Bab II Penambangan Dan Pengolahan Batu Alam
-
Upload
arif-maulana-lciel-vampaddict -
Category
Documents
-
view
578 -
download
37
Transcript of Bab II Penambangan Dan Pengolahan Batu Alam
BAB II
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN BATU ALAM
2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN BATU ALAM
Jika kita flashback ke zaman dahulu (zaman batu sekalipun), ternyata
orang-orang zaman dulu lebih “jeli” dari pada orang modern (saat ini). Mereka
sudah menyadari jika batu alam memiliki “sejuta” manfaat. Dari bukti sejarah
tercatat batu merupakan benda alam yang manfaatnya sangat penting sehingga
tidak mengherankan jika ada zaman batu. Pada zaman tersebut, sebuah rumah dari
elemen eksterior dan interior rumah berasal dari batu alam. Selain itu, alat berburu
dan patung yang biasa mereka sembah pun terbuat dari batu.
Di pusat peradapan manusia pertama (Mesir), batu berperan penting dalam
kehidupan saat itu. Dengan kondisi iklim yang panas dan berasa di padang pasir
menyebabkan bangunan dan rumah-rumah banyak terbuat dari batu, bukan benda
lain seperti kayu. Ini disebabkan batu mempunyai sifat tidak menyerap panas dan
menyejukkan sekaligus mendinginkan udara di dalamnya. Bahkan bangunan
megah seperti Piramid, Gaza, dan Spinx (Mesir), Colosseum (itali). Tembok Besar
Cina (RRC), serta tempat pemujaan Suku
Maya Amerika Selatan pun terbuat dari batu. Selain untuku bahan bangunan, batu
alam banyak digunakan untuk perhiasan dan benda berharga, seperti batu mulia.
Di Indonesia, batu alam sudah dimanfaatkan sejak zaman nenek moyang
kita. Banyak arca atau patung, candi, dan lain-lainnya terbuat dari batu. Candi
Prambanan, Borobudur, Mendut, Sewu, Plaosan, dan lain-lain berbahan batu alam.
Batu yang digunakan sama pada setiap candi sehingga dinamakan batu candi. Saat
ini batu candi merupakan batu yang tetap eksis dimanfaatkan hingga saat ini.
Sebelum zaman kemerdekaan, batu belah dari jenis batu andesit sudah
banyak diaplikasikan dalam pembuatan dinding, jembatan, dan saluran irigasi.
Batu-batu tersebut disuplai masyarakat setempat dari tepian sungai. Selain itu, di
awal tahun 30-an marmer tulung agung banyak dimanfaatkan untuk bangunan,
terutama bangunan milik bangsawan belanda. Bahkan, Pemerintah belanda sempat
membangun areal penambangan beserta pabrik pengolahannya disana.
5
2.2 SIKLUS TERBENTUKNYA BATU ALAM
Secara singkat perputaran kejadian di bumi, mulai dari terbentuknya batuan
sampai menjadi tanah, dapat digambarkan sbb :
A. Gunung api yang memuntahkan lava cair dan panas, akibat pada tekanan
magma diperut bumi, dan magma cair ini, sebagian dapat keluar menjadi
lava cair dari gunung api, sebagian hanya membeku ditengah jalan
membeku masih dibawah permukaan bumi.
Magma cair yang membeku dibawah permukaan bumi, disebut “batuan
beku dalam” dan lava cair yang membeku setelah keluar dari mulut gunung
api, disebut batuan “beku luar” atau “batu vulkanis”.
Terbentuknya batuan beku vulkanis, dapat memberikan beberapa jenis
batuan, misalnya : yang membeku secara masal bergumpal menjadi satu
dan yang membeku membentuk partikel terpisah ( fragmental ),
membentuk butiran batu mulai dari besar sampai kecil yang kita sebut
pasir, sampai kepada bentuk debu. Bentuk yang fragmental dan debu ini
terbentuk akibat tersembur keras keluar mulut gunung api, serta membeku
cepat akibat pengaruh suhu yang mendadak dingin.
