BAB II PENYIDIKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK ...repository.unpas.ac.id/40488/4/J.BAB...
Transcript of BAB II PENYIDIKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK ...repository.unpas.ac.id/40488/4/J.BAB...
44
BAB II
PENYIDIKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)
TERHADAP ISTRI SEBAGAI PELAKU PASIF DALAM TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG DIHUBUNGKAN DENGAN ASAS
KEPASTIAN HUKUM
A. Tinjauan Umum Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Sejarah Tindak Pidana Pencucian Uang
Maraknya kegiatan kejahatan pencucian uang dari tahun ke tahun
semakin mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan, bukan
hanya di masyarakat saja tetapi di pemerintah atau petinggi Negara
juga memperhatikan kegiatan ini. Berkembangnya pola/cara
pelaksanaan kejahatan pencucian uang semakin maju dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi dan zaman membuat kejahatan ini
semakin sulit untuk dicegah dan dibuktikan. Bahkan kejahatan
pencucian uang bukan hanya dalam skala nasional tetapi juga dalam
skala regional dan global, dimana kejahatan ini dilakukan oleh
berbagai kelompok, kalangan dan juga organisasi internasional
(International Organitation).Kejatahan pencucian uang dianggap
sebagai suatu fenomena kejahatan yang menyangkut terutama dunia
kejahatan yang disebut “Organized Crime” karena dimensi dan
implikasinya yang melanggar batas-batas Negara.53
53 Aprillia Kicky P, Hasil Pemeriksaan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan) Sebagai Bukti Awal Tindak Pidana Penghindaran Pajak Dalam Kasus Panama Papers
45
Pada awalnya kejahatan pencucian uang ini dianggap sangat erat
hubungannya dengan perdagangan obat bius/narkotika dan kejahatan
lainnya, namun dalam perkembangannya, hasil atau proses dari
kejahatan ini sudah dihubungkan dengan tindak criminal secara umum
dalam jumlah yang besar, seperti korupsi. Hal ini disebabkan karena
hasil harta/kekayaan yang dihasilkan dalam jumlah besar dengan cara
disembunyikan yang disebut dengan uang kotor (dirty money).54
Istilah pencucian uang (money laundering) yang muncul tahun
1920-an ketika para mafia di Amerika Serikat mengakuisisi atau
membeli usaha Laundromats (mesin pencuci otomatis) sebagai modus
pemanfatan usaha Loundromats karena tunai (cash). Cara seperti ini
ternyata dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan bagi pelaku
kejahatan seperti Al Capone. Jefrey Robinson mengemukakan bahwa
kasus Al Capone seolah-olah menggambarkan bahwa istilah pencucian
uang muncul setelah kasus itu ada, pahadalitu hanya sebagai mitos
belaka. Pencucian uang dikenal demikian karena dengan jelas
melibatkan tindakan penempatan uang haram atau tidak sah melalui
suatu rangkaian transaksi, atau dicuci sehingga uang tersebut keluar
menjadi seolah-olah uang sah atau bersih. Artinya sumber dana yang
diperolah secara tidak sah disamarkan atau disembunyikan melalui
Dihubungkan Dengan Undang-Undang No 8 Tahun 2010 Tentang Pp-Tppu (Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang). Skripsi, 2017, hlm. 51 54 Ibid, hlm. 52.
46
serangkaian transfer dan transaksi agar uang tersebut pada akhirnya
terlibat menjadi pendapan yang sah.55
Pendapat lain mengatakan bahwa money laundering sebagai
sebutan sebenarnaya belum lama dipakai. Billy Steel mengemukan
istilah money lanudering pertama kali digunakan pada surat kabar di
Amerika Serikat sehubungan dengan pemberitaan skandal watergate
pada tahun 1973. Sedangkan penggunaannya dalam konteks
pengadilan atau hukum muncul pertama kali pada tahun 1982 dalam
kasus US v $4.255.625,39 (1982) 551F supp, 314. Sejak itulah istilah
money laundering diterima dan digunakan secara luas di seluruh dunia.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi di sektor
perbankan, dewasa ini banyak bank telah menjadi sasaran utama untuk
kegiatan pencucian uang disebabkan sektor inilah yang banyak
menawarkan jasa-jasa instrumen dalam lalu lintas keuangan yang
dapat digunakan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
suatu dana. Dengan adanya globalisasi perbankan dana hasil kejahatan
mengalir atau bergerak melampaui batas yurisdiksi negara dengan
memanfaatkan faktor rahasia bank yang umumnya dijunjung tinggi
oleh perbankan. Melalui mekanisme ini maka dana hasil kejahatan
bergerak dari suatu negara ke negara lain yang belum mempunyai
sistem hukum yang cukup kuat untuk menanggulangi kegiatan
55 Yesmil Anwar dan Adang, Op. Cit, hlm. 273
47
pencucian uang atau bahkan bergerak ke negara yang menerapkan
ketentuan rahasia bank secara sangat ketat.56
Sebagai bahan pertimbangan yaitu kasus Bank of Credit and
Commerce International (BCCI) adalah bank swasta terbesar ketujuh
di dunia. Namun, selama pertengahan 1980-an bank ditemukan untuk
terlibat dalam kegiatan berbagai penipuan termasuk sejumlah besar
pencucian uang. Miliaran keuntungan kriminal, termasuk uang obat,
pergi melalui rekeningnya. Bank tidak terlalu pilih-pilih pelanggan,
seperti klien termasuk Saddam Hussein, mantan diktator militer
Panama Manuel Noriega, dan Palestina Abu Nidal pemimpin teroris.
Hal ini juga telah menuduh bahwa CIA menggunakan rekening di
BCCI untuk mendanai Mujahidin Afghanistan selama perang dengan
Uni Soviet pada 1980-an. Kasus Bank of Credit & Commerce
International (BCCI) merupakan kasus pencucian uang yang tergolong
sebagai kejahan terorganisir dengan mempergunakan model Operasi
C-Chase, modus kerjasama penanaman modal, metode legitimate
business conversions dan dengan instrument bank dan lembaga
keuangan lainnya.
