BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/456/6/2013-2-87201-231409096-bab2-09012014054356.pdf ·...

24
7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1Teori Transmigrasi Menurut siswono yudhohusodo (1998 : 6) bahwa pengertian “transmigrasi merupakan program kemanusiaan yang menyangkut nasib ribuan,bahkan jutaan, manusia indonesia”. Program ini berusaha mewujudkan impian dari jutaan rakyat yang hidup dalam kemiskinan, yang terdiri dari para buruh tani, yaitu petani yang berlahan sempit, para peladang berpindah, para perambah hutan, buruh-buruh miskin, nelayan-nelayan miskin, para penganggur.dalam kunjungan ke berbagai daerah permukiman trnasmigrasi yang berhasil, kehidupan masyarakat baru yang sejahtera di banyak unit permukiman transmigrasi. Program transmigrasi tidak sepi dari kritik, baik dari dalam maupun luar negeri. Masih terdengar banyak kritik yang menyatakan bahwa program transmigrasi merupakan jawanisasi, atau program islamisasi. Pada pelaksanaannya, tantangan utama yang dihadapi ialah bagaimana meningkatkan peran para transmigrasi dalam pembangunan daerah tujuan program transmigrasi, termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah tujuan transmigrasi itu, dan juga dalam menunjang pembangunan daerah di wilayah asal transmigrasi yang di tinggalkan.di harapkan agar sumber daya yang tersedia, baik di daerah asal maupun di daerah tujuan transmigrasi, dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan seluruh bangsa. Daerah yang ditetapkan sebagai tujuan transmigrasi ialah daerah baru dengan kondisi lapangan yang relatif berat serta daya dukung lahan yang relatif rendah. Sebagai daerah yang direncanakan menjadi permukiman baru, banyak hal, seperti sarana, prasarana, dan potensinya, membutuhkan kajian mendalam agar dibangun menjadi pusat perkembangan baru bagi kehidupan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

Transcript of BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/456/6/2013-2-87201-231409096-bab2-09012014054356.pdf ·...

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1Teori Transmigrasi

Menurut siswono yudhohusodo (1998 : 6) bahwa pengertian “transmigrasi merupakan program kemanusiaan yang menyangkut nasib ribuan,bahkan jutaan, manusia indonesia”. Program ini berusaha mewujudkan impian dari jutaan rakyat yang hidup dalam kemiskinan, yang terdiri dari para buruh tani, yaitu petani yang berlahan sempit, para peladang berpindah, para perambah hutan, buruh-buruh miskin, nelayan-nelayan miskin, para penganggur.dalam kunjungan ke berbagai daerah permukiman trnasmigrasi yang berhasil, kehidupan masyarakat baru yang sejahtera di banyak unit permukiman transmigrasi. Program transmigrasi tidak sepi dari kritik, baik dari dalam maupun luar negeri. Masih terdengar banyak kritik yang menyatakan bahwa program transmigrasi merupakan jawanisasi, atau program islamisasi. Pada pelaksanaannya, tantangan utama yang dihadapi ialah bagaimana

meningkatkan peran para transmigrasi dalam pembangunan daerah tujuan

program transmigrasi, termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada

di daerah tujuan transmigrasi itu, dan juga dalam menunjang pembangunan daerah

di wilayah asal transmigrasi yang di tinggalkan.di harapkan agar sumber daya

yang tersedia, baik di daerah asal maupun di daerah tujuan transmigrasi, dapat

dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan seluruh bangsa.

Daerah yang ditetapkan sebagai tujuan transmigrasi ialah daerah baru

dengan kondisi lapangan yang relatif berat serta daya dukung lahan yang relatif

rendah. Sebagai daerah yang direncanakan menjadi permukiman baru, banyak hal,

seperti sarana, prasarana, dan potensinya, membutuhkan kajian mendalam agar

dibangun menjadi pusat perkembangan baru bagi kehidupan bersama di bidang

ekonomi, sosial, dan budaya.

8

Tantangan utama dalam pembangunan masyarakat di daerah transmigrasi

ialah bagaimana memanfaatkan segala potensi yang dimiliki masyarakat

pendatang baru, maupun masyarakat setempat, baik berupa keterampilan, potensi

kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, maupun potensi alam serta kondisi

lingkungan. Pembangunan di daerah transmigrasi dilakukan dengan membuka dan

memanfaatkan suatu kawasan yang cukup luas, sebagian besar sebelumnya

merupakan kawasan hutan yang harus di konversi terlebih dulu agar menjadi

kawasan budi daya. Tanpa perhitungan hati-hati, kegiatan tersebut dapat

menimbulkan gangguan terhadap kelestarian sumber daya alam maupun terhadap

kondisi lingkungan hidup. Oleh karena itu, pembangunan daerah transmigrasi

dipersyaratkan yang berwawasan lingkungan, agar dapat mewujudkan

pembangunan wilayah yang berkelanjutan.

Salah satu peranan program transmigrasi yang yang menonjol ialah

pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia dan penyaluran potensi sember daya

alam manusia dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pembangunan

wilayah.

