Bab II Modelling Bandura

26
TERAPI MODELLING Untuk Memenuhi Tugas Teknik Konseling dan Psikoterapi Disusun Oleh : Nurul Fauziah 15114120 Bidayatul Hidayah 1511412134 Adinda Prakoso M W 15114120137

Transcript of Bab II Modelling Bandura

TERAPI MODELLINGUntuk Memenuhi Tugas Teknik Konseling dan Psikoterapi

Disusun Oleh :

Nurul Fauziah 15114120Bidayatul Hidayah1511412134Adinda Prakoso M W 15114120137

JURUSAN PSIKOLOGIFAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2015

BAB IPendahuluan

A. Latar BelakangManusia merupakan makhluk yang sangat kompleks. Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Mereka memiliki potensi perilaku-perilaku yang positif maupun yang negatif. Semua perilaku itu muncul berdasarkan di mana manusia itu belajar dan bagaimana mereka mendapatkan pengalaman tersebut. pengalaman-pengalaman yang positif tentu saja didapatkan jika manusia belajar dari lingkungan yang baik, ataupun sebaliknya jika manusia mendapatkan lingkungan yang buruk maka akan berpotensi mendapatkan perilaku-perilaku yang negatif.Salah satu pendekatan dalam psikologi, yaitu behaviorisme memandang bahwa manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh Freud. Sehingga manusia dengan potensi-potensi perilakunya dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi pembentukan tingkah laku. Setiap orang lahir dengan kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan dipelajari dari interaksi dengan lingkungan. Manusia bukanlah hasil dari conditioning social/cultural, tetapi sebaliknya, mereka lah yang menghasilkan lingkungan. Manusia terlahir netral, tergantung plingkungan yang akan membentuk kepribadiannya.Meniru merupakan salah satu teknik terapi dalam pendekatan Behaviorisme. Manusia memiliki kecenderungan untuk mempelajari lingkungan dengan meniru ketika sejak kecil. Apa yang ada di lingkungan kita, cenderung untuk kita tiru meskipun itu positif maupun negatif. Dengan meniru inilah, tingkah laku kita terbentuk hingga sekarang. Tingkah laku positinf tentu saja kan berdampak baik bagi kita, tetapi jika negatif dan itu merugikan orang lain tentu saja akan buruk. Perlu adanya perubahan perilaku dari negatif ke positif untuk mengurangi dampak yang buruk tersebut. Salah satu teknik yang dilakukan yaitu dengan terapi modelling.Prinsip teori yang melandasi teknik terapi ini adalah teori mengenai belajar melalui pengamatan (observation learning) atau sering juga disebut belajar sosial (social learning) dariWalterdanBandura. Pada prinsipnya, terapis memperlihatkan model yang tepat untuk membuat klien dapat meniru bagaimana ia seharusnya melakukan upaya menghilangkan perasaan dari pikiran yang tidak seharusnya dari orang lain yang disebut model itu.Terhadap dua konsep yang berbeda yang digunakan dalam modeling ini, yakni antaracopingdanmastery modelmenampilkan perilaku ideal, contohnya bagaimana menangani ketakutan. Sebaliknya,coping modelpada dasarnya menampilkan bagaimana ia tidak merasa takut untuk menghadapi hal yang semula menakutkan.

B. TujuanUntuk menjelaskan bagaimana konsep dasar, pengertian, karakteristik, prinsip, prosedur, dan juga kelebihan atau kekurangan dari terapi modelling.C. ManfaatAgar mahasiswa dapat memahami dan juga dapat mempraktikan dengan baik terapi modelling yang telah dijelaskan.

BAB IITinjauan TeoriA. Konsep Teori Kognisi Sosial BanduraMenurut Bandura, teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial dimana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura didasarkan pada: 1. Reciprocal determinism (Determinis resiprokal atau konsep yang saling menentukan) Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus-menerus antara determinan kognitif, behavior dan lingkungan. Orang menentukan tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan tapi juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan. Determinan resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psikososial diberbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.2. Beyond Reinforcement (Tanpa Penguatan) Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung kepada reinforcement. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direinforse satu persatu, bisa jadi orang tidak belajar apapun. Menurut Bandura, reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi (ini merupakan pokok teori belajar sosial).3. Self-regulation and cognition (Pengaturan diri dan kognisi) Pada konsepnya, Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self-regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan kecerdasan untuk berpikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan (dengan menyimpang pengalaman dalam ingatan dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk menggambarkan secara imajinatif hasil yang diinginkan pada masa yang akan datang akan mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan jangka panjang.

