita tidak hanya menjadi proporsi tertinggi orang-orang yang tidak menerima asuhan antenatal tetapi juga proporsi tertinggi orang-orang yang tidak menggunakan asuhan, status sosial ekonomi juga mempengaruhi kunjungan kehamilan (Reeder,2011:170).Bagi masyarakat yang mampu, kondisi finansial bukanlah masalah. Namun bagi pasangan kebanyakan masalah finansial ini seringkali merupakan masalah besar dan menimbulkan stress (Sibagariang, 2010 : 100).

(6) Agama : dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan dengan ketentuan agama. Antara lain dalam keadaan yang gawat ketika memberi pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus

Page 46: BAB II Revisis Bagan

46

berhubungan, misalnya agama islam harus memanngil ustad, dan sebagainya (Romauli, 2011: 162).

(7) Alamat : untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati, 2010: 131-132).

b) Alasan datangApakah alasan kunjungan ini karena ada keluhan atau hanya untuk memeriksa kehamilannya. (Suryati, 2011: 163)

c) Keluhan utamaKeluhan yang sering terjadi pada saat kehamilan trimester III yaitu:(1) Sering Kencing : Pada akhir kehamilan, turunnya

bagian presentasi janin, kandung kemih kembali mendapat tekanan. Nokturia dapat terjadi sebagian karena wanita berada dalam posisi rekumben dan kekuatan yang lebih kecil menekan vena kava inferior, yang menambah aliran darah ke ginjal dan meningkatkan kecepatan filtrasi glomerulus (Sinclair, 2010: 58).

(2) Edema Ekstremitas Bawah : edema fisilogis memburuk seiring penambahan usia kehamilan karena aliran balik vena terganggu akibat berat uterus yang membesar (Sinclair, 2010: 38).

(3) Nyeri ulu hati : suatu sensasi seperti terbakar di dalam esofagus, yang dapat muncul akibat efek progesteron yang merelaksasi sfingter kardiak di lambung, penurunan motilitas saluran cerna, pergeseran lambung ke atas dan ke kanan, penurunan peristaltis esofagus, peningkatan tekanan intragastrik atau penurunan tekanan intraesofagus. Selama masa hamil, 30-50% wanita mengalami nyeri ulu hati (Sinclair, 2010: 43).

(4) Nyeri punggung : nyeri punggung kemungkinan disebabkan banyak faktor. Nyeri punggung meningkat pada awal kehamilan dan menurun selama minggu ke-24 (kecuali bagi wanita yang sebelumnya akan mengalami peningkatan ketidaknyamanan sampai pelahiran). Nyeri yang hanya terjadi pada malam hari, yang tidak terkait dengan perubahan posisi dapat diakibatkan oleh hipervolumia dan tekanan pada vena kava inferior pada posisi telentang (Sinclair, 2010: 31).

Page 47: BAB II Revisis Bagan

47

(5) Insomnia : Masalah emosional, gerakan janin, dan rasa tidak nyaman lain dapat menyebabkan wanita hamil terbangun di malam hari (Sinclair, 2010: 47).

(6) Kram kaki : dapat disebabkan oleh diet rendah kalsium atau melakukan aktivitas yang sama sekali baru. Tekanan pada uterus mengganggu sirkulasi ke ekstremitas bawah dan dapat memberi tekanan pada saraf yang berjalan melewati foramen obturator (Sinclair, 2010: 48).

Atau ibu melaporkan salah satu atau lebih hal-hal berikut:(1) Awitan kontraksi uterus yang progresif, teratur yang

meningkat kekuatan, frekuensi, dan durasinya.(2) Rabas vagina yang mengandung darah (bloody show)(3) Rabas cairan dari vagina (selaput ketuban pecah

spontan)(Bobak, dkk. 2005: 301)

d) Riwayat haid(1) Menarche

Menstruasi perempuan yang umumnya terjadi pada usia sekitar 13-15 tahun. Akibat arus informasi global, pancaindra makin mudah menjadi matang sehingga umur menarke semakin muda. (Manuaba, 2007: 209)

(2) SiklusInterval dari hari pertama periode menstruasi sampai hari pertama periode berikutnya normalnya 21 – 35 hari. Menstruasi yang teratur menunjukkan bahwa aksis hypothalamus-hipofisis-ovarian aksis dengan pancaindra telah menunjukkan keharmonisan yang baik. Ini berarti bahwa setiap menstruasi akan dilepaskan ovum sehingga dapat terjadi kehamilan. (Manuaba, 2007: 209)

(3) LamaLama perdarahan yang normal adalah 5 hari dengan rentang antara 3-7 hari. Perdarahan yang melebihi 7 hari (polimenorea, metroragia). Durasi menstruasi yang berlangsung hanya sekitar 2-3 hari menunjukkan kurangnya rangsangan estrogen sehingga fase proliferasi tidak normal kurang subur.

(4) BanyaknyaJumlah tampon atau pembalut yang digunakan setiap hari akan bermanfaat hanya jika diketahui penyebab pembalut tersebut harus diganti.kurang lebih 16 cc.Durasi menstruasi normal, pembalut sekitar 2-3 buah penuh.

Page 48: BAB II Revisis Bagan

48

Durasi menstruasi yang kurang, pembalut sekitar 1-2 buah sehari tidak penuh.Durasi menstruasi yang banyak disertai gumpalan, pemakaian pembalut lebih dari 3 buah/ hari sampai penuh (Manuaba, 2007)

(5) KeluhanSelama haid yaitu dismenorea (rasa nyeri saat haid sehingga mengganggu aktifitas sehari hari)dan pusing serta leukorea pada saat sebelum dan sesudah haid. Disminorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Keparahan disminorea berhubungan langsung dengan lama dan jumlah darah haid (Sarwono. 2011 : 182).

(6) HPHTHPHT, untuk mengetahui tafsiran persalinan dengan memakai rumus naegle yaitu tanggal ditambah 7, bulan dikurangi 3 dan tahun ditambah 1 jika kehamilannya normal.

e) Riwayat Pernikahan(1) Umur pertama kali menikah

Untuk menentukan kesehatan organ reproduksi(2) Berapa kali menikah

Batas ideal dan diikuti hamil setelah 2 tahun. Disebut primigravida tua sekunder jika hamil stelah lima tahun menikah. Kehamilan setelah 5 tahun dianggap hamil dengan resiko tinggi karenanilai kehamilan yang tinggi

(3) Jumlah anakUmur anak terkecil diatas 5 tahun, jumlah anak ideal sampai kehamilan ketiga. Kehamilan kelima sudah termasuk grande multipara, harus diwasapadai perdarahan post partum (Manuaba, 2007)

Kalau orang hamil yang sudah lama menikah, nilai anak tentu besar sekali dan ini perlu diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak mahal). (Ummi,Hani, dkk : 2010: 87 )

f) Riwayat Keluarga BerencanaSetiap metode kontrasepsi yang digunakan, lama dan keberhasilan pemakaian serta setiap masalah yang menyertai harus dicatat. Riwayat berhubungan kelamin tanpa pelindung yang tidak menimbulkan kehamilan merupakan informasi yang penting walaupun pasien tidak secara katif menginginkan kehamilan pada saat itu. (Cunningham, 2008)

Page 49: BAB II Revisis Bagan

49

Apakah ibu pernah menggunakan KB, jika iya KB apa, memakai KB berapa lama, berhenti KB berapa lama. Keluhan, dan rencana penggunaan KB setelah melahirkan. Hal ini untuk mengetahui apakah kehamilan ini karena faktor gagal KB atau tidak.

g) Riwayat Kehamilan Sekarang(1) Berapa Kali Periksa dan Dimana

Frekuensi dari pemeriksaan antenatal adalah:Minimal 1 kali pada Trimester IMinimal 1 kali pada Trimester IIMinimal 2 kali pada Trimester III (Depkes RI. 1997).Ibu hamil dapat melaksanakan pemeriksaan kehamilan di sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Bidan Praktek Swasta dan Dokter Praktek (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 9).

(2)Gerakan JaninPada multigravida biasanya dirasakan pada usia 18 minggu, sedangkan pada multigravida sekitar 16 minggu (Ummi, Hani. 2011: 81).Pada umumnya 10 gerakan terjadi dalam jangka waktu 20 menit – 2 jam. Gerakan janin akan bertambah setelah makan, gerakan ibu. Janin normal akan tidur ± 20 menit. Selama 2-3 hari sebelum lahir gerakan janin akan berkurang (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 104).Cara menghitung gerakan janin: letakkan 10 uang logam dalam mangkok, keluarkan dan letakkan di atas meja, masukkan kembali uang logam ke dalam mangkok setiap kali bayi bergerak (Yeyeh, Ai. dkk. 2009 : 153).

(3)Tanda Bahaya dan MasalahPada Trimester III : Perdarahan pervaginam, Sakit kepala hebat dan menetap, Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja), Pembengkakan pada wajah/ tangan, Nyeri abdomen yang hebat, Bengkak pada muka atau tangan dan Bayi kurang bergerak seperti biasa (Ummi, Hani. 2011: 116-121).

(4)Keluhan-keluhan Fisiologis yang Lazim pada Kehamilan atau ketidaknyamanan pada Trimester III seperti : Nyeri punggung bawah, Edema, Peningkatan frekuensi berkemih, Nyeri ulu hati, Kram tungkai, dan Insomnia (Sinclair: 2010).

(5)Pemberian Imunisasi TTTujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari Tetanus Neonatorum. Efek samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan

Page 50: BAB II Revisis Bagan

50

bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan. Ini akan sembuh dan tidak perlu pengobatan (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 12).

(6)Pemberian Tablet Tambah Darah (Tablet Fe)Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan janin (Depkes RI. 1997). Cara pemberian adalah satu tablet Fe per hari, sesudah makan, selama masa kehamilan dan nifas (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 11).

h) Riwayat Obstetri(Gravida (G) … Para (P) … Abortus (Ab)… anak Hidup …), meliputi perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, BB lahir bayi , <2500 gram atau >4000 gram serta masalah selama kehamilan, persalinan dan masa nifas yang lalu. (Wafi Nur, dkk. 2009 : 136)Keterangan :

(1) Usia Gestasi : Usia gestasi saat bayi yang terdahulu lahir harus diketahui karena kelahiran preterm cenderung terjadi lagi dan karena beberapa wanita mengalami kesulitan menegmbangkan ikatan dengan bayi yang dihospitalisasi dalam waktu yang lama. ( Suryati, 2011: 165)

(2) Jumlah anak : hati – hati jika jumlah anak melebihi 5 orang. Umur anak terkecil di atas 5 tahun. Jumlah anak ideal hanya sampai kehamilan ketiga dan kehamilan kelima sudah termasuk grandemultipara, harus diwaspadai perdarahan postpartum. Umur anak diatas 5 tahun tergolong primigravida tua sekunder

(3) Riwayat kehamilan : Tanyakan apakah kehamilan terdahulu mengalami komplikasi seperti kencing manis ( diabetes gestasional), preeclampsia, retardasi pertumbuhan intrauterine karena setiap komplikasi yang terkait dengan kehamilan harus segera diketahui dan cenderung berulang sehingga harus dilakukan antisipasi terhadap komplikasi berulang.

(4) Riwayat Persalinan : ditanyakan catatan persalinan terdahulu apakah spontan, aterm/ tidaknya, dan lahir hidup atau tidak, riwayat abortus, persalinan prematuritas, persalinan dengan tindakan operasi transvaginal, seksio sesarea, dan apakah letak sungsang. (Suryati, 2011: 166)

(5) Riwayat Nifas : tanyakan mengenai masa nifas ibu apakah mengalami komplikasi yang perlu

Page 51: BAB II Revisis Bagan

51

mendapatkan perhatian dan pertolongan segera seperti perdarahan, infeksi puerperium (tanda gejala infeksi seprti demam, kemerahan dan nyeri pada daerah luka), mengenai pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa pemberian makanan tambahan apapun, keadaan bayi. (Manuaba, 2007: 211)

i) Riwayat Kesehatan ibu hamilDari data riwayat ini dapat kita gunakan sebagai penanda (warning) akan adanya penyulit masa hamil. Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa hamil yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan. Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu diketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit, seperti jantung, diabetes melitus, ginjal, hipertensi/ hipotensi, dan hepatitis (Romauli, 2011, hal :166 - 167)Anemia : Dapat berdampak abortus, persalinan yang

lama, perdarahan pasca melahirkan, kelahiran premature dibawah 37 minggu, BBLR, serta kemungkinan lahir dengan cacat bawaan (Sholihah,2005:57).

TORCH : Toksoplasmosis dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan mata, cacat otak, abortus, atau malah lahir mati (Sholihah,2005:52).

Rubella : makin awal ibu terinfeksi maka makin besar kemungkinan terjadi kecacatan. Bentuk kecacatannya antara lain cacat pada mata (katarak, glaucoma, atau mikroftalmia), jantung dan limpa, alat pendengaran, sistem saraf pusat, dan sebagainya pertumbuhan janin juga akan terhambat (Sholihah,2005:54).

CMV : (Cytomegalovirus) dapat mengakibatkan keguguran spontan, keterbelakangan mental, hidrosefalus, dan mikrosefalus (Sholihah,2005:55).

Herpes : jika infeksi terjadi pada trimester awal, umumnya janin akan mati, yang berakhir dengan keguguran. Sementara di trimester III, akan lahir premature, yang biasanya disertai kecacatan maupun kematian begitu dilahirkan (Sholihah,2005:56).

Asma : Yang diderita oleh ibu hamil bila tidak terkontrol, maka hal ini dapat

Page 52: BAB II Revisis Bagan

52

mempengaruhi munculnya gangguan pada ibu hamil maupun janinnya. Ibu akan mengalami sesak napas yang berakibat asuhan oksigen berkurang (Sholihah,2005:50). Peningkatan insidensi preeklamsia, persalinan prematur, BBLR dan mortalitas perinatal pernah dilaporkan berkaitan dengan asma (Leveno, 2009:576).

Hipertensi : Hipertensi atau tekanan darah tinggi menyebabkan masalah bagi ibu dan janinnya. Bagi ibu hamil, masalah ini dapat menyebabkan gangguan ginjal, stroke atau sakit kepala. Bagi janin, tekanan darah tinggi dalam rahim ibunya dapat menyebabkan kurangnya aliran darah ke plasenta, sehingga bayi lebih kecil atau intrauterine growth retardation (IUGR). (Sibagariang, 2010 :88)

Preeklamsia : Penyakit ini akan menghambat pertumbuhan janin terjadilah BBLR ataupun lahir prematur (Sholihah,2005:66-67).

Eklamsi : Komplikasi Ibu (1) Menimbulkan sianosis(2) Aspirasi air ludah menambah gangguan

fungsi paru(3) Tekanan darah meningkat

menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak

(4) Lidah dapat tergigit(5) Jatuh dari tempat tidur dapat

menyebabkan fraktur dan luka(6) Gangguan fungsi ginjal: oliguria

sampai anuria(7) Perdarahan atau ablasio retina(8) Gangguan fungsi hati dan

menimbulkan ikterusKomplikasi janin dalam rahim :(1) Asfiksia mendadak, disebabkan spasme

pembuluh darah menimbulkan kematian

(2)Solusio plasenta(3)Persalinan prematuritas

(Manuaba,2010:267)Campak : (Maesles) Infeksi campak diduga dapat

menyebabkan komplikasi dan kematian

Page 53: BAB II Revisis Bagan

53

pada ibu hamil, kelahiran prematur, mengganggu daerah plasenta, kecacatan, bila infeksi menyerang seminggu sebelum kelahiran kemungkinan bayi yang akan lahir akan mengalami campak juga (Sholihah,2005:68).

