BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf ·...

22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 25 BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL A. Prinsip Ekonomi Islam 1. Definisi Prinsip Ekonomi Islam Sejarah menujukkan bahwa Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik maupun yang bersifat spiritual. Allah menetapkan aturan-aturan yang merupakan batas-batas perilaku manusia sehingga menguntungkan suatu individu tanpa merugikan individu yang lain. Perilaku inilah yang harus diawasi dengan ditetapkannya aturan-aturan yang berlandaskan aturan Islam, untuk mengarahkan individu sehingga mereka secara baik melaksanakan aturan- aturan dan mengontrol dan mengawasi berjalannya aturan ini. Hal yang berbeda dengan sistem ekonomi yang lainnya adalah terletak pada aturan moral dan etika. Aturan yang dibentuk dalam ekonomi Islam merupakan aturan yang bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dan hubungannya dengan Tuhan, kehidupan, sesama manusia, dan tujuan akhir manusia. Pada tataran operasionalnya, instrumen ekonomi Islam terintegrasi dalam prinsip ekonomi Islam yang berbasis pada nilai- nilai dasar Islam. 1 1 Ismail Nawawi, Filsafat Ekonomi Islam (Jakarta: VIV Press, 2012), 280-281.

Transcript of BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf ·...

Page 1: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

BAB II

PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL

A. Prinsip Ekonomi Islam

1. Definisi Prinsip Ekonomi Islam

Sejarah menujukkan bahwa Islam merupakan sistem kehidupan

yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam

kehidupan sosial, ekonomi dan politik maupun yang bersifat spiritual.

Allah menetapkan aturan-aturan yang merupakan batas-batas perilaku

manusia sehingga menguntungkan suatu individu tanpa merugikan

individu yang lain. Perilaku inilah yang harus diawasi dengan

ditetapkannya aturan-aturan yang berlandaskan aturan Islam, untuk

mengarahkan individu sehingga mereka secara baik melaksanakan aturan-

aturan dan mengontrol dan mengawasi berjalannya aturan ini.

Hal yang berbeda dengan sistem ekonomi yang lainnya adalah

terletak pada aturan moral dan etika. Aturan yang dibentuk dalam ekonomi

Islam merupakan aturan yang bersumber pada kerangka konseptual

masyarakat dan hubungannya dengan Tuhan, kehidupan, sesama manusia,

dan tujuan akhir manusia. Pada tataran operasionalnya, instrumen ekonomi

Islam terintegrasi dalam prinsip ekonomi Islam yang berbasis pada nilai-

nilai dasar Islam.1

1 Ismail Nawawi, Filsafat Ekonomi Islam (Jakarta: VIV Press, 2012), 280-281.

Page 2: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Prinsip ekonomi Islam adalah asas atau dasar suatu kebenaran yang

menjadi landasan dalam berpikir dan berperilaku ekonomi sesuai dengan

ajaran atau niali-nilai Islam.

Prinsip dan ajaran Islam berpusat pada ketuhanan yang akan

berbuah pada etika Islam sehingga mampu mewujudkan tujuan syarî’ah

yaitu dengan terpeliharanya iman, hidup, nalar, keturunan dan kekayaan.

Melalui prinsip ekonomi Islam tidak akan muncul kesenjangan ekonomi

atau perilaku ekonomi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syarî’ah.2

2. Prinsip Ekonomi Islam Perspektif Maqāshid Syarî’ah

Secara etimologi maqāshid syarî’ah terdiri dari dua kata, yakni

maqāshid syarî’ah. Maqāshid adalah bentuk jamak dari maqshūd yang

berarti tujuan. Adapun syarî’ah artinya jalan menuju air atau bisa

dikatakan dengan jalan menuju ke arah sumber kehidupan.

Maqāshid syarî’ah adalah maksud Allah selaku pembuat syarî’ah

untuk memberikan kemaslahtan pada manusia dengan terpenuhi

kebutuhannya dan menghindari mafsadah (kerusakan).3

Kemaslahatan yang hendak dicapai oleh syarî’ah bersifat umum

dan universal. Bersifat umum artinya bahwa hal itu berlaku bukan hanya

untuk individu secara pribadi, melainkan juga untuk sepanjang waktu dan

sepanjang kehidupan manusia.

