BAB II MASALAH KRISIS PANGAN DI HAITI DAN ...eprints.umm.ac.id/39286/3/BAB II.pdfgempa. Namun hal...

33
43 BAB II MASALAH KRISIS PANGAN DI HAITI DAN GAMBARAN WFP SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL Berdasarkan latar belakang yang menjelaskan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian terkait kondisi pangan di Haiti, maka pada bab II akan menjelaskan tentang kondisi pangan di Haiti dan juga gambaran tentang WFP sebagai organisasi internasional di bidang pangan. Selain itu, pada bab ini akan menjelaskan kondisi geografis dan faktor-faktor penyebab terjadinya krisis pangan di negara tersebut. Terutama kondisi pangan pasca gempa bumi 2010 yang telah menarik banyak kalangan. Penulis juga akan menjelaskan terkait aktor-aktor internasional berupa negara maupun organisasi yang terlibat dalam mengatasi kondisi darurat Haiti pasca gempa bumi. 2.1 Masalah Krisis Pangan di Haiti 2.1.1 Kondisi Geografis Haiti Berdasarkan letak geografisnya, Haiti merupakan negara di kawasan Karibia, tepatnya berada di pulau Hispaniola. wilayah tersebut merupakan perbatasan lempeng tektonik antara Amerika dan Karibia (lihat gambar 2.1). 49 Lempeng yang dikategorikan sebagai seismik aktif karena mengalami pergerakan sepanjang 2 sentimeter setiap tahunnya dan perjalanan panjang terkait gempa telah menjadikan Haiti sebagai negara yang rawan akan bencana alam. kondisi 49 Jusmalia Oktaviani, Op.Cit., hal.42

Transcript of BAB II MASALAH KRISIS PANGAN DI HAITI DAN ...eprints.umm.ac.id/39286/3/BAB II.pdfgempa. Namun hal...

43

BAB II

MASALAH KRISIS PANGAN DI HAITI DAN GAMBARAN WFP

SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL

Berdasarkan latar belakang yang menjelaskan ketertarikan penulis untuk

melakukan penelitian terkait kondisi pangan di Haiti, maka pada bab II akan

menjelaskan tentang kondisi pangan di Haiti dan juga gambaran tentang WFP

sebagai organisasi internasional di bidang pangan. Selain itu, pada bab ini akan

menjelaskan kondisi geografis dan faktor-faktor penyebab terjadinya krisis

pangan di negara tersebut. Terutama kondisi pangan pasca gempa bumi 2010 yang

telah menarik banyak kalangan. Penulis juga akan menjelaskan terkait aktor-aktor

internasional berupa negara maupun organisasi yang terlibat dalam mengatasi

kondisi darurat Haiti pasca gempa bumi.

2.1 Masalah Krisis Pangan di Haiti

2.1.1 Kondisi Geografis Haiti

Berdasarkan letak geografisnya, Haiti merupakan negara di kawasan

Karibia, tepatnya berada di pulau Hispaniola. wilayah tersebut merupakan

perbatasan lempeng tektonik antara Amerika dan Karibia (lihat gambar 2.1).49

Lempeng yang dikategorikan sebagai seismik aktif karena mengalami pergerakan

sepanjang 2 sentimeter setiap tahunnya dan perjalanan panjang terkait gempa

telah menjadikan Haiti sebagai negara yang rawan akan bencana alam. kondisi

49

Jusmalia Oktaviani, Op.Cit., hal.42

44

geografis Haiti yang rawan terhadap bencana alam dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 2.1 : Lempeng Tektonik Amerika dan Karibia

Sumber : https://www.usgs.gov/

Selain faktor geografis, Haiti yang rentan akan bencana alam dan tidak

diwaspadai dengan teknologi dan pengetahuan yang mumpuni, menjadikan Haiti

sering mengalami dampak yang berarti akibat bencana alam yang terjadi. Hal

itupun merusak potensi-potensi yang dimiliki oleh Haiti, salah satunya di bidang

tourism.50

Bencana alam bukanlah fenomena yang baru-baru ini dialami oleh

Haiti, bahkan terhitung dari tahun 2001-2007 Banjir dan siklon tropis telah

menewaskan lebih dari 18.000 orang dan 132.000 orang telah kehilangan tempat

50

European Commission, Haiti Before Earthquake, Paper, diakses dari

http://ec.europa.eu/echo/files/aid/countries/Haiti_paper_01102010.pdf diakses pada 22/02/2018