Cacar air : (Varisela) Jika varisela menyerang di awal trimester III, kecacatan masih bisa terjadi. Bila pada pertengahan trimester III menyebabkan kelahiran sebelum waktunya, jika menjelang kelahiran bayi baru lahir bisa terinfeksi varisela (Sholihah,2005:70).

ISK : ISK dapat menyebar ke rahim/janin sehingga membahayakan janin. Resikonya menyebabkan kontraksi sehingga terjadi kelahiran prematur, keguguran dan kematian janin bisa terjadi, pada ibu bisa membuat infeksi ginjal atau gangguan kegagalan ginjal (Sholihah,2005:72-73).

Hepatitis : pada trimester II dan III dapat menyebabkan kelahiran premature atau terjadi infeksi vertical (dari ibu ke janin) (Sholihah,2005:76).

Diabetes : Diabetes saat kehamilan berdampak pada kelahiran bayi diatas 4.000 gram, bisa meninggal di kandungan, kerap pada usia kehamilan 34-36 minggu, cacat multipel organ, tak ada lubang dubur, kelainan jantung, ginjal dan saraf, hidramnion. (Sholihah,2005:79).

Jantung : Efek penyakit jantung pada kehamilan yaitu mortalitas maternal yang cukup tinggi, baik hipertensi pulmonalis primer maupun sekunder (Leveno,2009:568)

TBC : Tuberkulosis dapat membahayakan hasil akhir kehamilan yaitu persalinan premature, BBLR, hambatan pertumbuhan, dan angka kematian perinatal meningkat pada terapi tuberculosis yang tidak tuntas (Leveno,2009:582).

Infeksi Ginjal : Infeksi ginjal adalah komplikasi medis paling serius pada kehamilan, terjadi pada sekitar 2 persen wanita, dan merupakan penyebab utama syok septik (Leveno,2009:633).

Page 54: BAB II Revisis Bagan

54

Epilepsi : Secara rata-rata, 7 persen anak dari wanita dengan epilepsy menderita kelainan kongenital mayor dibanding dengan 3 persen pada populasi umum (Leveno,2009:689)

Kanker Payudara: Wanita hamil dengan kanker payudara memiliki risiko 2,5 kali lipat mengalami penyakit metastasik dibandingkan dengan wanita tidak hamil (Leveno,2009:708)

Sifilis : Spiroketa Treponema pallidum mudah menembus plasenta dan dapat menyebabkan infeksi congenital. Frekuensi sifilis kongenital bervariasi sesuai stadium dan durasi infeksi pada ibu (Leveno,2009:718)

Varises : Wanita hamil sering mengeluh tentang pelebaran pembuluh darah yang terjadi pada tungkai, vagina, vulva, dan terjadi wasir. Selain tampak kurang estetik, pelebaran pembuluh darah ini dapat merupakan sumber perdarahan potensial pada waktu hamil maupun saat persalinan. Kejadian varises ini meningkat pada kehamilan makin tua dan segera akan menghilang atau berkurang setelah persalinan. (Manuaba, 2010 : 366)

Gonorhea : Gonorrhea dapat menimbulkan efek buruk pada hasil akhir kehamilan. Terdapat keterkaitan antara servisitis gonokokus yang tidak diobati dan abortus septic. Persalinan premature, rupture membrane premature, korioamnionitis, dan infeksi pasca partum juga sering terjadi pada wanita yang terdeteksi mengandung Neisseria gonorrhea saat persalinan. (Leveno, 2009 : 721)

Hipertiroidisme: hipertiroidisme pada kehamilan berhubungan dengan peningkatan insiden pre-eklamsia, kelahiran premature, berat badan lahir rendah, dan kematian janin (Fraser,2011:346)

Hipotiroidisme: hipotiroidisme pada kehamilan akan menyebabkan berkurangnya ketersediaan hormon untuk kebutuhan janin sehingga dapat terjadi perkembangan neurologis yang kurang baik (Fraser, 2011:346).

Page 55: BAB II Revisis Bagan

55

j) Riwayat Kesehatan KeluargaMeliputi riwayat penyakit yang pernah dialami keluarga, penyakit yang sedang diderita dan mendapat pengobatan yang seang atau pernah dilakukan, penting dilakukan untuk mengerahui kemungkinan penyakit yang menyertai dan mempengaruhi proses persalinan, misalnya penyakit keturunan seperti jantung, diabetes, hipertensi, asma dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis B dan HIV/AIDS (Manuaba. 1998 : 265).Kehamilan Kembar : Sebagai faktor penentu

pembentukan kembar, riwayat keluarga pihak ibu jauh lebih penting daripada riwayat dari pihak ayah (Cunningham, 2006: 856).

Diabetes Melitus : Terjadinya diabetes gestasional menjadi risiko sedang dengan riwayat diabetes tipe 2 dalam keluarga (Leveno, 2009: 661).Kecenderungan pengaruh genetik yang menentukan kemungkinan individu mengidap penyakit diabetes tipe 2 cukup kuat. Diperkirakan bahwa terdapat sifat genetik yang belum teridentifikasi yang menyebabkan pancreas mengeluarkan insulin yang berbeda (Corwin, 2009:627). Anak dari wanita dengan diabetes pregestasional memiliki risiko kecil menderita diabetes bergantung-insulin, dengan survey menunjukkan insidensi 1 sampai 3 persen. Risikonya adalah 6 persen jika hanya ayah yang menderita diabetes. Jika kedua orang tua menderita diabetes klinis, resikonya menjadi 20 persen (Leveno,2009:670).

Epilepsi : Beberapa gangguan kejang bersifat herediter, dan hampir 10 persen anak mengalami gangguan kejang pada kehidupan selanjutnya (Leveno, 2009: 689).

Hipertensi : ibu yang menderita hipertensi kronis cenderung memiliki riwayat hipertensi baik pribadi maupun keluarga (Fraser, 2011: 362)

Page 56: BAB II Revisis Bagan

56

Kanker : Adanya riwayat keluarga yang mengidap kanker, terutama kanker yang dikelompokkan sebagai satu jenis, adalah factor resiko terjangkit kanker. Kecenderungan genetic untuk mengalami karsinogenesis mungkin disebabkan oleh kerapuhan atau mutasi gen penekanan tumor, kerentanan terhadap mutagen atau promoter tertentu, kesalahan enzim pengoreksi, atau gagalnya fungsi system imum. (Corwin, 2009: 86)

k) Pola Kebiasaan Sehari-hari(1) Nutrisi

Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya. Kenaikan berat badan rata-rata antara 10-12 kg. Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan ibu turun setelah kehamilan triwulan kedua, haruslah menjadi perhatian (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 90).

(2) IstirahatWaktu istirahat harus lebih lama ± 10-11 jam untuk wanita hamil juga di anjurkan tidur siang (Christina. 2001 : 168).Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan denngan baik karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba. 1998 :140).Cobalah untuk tidak berbaring telentang sewaktu tidur, karena bisa menempatkan rahim di atas pembuluh darah yang penting (vena cava inferior) yang berjalan ke bawah di bagian perut. Belajarlah posisi tidur Kebersihan/ menyamping sejak awal (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 96-97).

(3) Personal Hygiene(a) Mandi diperlukan untuk kebersihan kulit

terutama untuk perawatan kulit karena pada ibu hamil fungsi ekskresi keringat bertambah. Mandi minimal 2 kali sehari.

(b) Pemeriksaan gigi minimal dilakukan 1 kali selama hamil. Pada ibu hamil gusi menjadi lebih peka dan mudah berdarah karena dipengaruhi oleh hormon kehamilan yang menyebabkan hipertropi. Bersihkan gigi dan gusi dengan

Page 57: BAB II Revisis Bagan

57

gbenang gigi atau sikat gigi dan boleh memakai obat kumur.

(c) Rambut harus bersih, keramas satu minggu 2-3 kali.

(d) Puting harus dibersihkan, persiapan menyusui dengan perawatan puting dan kebersihan payudara.

(e) Celana dalam harus kering, jangan gunakan obat/ penyemprot ke dalam vagina. Sesudah BAB/BAK dilap dengan lap khusus, sebaiknya selama hamil tidak melakukan vaginal touching bisa menyebabkan perdarahan atau embolus (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 91-92).

(f) Pakaian yang sebaiknya digunakan longgar, terbuat dari katun sehingga dapat menyerap keringat dan sebaiknya hanya satu kali pakai. Jika diperlukan, daerah lipatan badan dapat diberi bedak, hal ini mencegaah kekeringan dan mengurangi dermatitis kontak atau alergi. (Manuaba, 2007: 192)

(4) EliminasiPada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar (Pantikawati, Ika. dkk. 2010: 69).Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone yang meningkat (Pantikawati, Ika. dkk. 2010: 67).

(5) Aktifitas sehari-hariIbu hamil dapat melakukan aktivitas sehari-hari namun tidak terlalu lelah dan berat karena dikhawatirkan mengganggu kehamilannya, ibu hamil utamanya trimester I dan II membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari agar tidak terlalu lelah. Kelelahan dalam beraktifitas akan banyak menyebabkan komplikasi pada setiap ibu hamil misalnya perdarahan dan abortus.

(6) Ibu yang merokok akan melahirkan bayi yang lebih kecil dan sering mendapatkan masalah pernafasan saat lahir dan saat tahun pertama, juga dapat meningkatkah otitis media serta resiko asma pada bayi. Olah raga boleh dilakukan dalam batas yang wajar sesuai dengan usia kehamilan. Olah raga yang banyak dilakukan adalah jalan pagi untuk mendapatkan udara

Page 58: BAB II Revisis Bagan

58

segar dan ketenangan sambil bertukar pilihan dengan suami (Manuaba, 2007:193)

(7) Kebutuhan seksualBanyak wanita mengalami peningkatan tekanan seksual selama kehamilan. Hal ini disebabkan sebagian oleh peningkatan kongesti darah pada vulva dan peningkatan kesadaran tentang peran seksual mereka. Kecuali terdapat adanya riwayat aborsi spontan berulang, tidak adalah alasan untuk membatasi hubungan seksual. Frekuensi, itensitas, posisi untuk kegiatan seksual memerlukan penyesuaian bagi wanita hamil karena perubahan kontur tubuhnya. (Hamilton,2011: 83)Trimester III : Hubungan seksual setelah usia kehamilan 30 minggu akan mengalami kesukaran teknik. Hal ini dikarenakan perut yang sudah membesar dan berat. Untuk dapat melakukan hubungan seksual masih ada kemungkinan dengan menggunakan teknik dari belakang. (Manuaba, 2007: 193). Selain itu, hubungan seksual tidak boleh terlalu sering dan hati-hati karena dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan persalinan prematur.

l) Riwayat Psiko-Sosial(1) Psikologi

Pada trimester III, ditandai dengan klimaks, kegembiraan emosi karena kelahiran bayinya, sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat atau depresi, kepala bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah, reaksi calon ibu terhadap persalinan itu tergantung adanya persiapan akan persepsinya terhadap kehamilan (Bobak. 2007 :135).Berkisar antara bahagia sampai ungkapan rassa benci, marah dan sedih serta tertekan. Perlindungan pada janin meningkat, mudah merasa takut atau tersinggung, terisolir dan minta perhatian lebih (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 94).

(2) SosialIdentitas diri, pengaruh kultural, kehamilan diharapkan atau tidak dan keadaan sosial ekonomi (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 94).

2) Data Obyektifa) Pemeriksaan umum

Page 59: BAB II Revisis Bagan

59

KU : Kajian keadaan umum klien adalah guna mengidentifikasi keadaan normal atau adanya penyimpangan.

(Manurung,2011:139) Kesadaran : Kesadaran penederita sangat penting dinilai

dengan melakukan anamnesis. Kesadaran dinilai baik jika dapat menjawab semua pertanyaan.

(Manuaba, 2007 : 161)TD : Normalnya tekanan darah pada wanita hamil

dibagi menurut umur sebagai berikut: 20 tahun tekanan darah 120/80 mmHg, 20-30 tahun, 110/70 mmHg (Manurung,2011:139)Kenaikan tekanan darah tidak boleh lebih dari 30 sistolik atau 15 mmHg pada diastolik. Batas terendah tekanan darah adalah 140/90 mmHg yang merupakan titik awal kemungkinan preeklamsi (Manuaba, 2007 :161)Tekanan darah (bandingkan dengan tekanan darah dasar yang diperoleh pada kunjungan pertama. Catat hasil tekanan darah sepanjang masa hamil hingga saat ini)(Varney,2007:530)Periode istirahat selama 10 menit sebaiknya diberikan kepada ibu sebelum mengukur tekanan darah. Posisi duduk atau berbaring miring kiri dengan manset sfigmomanometer kira-kira sejajar dengan jantung merupakan posisi yang dianjurkan dalam pengukuran tekanan darah (Fraser,2011:354)

Nadi : Nadi dihitung setiap 15 detik dikalikan empat jika irama nadi regular, dihitung dalam 1 menit jika irama denyut nadi irregular. Observasi dilakukan pada pergelangan tangan (Manurung, 2011 : 139)

Suhu : Suhu tubuh normalnya 36,5ºC-37ºC secara axilla atau mulut (Manurung, 2011 : 139)Perubahan metabolism tubuh pada trimester ketiga ini masih berlanjut. Perubahan ini merupakan upaya penyesuaian yang dilakukan tubuh agar bisa mendukung bayi yang semakin membesar. Jika ibu hamil mengalami hal ini, usahakan untuk berada di ruangan yang sejuk dan perbanyak minum air putih. (Sibagariang, 2010 : 102)

RR : Normal 18 – 24 x/menit (Manurung, 2011 : 139)BB : Bertambahnya berat badan merupakan ukuran

penting. Berat badan diperbolehkan naik sekitar

Page 60: BAB II Revisis Bagan

60

0,5 kg per minggu. Kenaikan berat badan tidak melebihi 16-20 kg. rata-rata kenaikan BB sekitar 12-16 kg selama hamil (Manuaba, 2007 :161)

TB : Pengukuran tinggi badan dilakukan pada ibu yang pertama kali dating. Tinggi badan tidak boleh ≤ 145 cm (Manurung,2011:139)

Lila : normal > 23,5 cm. Jika < 23,5 merupakan indikator status gizi kurang, sehingg beresiko umtuk melahirkan BBLR (Romauli, 2011 : 173)

Taksiran Persalinan :Menentukan tanggal Perkiraan Persalinan(1) Rumus Naegele

Usia kehamilan dihitung 280 hariPatokan HPHT atau TP (taksiran persalinan)HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru mengeluarkan darah menstruasi dengan frekuensi dan lama seperti menstruasi yang seperti biasa.TP adalah tanggal taksiran persalinan ibu. Bisa ditentukan setelah HPHT didapatkan. Berikut rumus yang digunakan:TP : Tanggal HPHT ditambah 7

Bulan HPHT -3 (jika bulan 4-12)Bulan HPHT +9 (jika bulan 1-3)Tahun HPHT +1 (jika bulan HPHT 4-12)Tahun HPHT tidak ditambah jika bulan 1-3

(Hani,Ummi dkk,2011:80)b) Pemeriksaan Fisik

(1) InspeksiMuka : Edema muka menunjukkan adanya penyakit

jantung, penyakit ginjal, preeklamsi berat, kekurangan gizi, bentuk anemia. Kloasma gravidarum serta hiperpigmentasi kulit, dahi, dan pipi diakibatkan peningkatan melanocyte stimulating hormone dari hipofisis anterior (Manuaba, 2007 :215).

Mata : Edema kelopak mata kemungkinan menderita hipoalbunemia, tanda preeklamsi berat dan anemia. Konjungtiva pucat atau cukup merah sebagai gambaran tentang anemianya (Kadar Hb) secara kasar (Manuaba, 2007 :162).