2 Abdul Aziz, Etika Bisnis Persepktif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013). 8. 3 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqāshid

Syarî’ah …, 43.

Page 3: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karena ekonomi

merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral) dari agama Islam.

Sebagai derivasi dari agama Islam, ekonomi Islam akan mengikuti agama

Islam dalam berbagai aspek. Islam mendefinisikan agama bukan hanya

berkaitan dengan spiritualitas atau ritualitas, namun agama merupakan

serangkaian keyakinan, ketentuan, dan peraturan serta tuntunan moral bagi

setiap aspek kehidupan manusia. Islam memandang agama sebagai jalan

hidup yang melekat pada setiap aktifitas kehidupan, baik ketika manusia

melakukan hubungan dengan Tuhannya maupun ketika manusia

berinteraksi dengan sesama manusia dan alam semesta.4

Manusia sebagai pelaku ekonomi hanyalah sekedar trustee

(pemegang amanah). Manusia harus mengikuti ketentuan Allah dalam

segala akivitasnya, termasuk aktivitas ekonomi. Ketentuan Allah yang

harus dipatuhi dalam hal ini tidak hanya bersifat mekanistis dalam alam

dan kehidupan sosial, tetapi juga yang bersifat teologis (ulūhiyyah) dan

moral (khuluqiyyah).

Ada tiga aspek yang sangat mendasar dalam ajaran Islam, yaitu

aspek aqidah, hukum (syarî’ah), dan akhlaq. Ketika seseorang memahami

tentang ekonomi Islam secara keseluruhan, maka ia harus mengerti

ekonomi Islam dalam ketiga aspek tersebut. Ekonomi Islam dalam dimensi

aqidahnya mencakup atas dua prinsip yaitu pemahaman tentang prinsip

ekonomi Illahiyah dan pemahaman tentang prinsip rabbāniyah.

4 Pustaka Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008), 13-14.

Page 4: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Penghayatan terhadap tauhid ulūhiyyah dan juga tauhid rubūbiyah,

merupakan hal yang penting dalam suatu perekonomian. Tauhid ulūhiyyah

merupakan ajaran yang mengesakan Allah karena Allah adalah Tuhan

yang harus disembah sehingga semua kegiatan ekonomi yang dilakukan

dalam rangka mengesakan Allah (beribadah kepada Allah). Tauhid

rubūbiyah adalah ajaran mengesakan Allah karena Allah adalah Tuhan

pemberi rezeki dan pemilik alam semesta sehingga segala aktivitas

ekonomi yang dilakukan oleh manusia haruslah bisa membawa

kemaslahatan bagi manusia dengan cara pengelolaan dan pemanfaatan

sumber daya alam dengan sebaik-baiknya. Segala hal tersebut terangkum

dalam tauhid Asma’ yang akan menyadarkan manusia bahwa mereka

hanyalah seseorang yang diberi amanah oleh Allah untuk dapat mengelola

alam semesta ini, agar bisa mensejahterakan hidup mereka.5

Atas dasar kaidah di atas, maka segala aktivitas dalam ekonomi

Islam yang membawa kemaslahatan dan tidak ada larangan di didalamnya

boleh dilakukan. Penelaahan tentang beberapa larangan dalam aktivitas

ekonomi sangat membantu aplikasi ekonomi Islam itu sendiri. Karena

mayoritas penyebab dilarangnya suatu transaksi adalah karena adanya

beberarapa faktor, yang umunya bersifat merugikan dan membawa

kerusakan bagi manusia.6

5 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqāshid

Syarî’ah …, 9-10. 6 Ibid, 11.

Page 5: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

3. Prinsip Ekonomi Islam Perspektif Al-Ghazali

Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh yang relatif banyak

memberikan kontribusi ajaran ekonomi melalui sejumlah karyanya seperti

yang paling monumental adalah Ihya’ Ulum al-Din.

