BAB II PENYIDIKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK ...repository.unpas.ac.id/40488/4/J.BAB...

41
44 BAB II PENYIDIKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) TERHADAP ISTRI SEBAGAI PELAKU PASIF DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DIHUBUNGKAN DENGAN ASAS KEPASTIAN HUKUM A. Tinjauan Umum Tindak Pidana Pencucian Uang 1. Sejarah Tindak Pidana Pencucian Uang Maraknya kegiatan kejahatan pencucian uang dari tahun ke tahun semakin mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan, bukan hanya di masyarakat saja tetapi di pemerintah atau petinggi Negara juga memperhatikan kegiatan ini. Berkembangnya pola/cara pelaksanaan kejahatan pencucian uang semakin maju dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan zaman membuat kejahatan ini semakin sulit untuk dicegah dan dibuktikan. Bahkan kejahatan pencucian uang bukan hanya dalam skala nasional tetapi juga dalam skala regional dan global, dimana kejahatan ini dilakukan oleh berbagai kelompok, kalangan dan juga organisasi internasional (International Organitation).Kejatahan pencucian uang dianggap sebagai suatu fenomena kejahatan yang menyangkut terutama dunia kejahatan yang disebut “Organized Crime” karena dimensi dan implikasinya yang melanggar batas-batas Negara. 53 53 Aprillia Kicky P, Hasil Pemeriksaan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) Sebagai Bukti Awal Tindak Pidana Penghindaran Pajak Dalam Kasus Panama Papers

Transcript of BAB II PENYIDIKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK ...repository.unpas.ac.id/40488/4/J.BAB...

44

BAB II

PENYIDIKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

TERHADAP ISTRI SEBAGAI PELAKU PASIF DALAM TINDAK

PIDANA PENCUCIAN UANG DIHUBUNGKAN DENGAN ASAS

KEPASTIAN HUKUM

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana Pencucian Uang

1. Sejarah Tindak Pidana Pencucian Uang

Maraknya kegiatan kejahatan pencucian uang dari tahun ke tahun

semakin mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan, bukan

hanya di masyarakat saja tetapi di pemerintah atau petinggi Negara

juga memperhatikan kegiatan ini. Berkembangnya pola/cara

pelaksanaan kejahatan pencucian uang semakin maju dengan

memanfaatkan kemajuan teknologi dan zaman membuat kejahatan ini

semakin sulit untuk dicegah dan dibuktikan. Bahkan kejahatan

pencucian uang bukan hanya dalam skala nasional tetapi juga dalam

skala regional dan global, dimana kejahatan ini dilakukan oleh

berbagai kelompok, kalangan dan juga organisasi internasional

(International Organitation).Kejatahan pencucian uang dianggap

sebagai suatu fenomena kejahatan yang menyangkut terutama dunia

kejahatan yang disebut “Organized Crime” karena dimensi dan

implikasinya yang melanggar batas-batas Negara.53

53 Aprillia Kicky P, Hasil Pemeriksaan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan) Sebagai Bukti Awal Tindak Pidana Penghindaran Pajak Dalam Kasus Panama Papers

45

Pada awalnya kejahatan pencucian uang ini dianggap sangat erat

hubungannya dengan perdagangan obat bius/narkotika dan kejahatan

lainnya, namun dalam perkembangannya, hasil atau proses dari

kejahatan ini sudah dihubungkan dengan tindak criminal secara umum

dalam jumlah yang besar, seperti korupsi. Hal ini disebabkan karena

hasil harta/kekayaan yang dihasilkan dalam jumlah besar dengan cara

disembunyikan yang disebut dengan uang kotor (dirty money).54

Istilah pencucian uang (money laundering) yang muncul tahun

1920-an ketika para mafia di Amerika Serikat mengakuisisi atau

membeli usaha Laundromats (mesin pencuci otomatis) sebagai modus

pemanfatan usaha Loundromats karena tunai (cash). Cara seperti ini

ternyata dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan bagi pelaku

kejahatan seperti Al Capone. Jefrey Robinson mengemukakan bahwa

kasus Al Capone seolah-olah menggambarkan bahwa istilah pencucian

uang muncul setelah kasus itu ada, pahadalitu hanya sebagai mitos

belaka. Pencucian uang dikenal demikian karena dengan jelas

melibatkan tindakan penempatan uang haram atau tidak sah melalui

suatu rangkaian transaksi, atau dicuci sehingga uang tersebut keluar

menjadi seolah-olah uang sah atau bersih. Artinya sumber dana yang

diperolah secara tidak sah disamarkan atau disembunyikan melalui

Dihubungkan Dengan Undang-Undang No 8 Tahun 2010 Tentang Pp-Tppu (Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang). Skripsi, 2017, hlm. 51 54 Ibid, hlm. 52.

46

serangkaian transfer dan transaksi agar uang tersebut pada akhirnya

terlibat menjadi pendapan yang sah.55

Pendapat lain mengatakan bahwa money laundering sebagai

sebutan sebenarnaya belum lama dipakai. Billy Steel mengemukan

istilah money lanudering pertama kali digunakan pada surat kabar di

Amerika Serikat sehubungan dengan pemberitaan skandal watergate

pada tahun 1973. Sedangkan penggunaannya dalam konteks

pengadilan atau hukum muncul pertama kali pada tahun 1982 dalam

kasus US v $4.255.625,39 (1982) 551F supp, 314. Sejak itulah istilah

money laundering diterima dan digunakan secara luas di seluruh dunia.

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi di sektor

perbankan, dewasa ini banyak bank telah menjadi sasaran utama untuk

kegiatan pencucian uang disebabkan sektor inilah yang banyak

menawarkan jasa-jasa instrumen dalam lalu lintas keuangan yang

dapat digunakan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul

suatu dana. Dengan adanya globalisasi perbankan dana hasil kejahatan

mengalir atau bergerak melampaui batas yurisdiksi negara dengan

memanfaatkan faktor rahasia bank yang umumnya dijunjung tinggi

oleh perbankan. Melalui mekanisme ini maka dana hasil kejahatan

bergerak dari suatu negara ke negara lain yang belum mempunyai

sistem hukum yang cukup kuat untuk menanggulangi kegiatan

55 Yesmil Anwar dan Adang, Op. Cit, hlm. 273

47

pencucian uang atau bahkan bergerak ke negara yang menerapkan

ketentuan rahasia bank secara sangat ketat.56

Sebagai bahan pertimbangan yaitu kasus Bank of Credit and

Commerce International (BCCI) adalah bank swasta terbesar ketujuh

di dunia. Namun, selama pertengahan 1980-an bank ditemukan untuk

terlibat dalam kegiatan berbagai penipuan termasuk sejumlah besar

pencucian uang. Miliaran keuntungan kriminal, termasuk uang obat,

pergi melalui rekeningnya. Bank tidak terlalu pilih-pilih pelanggan,

seperti klien termasuk Saddam Hussein, mantan diktator militer

Panama Manuel Noriega, dan Palestina Abu Nidal pemimpin teroris.