Leher : Ibu hamil dengan pembesaran kelenjar tiroid berhubungan dengan gangguan fungsi kelenjar tersebut (Saifuddin dkk, 2009:289).

Payudara : hiperpigmentasi areola payudara akibat pengaruh malanocyte stimulating hormone dari hipofisis anterior. Puting susu menonjol,

Page 61: BAB II Revisis Bagan

61

kelenjar Montgomery tampak (Manuaba, 2007 :215).

Perut : Ada tidaknya bekas luka operasi atau operasi lainnya yang dapat menjadi lokus minoris resistensi (Manuaba, 2007: 215). Makin membesar sesuai usia kehamilan, hiperpigmentasi kulit seperti linea alba dan striae gravidarum akibat pengaruh malanocyte stimulating hormone. Terdapat bekas luka insisi atau tidak (Manuaba, 2007 :215).

Genetalia : pengeluaran fluor karena infeksi dengan diagnosis banding trikhomonas vaginalis atau kandida albikans serta infeksi vaginosis bakterialis. Adanya kondiloma akuminata terjadi karena infeksi virus, jika ukurannya besar sebaiknya persalinan melalui SC (Manuaba, 2007 : 163).

Ekstremitas : adanya varises sering terjadi karena kehamilan berulang dan bersifat herediter. Edema tungkai sebagai tanda kemungkinan terjadinya preeklamsi, bendungan akibat kepala sudah masuk PAP dan tekanan pada vena cava inferior (Manuaba, 2007:163).

(2) PalpasiLeher : Bendungan vena diakibatkan akibat penyakit

jantung. Perhatikan keadaan keadaan lain seperti kelenjar tiroid dan pembengkakan kelenjar limfa (Manuaba, 2007: 215).

Payudara : Payudara teraba atau tidak benjolan abnormal, setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan (kolostrum) diproduksi oleh kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan air susu belum dapat diproduksi karena prolaktin ditekan oleh PIH (Saifuddin, 2009:179). Pada kehamilan trimester akhir, lobules dan alveolus telah terbentuk dan dipenuhi hasil sekresinya (Manuaba,2007:373).

Perut : Leopold I : untuk menentukan tinggi pundus uteri dan menentukan bagian apa yang terletak di fundus uteri apakah kepala atau bokong pada letak membujur atau teraba kosong jika letaknya melintang (Manuaba, 2007: 169). Setelah 20 minggu , ukur dan gambarkan

Page 62: BAB II Revisis Bagan

62

tinggu simfisis-fundus, untuk mendeteksi kehamilan yang lebih besar atau lebih kecil dari usia gestasi (Medforth,2012:47)

Leopold II : (palpasi lateral) tangan pemeriksa diturunkan ke samping. Untuk menentukan bagian mana janin yang berada di bagian samping. Jika agak keras artinya punggung janin. Dapat juga kepala atau bokong jika letaknya melintang (Manuaba, 2007: 169).

Leopold III: pemeriksaan menghadap kaki pasien . jari tangan diluncurkan ke samping bawah uterus. Jari ditekan masuk menentukan bagian terendah janin. Jika kepala belum terfiksir, masih dapat dilakukan gerakan ballottement (Manuaba, 2007: 169).

Leopold IV: maneuver ini tidak selalu perlu. pada kepala yang sudah masuk PAP sulit dilakukan. Untuk menentukan apakah bagian terendah janin tersebut bagian terendah janin tersebut, kepala dan bokong dan seberapa jauh masuknya kedalam rongga pelvis (Manuaba, 2007: 169).

Page 63: BAB II Revisis Bagan

63

Tabel…..Perkiraan TFU terhadap umur Kehamilan

Tinggi fundus uteri Umur kehamilan

1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas simfisis

12 minggu

½ simfisis – pusat 16 minggu2/3 diatas simfisis atau 3

jari dibawah pusat20 minggu

Setinggi pusat 24 minggu1/3 diatas pusat atau 3 jari

diatas pusat28 minggu

½ pusat – procesus xipoidius

32 minggu

Setinggi processus xipoidius

36 minggu

Dua jari (4 cm) dibawah px 40 minggu Hani,Ummi dkk,2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis,Jakarta halaman 81

Ekstremitas : Adanya oedema pada ekstremitas atas atau bawah dapat dicurigai adanya hipertensi hingga Preeklampsi, diabetes Mellitus, jantung, kekurangan albumin darah (Manuaba, 2007 : 161).Edema ini akan cekung ke dalam jika di tekan (Fraser,2011:355)

(3) AuskultasiTerdengarnya detak jantung janin menunjukkan bahwa janin hidup. Janin sehat jumlah detak jantungnya sekitar 120-140 kali/menit

(Manuaba, 2007 : 170)(4) Perkusi Tungkai : Reflek patella (+)

Reflek patella (-) : Berkaitan dengan kekurangan vitamin B1, penyakit saraf, intokskasi magnesium sulfat.

(Manuaba, 2007 : 161)(5) Pemeriksaan Panggul Luar (bila perlu)

(a) Distansia Spinarium : jarak antara kedua spina iliaka anterior kanan/ kiri, sekitar 24 – 26 cm

(b) Distansia kristarum : jarak terpanjang antara kedua krista iliaka kanan/ kiri, sekitar 28 – 30 cm

Page 64: BAB II Revisis Bagan

64

(c) Boudelogue : jarak antara bagian atas simfisis dengan spina L5, sekitar 18 cm

(Manuaba, 2007: 171)a) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium :(1) Glukosa dalam urin : untuk memastikan adanya DM,

kemungkinan glukosuria yang terjadi segera setelah makan, disebabkan intoleransi insulin, tetapi keadaan ini cepat menjadi normal. Jika pada akhir kehamilan mungkin terdapat laktosa sehingga tes reduksi mungkin positif sebagai bentuk persiapan untuk gula ASI. (Manuaba, 2007: 161)

(2) Protein urin : normal tetap ada protein tetapi jumlahnya kecil. Jumlah yang makin meningkat terdapat pada preeclampsia, penyakit jantung, nefritis. (Manuaba, 2007: 162)

(3) Kadar Hb : ibu hamil normal 10,5 – 15 gr/ dl. (Manuaba, 2007: 166)

(4) Leukosit : ibu hamil normal 8000-10.000 . (Manuaba, 2007: 237)

b. Identifikasi Diagnosa Dx : G...P....Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak

kepala, puka/puki, dengan kehamilan normal (Resiko Rendah).Ds : Ibu mengatakan hamil ke . . . dan UK . . . bulan

Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir . . . Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keguguranIbu mengatakan tidak pernah melahirkan dengan bantuan alatIbu mengatakan tidak pernah menjalani operasi CaesarIbu mengatakan tidak sedang menderita penyakit anemia, malaria, TBC, payah jantung, kencing manis, maupun penyakit menular seksualIbu mengatakan tidak pernah/sedang mengalami perdarahan maupun kejang pada kehamilan ini

Do : Keadaan umum : Baik Kesadaran : ComposmentisNadi : 70 -90 x / menitTD : 110/70 – 130/90 mmHg Suhu : 36,5 - 37,5oC RR : 16-24 x / menitPalpasi AbdomenLeopold I : TFU sesuai dengan usia kehamilan, teraba

lunak, kurang bundar, kurang melenting (bokong).

Leopold II : Teraba datar, keras, dan memanjang kanan/kiri (punggung), dan bagian kecil pada bagian kanan/kiri.

Page 65: BAB II Revisis Bagan

65

Leopold II : Teraba keras, bundar, melenting, kepala bagian terendah, sudah masuk PAP atau belum

Leopold IV : Untuk mengetahui seberapa jauh kepala masuk PAP

Auskultasi : DJJ 120 – 160 x/menit. Jika kurang atau lebih dari itu dapat mengindikasikan IUFD

Masalah1) Nyeri pinggang sehubungan dengan spasme otot pinggang akibat

lordose yang berlebihan dan pembesaran uterusDs :Ibu mengatakan nyeri pada pinggang akibat lordose yang

berlebihanDo :Ibu tampak memegang pinggang dan menangis kesakitan

saat dilakukan anamneses2) Obstipasi sehubungan dengan pengaruh hormone kehamilan yang

meningkatDs : Ibu mengatakan sulit BABDo : Pada palpasi teraba skibala

3) Sering kram pada kaki sehubungan dengan pembesaran uterusDs :Ibu mengatakan sering kram selama hamilDo :Pada perkusi reflex patella +/+

Nyeri tekan pada bekas kram4) Sesak nafas sehubungan dengan pembesaran uterus sehingga

mendesak diafragma Ds :Ibu mengatakan akhir-akhir ini mengalami kesulitan dalam

bernafasDo :Nafas ibu tampak pendek dan dalam

5) Oedema pada ekstremitas bawah akibat penekanan uterus pada vena femoralisDs :Ibu mengatakan kakinya bengkak Do :Tampak oedem pada ekstremitas bawah +/+

c. Identifikasi Diagnosa/ Masalah PotensialKehamilan Trimester III : Komplikasi1) Preeclampsia ringan/ berat dan eklampsi2) Persalinan premature3) Pendarahan antepartum4) KPD5) Kelainan letak janin

d. Kebutuhan SegeraKebutuhan yang harus segera dipenuhi berdasarkan kondisi ibu hamil, sehingga dapat ditentukan perlu tidaknya konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau pemeriksaan diagnosis (laboratorium). (Wafi, dkk. 2009: 145)

Page 66: BAB II Revisis Bagan

66

e. IntervensiDx : G...P....Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak

kepala, puka/puki, dengan kehamilan normal (Resiko Rendah).Tujuan :1) Ibu dapat memenuhi kebutuhan dasar selama kehamilan2) Keadaan ibu dan janin sehat, kehamilan normal sampai aterm.3) Tidak terjadi komplikasi pada ibu dan janin dalam proses

kehamilan dan persalinan. Kriteria Hasil : 1) Ibu dapat BAB dan BAK dengan lancar setiap hari tanpa keluhan2) Ibu tidak mengalami gangguan tidur (tidur ± 10-11 jam per hari)3) Kenaikan BB ibu dalam batas normal (10-12 kg)4) Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal:

Nadi : 70 -90 x / menitTD : 110/70 – 130/90 mmHg Suhu : 36,5 - 37,5oC RR : 16-24 x / menit

5) TFU sesuai dengan usia kehamilan

Tabel 2.Perkiraan TFU terhadap umur Kehamilan

Tinggi fundus uteri Umur kehamilan

1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas simfisis

12 minggu

½ simfisis – pusat 16 minggu2/3 diatas simfisis atau 3

jari dibawah pusat20 minggu

Setinggi pusat 24 minggu1/3 diatas pusat atau 3 jari

diatas pusat28 minggu

½ pusat – procesus xipoidius

32 minggu

Setinggi processus xipoidius

36 minggu

Dua jari (4 cm) dibawah px 40 mingguHani,Ummi dkk,2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis,Jakarta halaman 81

6) DJJ bayi dalam rentang normal (120-160 x/m)

Intervensi : (Wafi Nur, dkk. 2009: 146 -147)Bagi ibu hamil yang didiagnosis normal :1) Jelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu.

Page 67: BAB II Revisis Bagan

67

R : Informasi yang dikumpulkan selama kunjungan antenatal memungkinkan bidan dan ibu hamil untuk menentukan pola perawatan antenatal yang tepat (Fraser,2011:266). Memberikan informasi tentang gerakan janin dapat memberikan ketenangan pada ibu (Fraser,2011:266)

2) Komunikasikan dengan ibu tentang perubahan fisiologis dan ketidaknyamanan umum yang terjadi pada masa kehamilan. Membedakan antara ketidaknyamanan yang umum dialami pada saat hamil dan komplikasi yang mungkin terjadi (Varney,2007:531)R : Persiapkan untuk mengajukan pertanyaan, memberikan

informasi dan mendiskusikan isu-isu tentang kesejahteraan fisik dan emosi/psikologis wanita (Medforth,2012:47)

3) Sarankan pada ibu untuk istirahat cukup selama hamil.R : Kesejahteraan janin ditunjang dari suplai O2 yang cukup pada

ibu.4) Wanita hamil harus makan paling sedikit bertambah 1 porsi untuk

setiap harinya, makan dalam jumlah sedikit tetapi frekuensinya sering, makanlah mikronutrien secara alami (Indrayani,2011:175).R : Pada masa kehamilan memerlukan asuhan nutrien yang tinggi

untuk proses perkembangan janin selanjutnya. 5) Diskusikan dengan ibu tentang rencana persalinan.

R : Rencana persalinan akan efektif jika dibuat dalam bentuk tertulis bersama bidan yang berbagi informasi sehingga ibu dapat membuat rencana sesuai dengan praktik dan layanan yang tersedia (Fraser,2011:248).

Beberapa hal yang mungkin didiskusikan dalam perencanaan persalinan diantaranya tempat kelahiran, pendamping kelahiran, posisi untuk persalinan, pereda nyeri, makan dan minum saat persalinan, kala III persalinan, kebutuhan untuk penjahitan perineum. Pemberian IMD, pemberian vit K, diskusikan setiap budaya atau agama yang mungkin ingin dipantau ibu. (Medforth,2012:125)

6) Diskusikan tanda dan gejala persalinan dan kapan harus menghubungi bidan (Varney,2007:557).R : Informasi yang perlu diketahui seorang wanita (ibu hamil)

demi kesehatan dan keamanan diri dan bayinya (Varney,2007:554)

7) Jelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala hebat, perdarahan pervaginam. Mengidentifikasi tanda dan gejala penyimpangan yang mungkin dari kondisi normal atau komplikasi (Varney,2007:531)R : Menemukan penyakit ibu sejak dini, jika didapatkan kelainan

sejak dini yang dapat mengganggu tumbuh kembang janin, harus diikuti upaya untuk memberikan pengobatan yang adekuat (Fraser,2011:187)

Page 68: BAB II Revisis Bagan

68

8) Diskusikan kebutuhan untuk melakukan tes laboratorium atau tes penunjang lain untuk menyingkirkan, mengonfirmasi atau membedakan antara berbagai komplikasi yang mungkin timbul (Varney,2007:531).R : Antisipasi masalah potensial terkait. Penentuan kebutuhan

untuk melakukan konsultasi dokter atau perujukan ke tenaga professional (Varney, 2007:531)

9) Diskusikan dengan ibu dalam menentukan jadwal kunjungan selanjutnya. R : penjadwalan kunjungan ulang berikutnya bagi wanita yang

mengalami perkembangan normal selama kehamilan biasanya dijadwalkan sebagai berikut, antara minggu 28-36 setiap 2 minggu , antara 36 hingga persalinan dilakukan setiap minggu (Manuaba,2007:531)

Masalah 1) Nyeri pinggang bagian bawah sehubungan dengan spasme otot-

otot pinggang akibat pembesaran uterus.Tujuan : Ibu mampu beradaptasi dengan rasa nyeriKH : Nyeri pinggang ibu berkurang, ibu tidak kesakitan

lagi. Intervensi:a) Jelaskan pada ibu bahwa nyeri punggung adalah hal yang

fisiologis dan sering terjadi pada ibu hamil.R : Menambah pengetahuan ibu sehingga ibu tidak cemas

b) Kompres hangat jangan terlalu panas pada punggung. Seperti gunakan bantalan pemanas, mandi air hangat, duduk dibawah siraman air hangat (Varney, 2007:542)R : Membantu meredakan sakit akibat ketegangan otot

(Simkin, 2008:115).c) Ajarkan ibu dengan latihan fisik:

(1) Duduk posisi tukang jahit : Duduk dengan tungkai bersilang

(2) Berjongkok : posisi jongkok membantu meredakan sakit punggung. Berjongkoklah, turunkan bokong ke bawah ke arah lantai. Tahan berat badan merata pada kedua tumit dan jari kaki untuk mendapatkan kestabilan dan kelengkungan yang lebih besar dari bagian bawah punggung. Atau berjongkok dengan berpegangan pasangan atau benda lain (Simkin,2008:115).