Persepsi Al-Ghazali tentang ekonomi tidak terpilah-pilah, artinya

meletakkan satu pemahaman tentang definisi ilmu ekonomi dalam bentuk

kesatuan teoritik yang menjurus pemahaman ilmu ekonomi adalah ilmu

yang mempelajari tentang upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan

yang wajib dituntut berlandaskan etika dalam upaya membawa dunia ke

gerbang kemaslahatan menuju akhirah.

Ilmu ekonomi yang dibangun oleh Al-Ghazali berlandaskan

prinsip-prinsip sebagai berikut: 7

1. Dimensi Illahiah

Merupakan ekonomi yang berasaskan ketuhanan (Illahiah),

bertolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah (akhirah) dan

menggunakan sarana yang tidak lepas dari norma dan etika syarî’ah.

Konsep ke tauhidan sebagai puncak dari sistem nilai dan prinsip segala

prinsip tata laksana kehidupan dunia dan akhirat. Dalam mewujudkan

dimensi ini melalui upaya khuluqiyah (moral dan etik) dan keadilan

melalui terwujudnya prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban

yang dilaksanakan secara proporsional.8

7 Abdur Rohman, Ekonomi Al-Ghazali …, 57. 8 Abdul Azis, Etika Bisnis Perspektif Islam …, 7.

Page 6: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Kegiatan ekonomi harus dijiwai dengan akhlak mulia.

Sehingga dalam dimensi ini seringkali disebut dimensi akhlak. Islam

mendorong umatnya untuk melakukan berbagai aktifitas dunia dengan

landasan akhlak sehingga setiap aktifits mereka bernafaskan nilai

Illahiah. Hal tersebut bertujuan sebagai filter agar kepentingan dunia

tidak berjalan secara liar, melanggar berbagai aturan atau menyakiti

pihak lain, sebaliknya dilakukan dengan batas-batasan wajar dan

menghormati hak orang lain.

Tuntutan untuk memperhatikan kepentingan pihak lain sangat

ditekankan sehingga tidak menimbulkan kezaliman bagi orang lain.

Pengelolaan suatu bisnis melalui keuntungan besar yang diperoleh

secara sepihak oleh para pemilik bisnis dengan cara mempekerjakan

karyawannya dengan cara tidak manusiawi. Jam kerja dan

tanggungjawab mereka sebagai pekerja semakin ditambah dari waktu

ke waktu sementara hak mereka tidak dipenuhi secara maksimal

(eksploitasi pekerja).9

Zaman sekarang perbudakan ratusan bahkan ribuan orang lewat

kedok perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja dengan gaji

seadanya. Praktek–praktek semacam ini, sungguh sangat bertentangan

dengan ajaran Islam yang sangat cinta kemanusiaan.10

9 Jafril Khalil, Jihad Ekonomi Islam (Jakarta: Gramata Publishing, 2010), 43. 10 Ibid, 46.

Page 7: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

2. Dimensi Insaniah

Ekonomi Al-Ghazali berupanya untuk menciptakan

kesejahteraan umat (maslahah) dengan menegakkan kehormatan

manusia sebagai hamba Allah.

Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai

beberapa tingkatan; kaya, menengah dan miskin. Namun demikian, di

antara ketiga tingkatan itu penting untuk saling berkoordinasi dan

membantu supaya tidak menimbulkan kecemburuan sosial dan

tercapainya kehidupan yang kondusif dalam masyarakat.

Konsep Illahiyyah yang terkandung dalam ekononi Islam

mendorong manusia untuk bermuamalah antar sesama manusia tanpa

terkecuali dan diskriminasi. Islam mengajarkan perlunya ikatan

persaudaraan di antara sesama.

Allah menganugerahkan kemampuan luar biasa kepada

manusia untuk dapat mengelola dan mengembangkan alam dan

sekitarnya. Karena itu, hendaknya manusia bersungguh-sungguh dalam

menjalankan perintah-Nya untuk berkarya dan melakukan berbagai

inovasi agar pengelolaan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk

kepentingan sesama. Namun, hendaknya pengelolaan itu dilakukan

secara wajar, tidak bersifat eksploitatif, sehingga tidak merusak alam.