Hal ini juga telah menuduh bahwa CIA menggunakan rekening di

BCCI untuk mendanai Mujahidin Afghanistan selama perang dengan

Uni Soviet pada 1980-an. Kasus Bank of Credit & Commerce

International (BCCI) merupakan kasus pencucian uang yang tergolong

sebagai kejahan terorganisir dengan mempergunakan model Operasi

C-Chase, modus kerjasama penanaman modal, metode legitimate

business conversions dan dengan instrument bank dan lembaga

keuangan lainnya.

Sehubungan dengan kasus yang terjadi di Amerika. Kongres

Amerika Serikat mengambil beberapa langkah penting untuk

mengatasi permasalah pencucian uang. Salah satunya dengan

mengesahkan Undang-undang Rahasia Bank 1970 (BSA Act) sebagai

56Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008,

hlm. 2

48

respon untuk mengatasi masalah pergerakan uang haram ke tex haven

country dan negara-negara yang menerapkan rahasia bank secara ketat.

BSA menagtur tentang sanksi pidana atas jenis-jenis kegiatan yang

menggunakan skema pencucian uang dengan ancaman pidana paling

berat bagi pihak-pihak yang melakukan transaksi keuangan dengan

menggunakan sumber yang diduga dari uang kotor.57

2. Pengertian Pencucian Uang

Istilah pencucian uang berasal dari bahasa Inggris, yakni money

laundering. Money artinya uang dan laundering artinya

pencucian.Sehingga secara harfiah, money laundering berarti

pencucian uang atau pemutihan uang hasil kejahatan.Secara umum,

istilah money laundering tidak memiliki defenisi yang universal karena

baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang masing-

masing mempunyai defenisi tersendiri berdasarkan sudut pandang dan

prioritas yang berbeda.Namun, bagi para ahli hukum Indonesia istilah

money laundering disepakati dengan istilah pencucian uang. Pencucian

uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta

kekayaan yang diperoleh darihasil tindak pidana yang kemudian

diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan

yang sah.58

57 Yesmil Anwar, Op.Cit, hlm. 276 58 Adrian Sutedi. Op. Cit, hlm. 12

49

Masalah pencucian uang (money laundering) baru dinyatakan

sebagai tindak pidana oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang disahkan dan

diundangkan pada tanggal 17 April 2002. Sebagai Undang-Undang

yang baru, sudah tentu memuat permasalahan yang baru pula bagi

negara kita, Indonesia.

Diterbitkannya Undang-Undang ini untuk mengatasi akibat

Indonesia dimasukkan kedalam daftar hitam, yaitu dikategorikan

sebagai negara yang tidak kooperatif, menurut istilah mereka ialah

Non- cooperative countries and territories (NCCT’s) sejak Juni 2001

oleh kelompok negara maju yang tergabung dalam financial action

task force (FATF) on Money Loundring. FATF mempunyai fungsi

mengembangkan menyebarluaskan kebijakan pemberantasan

pencucian uang, pemerosotan harta/asset dari tindak pidana dalam

menyembunyikan tindak pidana asal usulnya yangillegal.59

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Pasal 2 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang adalah perbuatan yang bertujuan untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta

kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang kemudian

diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan

yang sah. Tindak pidana yang menjadi pemicu terjadinya pencucian

uang meliputi korupsi, penyuapan, penyelundupan barang/tenaga,

59Ibid, hlm 175

50

kerja/imigran, perbankan, narkotika, psikotropika, perdagangan

budak/wanita/anak/senjata gelap, penculikan, terorisme, pencurian,

penggelapan, dan penipuan.

Pengertian Money Laundering tersebut, Financial Action Task

Force on Maney Laudering (FATF) merumuskan bahwa money

laundering adalah proses menyembunyikan atau menyamarkan asal-

usul hasil kejahatan. Proses tersebut untuk kepentingan penghilangan

jejak sehingga memungkinkan pelakunya menikmati keuntungan-

keuntungan itu dengan tanpa mengungkap sumber perolehan.

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010

tentang PP-TPPU (Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang) yang menyatakan:

“Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi

unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam

Undang-Undang ini”60

Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang No. 8 Tahun

2010 tentang PP-TPPU yang menyatakan hasil tindak

pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak

pidana:

a. Korupsi.

b. Penyuapan.

c. Narkotika.

d. Psikotropika.

e. Penyelundupan tenaga kerja.

f. Penyelundupan migran.

g. Di bidang perbankan.

h. Di bidang pasar modal.

i. Di bidang peransuransian.

j. Kepabeanan.

k. Cukai.

60 R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 17.

51

l. Perdagangan orang.

m. Perdagangan senjata gelap.

n. Terorisme.

o. Penculikan.

p. Pencurian.

q. Penggelapan.

r. Penipuan.

s. Pemalsuan uang.

t. Perjudian.

u. Prostitusi.

v. Di bidang perpajakan.

w. Di bidang kehutanan.

x. Di bidang lingkungan hidup.

y. Di bidang kelautan dan perikanan.

z. Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana

penjara 4 (empat) tahun atau lebih, yang dilakukan

di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

atau diluar wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan tindak pidana tersebut juga

merupakan tindak pidana menurut hukum

Indonesia.61

Kegiatan Pencucian Uang mempunyai dampak yang serius

terhadap stabilitas system keuangan maupun perekonomian secara

keseluruhan.Tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana

multi- dimensi dan bersifat transnasional yang sering kali melibatkan

jumlah uang yang cukup besar.62

Pengertian pencucian uang telah banyak dikemukakan oleh para

ahli hukum. Berikut ini adalah beberapa pengertian pencucian uang

yaitu:

Menurut Welling (Sarah N Welling) pencucian uang adalah:

“money laundering is a process by wich one conceals

the existence, illegal source, or illegal application of

61 Adrian Sutedi, Pasar Modal Mengenal Nasabah Sebagai Pencegahan Pencucian

Uang, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 9-10 62 Ibid, hlm. 10

52

income, and than disguises that income to make it appear

legitimate”63

Pengertiannya:

Pencucian uang adalah suatu proses dalam keadaan

menyembunyikan, sumber illegal, aplikasi pendapatan

illegal, dan penyamaran pendapatan agar terlihat sah/legal.