Secara umum, program transmigrasi berdampak sangat luas terhadap

pembangunan wilayah, dilihat dari sudut tata ruang wilayah melaui pembukaan

wilayah-wilayah terisolasi serta pemanfaatan ruang wilayah. Maupun dalam

bentuk pembangunan ekonomi wilayah. Program transmigrasi sebagai unit

kegiatan produksi telah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Sebagai

kegiatan investasi, pihak yang mendapat dampak awal dari program transmigrasi

ialah masyarakat di wilayah transmigrasi. Sentra-sentra permukiman transmigrasi

9

memasarka out putyang dihasilkan, sekaligus menjadi pasar produksi dari luar

pemukiman untuk kebutuhan transmigrasi, baik barang maupun jasa, sehingga

meningkatkan integrasi dan interaksi dengan masyarakat di wilayah tersebut. Arus

barang dan jasa dari dan ke wilayah transmigrasi dapat meningkatkan komunikasi

antarruang wilayah, sehingga dapat mengundang berkembangnya sektor jasa yang

terkait.

Menurut Siswono Yudhohusodo (1998:79) sasaran-sasaran penyelenggaraan transmigrasi yang ingin dicapai meliputi: pertama, pada tingkat permukiman, sasaran penyelenggaraan transmigrasi ialah meningkatkan pendapatan transmigrasi, peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan, kesehatan pelayanan administrasi pemerintahan dan peningkatan kelayakan permukimannya, membangun rasa aman, mengembangkan dinamika interaksi masyarakat, partisipasi, dan kemandirianmasyarakat. Kedua,pada tingkat daerah, sasarannya ialah upaya peningkatan produksi, perbaikan distribusi dan kepastian hukum atas pemilikan lahan, perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, pemantapan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, peningkatan pendapatan asli daerah, peningkatan pendapatan asli daerah, peningkatan investasi serta tercapainya keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Ketiga, pada tingkat nasional, sasarannya ialah tercapainya persebaran penduduk dan tenaga kerja secara seimbang dan serasi, penyebaran pembangunan kawasan yang seimbang, yang dikaitakan dengan kegiatan usaha yang sesuai dengan potensi daerah, terutama untuk mengurangi kesenjangan pendapatan antargolongan masyarakat, meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa serta mendorong tercapainya ketahanan nasional yang semakin dinamis.

Menurut Siswono Yudhohusodo (1998:81) “sasaran pembangunan transmigrasi

terdiri dari program pokok dan program penunjang, dan masing-masing

mempunyai program-program ikutan lain yaitu (1) Program pokok, (2). Program-

program penunjang”.

Program ini terdiri dari program pengembangan permukiman dan

lingkungan transmigrasi, serta program pengarahan dan pembinaan transmigran.

Adapun pendapat di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

10

a. Program pengembangan permukiman dan lingkungan transmigrasi bertujuan

menyiapkan permukiman transmigrasi baru, termasuk untuk para peladang

berpindah dan perambah hutan, dan mengembangkan permukiman transmigrasi

yang telah ada. Program ini dilaksanakan dengan: (1); Menyiapkan areal bagi

pembangunan permukiman transmigrasi, yang umumnya semula merupakan

areal hutan yang dapat dikonversi, lalu membuat rencana pengembangan

jangka panjang dan menengah serta rencana teknis tata ruang permukiman

yang disesuaikan dengan rencana umum tata ruang provinsi dan rencana umum

tata ruang kabupaten. (2); Melaksanakan pembangunan jaringan jalan,

pembukaan lahan, pengukuran dan pengkaplingan, pembangunan rumah

beserta prasarana dan sarana permukimannya, serta fasilitas umum lain. (3);

Melaksanakan pendayagunaan, lingkungan seperti konservasi lahan dan air,

membangun hutan desa dan membina kesehatan lingkungan. (4); Memberikan

penetapan hak pemilikan tanah kepada transmigran. Dan (5); Mengembangkan

permukiman transmigrasi yang ada dengan melaksanakan rehabilitasi/

peningkatankualitas prasarana dan sarana yang telah ada di daerah

transmigrasi.

b. Program pengarahan dan pembinaan transmigrasi bertujuan meningkatkan

minat masyarakat untuk bertransmigrasi, menyiapkan calon transmigrasi,

mengerahkan dan menempatkan transmigran, dan membina transmigran serta

para peladang berpindah dan perambah hutan di permukaannya yang baru,

sehingga kehidupannya dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

Program ini dilaksanakan dengan: (1); Mengadakan penerangan dan

11

penyuluhan untuk menumbuhkan minat bertransmigrasi, baik transmigrasi

umum, transmigrasi swakarsa berbantuan maupun transmigrasi swakarsa

mandiri di daerah asal transmigran. (2); Melaksanakan pendaftaran, seleksi dan

menyediakan perlengkapan, fasilitas angkutan dan akomodasi untuk

transmigran umum dan transmigrasi swakarsa berbantuan, serta memberikan

bantuan jaminan hidup untuk beberapa waktu sebelumusaha transmigran dapat

menghasilkan. (3); Melakukan pembinaan sosial budaya terutama pembinaan

di bidang pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, serta lingkungan

hidup di permukiman transmigrasi. (4); Meningkatkan penyediaan sarana

produksi pertanian seperti bibit, pupuk, pestisida, dan pakan ternak. (5);

mendorong penggunaan peralatan dan mesin pertanian yang sesuaidengan

usaha tani yang produktif serta meningkatkan efisiensi pengangakutan dan

pengolahan hasil pertanian untuk mengurangi kehilangan hasil produksi dan

meningkatkan nilai tambah yang diterimah oleh transmigran, dan (6);

Meningkatkan kemampuan usaha kelompok transmigrasi, memberi penyuluhan

pertanian lapangan dan penyuluhan kehutanan.