(3) Mengangkat panggul dengan posisi merangkak R : Meregangkan otot punggung bagian bawah dan

menguatkan otot perut (Simkin,2008:116).(4) Latihan lutut ke bahu : Posisi berbaring terlentang dengan

lutut ditekuk dan kaki rata pada lantai. Kemudian tarik salah satu lutut ke arah dada dan tahan dengan meletakkan

Page 69: BAB II Revisis Bagan

69

satu tangan anda dipaha. Jaga agar posisi lutut terbuka untuk menghindari tertekannya perut. Dengan kepala bersandar pada lantai, gerakkan lutut perlahan ke arah bahu sampai merasakan sedikit regangan dibagian bawah punggung. Tahan sampai hitungan kelima. Turunkan lutut tanpa melepaskan tangan. Ulangi gerakan sampai lima kali dan gentian kaki kanan kiri (Simkin,2008:116).

d) Jelaskan pada ibu untuk menghindari pemakaian sandal/sepatu dengan hak yang tinggi.R : lordosis progesif menggeser pusat gravitasi ibu ke

belakang tungkai. Perubahan postur maternal ini dapat menyebabkan nyeri punggung bagian bawah di akhir kehamilan (Fraser,2011:201). Sepatu bertumit tinggi yang tidak stabil dapat meningkatkan masalah lordosis (Varney,2007:555)

e) Jelaskan pada ibu tentang body mekanik. Tekuk kaki ketimbang membungkuk ketika mengangkat apapun, saat bangkit dari setengah jongkok lebarkan kedua kaki dan tempatkan satu kaki sedikit di depan (Varney,2007:542). R : Untuk menghindari ketegangan otot (Varney,2007:542)

sehingga rasa nyeri berkurang. f) Anjurkan ibu untuk memakai korset maternitas (Bally Band)

yang elastis jika masalah bertambah parah (Varney, 2007:542)R : Korset dapat menyangga uterus dan mengurangi rasa

nyeri.

2) Obstipasi sehubungan dengan pengaruh dari hormon kehamilan yang meningkat.Tujuan : Ibu dapat mengerti penyebab obstipasi yang dialami. KH : Ibu dapat mengatasi obstipasi, kebutuhan nutrisi ibu

tercukupi.Intervensi:a) Jelaskan perubahan fisiologis pada ibu hamil yang dapat

menyebabkan ibu mengalami obstipasi.R : Pengetahuan ibu bertambah sehingga kecemasan

berkurang dan ibu lebih kooperatif dalam menerima asuhan.

b) Anjurkan ibu untuk memperbanyak minum air putih (8 gelas/hari). Minum air hangat (misal air putih , teh) saat bangkit dari tempat tidur.

R : Untuk menstimulasi peristaltis usus.c) Makan makanan yang berserat, dan mengandung serat alami (misal

selada, daun seledri, kulit padi).R : konsistensi dalam pilihan diet membantu meningkatkan keefektifan pola defekasi

Page 70: BAB II Revisis Bagan

70

d) Anjurkan ibu untuk memiliki pola defekasi yang baik dan teratur. R : Hal ini mencakup penyediaan waktu yang teratur untuk

melakukan defekasi dan kesadaran untuk tidak menunda defekasi. Dan menghindari penumpukan feses yang dapat menyebabkan feses menjadi keras.

e) Anjurkan ibu melakukan latihan secara umum, berjalan setiap hari, pertahankan postur yang baik, mekanisme tubuh yang baik, latihan kontraksi otot abdomen bagian bawah secara teratur.R : kegiatan-kegiatan tersebut memfasilitasi sirkulasi vena

sehingga mencegah kongesti pada usus besar(Varney,2007:539).

3) Kram pada kakiTujuan : Ibu mengerti dan paham tentang penyebab kram pada

kehamilan fisiologis, ibu dapat beradaptasi dan mengatasi kram yang terjadi.

KH : Ibu tidak mengeluh adanya kram pad kaki dan nyeri kram berkurang.

Intervensi a) Jelaskan penyebab kram pada kaki selama kehamilan

R : Pengetahuan ibu bertambah dan ibu lebih kooperatif serta ibu tidak cemas.

b) Ajarkan ibu cara meredakan kram tungkai kakiLuruskan lutut dan tekuk telapak kaki ke atas, membawa jari-jari kearah garas. Berikut ini ada dua cara untuk melakukannya. Berdiri dengan berat badan bertumpu pada tungkai yang kram. Jaga kaki tetap lurus dan tumit menapak pada lantai, kemudian bersandarlah kedepan untuk mengangkat otot betis. Jika kram kaki cukup parah, mungkin butuh bantuan dengan duduk dikursi atau tempat tidur, minta pasangan menahan kaki lurus dengan satu tangan, sementara tangan lain memegang tumit, dan minta pasangan menekan perlahan kaki dan jari kaki ke atas. Jika kram sudah hilang jangan luruskan jari-jari anda karena kram dapat timbul kembali.Ajarkan ibu cara meredakan kram pada telapak kakiUntuk meredakan kram ini, regangkan jari kaki dan telapak kaki dengan menarik jari ke garas. Untuk mencegah kram jangan menekuk jari anda (Simkin,2008:118)

R : Menurunkan ketidaknyamanan berkaitan dengan perubahan kadar kalsium fosfor atau karena tekanan dari uterus pada syaraf ekstremitas bawah.

c) Jelaskan pada ibu untuk mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium dan pospor (Varney, 2007:540), misalnya susu, pisang hijau, dll R : kram kaki diperkirakan disebabkan oleh gangguan asupan

kalsium atau asupan kalsium yang tidak adekuat atau

Page 71: BAB II Revisis Bagan

71

ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh (Varney, 2007:540).

4) Sesak napas sehubungan dengan pembesaran uterus sehingga mendesak diafragma.Tujuan :Ibu mampu beradaptasi dengan adanya sesak napasKH :KU : Baik

RR : Dalam batas normal (16 - 24 x/menit)Aktivitas ibu sehari-hari tidak tergangguSesak napas berkurang

Intervensi :a) Jelaskan dasar fisiologis masalah sesak nafas dalam kehamilan

R : ibu memahami kondisi fisiologis yang pada kehamilan trimester III ini.

b) Dorong Ibu untuk secara sadar mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasannya pada kisaran normal saat ia menyadari sedang mengalami hiperventilasiR : menghindari terjadinya penurunan volume residu fungsional

lebih lanjutc) Ajarkan wanita cara meredakan sesak nafas dengan pertahankan

postur tubuh yang baik kemudian lakukan teknik mengambil nafas yang dalam dan melakukan pernafasan intercosta R : menyediakan ruangan yang lebih untuk isi abdomen sehingga

mengurangi tekanan pada diafragma dan memfasilitasi fungsi paru

(Varney,2007:543)5) Edema pada kaki

Tujuan : Ibu mengerti penyebab dan cara mengatasi oedema.KH : Ibu tidak gelisah, bengkak pada kaki berkurang atau

mengempis.Intervensi : a) Jelaskan pada ibu perubahan fisiologis yang menyebabkan

oedem.R : Pengetahuan ibu bertambah, ibu tidak cemas.

b) Anjurkan ibu untuk menghindari pakaian yang ketat. R : Pakaian yang ketat akan menghambat aliran darah balik dari

tungkai ke tubuh bagian atas. c) Anjurkan ibu untuk istirahat dengan kaki lebih tinggi dari badan

(elevasi tungkai teratur setiap hari)R : Meningkatkan aliran balik vena sehingga kaki tidak oedem.

d) Anjurkan ibu untuk tidak memakai penopang perut. (penyokong atau korset abdomen maternal) R : Penggunaan penopang perut dapat mengurangi tekanan

pada akstrimitas bawah (melonggarkan tekanan pada vena-vena panggul) sehingga aliran darah balik menjadi lancar.

(Varney,2007:540)

Page 72: BAB II Revisis Bagan

72

f. ImplementasiMerupakan penatalaksanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan yang dirumuskan.

g. EvaluasiSuatu proses akhir menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan diagnosa dan masalah, perencanaan, dan penatalaksanaan. Untuk keberlangsungan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, dilanjutkan sampai bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB, maka perlu diikuti dengan dokumentasi metode SOAP.

2.2.2. Persalinana. Pengkajian

1) Data Subjektif a) Keluhan Utama

Keluhan atau alasan utama wanita dating ke rumah sakit ditentukan dengan wawancara. Keluhan utama dapat berupa kantong airnya pecah dengan atau tanpa kontraksi. Pada kasus ini, ia dating untuk pemeriksaan obstetric (atau untuk diobservasi). Klien diminta untuk menjelaskan hal-hal berikut : frekuensi dan lama kontraksi, lokasi dan karakteristik rasa tidak nyaman karena akibat kontraksi (misalnya sakit pinggang, rasa tidak enak pada supra pubis), menetapnya kontraksi meskipun terjadi perubahan posisi saat ibu berjalan atau berbaring, keberadaan dan karakter rabas atau show dari vagina, status membrane amnion (misalnya semburan atau rembesan cairan apabila diduga cairan amnion telah keluar, tanyakan tanggal dan jam pertama kali cairan keluar, tanyakan juga warna cairan)

(Bobak, 2005 : 302-303)b) Alasan Datang

Klien datang dapat berupa keluar darah bercampur slem (lendir), keluar air – air dari kemaluan dengan atau tanpa kontraksi. Selain itu klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, perasaan selalu ingin buang air kecil, bila buang air kecil hanya sedikit – sedikit. (Manurung, 2011: 194)

c) Riwayat Kehamilan saat iniDilakukan review catatan perkembangan kehamilan saat ini (HPHT, tafsiran persalinan, usia kehamilan saat ini dan masalah kehamilan saat ini: ketuban pecah dini, hipertensi, preeklampsia – eklampsia, DM gestasional, perdarahan pervaginam).Rasionalnya, perawat/bidan perlu mengidentifikasi adanya faktor – faktor resiko yang ditemukan saat kehamilan sekarang berdasarkan pengalaman masa lalu. Selain itu, mengidentifikasi usia kehamilan saat ini matur atau imatur

Page 73: BAB II Revisis Bagan

73

guna merencanakan persalinan yang akan dijalani dapat ditetapkan saat ini.

(Manurung, 2011: 196 - 197) d) Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari

Meliputi : pola nutrisi ( makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), personal hygiene, aktivitas dan istirahat.Rasionalnya, kebiasaan sehari – hari selama hamil yang tidak baik dapat memperberat kondisi ibu dan janin selama proses persalinan. Kondisi ini memungkinkan proses pengeluaran bayi perlu penanganan yang khusus guna mempertahankan kondisi ibu dan janin sejahtera. (Manurung, 2011: 196)Karena ibu memasuki proses yang sangat membutuhkan energy, pertanyaan yang harus diajukan adalah apakah ia mengalami kesulitan tidur akhir-akhir ini dan juga makanan apa yang ia makan baru-baru ini. (Fraser, 2011: 437)

e) Respon PsikososialPerlu ditanyaka mengenai kebutuhan support sistem (pendamping di kamar bersalin), kebutuhan praktek budaya dalam menyambut kelahiran bayi, tingkat kecemasan, penerimaan klien dan keluarga terhadap kelahiran bayi, interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya, dan kebutuhan informasi terhadap proses kelahiran (persalinan)Rasionalnya, proses kelahiran adalah suatu hal yang fisiologis, namun persalinan tersebut dapat menjadi faktor stressor yang mengganggu proses persalinan. (Manurung, 2011: 195 - 196)

1) Data Obyektifa) Pemeriksaan Umum ibu bersalin meliputi :

Keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital: TD, nadi, pernafasan, tinggi badan, berat badan.Rasionalnya, ibu bersalin yang sehat tergambar dari kondisi keadaan umum dan kesadaran. Karakteristik lain dilihat dari: tinggi badan kurang dari 145cm terlebih pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara 10 – 12 kg. Suhu badan antara 360 – 370 C, bila suhu lebih dari 370 C dianggap ada kelainan. Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu badan 370 C, 370 C masih dianggap normal karena kelelahan. Keadaan nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, bila suhu naik keadaan nadi akan bertambah pula dapat disebabkan karena adanya perdarahan. (Manurung, 2011: 197 – 198)

b) Pemeriksaan Fisik ibu bersalin meliputi :(1) Kepala dan leher

(a) edema kelopak mata/ wajah : adakah kemungkinan menderita hipoalbuminemia, tanda preeclampsia berat.

Page 74: BAB II Revisis Bagan

74

(b) mata( warna sclera, konjungtiva) : adakah pucat atau cukup merah sebagai gambaran tentang anemianya (Kadar Hb) secara kasar.

(2) Payudara, bentuk, warna areola, kondisi putting, stimulasi kolostrum.Rasionalnya, produksi hormon prolaktin membantu memproduksi ASI. Jika ekskresi prolaktin dari hipofisis anterior telah berlangsung makan akan terlihat dari pengeluaran kolostrum saat distimulus. Pengaruh hormon estrogen dan progesterone, bentuk payudara akan berubah dari segi ukuran, pigmentasi. (Manurung, 2011: 200)

(3)Abdomen, meliputi adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea nigra, strie gravidarum), Tinggi Fundus Uteri (TFU) dengan tangan jika Usia kehamilan lebih dari 12 minggu, dan dengan pita ukuran jika usia kehamilan lebih dari 22 minggu. Palpasi Abdomen untuk mengetahui letak, presentasi, posisi (usia kehamilan lebih dari 28 minggu) penurunan kepala janin (usia kehamilan lebih dari 36 minggu),DJJ janin dengan fetoskop jika usia kehamilan lebih dari 18 minggu (Wafi Nur, dkk. 2009 : 136)

(a) Pembesaran ke atas : Primigravida akibat otot dinding abdomen masih tegang, Tingginya fundus uteri dapat dipergunakan untuk mengukur: -umur kehamilan menurut rumus Mc Donald hukum empat brathow-lomew, -berat janin berdasarkan rumus Johnson.

(b) Bekas luka operasi : Bekas seksio/operasi lainnya yang dapat menjadi lokus minoris resistensi

(Manuaba, 2007: 163)PALPASI UTERUSLeopold I : Untuk menentukan umur kehamilan dengan menentukan TFU dan menentukan bagian janin yang ada di fundus uteri. (Wafi Nur, dkk. 2009 : 138)Menentukan umur kehamilan menurut Mcdonald, umur kehamilan dalam bulan diukur dari panjang antara simfisis pubis dan puncak fundus uteri dalam sentimeter dibagi 31/2

cmLeopold II : untuk menentukan letak janin, apakah memanjang atau melintang, serta menentukan bagian janin yang ada disebelah kanan dan kiri uterus. (Wafi Nur, dkk. 2009 : 139)Leopold III : untuk menentukan bagian terendah (presentasi) janin dan menentukan apakah presentasi janin sudah mulai masuk PAP. (Wafi Nur, dkk. 2009 : 139)Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh masuknya presentasi janin ke PAP. (Wafi Nur, dkk. 2009 : 140)AUSKULTASI

Page 75: BAB II Revisis Bagan

75

DJJ : menilai frekuensi DJJ dalam satu menit, irama (regular/ irregular) dan intensitasnya. Range normal adalah 120 – 160x/ menit.Rasionalnya, biasanya denyut jantung janin mengikuti perubahan kontraksi uterus. Janin dikatakan sejahter selama periode intranatal jika disaat kontraksi terjadi relaksasi (peningkatan DJJ) tapi tidak melampaui batas normal sehingga kita perlu mengobservasi sesering mungkin.