B. Struktur Kepribadian1. Sistem Self (self system) Bandura meyakini bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku tidak dapat dihilangkan tanpa membahayakan penjelasan dan kekuatan peramalan. Dengan kata lain, self diakui sebagai unsur dari struktur kepribadian. Sistem self bukan unsur psikis yang mengontrol tingkah lakutapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi-fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tapi self menjadi bagian dari sistem interaksi resiprokal.

2. Regulasi Diri (Self Regulation) Manusia mempunyai kemampuan berpikir, dengan kemampuan tersebut manusia memanipulasi lingkungan sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Menurut Bandura, akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai, strategi proaktiflah yang menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Ada tiga proses yang dapat diapaki untuk melakukan pengaturan diri, yaitu memanipulasi faktor eksternal, memonitoring dan mengevaluasi tingkah laku internal. Tingkah laku manusia merupakan hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan internal.a. Faktor Eksternal dalam regulasi diri Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam dua cara : 1) pertama, faktor eksternal memberi standar untuk cara, yaitu pertama, faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang. Melalui orang tua dan guru, serta pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, anak belajar mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai diri.2) Kedua, faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberi kepuasan, orang membutuhkan insentif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku dan penguatan biasanya bekerja sama, dimana ketika orang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu maka butuh penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan kembali.b. Faktor Internal dalam regulasi diri Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal1) Pertama, observasi diri (self observation) Dimana individu harus mampu memonitoring performansinya, walau tidak sempurna karena individu cenderung menilai beberapa aspek tingkah lakunya dan mengabaikan tingkah laku yang lainnya. 2) Kedua, proses penilaian tingkah laku (judgement process) Adalah melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas dan memberi atribusi performansi. Standar pribadi berasal dari pengalamanpengalaman mengamati model. Berdasarkan sumber model dan performansi yang mendapat penguatan, maka proses kognnitif menyusun ukuran-ukuran atau norma yang sifatnya sangat pribadi karena ukuran tersebut tidak selalu sinkron dengan kenyataan. Sebagian besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkannya dengan ukuran eksternal, bisa berupa norma standar, perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain atau perbandingan kolektif. 3) ketiga, yaitu respon diri (self response) Dimana pada akhirnya berdasarkan pengamatan dan judgment, individu mengevaluasi diri sendiri dan menghadiahi atau menghukum dirinya sendiri.

3. Efikasi Diri (self-effication) Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung pada resiprokal antara lingkungan dan kondisi kognitif, khususnya yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak untuk melakukan tindakan yang memuaskan. Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan.a. Sumber Efikasi Diri Dalam pandangan Bandura, perubahan tingkah laku adalah perubahan ekspektansi efikasi. Efikasi ini dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yaitu pengalaman performansi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience), persuasi sosial (social persuation) dan keadaan emosi (emotional state).b. Efikasi diri sebagai prediktor tingkah laku Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting yang bila digabungkan dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman akan menjadi penentu tingkah laku di masa mendatang. Setiap individu memiliki efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung pada kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda, kehadiran orang lain serta kondisi fisiologis dan emosional individu tersebut.c. Efikasi Kolektif (Collective Efficacy) Bandura berpendapat bahwa individu berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga efikasi kolektif. Efikasi kolektif adalah keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan perubahan sosial tertentu. Efikasi diri dan efikasi kolektif bersama-sama saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup manusia.

C. Dinamika Kepribadian Menurut Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif yang mempunyai dua sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang (yang dapat menimbulkan motivasi tingkah laku saat ini) dengan harapan keberhasilan yang didasarkan pada pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan. Dengan kata lain, harapan mendapatkan renforcement pada masa yang akan datang akan memotivasi individu untuk bertingkah laku tertentu. Selain itu, dengan menetapkan tujuan yang diinginkan dan mengevaluasinya, maka seseorang akan termotivasi untuk bertindak pada tingkat tertentu. Menurut Bandura, penguatan (reinforcement) dapat menjadi penyebab belajar. Orang dapat belajar dengan penguat yang diwakilkan (vicarious reinforcement), penguat yang ditunda (expectation reinforcement) atau bahkan tanpa penguat (beyond reinforcement).

D. Psikopatologi Menurut Kognisi Sosial BanduraMenurut Bandura, masalah pokok yang terjadi pada manusia adalah percaya bahwa dirinya tidak dapat menangani situasi tertentu secara efektif. Oleh karena itu, perlu dikembangkan efikasi diri agar terjadi perubahan tingkah laku. Tingkah laku parologis itu dipengaruhi oleh faktoe kognitif, proses neurofisiologis, pengalaman masa lalu yang mendapatkan penguatan serta nilai fasilitatif dari lingkungan.