(14.27WIB)

45

tinggal.51

Namun, fenomena alam yang sering terjadi tidak menjadikan Haiti

sebagai negara yang mampu beradaptasi terhadap bencana alam, melainkan Haiti

selalu mengalami dampak yang berarti di setiap bencana alam yang terjadi. Hal itu

disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketidaksiapan pemerintah dalam

penanggulangan pasca bencana, karakter bangunan yang tidak tahan gempa, dan

juga letak tata kota yang kurang baik.52

Ketidaksiapan pemerintah dalam penanggulan akibat pasca gempa dapat

dilihat dari tingginya angka korban akibat bencana alam. Hal itu juga disebabkan

oleh penyebaran wabah penyakit kolera yang diderita oleh masyarakat Haiti.53

Banyakanya kerusakan yang diakibatkan oleh gempa juga telah mempersulit

masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan maupun akses sanitasi air

bersih. Ketidaksiapaan pemerintah dalam menanggulangi hal tersebut menjadikan

dampak bencana alam menjadi semakin dirasakan oleh masyarakat.

Dari segi bangunan, negara yang rawan terhadap bencana alam terutama

gempa, biasanya memiliki karakter bangunan yang kuat sehingga tahan terhadap

gempa. Namun hal itu tidak terjadi di Haiti sebagai negara yang berada di

kawasan lempeng tektonik dan juga negara dengan mayoritas hidup di bawah

kemiskinan. Hal tersebut yang kemudian berimplikasi pada ketidakmampuan

masyarakat dalam mendirikan bangunan yang sifatnya tahan gempa.54

Padahal,

karakter bangunan yang lebih kuat akan mengurangi dampak kerusakan yang

dialami oleh masyarakat saat terjadi gempa. Kondisi perekonomian yang lemah

51

Ibid. 52

Jusmalia, Op.Cit., hal.47 53

Ibid. 54

Ibid.

46

menjadi salah satu penyebabnya, sebagaimana telah dijelaskan oleh Cletus

Springer55

, “The Poverty in Haiti lends itself to people building where they want,

how they can,... not everybody’s going to be able to build to exacting standars

that a building code requires”.56

Tidak hanya sebatas segi ekonomi, bahkan segi

pengetahuanpun menjadi modal yang belum dimiliki. Terbukti dari bahan-bahan

bangunan yang digunakan oleh para kontraktor di Haiti dan juga tidak adanya

kode dalam membangun bangunan yang berada di wilayah rawan gempa.57

Kondisi lainnya yang menyebabkan Haiti mengalami dampak yang cukup

siginifikan pasca gempa adalah letak tata kota. Negara yang memiliki kondisi

geografis yang rentan terhadap bencana, namun tidak disertai dengan tata kota

yang tepat, menjadikan Haiti semakin berisiko saat mengalami gempa.58

Hal

demikian dapat disiasati dengan adanya aturan terkait letak tata kota yang baik

dan menyesuaikan dengan kondisi geografis daerah tersebut. Hal itu menjadi

salah satu poin penting yang tidak diperhatikan Haiti akibat ketidaksiapan

pemerintah, dan juga kondisi ekonomi, serta minimnya pengetahuan yang dimiliki

oleh masyarakat.

2.1.2 Kondisi Pangan di Haiti

Haiti merupakan negara dengan mayoritas mata pencahariannya di bidang

agrikultur. Namun, faktanya Haiti merupakan salah satu negara yang mengalami

masalah pangan. Menurut WHO 1994 telah memperkirakan bahwa 80%

masyarakat Haiti makan dengan asupan kalori dibawah standar minimum

55

Direktur dari Departement of Suistainable Development, Organization of America 56

