BAB II PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI … · 1) koordinator promosi pariwisata yang dilakukan...
Transcript of BAB II PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI … · 1) koordinator promosi pariwisata yang dilakukan...
2-1
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
2.1 KEPARIWISATAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL
Sebagai bagian dari kepariwisataan nasional, pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung perlu mengacu pada kebijakan pembangunan kepariwisataan yang sudah ditetapkan di tingkat
nasional. Kebijakan pembangunan kepariwisataan nasional diatur dalam beberapa peraturan
perundangan, yaitu:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025;
2. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
3. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
4. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010-2025.
2.1.1 Undang-Undang No.17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 merupakan kebijakan
pembangunan Indonesia yang mengarahkan secara umum pembangunan seluruh sektor dalam jangka
waktu 20 tahun. Kebijakan umum pembangunan seluruh sektor di Indonesia diarahkan untuk
mewujudkan visi “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.
Pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu sektor yang diatur dalam RPJPN. Arahan
pembangunan kepariwisataan yang ditetapkan dalam RPJPN Tahun 2005-2025 mengatur bahwa
kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan
citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta memberikan
perluasan kesempatan kerja. RPJPN juga mengarahkan bahwa pengembangan kepariwisataan
dilakukan dengan memanfaatkan keragaman pesona keindahan alam dan potensi nasional sebagai
wilayah pariwisata bahari terluas di dunia secara arif dan berkelanjutan, serta mendorong kegiatan
ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya bangsa.
BAB II – KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
2-2
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
2.1.2 Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan merupakan dasar hukum utama
pembangunan kepariwisataan di Indonesia. Dalam undang-undang ini, pembangunan kepariwisataan
dinyatakan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis,
terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan
terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan
hidup, serta kepentingan nasional. Tujuan penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia juga diatur
dalam Pasal 4 adalah sebagai berikut:
a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b) meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c) menghapus kemiskinan;
d) mengatasi pengangguran;
e) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f) memajukan kebudayaan;
g) mengangkat citra bangsa;
h) memupuk rasa cinta tanah air;
i) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j) mempererat persahabatan antarbangsa.
Masih menurut Undang-Undang yang sama, pembangunan kepariwisataan di Indonesia harus
dilakukan berdasarkan asas dan prinsip-prinsip penyelenggaraan kepariwisataan yang diwujudkan
melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman,
keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Asas
pembangunan kepariwisataan termuat pada Pasal 2, yaitu a) asas manfaat, b) kekeluargaan, c) adil dan
merata, d) keseimbangan, e) kemandirian, f) kelestarian, g) partisipatif, h) berkelanjutan, i)
demokratis, j) kesetaraan, dan k) kesatuan. Sementara itu, prinsip-prinsip penyelenggaraan
kepariwisataan termuat pada Pasal 5, yaitu:
a) menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup
dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara
manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan;
b) menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;
c) memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;
d) memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e) memberdayakan masyarakat setempat;
f) menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu
kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku
kepentingan;
2-3
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
g) mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata;
h) memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 8 Ayat (1) menegaskan bahwa pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan, yang terdiri atas Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi, dan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Kabupaten/Kota. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan yang
dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan merupakan bagian integral dari
rencana pembangunan jangka panjang nasional. Ayat (2) pada pasal 9 menjelaskan bahwa Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi. Penyusunan
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan harus dilakukan dengan melibatkan para pemangku
kepentingan (Pasal 9 Ayat 4).
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan harus memuat arahan bagi empat aspek pembangunan
kepariwisataan, yaitu industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan
kepariwisataan. Aspek industri pariwisata menjelaskan bahwa usaha pariwisata di Indonesia saat ini
dikelompokkan menjadi 13 (tiga belas), yaitu usaha daya tarik wisata, usaha kawasan pariwisata, usaha
jasa transportasi wisata, usaha jasa perjalanan wisata, usaha jasa makanan dan minuman, usaha
penyediaan akomodasi, usaha penyelenggaraan kegiatan hibutan dan rekreasi, usaha penyelengaraan
MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition), usaha jasa informasi pariwisata, usaha jasa konsultan
pariwisata, usaha jasa pramuwisata, usaha jasa wisata tirta, dan usaha spa.
Aspek-aspek yang terkait dengan destinasi pariwisata yang diatur dalam Undang-Undang adalah
penetapan kawasan strategis pariwisata (pasal 12), baik di tingkat nasional, provinsi, maupun
kabupaten/kota. Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu
atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, pemberdayaan sumber daya alam,
daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Penetapan kawasan strategis
pariwisata dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a) Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata.
b) Potensi pasar
c) Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah.
d) Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup.
e) Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan asset budaya.
f) Kesiapan dan dukungan masyarakat.
g) Kekhususan dari wilayah.
2-4
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Kawasan strategis pariwisata dikembangkan dengan tujuan berpartisipasi dalam terciptanya persatuan
dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Dalam pengembangannya, kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek
budaya, sosial, dan agama masyarakat setempat.
Selain penetapan kawasan strategis pariwisata, aspek destinasi pariwisata yang juga diatur dalam
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 adalah tentang penanaman modal dalam negeri dan modal
asing di bidang kepariwisataan. Pada pasal 10 Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa rencana
induk pembangunan kepariwisataan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota harus mampu mendorong
penanaman modal di bidang kepariwisataan.
Pembangunan aspek pemasaran pariwisata yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009
hanyalah yang terkait dengan pembentukan Badan Promosi Pariwisata Indonesia maupun daerah.
Badan Promosi Pariwisata merupakan lembaga swasta yang bersifat mandiri, tetapi pembentukannya
ditetapkan oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah. Badan Promosi Pariwisata berfungsi sebagai:
1) koordinator promosi pariwisata yang dilakukan dunia usaha di pusat dan daerah; dan 2) mitra kerja
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pembangunan kelembagaan kepariwisataan dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009
menekankan pada koordinasi strategis lintassektor pada tataran kebijakan, program, dan kebijakan
kepariwisataan (Pasal 33). Koordinasi lintassektor dilakukan pada:
a) Bidang pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina.
b) Bidang keamanan dan ketertiban.
c) Bidang prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan
lingkungan.
d) Bidang transportasi darat, laut, dan udara.
e) Bidang promosi pariwisata dan kerja sama luar negeri.
2.1.3 Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) Tahun 2008-2027
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah negara untuk periode perencanaan 2008-2027. Penataan ruang mencakup
proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kebijakan
dan strategi pemanfaatan ruang wilayah di tingkat nasional mengatur tentang struktur ruang dan pola
ruang nasional. Dalam penataan ruang, kawasan pariwisata merupakan bagian dari kawasan budidaya.
Kriteria yang digunakan untuk menetapkan kawasan peruntukan pariwisata adalah: a) memiliki daya
tarik wisata; dan/atau b) mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.
RTRWN mengatur bahwa peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata disusun dengan
memperhatikan:
2-5
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
a) Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung
lingkungan;
b) Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
c) Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata; dan
d) Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.
Selain dikembangkan di kawasan budidaya, RTRWN juga telah mengatur kawasan-kawasan lindung
yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Kawasan-kawasan tersebut antara lain:
a) Kawasan warisan dunia;
b) Kawasan taman nasional dan taman nasional laut;
c) Kawasan taman hutan raya;
d) Kawasan taman wisata dan taman wisata laut;
e) Kawasan cagar biosfer;
f) Kawasan terumbu karang;
g) Kawasan keunikan batuan dan fosil;
h) Kawasan keunikan bentang alam;
i) Kawasan keunikan proses geologi.
Pelabuhan Tanjung Pandan, Bandar Udara H.AS Hanandjoeddin dan Depati Amir merupakan
pelabuhan dan bandar udara yang menjadi simpul transportasi laut dan udara nasional. Beberapa
daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga ditetapkan sebagai kawasan lindung nasional, yaitu
Cagar Alam G. Lalang, G. Menumbing, G. Maras, G. Mangkol, G. Permisan, Jening Mendayung dan
Taman Wisata Alam Laut Perairan Belitung. Selain itu, Kawasan Bangka, Belitung dan kawasan andalan
Laut Bangka dan sekitarnya juga ditetapkan sebagai kawasan andalan nasional dengan sektor
unggulan pertanian, perkebunan, industri, perikanan dan pariwisata. Kawasan andalan nasional
adalah kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional. Adapun pengertian nilai strategis
nasional adalah kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di
sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.
2.1.4 Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010-2025
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional yang menjadi pedoman bagi pembangunan kepariwisataan tingkat nasional
dalam jangka panjang, yaitu 15 tahun. Pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung harus diarahkan untuk mendukung terwujudnya visi pembangunan kepariwisataan nasional,
yaitu “Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing,
berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat”. Untuk
mewujudkan visi tersebut, RIPPARNAS juga telah menetapkan misi pembangunan kepariwisataan
nasional, yaitu:
a. Destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan,
meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat;
2-6
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
b. Pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;
c. Industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan
d. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat, sumber daya manusia,
regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong
terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.
Selain visi dan misi, RIPPARNAS juga menetapkan tujuan, sasaran, arah pembangunan, kebijakan, dan
strategi pembangunan kepariwisataan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009, kebijakan dan strategi pembangunan kepariwisataan yang diatur dalam RIPPARNAS mencakup
pembangunan destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan
kepariwisataan.
Arahan perwilayahan destinasi pariwisata nasional menetapkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dalam Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Palembang – Bangka Belitung dan sekitarnya. DPN ini
terdiri dari tiga Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) dan dua Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN). KPPN adalah suatu ruang pariwisata yang mencakup luasan area tertentu
sebagai suatu kawasan dengan komponen kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema
produk pariwisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan kawasan
tersebut. KSPN adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek,
seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Dalam RIPPARNAS, wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai KPPN maupun
KSPN. Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang ditetapkan sebagai KPPN adalah wilayah
Belinyu, Pangkalpinang-Sungailiat, dan Punai-Belitung. Sementara itu, wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang ditetapkan sebagai KSPN adalah KSPN Tanjung Kelayang-Belitung dan
sekitarnya. Untuk lebih jelasnya mengenai peta DPN dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.
2-7
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Sumber: Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS 2010-2025
Gambar 2.1 Peta DPN Palembang-Bangka Belitung dan Sekitarnya
Posisi kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam kebijakan pembangunan nasional
secara lebih singkat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Posisi Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dalam Kebijakan Tata Ruang dan Kepariwisataan Nasional
2008 2010 2011 2012 2013 2014 2015 … 2019 2025 2027 DOKUMEN KEBIJAKAN
NASIONAL
- Kota dan kawasan perkotaan Pangkalpinang, Muntok, Tanjung Pandan dan Manggar ditetapkan
sebagai Pusat kegiatan Wilayah (PKW)
- Pelabuhan laut Tanjung Pandan ditetapkan fungsinya sebagai pelabuhan nasional
- Bandara H.AS. Hanandjoeddin & Depati Amir ditetapkan fungsinya sebagai Bandara Pusat
Penyebaran Tersier
- Cagar Alam G.Lalang, G.Menumbing, G.Maras, G.Mangkol, G.Permisan, G.Jening, G.Mendayung
dan Taman Wisata Alam Laut Perairan Belitung ditetapkan sebagai Kawasan Lindung
- Wilayah Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai kawasan andalan dengan sector unggulan
pertanian, perkebunan, perikanan, industry dan pariwisata
- Kawasan laut Bangka ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Laut Bangka dengan
unggulan perikanan & Pariwisata
RTRWN TAHUN 2008-2027
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai destinasi pariwisata nasional (DPN),
yang didalamnya terdapat 1 (satu) kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN)
dan 3 (tiga) kawasan pengembangan pariwisata nasional (KPPN)
RIPPARNAS TAHUN 2010-
2025
2-8
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
2.2 KEPARIWISATAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DALAM STRATEGI PENGEMBANGAN DESTINASI UNGGULAN DAN
DESA WISATA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
dirumuskan untuk periode perencanaan 2007-2013 saat ini sudah tidak dapat digunakan lagi sebagai
arahan dalam pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada tahun 2012,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bekerja sama dengan United
Nations Development Programme (UNDP) menyusun Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan
Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengembangan destinasi unggulan dan desa
wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menerapkan konsep Sustainable Management Approach
for Regional Tourism (SMART) atau Pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan bagi Kepariwisataan
Regional. Konsep SMART merupakan perpaduan antara prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan
berkelanjutan dengan perencanaan kepariwisataan regional.