(Manurung, 2011: 209)(4)Ekstremitas meliputi edema tangan dan kaki, pucat pada

kuku jari, varises, reflex patella. (Wafi Nur, dkk. 2009 : 136)Reflek patella :adakah kemungkinan berkaitan dengan kekurangan vitamin B1 atau penyakit saraf. (Manuaba, 2007: 161)Varises : Sering terjadi karena kehamilan berulang, Bersifat herediter.Edema tungkai : Tanda kemungkinan terjadinya preeklamsia, bendungan akibat kepala telah masuk PAP, Tekanan pada vena cava inferior.

(Manuaba, 2007: 163)(5)Genetalia meliputi luka, varises, kondiloma, cairan (warna,

konsistensi, Jumlah, bau) keadaan kelenjar bartholini (pembengkakan, cairan, kista).Nyeri tekan, hemoroid dan kelainan lain. (Wafi Nur, dkk. 2009 : 136) Adakah :(a)Pengeluaran fluor : infeksi dengan diagnosis banding

trichomonas vaginalis atau candida albikans, infeksi vaginosis bakterialis

(b)Kondiloma akuminata : infeksi virus, jika ukurannya besar sebaiknya persalinan melalui SC.

(c)Tanda chadwick : Sebagai akibat terjadinya hipervaskularisasi, warna kebiruan pada vagina

(d)Luka perineum : tanda hamil tidak pasti, bekas episiotomi

(Manuaba, 2007: 163)(6)Inspekulo meliputi keadaan serviks (cairan, darah, luka,

pembukaan) Keadaan dinding vagina (cairan/darah, luka)(7)Pemeriksaan bimanual untuk mencari letak serviks adakah

dilatasi dan nyeri tekan atau goyang.palpasi uterus untuk menentukan ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, nyeri, adanya masa (pada trimester I saja)

(8)Punggung, ada kelainan bentuk/tidak(9)Kebersihan kulit.

(Wafi Nur, dkk. 2009: 138)c) Pemeriksaan Penunjang

Page 76: BAB II Revisis Bagan

76

(1) Pemeriksaan Dalam (VT)(a) Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka

atau massa(benjolan) termasuk kondiloma, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan pervaginam atau mekonium, jika ada perdarahan pervaginam, jangan melakukan pemeriksaan dalam. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban, jika terlihat pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau encer.

(b) Nilai vagina, luka parut divagina mengindikasikan robekan perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya. Nilai pembukaan dan penipisan serviks, pastikan tali pusat dan atau bagian – bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba saat melakukan pemeriksaan dalam. Jika teraba maka ikuti langkah- langkah gawat darurat dan segera rujuk ibu

(c) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut telah masuk ke dalam rongga panggul

(d) Jika bagian terbawah janin adalah kepala, pastikan petunjuknya (ubun – ubun kecil, ubun – ubun besar atau fontanela magma) dan celah (sutura) sagitalis menilai derajat penusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir

(Rukiah dkk, 2009: 81-82)b. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah

Dx : Ny “...” usia ... tahun G... P0000 Ab000 Usia Kehamilan ...-... minggu janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala inpartu kala I fase laten/altif dengan keadaan ibu dan janin baik.

Ds : Diperoleh dari informasi baik auto / allo anamnesis Do : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : ComposmentisTekanan darah : 90/60 - 130/90mmHgNadi : 60 - 100 x/menitSuhu : 36,5 - 37,5 oCPernafasan : 16 - 24 x/menitPalpasi AbdomenLeopold I : TFU .. cm, teraba lunak, kurang bundar, kurang

melenting ( kesan bokong).Leopold II : bagian kiri perut ibu teraba keras, datar seperti

papandan memanjang (punggung).Leopold III : bagian terdahlu teraba keras, bundar (kepala) dan

susah di gerakkan atau di goyangkan (sudah masuk PAP).

Page 77: BAB II Revisis Bagan

77

Leopold IV : sebagian besar bagian terdahulu telah masuk PAP, WHO (teraba 4/5-1/5 bagian)

Auskultasi :120 – 160 x/menit.Pemeriksaan Dalam (VT)Vulva vagina : lendir darahPembukaan : 1 - 10 cm (lengkap)Effeccement : 25% - 100%Ketuban : +/- Bagian terdahulu : kepalaBagian terendah : UUK jam 03.00 – 12.00/09.00 – 12.00Pada bagian terdahulu tidak teraba bagian terkecil janin.Penurunan hodge : I – IV

c. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial1) Perdarahan Intrapartum2) Eklampsia3) Partus lama4) Infeksi Intrapartum5) Persalinan tak maju karena DKP6) Partus lama7) Asfiksia Intrauterus

d. Identifikasi Kebutuhan SegeraMenetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

e. Intervensi Dx : Ny “...” usia ... tahun G... P0000 Ab000 Usia Kehamilan ...-...

minggu janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala inpartu kala I fase laten/altif dengan keadaan ibu dan janin baik.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan maka proses persalinan dapat berjalan lancar dan normal.

Kriteria hasil :a. Proses persalinan menunjukkan kemajuan, yakni pada primi < 12

jam dan pada multi < 8 jamb. Ibu kooperatif setiap 2 jam berkemihc. His adekuat dalam 10 menit durasi semakin lama dan frekuensi

semakin seringd. Ibu dapat menggunakan teknik relaksasie. Ibu tidak berteriak-teriak saat bersalinf. Keluarga mendukung dengan program P4K (menyediakan

kebutuhan persalinan, uang, kendaraan, dan pendonor darah)g. Ibu kooperatif setiap 2 jam berkemihh. Ibu kooperatif minum setiap his mereda

Intervensi : 1) Persipan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi

Page 78: BAB II Revisis Bagan

78

Rasional : untuk menyiapkan beberapa hal (Sondakh,2013:114)2) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat – obatan yang

diperlukan Rasional :Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi, penolong sebaiknya memastikan kelengkapan, jenis, dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai (Sondakh,2013:115)

3) Persiapan rujukan Rasional :Jika terjadi penyulit dalam persalinan, keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan atau bayi (Sondakh,2013:115)

4) Pelayanan asuhan sayang ibuRasional :Asuhan sayang ibu dapat diberikan oleh bidan dengan harapan persalinan akan berlangsung aman dan nyaman sesuai yang diharapkan bidan, ibu dan keluarganya (Sondakh,2013:9)

5) Pengurangan rasa sakitRasional :Metode pengurangan rasa nyeri yang dilakukan secara terus-menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, berbiaya rendah, beresiko rendah, membantu kemajuan persalinan, serta hasil persalinan bertambah baik dan bersifat sayang ibu(Sondakh,2013:116)

6) Berikan dukungan emosionalRasional : Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan secara fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal (Sondakh,2013:116)

7) Mengatur posisi dan beritahu ibu untuk tidak berbaring terlentang lebih dari 10 menitRasional :Hal ini tidak diperbolehkan karena akan menekan vena cava inferior, penekanan ini akan mengakibatkan hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen pada janin, selain itu akan berpengaruh terhadap proses kemajuan persalinan (Sondakh,2013:118)

8) Pemberian cairan dan nutrisiRasional : Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (Sondakh,2013:118)

9) Kebutuhan psikologisRasional : Ketegangan jiwa dan badan ibu juga menyebabkan ibu lekas lelah (Sondakh,2013:90-91)

10) Anjurkan ibu ke kamar mandiRasional :kandung kemih yang penuh dapat meperlambat turunya janin,mengganggu kemajuan persalinan, meningkatkan resiko perdarahan pascapersalinan karena atonia uteri, dan dapat meningkatkan resiko infeksi saluran kemih (Sondakh, 2013:119)

Page 79: BAB II Revisis Bagan

79

11) Pencegahan infeksiRasional :Kepatuhan dalam menjalankan tindakan – tindakan pencegahan infeksi yang baik, juga akan melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi (Sondakh, 2013:120)

12) Persiapan persalinanRasional: Sebelum persalinan, banyak hal yang perlu dipersiapkan yang bersifat beragam. (Sondakh,2013:120)

13) Pengisian partografRasional :Partograf adalah alat bantu untuk membantu untuk mengobservasi kemajuan kala I persalinan berlanjut ke kala II, kala III dan kala IV sekaligus memberikan informasi untuk membuat keputusan klinik.

f. ImplementasiMerupakan penatalaksanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan yang dirumuskan.

g. EvaluasiSuatu proses akhir menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan diagnosa dan masalah, perencanaan, dan penatalaksanaan. Untuk keberlangsungan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, dilanjutkan sampai bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB, maka perlu diikuti dengan dokumentasi metode SOAP.

Catatan PerkembanganKala IIa. Data Subjektif

Data subjektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalianan kala II adalah pasien mengatakan ingin meneran (Sulistyawati dan Esty,2010:233)

b. Data Objektif1) Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh yang menggambarkan

suasana fisik dan psikologis pasien menghadapi kala II persalinan

2) Vulva dan anus membuka, perineum meninjol3) Hasil pemantauan kontraksi

a) Durasi lebih dari 40 detikb) Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menitc) Intensitas kuatd) Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa pembukaan

serviks sudah lengkap (Sulistyawati dan Esty,2010:233)

c. AnalisaDx : Ny “...” usia ... tahun G... P0000 Ab000 Usia Kehamilan ...-...

minggu janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala inpartu kala II

Diagnosa potensial:

Page 80: BAB II Revisis Bagan

80

1) Kala II lama2) Asfiksia intrauterus3) Asfiksia pada bayi4) Infeksi intrauterus

Identifikasi Kebutuhan SegeraPerumusan diagnosis potensial bertujuan untuk memberikan patokan bagi bidan dalam hal antisipasi serta persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum merujuk jika memang langkah merujuk benar-benar diputuskan sebagai langkah yang paling tepat

d. Penatalaksanaan1) Persiapan Penolong persalinan

Rasional : salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi (Rukiyah dkk, 2009:104)

2) Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahanRasional : Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi, penolong sebaiknya memastikan kelengkapan, jenis, dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai (Sondakh,2013:115)

3) Penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayiRasional : Siapkan lingkungan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan pada bayi baru lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri (Rukiyah dkk, 2009:104)

4) Persiapan ibu dan keluargaRasional : dalam memenuhi upaya asuhan sayang ibu, maka anjurkan kepada keluarga agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran bayinya (Rukiyah dkk, 2009:104)

5) Bersihkan perineum ibuRasional : bersihkan perineum ibu adalah praktik terbaik pencegahan infeksi pada kala II persalinan diantaranya adalah melakukan pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (Rukiyah dkk, 2009:104)

6) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihRasional : Kandung kemih yang penuh mengganggu penurunan kepala bayi, menghalangi lahirnya plasenta dan perdarahan pasca persalinan(Rukiyah dkk, 2009:104)

7) AmniotomiRasional : apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi (Rukiyah dkk, 2009:104)

8) Pertolongan persalinan

Page 81: BAB II Revisis Bagan

81

Rasional : Gejala dan tanda kala II merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai (Rukiyah dkk, 2009:104)

Kala IIIa. Data Subyektif

1) Ibu menanyakan bagaimana keadaan bayinya2) Ibu mengatakan tentang jenis kelamin bayinya

b. Data Obyektif1) Ibu tampak puas meski dalam keadaan lelah

c. AnalisaDx : Ny “...” usia ... tahun P…. Ab… inpartu kala IIIDiagnosa potensial:1) Gangguan Kontraksi pada kala III2) Retensio sisa plasentaIdentifikasi Kebutuhan Segera1) Rangsangan putting susu2) Pengeluaran plasenta secara lengkap

d. Penatalaksanaan

1) Informasikan pada ibu bahwa ibu sudah memasuki persalinan kala IIIRasional : berikan informasi pada ibu bahwa rasa mulas yang ibu rasakan adalah normal karena ari-arinya belum keluar, supaya ibu tenang (Rukiyah dkk,2009:197)

2) Lakukan manajemen aktif kala IIIRasional : menajemen aktif kala III untuk mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus danmempersingkat waktu kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, mengurangi kejadian restensio plasenta (Rukiyah dkk,2009:146)

3) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan ibu makan dan minumRasional : makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi, dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan atau membuat kontraksi menjadi teratur dan kurang efektif (Rukiyah dkk,2009:72)

4) Lakukan massase Rasional : Massase dilakukan untuk mempertahankan kontraksi uterus

(Sulistyawati dan Esti, 2013:180)Kala IVa. Data subyektif

1) Ibu mengatakan perutnya masih mules

Page 82: BAB II Revisis Bagan

82

b. Data obyektif1) Ibu tampak lelah2) Plasenta lahir pukul ….3) TFU berada dibawah pusat4) Kontraksi baik/keras

c. AnalisaDx : Ny “...” usia ... tahun P…. Ab… inpartu kala IVDiagnosa potensial:1) hipotoni sampai dengan atonia uteri2) Perdarahan karena robekan serviks3) Syok hipovolemik dan hemoragiaIdentifikasi Kebutuhan Segera1) Eksplorasi sisa plasenta2) KBI dan KBE3) Pemberian infuse dan uterotonika

d. Penatalaksanaan 1) Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu sudah

melahirkan dengan selamatRasional : informasi yang diberikan akan membuat ibu senang karena bayi dan plasentanya sudah lahir (Rukiyah dkk, 2009: 199)

2) Lakukan evaluasi uterus, konsistensi dan atonia uteriRasional : uterus seharusnya terasa keras (kaku) bila diraba, uterus yang lembek dan berayun menunjukkan uterus tidak berkontraksi dengan baik, dengan kata lain mengalami atonia uteri (Rukiyah dkk, 2009: 156)

3) Pemeriksaan serviks, vagina dan perineumRasional : jika pada jalan lahir nampak perdarahan terus menerus atau memancar perlu dicurigai adanya laserasi vagina atau serviks (Rukiyah dkk, 2009: 157)

4) Bersihkan ibu Rasional : membersihkan ibu dan mengganti pakaian yang bersih dan kering supaya ibu merasa nyaman (Rukiyah dkk, 2009: 199)

5) Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman Rasional : dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan atau membuat kontraksi menjadi teratur dan kurang efektif (Rukiyah dkk, 2009:72)

6) Dekontaminasi alat-alat partus Rasional : pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Rukiyah dkk,2009:73)

7) Pemantauan dan evaluasi lanjutRasional : pemantauan dilakukan sehingga semaunya berjalan stabil dalam batas-batas normal (Rukiyah dkk, 2009: 157)

2.2.3. Nifas

Page 83: BAB II Revisis Bagan

83

a. Pengkajian 1) Data Subyektif

a) Pola kebiasaan sehari-hari(1) Istirahat

Istirahat/tidur sangat diperlukan untuk mengembalikan kelelahan setelah proses persalinan. Kebutuhan istirahat/tidur normal dalam sehari + 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari (Depkes RI, 1998).

(2) AktivitasKlien PP dengan ku baik tanpa kelainan sebaiknya melakukan mobilsasi 2 jam PPsecara bertahap dimulai miring kanan-kiri, duduk berdiri kemudian berjalan. (Hamilton, 1999)Senam nifas baik untuk membantu kembalinya organ tubuh seperti sebelum hamil secara optimal. (Saifuddin, 1999)Senam nifas dapat dilakukan selama 6 jam PP untuk ibu yang sehat & tidak ada kelainan. (Manuaba, 2000)

(3) NutrisiIbu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akangizi sebagai berikut:(a)Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500

kalori tiap hari(b)Makan dengan dietgiziseimbang untuk memenuhi

kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral

(c)Cairan peroral tidak boleh dibatasi , tetapi ditingkatkan (Medforth,2012:458). Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (Hesty Widyasih, 2012: 101).