Jusmalia, Op.Cit., hal.48 57

Ibid., hal.47 58

Ibid,. hal.48

47

perharinya.59

Hal itulah yang menyebabkan Haiti dikategorikan sebagai negara

yang mengalami masalah pangan. Selain itu, kekurangan gizi sudah menjadi hal

yang biasa terjadi di kalangan publik. Berdasarkan Survey Demografi dan

Kesehatan Nasional Haiti yang dilakukan pada tahun 2005-2006 pada survey ke-

empat, menyatakan bahwa 1 dari 3 anak mengalami pertumbahan yang terhambat

dan 2 dari 10 anak memiliki berat badan di bawah rata-rata.60

Terjadinya krisis pangan di Haiti juga dikarenakan ketersediaan pangan

yang dimiliki hanya memenuhi separuh kebutuhan pangan domestik dan separuh

kebutuhan pangan lainnya bergantung pada pihak eksternal.61

Ketergantungan

tersebut menjadikan Haiti terkena dampak krisis akibat kondisi pangan secara

global yang juga mengalami krisis. Meskipun sebelum terjadinya krisis pangan

global, Haiti juga mengalami masalah pangan yang cukup serius. Secara global,

krisis pangan terjadi karena beberapa fakor diantaranya diakibatkan oleh jumlah

populasi penduduk di bumi yang mengalami pertumbuhan sangat cepat.62

Bertambahnya jumlah populasi penduduk menyebabkan permintaan pangan juga

meningkat. Memasuki tahun 2010 saja, populasi manusia di bumi telah hampir

mencapai 7 miliyar, sebagaimana yang disajikan dalam diagram berikut.

59

Mamadou Baro, 2002, Food Insecurity and Livelihood System in Northwest Haiti , Journal of

Political Ecology, Vol.9 No.1, hal.6, diakses dari

https://journals.uair.arizona.edu/index.php/JPE/article/view/21633/21189 diakses pada 02.04/2018

(23.40 WIB) 60

Ibid. 61

Laura M Glaeser, dkk, 2011, Haiti Prospective Food Security Assesment, hal. 11, diakses dari

http://citeseer.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.394.7290&rep=rep1&type=pdf diakses

pada 10/01/2018 (21.03WIB) 62

Supachai, 2008, The Global Food and Crisis : Causes and Policy Response, diakses dari

http://www.mfa.gov.tr/data/Kutuphane/yayinlar/EkonomikSorunlarDergisi/sayi30/journal.pdf

diakses pada 02/04/2018 (22.10WIB)

48

Diagram 2.1: Total Populasi Dunia Tahun 2001 - 2015

Sumber : www.tradingeconomics.com/worldbank

Berdasarkan diagram diatas, bahwa pertumbuhan populasi di dunia

mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sedangkan menurut World

Bank, populasi Haiti pada tahun 2010 telah mencapai 10 juta.63

Selain faktor

peningkatan jumlah populasi, krisis pangan global juga disebabkan oleh faktor

alam seperti terjadinya perubahan iklim. Kondisi iklim yang tidak stabil telah

mempengaruhi hasil produktivitas pertanian, terutama di negara-negara

berkembang termasuk Haiti. Padahal kondisi iklim merupakan aspek yang sangat

berkaitan dengan aktivitas pertanian, terutama apabila terjadinya kekeringan

berkepanjangan yang berisiko terhadap gagal panen. Selain itu, bermula dari krisis

energi yang memunculkan gagasan energi alternatif telah meningkatkan

63

Laurent Hou dan Peijun Shi, Op.Cit.,hal.26

6,196 6,275

6,354 6,334

6,514 6,595

6,676 6,759

6,841 6,924

7,006 7,009

7,175 7,261

7,347

5,6

5,8

6,0

6,2

6,4

6,6

6,8

7,0

7,2

7,4

7,6

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

To

tal

Po

pu

lasi

Du

nia

(M

iliy

ar)

Tahun

49

permintaan bahan-bahan pokok untuk pengembangan biofuel.64

Kondisi demikian

telah terjadi pada negara-negara maju yang turut mengembangkan biofuel dalam

keperluan industrinya. Salah satu contohnya terjadi pada tahun 2009, Amerika

Serikat telah menghabiskan konsumi jagung yang diperkirakan sekitar 38% untuk

kebutuhan biofuel.65

Selain Amerika, Uni Eropa telah menargetkan tahun 2020

akan menjadikan biodesel sebagai energi alternatif utamanya.66

Hal itu menjadi

konsekuensi yang harus dihadapi oleh negara-negara berkembang saat negara-

negara industri mulai beralih menggunakan energi alternatif yang meningkatkan

permintaan bahan-bahan pokok.