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
BERKELANJUTAN
- Prinsip-prinsip
- Isu-isu
KEPARIWISATAAN REGIONAL
- Prinsip-prinsip
- Isu-isu
KONSEP SMART
(Sustainable Management Approach for
Regional Tourism)
Gambar 2.2 Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan dan Kepariwisataan Regional
sebagai Pembentuk Konsep SMART
Konsep SMART menganut prinsip-prinsip berikut ini:
a) Perencanaan kepariwisataan regional harus komprehensif, memandang kepariwisataan sebagai
komponen-komponen yang saling terintegrasi dan terkait satu sama lain membangun suatu
sistem;
b) Perencanaan kepariwisataan regional harus lebih memfokuskan perhatian pada aspek lingkungan;
c) Perencanaan kepariwisataan regional harus memiliki visi yang jelas dan dapat diterima oleh
seluruh pemangku kepentingan;
d) Implementasi perencanaan kepariwisataan regional harus melibatkan seluruh pemangku
kepentingan dari mulai tahap awal proses perencanaan;
e) Perencanaan kepariwisataan regional bersifat berkelanjutan dan berkesinambungan, artinya harus
berjangka panjang dan harus diikuti oleh perencanaan dalam skala yang lebih detil, untuk
mencapai tujuan pembangunan kepariwisataan secara utuh.
Kerangka pendekatan pembangunan kepariwisataan berkelanjutan dibangun oleh tiga faktor penting,
yaitu integrasi antarsektor, integrasi antarwilayah, serta kesinambungan dan keberlanjutan; dan juga
empat pilar, yaitu lingkungan, sosial budaya, kebijakan/regulasi, dan ekonomi. Lengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 2.3 di bawah ini.
2-9
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
LINGKUNGAN
EKONOMISOSIAL
BUDAYA
KEBIJAKAN/
REGULASI
INTEGRASI A
NTARWIL
AYAH INTEGRASI ANTARWILAYAH
INTEGRASI A
NTARWILAYAHINTEGRASI ANTARW
ILAYAH
INTEGRASI A
NTARSEKTOR INTEGRASI ANTARSEKTOR
INTEGRASI A
NTARSEKTORINTEGRASI ANTARSEKTOR
KESINAMBUNGAN &
KEBERLANJUTAN
KESINAMBUNGAN &
KEBERLANJUTAN
KESINAMBUNGAN &
KEBERLANJUTAN
KESINAMBUNGAN &
KEBERLANJUTAN
Gambar 2.3 Kerangka dan Pilar SMART
Dalam pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, penerapan konsep SMART
diharapkan dapat:
a) Meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap upaya pemulihan kualitas lingkungan di kawasan-
kawasan bekas pertambangan;
b) Mengembangkan budaya dan sejarah penambangan timah dan yang terkait yang merupakan
identitas Kepulauan Bangka Belitung;
c) Meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian daerah/provinsi dan masyarakat;
d) Meningkatkan daya saing kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung di tingkat nasional maupun
internasional.
Target yang akan dicapai dengan penerapan konsep SMART dalam kepariwisataan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Target yang Dapat Dicapai dengan Penerapan SMART dalam
Pengembangan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
PILAR TARGET PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN REGIONAL
TARGET YANG DAPAT DICAPAI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LINGKUNGAN
Memberikan perlindungan terhadap kawasan
lindung alam dan budaya yang memiliki fungsi vital
dalam pembangunan provinsi.
Meningkatkan kualitas ekosistem alam melalui
pengelolaan pariwisata berbasis konservasi.
Meminimalisasi dampak lingkungan global yang
disebabkan oleh pariwisata.
Rehabilitasi lingkungan yang rusak akibat
pembangunan kepariwisataan skala provinsi.
Rehabilitasi lingkungan dan ekosistem yang rusak
akibat pembangunan sektor unggulan provinsi
melalui pemanfaatan untuk pariwisata.
Efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya
alam untuk pariwisata.
Perlindungan terhadap kawasan lindung
hutan dan laut dari pertambangan melalui
pengelolaan untuk pariwisata.
Pengembangan pariwisata di kawasan-
kawasan bekas pertambangan sebagai upaya
memulihkan kerusakan lingkungan.
Pengembangan potensi sumber daya alam
khas Kepulauan Bangka Belitung sebagai daya
tarik wisata unggulan.
Mitigasi pemanfaatan sumber daya alam yang
berlebihan dan berpotensi menimbulkan
kerusakan lingkungan oleh pariwisata.
EKONOMI Kepuasan masyarakat terhadap dampak ekonomi Kepuasan masyarakat terhadap pariwisata,
2-10
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
PILAR TARGET PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN REGIONAL
TARGET YANG DAPAT DICAPAI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
yang dirasakannya langsung dari pariwisata.
Kepuasan wisatawan terhadap pariwisata provinsi.
Peningkatan kunjungan wisatawan yang
berkualitas secara ekonomi (pengeluaran besar,
lama tinggal panjang).
Peningkatan kontribusi pariwisata terhadap
pendapatan provinsi.
Penyediaan lapangan pekerjaan di bidang
kepariwisataan.
Pertumbuhan ekonomi sektor lain yang dipacu
oleh perkembangan pariwisata provinsi.
Pertumbuhan ekonomi daerah tertinggal di
wilayah provinsi melalui pengembangan
kepariwisataan.
Pertumbuhan investasi di bidang pariwisata dan
yang terkait.
dengan memberikan manfaat langsung
kepada masyarakat melalui pelibatan
masyarakat dalam pengelolaan pariwisata.
Peningkatan jumlah wisatawan yang
berkualitas secara ekonomi dan mencapai
tingkat kepuasan wisatawan yang tinggi,
melalui upaya diversifikasi produk pariwisata
dan peningkatan kualitas pelayanan
pariwisata.
Peningkatan kontribusi pariwisata terhadap
perekonomian provinsi melalui
pengembangan destinasi pariwisata unggulan
provinsi.
Pembangunan kepariwisataan di wilayah
selatan Kepulauan Bangka Belitung sebagai
upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan investasi di bidang pariwisata
SOSIAL
BUDAYA
Penguatan identitas budaya provinsi, termasuk di
dalamnya upaya pelestarian dan pengembangan
budaya, termasuk nilai-nilai sejarah.
Pelibatan dan pemberdayaan seluruh pemangku
kepentingan sesuai kapasitasnya dalam
pengelolaan kepariwisataan tingkat provinsi,
termasuk masyarakat.
Perencanaan dan pengambilan keputusan yang
terbuka dan terpadu, termasuk kepada
masyarakat.
Penyelenggaraan pariwisata yang saling memahami
dan menghargai antara seluruh
stakeholderpariwisata.
Perlindungan terhadap kesehatan dan
kenyamanan masyarakat dan wisatawan.
Penguatan identitas Kepulauan Bangka
Belitung sebagai penghasil timah di Indonesia
melalui pengembangan potensi budaya dan
sejarah pertimahan sebagai daya tarik wisata
unggulan.
Pengembangan produk pariwisata yang
sesuai dengan norma sosial, budaya, dan
agama yang berlaku di Kepulauan Bangka
Belitung.
Peningkatan kapasitas masyarakat di
destinasi pariwisata unggulan provinsi dan
nasional dalam pengembangan
kepariwisataan.
Pengembangan potensi budaya yang ada di
masyarakat (kerajinan khas, kesenian,
upacara adat, bahasa, gaya hidup) sebagai
potensi pariwisata.
KEBIJAKAN/
REGULASI
Jaminan terhadap konsistensi perencanaan
kepariwisataan berjangka panjang (misal
RIPPARDA yang telah diperdakan, kebijakan
kepariwisataan dalam RPJPD, RTRWP, dan lain-
lain).
Sinergitas antara program-program pembangunan
kepariwisataan jangka pendek, menengah, dan
panjang.
Integrasi antara kebijakan kepariwisataan dengan
kebijakan pembangunan dan kebijakan sektoral
lainnya di tingkat provinsi.
Integrasi antara kebijakan kepariwisataan nasional
dengan kebijakan kepariwisataan provinsi.
Integrasi dan sinergitas antara kebijakan
kepariwisataan di tingkat provinsi dengan tingkat
kabupaten/kota.
Kinerja program-program kepariwisataan yang
diimplementasikan.
Jaminan terhadap penerapan kode etik
kepariwisataan dunia.
Kebijakan pemantauan, evaluasi, dan pengendalian
perkembangan kepariwisataan.
Penetapan kepariwisataan sebagai sektor
utama pembangunan provinsi.
Peraturan Daerah tentang kepariwisataan
dari mulai perencanaan makro (RIPPARDA,
penyelenggaraan kepariwisataan) sampai
rencana detil (rencana kawasan strategis
pariwisata, pengaturan zonasi untuk kegiatan
wisata).
Kebijakan sektor-sektor pembangunan
diarahkan untuk mendukung pengembangan
kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Komitmen kepala daerah untuk mendukung
pengembangan kepariwisataan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Peraturan daerah mengenai tim dan
mekanisme pemantauan, evaluasi, dan
pengendalian perencanaan kepariwisataan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2-11
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Mengacu pada konsep SMART yang diterapkan dalam pengembangan destinasi unggulan dan desa
wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah dirumuskan enam grand strategy/strategi dasar
berikut ini:
a) Perencanaan yang sinergis antara daya tarik wisata geologis, pertambangan, sejarah, budaya, dan
rekreasi pantai sebagai potensi pariwisata unggulan provinsi yang dapat meningkatkan daya saing
pariwisata daerah, memperkuat citra sebagai destinasi pariwisata budaya dan alam bahari, serta
memberikan nilai tambah yang positif bagi identitas provinsi sebagai wilayah pertambangan timah
di Indonesia;
b) Perencanaan yang sinergis antara destinasi unggulan dan desa wisata potensial Kepulauan Bangka
Belitung untuk menciptakan keterpaduan pembangunan dan penyebaran perkembangan
pariwisata yang lebih luas;
c) Perencanaan multisektor yang sinergis dan terintegrasi dalam mendukung pengembangan
destinasi unggulan dan desa wisata potensial Kepulauan Bangka Belitung menuju destinasi
pariwisata internasional;
d) Pengembangan kepariwisataan berbasis konservasi pada destinasi unggulan dan desa wisata yang
berlokasi di dan dekat dengan kawasan lindung alam dan budaya serta kawasan bekas
pertambangan timah dalam rangka perlindungan sumber daya alam dan budaya, peningkatan
kualitas ekosistem alam, serta pemulihan kerusakan lingkungan;
e) Pengembangan kepariwisataan di destinasi unggulan dan desa wisata diarahkan untuk
menggerakkan perekonomian masyarakat dan daerah menuju terwujudnya pariwisata sebagai
sektor utama pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
f) Pemberian peran lebih kepada masyarakat sebagai perencana, pengelola, dan pengendali
pengembangan kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung.
Keenam strategi dasar tersebut dijabarkan ke dalam strategi-strategi yang lebih rinci berdasarkan
aspek-aspek pembangunan kepariwisataan regional yang berkelanjutan. Strategi-strategi tersebut
adalah: a) strategi perwilayahan pariwisata, b) strategi pengembangan produk pariwisata, c) strategi
pemberdayaan masyarakat dalam pariwisata, d) strategi pengelolaan lingkungan, e) strategi
pengembangan ekonomi, f) strategi pengembangan pemasaran pariwisata, g) strategi pengembangan
sumber daya manusia dan kelembagaan kepariwisataan, h) strategi pemanfaatan teknologi untuk
pengembangan kepariwisataan, serta i) strategi penguatan budaya untuk mendukung pengembangan
kepariwisataan.