Menurut Pamela H. Bucy pencucian uang adalah:

“money laundering is the concealment of existence,

nature of illegal source of illicit fund in such a manner

that the funds will appear legitimate if discovered”64

Pengertiannya:

Pencucian uang adalah penyembunyian keberadaan,

sifat sumber illegal dana terlarang dengan cara sedemikian

rupa sehingga dana akan tampak sah jika ditemukan.

Menurut Black’s Law Dictionary pencucian uang adalah:

“money laundering is term used to describe investment

or other transfer of money flowing form racketeering,

drug transactions and either illegal sources into legitimate

channels so that its original sources can not be traced”65

Pengertiannya:

Pencucian uang adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan investasi atau transfer lain dari uang

mengalir dalam bentuk pemerasan, transaksi narkoba dan

baik sumber illegal ke saluran yang sah sehingga aslinya

tidak dapat ditelusuri.

Sutan Remy Sjahdeini mendefiniskan pengertian pencucian uang

atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang merupakan

proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang

haram, yaitu uang dari tindak pidana, dengan maksud

63 Sarah N Welling, 2003, Smurfs, Money Laundering and The United States Criminal

Federal Law, Jurnal Hukum Bisnis Vol 22 no.3, hlm 5. 64 Pamela H. Bucy, White Collar Crime: Case and Materials, St.Paul Minn: West

Publishing Co, 1992, hlm 128. 65 Henry Campbell Black, Black Law Dictionary, St.Paul Minn: West Publishing Co,

1991, hlm. 611.

53

menyembunyikan, menyamarkan asal usul uang tersebut dari

pemerintah ataupun otoritas yang berwenang melakukan penindakan

terhadap tindak pidana dengan cara antara lain dan terutama

memasukkan uang tersebut dalam sistem keuangan (financial system).

Sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dengan sistem

keuangan tersebut sebagai uang yang halal.66

Dari beberapa definisi penjelasan yang dikemukakan oleh

beberapa ahli diatas yang menjelaskan tentang pencucian uang, dapat

disimpulkan bahwa pencucian uang adalah kegiatan-kegiatan yang

merupakan proses yang dilakukan oleh seorang atau organisasi

kejahatan terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak

kejahatan, dengan maksud mengubah suatu perolehan dan

menyembunyikan asal-usul uang tersebut secara tidak sah dari

pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan

terhadap tindak kejahatan dengan cara terutama memasukan uang

tersebut kedalam system keuangan (financial system) sehingga apabila

uang tersebut kemudian dikeluarkan dari system keuangan itu maka

keuangan itu telah berubah menjadi uang yang sah.57 Biasanya

kegiatan ini dilakukan belalui 2 (dua) cara yaitu:

a. Cara pengelakan pajak (tax evasion), yaitu dengan cara

merendahkan jumlah perhitungan pajak dari yang sebenarnya

saat melaporkan jumlah uang yang didapatkan, sehingga

66 R. Wiyono, S.H, Op. Cit, hlm 21-22

54

tingginya biaya social dan rumitnya birokrasi, maka dengan

mudah ditempuh dengan cara yang tidak sah, dengan begitu

maka upaya-upaya yang dilakukan secara tidak sah dapat

dilakukan secara resmi.

b. Cara yang melanggar hukum (abusing of the law), yaitu dengan

cara yang melanggar hukum untuk menghasilkan uang, sesuai

dengan yang dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

No. 8 Tahun 2010 Tentang PP-TPPU.

3. Objek Pencucian Uang

Menurut Sarah N. Welling, pencucian uang (money

laundering) dimulai dengan adanya “uang haram” atau “uang kotor”

(dirty money). Uang dapat menjadi kotor dengan dua cara, pertama,

melalui pengelakan pajak (tax evasion), yang dimaksud dengan

pengelakan pajak ialah memperoleh uang secara ilegal, tetapi jumlah

yang dilaporkan kepada pemerintah untuk keperluan penghitungan

pajak lebih sedikit dari yang sebenarnya diperoleh. Kedua,

memperoleh uang dari cara-cara yang melanggar hukum. Teknik-

teknik yang biasa dilakukan untuk hal itu, antara lain penjualan obat-

obatan terlarang atau perdagangan narkoba secara gelap (drug sales

atau drug trafficking),penjualan gelap (illegal gambling), penyuapan

(bribery), terorisme (terrorism), pelacuran (prostitution),

perdagangan senjata ( arms trafficking), penyelundupan minuman

keras, tembakau dan pornografi (smuggling of contraband alcohol,

55

tobacco, pornography), penyelundupan imigran gelap (illegal

immigrationrackets atau people smuggling), dan kejahatan kerah putih

(white collar crime).67

Praktik pencucian uang memang mula-mula dilakukan hanya

terhadap uang yang diperoleh dari lalu lintas perdagangan narkotik dan

obat-obatan sejenis itu (narkoba) atau yang dikenal sebagai illegal drug

trafficking. Namun kemudian, pencucian uang dilakukan pula terhadap

uang-uang yang diperoleh dari sumber-sumber kejahatan lain seperti

yang dikemukakan diatas.

Sebenarnya, sumber pengumpulan uang haram secara internasional

yang berasal dari drug trafficking bukanlah yang utama. Porsi utama

dari uang haram itu berasal dari tax evasion, flight capital, termasuk

flight capital atas uang yang disediakan oleh negara maju (developed

contris) bagi negara berkembang (developing countries) dalam bentuk

keuangan (financial aid), yang tidak dibelanjakan atau diinvestasikan

di negara yang bersangkutan, tetapi kemudian kembali pada negara-

negara tersebut sebagai illegal exported capital. Uang inilah yang

sering ditempatkan di bank luar negeri yang justru telah memberikan

kredit tersebut.68

4. Unsur-unsur Tindak Pidana Pencucian Uang

Salah satu item perubahan yang termuat dalam Undang- undang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah

67 http://khoreanita.blogspot.co.id/2011/03/tindak-pidana-pencucian-uang-dalam.html,

diakses pada tanggal 17 Oktober 2018 pada pukul 13.44 68 Adrian Sutedi, Loc.Cit, hlm. 15.