Kenaikan harga pangan menjadi salah satu faktor terjadinya krisis pangan

global.67

Kondisi tersebut berimplikasi pada kemampuan dalam mengakses

pangan. Hal itu terjadi di banyak negara, terutama negara-negara yang

dikategorikan sebagai negara miskin dan berkembang. Di negara-negara

berkembang, masyarakat menghabiskan 50-80% hasil pendapatannya untuk

memenuhi kebutuhan pangan.68

Sehingga apabila terjadinya kenaikan harga

pangan, maka secara otomatis akan mengurangi kemampuan masyarakat untuk

mengakses kebutuhan pangan. Kenaikan harga pangan secara drastis pernah

terjadi pada tahun 2008 berdasarkan data berikut.

64

Suphacai, Op.Cit., hal.2 65

Ibid., hal.5 66

Niko Aditya, Op.Cit., hal.5 67

Suphacai, Op.Cit., hal.1 68

Ibid

50

Grafik 2.1 : Harga Komoditas Pangan Global

Sumber : www.tradingeconomics.com/worldbank

Berdasarkan data tersebut, tiga bahan pokok yaitu, jagung, gandum dan

beras mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2008. Terutama

harga beras yang mencapai 700 dollar per tonnya. Di Haiti sendiri, kenaikan harga

pangan menjadi salah satu faktor yang mempersulit masyarakat dalam mengakses

pangan. Krisis pangan sangat berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan.

Sedangkan tiga perempat atau sekitar 75% masyarakat Haiti hidup dengan

pendapatan di bawah 2 dollar perhari.69

Sehingga kenaikan harga pangan yang

signifikan telah mempersulit masyarakat untuk mengakses pangan. Mengingat

daya beli masyarakat yang juga menurun.

Banyaknya faktor yang menyebabkan Haiti mengalami masalah pangan

telah dikalkulasikan oleh Coordination Nationale Pour la Securite Alimentaire

69

Nicole Rencoret, Op.Cit., hal.10

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jagung 102,2 91,76 88,22 89,61 99,25 105,1 111,9 98,39 121,1 162 223,1

Gandum 111 97,22 98,75 108,8 129 137,5 145 135,9 158 234,8 268

Beras 316 251,7 206,7 177,4 197 290,5 244,5 290,5 311,2 334,4 697,5

0

100

200

300

400

500

600

700

800

US

$/t

on

Harga Rata-Rata Komoditas Pangan Global Tahun 1998 -

2008

51

(CNSA) sebagai lembaga nasional ketahanan pangan di Haiti. CNSA

mengestimasikan bahwa terdapat 2,5 juta jiwa masyarakat yang membutuhkan

bantuan pangan terutama di daerah rawan pangan seperti hal di Distrik

Aritbonite.70

Kondisi rawan pangan yang terjadi di daerah tersebut ditandai

dengan kondisi pangan yang terbatas dan juga tingkat kemiskinan yang tinggi.

Sehingga membutuhkan perhatian yang khusus dalam mengatasi masalah pangan.

Secara internal, perjalanan panjang politik dan pemerintahan yang otoriter

telah membuat kondisi Haiti menjadi tidak stabil.71

Hal tersebut dilihat dari

demonstrasi yang terjadi dan konflik kekerasan antar masyarakat. Distabilitas

politik yang terjadi telah berimplikasi pada kondisi perekonomian masyarakat

yang juga berimplikasi langsung terhadap akses pangan, yang mana prevalensi

pada tahun 2008 tingkat keresahan masyarakat dalam mengakses pangan

sangatlah tinggi.72

Kondisi tersebut menjadi tantangan masyarakat untuk berjuang

dalam memenuhi kebutuhan pangannya.