Strategi pengembangan destinasi unggulan dan desa wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dijabarkan pula pada program-program prioritas. Strategi dan program tersebut sudah mulai
diimplementasikan pada tahun 2013 di lokasi ujicoba yang merupakan destinasi prioritas pertama
dalam pengembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu Kawasan Pulau
Belitung dan sekitarnya, mencakup wilayah Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur.
2-12
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Sumber: Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Kepulauan Bangka Belitung, 2012
Gambar 2.4 Peta Struktur Perwilayahan Destinasi Unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2-13
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Sumber: Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Kepulauan Bangka Belitung, 2012
Gambar 2.5 Peta Cluster Desa Wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2-14
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
2.3 KEPARIWISATAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah diarahkan dalam beberapa
dokumen perencanaan daerah, khususnya yang berjangka waktu panjang. Arahan-arahan pembangunan
kepariwisataan harus memperhatikan dan mengacu pada kebijakan dan arahan pembangunan provinsi,
khususnya yang terkait dengan pembangunan kepariwisataan. Kebijakan dan arahan pembangunan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatur tentang pembangunan kepariwisataan di wilayah
provinsi adalah:
1. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No. 13 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025;
2. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No. 6 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangungan Jangka Menengah Daerah Tahun 2012-2017;
3. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034.
2.3.1 Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
ditetapkan melalui Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2007 merupakan dokumen rencana pembangunan
seluruh sektor dalam pembangunan provinsi untuk jangka waktu perencanaan 20 tahun. RPJPD
Provinsi juga merupakan kerangka dasar pengelolaan pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dalam jangka panjang, yang merupakan pengejawantahan kehendak masyarakat dan
Pemerintah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan tetap
memperhatikan arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Pembangunan jangka panjang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diarahkan untuk mencapai visi
“Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sebagai Wilayah Agribahari yang
Maju dan Berwawasan Lingkungan, Didukung oleh Sumber Daya Manusia Handal dan
Pemerintah yang Amanah Menuju Masyarakat Sejahtera” di tahun 2025. Visi tersebut
dijabarkan ke dalam lima misi pembangunan provinsi, yaitu:
a) Mengembangkan potensi ekonomi lokal yang sejalan dengan upaya mewujudkan wilayah
agribahari dan meningkatkan daya saing daerah. Peningkatan daya saing daerah akan dilakukan
melalui pemanfaatan potensi ekonomi daerah secara optimal dan sejalan dengan upaya
pelestarian lingkungan, khususnya perkebunan, perikanan dan kelautan; industri pengolahan dan
pariwisata sesuai dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh masing-masing Kabupaten/Kota
yang orientasi pemasarannya terutama ke luar daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
pembangunan sarana dan prasarana ekonomi; serta reformasi di bidang peraturan dan perizinan;
2-15
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
b) Peningkatan kualitas dan daya saing SDM melalui penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan Iptek
yang berbasis potensi lokal serta pemantapan Imtaq;
c) Penguatan ketatapemerintahan yang baik (good local governance) melalui peningkatan kualitas
pelayanan publik, pemantapan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh, penguatan peran
masyarakat sipil, penguatan kualitas desentralisasi dan otonomi daerah, pengembangan media dan
kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat, peningkatan budaya hukum
dan menegakkan hukum secara adil;
d) Pemerataan Pembangunan dan Berkeadilan melalui peningkatan pembangunan daerah;
mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh; keberpihakan kepada masyarakat, kelompok
dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan secara drastis; menyediakan
akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana
ekonomi; dan menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender;
e) Penciptaan lingkungan hidup yang asri, nyaman dan lestari bagi generasi sekarang dan generasi
yang akan datang.
Sesuai misi pertama, sebagai sektor yang mendukung upaya pelestarian lingkungan, pariwisata
diharapkan dapat menjadi sektor yang mampu meningkatkan daya saing daerah. Indikator keberhasilan
pembangunan kepariwisataan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah:
a) Perkembangan daerah tujuan wisata pantai di Kepulauan Bangka Belitung dalam masa 20 tahun;
b) Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari retribusi daerah tujuan wisata,
pajak hotel dan restoran, serta sumber-sumber penerimaan lain yang terkait;
c) Perkembangan sektor-sektor ikutan, seperti jumlah hotel, restoran, hiburan, travel agent, sampai
dengan perkembangan usaha kecil dan menengah (penghasil kerajinan, cenderamata, makanan).
RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menetapkan kepariwisataan sebagai sektor unggulan ke-2
dari enam sektor unggulan pembangunan provinsi, yang secara berturut-turut adalah kelautan dan
perikanan, pariwisata, pertanian, pertambangan, perindustrian, perdagangan dan jasa. Pada tahapan
pembangunan lima tahunan, kepariwisataan menjadi fokus pembangunan pada tahap ke-2 (2012-2017)
dan tahap ke-4 (2022-2025).
Tabel 2.3 Tahap Pembangunan Lima Tahunan dan Fokus Pembangunan dalam
RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2005-2025
TAHAP I
2005-2012
TAHAP II
2012-2017
TAHAP III
2017-2022
TAHAP IV
2022-2025
FOKUS
PEMBANGUNAN
Penyiapan sarana
dan prasarana
serta penanganan
lingkungan hidup
Pembangunan
ekonomi dan
lingkungan hidup
Ekonomi dan
pengembangan
kualitas sumber
daya manusia
Ekonomi, sumber daya
manusia, dan
penguatan birokrasi
FOKUS
SEKTOR/BIDANG
1. Infrastruktur
fisik dan
nonfisik
2. Lingkungan
Hidup
1. Perkebunan
2. Perikanan
3. PARIWISATA
1. Industri
pengolahan
2. Sumber daya
manusia
1. Industri
pengolahan
2. PARIWISATA
3. Sumber daya
manusia
2-16
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
TAHAP I
2005-2012
TAHAP II
2012-2017
TAHAP III
2017-2022
TAHAP IV
2022-2025
STRATEGI Persiapan dan
pembentukan
modal dasar
pembangunan
Percepatan
pembangunan dan
pertumbuhan
sentra-sentra
ekonomi, wilayah-
wilayah strategis
dan cepat tumbuh
(zona pertumbuhan)
dengan tetap
menerapkan prinsip
pembangunan
berwawasan
lingkungan.
Memberi nilai
tambah pada
hasil produk
unggulan
provinsi ini
Pengembangan
SDM yang
berkualitas,
profesional,
berwawasan
IPTEK dan
berbekal
IMTAK
Memperluas akses
komoditas hasil
industri pengolahan
hasil produk
unggulan ke pasar
regional, nasional
bahkan kalau
mungkin pasar
internasional.
Promosi pariwisata
yang kontinyu dan
komprehensif
terhadap objek-
objek wisata yang
ada di Bangka
Belitung.
Mengembangkan
potensi sumber daya
manusia dengan
bertumpu pada
kekuatan/keunggulan
daerah.
Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No. 13 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Tahun 2005-2025
2.3.2 Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
Pembangunan jangka menengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diarahkan untuk mencapai visi
“Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang Mandiri, Maju, Berkeadilan dan
berdaya saing berbasis potensi lokal melalui pengembangan sinergitas dan konektivitas
perkotaan dan perdesaan” di tahun 2017. Visi tersebut dijabarkan ke dalam lima misi
pembangunan provinsi, yaitu:
a) Mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui penguatan kapasitas lembaga ekonomi rakyat
untuk menciptakan sentra-sentra pembangunan produk unggulan wilayah
perdesaan/kecamatan/kabupaten/ kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah bagi mewujudkan
keseimbangan pembangunan antarwilayah dan antarsektoral.
b) Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat (Society Empowerment) dan Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) melalui keterlibatan secara aktif masyarakat melalui kemitraan
pembangunan desa dan kota secara mandiri dengan pemenuhan terhadap kualitas kebutuhan
dasar masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
c) Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang dengan
2-17
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
memperhatikan keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial, V-5 RPJMD Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung 2012-2017 budaya, pemanfaatan SDA pembangunan sarana dan prasarana serta
melakukan upaya rehabilitasi, reklamasi dan refungsionalisasi terhadap lahan-lahan kritis menjadi
lahan produktif melalui penataan tata ruang yang harmonis sesuai dengan peruntukannya dengan
melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat secara terpadu dan bersinergi.
d) Mempercepat pembangunan infrastruktur wilayah dan mengembangkan wilayah
strategis dan cepat tumbuh untuk meningkatkan daya saing daerah dan memperkuat pondasi
ekonomi daerah dalam rangka menghadapi era globalisasi dan keterbukaan persaingan global.
e) Mewujudkan good governance dalam rangka mencapai clean government melalui
penciptaan etos kerja dan kualitas pelayanan birokrasi dengan penguatan kelembagaan dan
penyusunan Peraturan Daerah yang berkualitas bagi pelayanan masyarakat Bangka Belitung.
Terdapat permasalahan pembangunan yang terkait dengan prioritas bidang ekonomi, yang salah
satunya adalah dalam sektor pariwisata, yaitu:
- pengembangan pariwisata di Bangka Belitung masih terkonsentrasi pada pengembangan wisata
alam, sementara wisata sejarah, wisata budaya, dan kuliner masih belum tergarap secara optimal
- Rendahnya kualitas dan kuantitas promosi wisata akan sangat berpengaruh sulitnya daerah
menjadi tujuan wisata utama
- Potensi destinasi wisata yang ada di daerah-daerah strategis baru dan daerah pemekaran belum
tergarap secara maksimal
Berikut ini merupakan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pembangunan di bidang pariwisata yang
terdapat dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2012-2017:
- Pengembangan program CSR/CD dalam mendukung perekonomian Bangka Belitung termasuk
pengembangan pariwisata
- Pengembangan komoditas unggulan daerah sebagai ikon produk pertanian dan pariwisata provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
- Pengembangan Desa Mandiri Energi dalam rangka penyediaan energi di desa terpencil dan desa-
desa wisata
- Pemberdayaan, pengembangan kepemimpinan dan kewirausahaan pemuda yang mendukung
tumbuhnya partisipasi masyarakat melalui pengembangan ekonomi kreatif dan pembangunan
pariwisata daerah
- Peningkatan Peran Masyarakat di daerah tujuan Wisata
- Pengembangan infrastruktur wilayah untuk meningkatkan daya saing dan daya tahan ekonomi,
layanan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat
2-18
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
- Pemerataan akses teknologi dan informasi sampai ke daerah pesisir, terpencil dan pulau-pulau
kecil untuk memberikan sarana informasi kepada masyarakat serta mendukung perkembangan
pariwisata
- Pemenuhan energi di pulau-pulau kecil untuk mendukung pengembangan ekonomi kerakyatan dan
pengembangan pariwisata
- Pemenuhan secara bertahap transportasi antarpulau untuk meningkatkan transportasi barang dan
orang serta juga mendukung perkembangan pariwisata
- Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Tanjung Berikat (Bangka Tengah) dan Tanjung Batu
(Belitung)
- Pengembangan pembangunan infrastruktur perhubungan darat, laut dan udara, dan modernisasi
moda trasportasi untuk membuka akses antar pulau, antar provinsi dan negara termasuk
mendukung peningkatan aksesibilitas ke destinasi pariwisata daerah
- Peningkatan Status Bandara Depati Amir dan H.AS Hanandjoeddin menjadi Bandara Internasional
Paling lambat tahun 2017 untuk mendukung perkembangan pariwisata dan perdagangan
- Percepatan pembangunan infrastruktur wilayah kepulauan dan kawasan pariwisata dengan
keunggulan lokal
- Perwujudan Pulau Belitong sebagai daerah pariwisata internasional
- Pengembangan desa-desa pariwisata untuk mendukung pengembangan pariwisata
- Rintisan Pelabuhan Tanjung Berikat - Tanjung Batu sebagai upaya untuk mendukung
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
2.3.3 Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034, kepariwisataan memiliki
posisi yang strategis sebagai salah satu sektor yang menjadi tujuan penataan ruang wilayah provinsi.