(d)Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum(e)Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unitZat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain:Kalori, Protein, Kalsium dan vitamin D, Magnesium, Sayuran hijau dan buah, Karbohidrat kompleks, Lemak, Garam, Cairan, Vitamin, Zinc, DHA.Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya.gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, dan mudah terkena infeksi. kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulangn (Dewi, 2011: 72).

(4) Eliminasi

Page 84: BAB II Revisis Bagan

84

Inspeksi awal urine untuk mendeteksi warna, kejernihan, dan bau akan memberikan informasi berguna jika infeksi dicurugai terjadi (Medforth,2012:459). Tanyakan ibu apakah ia berkemih secara normal dan apakah terdapat ketidaknyamanan atau inkontinensia stres (Medforth,2012:458).Defekasi seharusnya kembali normal dalam 2-3 hari setelah melahirkan (Medforth,2012:456). Pola berkemih dan buang air besar termasuk frekuensinya. Perubahan frekuensi dan konsistensi feses harus divalidasi (Varney,2008:972).

b) KebersihanPada masa nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, baju, alas tempat tidur & lingkungan terutamadae generatulia untuk mencegah infeksi pada bekas episiotomi & jalan lahir, kebersihan menae juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi infeksi (Depkes RI, 1998).

c) Pola seksualCoitus boleh dilakukan setelah 40 hari PP menurut ajaran agama atau ketika rasa nyeri sudah hilang (Saifudin, 1998).

d) Keadaan psikososialUntuk mengetahui respon ibu dan keluaga terhadap bayinya.wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. depresi tersebut sering disebut sebagai post partum blues. post partum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. (Ambarwati,2008: 134-135)

e) Latar belakang sosial BudayaKepercayaan terhadap tahayul,upacara adat yang pernah dilakukan ada pantangan makanan atau tidak.

2) Data Obyektifa) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik,Cukup atau lemahKesadaran : ComposmentisTanda-Tanda VitalTD : Tekanan darah harus kembali ke batas normal dalam

24 jam setelah kelahiran. Kecuali tekanan darah meningkat di masa sebelum kehamilan, selama kehamilan, dan atau selama persalinan (Medforth,2012:452). Normalnya 100/60 – 130/90 mmHg. Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi

Page 85: BAB II Revisis Bagan

85

keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit – penyakit lain yang menyertai dalam 2 bulan pengobatan. (Ambarwati,2008: 139)

Nadi :Normalnya 60 – 90x/mnt. Denyut nadi diatas 100 X/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis. beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami brakikardi puerperial, yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40-50X/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan hal itu adalah suatu kelainan. (Ambarwati,2008: 138)

Suhu : Normalnya 365 – 375 ºC. peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, serlain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. kenaikan suhu yang mencapai > 380 C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi. (Ambarwati,2008: 138)

RR : Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum.Normalnya 16 – 24 x/mnt. (Varney, 2008: 961)

BB/TB: Wanita mengalami penurunan berat badan rata-rata 12 pon (4,5 kg) pada waktu melahirkan. Wanita dapat kembali mengalami penurunan berat badan sebanyak 5 pon selama minggu pertama pascapartum karena kehilangan cairan (Varney, 2008: 961).

b) Pemeriksaan Fisik(1) Inspeksi :

(a) Payudara : bersih, puting menonjol, hiperpigmentasi areola mammae. Adanya air susu, kesimetrisan payudara, cedera putting susu seperti pecah-pecah atau melepuh (Varney,2008:974)

(b) Abdomen: Tampak striae lividae. Pengkajian diastasis rekti (Varney,2008:974)

(c) Genitalia : Tampak luka jahitan/tidak, tidak ada tanda infeksi pada jahitan, pengeluaran lochealochea normal : merah hitam(lochea rubra),bau biasa,tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah

Page 86: BAB II Revisis Bagan

86

beku, jumblah perdarahan ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)lochea abnormal: merah terang,bau busuk,mengeluarkan darah beku,perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam) (Ambarwati,2008: 140-141).

(d) Rektum : pengkajian adanya hemoroid residu (Varney,2008:974)

(e) Ekstremitas: pemeriksaan tungkai terhadap adanya varikosa, edema persisten (Varney,2008:974). oedema (-/+),varises (-/+)

(f) Warna kulit dan jenis kulitnya secara keseluruhan misalnya kemerahan, pucat (Medforth,2012:457)

(2)Palpasi :(a) Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, kolostrum

sudah keluar atau belum, teraba pembengkakan abnormal/tidak

(b) Abdomen : bagaimana kontraksi uterus, kandung kemih kososng/tidak, TFU sesuai masa involusi/tidak, diastasis rectus abdominalis (-)Terjadi penurunan bertahap sebesar 1 cm/hari.Dihari pertama uteri berada 12 cm diatas simpisis pubis dan pada hari ke-7 sekitar 5 cm diatas simpisis pubis.Pada hari ke-10 uterus hampir tidak dapat dipalpasi atau bahkan tidak terpalpasi (Medforth,2012:452).

Tabel 3.1Tinggi fundus dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi TFU Berat

Bayi Lahir Setinggi pusat 1000grUri lahir 2 jari dibawah pusat 750gr1 minggu Pertengahan pusat dan symfisis 500gr2 minggu Tidak teraba diatas symfisis 350gr6 minggu Bertambah kecil 50gr8 minggu Sebesar normal 30gr

Sumber: Hesty (2012:78)

(c) Ekstremitas : oedema (-/+), varises (-/+), tanda Homan (-)

(Manuaba,2010:192)(3)Auskultasi :

Dada : ronchi (-/+), wheezing (-/+), rales (-/+)(4)Perkusi :

Refleks patela (-/+)

b. Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Page 87: BAB II Revisis Bagan

87

Dx : Ny. “...” P.... Ab.... post partum hari ke...DO : Keadaan Umum

Kesadaran : composmentisTD : 90/60 – 130/90 mmHgNadi : 60-90x/menitRR : 16-24x/menitSuhu : 36,50-37,50 CASI : kolostrum sudah keluar/belumKontraksi : turun/tidakLochea : lochea rubra-alba

Masalah :1) Mulas pada perut sehubungan dengan proses involusi uteri

DS : Ibu mengatakan perutnya terasa mulasDO : Uterus teraba keras dan tegang, TFU sesuai masa involusi

2) Pengeluaran lochea yang tidak lancarDS : Ibu mengatakan pengeluaran darahnya tidak lancarDO : Genitalia : jumlah lochea tidak sesuai dengan waktu

3) Nyeri pada luka jahitan perineum/episiotomiDS : Ibu mangatakan terasa nyeri pada luka jahitan, terutama

jika digunakan ketika bergerakDO : Muka : saat bergerak ibu tampak menyeringai menahan

nyeriGenitalia :tampak adanya luka jahita perineum

4) Adanya bendungan ASI pada payudaraDS : Ibu mengatakan payudaranya terasa nyeriDO : Inspeksi, payudara tampak tegang dan penuh

Palpasi, terdapat nyeri tekan pada payudara5) Ketakutan ibu untuk BAB dan BAK akibat luka jahitan

DS : Ibu mengatakan takut untuk BAB dan BAK karena takut terasa nyeri

DO :Tampak adanya luka jahitan pada jalan lahir, teraba kandung kemih penuh

6) Gangguan psikologis pada ibu nifas seperti khawatir, merasa keletihan setelah melahirkanDS : Ibu mengatakan badannya terasa letih dan lemasDO : Ibu tampak keletihan dan wajahnya pucat

7) Kurangnya pengetatahuan ibu tentang cara menyusui yang benarDS : Ibu mengatakan tidak tahu cara menyusui yang benarDO : Ibu tampak kerepotan memegangi bayinya saat menyusu

Saat menyusu, bayi hanya menghisap puting saja

c. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial1) Involusi uterus2) Haemorage Post Partum (HPP)3) Infeksi nifas4) Pre eklampsia – eklampsia pasca partum

Page 88: BAB II Revisis Bagan

88

5) Mastitis6) Postpartum blues

d. Identifikasi kebutuhan segeraMenetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

e. IntervensiDx : Ny.”...” P... Ab..... hari postpartumTujuan : 1) ibu mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan fisiologis

yang terjadi2) tidak terjadi infeksi3) masa nifas berjalan normal, ibu dan bayi dalam keadaan sehatKriteria hasil :1) TD : 90/60 – 130/90 mmHg2) Suhu : 36,50 – 37,50 C3) Kontraksi uterus baik, uterus teraba tegang dan keras, 4) Tidak terjadi perdarahan post partum. 5) Tidak terjadi gangguan dalam proses laktasi→pengeluaran ASI

lancar.6) Tidak ada bendungan ASI dan mastitis.7) TFU sesuai masa involusi.8) Pengeluaran Lochea Normal sesuai masa involusiIntervensi:1) Beri tahu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu

R : meningkatkan partisipasi ibu dalam pelaksanaan intervensi, selain itu penjelasan dapat menurunkan rasa takut dan meningkatkan kontrol terhadap situasi

2) Komunikasikan perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifasR : dengan mengetahui perubahan – perubahan yang terjadi, ibu dapat mengurangi kecemasan dan ibu lebih kooperatif

3) Ajarkan kepada ibu cara untuk mengurangi ketidaknyamananan yang terjadi pada masa nifas.R :Terdapat beberapa ketidaknyaman pada masa puerperium, meskipus di anggap normal tetpapi ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan distress fisik yang bermakna (Varney, 2008 : 974).

4) Motivasi ibu untuk istirahat cukup. Istirahat dan tidur yang adekuat (Medforth,2012:461)R : persalinan adalah proses yang melelahkan, ketenangan, istirahat, dapat mengurangi kelelahan.

5) Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, zat besi dan vitamin. Diet seimbang (Medforth,2012:461)R : protein membantu penyembuhan dan regenerasi jaringan baru, zat besi membanntu sintesis hemoglobin dan vitamin C

Page 89: BAB II Revisis Bagan

89

memfasilitasi absorbsi besi dan diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Cairan dan nutrisi yang adekuat penting untuk laktasi, untuk membantu aktifitas gastrointestinal normal, dan mendapatkan kembali defekasi normal dengan segera (Medforth,2012:457).

6) Lakukan latihan pascanatal dan penguatan untuk melanjutkan latihan selama minimal 6 minggu (Medforth,2012:461). Latihan pengencangan abdomen, latihan perineum (Varney, 2008:978)R : latihan ini mengembalikan tonus otot pada susunan otot panggul (Varney,2008:976). Ambulasi dini untuk semua wanita adalah bentuk pencegahan (thrombosis vena profunda dan tromboflebitis superficial) yang paling efektif (Medforth,2012:478).

7) Berikan informasi tentang perawatan payudara. Informasikan ibu agar cukup melakukan hygiene personal yang adekuat (pada area putting) (Medforth,2012:468)R : perawatan payudara kelainan payada ibu post partum diperlukan agar proses laktasi lancar dan tidak ada gangguan/ kelainan payudara

8) Menjelaskan ibu tanda bahaya masa nifas meliputi demam atau kedinginan, perdarahan berlebih, nyeri abdomen, nyeri berat atau bengkak pada payudara, nyeri atau hangat pada betis dengan atau tanpa edema tungkai, depresi (Varney,2008:978). R : Deteksi dini adanya komplikasi masa nifas

9) Memberikan informasi mengenai macam KB dan efeknya pada klienR : dengan diberikan informasi tentang macam dan efek KB, ibu mendapatkan pengetahuan dan dapat mempunyai gambaran tentang jenis KB apa yang akan digunakan nantinya

10) Jelaskan pada ibu tentang kunjungan berkelanjutan (Medforth,2012:459), diskusikan dengan ibu dalam menentukan kunjungan berikutnya, 1 minggu lagi jika ada keluhan.R : Pemantauan yang rutin dapat mendeteksi secara dini adanya kelainan pada masa nifas. Melanjutkan kontak dengan professional asuhan kesehatan untuk dukungan personal dan perawatan bayi (Medforth,2012:461).

f. ImplementasiMerupakan penatalaksanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan yang dirumuskan.

g. EvaluasiSuatu proses akhir menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan diagnosa dan masalah, perencanaan, dan penatalaksanaan.

Page 90: BAB II Revisis Bagan

90

Untuk keberlangsungan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, dilanjutkan sampai bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB, maka perlu diikuti dengan dokumentasi metode SOAP.

2.2.4. Bayi Baru Lahira. Pengkajian

7) Data Subjektifa) Riwayat kesehatan bayi baru lahir

(1) Faktor genetikMeliputi kelainan/gangguan metabolik pada keluarga dan sindroma genetik.

(2) Faktor maternal (ibu)Meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus, RH/isoimunisasi.

(3) Faktor antenatalMeliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preklampsia, infeksi, perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion.

(4) Faktor perinatal Meliputi premature/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium, amnionitis, Ketuban Pecah Dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan. (Muslihatun, 2013: 180-181)

8) Data Objektifa) Pemeriksaan umum

Tanda-tanda vital(1) Denyut jantung : frekuensi 120-160 (normal)(2) Suhu : 36.5 – 37.2 0C (normal)(3) Pernapasan : frekuensi 30-60 kali per menit (normal)

b) Pemeriksaan Antropometri(1) Berat badan : 2500-4000 gram (normal)(2) Panjang badan : 45-55 cm (normal)(3) Lingkar kepala : 32-36.8 cm (normal) (4) Lingkar dada : 2 cm < LIKA ± 30-33 cm (normal)

(Bobak, 2005: 387)(5) Lingkar lengan atas : 10-11 cm (normal)

(Sondakh, 2013: 164)c) Pemeriksann fisik

(1) Kepala :Hal-hal yang harus diperiksa:

(a) Bentuk dan kesimetrisan(b) Proporsi terhadap tubuh dan wajah

Page 91: BAB II Revisis Bagan

91

(c) Fontanel anterior menutup pada usia 9-12 bulan, dan fontanel posterior dapat menutup pada saat bayi lahir atau pada sekitar 4 bulan. Fontanel harus datar: penonjolan mengindikasikan peningkatan tekanan intracranial dan depresi mengindikasikan dehidrasi

(d) Terdapat molase (tumpang tindih tulang oksipital dan tulang frontal oleh tulang parietal)

(e) Terdapat sefalhematoma. Didapat selama persalinan dan pelahiran, perdarahan subperiosteum, perdarahan subperioteum ini terbatas pada satu tulang, biasanya tulang parietal, dan tidak menindih sutura. Sefalhematoma ini berlangsung sekitar 8 minggu

(f) Kaput suksedaneum adalah pembengkakan kulit kepala, yang terlihat melalui serviks. Memar dapat terlihat. Kaput dapat menindih garis sutura.

(2) Rambut :Hal-hal yang harus diperiksa:

(a) Tekstur, arah pertumbuhan(b) Distribusi. Rambut dibawah lipatan leher mengesankan

sindrom-sindrom yang berhubungan dengan leher pendek dan/atau webbed neck.

(c) Lesi kulit kepala. Aplasia kutis kongenita merupakan suatu kelainan kulit kepala.

(d) Warna. Perhatikan keserasian dengan ras. Rambut merah pada bayi kulit hitam misalnya, dapat menunjukkan albinisme. Perhatikan keseragaman, sejumput ranbut putih tepat diatas kening, misalnya, dapat dihubungkan dengan ketulian dan retardasi mental.

(3) Wajah :Hal-hal yang harus diperiksa:(a) Bentuk dan ekspresi(b) Bulu mata dan alis mata(c) Simetris pada saat istirahat dan selama menangis dan

menghisap. Ketidaksimetrisan dapat terjadi akibat hipoplasi atau palsi pada saraf ketujuh.