B. Selanjutnya batuan beku ini, apabila terkena pengaruh cuaca, dan pengaruh
gerakan di bumi akan dapat berubah bentuk atau sifatnya.
a) Bila yang masih berbentuk beku dalam, dapat terangkat naik keatas
permukaan bumi, kita lihat sebagai bukit atau gunung batu.
b) Bila batuan beku (baik vulkanis atau beku dalam) terkena cuaca,
dapat hancur menjadi partikel yang lebih kecil, tercampur-campur
jenis satu dan lainnya.
c) Bila hasil hancuran oleh cuaca itu, berpindah, Karena aliran angin,
air atau es, kemudian mengendap di tempat yang mungkin jauh
sekali dengan batuan induknya, maka endapan ini kita sebut “batuan
endapan”.
d) Bila batuan endapan ini memadat akibat tekanan berat atau tekanan
hydrothermal bumi, sehingga sifatnya agak berbeda dengan batuan
6
endapan biasa meskipun dari jenis yang sama. Batuan semacam itu
disebut batuan malihan atau batuan yang telah berubah, atau biasa
disebut “batuan metamorphosa”.
e) Kemungkinan yang akan terjadi lagi ialah bila batuan atau tanah
tadi terus masuk kedalam bumi, atau tercampur dengan magma cair,
maka batuan itu akan menjadi magma lagi.
Gambar 2.1. Siklus Batuan Alam
7
Keterangan :
1 = Magma batuan cair pijar didalam lithosfer, bentuk mula-mula siklus batuan
2 = Batuan Beku
a = Karena pendinginan magma menjadi makin padat membeku
3 = Batuan Sedimen Klasis
b = Batuan beku rusak hancur karena tenaga eksogen air hujan, panas,
dingin, es, angin, dll, diangkut diendapkan menjadi batuan sedimen
4 a = Batuan Sedimen Chemis
c 1 = Batuan larut dalam air dan langsung diendapkan menjadi batuan
sedimen chemis
4 b = Batuan Sedimen Orgamis
c 2 = Batuan larut dalam air diambil oleh organism dan melalui organisme
membentuk batuan endapan organism
5 = Batuan Metamorf
d = Karena tekanan dan suhu batuan beku dan batuan sedimen mengalami
perubahan bentuk menjadi batuan malihan (metamorf)
8
2.3 JENIS-JENIS BATU ALAM DAN MENURUT KEJADIANNYA
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan
kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuk mereka. Ciri
- ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka
lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka.
Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi.
Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
1. kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu
ini.
2. tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
3. struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4. proses pembentukan
Batu-batu secara umum biasanya dibagi menurut proses yang membentuknya,
dan dengan itu dibagi kepada tiga kumpulan yang besar yaitu:
1. batuan beku (igneus)
2. batuan endapan (sedimen)
3. batuan metamorf (malihan).
2.3.1 BATUAN BEKU (igneus)
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api")
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik).
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang
sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan
terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur,
9
penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku
telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan
kerak bumi.
Gambar 2.2. Batuan Beku
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun
(1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang
pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.500 C dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile
(air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan
penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan
pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-
mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal
dengan Bowen’s Reaction Series.
10
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui
karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral
batuan beku.
I. TEKSTUR
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar
mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan
massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
A. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya
kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan
halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka
kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh
kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik,
yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas
dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa
gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian),
dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
11
B. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.
Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
1. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat
dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-
kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari
30 mm.
2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan
dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan
tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam
analisa mikroskopis dapat dibedakan:
Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa
diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar
0,1 – 0,01 mm.
Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu
kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran
butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
C. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal
delapan bentuk kristal, yaitu:
Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang
kristal.
12
Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat
lagi.
Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal
asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal,
yaitu:
Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama
panjang.
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu
dimensi yang lain.
Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua
dimensi yang lain.
Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai
hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan.
Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi lima, yaitu:
Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang
membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan
kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai
pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut
fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa
berupa mineral atau gelas.
13
2.3.2 BATUAN ENDAPAN
Gambar 2.3. Batuan Endapan
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga
kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis)
yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain
(clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan
(precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir,
dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari
permukaan bumi.
Penamaan batuan endapan atau batuan sedimen biasanya berdasarkan besar
butir penyusun batuan tersebut Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat,
batu pasir, batu lanau, batu lempung
Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butiran yang bersudut
Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butiran yang membudar
Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai
1/16 mm
Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai
1/256 mm
14
Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari
1/256 mm
2.3.3 BATUAN METAMORF
Gambar 2.4. Batuan Metamorf
Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok
utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe
batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang
disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai
panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrem akan mengalami
perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan
sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh
batuan metamorf adalah batu sabak dan batu marmer.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan
digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies
metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang
besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk
oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk
terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.
15
Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi
akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga
mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi berikut ini.
A. Batuan Metamorf Kontak
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang
sangat tinggi (sebagai akibat dari aktivitas magma). Adanya suhu yang sangat
tinggi menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan.
Contohnya batu kapur (gamping) menjadi marmer.