56

“redefenisi pencucian uang”. Hal ini terlihat dari unsur-unsur tindak

pidana pencucian uang yang meliputi:69

a. Pelaku

Dalam UU PP-TPPU digunakan kata ”setiap orang” dimana

dalam Pasal 1 angka 9 dinyatakan bahwa “setiap orang adalah

orang perseorangan atau korporasi”. Sementara pengertian

korporasi terdapat dalam Pasal 1 angka 10 yang menyatakan

bahwa “korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan

yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun

bukan badan hukum”. Dalam Undang-Undang ini, pelaku

pencucian uang uang dibedakan antara pelaku aktif yaitu orang

yang secara langsung melakukan proses transaksi keuangan

dan pelaku pasif yaitu orang yang menerima hasil dari transaksi

keuangan sehingga setiap orang yang memiliki keterkaitan

dengan praktik pencucian uang akan diganjar hukuman sesuai

ketentuan yang berlaku.

b. Transaksi Keuangan atau alat keuangan untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan

seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.

Istilah transaksi jarang atau hampir tidak dikenal dalam sisi

hukum pidana tetapi lebih banyak dikenal pada sisi hukum

perdata, sehingga undang-undang tindak pidana pencucian

69 M. Arief Amrullah, Tindak Pidana Money Laundering , Banyumedia Publishing,

Malang, 2010, hlm. 25-27

57

uang mempunyai ciri kekhususan yaitu di dalam isinya

mempunyai unsur-unsur yang mengandung sisi hukum pidana

maupun perdata.UU PP-TPPU mendefinisikan Transaksi

sebagai seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan/atau

kewajiban atau menyebabkan timbulnya hubungan hukum

antara dua pihak atau lebih. Sementara transaksi keuangan

ialah Transaksi untuk melakukan atau menerima penempatan,

penyetoran, penarikan, pemindahbukuan, pentransferan,

pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran

atas sejumlah uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain yang

berhubungan dengan uang. Transaksi keuangan yang menjadi

unsur pencucian uang adalah transaksi keuangan mencurigakan.

Definisi “transaksi keuangan mencurigakan” dalam

Pasal 1 angka 5 UU PP-TPPU adalah:

1) Transaksi Keuangan yang menyimpang dari

profil, karakteristik, atau kebiasaan pola

Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan;

2) Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang

patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk

menghindari pelaporan Transaksi yang

bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak

Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang

ini;

3) Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal

dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan

yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau

4) Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK

untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena

melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal

dari hasil tindak pidana.

c. Perbuatan Melawan Hukum

58

Penyebutan tindak pidana pencucian uang salah satunya

harus memenuhi unsur adanya perbuatan melawan hukum

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 UU PP-TPPU, dimana

perbuatan melawan hukum tersebut terjadi karena pelaku

melakukan tindakan pengelolaan atas harta kekayaan yang

patut diduga merupakan hasil tindak pidana. Pengertian hasil

tindak pidana dinyatakan dalam Pasal 2 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang yang dalam pembuktian nantinya hasil tindak

pidana tersebut merupakan unsur-unsur delik yang harus

dibuktikan. Pembuktian apakah benar harta kekayaan tersebut

merupakan hasil tindak pidana dengan membuktikan ada atau

tidak terjadi tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan

tersebut.

5. Tahap-tahap Dan Proses Pencucian Uang

Secara umum terdapat beberapa tahap dalam melakukan usaha

pencucian uang, yaitu:70

a. Placement (penempatan)

Placement merupakan tahap pertama, yaitu pemilik uang

tersebut menempatkan (mendepositokan) uang haram tersebut

ke dalam system keuangan (financialsystem).Pada tahap

placement tersebut, bentuk dari uang hasil kejahatan harus

dikonversi untuk menyembunyikan asal- usul yang tidak sah

70 Adrian Sutedi, Op. Cit, hlm.18-21.

59

dari uang itu. Misal, hasil dari perdagangan narkoba uangnya

terdiri atas uang-uang kecil dalam tumpukan besar dan lebih

berat dari narkobanya, lalu dikonversi ke dalam denominasi

uang yang lebih besar.Lalu di depositokan kedalam rekerning

bank, dan dibelikan ke instrument-instrumen moneter seperti

cheques, money orders dll. Bentuk kegiatan ini, antara lain:

1) Menempatkan dana pada bank (lebih dari satu) diikuti

dengan pengajuan kredit/pembiayaan.

2) Menyetorkan uang pada bank atau perusahaan keuangan

lain sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit

trail.

3) Menyelundupkan uang tunai dari suatu Negara ke Negara

lain.

4) Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait

dengan usaha sah berupa kredit/pembiayaan.

5) Membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi

untuk keperluan pribadi atau sebagai hadiah kepada pihak

lain yang pembayarannya dilakukan melalui bank atau

perusahaan keuangan lainnya.

b. Layering (transfer)

Layering atau heavysoaping, dalam tahap ini pencuci

berusaha untuk memutuskan hubungan uang hasil kejahatan itu

dari sumbernya, dengan cara memindahkan uang tersebut dari

60

satu bank ke bank lain, hingga beberapa kali. Dengan cara

memecah-mecah jumlahnya, dana tersebut dapat disalurkan

melalui pembelian dan penjualan invesment instrument

Mengirimkan dari perusahaan gadungan yang satu ke

perusahaan gadungan yang lain. Para pencuci uang juga

melakukan dengan mendirikan perusahaan fiktif, bisa membeli

alat-alat transportasi seperti pesawat, alat-alat berat dengan atas

nama orang lain. Bentuk kegiataan ini, antara lain:

1) Transfer dana dari satu bank ke bank lainnya.

2) Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk

mendukung transaksi yang sah.

3) Memindahkan uang tunai lintas batas Negara, baik melalui

jaringan keguatan usaha yang sah maupun shell company.

c. Integration (menggunakan harta kekayaan)

Integration adakalanya disebut spin dry dimana uang dicuci

dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan

bersih bahkan merupakan objek pajak dengan menggunakan

uang yang telah menjadi halal (clean money) untuk kegiatan

bisnis melalui cara dengan menginvestasikan dana tersebut

kedalam real estate, barang mewah, perusahaan-perusahaan.