Sehubungan dengan kasus yang terjadi di Amerika. Kongres
Amerika Serikat mengambil beberapa langkah penting untuk
mengatasi permasalah pencucian uang. Salah satunya dengan
mengesahkan Undang-undang Rahasia Bank 1970 (BSA Act) sebagai
56Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008,
hlm. 2
48
respon untuk mengatasi masalah pergerakan uang haram ke tex haven
country dan negara-negara yang menerapkan rahasia bank secara ketat.
BSA menagtur tentang sanksi pidana atas jenis-jenis kegiatan yang
menggunakan skema pencucian uang dengan ancaman pidana paling
berat bagi pihak-pihak yang melakukan transaksi keuangan dengan
menggunakan sumber yang diduga dari uang kotor.57
2. Pengertian Pencucian Uang
Istilah pencucian uang berasal dari bahasa Inggris, yakni money
laundering. Money artinya uang dan laundering artinya
pencucian.Sehingga secara harfiah, money laundering berarti
pencucian uang atau pemutihan uang hasil kejahatan.Secara umum,
istilah money laundering tidak memiliki defenisi yang universal karena
baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang masing-
masing mempunyai defenisi tersendiri berdasarkan sudut pandang dan
prioritas yang berbeda.Namun, bagi para ahli hukum Indonesia istilah
money laundering disepakati dengan istilah pencucian uang. Pencucian
uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta
kekayaan yang diperoleh darihasil tindak pidana yang kemudian
diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan
yang sah.58
57 Yesmil Anwar, Op.Cit, hlm. 276 58 Adrian Sutedi. Op. Cit, hlm. 12
49
Masalah pencucian uang (money laundering) baru dinyatakan
sebagai tindak pidana oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang disahkan dan
diundangkan pada tanggal 17 April 2002. Sebagai Undang-Undang
yang baru, sudah tentu memuat permasalahan yang baru pula bagi
negara kita, Indonesia.
Diterbitkannya Undang-Undang ini untuk mengatasi akibat
Indonesia dimasukkan kedalam daftar hitam, yaitu dikategorikan
sebagai negara yang tidak kooperatif, menurut istilah mereka ialah
Non- cooperative countries and territories (NCCT’s) sejak Juni 2001
oleh kelompok negara maju yang tergabung dalam financial action
task force (FATF) on Money Loundring. FATF mempunyai fungsi
mengembangkan menyebarluaskan kebijakan pemberantasan
pencucian uang, pemerosotan harta/asset dari tindak pidana dalam
menyembunyikan tindak pidana asal usulnya yangillegal.59
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Pasal 2 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang adalah perbuatan yang bertujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta
kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang kemudian
diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan
yang sah. Tindak pidana yang menjadi pemicu terjadinya pencucian
uang meliputi korupsi, penyuapan, penyelundupan barang/tenaga,
59Ibid, hlm 175
50
kerja/imigran, perbankan, narkotika, psikotropika, perdagangan
budak/wanita/anak/senjata gelap, penculikan, terorisme, pencurian,
penggelapan, dan penipuan.
Pengertian Money Laundering tersebut, Financial Action Task
Force on Maney Laudering (FATF) merumuskan bahwa money
laundering adalah proses menyembunyikan atau menyamarkan asal-
usul hasil kejahatan. Proses tersebut untuk kepentingan penghilangan
jejak sehingga memungkinkan pelakunya menikmati keuntungan-
keuntungan itu dengan tanpa mengungkap sumber perolehan.
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010
tentang PP-TPPU (Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang) yang menyatakan:
“Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini”60
Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang No. 8 Tahun
2010 tentang PP-TPPU yang menyatakan hasil tindak
pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak
pidana:
a. Korupsi.
b. Penyuapan.
c. Narkotika.
d. Psikotropika.
e. Penyelundupan tenaga kerja.
f. Penyelundupan migran.
g. Di bidang perbankan.
h. Di bidang pasar modal.
i. Di bidang peransuransian.
j. Kepabeanan.
k. Cukai.
60 R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 17.
51
l. Perdagangan orang.
m. Perdagangan senjata gelap.
n. Terorisme.
o. Penculikan.
p. Pencurian.
q. Penggelapan.
r. Penipuan.
s. Pemalsuan uang.
t. Perjudian.
u. Prostitusi.
v. Di bidang perpajakan.
w. Di bidang kehutanan.
x. Di bidang lingkungan hidup.
y. Di bidang kelautan dan perikanan.
z. Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana
penjara 4 (empat) tahun atau lebih, yang dilakukan
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
atau diluar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan tindak pidana tersebut juga
merupakan tindak pidana menurut hukum
Indonesia.61
Kegiatan Pencucian Uang mempunyai dampak yang serius
terhadap stabilitas system keuangan maupun perekonomian secara
keseluruhan.Tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana
multi- dimensi dan bersifat transnasional yang sering kali melibatkan
jumlah uang yang cukup besar.62
Pengertian pencucian uang telah banyak dikemukakan oleh para
ahli hukum. Berikut ini adalah beberapa pengertian pencucian uang
yaitu:
Menurut Welling (Sarah N Welling) pencucian uang adalah:
“money laundering is a process by wich one conceals
the existence, illegal source, or illegal application of
61 Adrian Sutedi, Pasar Modal Mengenal Nasabah Sebagai Pencegahan Pencucian
Uang, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 9-10 62 Ibid, hlm. 10
52
income, and than disguises that income to make it appear
legitimate”63
Pengertiannya:
Pencucian uang adalah suatu proses dalam keadaan
menyembunyikan, sumber illegal, aplikasi pendapatan
illegal, dan penyamaran pendapatan agar terlihat sah/legal.
Menurut Pamela H. Bucy pencucian uang adalah:
“money laundering is the concealment of existence,
nature of illegal source of illicit fund in such a manner
that the funds will appear legitimate if discovered”64
Pengertiannya:
Pencucian uang adalah penyembunyian keberadaan,
sifat sumber illegal dana terlarang dengan cara sedemikian
rupa sehingga dana akan tampak sah jika ditemukan.