2.1.3 Krisis Pangan Pasca Gempa Bumi 2010

2.1.3.1 Gempa Bumi 2010

Gempa bumi yang menimpa Haiti pada 12 Januari 2010 pukul 16:53 waktu

setempat dengan kekuatan 7 skala richter tersebut merupakan gempa terbesar

yang pernah dialami Haiti sepanjang sejarah.73

Gempa yang terjadi telah

berdampak besar pada masyarakat Haiti. PAHO telah mengestimasikan korban

gempa bumi menewaskan 222.517 jiwa, dan telah memindahkan lebih dari 1.3

70

Ibid. 71

European Commission, Op.Cit., hal.2 72

Laura M Glaeser, dkk, Loc.Cit. 73

Rhoda Margesson, Op.Cit., hal.1

52

juta orang ke lebih dari 630 pemukiman.74

Besarnya dampak yang terjadi juga

diakibatkan banyaknya gempa susulan pasca gempa utama. Terhitung bahwa telah

terjadi 14 gempa susulan yang berkekuatan lebih dari 5 skala richter dan 36 kali

gempa susulan yang kekuatannya lebih dari 4 skala richter.75

Sehingga gempa

yang terjadi terus menerus menuntut masyarakat untuk selalu dalam keadaan

siaga.

Gempa yang berpusat 25 km dari Port au Prince sebagaimana disajikan

pada gambar 2.2 telah berpengaruh besar pada daerah dengan kondisi

penduduknya yang padat, seperti halnya Port au Prince yang kepadatan

penduduknya mencapai 875.978 jiwa.76

Sebagai ibu kota Haiti, kota tersebut juga

menjadi kota metropolitan yang telah menyumbangkan 65% total aktivitas

ekonomi dan 85% pendapatan pajak negara.77

Namun dengan kondisi demikian,

gempa yang terjadi telah merusak banyak infrastruktur jantung Haiti tersebut.

Meski kerugian secara ekonomi cukup sulit untuk dikalkulasikan. Namun

berdasarkan Inter-American Development Bank, memperkirakan bahwa kerugian

yang dialami mencapai USD 13,9 Miliyar.78

74

Paho, 2010, Yale-Tulane Public Health and Medical Planning and Response Programme

Update (Haiti Earthquake), Weekly Report, diakses dari

http://www.paho.org/disasters/index.php?option=com_docman&view=download&category_slug=

haiti-january-2010&alias=745-situation-in-haiti-report-prepared-by-the-univeristy-of-yale-new-

haven&Itemid=1179&lang=en diakses pada 07/04/2018 (22.57WIB) 75

Rhoda Margesson, Op.Cit., hal.1 76

Laurent Hou, Op.Cit., hal.26 77

Ibid. 78

Ibid.

53

Gambar 2.2 : Intensitas Gempa

Sumber : the Foundation for Development Cooperation (FDC)

Gempa dengan pusat kedalamannya 10 km tidak hanya dirasakan oleh

Haiti, melainkan juga oleh Kuba, Kingston, Jamaika, Venezuala dan negara lain

di kawasan sekitarnya.79

Tingkat kedalaman gempa yang terhitung dangkal

menyebabkan dampak akibat getaran gempa yang dialami oleh masyarakat

semakin terasa terutama di daerah-daerah yang lokasinya berdekatan dengan pusat

gempa seperti ibu kota Haiti yaitu Port au Prince, Jacmel, Leogane, dan Gerssier.

Dampak tersebut dilihat dari persentase kerusakan yang dialami Port au Prince,

Carrefour, dan Gressier (40-50%), Jacmel (50-60%), dan Leogane (80-90%).80

Kerusakan tersebut termasuk pada fasilitas publik, seperti sekolah dan rumah

79

Jusmalia, Op.Cit., hal.43. 80

Paho, Loc.Cit.