Dalam tahap ini, upaya pelaku pencucian uang untuk

menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik

dengan cara dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam

61

berbagai bentuk kekayaan materiil, digunakan untuk

membiayai kegiatan bisnis yang sah, maupun kegiatan atau

bisnis tindak pidana.

Semua perbuatan dalam proses pencucian uang memungkinkan

para pelaku untuk menggunakan dana yang begitu besar untuk

mempertahankan ruang lingkup kejahatan mereka untuk terus berproses

dalam dunia kejahatan yang terutama menyangkut narkotika. Ada tiga

permasalahan yang harus ditangani jika ingin menggagalkan praktik

pencucian uang, yang pertama ialah kerahasiaan bank, kerahasiaan

financial secara pribadi, dan efisiensi transaksi. Beberapa instrument

internasional yang erat kaitannya dengan pengaturan mengenai

pencucian uang (money laundering), yaitu:

1. United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic

Drugs and Psychotropic Substance (Desember 20, 1998).

2. Council of Europe Convention on Laundering, Search, Seizure,

and Confinscation of the Proceeds from Crime (No. 8, 1990).

3. European Communities Directive, Council Directive on

Prevention of the Use of the Financial System for the Purpose of

Money Laundering (June 10, 1991).71

71 J.E Sahetapy, Uang Hitam, diakses dari

http://uanghitam.blogspot.co.id/2006/11/business-uang- haram-oleh-j.html?m=1, tanggal 17

Oktober 2018, pukul 22.01.

62

Proses pencucian uang dilakukan melalui 4 (empat) proses yaitu

pertama, immersion atau membenamkan uang haram tersebut sehingga

tidan tampak dari permukaan, dilakukan dengan cara ditempatkan dan

dikonsolidasikan dalam bentuk dan tempat yang sulit oleh system

pengawasan petugas hukum. Instrument yang sering digunakan untuk

menutupi pemilik atau sumber uang tersebut adalah dengan melakukan

rekening Koran, wesel pos, surat berharga atau unjuk, atau instrument

keuangan lainnya yang mudah dikonversi ke dalam bentuk uang tunai

dan tabungan pada system perbankan. Kedua, dengan memanfaatkan

Undang- Undang Kerahasiaan Bank maupun celah-celah peluang

hukum, system politik yang kotor, kelemahan administrasi serta system

pembayaran ataupin system perbankan yang ada di berbagai Negara

untuk mmengamankan uang yang telah dibenamkan tersebut diberi

sabun dan diacak. Ketiga, proses ini disebut sebagai proses pengeringan

atau repatriasi dan integrasi, dimana uang yang telah dicuci bersih

dimasukkan kembali kedalam sirkulasi yang menurut aturan hukum,

telah berubah menjadi legal dan sudah membayar kewajiban pajak.

Keempat, proses penggunaan uang kotor (dirty money) yang sudah

menjadi uang bersih (clean money) setelah melewati proses

sebelumnya.

Dengan menggunakan KTP palsu, pelaku dapat membuka akun

atau menjadi nasabah suatu bank yang ingin ia tempati untuk

menyimpan uang hasil kejahatan tersebut. Sehingga, hal ini sulit untuk

63

dibuktikan atau dilacak keberadaan seseorang tersebut jika

menggunakan KTP palsu.

6. Modus Operandi Pencucian Uang

Modus yang digunakan oleh pelaku kejahatan pencucian uang ada

berbagai macam, dengan kecerdasan dan kemajuan teknologi pada

umumnya dilakukan dengan:72

a. Melalui Kerjasama Modal.

Dalam modus ini operandi membawa uang secara tunai dari

hasil kejahatan tersebut ke luar negeri, kemudian dimasukkan

kembali kedalam negeri dengan cara menginvestasikan melalui

proyek-proyek penanaman modal asing (joint venture project).

Keuntungan dari proyek tersebut sudah menjadi bersih karena

tampak secara legal dan bisa di nikmati, bahkan sudah

dikenakan pajak.

b. Melalui Agunan Kredit.

Operandi menyelundupkan uang hasil dari kejahatan

tersebut ke luar negeri terlebih dahulu dengan menyimpan di

bank-bank tertentu.Dari salah satu bank tersebut, uang tersebut

ditransfer ke bank Swiss dalam bentuk deposito. Kemudian

operandi melakukan pinjaman ke suatu bank di Eropa dengan

menggunakan jaminan deposito tersebut. Uang dari pinjaman

72 Op.Cit, hlm 26-28

64

tersebut dikembalikan/ditanamkan kembali ke Negara asal

uang tersebut didapatkan, karena sudah menjadi uang bersih.

c. Transfer ke Luar Negeri.

Uang tunai yang dibawa oleh operandi ditransfer ke luar

negeri melalui bank asing yang bercabang di Negara

asalnya.Kemudian uang tersebut dicairkan dan dibawa oleh

orang-orang tertentu kembali ke Negara asalnya, sehingga

tampak uang tersebut didapat dari luar negeri.

d. Penyamaran Usaha di Dalam Negeri.

Uang tersebut digunakan untuk mendirikan perusahaan

bisnis samaran di dalam negeri.Operandi tidak

mempermasalahkan uang tersebut mengalami keuntungan atau

kegurian, karena uang tersebut tampak bahwa perusahaan

bisnisnya menghasilkan uang bersih (clean money).

e. Penyamaran dalam Perjudian.

Selain mendirikan perusahaan bisnis, biasanya perusahaan

perjudian menjadi pilihan operandi untuk menyamarkan

kekayaannya dengan membeli nomor undian yang telah

dipesan dengan harga tertinggi dan nomor tersebut keluar

sebagai pemenang, sehingga tampak bahwa uang/harta itu

berasal dari usaha tersebut.

f. Penyamaran Dokumen.

65

Dalam modus ini, secara fisik uang tersebut tidak kemana-

mana melainkan tetap ditempat yaitu didalam

negeri.Keberadaan uang tersebut dilengkapi dengan dokumen-

dokumen bisnis double invoice dalam bisnis ekspor-impor dari

perusahaan yang dipalsukan atau direkayasa sehingga uang

tersebut seolah-olah berasal dari bisnis ekspor-impor tersebut.

g. Pinjaman Luar Negeri.