Menurut Black’s Law Dictionary pencucian uang adalah:
“money laundering is term used to describe investment
or other transfer of money flowing form racketeering,
drug transactions and either illegal sources into legitimate
channels so that its original sources can not be traced”65
Pengertiannya:
Pencucian uang adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan investasi atau transfer lain dari uang
mengalir dalam bentuk pemerasan, transaksi narkoba dan
baik sumber illegal ke saluran yang sah sehingga aslinya
tidak dapat ditelusuri.
Sutan Remy Sjahdeini mendefiniskan pengertian pencucian uang
atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang merupakan
proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang
haram, yaitu uang dari tindak pidana, dengan maksud
63 Sarah N Welling, 2003, Smurfs, Money Laundering and The United States Criminal
Federal Law, Jurnal Hukum Bisnis Vol 22 no.3, hlm 5. 64 Pamela H. Bucy, White Collar Crime: Case and Materials, St.Paul Minn: West
Publishing Co, 1992, hlm 128. 65 Henry Campbell Black, Black Law Dictionary, St.Paul Minn: West Publishing Co,
1991, hlm. 611.
53
menyembunyikan, menyamarkan asal usul uang tersebut dari
pemerintah ataupun otoritas yang berwenang melakukan penindakan
terhadap tindak pidana dengan cara antara lain dan terutama
memasukkan uang tersebut dalam sistem keuangan (financial system).
Sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dengan sistem
keuangan tersebut sebagai uang yang halal.66
Dari beberapa definisi penjelasan yang dikemukakan oleh
beberapa ahli diatas yang menjelaskan tentang pencucian uang, dapat
disimpulkan bahwa pencucian uang adalah kegiatan-kegiatan yang
merupakan proses yang dilakukan oleh seorang atau organisasi
kejahatan terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak
kejahatan, dengan maksud mengubah suatu perolehan dan
menyembunyikan asal-usul uang tersebut secara tidak sah dari
pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan
terhadap tindak kejahatan dengan cara terutama memasukan uang
tersebut kedalam system keuangan (financial system) sehingga apabila
uang tersebut kemudian dikeluarkan dari system keuangan itu maka
keuangan itu telah berubah menjadi uang yang sah.57 Biasanya
kegiatan ini dilakukan belalui 2 (dua) cara yaitu:
a. Cara pengelakan pajak (tax evasion), yaitu dengan cara
merendahkan jumlah perhitungan pajak dari yang sebenarnya
saat melaporkan jumlah uang yang didapatkan, sehingga
66 R. Wiyono, S.H, Op. Cit, hlm 21-22
54
tingginya biaya social dan rumitnya birokrasi, maka dengan
mudah ditempuh dengan cara yang tidak sah, dengan begitu
maka upaya-upaya yang dilakukan secara tidak sah dapat
dilakukan secara resmi.
b. Cara yang melanggar hukum (abusing of the law), yaitu dengan
cara yang melanggar hukum untuk menghasilkan uang, sesuai
dengan yang dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
No. 8 Tahun 2010 Tentang PP-TPPU.
3. Objek Pencucian Uang
Menurut Sarah N. Welling, pencucian uang (money
laundering) dimulai dengan adanya “uang haram” atau “uang kotor”
(dirty money). Uang dapat menjadi kotor dengan dua cara, pertama,
melalui pengelakan pajak (tax evasion), yang dimaksud dengan
pengelakan pajak ialah memperoleh uang secara ilegal, tetapi jumlah
yang dilaporkan kepada pemerintah untuk keperluan penghitungan
pajak lebih sedikit dari yang sebenarnya diperoleh. Kedua,
memperoleh uang dari cara-cara yang melanggar hukum. Teknik-
teknik yang biasa dilakukan untuk hal itu, antara lain penjualan obat-
obatan terlarang atau perdagangan narkoba secara gelap (drug sales
atau drug trafficking),penjualan gelap (illegal gambling), penyuapan
(bribery), terorisme (terrorism), pelacuran (prostitution),
perdagangan senjata ( arms trafficking), penyelundupan minuman
keras, tembakau dan pornografi (smuggling of contraband alcohol,
55
tobacco, pornography), penyelundupan imigran gelap (illegal
immigrationrackets atau people smuggling), dan kejahatan kerah putih
(white collar crime).67
Praktik pencucian uang memang mula-mula dilakukan hanya
terhadap uang yang diperoleh dari lalu lintas perdagangan narkotik dan
obat-obatan sejenis itu (narkoba) atau yang dikenal sebagai illegal drug
trafficking. Namun kemudian, pencucian uang dilakukan pula terhadap
uang-uang yang diperoleh dari sumber-sumber kejahatan lain seperti
yang dikemukakan diatas.
Sebenarnya, sumber pengumpulan uang haram secara internasional
yang berasal dari drug trafficking bukanlah yang utama. Porsi utama
dari uang haram itu berasal dari tax evasion, flight capital, termasuk
flight capital atas uang yang disediakan oleh negara maju (developed
contris) bagi negara berkembang (developing countries) dalam bentuk
keuangan (financial aid), yang tidak dibelanjakan atau diinvestasikan
di negara yang bersangkutan, tetapi kemudian kembali pada negara-
negara tersebut sebagai illegal exported capital. Uang inilah yang
sering ditempatkan di bank luar negeri yang justru telah memberikan
kredit tersebut.68
4. Unsur-unsur Tindak Pidana Pencucian Uang
Salah satu item perubahan yang termuat dalam Undang- undang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah
67 http://khoreanita.blogspot.co.id/2011/03/tindak-pidana-pencucian-uang-dalam.html,
diakses pada tanggal 17 Oktober 2018 pada pukul 13.44 68 Adrian Sutedi, Loc.Cit, hlm. 15.