(4) Mata :Hal yang harus diperiksa:

(a) Letak dan kesimetrisan. Mata yang terpisah jauh dapat dihubungkan dengan sindrom congenital

(b) Sklera. Pada kondisi normal jernih, tetapi bisa berwarna kuning disertai ikterik, hemoragik akibat trauma lahir

(c) Konjungtiva. Perdarahan kecil sering terjadi. Peradangan bisa muncul akibat profilaksis eritromisin

(d) Pupil. Sama dan rekatif setelah usia 2-3 minggu(e) Glaukoma kongenital. Dibuktikan oleh fotofobia, air mata

berlebihan, kornea buram, atau mata terlihat lebar.

Page 92: BAB II Revisis Bagan

92

(5) Telinga :Hal yang harus diperiksa:

(a) Simetris dan sejajar. Insersi normal adalah jika telinga berada pada satu garis imajiner melalui kantus dalam dan luar mata. Telinga letak rendah dapat mengindikasikan sindrom congenital, sering kali disertai defek ginjal

(b) Bentuk. Pembentukan kartilago mengindikasikan maturitas

(c) Pendengaran. Bayi menengok kearah bisikan; terlihat terkejut sebagai respon terhadap suara keras. Khususnya pada kasus kelainan kepala dan leher, riwayat tuli pada keluarga, berat lahir sangat rendah, asfiksia berat, infeksi janin, dan sindrom lain yang terkait dengan tuli.

(6) Hidung :Hal yang harus diperiksa:

(a) Posisi dan bentuk. Posisi menyimpang dari garis tengah atau tulang hidung yang mendatar atau bengkok dapat mengindikasikan sindrom congenital

(b) Lubang hidung. Dikaji untuk melihat bentuk, kesimetrisan dan kepatenan. Satu lubang hidung tersumbat pada satu waktu dan pernapasan terlihat melalui lubang hidung yang terbuka sehingga menyingkirkan kemungkinan atresia koanal yang menyebabkan gawat napas berat pada bayi.

(7) Mulut :Hal yang harus diperiksa:

(a) Ukuran dan bentuk. Mulut seperti burung terlihat pada sindrom alkohol; mulut kecil, mikrostomia, terlihat pada sindrom down; mulut yang lebar, makrostomia, terlihat pada gangguan metabolik.

(b) Bibir. Harus terbentuk penuh, filtrum yang memanjang (alur dari hidung hingga bibir atas) dapat mengindikasikan sindrom congenital

(c) Gusi. Gigi yang tumbuh sebelum waktunya jarang ditemui pada mulut bayi baru lahir normal dan akan tanggal sebelum gigi susu muncul; gigi juga dapat muncul pada sindrom congenital

(d) Membran mukosa. Perhatikan kelembaban, pengeluaran saliva yang berlebihan mengindikasikan atresia esophagus. Sariawan diidentifikasi dengan adanya bercak putih dan abu-abu.

(8) Lidah :Yang harus diperhatikan yakni ukuran, proporsi, warna, lapisan pelindung, gerakan, dan tonus.

(9) Leher :Hal-hal yang harus diperiksa:

Page 93: BAB II Revisis Bagan

93

(a) Gerakan. Rentang pergerakan harus memungkinkan bayi memutar dagu ke tiap-tiap bahu

(b) Perhatikan adanya pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis.

(10)Lengan :(a) Panjang. Proporsional (harus mencapai paha atas) dan

sama dikedua sisi(b) Gerakan lengan dan jari-jari(c) Pengisian ulang kapiler, normalnya ≤ 3 detik

(11)Dada :Hal-hal yang harus diperiksa:(a) Bentuk dan kesimetrisan(b) Perkembangan areola, letak putting susu. Letak putting

yang berjauhan terlihat pada sindrom turner(c) Keberadaan jaringan payudara. Dipengaruhi oleh status

nutrisi, simpanan lemak, dan maturitas. Produksi susu (witches milk) yang disebabkan oleh estrogen ibu, berhenti setelah 1-2 minggu.

(d) Pernapasan. Tanda gawat napas meliputi mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi otot-otot interkosta dan sternum,

(12) Abdomen :Hal-hal yang harus diperiksa:(a) Ukuran dan bentuk. Normalnya menonjol, bentuk datar

dapat berhubungan dengan hernia diafragmatik, dengan organ abdomen berada dirongga dada, distensi abdomen menandakan penyakit saluran cerna, perhatikan adanya massa

(b) Limpa. Ujungnya jarang dapat teraba.(13) Genetalia :

(a) Rektum harus paten, terlihat dari pengeluaran mekonium dalam 12 jam setelah lahir,

Genetalia Wanita(a) Labia mayora harus menutupi labia minora dan klitoris

pada bayi cukup bulan(b) Klitoris normal memiliki panjang 1 cm atau lebih pendek.

Klitoris yang sempurna dicapai pada minggu ke-27, pada bayi imatur atau bayi kurang gizi klitoris ini dapat terlihat hipertrofi karena struktur sekitarnya tidak sempurna akibat keterbatasan simpanan lemak

(c) Vagina harus paten. Rabas yang mengandung darah dari vagina disebabkan oleh estrogen ibu,

Genetalia Pria(a) Perhatikan ukuran dan rugae pada skrotum. Skrotum dapat

membesar karena trauma pada pelahiran dengan presentasi bokong atau akibat ada hidrokel sementara

Page 94: BAB II Revisis Bagan

94

(b) Penurunan testis harus dikonfirmasi. Setidaknya ada satu testis pada palpasi saluran atau pada skrotum dibayi yang lahir cukup bulan. Ketidaksimetrisan menunjukkan adanya hidrokel atau hernia testis

(c) Dibawah penis harus ada garis fusi linea mediana(d) Perhatikan posisi muara uretra. Hipospadia adalah muara

uretra ventral, sedangkan epispadia merupakan muara uretra dorsal.

(14) Punggung :Hal yang harus diperhatikan:(a) Lengkung spinal dan integritasnya. Setiap muara sinus,

jumputan rambut, tonjolan, atau hemagioma diatasnya atau nevi berpigmentasi menandakan minigemiokel.

(15) Ekstremitas bawah:Hal yang haru diperhatikan:(a) Rentang pergerakan dan gerakan panggul(b) Lokasi lutut simetris(c) Panjang tungkai sama panjang, panjang kaki yang tidak

sama menandakan dislokasi tungkai yang lebih pendek.(Sinclair, 2009: 330-340)

b. Identifikasi Diagnosa dan MasalahDiagnosis : bayi baru lahir normal, umur… jamData subjektif : bayi lahir tanggal… jam… dengan normalData objektif :

Denyut jantung : frekuensi 120-160 (normal)Suhu : 36.5 – 37.2 0C (normal)Pernapasan : frekuensi 30-60 kali per menit (normal)Berat badan : 2500-4000 gram

c. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial1) Hipotermi2) Infeksi3) Asfiksia4) Ikterus

(Sondakh, 2013: 165)d. Identifikasi Kebutuhan Segera

1) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan tidak memandikan bayi setidaknya 6 jam dan membungkus bayi dengan kain kering, bersih, dan hangat agar tidak infeksi dan hipotermi

2) Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi dengan metode kangguru

3) Menganjurkan ibu untuk segera member ASI(Sondakh, 2013: 165)

e. IntervensiDiagnosis : bayi baru lahir normal, umur… jamTujuan : - bayi tetap dalam keadaan normal

- bayi tidak mengalami infeksi dan hipotermi

Page 95: BAB II Revisis Bagan

95

Kriteria hasil:1) Bayi dalam keadaan sehat2) TTV dalam batas normal

Denyut jantung : frekuensi 120-160 (normal)Suhu : 36.5 – 37.2 0C (normal)Pernapasan :frekuensi 30-60 kali per menit (normal)

Intervensi :

1) Lakukan informed consentR/ informed consent merupakan langkah awal untuk melakukan tindakan lebih lanjut

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakanR/ cuci tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi silang

3) Beri identitas bayiR/ identitas merupakan cara yang tepat untuk menghindari kekeliruan

4) Bungkus bayi dengan kain kering yang lembutR/ membungkus bayi merupakan cara mencegah hipotermi

5) Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasaR/ tali pusat yang terbungkus merupakan cara mencegah infeksi

6) Timbang berat badan setiap hari setelah dimandikanR/ deteksi dini pertumbuhan dan kelainan pada bayi

7) Ukur suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan respirasi setiap jamR/ deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi

8) Anjurkan ibu untuk mengganti popok bayi setelah BAK/BABR/ segera mengganti popok setiap basah merupakan salah satu cara untuk menghindari bayi dari kehilangan panas

9) Anjurkan ibu untuk memebrikan ASI eksklusif R/ ASI adalah makanan terbaik bayi untuk tumbuh kembang dan pertahanan tubuh/kebutuhan nutrisi 60 cc/kg/hari

10) Anjurkan ibu cara menyusui yang benar maka bayi akan merasa nyaman dan tidak tersedakR/ dengan posisi menyusui yang benar maka bayi akan merasa nyaman dan tidak tersedak

(Sondakh, 2013: 165)i. Implementasi

Merupakan penatalaksanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan yang dirumuskan.

ii. EvaluasiSuatu proses akhir menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan diagnosa dan masalah, perencanaan, dan penatalaksanaan. Untuk keberlangsungan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, dilanjutkan sampai bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB, maka perlu diikuti dengan dokumentasi metode SOAP.

Page 96: BAB II Revisis Bagan

96

2.2.5. Keluarga Berencanaa. Pengkajian

1) Data subyektifa) Biodata

UmurKombinasi : usia >35 tahun perlu diperhatikan karena dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke dan gangguan pembekuan darah meningkat. (Affandi, 2011:MK-32)Progestin : dapat digunakan usia >35 tahun sampai perimenopause. (Affandi, 2011:MK-44)

b) Alasan datangMengetahui tujuan klien menggunakan KB hormonal yakni untuk menunda, mengatur atau mengakhiri kehamilan. Dan meyakini bahwa klien tidak hamil. Klien tidak hamil apabila tidak senggama sejak haid terakhir, sedang memakai metode efektif secara baik dan baik, dalam 7 hari dalam haid pertama haid terakhir, dalam 4 minggu pasca persalinan, dalam 7 hari pasca keguguran, menyusui dan tidak haid. (Affandi, 2011:U-12)

c) Riwayat kesehatanKombinasi: klien yang tidak diperbolehkan menggunakan KB kombinasi yakni pada ibu dengan riwayat penyakit jantung, stroke, hipertensi (>180/110), kelainan tromboemboli, kencing manis >20 tahun, memiliki penyakit hepatitis, keganasan payudara, kelainan pembuluh darah dan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. (Affandi, 2011:M-38)Progestin : klien yang tidak diperbolehkan menggunakan KB progestin yakni pada ibu yang memiliki riwayat atau sedang menderita kanker payudara, diabetes militus disertai komplikasi dan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. (Affandi, 2011:M-45)

d) Riwayat MenstruasiKombinasi: umumnya mempunyai efek yang menguntungkan antaranya: siklus menjadi teratur, lamanya haid menjadi lebih singkat, jumlah darah haid berkurang, berkurangnya gejala sakit perut, hilangnya atau berkurangnya ketegangan pra haid. (Hartanto, 2004: 127)Progestin: dapat terjadi perdarahan bercak (spotting), dan perdarahan menyerupai haid pada KB Mini-Pil. Sedangkan pada KB suntikan DMPA dan KB implant disertai amenorea. (Hartanto, 2004: 183)

e) Riwayat obstetric

Page 97: BAB II Revisis Bagan

97

Kombinasi : klien yang boleh menggunakan KB kombinasi adalah pada ibu pasca keguguran, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, riwayat kehamilan ektopik, tidak boleh digunakan pada ibu yang hamil atau dicurigai hamil, menyusui eksklusif. (Affandi, 2011: MK-32-33)Progestin : klien yang boleh menggunakan KB kombinasi adalah pada ibu menyusui, setelah melahirkan dan tidak menyusui, pasca keguguran. (Affandi, 2011: MK-30)

f) Riwayat KBRiwayat menggunakan KB hormonal ataupun non hormonal. (Affandi, 2011: MK-38-39)

g) Pola kebiasaan sehari-hari(1) Istirahat/tidur

Gangguan istirahat yang dialami disebabkan efek samping sakit kepala atau pusing. (Varney, 2007: 468)

(2) AktifitasKombinasi : Rasa lesu dan tidak bersemangat melakukan aktifitas karena keluhan dari efek samping hormonal (sakit kepala, mual muntah, dan lain-lain). (Pinem, 2009:280)Progestin : kurang menyebabkan nyeri kepala, tetapi bisa menyebabkan mual. (Affandi, 2011:MK-52)

(3) Personal hygieneCara kerja dengan mengentalkan lender serviks. Efek sampingnya yakni terjadi perdarahan bercak (spooting). (Affandi, 2011:MK-36)

(4) Kehidupan seksualKombinasi : sebagian kecil perempuan mengalami depresi dan perubahan suasana hati sehingga keinginan senggama berkurang. (Pinem, 2009: 257)Progestin : pada penggunaan jangka panjang, terjadi perubahan pada lipid serum sehingga dapat menimbulkan kekeringan pada vagina dan menurunkan libido. (Pinem, 2009: 271)

(5) Riwayat Psikososial(a) Psikologis

Perlu dikaji mengenai interval waktu untuk memiliki anak lagi.

(b) Sosial BudayaPerlu dikaji dampak jumlah anak terhadap keluarganya menurut budaya di lingkungannya. Dan budaya mengenai reproduksi.

(Varney, 2007: 414)2) Data Obyektif

a) Pemeriksaan umum

Page 98: BAB II Revisis Bagan

98

(1) Tanda-tanda vitalTekanan darah : pada awal pemakaian KB suntik tekanan darah harus dalam batas normal, yaitu antara 110/60-120/70 mmHg. Karena beberapa minggu setelah penyuntikan, tekanan darah dapat meningkat antara 10-15 mmHg.Respirasi : pada pemakaian kontrasepsi hormonal (suntik) dapat menyebabkan pernafasan cepat dan dangkal pada ibu dengan kemungkinan mempunyai penyakit jantung atau paru-paru. (Hartanto, 2004 : 169)Berat badan: Dapat meningkat 1-5 kg dalam tahun pertama, tetapi dapat pula menurun. (Hartanto, 2004 : 171)

b) Pemeriksaan fisik(1) Muka :Kombinasi : Tampak adanya jerawat.