Program ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembinaan anak dan

remaja, pembinaan pemuda, peranan wanita, pengembangan informasi

transmigrasi, serta pendidikan, pelatihan dan penyuluhan transmigrasi.

a. Program penelitian dan pengembangan

Untuk meningkatkan kualitas pembangunan transmigrasi diadakan

kegiatan penelitian dan pengembangan untuk mendukung penyelenggaraan dan

pelaksanaan transmigrasi secara keseluruhan. Program ini dilaksanakan dengan:

12

(1); Meleksanakan penelitian sosial ekonomidan budaya di daerah transmigrasi

untuk merumuskan rencana pembangunan transmigrasi jangka panjang yang

paling sesuai untuk daerah bersangkutan. (2); Mengadakan penelitian tentang

teknolpgi yang sesuai dengan kondisi sumber daya alam di dearah transmigrasi

dan kebutuhan transmigran. (3); Meneliti dampak program transmigrasi terhadap

kesejahteraan transmigran dan perkembangan ekonomi wilayah. (4); Memelitiu

faktor dominan yang dapat meningkatkan minat bertransmigrasi. (5); Meneliti

model pembangunan transmigrasi yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan, dan (6); Meneliti interaksi sosial budaya yang terjadi antara

transmigrandan penduduk setempat.

b. Program Pembinaan Anak dan Remaja

Program ini bertujuan menanamkan kepada anak dan remaja di

pemukiman transmigrasi tentang nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur budaya bangsa

dan kemandirian; meningkatkan mutu gizi dan kesehatan, meningkatkan

pendidikan, menumbuhkan wawasan IPTEK; menumbuhkan dan meningkatkan

idealisme dan patriotisme; meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan

masyarakat serta pembinaan dan perlindungan hukum bagi anak dan remaja di

daerah transmigrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan melalui program

perbaikan gizi, pelayanan kesehatan dasar, kesejahteraan sosial, kependudukan

dan keluarga berencana, pendidikan sekolah dan luar sekolah, termasuk

pendidikan agama, olahraga, iptek, bela negara dan kepramukaan.

13

c. Program pembinaan pemuda

Program ini bertujuan menanamkan dan mengembangkan jiwa

kepoloparan transmigrasi kepada generasi muda di permukaan transmigrasi

sehingga mereka dapat menjadi penerus pembangunan di daerah transmigrasi.

Program ini dilaksanakan dengan menyelenggarakan kursus dan pelatihan untuk

generasi muda transmigrasi, terutama yang berkaitan dengan masalah

kepemimpinan desa, usaha mandiri, pembangunan ekonomi, dan sosial budaya,

pembangunan desa dan pelestarian lingkungan hidup serta pembentukan

organisasi pemuda seperti Karang Taruna dan Pramuka.

d. Program peranan wanita

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan peranan

wanita dalam pembangunan di daerah transmigrasi melalui kegiatan bimbingan,

penyeluhan dan peningkatan keterampilan di bidang kesejahteraan keluarga,

perbaikan gizi dan kesehatan, peneyehatan lingkungan permukiman, pengelolaan

lahan pekarangan, agribisnis, dan kegiatan lain yang disesuaikan dengan potensi

daerah transmigrasi. Kegiatan peningkatan peranan wanita ini terintegrasi dengan

kegiatan PKK di daerah transmigrasi.

e. Program pengembangan informasi transmigrasi

Program ini bertujuan menyediakan informasi yang diperlukan dalam

penyelenggaran transmigrasi, dan dilaksanakan melalui pengembangan dan

penyempurnaan sistem informasi transmigrasi yang mencakup informasi sosial

ekonomi daerah asal transmigrasi, daerah tujuan, kondisi sumber daya alam,

produksi, pemasaran, permodalan, dan transportasi.

14

f. Program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan transmigrasi

Sasaran program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan transmigrasi ialah

meningkatkan mutu dan kemampuan sumber daya manusia aparatur

penyelenggaraan transmigrasi, terutama pegawai negeri yang bekerja di tingkat

pusat, daerah, maupun lapangan. melalui pendidikan pelatihan, dan penyuluhan

transmigrasi, wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku serta

disipilin kerja para pegawai ditingkatkan, termasuk penguasaan IPTEK dan

metode kerja yang sesuai dengan tuntutan tugas dan misi pembangunan

transmigrasi yang terus berkembang.

Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu daerah yang

padat penduduk ke daerah lain yang jarang penduduknya di wilayah Republik

Indonesia untuk tinggal menetap dalam rangka pembentukan masyarakat baru

serta untuk membangun daerah, baik daerah yang ditinggalkan maupun yang

didatangi dalam rangka pembangunan nasional. (Http://www.nakertras.com)di

uduh tanggal 18 Januari 2013.

2.1 Teori Etnik

Menurut Narroll (1988:11) bahwa etnik adalah sebagai suatu populasi yang: secara biologis mampu berkembang biak dan bartahan dan mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, dan membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri serta menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat di bedakan dari kelompok populasi lain.

Etnik adalah sekumpulan manusia yang hidup dan mampu berkembang biak

di suatu tempat yang memiliki norma-norma budaya dan mempunyai rasa

15

kebersamaan dalam membentuk budaya yang mampu membuat interaksi bersama

masyarakat yang berada di tempat tersebut.