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah ”Mewujudkan Tata
Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang Terpadu, Berimbang, dan Berkeadilan
berbasis Agrobahari untuk menunjang Pariwisata serta Pengendalian Wilayah
Pertambangan untuk menjamin Pembangunan yang Berkelanjutan”.
Kebijakan penataan ruang untuk pariwisata diarahkan pada pengembangan kepariwisataan yang
berbasis budaya lokal, heritage, dan bahari, serta ramah lingkungan. Kebijakan tersebut dilakukan
melalui strategi-strategi berikut:
a) Memfasilitasi dan membangun kerjasama antar kabupaten/kota dalam pengembangan pariwisata
Kepulauan Bangka Belitung;
2-19
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
b) Mendorong dan membantu kabupaten/kota membangun dan merevitalisasi kawasan dan atau
daya tarik wisata potensial di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
c) Membantu dan membangun prasarana dan sarana penunjang pariwisata sesuai kewenangan
pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatur bahwa
pengembangan kawasan peruntukan pariwisata dilakukan melalui:
a) Identifikasi kawasan potensial dan kawasan wisata yang sudah bertumbuh;
b) Penyusunan masterplan (rencana induk pengembangan pariwisata daerah) Kepulauan Bangka
Berlitung;
c) Revitalisasi, restorasi dan perbaikan bangunan dan kawasan wisata yang ada;
d) Pengembangan kawasan potensial menjadi kawasan strategis pariwisata provinsi;
e) Peningkatan aksesibilitas pada kawasan-kawasan pariwisata yang potensial dalam satu kesatuan
sistem perjalanan wisata.
RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga telah menetapkan kawasan peruntukan pariwisata di
wilayah provinsi yang dikategorisasikan untuk tiga kegiatan wisata, yaitu wisata alam, wisata budaya,
dan wisata buatan.
a) Wisata alam, meliputi :
Seluruh wilayah pesisir Pulau Bangka, Pulau Belitung dan pulau-pulau kecil;
Kawasan pariwisata bahari yang berupa kawasan pantai dan lautnya yang dimanfaatkan untuk
pariwisata alam yang ada di Kabupaten/Kota, serta kawasan pariwisata pulau-pulau kecil yang
ada di Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten
Bangka Selatan, Kabupaten Belitung, dan Kabupaten Belitung Timur;
Kawasan pariwisata alam berupa kawasan wisata hutan;
Kawasan wisata alam berupa pemandian sumber air panas alam yang dimanfaatkan untuk
pariwisata di Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah, dan
Kabupaten Bangka Selatan;
Taman wisata laut;
Kawasan Strategis Pariwisata Tanjung Kelayang; serta
Kawasan pariwisata alam unggulan lainnya di Kabupaten/Kota.
b) Wisata budaya, meliputi :
Kawasan Kota Tua Mentok di Kabupaten Bangka Barat;
Kawasan Situs Kota Kapur di Kabupaten Bangka;
Kawasan yang di dalamnya terdapat cagar budaya dan atau yang memiliki ciri-ciri cagar budaya
di Kabupaten/Kota;
Kawasan wisata budaya yang memiliki daya tarik wisata budaya tangible maupun intangible
yang ada di Kabupaten/Kota;
Kawasan budaya Laskar Pelangi di Kabupaten Belitung Timur; dan
2-20
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Kawasan wisata budaya dan wisata kreatif lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi di
Kabupaten/Kota.
c) Kawasan wisata buatan, yaitu kawasan wisata yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata khusus
yang merupakan kreasi artifisial dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya, yang meliputi kawasan agro
wisata, fasilitas rekreasi dan taman bertema dan resort serta fasilitas olahraga yang ada di
Kabupaten/Kota.
Peta kawasan peruntukan pariwisata dalam RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat
pada gambar di halaman berikut.
2-21
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034
Gambar 2.6 Peta Kawasan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2-22
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Selain di kawasan peruntukan pariwisata, RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga telah
menetapkan beberapa kawasan lindung yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata, yaitu: a)
kawasan suaka alam; b) kawasan hutan lindung; c) kawasan sempadan pantai; d) kawasan sekitar
danau atau kolong; e) kawasan pantai berhutan bakau; b) situs dan kawasan cagar budaya.
RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga telah menetapkan arahan peraturan zonasi
kawasan. Dua arahan peraturan zonasi yang harus diperhatikan dalam pembangunan
kepariwisataan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah peraturan zonasi kawasan taman
wisata dan taman wisata laut, serta peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata.
Arahan peraturan zonasi kawasan taman wisata dan taman wisata laut adalah:
a) tidak diperkenankan dilakukan budidaya yang merusak dan/atau menurunkan fungsi kawasan taman
wisata dan taman wisata laut;
b) dalam kawasan taman wisata laut dilarang dilakukan reklamasi dan pembangunan perumahan skala
besar yang mempengaruhi fungsi kawasan dan merubah bentang alam;
c) dalam kawasan taman wisata laut dilarang dilakukan eksploitasi terumbu karang dan biota lain kecuali
untuk kepentingan penelitian dan pendidikan;
d) dalam kawasan taman wisata dan taman wisata laut masih diperbolehkan dilakukan pembangunan
prasarana wilayah bawah laut sesuai ketentuan yang berlaku.
Sementara itu, arahan peraturan zonasi untuk kawasan pariwisata adalah:
a) pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan
rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi daya tarik wisata alam;
b) dalam kawasan pariwisata diperkenankan adanya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
c) pada kawasan pariwisata diperkenankan dilakukan penelitian dan pendidikan;
d) pengembangan pariwisata harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan serta studi kelayakan lingkungan.
Peraturan zonasi kawasan lainnya yang terkait dengan pariwisata adalah peraturan zonasi untuk
kawasan pertambangan. RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menegaskan bahwa
kegiatan pertambangan tidak diperbolehkan ada di kawasan pariwisata.
Posisi kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam kebijakan pembangunan
provinsi secara lebih singkat dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Posisi Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dalam Kebijakan Kepariwisataan Nasional
2005 2006 2007 ….. 2012 2014 2017 … 2025 ….. 2034
DOKUMEN
KEBIJAKAN
NASIONAL
- Pariwisata menjadi SEKTOR UNGGULAN KE-3
- INDIKATOR KEBERHASILAN pembangunan keparwisataan adalah:
a. Perkembangan daerah tujuan wisata pantai di Kepulauan Bangka Belitung
dalam masa 20 tahun
RPJPD PROVINSI
KEPULAUAN
BANGKA
BELITUNG 2005-
2-23
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
2005 2006 2007 ….. 2012 2014 2017 … 2025 ….. 2034
DOKUMEN
KEBIJAKAN
NASIONAL
b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari retribusi
daerah tujuan wisata, pajak hotel dan restoran, serta sumber-sumber
penerimaan lain yang terkait;
c. Perkembangan sector-sektor ikutan, seperti jumlah hotel, resoran, hiburan,
travel agent, sampai dengan perkembangan usaha kecil dan menengah
(penghasil kerajinan, cenderamata, makanan).
2025
- Pengembangan
komoditas unggulan
sebagai ikon pariwisata
- Pembangunan
pariwisata berbasis
masyarakat
- Pengembangan Pulau
Belitong sebagai
destinasi unggulan
- Pengembangan desa-
desa wisata
- Peningkatan Bandara
Dipati Amir dan HAS
Hanandjoedin sebagai
bandara internasional
RPJMD PROVINSI
KEPULAUAN
BANGKA
BELITUNG 2012-
2017
- Program prioritas pengembangan kawasan
strategis pariwisata, menjadi sector utama
yang akan dituju oleh perencanaan tata
ruang Provinsi Kep. Bangka Belitung
- Kawasan strategis sector pariwisata, yaitu
kawasan pariwisata Tanjung Kelayang-
Tanjung Tinggi, Kabupaten Belitung,
kawasan pariwisata pantai timur Pulau
Bangka
- Kawasan strategis Provinsi yang program
prioritasnya adalah pariwisata: Pelabuhan
dan KEK Tanjung Kelayang
RTRW PROVINSI
KEPULAUAN
BANGKA
BELITUNG 2014-
2034
2.4 KEPARIWISATAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG DALAM KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG
Dalam penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (RIPPARPROV) Kepulauan
Bangka Belitung, kebijakan pembangunan khususnya yang berkaitan dengan tata ruang di tingkat
kabupaten/kota pun perlu dikaji untuk mengetahui rencana, kebijakan serta kesiapan masing-
masing kabupaten/kota dalam pengembangan pariwisata di daerahnya.
2-24
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
2.4.1 Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka Selatan
2014-2034
Penataan ruang Kabupaten Bangka Selatan bertujuan untuk mewujudkan tata ruang Kabupaten
yang berimbang dan berwawasan lingkungan didukung kegiatan ekonomi wilayah berbasis agro,
bahari, dan wisata. Dalam RTRW Kabupaten Bangka Selatan terdapat beberapa strategi
pengembangan kawasan yang terkait dengan sektor pariwisata, antara lain :
a) Mengembangkan kawasan-kawasan pesisir sebagai pusat kegiatan wisata alam pantai dengan
dukungan prasarana dan sarana yang memadai dan ramah lingkungan;
b) Memanfaatkan gugusan pulau-pulau kecil sebagai pusat atraksi wisata pelestarian alam,
petualangan, dan pendidikan yang didukung dengan upaya perlindungan dan pelestarian
terhadap keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya;
c) Mengembangkan pusat selam (dive center) yang didukung dengan jalur penyelaman (diving
track) yang aman dan atraktif dalam kawasan/gugusan pulau-pulau kecil sebagai produk
unggulan untuk kegiatan wisata alam bawah air di wilayah laut;
d) Mengembangkan kawasan-kawasan pelestarian ekosistem terumbu karang dan sumber daya
alam hayati lainnya di wilayah laut sebagai daya tarik wisata;
e) Membangun dan mengembangkan akses transportasi laut yang menghubungkan pusat-pusat
kegiatan wisata di gugusan pulau-pulau kecil dengan kawasan-kawasan wisata lainnya dalam
satu kesatuan sistem wilayah.
RTRW Kabupaten Bangka Selatan menetapkan kawasan peruntukan pariwisata di wilayah
kabupaten yang dikategorisasikan untuk lima kegiatan wisata, yaitu wisata alam, wisata budaya,
wisata bahari, wisata sejarah, dan wisata agro. Kawasan-kawasan pariwisata di Kabupaten
Bangka Selatan yang telah ditetapkan adalah:
a) Wisata budaya : Ritual Buang Jung di Desa Kumbung & Tj. Sangkar, Kecamatan Lepar
Pongok; Ritual Hikok Helawang di Desa Nyelanding, Kecamatan Airgegas, Bedengung dan
Irat Kecamatan Payung; Ritual Kawin Masal di Desa Serdang, Kecamatan Toboali; Ritual
Rebut di Kecamatan Toboali, dan Ritual Rebo Kassan di Kecamatan Simpang Rimba;
b) Wisata alam/tirta : Air Panas Nyelanding dan Air Terjun Bukit Pading di Kecamatan
Airgegas; Air Panas Permis dan Bukit Nenek di Kecamatan Simpang Rimba; Batu Sumber
Air di Desa Penutuk, Kecamatan Lepar Pongok;
c) Wisata bahari : Pantai Gunung Namak, Pantai Kubu, Pantai Batu Perahu, Pantai Tanjung
Labun dan Pantai Batu Ampar di Kecamatan Toboali; Pantai Batu Bedaun dan Pantai Sebagin
di Kecamatan Simpang Rimba; Pantai Batu Tambun, Terumbu Karang Pulau Celagen, Pulau
Salma dan pulau-pulau sekitarnya, dan Pantai Celagen di Kecamatan Kepulauan Pongok;
Pantai Tanjung Tiris, Pulau Tinggi dan pulau-pulau sekitarnya, dan Pantai Kumbung di
Kecamatan Lepar Pongok; Pantai Tanjung Kemirai dan Pantai Tanjung Kerasak di
Kecamatan Tukak Sadai; dan Pantai Batu Betumpang di Kecamatan Pulau Besar;
2-25
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
d) Wisata sejarah : Benteng Toboali, Gedung Nasional Suhaili Toha, Wisma Samudra
Toboali dan Kelenteng Dewi Sin Mu di Kecamatan Toboali; Benda sejarah Pergam di
Kecamatan Airgegas; Makam Krio Panting di Kecamatan Payung; Mercusuar Willem II di
Kecamatan Pulau Besar; Makam Karang Panjang, Makam Jati Sari, Makam Ratu Bagus di
Kecamatan Simpang Rimba; Benteng Penutuk di Kecamatan Lepar Pongok;
e) Wisata agro/perkebunan : Perkebunan Nanas Desa Bikang dan Perkebunan Jeruk di
Desa Serdang, Kecamatan Toboali; Perkebunan Salak di Desa Panca Tunggal, Kecamatan
Pulau Besar, Perkebunan Lada di Desa Delas Kecamatan Airgegas.