Dalam mengelola alam semesta ini setiap gerak manusia

sebetulnya merupakan upaya mengabdi kepada Allah sebagai tujuan

utama dari pengelolaan alam itu adalah mencari keridhaan-Nya

Page 8: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

(ibadah kepada Allah). Karena itu, mereka akan selalu bersandar dan

berserah diri kepada Allah. Mereka senantiasa memohon ampun dan

pertolongan Allah. Hal itu didasarkan pada keyakinan bahwa hanya

Allah yang memiliki segala kuasa untuk memberikan pertolongan dan

ampunan serta menyelesaikan semua masalah.

Upaya dalam pengembangan selalu mempunyai tendensi pada

pencapaian kebahagiaan bagi seluruh anggota masyarakat tanpa

terkecuali. Distribusi kekayaan dilakukan dengan cara dan tujuan yang

benar.

Meski mendorong penerapan ekonomi secara adil, bukan

berarti Islam tidak mengakui adanya kepemilikan pribadi. Islam sangat

menganjurkan kepada umatnya untuk mencari kekayaan sebesar-

besarnya demi kelancaran menjalankan syariat, dan digunakan untuk

menegakkan agama Allah.

Legalisasi Islam mengoptimalkan segala kemampuan dalam

pencarian nafkah dan harta diharapkan dapat berimplikasi pada

tingginya kesadaran untuk membantu sesama. Prinsip ini dapat

diwujudkan melalui:11

a. Tolong-menolong yaitu prinsip pemberdayaan ekonomi

masyarakat bawah (mustad’afin).

b. Kekeluargaan yaitu prinsip yang menjalin silaturahmi antara

manusia dengan landasan iman dan Islam

11 Abdul Aziz, Etika Bisnis Persepktif Islam …, 8.

Page 9: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

c. Kerjasama yaitu prinsip melaksanakan rencana pengembangan

ekonomi umat dengan saling menopang satu dengan yang lainnya,

membangun keswadayaan masyarakata dan kelompok usaha dan

mikro yang mandiri, berkelanjutan dan mengakar di masyarakat,

menciptakan akses yang lebih mudah sehingga masyarakat miskin

dan usaha mikro mampu menjangkau peluang, informasi dan

sumber daya untuk pengembangan usaha, mengembangkan

pemberdayaan sosial pada berbagai kelompok masyarakat.

B. Pemberdayaan Difabel

1. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari kata daya yang mendapat awalan ber-

yang menjadi kata berdaya artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya

artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Sehingga

pemberdayaan adalah upaya untuk memberi kekuatan untuk

memandirikan suatu kaum atau kelompok.12

Pemberdayaan dalam bahasa Inggris disebut empowerment.

Empower mengandung dua arti, pengertian pertama adalah to give power

or authority to (memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau

mendelegasikan otoritas kepada pihak lain). Sedangkan dalam pengertian

12 Risyanti Riza, Pemberdayaan Masyarakat (Sumedang: Alqaprint Jatinagor, 2006), 1.

Page 10: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

kedua berarti to give ability to or anability to or anable (upaya untuk

memberi kemampuan atau keberdayaan).13

Secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah

pengembangan. Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangkitkan

potensi masyarakat ke arah yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial,

politik maupun ekonomi.14

Pemberdayaan sendiri menunju pada skill atau kemampuan orang

melalui pendidikan non formal ditujukan khususnya kelompok yang rentan

dan lemah sehingga mereka memiliki power atau kekuatan dan

kemampuan dalam beberapa hal, yaitu: 15

a. memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sehingga mereka memiliki

kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan

pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,

bebas dari kesakitan

b. menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka

dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang

dan jasa yang mereka perlukan serta dapat berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan keputusan yang mempengaruhinya.