Menurut Narroll (1988:11)kelompok-kelompok etnik sebagai unit-unit kebudayaanKelompok etnik yang di kemukakan di atas, kemampuan untuk berbagi sifat budaya yang sama merupakan ciri utama yang penting. Ciri khusus ini bukan hanya merupakan ciri etnik saja, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas, apalagi dengan asumsi bahwa tiap kelompok etnik mempunyai ciri budaya sendiri.

Menurut Narroll (1988 : 11): “Terdapat dua hal pokok yang dapat di bahas dalam

mengamati kehadiran kelompok-kelompok etnik dengan ciri-ciri unit budayanya

yang khusus, yaitu (1) kelenggengan unit-unit budaya ini, dan (2) faktor-faktor

yang mempengaruhi terbentuknya unit budaya tersebut”.

Dengan adanya aspek budaya ini, klasifikasi seseorang atau kelompok

setempat dalam keanggotaan suatu kelompok etnik tergantung pada kemampuan

seseorang atau kelompok ini untuk memperlihatkan sifat budaya kelompok

tersebut. Perbedaan yang terdapat antara kelompok-kelompok ini mengakibatkan

berbedanya cara untuk mengumpulkan sifat-sifat budaya; (1) kontrasi di arahkan

pada analisis budaya, dan bukan pada tatanan etnisnya.hubungan antar kelompok

yang dinamis terlihat pula dalam studi akulturasi.Termasuk di sini misalnya

budaya masa lalu yang tidak terdapat lagi di masa kini, karena perubahan bentuk

budaya yang menetukan dalam perkembangan suatu kelompok etnik.(2) Bentuk-

bentuk budaya yang tampak menunjukkan adanya pengaruh ekologi.tapi ini tidak

berarti bahwa semua itu hanya menunjukan penyesuaian diri terhadap lingkungan

lebih dapat di katakan bentuk budaya ini merupakan hasil penyesuaian para

anggota kelompok etnik dalam berbagai faktor luar.suatu kelompok etnik yang

16

tinggal tersebar di daerah dengan lingkungan ekologi yang bervariasi akan

memperlihatkan perilaku yang berbeda sesuai dengan daerah tinggalnya.

a. Etnik sebagai suatu tatanan

Menurut Fredrik Barth (1988:14) Etnik dapat di pandang sebagai suatu tatanan sosial. Dalam hal ini yang menentukan adalah batasan ke- 4 dari definisi tentang etnik di atas, yaitu menentukan ciri khasnya sendiri yang dapat di lihat dari kelompok lain. Ciri asal yang bersifat kategoris (categorical ascription) adalah ciri khas yang mendasar dan secara umum menentukan seseorang termasuk kelompok etnik mana, dan ini dapat di perikan latar belakang asal-usulnya. Kelompok-kelompok etnik sebagai tatanan sosial terbentuk bila seseorang menggunakan identitas etnik dalam mengakategorikan dirinya dan orang lain untuk tujuan interaksi. Penting untuk diingat bahwa meskipun kategori etnik mempertimbangkan

perbedaan budaya,kita tidak dapat begitu saja mengasumsikan hubungan etnik

dengan kesamaan atau perbedaan dalam budaya secara begitu sederhana. Yang di

nilai bukanlah seberapa banyak perbedaan yang ‘objektif, tetapi perbedaan mana

yang di anggap penting oleh si pelaku (anggota kelompok etnik). Bukan saja

variasi ekologi yang menandai dan memperbesar perbedaan ini, beberapa bentuk

budaya di gunakan oleh si pelaku untuk menandai perbedaan-perbedaan ini,

sementara bentuk budaya lain tidak di perhatikan, bahkan dalam beberapa hal

perbedaan yang radikal diabaikan. Kadar budaya dari dikotomi etnik dapat di

bedakan atas dua macam: (1). Tanda atau gejala yang tampak, yaitu bentuk

budaya yang sifat membedakan yang biasanya di gunakan untuk menentukan

identitas seseorang, misalnya pakaian, bahasa, bentuk rumah, atau gaya hidup

secara umum. (2) Nilai-nilai dasar, misalnya standar moral yang di gunakan untuk

menilai perilaku seseorang. Dengan masuknya seseorang ke dalam suatu

kelompok etnik, ia akan menjadi seseorang dengan identitas dasar tertentu, dan ini

17

berarti ia akan di nilai dan menilai dirinya sendiri berdasarkan standar yang

relevan dengan identitas dasar tersebut.

b. Batas kelompok-kelompok etnik

Fokus utama penelitian dari sudut pandang ini adalah batas etnik yang

menunjuk kepada suatu kelompok, bukan sifat budaya yang berada di dalamnya.

Batas yang kita perhatikan tentu saja merupakan batas sosial, meskipun mungkin

menyangkut juga batas wilayah. Bila sebuah kelompok tetap mempertahankan

identitasnya sementara anggotanya dalam kelopmpok tersebut, dan ini merupakan

cara untuk menandakan adanya suatu kriteria untuk menetukan keanggotaanya

dalam kelompok tersebut, dan ini merupakan cara untuk menandakan mana yang

anggota kelompoknya dan mana yang bukan. Kelompok etnik bukan semata-

mata di tentukan oleh wilayah yang di dudukinya; berbagai cara di gunakan untuk

mempertahankan kelompok ini, bukan dengan cara sekali mendapatkan untuk

seterusnya, tetapi dengan pengungkapan dan pengukuhan yang terus-menerus ;

dan ini perlu di pelajari.