Uang hasil kehatatan ini secara tunai dibawa ke luar

negeri.Kemudian dimasukkan kembali ke dalam negeri dalam

bentuk pinjaman luar negeri, seolah-oleh uang tersebut

diperoleh karena pinjaman (bantuan kredit) luar negeri.

h. Rekayasa Pinjaman Luar Negeri.

Dalam modus ini uang tersebut tidak kemana-mana

melainkan ada di dalam negeri.Kemudian operandi membuat

dokumen rekayasa/palsu seakan-akan mendapat bantuan atau

pinjaman dari luar negeri.

Dalam beberapa modus operandi pencucian uang diatas, dapat

dilihat bahwa perbankan terkait dalam pelaksanaan pencucian uang

dalam menghimpun dan menyalurkan dana, sehingga sangat strategis

untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang baik melalui

placement, layering maupun integration.

7. Sanksi Pidana dan Jenis-jenis Pelaku TPPU

66

Dalam Undang-Undang No.8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang terdapat Pasal-

Pasal yang mengatur tentang ketentuan pidana bagi para pelaku

pencucian uang. Pasal-Pasal tersebut berada dalam BAB II tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang yang berbunyi:

Pasal 3

Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,

mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,

menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,

mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau

surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan

yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan

asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana

Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20

(dua puluh) tahun dan denda paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 4

Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan

asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak,

atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan

yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1) dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan

pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan

denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah).

Pasal 5

(1) Setiap Orang yang menerima atau menguasai

penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,

sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan

Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya

merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 6

67

(1) Dalam hal tindak pidana Pencucian Uang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 dilakukan

oleh Korporasi, pidana dijatuhkan terhadap Korporasi

dan/atau Personil Pengendali Korporasi.

(2) Pidana dijatuhkan terhadap Korporasi apabila tindak

pidana Pencucian Uang:

a. dilakukan atau diperintahkan oleh Personil Pengendali

Korporasi;

b. dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan

Korporasi;

c. dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau

pemberi perintah; dan

d. dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi

Korporasi.

Pasal 7

(1) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap Korporasi

adalah pidana denda paling banyak Rp100.000.000.000,00

(seratus miliar rupiah).

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), terhadap Korporasi juga dapat dijatuhkan pidana

tambahan berupa:

a. pengumuman putusan hakim;

b. pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan usaha

Korporasi;

c. pencabutan izin usaha;

d. pembubaran dan/atau pelarangan Korporasi;

e. perampasan aset Korporasi untuk negara; dan/atau

f. pengambil-alihan Korporasi oleh negara.

Pasal 8

Dalam hal harta terpidana tidak cukup untuk membayar

pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal

4, dan Pasal 5, pidana denda tersebut diganti dengan

pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat)

bulan.

Pasal 10

Setiap Orang yang berada di dalam atau di luar wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang turut serta

melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan

jahat untuk melakukan tindak pidana Pencucian Uang

dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5.

68

Dari Pasal-Pasal diatas, menunjukkan adanya pengaturan terhadap

jenis-jenis tindak pidana pencucian uang beserta sanksinya, yaitu:73

a. Tindak pidana pencucian uang yang bersifat aktif: yaitu

tindakan untuk menempatkan, mentransfer, mengalihkan,

membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menitipkan,

membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan

dengan mata uang atau surat berharga lainnya, atau perbuatan

lain atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga

merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan

tersebut dihukum maksimal 20 tahun penjara dan denda 10

miliar rupiah.

b. Tindak pidana pencucian uang yaitu: tindakan

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,

peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang

sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut

diduganya merupakan hasil tindak pidana 20 tahun penjara dan

denda 5 miliar rupiah.

c. Tindak pidana yang bersifat pasif berupa menerima atau

menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,

sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta

kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan

73 M. Arief Amrullah, Op. Cit, hlm. 67

69

hasil tindak pidana dihukum maksimal 5 tahun penjara dan

denda 1 miliar rupiah.

d. Tindak pidana percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat

untuk melakukan tindak pidana pencucian uang dihukum

sesuai dengan jenis tindak pidana antara a, b, dan c.

e. Tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi sebagaimana

poin a, b, dan c dihukum dengan pidana pokok berupa denda

maksimal 100 miliyar rupiah dan pidana tambahan

sebagaimana yang disebutkan.

Dalam kaitannya dengan pidana denda, bagi pelaku tindak pidana

sebagaimana disebutkan dalam poin a, b, c, dan d yang tidak mampu

membayar denda diganti dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

tahun 4 (empat) bulan.

B. Tinjauan Umum Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

1. Sejarah Terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi

Meningkatnya tindak pidana korupsi telah membawa bencana

ditengah-tengah Bangsa dan Negara ini. Perkembangan tindak pidana

korupsi ini terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini dapat diketahui

dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara

yang semakin membengkak. Lembaga pemerintah yang menangani

perkara tindak pidana korupsi yang telah ada sejak dahulu ternyata

belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak

pidana korupsi. Lembaga tersebut adalah Kejaksaan dan Kepolisian.

70

Dalam kenyataannya, disamping tidak berfungsinya lembaga tersebut

dalam memberantas korupsi, ternyata oknum-oknum pejabat dari

lembaga tersebut juga ikut melakukan praktik menyimpang dengan

melakukan perbuatan korupsi. Hal ini tentu sangat mencederai

penegakan hukum dan keadilan di negara ini.74

Dahulu hingga saat ini perbuatan korupsi adalah perbuatan yang

sangat berbahaya didalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

sehingga saat ini tindak pidana korupsi disebut sebagai kejahatan luar

biasa. Sebelum terbentuknya KPK tindak pidana korupsi sangatlah

merajalela dan lembaga pemerintah yang ada pada saat itu yakni

Kepolisian dan Kejaksaan dianggap tak serius dalam memberantas

korupsi sehingga tidak ada gebrakan yang membanggakan dari kedua

lembaga tersebut.75

Penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi yang

dilakukan secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai

hambatan. Untuk itu diperlukan metode penegakan hukum secara luar

biasa melalui pembentukan suatu badan khusus yang mempunyai

kewenangan luas, independen, serta bebas dari kekuasaan manapun

dalam upaya pemberantasan korupsi. Oleh karena itulah maka

dibentuk lembaga yang serius didalam memberantas tindak pidana

korupsi, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Komisi ini

74 Evi Hartanti, Op. Cit, hlm. 69 75 Frima A. Sitanggang, Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai Penyidik

dan Penuntut Tindak Pidana Korupsi Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