Upaya pemberdayaan dilakukan melalui penciptaan suasana atau

iklim yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang karena

pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan,

13 Onny S. Prijono, Pemberdayaan, Konsep Kebijakan dan Implementasi …, 3. 14 Nanih Machendrawaty dan Agus Achamd Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam (Bandung:

Rosda Karya, 2001), 42. 15 Onny S. Prijono, Pemberdayaan, Konsep Kebijakan dan Implementasi …, 58.

Page 11: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

memperkuat potensi atau daya yang dimiliki, perlindungan dan pembelaan

kepentingan kaum lemah dengan upaya mencegah yang lemah menjadi

makin lemah karena tidak berdaya menghadapi yang kuat.16

Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen

seperti pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers,

partai politik, lembaga donor, masyarakat sipil atau oleh organisasi

masyarakat lokal sendiri. Birokrasi pemerintah tentu saja sangat strategis

dalam upaya pelaksanaan pemeberdayaan karena mempunyai banyak

keunggulan dan keluaran yang luar biasa ketimbang unsur-unsur lainnya

karena mempunyai cukup dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk

membuat kerangka yang legal dan kebijakan untuk pemberian layanan

publik. Proses pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif

dan berkelanjutan bila berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan

jaringan yang didasarkan pada prinsip saling percaya dan menghormati.17

Pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga asas atau matra

pemberdayaan (empowerment setting):18

1. Asas mikro

Pemberdayaan yang dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan, konseling, stress menagement, crisis intervention.

Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam

16 Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan (Jakarta: CESINDO, 1996). 145 17 Sutoro Eko, Reformasi Politik dan Pemberdayaan Masyarakat. (Jakarta: APMD Press, 2004),

14. 18 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat …, 67.

Page 12: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut

pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).

2. Asas mezzo

Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.

Pemberdayan yang dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai

media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,

biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran.

Pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki

kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Asas makro

Pendekatan ini disebut juga Strategi Sistem Besar (large

system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem

lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

kampanye, aksi sosial, lobbiying, pengorganisasian masyarakat,

manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.

Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki

kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk

memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tahapan

pendekatan kepada kelompok yang dijadikan objek perubahan.19

19 Randy R. W. dan Riat Nugroho, Manajemen Pemberdayaan (Jakarta: Elex Media Komputindo,

2007), 33.

Page 13: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

Pendekatan pemberdayaan harus dipahami sebagai strategi bukan

tujuan. Pendekatan yang digunakan antara lain:20

Upaya itu harus terarah yang populer disebut pemihakaan. Upaya

ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program

yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai

kebutuhannya.

Objek pemberdayaan harus turut ikut serta. Keikutsertaan objek

yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan yakni agar bantuan

tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak mengenali

kemampuan serta kebutuhannya. Sekaligus meningkatkan

kemampuan dengan pengalaman, merancang, mengelola dan

mempertanggungjawabkan upaya penigkatan diri dan ekonominya.

Menggunakan pendekatan kelompok karena secara sendiri-sendiri

akan sulit memecahkan masalah yang dihadapinya. Jika lingkup

bantuan terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu.

Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari

penggunaan sumber daya juga lebih efisien.

Pemberdayaan bukan hanya sekedar pendekatan metodologis

dalam rangka memandirikan objek pemberdayaan, akan tetapi harus juga

diwujudkan dalam bentuk yang lebih konkret sebagai bentuk dari

pencapaian sebuah program. Pemberdayaan bukan hanya proses

20 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2007), 18.

Page 14: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

perencanaan dan pelaksanaan bersama, tetapi pada kurun waktu tertentu,

harus ada monitoring dan evaluasi pada objeknya.