Etnik menyalurkan kehidupan sosial, batas ini sering merupakan tatanan

perilaku dan hubungan sosial yang amat kompleks. Mengidentifikasi orang lain

sebagai bagian dari suatu kelompok etnik lain berarti menerapkan kriteria

penilaian dan peradilan baginya. Maka ini berarti mengasumsikan bahwa kedua

orang ini pada dasarnya bermain dalam permainan yang sama, dan ini juga berarti

bahwa di antara mereka ada kemungkinan diverisifikasi dan pengembangan dari

hubungan-hubungan sosialnya yang mencakup berbagai sektor dan ruang lingkup

aktifitasnya. Sebaliknya dikotomisasi seseorang sebagai orang asing, atau

18

sebagian bagian dari kelompok etnik lain, menyatakan adanya pembatasan dalam

pengertian bersama, adanya perbedaan kriteria dalam dalam mempertimbangkan

nilai-nilai dalam penampilan, serta adanya interaksi yang terbatas pada sektor-

sektor yang di asumsikan mengandung pengertian yang sama dan diminati

berasama.

Kelompok dan unit budaya barada dalam pelestarian batas etnik terdapat

situasi kontak sosial antara orang- orang dengan budaya berbeda dan kelompok

etnik hanya di kenal sebagai unit bila kelompok itu memperlihatkan perilaku yang

berbeda, jadi ada perbedaan budaya. Tetapi bila orang-orang dengan budaya yang

berbeda berinteraksi, di harapkan perbedaan-perbedaan akan berkurang, sebab

interaksi memerlukan dan membentuk kesatuan tanda dan nilai.

Menurut Fredrik Barth (1988:43) “etnik merupakan pengelompokan sosial

yang memberikan dasar status asal, sehingga hubungan antar etnik tersebut tertata

sesuai dengan status tersebut”.

Contoh yang di berikan memperlihatkan situasi dimana status atau ciri

etnik di abaikan, sehingga tidak tampak sebagai perilaku antar etnik yang

terlembaga. Meskipun demikian, ketidak kokohan ciri etnik ini tetap

mempengaruhi proses pengambilan peran pada interaksi dasar, sehingga

menambah bentuk dalam hubungan-hubungan antaretnik. Sebutan etnik ini

melekat erat pada masyarakat, keluarga maupun pribadi-pribadinya. Meskipun

tidak di pakai secara umum, sebutan ini menunjukkan bahwa ciri etnik tergolong

penting dalam hubungan antarpribadi dari orang dengan ciri etnik yang sama atau

19

yang berbeda. Dalam membedakan asal usul etnik, sangat sedikit di antara simbol

itu yang dapat diklasifikasikan sebagai sifat yang berbeda.

Identifikasi etnik antara sesama anggota perkampungan pasar yang

mempunyai kesadaran tinggi terhadap identitas etnik mereka, maupun antara

penduduk perkampungan dan kaum pendatang. Hal yang terjadi pada batas tempat

hidup masing-masing suku dalam perkampungan ini, di mana perbedaan itu di

terima baik oleh mereka yang berstatus etnik lebih tinggi dan di tolak atau di tutup

-tutupi oleh mereka dari kelompok yang berstatus etnik lebih rendah, gambaran

yang sama terlihat juga dalam pola perkawinan antaretnik. Jika sesukuan tidak

dapat di pandang sebagai satu kesatuan, melainkan suatu gambaran yang luas

tentang berbagai hubungan yang terutama mengacu ke pelacakan status etnik

berdasarkan kelahiran, bahasa dan sosialisasi. Jika semua ini dapat di terima,

maka studi tentang hubungan antaretnik merupakan studi tentang proses etnik,

yaitu terciptanya hubungan antaretnik, kelangsungannya, dan perubahan-

perubahannya.

Beberapa teori di atas mengenai tentang etnik dapat di simpulkan bahwa

etnik merupakan suatu budaya yang terdapat pada sekumpulan masyarakat yang

memiliki perbedaan ras dan tinggal di dearahnya masing-masing dan mempunyai

berbagai macam etnik sehingga terdapat macam-macam etnik di seluruh

indonesia, jadi tidak menutup kemungkinan di daerah-daerah tersebut terjadi

pembauran etnik.

20

2.2 Teori Masyarakat

Apabila berbicara mengenai masyarakat, terutama jika mengemukakannya

dari sudut antropologi, maka cenderung melihat dua tipe masyarakat. Yang di

maksudkan disana adalah pertama suatu masyarakt kecil, belum begitu kompleks,

belum mengenal tulisan dan teknologinya relatif sederhana; suatu masyarakat

struktur dan aspeknya masih dapat di pelajari sebagai satu kesatuan. Masyarakat

lain adalah masyarakat sudah kompleks, jauh menjalankan spesialisasi dalam

segala bidang karena ilmu pengetahuan modern teknologi sudah maju, masyarakat

sudah mengenal tulisan; suatu masyarakat susah di lihat dengan sekaligus segi

kegiatannya, hanya dapat di selidiki dengan baik dan didekati sebagian saja.