(Varney, 2007: 469)(2) Mata : Salah satu efek samping dari penggunaan KB

hormonal terjadi perdarahan bercak. Jika perdarahan ini berlanjut maka bisa menyebabkan konjungtiva putih. Gangguan penglihatan yang dicurigai stroke atau hipertensi perlu persetujuan dokter untuk bisa menggunakan KB ini. (Pinem, 2009: 280)

(3) Payudara : Jika terdapat benjolan abnormal payudara maka perlu dicurigai adanya kanker. Efek samping dari penggunaan KB ini adalah nyeri payudara. Jika mengalami nyeri dada hebat, batuk maka perlu dipastikan bahwa tidak memiliki penyakit jantung atau bekuan darah dalam paru. (Pinem, 2009: 280)

(4) Abdomen: Uterus tak teraba keras yang dicurigai adanya kehamilan. Nyeri abdomen hebat yang perlu dicurigai adanya penyakit kandung empedu, bekuan darah, pancreatitis. (Pinem, 2009;280)

(5) Ekstrmitas: terdapat luka bekas insisi(implan), nyeri tungkai hebat (betis/paha) perlu dicurigai mungkin terjadi sumbatan darah tungkai. (Pinem, 2009;262)

(6) Genetalia: cara kerja dengan mengentalkan lender serviks. Efek sampingnya yakni terjadi perdarahan bercak (spooting). Apabila tidak terjadi bercak/spooting setelah selesai minum pil maka perlu dicurigai kemungkinan hamil. (Affandi, 2011:MK-36)

b. Identifikasi Diagnosa Dan MasalahDiagnoasa: Ibu P…Ab… akseptor ulang atau baru kontrasepsi……DS :Pasien mengeluh sesuai dengan keluhan masing2 alat

kontrasepsiDO : Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 100/70-140/90 mmHgNadi : 72-92 x/mnt

Page 99: BAB II Revisis Bagan

99

Suhu : 36,5-37,5oCRespirasi : 16-24 x/mnt

c. Diagnosa Atau Masalah PotensialTidak ada

d. Identifikasi Kebutuhan SegeraTidak ada

e. Intervensi1) Beritahu kepada akseptor tentang pengertian, efek samping jika

menggunakan KB hormonal dan memintanya menandatangani surat persetujuan (informed consent). (Varney, 2007: 470)R/ Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB mengenai

kontrasepsi yang akan dipakai. (Pinem, 2009: 188)R/ Mendapatpersetujuan dari klien atau keluarga atas informasi dan

penjelasan tindakan medis yang akan dilakukan. (Pinem, 2009: 206)

2) Lakukan pengkajian riwayat kesehatan secara umum, pemeriksaan fisik serta tes laboratorium jika dicurigai hamil.R/ Mengetahui keadaan akseptor bisa dipasang kontrasepsi atau

tidak sesuai dengan kontraindikasi.3) Lakukan penapisan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan

dari nilai normal dan kontraindikasi terhadap penggunaan kontrasepsi.R/ Mengetahui apakah akseptor bisa dipasang kontrasepsi atau

tidak.4) Berikan kontrasepsi sesuai dengan pilihan.

R/ Akseptor puas jika kotrasepsi sesuai dengan yang diinginkan.(Varney, 2007: 470)

5) Jelaskan kembali tentang efek samping yang mungkin terjadi dan menimbulkan ketidaknyamanan pada akseptor.R/ Klien akan mengerti dan akan memudahkan kerjasama dengan

tenaga kesehatan untuk tindakan selanjutnya. (Pinem, 2009: 261)

6) Perkenalkan jenis alat kontrasepsi lain pada klien jika klien merasa tidak puas karena efek samping yang terjadi.R/ Klien akan lebih leluasa untuk menentukan jenis alat kontrasepsi

yang sesuai. (Affandi, 2011:MK-50)7) Buat perjanjian dengan klien bila mengalami gejala yang

membutuhkan perhatian khusus agar dating dan tidak menunggu sampai efek samping hilang. Seperti: pusing berat disertai dengan penglihatan kabur, sesak napas, nyeri abdomen, depresi berat. (Varney, 2007: 476)R/ Agar mendapatkan penangan segera dari efek samping yang

terjadi.

Page 100: BAB II Revisis Bagan

100

8) Atur jadwal dan kunjungan ulangR/ Jadwal yang tepat menjaga kontrasepsi tetap efektif. (Varney,

2007: 470)

f. ImplementasiMerupakan penatalaksanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan yang dirumuskan.

g. EvaluasiSuatu proses akhir menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan diagnosa dan masalah, perencanaan, dan penatalaksanaan. Untuk keberlangsungan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, dilanjutkan sampai bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB, maka perlu diikuti dengan dokumentasi metode SOAP.

Page 101: BAB II Revisis Bagan

Fisiologis

Bayi Baru Lahir Nifas

Fisiologis Fisiologis Patologis

Rujuk

Kunjungan I (6-48 jam setelah lahir)Kunjungan II (hari ke-3 sampai ke-7)Kunjungan III (hari ke-8 sampai ke-28)

Kunjungan I (6-8 jam PP)Kunjungan II (6 hari PP)Kunjungan III (2 minggu PP)Kunjungan IV (6 minggu PP)

Rujuk Persalinan Normal olah bidan Persalinan oleh Dokter di RS

Pemantauan kemajuan persalinan kala I-IV dengan partograf

Patologis

Ibu Hamil

Penapisan SPR TM I - III

SPR 2-10 SPR > 12

Kunjungan I (sebelum 14 minggu)Kunjungan II (14-28 minggu)Kunjungan III (28-36 minggu)Kunjungan IV (>36 minggu)

Keluarga Berencana

101

2. 3 Kerangka Konsep

Gambar 2.17 Bagan Kerangka Konsep

MOW/MOP

IUDImplantPilsuntik

Rujuk

Page 102: BAB II Revisis Bagan

Kehamilan Persalinan Nifas Bayi baru lahirKB

102

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Jenis / Desain / Rancangan PenelitianDalam pelaksanaan studi kasus ini desain studi kasus yang digunakan

adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pada studi kasus ini akan dilakukan langkah-langkah pengkajian, penentuan diagnosa dan masalah, penentuan diagnosa dan masalah potensial, intervensi, implementasi dan evaluasi pada ibu hamil dilanjutkan sampai bersalin, nifas, asuhan bayi baru lahir dan KB.

3. 2 Kerangka Operasional

Informed Consent

kriteria subyek

Semua ibu hamil

Ibu hamil fisiologi trimester III yang memenuhi kriteria

Pengumpulan data:a. Wawancara mendalam d. Pemeriksaan penunjangb. Observasi partisipatifc. Studi dokumentasi

Analisa dan interpretasi data kebidanan

Implementasi asuhan kebidanan komprehensif

Evaluasi hasil asuhan

Kesimpulan

Pembahasan

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Operasional

Page 103: BAB II Revisis Bagan

103

3. 3 Subjek PenelitianSubjek penelitian atau studi kasus ini adalah ibu hamil usia minimal

36 minggu yang mengalami serangkaian peristiwa hamil, melahirkan, nifas dan KB disertai dengan bayi yang dilahirkan. Informan berasal dari ibu hamil yang bersangkutan, bidan yang merawat, keluarga klien dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

3. 4 Fokus Studi (variabel)Fokus penelitian dalam studi kasus ini adalah asuhan kebidanan

kehamilan, asuhan kebidanan persalinan, asuhan kebidanan nifas, asuhan kebidanan bayi baru lahir dan asuhan kebidanan pada keluarga berencana (KB).

3. 5 Definisi Operasional Fokus Studia. Asuhan kebidanan kehamilan adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu yang telah dinyatakan hamil dengan pemeriksaan yang akurat dan saat ini kehamilannya telah memasuki Trimester III dengan SPR < 10 dan bersedia untuk menjadi subyek penelitian.

b. Asuhan kebidanan persalinan adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk subyek penelitian yang mengalami tanda-tanda persalinan dan melahirkan bayi, plasenta dari uterus ibu di tempat pelayanan kesehatan atau tempat lainnya seperti rumah ibu, maupun di tempat rujukan yang ditolong oleh petugas kesehatan ataupun peneliti sendiri, dimana peneliti dapat mengikuti proses persalinan tersebut untuk mengumpulkan data yang didapatkan dari data primer maupun data sekunder.

c. Asuhan kebidanan nifas adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk subyek penelitian yang telah melewati masa persalinan yang dimulai dari 2 jam setelah plasenta lahir sampai dengan minimal kunjungan Post Natal Care 4 kali untuk mengikuti perkembangan ibu dengan mengumpulkan data yang didapatkan dari data primer maupun data sekunder.

d. Asuhan kebidanan bayi baru lahir adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk bayi yang dilahirkan oleh subyek penelitian dengan mengikuti perkembangnya mulai dari lahir sampai minimal 3 kali kunjungan untuk mendapatkan data yang bersumber dari data primer maupun sekunder.

e. Asuhan kebidanan Keluarga Berencana adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terhadap suatu metode yang sudah dipilih maupun yang masih direncanakan oleh subyek penelitian untuk mencegah terjadinya proses kehamilan atau untuk menunda kehamilan sesuai dengan kebutuhan dan penapisan yang ada. Pelaksanaan pemasangan alat kontrasepsi dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peneliti sendiri.

3. 6 Kriteria Subjeka. Ibu hamil usia 20 – 35 tahun yang tinggal dan berada dalam wilayah

kerja BPM I Gusti Ayu Karningsihb. Ibu hamil usia kehamilan ± 36 minggu

Page 104: BAB II Revisis Bagan

104

c. Ibu hamil tidak dengan resiko sangat tinggi, sesuai dengan hasil kartu skor Poedji Rochjati/KSPR yaitu nilai skor < 10

d. Ibu hamil yang sehat secara jasmani dan jiwanyae. Ibu hamil yang dapat diajak bekerjasama dan kooperatif dalam

penelitian ini

3. 7 Instrumen PenelitianDalam penelitian deskriptif kualitatif ini alat pengumpulan data yang

digunakan diantaranya berupa SOP dan format pengkajian asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan Keluarga berencana (KB).

3. 8 Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian: BPM I Gusti Ayu Karningsih, Amd.Keb.Waktu penelitian:

No

Bulan Nop

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul Ag

Kegiatan 14 14 15 15 15 15 15 15 15 15

1Informasi penyelenggaran LTA                  

2 Informasi Pembimbing                  

3Proses bimbingan dan                   Penyusunan Proposal LTA                  

4

Pengumpulan Proposal ke Panitia/                   Pendaftaran Seminar Proposal                  

5 Seminar Proposal                  

6Revisi dan Persetujuan Proposal                   oleh Penguji                  

7Mengambil Kasus dan Penulisan                  

  Laporan                   8 Pendaftaran Ujian LTA                   9 Pelaksanaan Ujian LTA                   10 Revisi Laporan LTA                  

11Penyerahan Laporan LTA                  

3. 9 Metode Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data dari studi kasus ini diperoleh dari hasil

observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.a. Observasi

Page 105: BAB II Revisis Bagan

105

Peneliti dalam studi kasus ini menggunakan jenis observasi tak terstruktur. Pada jenis ini peneliti mempersiapkan pencatatannya secermat mungkin menyangkut perilaku yang akan berlangsung tanpa mempradesain kategori khusus dari perilaku atau membatasi observasi hanya pada jenis perilaku (Sulistyo, 2006: 150).

Sedangkan dari segi penempatan posisi peneliti, peneliti menggunakan observasi partisipan terbuka. Menurut Sulistyo (2006: 151), observasi partisipan terbuka berarti subyek yang diteliti mengetahui bahwa mereka sedang diamati. Metode ini dipilih karena melibatkan peneliti kedalam situasi yang dilakukan subyek penelitian atau dengan kata lain peneliti hadir ditengah-tengah subyek penelitian yang sedang diamati.

b. WawancaraMenurut Moleong (2007: 186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban. Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Menurut Moleong (2007: 187) jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Studi kasus ini penulis menggunakan wawancara mendalam tak tersetruktur untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Wawancara tak terstruktur artinya wawancara dilakukan tidak berurutan tetapi tetap menggunakan pedoman. Sedangkan mendalam (Depth Interview) sering digunakan untuk menggali semua atribut responden atau informan sedalam mungkin. Selain dilakukan dengan tatap muka, wawancara dapat dilakukan berkali-kali sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Dalam studi kasus ini wawancara dilakukan dengan cara melakukan pembicaraan informal, wawancara umum yang terarah dan wawancara terbuka yang standar kepada ibu hamil yang bersangkutan dan suami atau keluarga ibu hamil. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan secara lengkap dan akurat.

c. Studi DokumentasiUntuk mendukung hasil pengamatan yang maksimal, maka

peneliti menggunakan dokumen pendukung. Dokumen menurut Sugiyono (2009: 240) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen pendukung ini berupa data yang diperoleh dari Kartu Ibu, Register Kohort Ibu, Bayi dan KB dari Bidan dan buku KIA

3. 10 Metode Pengolahan DataSetelah dilakukan pengkajian data terhadap subyek penelitian, data

dikumpulkan kemudian dilakukan identifikasi untuk di rumuskan permasalahan yang muncul dan selanjutnya dapat merencanakan beberapa

Page 106: BAB II Revisis Bagan

106

alternatif penyelesaian apakah menyangkut tugas mandiri bidan maupun kolaborasi sesuai dengan standar asuhan kebidanan yang ada. Setelah merumuskan perencanaan maka selanjutnya adalah mengimplementasikan perencanaan dengan melakukan asuhan kepada subyek penelitian secara continuity of care yaitu dengan memberikan asuhan pada masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir sampai subyek penelitian menentukan alat kontrasepsinya. Setelah pelaksanaan selesai diterapkan maka asuhan yang telah dilakukan harus di analisis dan kemudian dilakukan evaluasi, apakah asuhan yang diberikan sudah memenuhi standar atau belum dan apakah asuhan yang diberikan mendapat hasil akhir sesuai rencana atau tidak. Selanjutnya data yang sudah ada di rumuskan menjadi kesimpulan.

3. 11 Etika Penilitiana. Informed consent (persetujuan)

Lembar persetujuan menjadi subyek penelitian (informes consent) yang diberikan sebelum penelitian agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Ny”…” bersedibu menjadi subyek penelitian maka dipersilahkan menandatangani informed consent yang telah diberikan oleh peneliti terlampir pada lampiran 2.

b. Tanpa nama (Anonimity)Dalam menjaga kerahasibuan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data dan cukup dengan memberikan kode atau inisial nama depan yaitu Ny “….”.

c. Confidentibulity (kerahasiaan)Pada penelitian ini, peneliti menjamin seluruh kerahasibuan data

dan hasil penelitian baik informasi maupun masalah lainnya terlampir pada lampiran 2.

Page 107: BAB II Revisis Bagan

107

DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Vivian Nanny,Tri Sunarsih.2011.Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika

Dewi,Vivian Nanny,Tri Sunarsih.2012.Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.Jakarta:Salemba Medika

Hani, Umi dkk.2010.Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis.Jakarta:Salemba Medika

Hardiyanti.2013.Pemeriksaan Palpasi dengan Teknik Leopold.Blogspot.com (http://ibudianhealth.blogspot.com/) , online 10 Februari 2015

Jannah,Nurul.2013.Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2007.Standart Asuhan Kebidanan.Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Maryunani,Anik.2009.Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Post Partum).Jakarta:Trans Info Media

Muslihatun dkk.2009.Dokumentasi Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya

Pinem, Saroha.2009.Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi.Jakarta:CV Trans Info Media

Prawirohardjo,Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka

Rohani,Reni Saswito, Marisah.2011.Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.Jakarta:Salemba MedikaRoumali, Suryati.2011.Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1.Yogjakarta:Nuha Medika

Rukiyah,Ai Yeyeh,Lia Yulianti.2009.Asuhan Kebidanan 2 (Persalinan).Jakarta:Trans Info Media

Rukiyah,Ai Yeyeh,Lia Yulianti, Meida Liana.2011.Asuhan Kebidanan III (Nifas).Jakarta:Trans Info Media

Rukiyah,Ai Yeyeh,Lia Yulianti.2012.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta:Trans Info Media

Saifuddin,Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saleha,Sitti.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta:Salemba Medika

Page 108: BAB II Revisis Bagan

108

Sulistyawati,Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Yogyakarta:CV Andi Offset

Sulistyawati,Ari,Esty Nugraheny.2010.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.Jakarta:Salemba Medika

Sondakh,Jenny J.S.2012.Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.Jakarta:Erlangga

Varney,Helen.2008.Asuhan Kebidanan.Jakarta:EGC

Wahyuni,Sari.2011.Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.Jakarta:EGC

Widyasih, Hesty, dkk.2008.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta:Citramaya____________.2010.Pembuahan dan Perkembangan Janin:Mediacastor.com (http://m.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=586), online 10 Februari 2015