Dampak pemberdayaan dapat dievaluasi dan sangat mungkin untuk

dilihat secara konkret perubahannya. Syarat mutlak program

pemberdayaan adalah orientasinya yang selalu tertuju kepada kemandirian,

kesinambungan dan keberlanjutan. Pemberdayaan bukan proses

penciptaan ketergantungan pada pihak lain. Kemandirian merupakan sikap

yang bersumber pada kepercayaan diri. Sehingga pemberdayaan bukan

hanya berorientasi pada proses namun kesinambungan akan proses dan

pada hasil pemberdayaan itu sendiri.21

2. Konsep Difabel

Difabel merupakan istilah yang dicetuskan pertama kali di

Indonesia oleh beberapa aktivis di Yogyakarta, salah satunya adalah

almarhum Mansour Fakih. Pengguanaan kata difabel merupakan kata

serapan dari difabeled people yang merupakan kependekan dari different

ability people atau seseorang dengan kemampuan berbeda. Kata difabel

memiliki hubungan dengan istilah disable. Disable sendiri bila

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia mempunyai arti kecacatan dan

penggunaan istilah kecacatan memiliki transisi perubahan yang cukup

signifikan sesuai dengan persepsi dan penerimaan masyarakat secara luas.

21 Jamasy Owin, Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan (Jakarta: Belantika,

2004), 23.

Page 15: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

Penggunaan istilah disability di dunia internasional mengalami

perubahan, antara lain: cripple, handicapped, impairement yang kemudian

lebih sering menggunakan istilah people with disability atau disabled

people. People with disability kemudian diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia adalah penyandang cacat yang pada awalnya menggunakan

istilah penderita cacat. Istilah penderita cacat sangat berkesan diskriminatif

karena memandang seseorang memiliki salah satu jenis penyakit atau lebih

yang mempengaruhi kondisi fisik seseorang.22

Perubahan penggunaan istilah penderita cacat menjadi penyandang

cacat mulai dikenalkan pada penetapan UU No. 4 Tahun 1997, yang

menempatkan posisi penyandang cacat dengan cenderung menghaluskan

istilah tersebut. Istilah ini pada dasarnya masih digunakan secara luas di

berbagai publikasi ataupun media massa, tetapi berbagai aktivis sosial

berpendapat bahwa penggunaan istilah ini memiliki arti sempit yang masih

tetap menempatkan seseorang dalam posisi yang tidak normal dan tidak

mampu karena kondisi kecacatan yang dimilikinya .

Akhirnya pada tahun 1997, penggunaan istilah difabel mulai

dikenalkan kepada masyarakat luas. Istilah difabel merupakan salah satu

upaya untuk merekontruksi pandangan, pemahaman dan persepsi

masyarakat umum pada nilai-nilai sebelumnya yang memandang seorang

difabel adalah seseorang yang tidak normal, memiliki kecacatan sebagai

sebuah kekurangan atau ketidakmampuan.

22 Didi Tarsidi, Penyandang Ketunaan: Istilah Pengganti “PenyandangCacat” dalam

www.Pertuni.idp-europe.org, diakses 15 Mei 2015.

Page 16: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

Pemakaian kata difabel dapat dimaksudkan sebagai kata

eufemisme, yaitu penggunaan ungkapan yang lebih halus sebagai

pengganti kata tau istilah yang telah digunakan sebelumnya. Tetapi secara

luas istilah difabel digunakan sebagai salah satu usaha merubah persepsi

dan pemahaman masyarakat bahwa setiap manusia diciptakan berbeda dan

seorang difabel hanya memiliki perbedaan kondisi fisik dan mampu

melakukan aktivitas dengan cara dan pencapaian yang berbeda.

Pemakaian istilah difabel memiliki nilai yang lebih humanis dan

sebagai suatu usaha untuk menghilangkan kekuatan ruang yang memiliki

hubungan tidak adil atau diskriminasi serta mendorong eksistensi dan

peran difabel dalam lingkungan mereka.

Intinya penggunaan istilah difabel ini memberikan arti bahwa

orang-orang yang dahulunya dikatakan sebagai disable atau orang-orang

dengan kecacatan sekarang dapat dikatakan sebagai orang-orang dengan

kemampuan berbeda. Namun dalam beberapa Undang-Undang di Indoesia

yang berhubungan dengan penyandang cacat masih belum mengganti

penggunaan istilah penyandang cacat menjadi difabel.