E. ModellingModeling (peniruan melalui penokohan) ini dikembangkan oleh Albert Bandura yang antara lain terkenal dengan teori sosial-belajar (social-learning theory). Modeling merupakan salah satu teknik dalam terapi behavior yang menekankan pada prosedur belajar. Pada prinsipnya terapi behavioral itu sendiri bertujuan untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku lama yang merusak diri dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan yang lebih sehat.Teknik Modeling ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada konseli, dan dapat memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada konseli tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau nnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontohTerapi ini memiliki prinsip kerja yaitu:1. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar konseli terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku konseli.2. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.3. Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.4. Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung).

F. Teknik Modelling dalam Terapi BehaviorModeling (peniruan melalui penokohan) ini dikembangkan oleh Albert Bandura yang antara lain terkenal dengan teori sosial-belajar (social-learning theory). Teknik Modeling ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada konseli, dan dapat memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada konseli tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau nnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Teknik modeling ini adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan. Menurut Rosjidan (1988) penerapan teknik modeling menunjuk pada dimana tingkah laku model bertindak sebagai suatu stimulus pada pikiran, sikap, dan tingkah laku pengamat (konseli). Macam-macam model dalam konseling :1. Model yang nyata (live model) contohnya konselor sebagai model oleh konselinya, atau anggota keluarga atau tokoh yang dikagumi;2. Model simbolik (symbolic model) adalah tokoh yang dilihat melalui film, video atau media lain;3. Model ganda (multiple model) biasanya terjadi dalam konseling kelompok.Seseorang anggota dari suatu kelompok mengubah sikap dan mempelajarisuatu sikap baru, setelah mengamati bagaimana anggota lain dalambersikap.Teknik ini dapat digunakan untuk menghadapi konseli atau klien yang menderita fobia, penderita ketergantungan atau kecanduan obat-obatan/ alkohol, bahkan dapat dipakai untuk menghadapi penderita dengan gangguan kepribadian yang berat seperti psikosis, khususnya agar memperoleh keterampilan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Juga bisa dipergunakan untuk anak-anak yang mengalami hambatan dalam pergaulan, misalnya di rumah maupun di sekolah.Teknik modeling ini juga relevan untuk diterapkan pada konseli yang mengalami gangguan-gangguan reaksi emosional atau pengendalian diri, kekurangterampilan kecakapan-kecakapan sosial, keterampilan wawancara pekerjaan, ketegasan, dan juga mengatasi berbagai kecemasan dan rasa takut seperti phobia, kecemasan dengan serangan-serangan panik, dan obsesif kompulsif. Tujuan penggunaan teknik modeling disesuaikan dengan kebutuhan ataupun permasalahan klien, diantaranya yaitu: untuk perolehan tingkah laku sosial yang lebih adaptif, agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error, membantu konseli untuk merespon hal- hal yang baru, melaksanakan tekun respon- respon yang semula terhambat/ terhalang, dan mengurangi respon- respon yang tidak layak Prosedur melakukan teknik modeling diantaranya: meminta konseli untuk memperhatikan apa yang harus ia pelajari sebelum model didemonstrasikan, memilih model yang serupa dengan konseli dan memilih siapa yang bisa mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi tujuan dalam bentuk tiruan, menyajikan demonstrasi model tersebut dalam urutan skenario yang memperkecil stress bagi konseli. Konseli bisa terlibat dalam demonstrasi perilaku ini, meminta konseli menyimpulkan apa yang ia lihat setelah demonstrasi tersebut, dan adegan yang dilakukan bisa jadi lebih dari satu.Menurut Bandura (dalam lutfifauzan, 2009) menyatakan bahwa jenis-jenis modeling ada empat yaitu : a. Modeling tingkah laku baru, melalui taknik modeling ini orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemmapuan kognitif. Stimulasi tinngkah laku model ditransformasi menjadi gambaran mental dan symbol verbal yang dapat diingat dikemudian hari. Ketrampilan kognitif simbolik ini membuat orangmentransformasi apa yang didapat menjadi tingkah laku baru. b. Modeling mengubah tingkah laku lama, dua macam dampak modeling terhadap tingkah laku lama. Pertama tingkah laku model yang diterima secara social memperkuat respon yang sudah dimiliki. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara social dapat memperkuat atau memperlemah tingkah laku yang tidak diterima itu. Bila diberi suatu hadiah maka orang akan cenderung meniru tingkah laku itu, bila dihukum maka respon tingkah laku akan melemah. c. Modeling simbolik, modeling yang berbentuk simbolik biasanya didapat dari model film atau televisi yang menyajikan contoh tingkah laku yang dapat mempengaruhi pengamatnya. d. Modeling kondisioning, modeling ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penuatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat, dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya saat dia mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang menjadi sasaran emosional model yang diamati. Praktek teknik modeling yang sering digunakan konselor dapat berupa sebagai berikut .1. Proses Mediasi, yaitu proses terapeutik yang memungkinkan penyimpanan dan recall asosiasi antara stimulus dan respon dalam ingatan. Dalam prosesnya, mediasi melibatkan empat aspek yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik, dan insentif. Atensi pada respon model akan diretensi dalam bentuk simbolik dan diterjemahkan kembali dalam bentuk tingkah laku (reproduksi motorik) yang insentif. 2. Live Model dan Symbolic Model yaitu model hidup yang diperoleh klien dari konselor atau orang lain dalam bentuk tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap, dan nilai-nilai keahlian kemasyarakatan. Keberadaan konselor pun dalam keseluruhan proses konseling akan membawa pengaruh langsung (live model) baik dalam sikap yang hangat maupun dalam sikap yang dingin. Sedangkan symbolic model dapat ditunjukkan melalui film, video, dan media rekaman lainnya. 3. Behavior Rehearsal, yaitu latihan tingkah laku dalam bentuk gladi dengan cara melakukan atau menampilkan perilaku yang mirip dengan keadaan sebenarnya. Bagi klien teknik ini sekaligus dapat dijadikan refleksi, koreksi, dan balikan yang ia peroleh dari konselor dalam upaya mengetahui apa yang seharusnya ia lakukan dan ia katakana.4. Cognitive Restructuring, yaitu proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak negatif pemikiran tertentu terhadap tingkah laku, dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistic dan lebih cocok. Teknik ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang korektif, belajar mengendalikan pemikiran sendiri, menghilangkan keyakinan irrasional, dan menandai kembali diri sendiri. 5. Covert Reinforcement, yaitu teknik yang memakai imajinasi untuk menghadiahi diri sendiri. Teknik ini dapat dilangsungkan dengan meminta klien untuk memasangkan antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan sesuatu yang sangat negatif, dan memasangkan imaji sesuatu yang dikehendaki dengan imaji sesuatu yang ekstrim positif.