(Money Laundering).Tesis, 2017, hlm. 44

71

dibentuk sebagai lembaga Independen yang tidak dapat diintervensi

oleh siapapun. Lembaga ini fokus pada pemberantantasan korupsi

didalam mengungkap dan mengadili pelaku tindak pidana korupsi.76

Perang terhadap korupsi adalah komitmen bagi KPK, sehingga

keberadaan KPK saat ini dianggap sebagai mimpi buruk bagi kalangan

elit maupun elit politik yang melakukan korupsi. Hal tersebut dapat

dilihat pada masa sekarang ini begitu banyak gebrakan pemberantasan

korupsi yang dilakukan oleh KPK. Hal ini juga didukung oleh

independensinya KPK dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi.

Oleh karena itulah keberadaan KPK telah diakui dan diatur dalam

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Didalam Undang-Undang ini

disebutkan bahwa KPK adalah lembaga negara yang dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun.77

2. Tugas dan Fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

Sebagaimana yang telah tertera dalam Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002, maka segala aktivitas dan kegiatan KPK telah diatur

didalamnya. Sesuai Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002,

maka tugas atau fungsi KPK adalah sebagai berikut:78

76 Ermansjah Djaja, “Memberantas Korupsi Bersama KPK”, Jakarta, Sinar Grafika, 2008,

hlm. 183 77 Frima A. Sitanggang, Op.Cit, hlm. 45 78 Ermansjah Djaja, Op.Cit, hlm. 188

72

a. Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan

tindak pidana korupsi. Dalam melaksanakan tugas ini maka hal

yang dilakukan KPK ialah:

1) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi;

2) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi;

3) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak

pidana korupsi kepada instansi yang terkait;

4) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi

yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi;

5) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak

pidana korupsi.

b. Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan

pemberantasan tindak pidana korupsi. Instansi itu adalah termasuk

Kepolisian, Kejaksaan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Komisi

Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN), Inspektorat

pada Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non-Kementerian.

Dalam melaksanakan tugas ini maka hal yang dilakukan KPK

ialah:

73

1) Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap

instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang

berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi dan

instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik;

2) Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku

tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian

atau kejaksaan.

c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap

tindak pidana korupsi. Dalam melaksanakan tugas ini maka hal

yang dilakukan KPK ialah:

1) Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;

2) Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang

seseorang berpergian keluar negeri;

3) Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan

lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa

yang sedang diperiksa;

4) Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya

untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik

tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait;

5) Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk

memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya;

6) Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau

terdakwa kepada instansi yang terkait;

74

7) Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi

perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara

perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki

oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti

awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana

korupsi yang sedang diperiksa;

8) Meminta bantuan interpol Indonesia atau instansi penegak

hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan,

dan penyitaan barang bukti di luar negeri;

9) Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait

untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,

dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang

sedang ditangani.

d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

Dalam melaksanakan tugas ini maka hal yang dilakukan KPK

ialah:

1) Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan

harta kekayaan penyelenggara negara;

2) Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;

3) Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap

jenjang pendidikan;

4) Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi

pemberantasan tindak pidana korupsi;

75

e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan

negara. Dalam melaksanakan tugas ini maka hal yang dilakukan

KPK ialah:

1) Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan

administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah;

2) Memberi saran kepada pimipinan lembaga negara dan

pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil

pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

korupsi;

3) Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa

Keuangan, jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut

tidak diindahkan.

4) Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;

5) Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam

pemberantasan tindak pidana korupsi.

3. Wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK disamping memiliki tugas dan fungsi, KPK juga memiliki

wewenang sebagai berikut:

a. Dalam melaksanakan tugas koordinasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6 huruf a, maka KPK berwenang (Pasal 7):

1) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

terhadap tindak pidana korupsi;

76

2) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait;

3) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak

pidana korupsi kepada instansi yang terkait;

4) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi

yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi;

5) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak

pidana korupsi;

b. Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 huruf b, KPK berwenang (Pasal 8):

1) Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap

instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang

berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan

instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik;

2) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud pada

huruf a, KPK berwenang juga mengambil alih penyidikan dan

penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang

dilakukan oleh kepolisisan dan kejaksaan;

3) Dalam hal KPK mengambil alih penyidikan atau penuntutan,

kepolisian atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan

seluruh berkas perkara beserta alat bukti dan dokumen lain

77

yang diperlukan dalam waktu paling lama 14 hari kerja,

terhitung sejak tanggal diterimanya permintaan KPK;

4) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada huruf c dilakukan

dengan membuat dan menandatangani berita acara penyerahan

sehingga segala tugas dan kewenangan kepolisian atau

kejaksaan pada saat penyerahan tersebut beralih kepada KPK.

c. Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan

penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, KPK

berwenang (Pasal 12):

1) Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;

2) Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang

seseorang bepergian keluar negeri;

3) Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan

lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa

yang sedang diperiksa;

4) Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya

untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik

tersangka, terdakwa atau pihak lain yang terkait;

5) Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk

memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya;

6) Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau

terdakwa kepada instansi yang terkait;

78

7) Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi

perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara

perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki

oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti

awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana

korupsi yang sedang diperiksa;

8) Meminta bantuan interpol Indonesia atau instansi penegak

hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan,

dan penyitaan barang bukti diluar negeri;

9) Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait

untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,

dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang

sedang ditangani.

d. Dalam melaksanakan tugas pencegahan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6 huruf d, KPK berwenang (Pasal 13):

1. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan

harta kekayaan penyelenggara negara;

2. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;

3. Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap

jenjang pendidikan;

4. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi

pemberantasan tindak pidana korupsi;

5. Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;

79

6. Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam

pemberantasan tindak pidana korupsi.

e. Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 huruf e, KPK berwenang (Pasal 14):

1) Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan

administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah;

2) Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan

pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil

pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

korupsi;

3) Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, DPR RI,

BPK RI, jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut

tidak diindahkan.