Sedangkan banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang

menjadi cacat (difabel), berikut merupakan penyebab dari hal ini:23

1. Penyebab lahir atau bawaan dari lahir, pada umumnya menyebabkan

seseorang terlahir cacat adalah kurangnya nutrisi yang diterima oleh

kandungan, namun yang paling banyak dijumpai adalah kandungan

23 Behrman Klirgman Arvin, Ilmu Kesehatan Anak (Jakarta: IKAPI, 2000), 163.

Page 17: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

yang kekurangan asam folat yang menyebabkan kecacatan pada otak,

sumsum tulang belakang atau keterbatasan fisik.

2. Akibat menyalami kecelakaan, hal ini adalah hal yang umum atau

paling banyak dijumpai pada penyebab seseorang menjadi cacat,

namun biasanya ada beberapa orang yang tidak hanya mendapat

keterbatasan fisik namun juga berpengaruh terhadap mental

dikarenakan hal trauma.

3. Akibat suatu kejadian yang menyebabkan trauma, beberapa orang

yang mengalami sesuatu hal yang menyebabkan besarnya rasa trauma

atau menyebabkan stres yang berlebih yang pada akhirnya

berkelanjutan pada ganguan psikis orang tersebut, sehingga orang

tersebut mengalami gangguan mental

Dalam UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang cacat,

pengertian penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai

kelainan fisik dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan

rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan selayaknya (Pasal 1).

Penyandang cacat dalam UU No. 4 Tahun 1997 ini dikategorikan menjadi

tiga jenis penyandang cacat: 24

1. Cacat fisik

Cacat fisik atau tunadaksa adalah kecacatan yang

mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh,

24 Marjuki, “Penyandang Cacat : Berdasarkan Klasifikasi International Classification of

Functioning for Disability and Health (ICF)”, Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian

Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial Republik Indonesia dalam

http://id.scribd.com/doc/24613087/Penyandang-Cacat-Berdasarkan-Klasifikasi-International-

Classification-of-Functioning-for-Disability-and-Health-ICF#scribd, diakses pada 15 Mei 2015.

Page 18: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

penglihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara. Oleh karena itu,

difabel ini terbagi lagi ke dalam beberapa kategori, yaitu:

a. Cacat tubuh adalah kondisi ini disebabkan adanya anggota tubuh

yang tidak lengkap oleh karena bawaan lahir, kecelakaan maupun

akibat penyakit yang menyebabkan terganggunya mobilitas yang

bersangkutan. Contohnya amputasi tangan atau kaki (paraplegia)

dan kecacatan tulang (celebral palsy).

b. Tunarungu adalah seseorang yang memiliki hambatan dengan

pendengarannya baik permanen maupun tidak permanen. Hal ini

disebabkan karena organ pendengarannya tidak berfungsi sebagai

mana mestinya, sehingga menyebabkan memiliki ciri khas yang

berbeda dengan anak normal pada umumnya. Karena memiliki

hambatan dalam pendengaran seorang tunarungu memiliki

hambatan dalam berbicara. Oleh karena itulah mereka biasa

disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan orang lain

menggunakan bahasa isyarat. Terdapat dua macam seperti

menggunakan abjad jari dan isyarat bahasa. Isyarat jari sudah

dipatenkan secara internasional sedangkan isyarat bahasa

tergantung pada bahasa yang digunakan masing-masing individu.25

c. Tunanetra adalah seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang

disebabkan oleh hilang atau berkurangnya fungsi penglihatan

sebagai akibat dari kelahiran, kecelakaan maupun penyakit terdiri

25 M. Ramadhan, Pendidikan dan Keterampilan dan Kecakapan Hidup (Jogjakarta: Javalitera,

2012), 12.

Page 19: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

dari buta (tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar)

dan low vision (masih mampu menerima rangsangan cahaya dari

luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21).26

2. Cacat mental

Cacat mental adalah seseorang yang perkembangan mental

(IQ) tidak sejalan dengan pertumbuhan usia biologisnya (retardasi).