2.4.2 Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka 2010-2030
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah mewujudkan Kabupaten Bangka sebagai pusat
perdagangan dan industri yang diiringi oleh keterpaduan pemanfaatan ruang darat, laut, dan
udara dalam harmonisasi antara lingkungan alam dan buatan secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. RTRW Kabupaten
Bangka menetapkan kawasan peruntukan pariwisata di wilayah kabupaten yang memiliki luas
lebih kurang 348,23 ha dikembangkan di Kecamatan Sungailiat, Pemali, Belinyu, Merawang, dan
Mendo Barat. Kawasan peruntukan pariwisata yang belum termasuk, antara lain kawasan
sepanjang pantai utara dan timur di wilayah daerah akan ditetapkan lebih lanjut sesuai dengan
perubahan penetapan peruntukan kawasan hutan.
Selain itu arahan pemanfaatan pola ruang untuk pengembangan kawasan peruntukan pariwisata
ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Bangka, yang meliputi :
a) Pengembangan kegiatan pariwisata di seluruh wilayah Kabupaten sesuai potensi wilayah;
b) Pengembangan kawasan pariwisata bertaraf nasional, regional dan internasional;
c) Pengembangan prasarana dan sarana penunjang pariwisata;
d) Melakukan promosi Kawasan Wisata melalui media massa;
e) Pengembangan Kawasan Ecopark di Kecamatan Merawang;
f) Pengembangan kawasan wisata bahari
g) Pengembangan kawasan wisata agro
h) Pengembangan kawasan wisata alam
i) Pengembangan kawasan wisata budaya
j) Pengembangan kawasan wisata religi
k) Pengembangan kawasan wisata minat khusus
l) Revitalisasi kawasan tradisional/bersejarah, seni budaya, kawasan pariwisata dan kawasan
lain yang memiliki potensi pariwisata dan yang menurun kualitasnya.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka, ketentuan umum peraturan zonasi
untuk kawasan peruntukan pariwisata disusun dengan memperhatikan:
a) Peningkatan kesejahteraan masyarakat;
2-26
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
b) Pada kawasan peruntukan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang
dapat menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata alam;
c) Dalam kawasan peruntukan pariwisata diperkenankan adanya sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan
perundangundangan yang berlaku;
d) Pada kawasan peruntukan pariwisata diperkenankan dilakukan penelitian dan pendidikan;
e) Harmonisasi pemanfaatan ruang disekitar kawasan;
f) Perbandingan antara ruang terbangun dengan ruang tidak terbangun yang berfungsi sebagai
ruang terbuka hijau;
g) Ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur pemanfaatan,
perlindungan, pembatasan dan pelarangan pemanfaatan, dan pelarangan kegiatan.
2.4.3 Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 1 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pangkalpinang 2011-2030
Tujuan penataan ruang wilayah kota adalah mewujudkan Kota Pangkalpinang sebagai kota
perdagangan, jasa dan pariwisata skala regional, serta kota industri skala internasional dengan
konsep water front city yang berwawasan lingkungan. RTRW Kota Pangkalpinang menetapkan
kawasan peruntukan pariwisata di wilayah kota yang dikategorisasikan untuk tiga kegiatan
wisata, yaitu wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan.
Kawasan-kawasan pariwisata di Kota Pangkalpinang yang telah ditetapkan adalah:
a) Kawasan wisata alam, meliputi Pantai Pasir Padi dan Tanjung Bunga di Kecamatan Bukit
IntanHutan kota di Kecamatan Gerunggang;
b) Kawasan wisata budaya, meliputi Kampung Melayu di Kelurahan Tua Tunu Indah, Masjid
Jamik, Rumah Residen, Rumah Sakit Bakti Timah, Wisma Timah 1, Museum Timah, Menara
Air Minum, Tamansari (Wilhelmina Park), Gereja GPIB Maranatha, Gereja Katedral Santo
Yoseph, Kelenteng Kwan Tie Miaw, Kerkhof, SMPN I, Masjid Al Mukarrom, Kantor Pos,
Kuburan Akek Bandang, Perigi Pekasem, dan Pemakaman Sentosa;
c) Kawasan wisata buatan, meliputi ATM (Alun-Alun Taman Merdeka) di Kecamatan
Tamansari, BBG (Bangka Botanical Garden) di Kecamatan Bukit Intan, wisata kuliner Pasar
Mambo di Kecamatan Rangkui, Stadion Aquatic di Kecamatan Gerunggang, wisata air di
Kolam Retensi Kacang Pedang di Kecamatan Gerunggang, Kecamatan Tamansari, dan
Kecamatan Rangkui, Waterpark di Kecamatan Tamansari, wisata kolong Teluk Bayur,
Kolong Kepuh, dan Kolong Akit, Lapangan Golf Girimaya di Kecamatan Girimaya.
Selain itu RTRW Kota Pangkalpinang juga telah menetapkan beberapa kawasan pariwisata yang
termasuk kedalam kawasan strategis dari sisi sosial budaya, yaitu kawasan pariwisata Pantai
Pasir Padi dan Tanjung Bunga di Kecamatan Bukit Intan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bangka, ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata
disusun dengan memperhatikan:
a) Pengembangan bangunan untuk kegiatan pariwisata diperbolehkan setinggi-tingginya 5 lantai
dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan;
2-27
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
b) Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata;
c) Penyediaan prasarana dan sarana pendukung fungsi pariwisata;
d) Kegiatan pariwisata dikawasan kolong tidak diperbolehkan mengganggu keberadaan
ekosistem kolong;
e) Tidak diperbolehkan kegiatan pengambilan pasir dan batu pantai.
2.4.4 Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 13 Tahun 2014
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung Timur
2014-2034
Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Belitung Timur
yang makmur dan mandiri sebagai kabupaten kepulauan dan bahari yang menjadi salah satu
destinasi wisata dunia di Indonesia dengan kekuatan dan daya saing yang tangguh berbasis
pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan. Dalam RTRW Kabupaten Belitung
Timur terdapat beberapa strategi pengembangan kawasan yang terkait dengan sektor
pariwisata, antara lain :
a) Meningkatkan pembangunan pusat-pusat kegiatan wisata di perdesaan dalam bentuk desa
wisata dan kawasan wisata terpadu yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang
memadai;
b) Memanfaatkan dan mengembangkan potensi branding “Negeri Sejuta Pelangi” untuk
kegiatan wisata sastra dan pendidikan di kawasan perdesaan, khususnya dalam Kecamatan
Gantung;
c) Mendorong pertumbuhan pusat-pusat kegiatan ekonomi kreatif dan kompetitif di kawasan-
kawasan perkotaan yang dapat mendukung kegiatan pariwisata dan menciptakan peluang
kerja
d) Mengembangkan kawasan-kawasan pesisir sebagai pusat kegiatan wisata alam pantai dengan
dukungan prasarana dan sarana yang memadai dan ramah lingkungan;
e) Memanfaatkan gugusan pulau-pulau kecil sebagai pusat atraksi wisata pelestarian alam,
petualangan, dan pendidikan yang didukung dengan upaya perlindungan dan pelestarian
terhadap keaneragaman hayati yang terdapat di dalamnya;
f) Mengembangkan pusat selam (dive center) yang didukung dengan jalur penyelaman (diving
track) yang aman dan atraktif dalam kawasan/gugusan pulau-pulau kecil sebagai produk
unggulan untuk kegiatan wisata alam bawah air di wilayah laut;
g) Mengembangkan kawasan-kawasan pelestarian ekosistem terumbu karang dan sumber daya
alam hayati lainnya di wilayah laut sebagai daya tarik wisata; dan
h) Membangun dan mengembangkan akses transportasi laut yang menghubungkan pusat-pusat
kegiatan wisata di gugusan pulau-pulau kecil dengan kawasan-kawasan wisata lainnya dalam
satu kesatuan sistem wilayah.
RTRW Kabupaten Belitung Timur menetapkan kawasan peruntukan pariwisata di wilayah
kabupaten yang dikategorisasikan untuk tiga kegiatan wisata, yaitu wisata alam, wisata budaya,
2-28
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
dan wisata buatan. Kawasan-kawasan pariwisata di Kabupaten Belitung Timur yang telah
ditetapkan adalah:
a) Kawasan peruntukan pariwisata alam di Kecamatan Manggar (Pantai Nyiur Melambai,
Kulong Minyak, Pantai Keramat, Pantai Olivier, Pantai Serdang, Kawasan Marina Bandoeng
River, Bukit Samak/Gubok Berangsai, Pulau Memperak, Pulau Buku Limau, Pulau Siadong,
Pulau Penanas, Minawisata Pulau Nangka, Manggrove Sungai Manggar, dan Pemancingan
Kolong Kero), Kecamatan Kelapa Kampit (Pantai Sengaran, Pantai Pesairan, Pantai
Selindang, Pantai Batu Pulas, Pantai Pering, Menara Stoven, Gunong Kik Karak, Pulau
Pekandis, Pulau Keran, Oven Pit, Bukit Pangkuan, dan Wisata Agro Durian Montong),
Kecamatan Gantung (Bendungan Pice, Pantai Tanjung Mudong, Danau Nujau, Danau
Merante, Kepulauan Air masin, Gunung Lumut, Gunung Duren, Pulau Ayam, Pulau
Melidang, dan Pulau Sekepar), Kecamatan Dendang (Air Terjun Marsila dan Pemandian
Sukma Alam), Kecamatan Damar (Pantai Burung Mandi, Pantai Bukit Batu, Pantai Kuale
Tambak, Danau Mempaya, Pantai Malang Lepau, dan Benteng Gunong Burung Mandi),
Kecamatan Simpang Renggiang (Gurok Tindongan/Gurok Berangan Air Keperis), dan
Kecamatan Simpang Pesak (Pantai Punai, Pantai Pangkalan Limau, Pantai Pulau Pandan,
Pantai Batu Buyong, Pantai Batu Belida, Pantai Batu Tanjung Kelumpang, Pantai Batu Lalang,
Pantai Tanjung Batu Itam, Pantai Lalang Permai, dan Pantai Gunong);
b) Kawasan peruntukan pariwisata budaya di Kecamatan Manggar (Warung Kopi
Manggar), Kecamatan Kelapa Kampit (Museum Buding), Kecamatan Gantung (Gusong Cine,
Vihara Kwan Im, Makam K.A. Loeso, Cagar Budaya Batu Penyu, Kawasan Wisata Sastra
Sejuta Pelangi, Batik d`simpor, Musium Kata, dan Kawasan Wisata Budaya Desa Selinsing),
Kecamatan Dendang (Kawasan Sejarah Teluk Balok, Situs Balok Lama, Galeri dan Kampong
Seni Desa Nyuruk, dan Situs Balok Baru), Kecamatan Damar (Vihara Dewi Kwan Im) dan
Kecamatan Simpang Renggiang (Situs Gunung Bolong dan Galeri dan Kampong Seni Desa
Simpang Tiga);
c) Kawasan peruntukan pariwisata buatan di Kecamatan Gantung (Sirkuit Pulau Dapur,
Sirkuit Padang-Lintang) dan Kecamatan Damar (Sirkuit Pasir Picai).