56
“redefenisi pencucian uang”. Hal ini terlihat dari unsur-unsur tindak
pidana pencucian uang yang meliputi:69
a. Pelaku
Dalam UU PP-TPPU digunakan kata ”setiap orang” dimana
dalam Pasal 1 angka 9 dinyatakan bahwa “setiap orang adalah
orang perseorangan atau korporasi”. Sementara pengertian
korporasi terdapat dalam Pasal 1 angka 10 yang menyatakan
bahwa “korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan
yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun
bukan badan hukum”. Dalam Undang-Undang ini, pelaku
pencucian uang uang dibedakan antara pelaku aktif yaitu orang
yang secara langsung melakukan proses transaksi keuangan
dan pelaku pasif yaitu orang yang menerima hasil dari transaksi
keuangan sehingga setiap orang yang memiliki keterkaitan
dengan praktik pencucian uang akan diganjar hukuman sesuai
ketentuan yang berlaku.
b. Transaksi Keuangan atau alat keuangan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
Istilah transaksi jarang atau hampir tidak dikenal dalam sisi
hukum pidana tetapi lebih banyak dikenal pada sisi hukum
perdata, sehingga undang-undang tindak pidana pencucian
69 M. Arief Amrullah, Tindak Pidana Money Laundering , Banyumedia Publishing,
Malang, 2010, hlm. 25-27
57
uang mempunyai ciri kekhususan yaitu di dalam isinya
mempunyai unsur-unsur yang mengandung sisi hukum pidana
maupun perdata.UU PP-TPPU mendefinisikan Transaksi
sebagai seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan/atau
kewajiban atau menyebabkan timbulnya hubungan hukum
antara dua pihak atau lebih. Sementara transaksi keuangan
ialah Transaksi untuk melakukan atau menerima penempatan,
penyetoran, penarikan, pemindahbukuan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran
atas sejumlah uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain yang
berhubungan dengan uang. Transaksi keuangan yang menjadi
unsur pencucian uang adalah transaksi keuangan mencurigakan.
Definisi “transaksi keuangan mencurigakan” dalam
Pasal 1 angka 5 UU PP-TPPU adalah:
1) Transaksi Keuangan yang menyimpang dari
profil, karakteristik, atau kebiasaan pola
Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan;
2) Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang
patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk
menghindari pelaporan Transaksi yang
bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak
Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
ini;
3) Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal
dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan
yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau
4) Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK
untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena
melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal
dari hasil tindak pidana.
c. Perbuatan Melawan Hukum
58
Penyebutan tindak pidana pencucian uang salah satunya
harus memenuhi unsur adanya perbuatan melawan hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 UU PP-TPPU, dimana
perbuatan melawan hukum tersebut terjadi karena pelaku
melakukan tindakan pengelolaan atas harta kekayaan yang
patut diduga merupakan hasil tindak pidana. Pengertian hasil
tindak pidana dinyatakan dalam Pasal 2 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang yang dalam pembuktian nantinya hasil tindak
pidana tersebut merupakan unsur-unsur delik yang harus
dibuktikan. Pembuktian apakah benar harta kekayaan tersebut
merupakan hasil tindak pidana dengan membuktikan ada atau
tidak terjadi tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan
tersebut.
5. Tahap-tahap Dan Proses Pencucian Uang
Secara umum terdapat beberapa tahap dalam melakukan usaha
pencucian uang, yaitu:70
a. Placement (penempatan)
Placement merupakan tahap pertama, yaitu pemilik uang
tersebut menempatkan (mendepositokan) uang haram tersebut
ke dalam system keuangan (financialsystem).Pada tahap
placement tersebut, bentuk dari uang hasil kejahatan harus
dikonversi untuk menyembunyikan asal- usul yang tidak sah
70 Adrian Sutedi, Op. Cit, hlm.18-21.
59
dari uang itu. Misal, hasil dari perdagangan narkoba uangnya
terdiri atas uang-uang kecil dalam tumpukan besar dan lebih
berat dari narkobanya, lalu dikonversi ke dalam denominasi
uang yang lebih besar.Lalu di depositokan kedalam rekerning
bank, dan dibelikan ke instrument-instrumen moneter seperti
cheques, money orders dll. Bentuk kegiatan ini, antara lain:
1) Menempatkan dana pada bank (lebih dari satu) diikuti
dengan pengajuan kredit/pembiayaan.
2) Menyetorkan uang pada bank atau perusahaan keuangan
lain sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit
trail.
3) Menyelundupkan uang tunai dari suatu Negara ke Negara
lain.
4) Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait
dengan usaha sah berupa kredit/pembiayaan.
5) Membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi
untuk keperluan pribadi atau sebagai hadiah kepada pihak
lain yang pembayarannya dilakukan melalui bank atau
perusahaan keuangan lainnya.
b. Layering (transfer)
Layering atau heavysoaping, dalam tahap ini pencuci
berusaha untuk memutuskan hubungan uang hasil kejahatan itu
dari sumbernya, dengan cara memindahkan uang tersebut dari
60
satu bank ke bank lain, hingga beberapa kali. Dengan cara
memecah-mecah jumlahnya, dana tersebut dapat disalurkan
melalui pembelian dan penjualan invesment instrument
Mengirimkan dari perusahaan gadungan yang satu ke
perusahaan gadungan yang lain. Para pencuci uang juga
melakukan dengan mendirikan perusahaan fiktif, bisa membeli
alat-alat transportasi seperti pesawat, alat-alat berat dengan atas
nama orang lain. Bentuk kegiataan ini, antara lain:
1) Transfer dana dari satu bank ke bank lainnya.
2) Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk
mendukung transaksi yang sah.
3) Memindahkan uang tunai lintas batas Negara, baik melalui
jaringan keguatan usaha yang sah maupun shell company.
c. Integration (menggunakan harta kekayaan)
Integration adakalanya disebut spin dry dimana uang dicuci
dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan
bersih bahkan merupakan objek pajak dengan menggunakan
uang yang telah menjadi halal (clean money) untuk kegiatan
bisnis melalui cara dengan menginvestasikan dana tersebut
kedalam real estate, barang mewah, perusahaan-perusahaan.