B. Batuan Metamorf Dinamo
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya tekanan
yang tinggi (berasal dari tenaga endogen) dalam waktu yang lama. Contohnya batu
lumpur (mud stone) menjadi batu tulis (slate). Batuan ini banyak dijumpai di
daerah patahan atau lipatan.
C. Batuan Metamorf Kontak Pneumatolistis
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh
gas-gas yang ada pada magma. Contohnya kuarsa dengan gas fluorium berubah
menjadi topas.
II. Menurut tegangannya :
Batu lunak ( 4 kg/cm2 – 8 kg/cm2), yaitu batu alam yang mudah digali dan
dipatahkan dengan tangan. Batu ini mengalami proses pelapukan dan
banyak mengandung retakan. Contohnya, Batu Pasir atau sandstone, Batu
Gamping atau limestone (batu paras).
Batu sedang ( 8 kg/cm2 – 18 kg/cm2), batuan alam ini sukar digali dengan
peralatan tangan. Bagian pecahan/patahan tidak dapat dipatahkan dengan
tangan tetapi mudah dihancurkan dengan palu.
16
Batu keras ( 16 kg/cm2 – 50 kg/cm2), yaitu batu alam yang hanya dapat
digali dengan memakai bagan peledak. Batu ini tidak banyak mengandung
retakan. Contohnya, Batu Andesit, Batu Sabak, Marmer dan Granit.
2.4 SIFAT-SIFAT FISIK BATU ALAM DAN PENGUJIANNYA
A. Sifat Fisik batu alam
Mempunyai kuat tekan dan kuat lentur yang tinggi
Keras dan tidak mudah hancur
Daya serap air relative kecil
Tahan terhadap pengaruh cuaca
Tahan terhadap keausan
B. Pengujian Batu Alam, meliputi :
Analisa Petrografi, analisa batuan secara mikroskopis untuk
mengetahui jenis, tekstur, struktur komposisi mineral dan nama
batuan.
Analisa kimia, analisa batuan secara kimia untuk mengetahui
komposisi kimia batuan.
Analisa defraktometer sinar X, digunakan pada batuan yang
berbutir sangat halus seperti tanah liat untuk mengetahui unsur
kimianya.
Analisa besar butir, dilakukan dengan cara diayak menggunakan
ayakan berjenjang yang mempunyai ukuran tertentu.
Analisa berat jenis (bulk density), dilakukan dengan cara : batuan
dipanaskan dalam oven pada suhu 100°C selama 24 jam, kemudian
didinginkan pada suhu kamar. Batuan ditimbang beratnya dan
diukur volumenya. Berat jenis batuan diperoleh dengan membagi
berat dengan volume.
Pengujian Daya serap air pada batuan.
Pengujian ketahanan batuan terhadap pelapukan, untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh reaksi kimia unsur-unsur alkali (K dan Na)
17
pada batuan. Unsur-unsur ini apabila prosentasenya tinggi, akan
merugikan bila digunakan untuk agregat pada konstruksi bangunan.
Pengujian ketahanan batuan terhadap keausan, ketahanan batuan
terhadap aus ini diartikan sebagai sifat daya tahan batuan terhadap
penggosokan bahan lain. Pengujian dilakukan menggunakan bola-
bola baja yang terdapat pada mesin LOS ANGELES.
Pengujian Kuat Tekan Bebas. Untuk mencegah kerusakan
konstruksi akibat beban yang bekerja, maka agregat harus cukup
kuat menahan tekanan. Kuat tekan batuan adalah kemampuan
batuan dalam menahan beban yang diberikan sehingga batuan
tersebut pertama kali mengalami deformasi.
2.5 PENGOLAHAN BATU ALAM DENGAN PENGHANCUR MOBILE
DAN STASIONER
Pengolahan batu alam menggunakan proses multi-tahap penghancuran dan
Penyaringan untuk menghasilkan ukiran butir didefinisikan dari bongkahan batu.
Diklasifikasikan seperti fraksi butiran akhir digunakan sebagai agregat untuk
beton, aspal pengikat dasar, dan lapisan permukaan saja dalam kontruksi jalan,
serta dalam kontruksi bangunan.
Gambar 2.5. Pengolahan Batu Alam Dengan Menggunakan Alat Berat
18
A. Ekstrasi Batu
Batuan digali dengan cara pengeboran dan peledakan. Ada
kemungkinan dua pilihan yang mungkin untuk pengolahan bahan setelah
itu telah dikurangi untuk ukuran tanaman penghancuran.