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Timur, ketentuan umum peraturan
zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan sebagai berikut:
a) Dalam kawasan pariwisata tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan
rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata;
b) Dalam kawasan pariwisata diperbolehkan dibangun permukiman dan industri yang terkait
dengan kegiatan pariwisata;
c) Dalam kawasan pariwisata diperkenankan adanya sarana dan prasarana yang mendukung
kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan
perundangundangan yang berlaku;
d) Dalam kawasan pariwisata diperkenankan dilakukan penelitian dan pendidikan;
2-29
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
e) Dalam kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan adanya bangunan lain kecuali bangunan
pendukung kegiatan wisata alam;
f) Pengembangan kawasan pariwisata harus tetap memperhatikan kelestarian ekosistem
lingkungan;
g) Pengembangan kawasan pariwisata harus tetap memperhatikan kelestarian fungsi lindung;
h) Peningkatan kualitas pariwisata agar terwujud pariwisata berkualitas;
i) Mengendalikan pertumbuhan sarana dan prasarana pariwisata;
j) Pengembangan kawasan pariwisata didukung oleh pengembangan kawasan penunjang
pariwisata serta daya tarik wisata;
k) Pengembangan daya tarik wisata di pusat-pusat pelayanan kawasan dengan tetap
memperhatikan fungsi konservasi kawasan;
l) Pengembangan kawasan agrowisata di pusat-pusat pelayanan kawasan untuk memberikan
keberagaman daya tarik wisata di daerah; dan
m) Kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperkenankan yaitu kegiatan pemanfaatan ruang
yang mengganggu fungsi kawasan.
2.4.5 Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor 48 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka Tengah
2011-2031
Tujuan penyusunan RTRW Kabupaten adalah mewujudkan penataan ruang Negeri Selawang
Segantang yang berkelanjutan dan sejahtera dengan potensi serta komoditas unggulan yang
berorientasi ekonomi masyarakat sekaligus mendukung pelestarian lingkungan.
RTRW Kabupaten Bangka Tengah menetapkan kawasan peruntukan pariwisata di wilayah
kabupaten yang dikategorisasikan untuk lima kegiatan wisata, yaitu wisata tirta, wisata
eksplorasi hutan, wisata pantai, wisata alam, dan wisata budaya. Kawasan-kawasan pariwisata di
Kabupaten Bangka Tengah yang telah ditetapkan adalah:
a) Wisata tirta, di Pulau Semujur - Pulau Gusung Asam - Pulau Ketawai - Pulau Bebuar -
Pulau Gelasa dan di Pulau Nangka - Pulau Pelepas - Pulau Tikus;
b) Wisata eksplorasi hutan, di Kawasan Hutan Alam di Pulau Panjang, kawasan hutan bukit
pading, bukit Mangkol dan Hutan Pelawan di Desa Namang;
c) Wisata pantai, diantaranya Pantai Penyak, Pantai Koba, Pantai Tanjung Berikat, Pantai
Baskara Bhakti, Pantai Kulur Ilir dan Pantai Batu Belubang;
d) Wisata alam, di Desa Keretak, Desa Celuak, Desa Mesu; dan
e) Wisata budaya terletak di seluruh wilayah Kabupaten.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tengah, ketentuan umum peraturan
zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan sebagai berikut:
a) Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata alam;
2-30
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
b) Dalam kawasan pariwisata dilarang dibangun permukiman dan industri yang tidak terkait
dengan kegiatan pariwisata;
c) Dalam kawasan pariwisata diperkenankan adanya sarana dan prasarana yang mendukung
kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan
perundangundangan yang berlaku;
d) Pada kawasan pariwisata diperkenankan dilakukan penelitian dan pendidikan;
e) Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan adanya bangunan lain kecuali bangunan
pendukung kegiatan wisata alam; dan
f) Pengembangan pariwisata harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan serta studi AMDAL.
2.4.6 Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka Barat 2014-2034
Penataan Ruang Kabupaten Bangka Barat bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Bangka
Barat sebagai daerah yang berbasis pertambangan, industri, pariwisata, pertanian, kelautan dan
perikanan dengan azas keseimbangan lingkungan. Terdapat beberapa rencana strategi dalam
RTRW Kabupaten Bangka Barat yang bertujuan untk meningkatkan produktifitas sektor
pariwisata, antara lain :
a) Memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan lindung
menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat;
b) Mengembangkan dan meningkatkan fungsi kawasan yang produktif, efisien, dan mampu
bersaing dengan wilayah tetangga;
c) Mengembangkan pusat dan/atau kawasan strategis dengan kegiatan dan fungsi ekonomi
yang memanfaatkan posisi atau letak strategis wilayah/kawasan dalam lingkup ekonomi
wilayah yang lebih luas, khususnya pada sektor pertanian, kelautan dan perikanan,
pertambangan, pariwisata, dan industri; dan
d) Meningkatkan dan mengembangkan prasarana penunjang kegiatan ekonomi pada kawasan
strategis tersebut.
RTRW Kabupaten Bangka Barat menetapkan kawasan peruntukan pariwisata di wilayah
kabupaten yang dikategorisasikan untuk dua kegiatan wisata, yaitu wisata alam dan wisata
budaya, dan dikelompokan ke dalam suatu kawasan, berdasarkan letak administratif dari
kegiatannya. Adapun kawasan-kawasan pariwisata di Kabupaten Belitung Timur yang telah
ditetapkan adalah:
a) Kawasan Wisata Alam
Satuan Kawasan Wisata (SKW) I meliputi Pantai Tanjung Kalian,Tanjung Ular, Pantai
Angel, Pantai Muntok Asin, Pantai Batu Rakit,Pantai Mentibak,Pantai Air Mas Rambat,
Pantai Airnyatoh, Pantai Menggris, Pantai Sadardaya(Tungau)dan Pantai Karang Aji,
Bukit Menumbing dan Batu Balai yang terdapat di Kecamatan Muntok dan
Simpangteritip;
2-31
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Satuan Kawasan Wisata (SKW) II meliputi Pantai Tanjung Ru, Pulau Nenas, Pantai
Blembang, Pantai Bembang, Bukit Mempari, Bukit Penyabungdan Pantai Siangau yang
terdapat di Kecamatan Jebus dan Parittiga; dan
Satuan Kawasan Wisata (SKW) III meliputi Pantai Pasir Kuning, Pantai Kedacak, Air
panas Dendang, perkebunan sawit, sarang burung walet yang terdapat di Kecamatan
Tempilang dan Kelapa.
b) Kawasan Wisata Budaya
Satuan Kawasan Wisata (SKW) I meliputi Giri sasana Menumbing, Pesanggrahan
Muntok, Rumah Mayor Chung A Thiam, Gedung Kuning, Gedung BTW, Masjid Jami
Muntok, Klenteng Kung Fuk Miaw Muntok, Peleburan Timah Muntok, Makam Keluarga
Abdi Dalem Hamengkubuwono IX, Rumah Adat Jering Pelangas dan Rumah Adat
Ketapik Kacung yang terdapat di Kecamatan Muntok dan Simpang Teritip;
Satuan Kawasan Wisata (SKW) II meliputi Klenteng Cina, Benteng Sungai Buluh, Sumur
Dewamakam Haji Khotamarrasyid bin H. Usman yang terdapat di Kecamatan Jebus dan
Parittiga; dan
Satuan Kawasan Wisata (SKW) III yaitu Benteng Kuta Tempilang yang terdapat di
Kecamatan Tempilang.
2.4.7 Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung 2014-2034
Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan mewujudkan Kabupaten Belitung yang serasi dan
lestari dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing berbasis sektor
unggulan kelautan dan perikanan, perhubungan dan pariwisata serta sektor penunjang lainnya.
RTRW Kabupaten Belitung menetapkan kawasan peruntukan pariwisata di wilayah kabupaten
yang dikategorisasikan untuk empat kegiatan wisata, yaitu wisata alam, wisata budaya, wisata
buatan, dan agrowisata. Kawasan-kawasan pariwisata di Kabupaten Belitung yang telah
ditetapkan adalah:
a) Kawasan Wisata Alam, meliputi :
Pariwisata alam pantai : Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Binga, Pantai Secupak,
Pantai Mabai, Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Pendaunan Indah, Pantai Penyaeran, Pantai
Batu Rakit, Pantai Marina, Pantai Bebilai, Pantai Siantu, Pantai Batu Bukit, Pantai
Sengkelik, Pantai Batu Bedil, Pantai Tanjung Genting, Pantai Tanjung Rusa, Pantai
Mentigi, Pantai Cawat, Pantai Cepun, Pantai Tanjung Kiras, Pantai Teluk Gembira,
Pantai Penyabong, Pantai Batu Lubang, Pantai Awan Mendung, Pantai Pulau Bayan,
Pantai Pegantungan, Pantai Pasir Panjang, Pantai Tanah Tinggi, dan Pantai Gilang;
Pariwisata alam pulau : Pulau Kera, Pulau Burung, Pulau Pasir, Pulau Kelayang, Pulau
Lengkuas, Pulau Aji, Pulau Siantu, Pulau Buluh/Mempalik, Pulau Kemulutan Besar, Pulau
Kemulutan Kecil, Pulau Kambing, Pulau Rengit, Pulau Naduk, Pulau Batu Dinding, Pulau
Kalamoa, Pulau Lima, Gugusan Pulau di Desa Juru Seberang, Pulau Mentikus, Pulau
2-32
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Seliu, Pulau Gersik, Pulau Kalimambang, Pulau Sekupuk, Pulau Sekudang, Pulau Kampak,
Pulau Katan, Pulau Kepayang, Pulau Batu Layar, Pualu Gusong Are, Pulau Bayan, Pulau
Emperut, Pulau Genting, Pulau Pelema Besar, Pulau Pelema Kecil, Pulau Tupai, Pulau
Seribu, Pulau Kapak, Pulau Betangan, Pulau Liak Besar, Pulau Liak Kecil, Pulau Belatuk,
Pulau Sebongkok, Pulau Sepindang, Pulau Sekutai, Pulau Piling, Pulau Punai, dan Pulau-
pulau lainnya;
Pariwisata alam sungai : Sungai Petaling, Sungai Cerucuk, Sungai Padang, dan Sungai
Brang;
Pariwisata alam lainnya : Bukit Batu Beginde, Bukit Batu Telaga Bulan, Goa Nek Santen,
Bukit Paramont, Air Terjun Gurok Beraye, Hutan Kemasyarakatan Desa Juru Seberang,
Hutan Kemasyarakatan Munsang, Hutan Produksi Konversi Tanjung Siatu, Goa di Juru
Seberang, Pemandian Alam Jerry, Pemandian Tirta Marundang Indah, Pemandian Suci
Indah, Batu Siang, Air Terjun Gunung Kubing, Air Lembung Dalam dan Air Terjun, Batu
Mentas Sanctuary, Danau Kaolin Kolong Murai, Taman Hiburan Kolong Keramik, Desa
Wisata Tanjung Tinggi, Kampong Oranye, Rindu Kampung, dan Mercusuar Tanjung
Lancur.
b) Kawasan Wisata Budaya
Kecamatan Membalong : Situs Ai’ Labu (Makam KA Rahat/Depati Tjakraningrat VIII),
Situs Luday dan Membalong (Makam Raja Belantu dan Keturunan), Situs Lempak Tuk
Layang, Mercusuar Pulau Sumedang;
Kecamatan Badau : Situs Kota Tanah Cerucuk (Makam KA Hatam/Depati Tjakraningrat
VII dan Makam KA Muhammad Saleh/Depati Tjakraningrat IX), Kawasan Situs Gunung
Lilangan (Makam Raja Badau/Datuk Mayang Geresik) & Museum Badau, Situs Gunung
Tajam (Makam Syech Abu Bakar Abdullah) & Situs Parit Gunong (Makam Tuk Kundo);
Kecamatan Sijuk : Desa Balitung, Situs Mentikus Air Selumar, Mesjid Tua Sijuk (Al-
Ikhlas), Kelenteng Sijuk, Mercusuar Pulau Lengkuas, Situs Padang Kelaring Sungai
Padang;
Kecamatan Selat Nasik : Mercusuar Pulau Mendanau (Tanjung Lancur);
Kecamatan Tanjung Pandan : Museum Pemkab Belitung, Rumah Adat Belitung, Kawasan
Kota Tua Tanjungpandan meliputi ; Eks NV. GMB Jam Gede, Rumah Tipe Kolonial I dan
Tipe Kolonial II, Benteng Penutuk Perawas, Rumah Kapiten Phang Tjong-toen, Kian
Sien, Kelenteng Hok Tek Che, Eks. Societeit Toapekong Ho A Joen, Rumah Tuan Kuase,
Hotel Pantai (Mess KJUB Pertim), Eks. Europeesche Kliniek, Museum Tanjungpandan,
Eks. Gereja Regina Pacis, Gedung Nasional, Eks. Tuindienst, Eks. Landraad, Eks. Holland
Indisch-School (SMPN 1 Tanjungpandan), Eks. Kantor Asisten Residen (Kantor KODIM),
Eks. Districthoofd (Rumah Dinas Kapolres Belitung), Situs Benteng Kuehn, Situs
Dockyard, Kerkhof Tanjungpandan (perkuburan Belanda), Mesjid Al-Mabrur, Eks.