Dalam tahap ini, upaya pelaku pencucian uang untuk
menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik
dengan cara dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam
61
berbagai bentuk kekayaan materiil, digunakan untuk
membiayai kegiatan bisnis yang sah, maupun kegiatan atau
bisnis tindak pidana.
Semua perbuatan dalam proses pencucian uang memungkinkan
para pelaku untuk menggunakan dana yang begitu besar untuk
mempertahankan ruang lingkup kejahatan mereka untuk terus berproses
dalam dunia kejahatan yang terutama menyangkut narkotika. Ada tiga
permasalahan yang harus ditangani jika ingin menggagalkan praktik
pencucian uang, yang pertama ialah kerahasiaan bank, kerahasiaan
financial secara pribadi, dan efisiensi transaksi. Beberapa instrument
internasional yang erat kaitannya dengan pengaturan mengenai
pencucian uang (money laundering), yaitu:
1. United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic
Drugs and Psychotropic Substance (Desember 20, 1998).
2. Council of Europe Convention on Laundering, Search, Seizure,
and Confinscation of the Proceeds from Crime (No. 8, 1990).
3. European Communities Directive, Council Directive on
Prevention of the Use of the Financial System for the Purpose of
Money Laundering (June 10, 1991).71
71 J.E Sahetapy, Uang Hitam, diakses dari
http://uanghitam.blogspot.co.id/2006/11/business-uang- haram-oleh-j.html?m=1, tanggal 17
Oktober 2018, pukul 22.01.
62
Proses pencucian uang dilakukan melalui 4 (empat) proses yaitu
pertama, immersion atau membenamkan uang haram tersebut sehingga
tidan tampak dari permukaan, dilakukan dengan cara ditempatkan dan
dikonsolidasikan dalam bentuk dan tempat yang sulit oleh system
pengawasan petugas hukum. Instrument yang sering digunakan untuk
menutupi pemilik atau sumber uang tersebut adalah dengan melakukan
rekening Koran, wesel pos, surat berharga atau unjuk, atau instrument
keuangan lainnya yang mudah dikonversi ke dalam bentuk uang tunai
dan tabungan pada system perbankan. Kedua, dengan memanfaatkan
Undang- Undang Kerahasiaan Bank maupun celah-celah peluang
hukum, system politik yang kotor, kelemahan administrasi serta system
pembayaran ataupin system perbankan yang ada di berbagai Negara
untuk mmengamankan uang yang telah dibenamkan tersebut diberi
sabun dan diacak. Ketiga, proses ini disebut sebagai proses pengeringan
atau repatriasi dan integrasi, dimana uang yang telah dicuci bersih
dimasukkan kembali kedalam sirkulasi yang menurut aturan hukum,
telah berubah menjadi legal dan sudah membayar kewajiban pajak.
Keempat, proses penggunaan uang kotor (dirty money) yang sudah
menjadi uang bersih (clean money) setelah melewati proses
sebelumnya.
Dengan menggunakan KTP palsu, pelaku dapat membuka akun
atau menjadi nasabah suatu bank yang ingin ia tempati untuk
menyimpan uang hasil kejahatan tersebut. Sehingga, hal ini sulit untuk
63
dibuktikan atau dilacak keberadaan seseorang tersebut jika
menggunakan KTP palsu.
6. Modus Operandi Pencucian Uang
Modus yang digunakan oleh pelaku kejahatan pencucian uang ada
berbagai macam, dengan kecerdasan dan kemajuan teknologi pada
umumnya dilakukan dengan:72
a. Melalui Kerjasama Modal.
Dalam modus ini operandi membawa uang secara tunai dari
hasil kejahatan tersebut ke luar negeri, kemudian dimasukkan
kembali kedalam negeri dengan cara menginvestasikan melalui
proyek-proyek penanaman modal asing (joint venture project).
Keuntungan dari proyek tersebut sudah menjadi bersih karena
tampak secara legal dan bisa di nikmati, bahkan sudah
dikenakan pajak.
b. Melalui Agunan Kredit.
Operandi menyelundupkan uang hasil dari kejahatan
tersebut ke luar negeri terlebih dahulu dengan menyimpan di
bank-bank tertentu.Dari salah satu bank tersebut, uang tersebut
ditransfer ke bank Swiss dalam bentuk deposito. Kemudian
operandi melakukan pinjaman ke suatu bank di Eropa dengan
menggunakan jaminan deposito tersebut. Uang dari pinjaman
72 Op.Cit, hlm 26-28
64
tersebut dikembalikan/ditanamkan kembali ke Negara asal
uang tersebut didapatkan, karena sudah menjadi uang bersih.
c. Transfer ke Luar Negeri.
Uang tunai yang dibawa oleh operandi ditransfer ke luar
negeri melalui bank asing yang bercabang di Negara
asalnya.Kemudian uang tersebut dicairkan dan dibawa oleh
orang-orang tertentu kembali ke Negara asalnya, sehingga
tampak uang tersebut didapat dari luar negeri.
d. Penyamaran Usaha di Dalam Negeri.
Uang tersebut digunakan untuk mendirikan perusahaan
bisnis samaran di dalam negeri.Operandi tidak
mempermasalahkan uang tersebut mengalami keuntungan atau
kegurian, karena uang tersebut tampak bahwa perusahaan
bisnisnya menghasilkan uang bersih (clean money).
e. Penyamaran dalam Perjudian.
Selain mendirikan perusahaan bisnis, biasanya perusahaan
perjudian menjadi pilihan operandi untuk menyamarkan
kekayaannya dengan membeli nomor undian yang telah
dipesan dengan harga tertinggi dan nomor tersebut keluar
sebagai pemenang, sehingga tampak bahwa uang/harta itu
berasal dari usaha tersebut.
f. Penyamaran Dokumen.
65
Dalam modus ini, secara fisik uang tersebut tidak kemana-
mana melainkan tetap ditempat yaitu didalam
negeri.Keberadaan uang tersebut dilengkapi dengan dokumen-
dokumen bisnis double invoice dalam bisnis ekspor-impor dari
perusahaan yang dipalsukan atau direkayasa sehingga uang
tersebut seolah-olah berasal dari bisnis ekspor-impor tersebut.
g. Pinjaman Luar Negeri.