Sebenarnya pembagian masyarakat dalam dua tipe itu hanya untuk keperluan

penyelidikan saja. Dalam sejarah antropologi, masyarakat yang sederhana atau

bersahaja itu menjadi objek utama penyelidikan dari antropologi, sedang

masyarakat kompleks adalah obyek penyelidikan sosiologi. Sekarang ruang

lingkup penyelidikan ada beberapa perbedaan. Antropolgi sosial juga

mengarahkan penyelidikannya ke daerah perkotaan sedang sosiologi melebarkan

studinya ke daerah pedesaan.

Menurut comte (1983 : 15) menyatakan masyarakat adalah kelompok–kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Manusia diikat di dalam kehidupan kelompok karena rasa sosial yang serta-merta dan kebutuhan pribadi sendiri adalah makhluk yang lemah dan sukar untuk bertahan.

Apabila dia hidup bersama dengan rekan-rekannya, maka akan timbul dinamika

sosialdan intelektualitas kolektif yang memungkinkannya untuk menguasai

21

keadaan sekelilingnya. Lagi pula, kemampuan untuk menguasai keadaan

sekelilingnya itu memerlukan kegiatan-kegiatan kooperatif, sehingga kepentingan

kolektif (atau kepentingan umum) lebih penting daripada kepentingan-

kepentingan pribadi. Intelektualitas dan moralitas yang merupakan variabel-

variabel penting di dalam perkembangan sosial, merupakan hasil kehidupan

sosial, atau hasil dari proses-proses sosial, dan bukan merupakan suatu refleksi

daripada ciri-ciri pribadi manusia. Oleh karena manusia mengalami kekurangan

dalam intelektualitas dan altruisme, maka kualitas tersebut harus di tanamkan

pada pribadi oleh kolektive atau kehidupan bersama.

Menurut Comte (1983 : 18) Masyarakat terdapat empat bagian merupakan unsur penting bagi eksistensi sosialnya. (1). Semua masyarakat di dalamnya mengandung pengelompokkan-pengelompokkan dengan maksud mempermudah menjalankan tugas jika bertindak sebagai kesatuan. (2). Dalam masyarakat terdapat juga sistem prosedur yang mengatur kegiatan dan tindakan para anggota masyarakat. (3). Kehidupan dalam masyarakat membutuhkan satu landasan lain untuk mengadakan komunikasi. (4). Dalam masyarakat terdapat pula berbagai kriteria untuk memilki dan menseleksi satu sikap bagi penilian apakah satu pelaksanaan tugas dijalankan dengan efektif.

Menurut linton (1994 : 28) bahwa masyarakat adalah “sekolompok

manusia yang telah cukup lama dan bekerjasama, sehingga mereka itu dapat

mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas

tertentu”.

Hakikat masyarakat dimana sifat manusia sebagai makhluk hidup sosial

budaya membuat terciptanya berbagai wujud kolektif manusia yang berbeda

cirinya, sehingga penyebutan terhadap kesatuan-kesatuan tersebut juga berbeda-

beda. Istilah yang paling sering di gunakan untuk menyebut sekelompok manusia

adalah masyarakat dapat di kategorikan sebagai masyarakat .

22

Menurut koentjaraningrat (1980 : 30) masyarakat merupakan “kesatuan

hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang

bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa atas bersama”.

Masyarakat berbeda dari komunitas, tetapi komunitas adalah masyarakat.

Komunitas berbeda dari masyarakat karena ciri khususnya terikat oleh lokasi dan

kesadaran wilayah. Sedangkan masyarakat terlihat lebih umum. adapun istilah-

istilah seperti kategori sosial, golongan sosial, kelompok dan perkumpulan

adakalanya membingungkan. Kategori sosial adalah kesatuan manusia karena

adanya ciri-ciri objektif tertentu. Kategori-kategori ini sudah jelas di temui di

dalam masyarakat. Misalnya masyarakat di bedakan atas besar penghasilan dalam

satu tahun atau satu bulan. Contoh lain masyarakat dapat di kategorikan atas dasar

persentase jumlah penduduknya atau berdasarkan kelompok usia tertentu.

Golongan sosial berbeda dari kategori sosial dalam hal pemilikan identitas.

Kategori sosial tidak mempunyai identitas tertentu, sedangkan golongan sosial

mempunyai identitas tertentu yang dapat di tandai. Misalnya konsep pelaut yang

diidentitaskan sebagai orang pemberani dan mempunyai sautu kesatuan manusia.

Tiga wujud lain (yaitu “kerumunan”, “kategori sosial”, “golongan sosial”) tidak

disebut sebagai “masyarakat” karena tidak memenuhi syarat konsep

“masyarakat”. “perkumpulan” lazimnya tidak sebut “masyarakat” walaupun

memenuhi syarat.

Uraian di atas bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup

di suatu daerah tertentu yang memiliki wujud dari kesatuan hidup manusia yang

tinggal di suatu tempat dan saling berinteraksi satu sama lain dan menjalin

23

hubungan yang baik yang di dalamnya mempunyai ciri-ciri terjadi ada ikatan pada

tingkah laku khas di dalam seluruh sektor kehidupan yang mantap dan adanya

rasa identitas terhadap kelompok dimana manusia itu menjadi bagiannya.