Kantor Asisten Residence, Gedung Nasional Padang Miring.
c) Kawasan Wisata Buatan tersebar di seluruh kecamatan;
2-33
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
d) Agrowisata meliputi : Kebun Durian Aik Gede, Kebun Buah Badau, Taman Kehati Aik
Selumar, Taman Kehati Desa Lassar.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung, ketentuan umum pengembangan
kawasan peruntukan pariwisata disusun dengan memperhatikan:
a) Identifikasi kawasan potensial dan kawasan wisata yang sudah bertumbuh;
b) Penyusunan Masterplan (rencana induk pengembangan pariwisata daerah) Kabupaten
Belitung;
c) Revitalisasi, restorasi, dan perbaikan bangunan dan kawasan wisata yang ada;
d) Pembangunan prasarana dan sarana penunjang pariwisata dan ekonomi kreatif;
e) Pengembangan daya tarik wisata baru yang berada di luar maupun di dalam kawasan hutan;
f) Pengembangan kawasan potensial menjadi kawasan strategis pariwisata provinsi dan
kabupaten;
g) Peningkatan aksesbilitas pada kawasan-kawasan pariwisata yang potensial dalam satu
kesatuan system perjalanan wisata.
2.5 TINJAUAN RIPPDA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG 2007-2013
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menyusun RIPPDA Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang disusun untuk jangka waktu tahun 2007-2013. Masa berlaku RIPPDA
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telah habis tersebut menjadi salah satu alasan
pentingnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk menyusun kembali RIPPDA. Dalam bab
ini akan dilakukan tinjauan terhadap RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007-
2013.
2.5.1 Kesesuaian RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2007-2013 dengan
UU No. 10 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011
Tinjauan terhadap kesesuaian arahan dalam RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2007-2013 dengan Undang-Undang Kepariwisatan No. 10 Tahun 2009 dan Peraturan
Pemerintah No. 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS 2010-2025 terutama dilakukan untuk
mengkaji apakah muatan dan arahan yang terdapat di dalamnya sudah sesuai dengan amanat dan
arahan yang ditetapkan oleh kedua peraturan perundang-undangan tersebut. Kesesuaian dengan
amanat dan arahan dalam kedua peraturan perundangan tersebut sangat penting karena
pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga merupakan bagian dari
pembangunan kepariwisataan nasional.
2-34
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Tabel 2.5 Kesesuaian RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2007-2013 dengan
Undang-Undang (UU) No. 10 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2011
AMANAT/
ARAHAN UU 10/2009 PP 50/2011
RIPPDA PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG 2007-2013
KESIMPULAN
Ruang lingkup
pembangunan
kepariwisataan
Pasal 7 dan penjelasannya:
a. Industri pariwisata
- pembangunan struktur
- (fungsi, hierarki, dan hubungan)
industri pariwisata,
- daya saing produk pariwisata,
- kemitraan usaha pariwisata,
- kredibilitas bisnis, serta
- tanggung jawab terhadap lingkungan
alam dan sosial budaya.
b. Destinasi pariwisata
- pemberdayaan masyarakat,
- pembangunan daya tarik wisata,
- pembangunan prasarana,
- penyediaan fasilitas umum,
- pembangunan fasilitas pariwisata
secara terpadu dan berkesinambungan
c. Pemasaran
- pemasaran pariwisata bersama,
terpadu, dan berkesinambungan
dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan
- pemasaran yang bertanggung jawab
dalam membangun citra Indonesia
sebagai destinasi pariwisata yang
berdaya saing.
d. Kelembagaan kepariwisataan,
a. Industri pariwisata (Pasal 41)
- penguatan struktur industri pariwisata;
- peningkatan daya saing produk pariwisata;
- pengembangan kemitraan usaha
pariwisata;
- penciptaan kredibilitas bisnis; dan
- pengembangan tanggung jawab terhadap
lingkungan.
b. Destinasi pariwisata (Pasal 8):
- perwilayahan pembangunan destinasi
pariwisata;
- pembangunan daya tarik wisata;
- pembangunan aksesibilitas pariwisata;
- pembangunan prasarana umum, fasilitas
umum dan fasilitas pariwisata;
- pemberdayaan masyarakat melalui
kepariwisataan;
- pengembangan investasi di bidang
pariwisata.
c. Pemasaran pariwisata (Pasal 32):
- pengembangan pasar wisatawan;
- pengembangan citra pariwisata;
- pengembangan kemitraan pemasaran
pariwisata;
- pengembangan promosi pariwisata.
d. Kelembagaan kepariwisataan (Pasal 57):
- penguatan organisasi kepariwisataan;
Aspek-aspek yang diatur dalam
strategi dan kebijakan:
a. Pengembangan perwilayahan
b. Pengembangan produk
pariwisata
c. Pengembangan pasar dan
pemasaran
d. Pengembangan transportasi dan
infrastruktur
e. Pengembangan sumber daya
manusia
f. Pengembangan kelembagaan
g. Pengelolaan lingkungan
Ruang lingkup
pembangunan
kepariwisataan dalam
RIPPDA Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung2007-2013
HARUS DISESUAIKAN
dengan UU 10/2009
dan PP 50/2011.
2-35
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
AMANAT/
ARAHAN UU 10/2009 PP 50/2011
RIPPDA PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG 2007-2013
KESIMPULAN
- pengembangan organisasi Pemerintah,
Pemerintah Daerah, swasta, dan
masyarakat,
- pengembangan SDM
- regulasi, serta
- mekanisme operasional di bidang
kepariwisataan.
- pembangunan SDM pariwisata; dan
- penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan
Acuan/pedoman
pembangunan
kepariwisataan
Pasal 8:
Pembangunan kepariwisataan dilakukan
berdasarkan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan
Pasal 4:
RIPPARNAS menjadi pedoman bagi
pembangunan
kepariwisataan nasional.
Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPPDA)
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Penamaan rencana
induk DISESUAIKAN
dengan UU 10/2009
dan PP 50/2011
Arahan
perwilayahan
pariwisata
Pasal 12-13:
Kawasan strategis pariwisata
Pasal 9 dan lampiran:
- Destinasi pariwisata nasional
- Kawasan strategis pariwisata nasional
- Kawasan pengembangan pariwisata nasional
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
terdapat:
- 1 (satu) Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional, yaitu Kawasan Tanjung Kelayang
dan sekitarnya
- 3 (tiga) Kawasan Pengembangan Pariwisata
Nasional, yaitu Kawasan Punai-Belitung dan
sekitarnya, Kawasan Pangkalpinang-
Sungailiat dskt, dan Kawasan Belinyu dskt.
Satuan Kawasan Wisata Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung:
- Kawasan Wisata Sejarah-Mentok
- Kawasan Wisata Rekreasi Pantai-
Sungailiat
- Kawasan Wisata Perkotaan-
Pangkalpinang
- Kawasan Agrowisata-Koba
- Kawasan Wisata Alam Bahari-
Selat Lepar
- Kawasan Wisata Budaya Pesisir-
Tanjung Binga
- Kawasan Wisata Bahari Minat
Khusus-Memperang
Perwilayahan pariwisata
HARUS DISESUAIKAN
dengan UU 10/2009
dan PP 50/2011
2-36
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Berdasarkan telaah terhadap kesesuaian RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007-
2013 dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS)
Tahun 2010-2025, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap muatan materi RIPPDA tersebut.
Selain itu, dengan fungsi baru yang sangat strategis di tingkat nasional, arah pembangunan
kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sudah dirumuskan dalam RIPPDA Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung harus ditinjau ulang kesesuaiannya dengan tantangan dan kecenderungan
perkembangan pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2.5.2 Arahan Pembangunan Kepariwisataan Dalam RIPPDA Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2007-2013
RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007-2013 telah menetapkan visi, misi, tujuan,
sasaran, strategi pengembangan, kebijakan pengembangan, rencana pengembangan, dan indikasi
program pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007-2013.
Visi pengembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007-2013 yang
tercantum dalam RIPPDA adalah “Kepulauan Bangka Belitung sebagai Daerah Tujuan
Wisata (DTW) utama di Kawasan Barat Indonesia tahun 2013 yang berdaya saing tinggi
dengan menampilkan perpaduan keragaman kebudayaan daerah serta kekuatan potensi
wisata bahari melalui pemanfaatan secara terkendali, berkelanjutan, dan berwawasan
lingkungan”. Untuk mewujudkan visi tersebut telah pula dirumuskan lima misi pengembangan
kepariwisataan, yaitu:
a) Penciptaan citra pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang berbasiskan potensi wisata bahari dan
kekhasan budaya pesisir sebagai identitas provinsi.
b) Peningkatan daya saing pariwisata Kepulauan Bangka Belitung melalui pengembangan kawasan
wisata unggulan provinsi yang memiliki keunggulan produk wisata dan keterpaduan dalam
pengelolaan.
c) Penerapan perencanaan dan pengelolaan produk wisata yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
d) Peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka
Belitung melalui pengembangan pariwisata.
e) Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Sebagai penjabaran dari misi, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga merumuskan
tujuan pengembangan kepariwisataan yang menjadi hasil akhir yang akan dicapai pada akhir periode
perencanaan. Tujuan pengembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah:
a) Menciptakan keanekaragaman dan keunggulan potensi wisata bahari yang khas sebagai daya tarik
wisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan memunculkan identitas dan unsur-
unsur budaya pesisir khas Kepulauan Bangka Belitung.
2-37
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
b) Meningkatkan nilai jual pariwisata Kepulauan Bangka Belitung, melalui pengembangan pariwisata
Kepulauan Bangka Belitung yang ramah lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan
sosial.
c) Menciptakan perencanaan pariwisata yang terpadu dan sinergis dengan sektor lain.
d) Mendorong partisipasi aktif pelaku pariwisata, termasuk masyarakat, dalam pengembangan
pariwisata, yang meningkatkan manfaat sosial, budaya, dan ekonomi dari pengembangan
pariwisata bagi masyarakat.
e) Menjadikan kawasan wisata unggulan provinsi sebagai motor penggerak perekonomian daerah,
sekaligus menyebarkan perkembangan pariwisata ke daerah-daerah yang pariwisatanya belum
berkembang.