Cacat mental seringkali disebut tunagrahita kondisi kecerdasan yang

jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan

ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

3. Cacat ganda (fisik dan mental)

Cacat ganda atau disebut difabel fisik dan mental merupakan

seseorang yang memiliki kelainan pada fisik dan mentalnya.

Secara psikologis para difabel menangggung beban rasa rendah diri

dan harga diri yang kurang yaitu kurangnya partisipasi masyarakat dan

pribadi para difabel yang selalu bersikap rendah diri, serta masih

rendahnya penilaian masyarakat terhadap kapasitas dan potensinya,

padahal semua agama memerintahkan untuk saling menghormati sesama

manusia tanpa memandang fisik atau mentalnya.

26 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa (Bandung: Refika Aditama, 2005), 66.

Page 20: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

3. Pemberdayaan Difabel

Perlakuan pada difabel berbeda dengan yang normal, penanganan

biasanya tergantung pada cacat yang dialami, jika cacat yang diterima

masih dalam kadar yang masih bisa disembuhkan, biasanya diberikan

suatu pelatihan atau penyembuhan berupa terapi seperti pada cacat tidak

total, contohya susah berbicara. Sedangkan untuk cacat fisik tidak ada

penanganan atau penyembuhan yang dapat dilakukan pada cacat jenis ini.

Biasanya penanganan yang dilakukan hanya berupa bimbingan atau

pengarahan dan pelatihan mental kepada penderita cacat fisik, dengan

tujuan agar penderita cacat fisik ini dapat menerima dan memiliki

semangat hidup untuk berjuang kedepannya. Adapun penanganannya

hanya berupa pemakaian alat atau organ palsu.

Upaya pemberdayaan kepada difabel berbeda dengan masyarakat

normal pada umumnya, perlu kegiatan-kegiatan yang diberikan untuk

mensukseskan upaya pemberdayaan tersebut antara lain melalui:27

1. Motivasi

Motivasi menumbuhkan nilai kebersamaan, interaksi sosial dan

kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan

anggota masyarakat. Kaum difabel perlu didorong untuk membentuk

kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk

mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat

di desa atau kelurahannya. Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk

27

Sriyanto, “Pemberdayaan masyarakat penyandang cacat menuju kemandirian dalam

berwirausaha di Kotamadya Samarinda” (Skripsi - Universitas Mulawarman, 2002).

Page 21: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan

sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri.

2. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan

Peningkatan kesadaran dapat dicapai melalui pendidikan dasar

non formal. Sedangkan keterampilan-keterampilan vokasional bisa

dikembangkan melalui cara-cara partsipatif.

3. Pembangunan dan pengembangan jaringan

Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat

perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya

membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem

sosial di sekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan

dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan

bagi peningkatan keberdayaan kaum difabel.

Pengembangan program pemberdayaan difabel dikembangkan

melalu berbagai lembaga dinas terkait dan ahli yang bekerja dalam

bidang rehabilitasi. Berbagai pelayanan rehabilitasi biasanya

dikelompokkan dalam empat kategori yaitu:28

1. Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi medis banyak dilakukan oleh rumah sakit

umum rumah sakit khusus oleh rumah sakit khusus ortopedi dan

berbagai jenis klinik.

28 Mohammada Efendi, Pengantar Psikopedagonik Anak Berkelainan (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2015) 133.

Page 22: BAB II PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DIFABEL …digilib.uinsby.ac.id/3031/3/Bab 2.pdf · Secara empiris, kemampuan ekonomi manusia mempunyai beberapa tingkatan; kaya, menengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

2. Rehabilitasi Karya

Rehabilitasi karya menekankan pada vokasional training

untuk persiapan difabel dalam dunia kerja yang banyak dilakukan

oleh loka bina karya dan panti rehabilitasi karya.

3. Rehabilitasi Pendidikan

Rehabilitasi pendidikan dilakukan di sekolah untuk anak

cacat. Seperti Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Dasar Luar

Biasa (SDLB) dan sekolah terpadu.

4. Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial biasanya dilakukan untuk membantu

difabel bersosialisasi di masyarakat untuk tidak menarik diri dari

lingkungan tempat tinggal mereka sendiri.