2.3 Teori Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu fenomena universal. Setiap masyarakat-bangsa

didunia memiliki kebudayaan, meskipun bentuk dan coraknya berbeda-beda dari

masyarakat-bangsa yang satu ke masyarakat-bangsa yang lainnya. Kebudayaan

secara jelas menampakan kesamaan kodrat manusia dari berbagai suku, bangsa,

dan ras. Orang bisa mendefinisikan manusia dengan cara masing- masing, namun

manusia sebagai cultural being, mahluk budaya merupakan suatu fakta historis

yang tak terbantakan oleh siapanpun juga. Sebagai cultural being, manusia adalah

pencipta kebudayaan. Dan sebagai ciptaan manusia, kebudayaan adalah ekspresi

eksistensi manusia di dunia. Pada kebudayaan, manusia menampakkan jejak-

jejaknya dalam panggung sejarah.

Kebudayaan secara luas yakni apa saja yang dipikirkan dan dilakukan oleh

manusia termasuk segala peralatan yang digunakannya, maka teknologi adalah

anak kandung kebudayaan, disamping perangkat budaya yang lain, seperti ilmu,

seni, filsafat, sistem nilai, nilai keterampilan, pertukaran, perdagangan.

Kebudayaan sifatnya abstrak , tak dapat di raba atau di foto. Lokasinya ada di

kepala-kepala masayarakat, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiraan dari

warga masayarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Seomardi (2007 : 151) kebudayaan merupakan

“semua hasil karya, rasa, cipta masyarakat. Karya menghasilkan teknologi dan

24

kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmanih (material culture) yang di

perlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta

hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat”.

Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah dan

nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan

dalam arti yang luas. Di dalamnya termasuk misalnya saja agama, ideologi,

kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa

manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya, cipta merupakan

kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang hidup bermasyarakat,

dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Cipta

merupakan, baik yang berwujud teori murni, maupun yang telah di susun untuk

langsung di amalkan dalam kehidupan masyarakat. Rasa dan cinta dinamakan

pula kebudayaan rohaniah (spiritual atau immaterial culture). Semua karya, rasa,

dan cipta di kuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan kegunaannya agar

sesuai dengan kepentingan sebagian besar untuk dengan seluruh masyarakat.

Manusia sebenarnya mempunyai segi materiil dan segi spiritual di dalam

kehidupannya. Segi materiil mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk

mengahasilkan benda-benda maupun lain-lainnya yang berwujud benda. Segi

spiritual manusia mengandung cipta yang menghasilkan ilmu pengetahuan, karsa

yang menghasilkan kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan, dan hukum, serta

rasa yang menghasilkan keindahan. Manusia berusaha mendapatkan ilmun

pengetahuan logika, menyerasikan perilaku terhadap kaidah-kaidah melalui etika,

25

dan mendapatkan keindahan melalui estetika. Hal itu semuanya merupakan

kebudayaan, yang juga dapat di pergunakan sebagai patokan analisis.

Kebudayaan sebagaimana di atas dimiliki oleh setiap masyarakat.

Perbedaannya terletak pada kebudayaan masyrakat yang satu lebih sempurna

daripada kebudayaan masyarakat lain, di dalam perkembangannya untuk

memenuhi segala keperluan masyarakat. Di dalam hubungan di atas, biasanya di

berikan nama “ peradaban” (civilization) kepada kebudayaan yang telah mencapai

taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi.

kepentingan analisis, maka dari sudat struktur dan tingkatan di kenal

adanya super-culture yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Suatu super - culture

biasanya dapat di jabarkan ke dalam culture mungkin berkembang lagi

kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak bertentangan dengan kebudayaan

“induk”, yang lazimnya di namakan sub-culture. Akan tetapi, apabila kebudayaan

khusus tadi bertentangan dengan kebudayaan “induk”, gejala tersebut disebut

counter culture tidak selalu harus di beri arti negatif karena adanya gejala

tersebut dapat di jadikan petunjuk bahwa kebudayaan induk di anggap kurang

dapat menyerasikan diri dengan perkembangan kebutuhan. Secara analitis dapat di

adakan pembedaan antara penyimpangan dengan penyelewengan, kedunya

merupakan counterculture.

Koentjaraningrat (2002 :180)”kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat di

jadikan milik dari manusia denagan belajar”.

26

Tindakan manusia adalah “ kebudayaan” karena hanya amat sedikit

tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu di

biasakannya dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan akibat proses

fisikologi, atau kelakuan apabilai ia sedang membabi buta. Bahkan berbagai

tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa oleh mahluk

manusia dalam gen-nya bersama kelahirannya (sepert halnya makan, minum, atau

berjalan dengan kedua kakinya), juga di rombak olehnya menjadi tindakan

berkebudayaan, manusia makan pada waktu-waktu tertentu yang di anggapnya

wajar dan pantas, ia makan dan minum dengan alat-alat, cara-cara dan sopan

santun atau protokol yang seringkali sangat rumit, yang harus di pelajarinya

dahulu dengan susah payah. Manusia berjalan tidak menurut wujud organisme

yang telah di tentukan oleh alam.

Berdasarkan dari definisiarti kebudayaan sangat luas diatas kelihatan

berbeda-beda, namun sebenarnya prinsipnya sama, yaitu sama- sama mengakui

adanya ciptaan manusia. Dengan demikian kebudayaan adalah hasil buah budi

atau pikiran manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Tentang kebudayaan

di atas, bagi ilmu sosial, meliputi seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia,

yang teratur oleh tata kelakuan, yang harus didapatkannya dengan belajar dan

yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

E. B. Tylor (2007 : 150) menyatakan kebudayaan adalah komleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, kebudayaan mencakup semuanya yang di dapatkan atau di pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang di pelajari dasri pola-pola perilaku yang normatif yang artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir,merasakan.