Sedangkan sasaran pengembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung adalah:
a) Teridentifikasinya potensi wisata bahari yang khas untuk setiap daya tarik wisata bahari, terutama
daya tarik wisata bahari unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
b) Terciptanya nuansa budaya pesisir di setiap produk wisata Kepulauan Bangka Belitung.
c) Terwujudnya budaya wisata bahari dan pulau-pulau kecil sebagai citra pariwisata Kepulauan
Bangka Belitung
d) Terwujudnya tema pengembangan kawasan wisata untuk memperkuat identitas pariwisata
Kepulauan Bangka Belitung.
e) Terwujudnya pengelolaan produk wisata dan pasar wisatawan yang ramah lingkungan.
f) Meningkatnya kualitas penyediaan data dan informasi sebagai modal dasar dalam pengembangan
pariwisata Kepulauan Bangka Belitung bagi wisatawan, pelaku bisnis pariwisata, dan pengambil
keputusan.
g) Terwujudnya pemasaran dan promosi pariwisata Kepulauan Bangka Belitung ke pasar wisatawan
yang tepat dan terarah.
h) Terwujudnya iklim investasi yang harmonis dan menguntungkan bagi masyarakat Kepulauan
Bangka Belitung.
i) Meningkatnya peluang keterlibatan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung dalam perencanaan,
pengelolaan, dan pengendalian pengembangan pariwisata untuk peningkatan kualitas
kehidupannya.
j) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas dalam pengembangan
pariwisata
k) Meningkatnya arus perjalanan wisata di dalam dan ke dalam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
l) Terciptanya koordinasi yang seimbang antara sektor publik dan swasta yang terkait dalam
pengembangan pariwisata, serta dengan masyarakat lokal, lembaga swadaya masyarakat dan
akademisi.
2.5.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kepariwisataan
Dalam RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007-2013, telah pula dirumuskan strategi
dan kebijakan pengembangan kepariwisataan. Strategi yang dirumuskan merupakan arahan dasar dan
2-38
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
tindakan penting untuk mewujudkan tujuan. Kebijakan didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan
untuk melaksanakan strategi pengembangan kepariwisataan. Berikut uraian kebijakan dan strategi
yang terdapat dalam RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2013.
Tabel 2.6 Kebijakan dan Strategi dalam RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
ASPEK KEBIJAKAN STRATEGI
Pengembangan
Perwilayahan
a) Perwilayahan pariwisata Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dimaksudkan
untuk mendukung dan memacu
perkembangan sektor-sektor di wilayah
secara keseluruhan secara terintegrasi.
b) RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung difokuskan pada pengembangan
kawasan wisata unggulan provinsi, dan
memperkuat daya saing pariwisata
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
c) Pengembangan kawasan wisata unggulan
provinsi didasarkan pada daya tarik
wisata unggulan yang membentuk suatu
rangkaian tema atau konsep yang
berbeda antarkawasan, namun
mendukung tema utama provinsi.
d) Pusat pengembangan pariwisata di setiap
kawasan wisata unggulan provinsi
berfungsi sebagai pusat penyebaran
pengembangan kegiatan wisata ke
wilayah lain yang masih termasuk dalam
satu kawasan wisata, dan sebagai pusat
kegiatan wisata kawasan.
a) Pengembangan kawasan wisata unggulan
provinsi yang bertema khas dan
mendukung tema pengembangan
pariwisata provinsi, yaitu:
KWU Sejarah - Mentok
KWU Rekreasi Pantai – Sungailiat
KWU Perkotaan – Pangkalpinang
KWU Agrowisata – Koba
KWU Alam Bahari – Selat Lepar
KWU Budaya Pesisir – Tanjung Binga
KWU Bahari Minat Khusus - Memperak
b) Pengembangan pusat pertumbuhan di
setiap kawasan wisata unggulan
provinsi, yang juga berfungsi sebagai
pusat pelayanan pariwisata dan
penyebaran wisatawan ke daya tarik
wisata unggulan.
c) Penentuan gerbang masuk wisatawan,
baik melalui laut maupun udara, dan
aksesibilitas utama antara KWU satu
dengan yang lain, yang menjadi jalur
wisata utama provinsi.
Pengembangan
Produk Wisata
a) Produk wisata unggulan dikembangkan
untuk mendukung tema pariwisata
unggulan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, yaitu wisata bahari dan
pariwisata pulau-pulau kecil.
b) Produk wisata Kepulauan Bangka
Belitung dikembangkan dalam kerangka
memberikan manfaat bagi lingkungan
fisik, sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat Kepulauan Bangka Belitung
secara berkelanjutan dan bertanggung
jawab.
c) Produk wisata unggulan yang
dikembangkan adalah produk wisata
yang unik, tradisi khas Kepulauan
Bangka Belitung, dan mencerminkan jati
diri masyarakat Kepulauan Bangka
Belitung.
d) Pengembangan produk wisata unggulan
harus mendukung upaya
konservasi/preservasi dan bahkan
rehabilitasi dan pemberdayaan
masyarakat, dengan memperhatikan
daya dukung spesifik setiap daerah.
a) Pengembangan pariwisata bahari dan
pulau-pulau kecil yang memunculkan
identitas lokal/keunikan dan berdaya
saing sebagai tema pengembangan
pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang mendukung terwujudnya
etalase kelautan wilayah barat Indonesia
b) Pengembangan daya tarik wisata
difokuskan pada daya tarik wisata yang
mendukung tema pengembangan
kawasan wisata unggulan yang
berkelanjutan
c) Pengembangan wisata buatan yang
mendukung tema pengembangan
pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dengan memanfaatkan lahan
bekas penambangan timah, bangunan,
peralatan, maupun hal-hal lain yang
terkait dengan penambangan timah.
2-39
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
ASPEK KEBIJAKAN STRATEGI
e) Pengembangan produk wisata unggulan
diarahkan pada produk wisata
berkualitas yang memenuhi standar
nasional dan internasional, melalui
pengawasan yang menerus.
Pengembangan
Pasar dan
Pemasaran
a) Mengembangkan segmen pasar
wisatawan eksisting Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, khususnya wisnus
regional, sambil menumbuhkembangkan
pasar wisatawan potensial lainnya,
termasuk wisman.
b) Mengembangkan segmen pasar
wisatawan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung berdasarkan kawasan wisata
unggulan maupun produk wisata yang
ditawarkan.
c) Mengembangkan strategi pemasaran
yang disesuaikan dengan karakteristik
pasar wisatawan yang menjadi sasaran di
tiap kawasan wisata unggulan.
d) Mengembangkan pendekatan pemasaran
pariwisata terpadu, dengan tema yang
jelas, secara terorganisir, efisien, dan
efektif.
a) Pengembangan pasar wisatawan
nusantara (wisnus) dengan
memanfaatkan secara optimal
masyarakat Kepulauan Bangka Belitung
sebagai sumber pasar utama dan dengan
menjaring lebih banyak lagi wisnus dari
daerah sumber pasar terdekat (DKI
Jakarta, Jawa Barat, Banten, Sumatera
Selatan, Jambi, dan Riau).
b) Pengembangan pasar wisatawan
mancanegara (wisman) dengan
menjaring wisman dari daerah sumber
pasar terdekat, terutama DKI Jakarta
dan Riau, dan dari negara-negara
terdekat (Singapura, Malaysia).
c) Pengembangan pasar wisnus maupun
wisman yang memiliki ketertarikan
dengan budaya pesisir yang tinggi dan
yang memiliki keterkaitan dengan
budaya/etnis Cina.
d) Pengembangan sistem pemasaran dan
promosi yang efektif dan terpadu.
e) Penentuan proyeksi pasar wisatawan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
pada 10 tahun mendatang, baik
berdasarkan jumlahnya maupun segmen
wisatawan yang akan dituju
Pengembangan
Transportasi
dan
Infrastruktur
Penunjang
Pariwisata
a) Meningkatkan aksesibilitas ke Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, khususnya
dari potensi pasar wisatawan yang
menjadi sasaran, sekaligus membuka
peluang bagi pengembangan wilayah dan
sektor-sektor lainnya di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
b) Meningkatkan aksesibilitas ke dan antar
kawasan wisata unggulan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, baik melalui
darat, laut, maupun udara.
c) Integrasi perencanaan pengembangan
transportasi dan infrastruktur
pendukung pariwisata berdasarkan pola
pergerakan dan kebutuhan perjalanan,
sesuai dengan tujuan dan sasaran
pengembangan wilayah keseluruhan.
a) Peningkatan aksesibilitas ke kawasan
wisata unggulan provinsi melalui
peningkatan jaringan jalan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana
transportasi, baik darat, laut, maupun
udara, serta meningkatkan kualitas
pelayanan transportasi dan infrastruktur
b) Peningkatan kemudahan aksesibilitas
antarkota di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, khususnya yang mendukung
aksesibilitas antara ibu kota provinsi,
pusat kegiatan wilayah (PKW), dan
pusat kegiatan lingkungan (PKL) dengan
kawasan wisata unggulan provinsi
c) Peningkatan aksesibilitas antardaya tarik
wisata unggulan di setiap kawasan
wisata unggulan provinsi - Peningkatan
penyediaan dan pelayanan infrastruktur
air bersih dan listrik untuk mendukung
pengembangan pariwisata, khususnya di
kawasan wisata unggulan provinsi.
2-40
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
ASPEK KEBIJAKAN STRATEGI
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia
a) Mengembangkan SDM pariwisata yang
berkualitas dan kompeten pada
bidangnya
b) Meningkatkan peran SDM pariwisata
sebagai ujung tombak pengembangan
pariwisata Kepulauan Bangka Belitung -
Memberdayakan masyarakat lokal
sebagai subjek dalam pengembangan
kegiatan pariwisata di daerahnya.
a) Peningkatan pengetahuan, pemahaman,
dan kesadaran pengelola daya tarik
wisata dan fasilitas penunjang wisata,
termasuk masyarakat, terhadap
pariwisata berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan
b) Peningkatan kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi pada bidangnya untuk
meningkatkan daya saing kepariwisataan
Kepulauan Bangka Belitung
c) Peningkatan keterlibatan masyarakat
dalam pengembangan pariwisata dari
tahap perencanaan sampai tahap
pengawasan
Pengembangan
Kelembagaan
a) Koordinasi dan keterpaduan program
antarlembaga dalam pengembangan
pariwisata
b) Mengembangkan kemitraan dengan
institusi dalam dan luar negeri serta
antara institusi/lembaga di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
c) Mengembangkan kelembagaan
perpajakan dan retribusi, serta
pemasaran dan promosi
d) Mengembangkan sistem kelembagaan
yang efektif untuk menciptakan iklim
investasi yang kondusif.
a) Peningkatan koordinasi dan konsolidasi
antarlembaga pemerintah tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota, antara
lembaga pemerintah dengan swasta dan
masyarakat dalam pengembangan
pariwisata Kepulauan Bangka Belitung
b) Pengembangan kemitraan/kerja sama
dengan negara-negara tetangga,
organisasi dunia, maupun ahli-ahli dalam
negeri dalam pengembangan pariwisata
bahari dan pulau-pulau kecil serta
pengembangan bekas penambangan
timah untuk menjadi daya tarik wisata
c) Pengembangan lembaga pendidikan
pariwisata sebagai pencetak sumber
daya manusia pariwisata yang
kompeten/berkualitas dan sesuai dengan
tuntutan pasar
Pengelolaan
Lingkungan
a) Meningkatkan upaya penegakan hukum
dalam rangka mengatasi dan mengurangi
kegiatan yang merusak lingkungan,
b) Meningkatkan peran pemerintah dan
masyarakat dalam pengelolaan dan
penanganan permasalahan lingkungan
sebagai upaya mendukung
pengembangan pariwisata,
c) Mengembangkan upaya pengelolaan
permasalahan lingkungan melalui
pariwisata
a) Peningkatan pengawasan terhadap
kegiatan pelanggaran lingkungan,
termasuk membatasi kegiatan
penambangan timah
b) Peningkatan koordinasi dengan instansi
terkait dalam rangka pengelolaan dan
penanganan permasalahan lingkungan
Sumber : RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2007-2013