Uang hasil kehatatan ini secara tunai dibawa ke luar
negeri.Kemudian dimasukkan kembali ke dalam negeri dalam
bentuk pinjaman luar negeri, seolah-oleh uang tersebut
diperoleh karena pinjaman (bantuan kredit) luar negeri.
h. Rekayasa Pinjaman Luar Negeri.
Dalam modus ini uang tersebut tidak kemana-mana
melainkan ada di dalam negeri.Kemudian operandi membuat
dokumen rekayasa/palsu seakan-akan mendapat bantuan atau
pinjaman dari luar negeri.
Dalam beberapa modus operandi pencucian uang diatas, dapat
dilihat bahwa perbankan terkait dalam pelaksanaan pencucian uang
dalam menghimpun dan menyalurkan dana, sehingga sangat strategis
untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang baik melalui
placement, layering maupun integration.
7. Sanksi Pidana dan Jenis-jenis Pelaku TPPU
66
Dalam Undang-Undang No.8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang terdapat Pasal-
Pasal yang mengatur tentang ketentuan pidana bagi para pelaku
pencucian uang. Pasal-Pasal tersebut berada dalam BAB II tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang yang berbunyi:
Pasal 3
Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,
mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau
surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana
Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 4
Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak,
atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan
pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
Pasal 5
(1) Setiap Orang yang menerima atau menguasai
penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 6
67
(1) Dalam hal tindak pidana Pencucian Uang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 dilakukan
oleh Korporasi, pidana dijatuhkan terhadap Korporasi
dan/atau Personil Pengendali Korporasi.
(2) Pidana dijatuhkan terhadap Korporasi apabila tindak
pidana Pencucian Uang:
a. dilakukan atau diperintahkan oleh Personil Pengendali
Korporasi;
b. dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan
Korporasi;
c. dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau
pemberi perintah; dan
d. dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi
Korporasi.
Pasal 7
(1) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap Korporasi
adalah pidana denda paling banyak Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah).
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), terhadap Korporasi juga dapat dijatuhkan pidana
tambahan berupa:
a. pengumuman putusan hakim;
b. pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan usaha
Korporasi;
c. pencabutan izin usaha;
d. pembubaran dan/atau pelarangan Korporasi;
e. perampasan aset Korporasi untuk negara; dan/atau
f. pengambil-alihan Korporasi oleh negara.
Pasal 8
Dalam hal harta terpidana tidak cukup untuk membayar
pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal
4, dan Pasal 5, pidana denda tersebut diganti dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat)
bulan.
Pasal 10
Setiap Orang yang berada di dalam atau di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang turut serta
melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan
jahat untuk melakukan tindak pidana Pencucian Uang
dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5.
68
Dari Pasal-Pasal diatas, menunjukkan adanya pengaturan terhadap
jenis-jenis tindak pidana pencucian uang beserta sanksinya, yaitu:73
a. Tindak pidana pencucian uang yang bersifat aktif: yaitu
tindakan untuk menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan
dengan mata uang atau surat berharga lainnya, atau perbuatan
lain atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
tersebut dihukum maksimal 20 tahun penjara dan denda 10
miliar rupiah.
b. Tindak pidana pencucian uang yaitu: tindakan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang
sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana 20 tahun penjara dan
denda 5 miliar rupiah.
c. Tindak pidana yang bersifat pasif berupa menerima atau
menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan
73 M. Arief Amrullah, Op. Cit, hlm. 67
69
hasil tindak pidana dihukum maksimal 5 tahun penjara dan
denda 1 miliar rupiah.
d. Tindak pidana percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat
untuk melakukan tindak pidana pencucian uang dihukum
sesuai dengan jenis tindak pidana antara a, b, dan c.
e. Tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi sebagaimana
poin a, b, dan c dihukum dengan pidana pokok berupa denda
maksimal 100 miliyar rupiah dan pidana tambahan
sebagaimana yang disebutkan.
Dalam kaitannya dengan pidana denda, bagi pelaku tindak pidana
sebagaimana disebutkan dalam poin a, b, c, dan d yang tidak mampu
membayar denda diganti dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun 4 (empat) bulan.
B. Tinjauan Umum Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
1. Sejarah Terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi
Meningkatnya tindak pidana korupsi telah membawa bencana
ditengah-tengah Bangsa dan Negara ini. Perkembangan tindak pidana
korupsi ini terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini dapat diketahui
dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara
yang semakin membengkak. Lembaga pemerintah yang menangani
perkara tindak pidana korupsi yang telah ada sejak dahulu ternyata
belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak
pidana korupsi. Lembaga tersebut adalah Kejaksaan dan Kepolisian.
70
Dalam kenyataannya, disamping tidak berfungsinya lembaga tersebut
dalam memberantas korupsi, ternyata oknum-oknum pejabat dari
lembaga tersebut juga ikut melakukan praktik menyimpang dengan
melakukan perbuatan korupsi. Hal ini tentu sangat mencederai
penegakan hukum dan keadilan di negara ini.74
Dahulu hingga saat ini perbuatan korupsi adalah perbuatan yang
sangat berbahaya didalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sehingga saat ini tindak pidana korupsi disebut sebagai kejahatan luar
biasa. Sebelum terbentuknya KPK tindak pidana korupsi sangatlah
merajalela dan lembaga pemerintah yang ada pada saat itu yakni
Kepolisian dan Kejaksaan dianggap tak serius dalam memberantas
korupsi sehingga tidak ada gebrakan yang membanggakan dari kedua
lembaga tersebut.75
Penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi yang
dilakukan secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai
hambatan. Untuk itu diperlukan metode penegakan hukum secara luar
biasa melalui pembentukan suatu badan khusus yang mempunyai
kewenangan luas, independen, serta bebas dari kekuasaan manapun
dalam upaya pemberantasan korupsi. Oleh karena itulah maka
dibentuk lembaga yang serius didalam memberantas tindak pidana
korupsi, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Komisi ini
74 Evi Hartanti, Op. Cit, hlm. 69 75 Frima A. Sitanggang, Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai Penyidik
dan Penuntut Tindak Pidana Korupsi Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
(Money Laundering).Tesis, 2017, hlm. 44
71
dibentuk sebagai lembaga Independen yang tidak dapat diintervensi
oleh siapapun. Lembaga ini fokus pada pemberantantasan korupsi
didalam mengungkap dan mengadili pelaku tindak pidana korupsi.76
Perang terhadap korupsi adalah komitmen bagi KPK, sehingga
keberadaan KPK saat ini dianggap sebagai mimpi buruk bagi kalangan
elit maupun elit politik yang melakukan korupsi. Hal tersebut dapat
dilihat pada masa sekarang ini begitu banyak gebrakan pemberantasan
korupsi yang dilakukan oleh KPK. Hal ini juga didukung oleh
independensinya KPK dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi.
