Bab II Modul 8

8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengawet antimikroba adalah zatyang ditambahkan pada sediaan untuk melindungi sediaan terhadap kontaminasi mikroba. Pengawet di terutama pada wadah dosis ganda untuk mengambat pertumbuhan mikroba yang dapat masuk secara tidak sengaja selama atau setelah proses prod antimikroba tidak boleh digunakan semata-mata untuk menurunkan jumlah mikroba viabel sebagai pengganti cara produksi yang tidak baik. Cara kerj pengawet terbagi menjadi dua, yaitu sebagai antimikroba dan sebagai antio Sebagaiantimikroba artinya menghambat pertumbuhan kuman dan sebagai antioksidan maksudnya mencegah terjadinya oksidasi terhadap makanan sehin tidak berubah sifat, contohnya mencegah makanan berbau tengik. Da keadaan, pengawet digunakan untuk menekan perkembangbiakan mikroba. Setia zat antimikroba dapat bersifat pengawet, meskipun demikian semua zat antimikroba adalahzat yang beracun. Untuk melindungi konsumen secara maksimum, pada penggunaan harus diusahakan agar pada kemasan akhir kadar pengawet yang masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat keracunan pada manusia. Contoh-contoh bahan pengawet pada obat : Product type preservative Concentratio n (%w/v) Proportion of USP formulation in which preservative used (%) parenteral Benzyl alcohol Methyl/prophyl paraben Phenol Methyl paraben (alone) 0.1-3.0 0.08-0.1/ 0.001-0.023 0.2-0.5 0.1 31.0 13.8 7.9 6.6

Transcript of Bab II Modul 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengawet antimikroba adalah zatyang ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi sediaan terhadap kontaminasi mikroba. Pengawet digunakan terutama pada wadah dosis ganda untuk mengambat pertumbuhan mikroba yang dapat masuk secara tidak sengaja selama atau setelah proses produksi. Zat antimikroba tidak boleh digunakan semata-mata untuk menurunkan jumlah mikroba viabel sebagai pengganti cara produksi yang tidak baik. Cara kerja bahan pengawet terbagi menjadi dua, yaitu sebagai antimikroba dan sebagai antioksidan. Sebagai antimikroba artinya menghambat pertumbuhan kuman dan sebagai antioksidan maksudnya mencegah terjadinya oksidasi terhadap makanan sehingga tidak berubah sifat, contohnya mencegah makanan berbau tengik. Dalam suatu keadaan, pengawet digunakan untuk menekan perkembangbiakan mikroba. Setiap zat antimikroba dapat bersifat pengawet, meskipun demikian semua zat antimikroba adalah zat yang beracun. Untuk melindungi konsumen secara maksimum, pada penggunaan harus diusahakan agar pada kemasan akhir kadar pengawet yang masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat menimbulkan keracunan pada manusia. Contoh-contoh bahan pengawet pada obat : Product type preservative Concentratio n (%w/v) Proportion of USP

formulation in which preservative used (%)

parenteral

Benzyl alcohol

0.1-3.0

31.0 13.8

Methyl/prophyl paraben 0.08-0.1/ 0.001-0.023 Phenol Methyl paraben (alone) 0.2-0.5 0.1

7.9 6.6

Chlorbutanol Sodium metabisulphite opthalmic Benzalkoinum chloride

0.25-0.5 0.025-0.66 0.00250.0133

5.3 5.3 50.0

Thiomersal

0.001-0.5

19.8 6.6 3.3

Methyl/prophyl paraben 0.05/0.01 Benzalkoinum chloride 0.01/0.1 + EDTA Creams Benzyl alcohol 1.0-2.0

25.4 18.6 11.9 8.5 8.5 6.8 34.4 18.3 9.7 7.5

Methyl/prophyl paraben NA Methyl paraben (alone) Benzoic acid Sorbic acid chlorocresol Oral Sodium benzoate 0.1-0.3 0.2 0.1 0.05 NA

Methyl/prophyl paraben NA Methyl paraben (alone) Methyl paraben 0.1

plus NA

Sodium benzoate

Faktor yang mempengaruhi aktivitas pengawet, diantaranya : 1. Ph 2. Keberadaan fasa non-akuatik pada sediaan 3. Adsorpsi solid dalam suspensi 4. Adsorpsi pada kemasan plastik Tujuan dari uji efektivitas pengawet adalah untuk menunjukan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda dengan dasar atau bahan pembawa air yang dicantumkan pada etiket. Contohnya : produk parenteral, tetes telinga, hidung, dan mata. Pengujian dan Persyaratan hanya

berlaku pada produk di dalam wadah asli, belum dibuka, dan didistribusikan pada produsen.