Langkah-langkah modeling diantaranya: 1. Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model, multiple model), pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya konseli yang memiliki kesamaan seperti: usia, status ekonomi, dan penampilan fisik, hal ini penting terutama bagi anak-anak, bila mungkin gunakan lebih satu model, kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli, 2. Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi, behavioral rehearsal, dan penguatan, pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan penguatan alamiah, bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat, bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling silakukan mulai dari yang paling mudah ke yang paling sukar. 3. Skenario modeling harus dibuat realistik, melakukan pemodelan di mana tokoh menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli (dengan sikap manis, perhatian, bahasa yang lembut dan perilaku yang menyenangkan konseli)Prosedur melakukan teknik modeling diantaranya: meminta konseli untuk memperhatikan apa yang harus ia pelajari sebelum model didemonstrasikan, memilih model yang serupa dengan konseli dan memilih siapa yang bisa mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi tujuan dalam bentuk tiruan, menyajikan demonstrasi model tersebut dalam urutan skenario yang memperkecil stress bagi konseli. Konseli bisa terlibat dalam demonstrasi perilaku ini, meminta konseli menyimpulkan apa yang ia lihat setelah demonstrasi tersebut, dan adegan yang dilakukan bisa jadi lebih dari satu.BAB IIIKesmpulan

Pada dasarnya tingkah laku manusia terbentuk dari pembelajaran mereka terhadap lingkungan di sekitar. Pendekatan behavioristic memandang konseling merupakan proses pendidikan. Pusat konseling adalah membantu klien mempelajari tingkah laku baru untuk memecahkan masalahnya. Konseling ini memandang tingkah laku sebagai suatu yang dipelajari atau tidak dipelajari oleh klien.Teknik modelling oleh banduran ini merupakan salah satu teknik dari pendekatan behavioristik. Teknik modelling dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien dan juga memperkuat perilaku yang sudah terbentuk, dengan menggunakan modelling simbolik ataupun kondisioning. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau nnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Teknik modeling ini adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan.

DAFTAR PUSTAKAAlwisol. (2006). Psikologi Kepribadian, edisi revisi. Malang: UMM Press-----Feist, Jess, Feist, Gregory J. 2010. Teori Kepribadian, Edisi 7. Jakarta Selatan: Salemba Humanika-----Mandala, ASJ.2012. Penerapan konseling behavioral dengan teknik modelling untuk meningkatkan emotional intelligence pada siswa kelas XAPT SMK N 1 Seririt Kabupaten Buleleng. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Universitas Pendidikan Ganesha.-----Corey, Gerald. 2013. Konseling dan psikoterapi, Bandung: PT. Refika Aditama-----Mahabbati, A. 2012. Analisa Teori Belajar Sosial Bandura Mengenai Gangguan Perilaku Agresif pada Remaja. Jurnal Pendidikan Khusus XI. No. 2. 1-11