27

Dari penjelasan di atas maka kebudayaan adalah suatu kebiasaan atau

sebuah tradisi yang menjadi kebiasaan di masing-masing daerah yang

berkembang di dearah tersebut yang menjadi suatu kebiaasan.

2.4 Unsur-unsur dan wujud kebudayaan

Keotjaraningrat (1984 : 5) Kebudayaan umat manusia itu mempunyai unsur-unsur sifatnya universal dan unsur-unsur itu dianggap sebagai isi dari kebudayaan manusia.unusur-unsur kebudayaan di anggap sebagai isi dari kebudayaan manusia. Unsur-unsur kebudayaan di anggap universal karena terdapat dalam semua wujud kebudayaan, mulai dari yang kecil, bersahaja sampai yang besar dan berkembang. Unsur-unsur kebudayaan itu dapat di jumpai pada semua masyarakat di dunia. Mengenai wujud kebudayaan akan di bahas kemudian.

Dari beberapa penjelasan di atas manusia mempunyai unsur-unsur

kebudayaan yang berbeda-beda yang di anggap sama terdapat isi dari kebudayaan

yang dari tingkat bawah sampai tingkar besar yang mengenai wujud suatu budaya

yang terdapat pada manusia yang berkembang di suatu daerah temapt tinggalnya

masing-masing.

2.5 Fungsi fungsi kebudayaan bagi masyarakat

Keontjaraningrat (1982 : 155) Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus di hadapi masyarakat dan anggota- anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian besar di penuhi oleh masyarakat yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Di katakan sebagai besar karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.

28

Tindakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam,

pada taraf permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di

dalam batas-batas untuk melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak di

jumpai pada masyarakat-masyarakat yang hingga kini masih rendah taraf

kebudayaannya. Misalnya suku bangsa kubu yang tinggal di pedalaman daerah

jambi masih bersikap menyerah terhadap lingkungan alamnya. Rata-rata mereka

itu masih merupakan masyarakat yang belum mempunyai temapt tinggal tetap

karena persediaan bahan pangan semata-mata tergantung dari lingkungan alam.

Taraf teknologi mereka belum mencapai tingkatan di mana kepada manusia di

berikan kemungkinan-kemungkinan untuk memanfaatkan dan menguasai

lingkungan alamnya.

Masyarakat yang sudah kompleks yang taraf kebudayaannya lebih

tinggi.hasil karya manusia tersebut. Yaitu teknologi, memberikan kemungkinan-

kemungkian untuk memanfaatkan hasil-hasil alam dan apabila mungkin,

menguasai alam. Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang

sangat perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatn. Karsa

merupakan daya upaya manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-

kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat. Kekuatan-kekuatan yang

tersembunyi dalam masyarakat tidak selamanya baik. Untuk menghadapi

kekuatan-kekuatan yang buruk, manusia terpaksa melindungi diri dengan cara

menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya merupakan petunjuk-petunjuk

tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan

29

hidup. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya

bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup.

Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaiamana

seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan

dengan orang lain.apabila manusia hidup sendiri, tak akan ada manusia lain yang

merasa terganggu oleh tindakan-tindakannya. Akan tetapi, setiap orang,

bagaimana hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri.

Kebiasaan (habit) merupakan suatu perilaku pribadi. Pribadi berarti bahwa

kebiasaan orang seseorang itu berbeda dari kebiasaan orang lain, walau misalnya

mereka hidup dalam satu rumah.

Kebiasaan tersebut menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam

tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.

Kebiasan-kebiasaan yang baik akan diakui serta di lakukan pula oleh orang-orang

lain yang semasyarakat. Bahkan lebih jauh lagi, begitu mendalamnya pengakuan

atas kebiasaan seseorang sehingga di jadikan patokan bagi orang lain, bahkan

mungkin di jadikan peraturan. Kebiasaan yang di jadikan kebiasaan yang teratur

oleh seseorang, kemudian di jadikan dasar bagi hubungsan antara orang-orang

tertentu sehingga tingkah laku atau tindakan masing-masing dapat di atur

menimbulkan norma atau kaidah.kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai

dengan kebutuhannya pada suatu saat lazimnya di namakan adat istiadat (custom).

30

2.6 Kebudayaan sebagai sistem norma

Kebudayaan menyangkut aturan yang harus di ikuti mengatakan bahwa

kebudayaan bersifat normatif , yang merupakan cara lain untuk mengatakan

bahwa kebudayaan menentukan standar perilaku. Untuk bersalaman kita

mengulurkan tangan kanan; ini adalah pantas dalam kebudayaan kita. Untuk

menggaruk kepala kita boleh mempergunakan kedua belah tangan; kebudayaan

kita tidak memiliki norma untuk menggaruk kepala.

Chester L Hunt (1984 : 64) Istilah “norma” memilki kedua kemungkinan arti. Suatu norma budaya adalah suatu konsep yang di harapkan ada. Kadang-kadang norma statistis dianggap sebagai kebudayaan yang “nyata” dan norma kebudayaan sebagai kebudayaan yang “ ideal”. Kita sering tidak membedakan kedua norma tadi.norma statistis adalah suatu ukuran dari perilaku yang sebenarnya, di setujui atau tidak. Norma kebudayaan adalah seperangkat perilaku yang di harapkan, suatu citra kebudayaan tentang bagaimana seharusnya seseorang bersikap.