Oleh karena itulah keberadaan KPK telah diakui dan diatur dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Didalam Undang-Undang ini
disebutkan bahwa KPK adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun.77
2. Tugas dan Fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
Sebagaimana yang telah tertera dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002, maka segala aktivitas dan kegiatan KPK telah diatur
didalamnya. Sesuai Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002,
maka tugas atau fungsi KPK adalah sebagai berikut:78
76 Ermansjah Djaja, “Memberantas Korupsi Bersama KPK”, Jakarta, Sinar Grafika, 2008,
hlm. 183 77 Frima A. Sitanggang, Op.Cit, hlm. 45 78 Ermansjah Djaja, Op.Cit, hlm. 188
72
a. Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
tindak pidana korupsi. Dalam melaksanakan tugas ini maka hal
yang dilakukan KPK ialah:
1) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi;
2) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
3) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi yang terkait;
4) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
5) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak
pidana korupsi.
b. Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Instansi itu adalah termasuk
Kepolisian, Kejaksaan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Komisi
Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN), Inspektorat
pada Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non-Kementerian.
Dalam melaksanakan tugas ini maka hal yang dilakukan KPK
ialah:
73
1) Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap
instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang
berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi dan
instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik;
2) Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku
tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian
atau kejaksaan.
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap
tindak pidana korupsi. Dalam melaksanakan tugas ini maka hal
yang dilakukan KPK ialah:
1) Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;
2) Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang
seseorang berpergian keluar negeri;
3) Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan
lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa
yang sedang diperiksa;
4) Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya
untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik
tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait;
5) Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk
memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya;
6) Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau
terdakwa kepada instansi yang terkait;
74
7) Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi
perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara
perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki
oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti
awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana
korupsi yang sedang diperiksa;
8) Meminta bantuan interpol Indonesia atau instansi penegak
hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan,
dan penyitaan barang bukti di luar negeri;
9) Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait
untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,
dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang
sedang ditangani.
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.
Dalam melaksanakan tugas ini maka hal yang dilakukan KPK
ialah:
1) Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan
harta kekayaan penyelenggara negara;
2) Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;
3) Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap
jenjang pendidikan;
4) Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi
pemberantasan tindak pidana korupsi;
75
e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan
negara. Dalam melaksanakan tugas ini maka hal yang dilakukan
KPK ialah:
1) Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan
administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah;
2) Memberi saran kepada pimipinan lembaga negara dan
pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil
pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
korupsi;
3) Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa
Keuangan, jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut
tidak diindahkan.
4) Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;
5) Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi.
3. Wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK disamping memiliki tugas dan fungsi, KPK juga memiliki
wewenang sebagai berikut:
a. Dalam melaksanakan tugas koordinasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf a, maka KPK berwenang (Pasal 7):
1) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
terhadap tindak pidana korupsi;
76
2) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait;
3) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi yang terkait;
4) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
5) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak
pidana korupsi;
b. Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf b, KPK berwenang (Pasal 8):
1) Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap
instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang
berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan
instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik;
2) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud pada
huruf a, KPK berwenang juga mengambil alih penyidikan dan
penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang
dilakukan oleh kepolisisan dan kejaksaan;
3) Dalam hal KPK mengambil alih penyidikan atau penuntutan,
kepolisian atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan
seluruh berkas perkara beserta alat bukti dan dokumen lain
77
yang diperlukan dalam waktu paling lama 14 hari kerja,
terhitung sejak tanggal diterimanya permintaan KPK;
4) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada huruf c dilakukan
dengan membuat dan menandatangani berita acara penyerahan
sehingga segala tugas dan kewenangan kepolisian atau
kejaksaan pada saat penyerahan tersebut beralih kepada KPK.
c. Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, KPK
berwenang (Pasal 12):
1) Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;
2) Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang
seseorang bepergian keluar negeri;
3) Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan
lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa
yang sedang diperiksa;
4) Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya
untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik
tersangka, terdakwa atau pihak lain yang terkait;
5) Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk
memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya;
6) Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau
terdakwa kepada instansi yang terkait;
78
7) Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi
perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara
perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki
oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti
awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana
korupsi yang sedang diperiksa;
8) Meminta bantuan interpol Indonesia atau instansi penegak
hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan,
dan penyitaan barang bukti diluar negeri;
9) Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait
untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,
dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang
sedang ditangani.
d. Dalam melaksanakan tugas pencegahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf d, KPK berwenang (Pasal 13):
1. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan
harta kekayaan penyelenggara negara;
2. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;
3. Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap
jenjang pendidikan;
4. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi
pemberantasan tindak pidana korupsi;
5. Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;
79
6. Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi.
e. Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf e, KPK berwenang (Pasal 14):
1) Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan
administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah;
2) Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan
pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil
pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
korupsi;
3) Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, DPR RI,
BPK RI, jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut
tidak diindahkan.