A. MIKROBA UJI

No. Mikroba uji 1 Candida albicans ATCC No.10231

Keterangan Mikroorganisme fungi golongan ragi (yeast). Hidup sebagai mikroorganisme comensal dalam tubuh manusia. Dapat bersifat opportunistik menyebabkan

infeksi oral dan infeksi vagina pada manusia. 2 Aspergillus niger ATCC No.16404 Merupakan mikroorganisme fungi berfilamen. Bila sejumlah spora terhirup masuk ke paruparu, dapat menyebabkan penyakit paru-paru aspergillosis. 3 Escherichia coli ATCC No.8739 4 Pseudomonas aeruginosa ATCC No. 9027 Penyebab otomycosis. Bakteri yang hidup dalam usus mamalia. Bakteri aerob dan anaerob fakultatif, non-spore forming, gram negatif, rod-shaped. Fermentasi laktose dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada 35C (95F) Penyebab infeksi saluran kemiih dan diare. Merupakan bakteri gram negatif, aerob, rodshaped, dan bergerak unipolar. Biasanya menginfeksi saluran pernafasan,

saluran kemih, luka bakar, dan luka lainnya. 5 Staphylococcus aureus ATCC No.6538 Merupakan bakteri gram positif Merupakan bakteri yang berwarna kuning keemasan Merupakan bakteri commensal pada kulit

manusia, di dalam hidung, usus, dan urin (kirakira 25% dari populasi) Menyebabkan penyakit kulit (Staphylococcal scalded skin syndrome )

B. MEDIA

Soybean-casein Digest Agar Medium (SCDA) dengan komposisi sebagai berikut : Digesti pankreatik kasein P Digesti papain tepung kedele P Natrium klorida P Agar P Air pH setelah sterilisasi ad 15 g 5g 5g 15 g 1000 ml 7,3

C. PEMBUATAN INOKULA

Sebelum pengujian, inokulasi permukaan media agar memiliki volume yang sesuai dengan biakan persediaan segar mikroba yang digunakan. Inkubasi (bakteri : 30-35C 18-24 jam, Candida : 20-25C 48 jam, Aspergillus : 20-25C 1 minggu)

D. PANEN MIKROBACandida dan bakteri Larutan NaCl steril 0,9 % Cuci permukaan pertumbuhan Hasil cucian dimasukkan ke wadah yang sesuai Aspergillus niger NaCl 0,9% steril yang mengandung polisorbat 80 P 0,05%

Encerkan dengan NaCl steril 0,9% sampai angka mikroba ~100 juta/mL

ALTERNATIFMikroba ditumbuhkan pada media cair yang sesuai

Sentrifugasi

Pelet dicuci dan disuspensikan kembali dengan larutan NaCl 0,9 % steril sehingga mencapai angka mikroba dan spora yang dikehendaki

Suspensi bakteri Keruh pada jumlah lebih dari 107/mL Suspensi ragi dan kapang Keruh pada jumlah 10-100 kali lebih rendah dari bakteri

METODE LEMPENG

1 mL (~30-300 koloni)

Pipet ke dalam 2 cawan petri steril

Tambahkan 15-20 mL media SCDA bersuhu ~45C, campurkan

Inkubasi 48-72 jam, amati pertumbuhan koloni

Tetapkan CFU (Jumlah Satuan Pembentuk Koloni)/mL dari setiap suspensi, gunakan untuk menentukan banyaknya inokula yang akan digunakan pada pengujian. Jika suspensi yang telah dibakukan tidak segera digunakan, suspensi dipantau secara berkala dengan metode lempeng angka mikroba aerob total untuk menetapkan penurunan viabilitas. Untuk memantau angka lempeng sediaan uji yang telah diinokulasi gunakan media yang sama seperti media biakan awal. Jika tersedia inaktivator pengawet yang khas, tambahkan sejumlah yang sesuai ke dalam lempeng agar.

E. PENAFSIRAN HASIL UJI EFEKTIVITAS

Suatu pengawet dinyatakan efektif apabila : 1. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal. 2. Jumlah kapang dan khamir viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal.

3. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau kurang dari bilangan yang disebut diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Buckle,K,A.1987.Ilmu Pangan. UI-Press : Jakarta Fardiaz, Srikandi.1992.Mikrobiologi Pangan I. Penerbit PT.Gramedia Utama, jakarta. http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Mikrobiologi%20 Analisis%20%28FK3207%29/UJI%20EFEKTIVITAS%20PENGAWET %20ANTIMIKROBA.pdf