C. Tinjauan Umun Tentang Penyidikan

1. Dasar Hukum Penyidikan

Dalam proses penyidikan orang yang berwenang melakukan hal

tersebut adalah penyelidik, tugas dan wewenang dari penyidik salah

satunya adalah menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang

adanya tindak pidana sesuai dengan pasal 5 KUHAP. Penyelidik dalam

hal ini polisi sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka 4 KUHAP, atas

laporan/pengaduan tersebut mencari dan menemukan suatu peristiwa

yang diduga sebagai tindak pidana guna menetukan dapat atau

tidaknya dilakukan penyidikan. Di dalam penyidikan berdasarkan

80

pasal 1 angka 2 KUHAP, penyidik/polisi mencari serta mengumpulkan

bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana

yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Di dalam pasal 4 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan

Tindak Pidana (“Perkap 14/2012”), dasar dilakukan penyidikan adalah

:

a. Laporan polisi/pengaduan

b. Surat perintah tugas

c. Laporan hasil penyidikan (LHP)

d. Surat perintah penyidikan, dan

e. Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP)

Sedangkan menurut pasal 1 angka 21 Perkap no 14 tahun 2012

menyatakan bahwa :

“Bukti permulaan adalah alat bukti berupa laporan

Polisi dan 1 (satu) alat bukti yang sah, yang digunakan

untuk menduga bahwa seseorang telah melakukan tindak

pidana sebagai dasar untuk dapat dilakukan

penangkapan.”

2. Pengertian Dan Ruang Lingkup Penyidikan

Pasal 1 angka 2 KUHAP mendefinisikan penyidikan sebagai

serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur

dalam undang-undang, untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang

dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi, dan guna

81

menemukan tersangkanya. Sementara itu menurut De Pinto penyidikan

adalah :79

“penyidikan (opsporing) adalah pemeriksaan

permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk

oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan

apapun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa

ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum.”

Dalam bahasa Belanda istilah penyidikan sama dengan opsporing.

Pengetahuan dan pengertian penyidik perlu dinyatakan dengan pasti

dan jelas, karena hal itu langsung menyingung dan membatasi hak-hak

asasi manusia. Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut

penyidikan adalah sebagai berikut:80

a. Ketentuan tentang alat-alat penyidik

b. Ketentuan tentang diketahuinya terjadinya delik

c. Pemeriksaan ditempat kejadian

d. Pemanggilan tersangka dan terdakwa

e. Penahanan sementara

f. Penggeledahan

g. Pemeriksaan atau intoleransi

h. Berita acara (penggeladahan, inteloransi, dan pemeriksaan di

tempat)

i. Penyitaan

j. Penyampingan perkara

79 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : PT. Sinar Grafika,

2000.hlm.34 80Ibid.hlm.35

82

k. Pelimpahan perkara kepada penutut umum dan pengembalian

kepada penyidik untuk disempurnakan.

Proses penyidikan berdasarkan KUHAP sendiri pada dasarnya

merupakan tindak lanjut hasil dari proses penyelidikan, yang sedikit

banyak telah menemukan konstruksi peristiwa pidana yang

terjadi.81Dalam proses penyelidikan, terhadap suatu peristiwa yang

telah dinyatakan sebagai suatu tindak pidana oleh penyidik, maka

selanjutnya kasus tersebut masuk ke tahap penyidikan juga telah

berubah menjadi tersangka.

Proses penyidikan berdasarkan KUHAP ini sendiri dilakukan oleh

penyidik. Penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia

atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi kewenangan

khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan yaitu pada

Pasal 1 angka 1 dan pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No.

8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaga Negara Republik

Indonesia Tahun 1981 Nomor 76.

Setelah penyidik selesai melakukan penyidikan, yang antara lain

dengan melakukan pemeriksaan saksi-saksi, pemeriksaan tersangka,

melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, serta

tindakan-tindakan lain sebagaimana diatur dalam undang-undang,

selanjutnya penyidik menganalisa dan mengambil kesimpulan, serta

81 Bambang Waluyo, Pidana dan pemidanaan, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,

2004, hlm. 56

83

pendapat atas hasil penyelidikan tersebut. Semua tindakan tersebut

dituangkan dalam berita acara, kemudian disusun dan dihimpun

menjadi berkas perkara hasil penyidikan.82

3. Prinsip – prinsip Dalam Penyidikan

Dalam melakukan penyidikan terdapat beberapa prinsip yang turut

mendasari pelaksanaan penyidikan itu sendiri, artinya bahwa ketika

proses penyidikan dimulai sampai berakhir semua harus sesuai dengan

prinsip penyidkan termaksud rekonstruksi itu sendiri. Beberapa

prinsip-prinsip dalam proses penyidikan itu antara lain.83

a. Legalitas, yaitu setiap kegiatan pengawas penyidikan yang

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

b. Professional, yaitu setiap kegiatan pengawas penyidikan yan

dilaksanakan sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenan

Pengawas Penyidikan berdasarkan kompetensi yang

dimilikinya.

c. Proporsional, yaitu setiap kegiatan Pengawas Penyidikan

dalam melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi, peran dan

tangung jawabnya.

82 Ramelan, Hukum Acara Pidana (Teori dan Implementasi), sumber Ilmu Jaya, Jakarta,

2006, hlm. 78 83 Hartono “Penyidikan dan penegakan hukum pidana : melalui pendekatan hukum

progresif” Jakarta , PT.Sinar Grafika:2010, hlm. 30.

84

d. Procedural yaitu setiap kegiatan Pengawas Penyidikan

dilaksanakan sesuai mekanisme dan tata cara yang diatur dalam

ketentuan peraturan yang berlaku.

e. Transparan yaitu setiap kegiatan pengawas Penyidikan

dilaksanakan secara terbuka yang dapat diketahui

perkembangan penanganannya oleh masyarakat yang

berperkara atau mengajukan dan teknis.

f. Akuntabel, yaitu setiap kegiatan Pengawas Penyidikan dapat

dipertangungjawabkan tindakannya secara yuridis, admisitrasi

dan teknis.

g. Kepastian Hukum, yaitu terselenggaranya kegiatan pengawas

penyidikan dalam melakukan pengawasan penyidikan

berdasarkan perangkat hukum untuk menjamin hak dan

kewajiban setiap warga masyakat.

h. Efektif, yaitu setiap kegiatan pengawas penyidikan

dilaksanakan dengan cepat, tepat waktu dan sasaran.