B. Transportasi oleh excavator atau tugas berat truk
Ketika diproses pada tanaman penghancuran, excavator atau wheel
loader digunakan untuk bahan batu ke dalam crusher yang biasanya diatur
tepat di wajah tambang. Bahan dihancurkan maka baik dikirim ke tahap
pengolahan berikutnya melalui konveyor sabuk, atau diangkut dari tambang
dengan truk. Pilihan kedua melibatkan mengangkut bahan dari muka
tambang dengan tugas berat truk. Batu dimuatkan ke dalam truk tugas berat
excavator atau oleh wheel loader, dan kemudian diangkut ke pabrik
pengolahan stasioner.
Gambar 2.6. Hasil Proses Pengolahan Yang Sudah Di Hancurkan
C. Partikel Kubik Menahan Tekanan
19
Kekuatan semakin tinggi tekan batu, semakin tinggi juga kualitas,
yang memainkan peran penting khususnya dalam kontruksi jalan. Kekuatan
tekan material membagi menjadi keras, batu menengah-keras atau lunak,
yang juga menentukan teknik menghancurkan. Teknik ini digunakan untuk
pengolahan untuk mendapatkan ukuran butir yang diinginkan. Kualitas
material dipengaruhi secara signifikan, bagaimanapun, dengan parameter
penting lain seperti bentuk biji-bijian. Semakin butir berbentuk kubik
individu, semakin baik interlock partikel yang dihasilkan. Butir akhir dari
kubik yang diucapkan dicapai dengan menggunakan beberapa tahap
penghancuran. Sebuah cubicity menunjukkan rasio tepi lebih baik dari 1:03
khas berkualitas tinggi agregat akhir.
2.6 PROSES PENGGALIAN
Proses penggalian dilakukan ditempat batu ditemukan hingga pemecahan
menjadi bongkahan. Tahap pertama adalah membersihkan batu dari ilalang atau
semak belukar yang tumbuh diatas batu. Diatas batu biasanya terdapat tanah yang
tebal sehingga bisa menjadi media bagi tumbuhan untuk hidup. Pembersihan
dilakukan hingga kulit batu terlihat minimal setengahnya dari ukuran batu.
Setelah kulit batu terlihat, langkah selanjutnya adalah pemecahan batu
menggunakan alat manual. Alat yang biasa digunakan antara lain linggis, palu
godam, dan paku bobok. Untuk satu batu biasanya pemecahan dilakukan oleh satu
hingga dua orang.
Pemecahan batu tidak dilakukan “sembarangan”, melainkan menggunakan
pola pemecahan yang menghasilkan ukuran yang sama. Biasanya ukuran pecahan
batu berdasarkan pesanan dari si pemesan atau pabrik pemotongan batu. Ukuran
batu yang dipecah berbentuk balok dengan panjang sekitar 65 cm, tinggi 35 cm,
dan lebar 35 cm. cara memecahkan batu mirip memcahkan balok es, yaitu
membuat garis pecahan dengan memaku batu pada jarak tertentu. Kemudian
20
dibentuk sesuai ukuran yang telah ditentukan. Gunakan alat pengungkit (linggis)
untuk membelah batu yang sudah ditentukan ukurannya.
Setelah batu selesai dipecahkan, bongkahan batu digelindingkan atau
dijatuhkan ke dataran yang lebih rendah yang nantinya sebagai tempat berhentinya
truk pengangkut. Batu pun siap dikirim ke pabrik atau tempat pemotongan baru.
2.7 PABRIFIKASI
Setelah di pabrik atau tempat pemotongan, batu diturunkan berdasarkan
jenis batunya. Usahakan batu tersebut ditempatkan jangan terlalu jauh dari mesin
pemotong. Langkah awal, salah satu permukaan atau kulit batu dipotong dengan
mesin block cutter. Setelah itu, batu dipotong sepeerti kue lapis, kemudian
potongan-potongan batu tersebut dirapikan sisi-sisinya menggunakan mesin
sizing. Untuk batu-batu tujuan ekspor, diperlukan tingkat ketebalan yang sama.
Padahal tidak semua batu hasil pemotongan mesin block cutter menghasilkan
ketebalan yang sama sehingga perlu dilakukan penghalusan dengan menggunakan
mesin kalibrasi. Mesin ini mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi.
2.8 FINISHING
Proses finishing pada batu alam bermacam-macam dan masih akan
berkembang seiring berjalannya waktu dan majunya teknologi dalam dunia
perbatuan. Proses finishing pada batu alam bertujuan untuk meningkatkan daya
jual dan beradaptasi dengan perkembangan gaya desain dari sebuah bangunan.
Proses finishing batu alam ada beragam jenis, misalnya rata mesin (RTM),
rata alam (RTA), split, bakar (flamed), sandblasted, bush hammer, honed, poles
(polished), acid, stonker, dan lain-lain.
21