C. Tinjauan Umun Tentang Penyidikan
1. Dasar Hukum Penyidikan
Dalam proses penyidikan orang yang berwenang melakukan hal
tersebut adalah penyelidik, tugas dan wewenang dari penyidik salah
satunya adalah menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang
adanya tindak pidana sesuai dengan pasal 5 KUHAP. Penyelidik dalam
hal ini polisi sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka 4 KUHAP, atas
laporan/pengaduan tersebut mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana guna menetukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan. Di dalam penyidikan berdasarkan
80
pasal 1 angka 2 KUHAP, penyidik/polisi mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
Di dalam pasal 4 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan
Tindak Pidana (“Perkap 14/2012”), dasar dilakukan penyidikan adalah
:
a. Laporan polisi/pengaduan
b. Surat perintah tugas
c. Laporan hasil penyidikan (LHP)
d. Surat perintah penyidikan, dan
e. Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP)
Sedangkan menurut pasal 1 angka 21 Perkap no 14 tahun 2012
menyatakan bahwa :
“Bukti permulaan adalah alat bukti berupa laporan
Polisi dan 1 (satu) alat bukti yang sah, yang digunakan
untuk menduga bahwa seseorang telah melakukan tindak
pidana sebagai dasar untuk dapat dilakukan
penangkapan.”
2. Pengertian Dan Ruang Lingkup Penyidikan
Pasal 1 angka 2 KUHAP mendefinisikan penyidikan sebagai
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang, untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang
dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi, dan guna
81
menemukan tersangkanya. Sementara itu menurut De Pinto penyidikan
adalah :79
“penyidikan (opsporing) adalah pemeriksaan
permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk
oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan
apapun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa
ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum.”
Dalam bahasa Belanda istilah penyidikan sama dengan opsporing.
Pengetahuan dan pengertian penyidik perlu dinyatakan dengan pasti
dan jelas, karena hal itu langsung menyingung dan membatasi hak-hak
asasi manusia. Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut
penyidikan adalah sebagai berikut:80
a. Ketentuan tentang alat-alat penyidik
b. Ketentuan tentang diketahuinya terjadinya delik
c. Pemeriksaan ditempat kejadian
d. Pemanggilan tersangka dan terdakwa
e. Penahanan sementara
f. Penggeledahan
g. Pemeriksaan atau intoleransi
h. Berita acara (penggeladahan, inteloransi, dan pemeriksaan di
tempat)
i. Penyitaan
j. Penyampingan perkara
79 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : PT. Sinar Grafika,
2000.hlm.34 80Ibid.hlm.35
82
k. Pelimpahan perkara kepada penutut umum dan pengembalian
kepada penyidik untuk disempurnakan.
Proses penyidikan berdasarkan KUHAP sendiri pada dasarnya
merupakan tindak lanjut hasil dari proses penyelidikan, yang sedikit
banyak telah menemukan konstruksi peristiwa pidana yang
terjadi.81Dalam proses penyelidikan, terhadap suatu peristiwa yang
telah dinyatakan sebagai suatu tindak pidana oleh penyidik, maka
selanjutnya kasus tersebut masuk ke tahap penyidikan juga telah
berubah menjadi tersangka.
Proses penyidikan berdasarkan KUHAP ini sendiri dilakukan oleh
penyidik. Penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia
atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi kewenangan
khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan yaitu pada
Pasal 1 angka 1 dan pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No.
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76.
Setelah penyidik selesai melakukan penyidikan, yang antara lain
dengan melakukan pemeriksaan saksi-saksi, pemeriksaan tersangka,
melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, serta
tindakan-tindakan lain sebagaimana diatur dalam undang-undang,
selanjutnya penyidik menganalisa dan mengambil kesimpulan, serta
81 Bambang Waluyo, Pidana dan pemidanaan, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,
2004, hlm. 56
83
pendapat atas hasil penyelidikan tersebut. Semua tindakan tersebut
dituangkan dalam berita acara, kemudian disusun dan dihimpun
menjadi berkas perkara hasil penyidikan.82
3. Prinsip – prinsip Dalam Penyidikan
Dalam melakukan penyidikan terdapat beberapa prinsip yang turut
mendasari pelaksanaan penyidikan itu sendiri, artinya bahwa ketika
proses penyidikan dimulai sampai berakhir semua harus sesuai dengan
prinsip penyidkan termaksud rekonstruksi itu sendiri. Beberapa
prinsip-prinsip dalam proses penyidikan itu antara lain.83
a. Legalitas, yaitu setiap kegiatan pengawas penyidikan yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Professional, yaitu setiap kegiatan pengawas penyidikan yan
dilaksanakan sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenan
Pengawas Penyidikan berdasarkan kompetensi yang
dimilikinya.
c. Proporsional, yaitu setiap kegiatan Pengawas Penyidikan
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi, peran dan
tangung jawabnya.
82 Ramelan, Hukum Acara Pidana (Teori dan Implementasi), sumber Ilmu Jaya, Jakarta,
2006, hlm. 78 83 Hartono “Penyidikan dan penegakan hukum pidana : melalui pendekatan hukum
progresif” Jakarta , PT.Sinar Grafika:2010, hlm. 30.
84
d. Procedural yaitu setiap kegiatan Pengawas Penyidikan
dilaksanakan sesuai mekanisme dan tata cara yang diatur dalam
ketentuan peraturan yang berlaku.
e. Transparan yaitu setiap kegiatan pengawas Penyidikan
dilaksanakan secara terbuka yang dapat diketahui
perkembangan penanganannya oleh masyarakat yang
berperkara atau mengajukan dan teknis.
f. Akuntabel, yaitu setiap kegiatan Pengawas Penyidikan dapat
dipertangungjawabkan tindakannya secara yuridis, admisitrasi
dan teknis.
g. Kepastian Hukum, yaitu terselenggaranya kegiatan pengawas
penyidikan dalam melakukan pengawasan penyidikan
berdasarkan perangkat hukum untuk menjamin hak dan
kewajiban setiap warga masyakat.
h. Efektif, yaitu setiap kegiatan pengawas penyidikan
dilaksanakan dengan cepat, tepat waktu dan sasaran.