54

sakit. Banyaknya kerusakan yang dialami akibat gempa bumi tersebut diperkiran

telah merugikan lebih dari 100% nasional Haiti.81

Besarnya dampak kerusakan yang dialami Haiti menyebabkan waktu yang

panjang untuk proses pemulihan. Hal itu disebabkan gempa yang telah

berdampak pada kerusakan. Berdasarkan kerusakan infrastruktur yang dijelaskan

The Haitian Chamber of Commerce (CCIH) bahwa gempa bumi tersebut telah

menghancurkan 25.000 gedung umum dan gedung komersial.82

Selain itu,

dampak infrastruktur terjadi pada lebih dari 105.000 rumah hancur, 208.000

rusak, dan 1.300 sekolah dan universitas, serta lebih dari 50 sarana kesehatan

ambruk.83

Kerusakan secara infrastruktur telah membawa Haiti menuju kondisi

yang semakin rapuh. Kondisi tersebut juga berimplikasi pada kondisi politik yang

tidak stabil, sehingga masyarakat menuntut pemerintah untuk membangun

kembali Haiti dengan sifat yang lebih transparan. Setelah lima tahun terakhir

pemerintah membuktikan dengan adanya kemajuan manajemen makroekonomi,

perencanaan pembangunan dan juga transparansi.84

81

Francois Grunewald dkk, 2010, Inter-Agency Real Time Evaluation in Haiti : 3 Months After the

Earthquake, Final Report, hal.7, diakses dari

https://www.unicef.org/evaldatabase/files/Haiti_IA_RTE_final_Eng(1).pdf diakses pada

21/01/2018 (21.17 WIB) 82

Roda Margesson, Op.Cit., hal.21 83

Rock Andre dan Jayson L.Lusk, 2011, What Do Haitians Need After the Earthquake, Paper,

hal.2, diakses dari https://ageconsearch.umn.edu/bitstream/98631/2/Aid%20relief-

Journal%20Article-%20Revised.pdf diakses pada 10/04/2018 (17.20WIB) 84

Roda Margesson, Loc.Cit.

55

2.1.3.2 Krisis Pangan Pasca Gempa Bumi 2010

Dampak yang ditimbulkan pasca gempa bumi bukan hanya sebatas

kerugian secara ekonomi, politik, maupun kerusakan infrastruktur. Namun

fenomena gempa pada tahun 2010 telah mempengaruhi banyak aspek lainnya,

salah satunya terkait aspek yang sangat fundamental yaitu masalah pangan.

Banyaknya kerusakan infrasruktur yang dialami Haiti pasca gempa telah

mempengaruhi aktivitas kerja masyarakat sehingga berimplikasi langsung pada

kemampuan dalam mengakses pangan.

Untuk menjelaskan kondisi pangan di Haiti pasca gempa bumi, penulis

mengacu pada 3 komponen food security yang dijelaskan oleh USAID, yaitu food

availability, food access, dan food utilization. Jika dilihat dari segi food

availability, Haiti merupakan negara agrikultur yang produksi pertaniannya hanya

mencukupi separuh kebutuhan domestik. Hal itu terhitung dari produksi lokal

hanya mencapai 48%, pertanian hasil import mencapai 44% dan 8% dari hasil

bantuan kemanusiaan.85

Besarnya persentase pertanian dari hasil eksternal

menjadi faktor ketergantungan yang menyebabkan kondisi pangan Haiti rapuh

akibat pengaruh dinamika kondisi eksternal. Selain itu, ditambah dengan kondisi

alam seperti perubahan iklim, degradasi lingkungan dan juga bencana alam yang

mempengaruhi ketersediaan pangan.

Pasca gempa bumi, Haiti mengalami penurunan pada produksi hasil

pertanian. Sebagaimana mengacu kepada data laporan FAO, WFP dan Crop Food

Security Assessment Mission (CFAM) bahwa hasil produksi pangan Hati tahun

85

Laura M, Op.Cit., hal.10

56

2010 telah mengalami penurunan dari tahun 2009. Berikut ini data sejak Juli 2010

– J uni 201186

:

1. 503.600 Matriks Ton (MT) sereal mengalami penurunan 9%

2. 148.000 MT kacang/kacang-kacangan mengalami penurunan 20%

3. 1.232.900 Akar/Umbi mengalami penurunan 12 %

4. 313.200 MT pisang raja mengalami penurunan 14%

Jika ketersediaan pangan Haiti yang jumlahnya terbatas sehingga tidak mencukupi

kebutuhan pangan nasional, maka hal itu berpengaruh pada kemampuan

masyarakat untuk mengakses pangan.

Mengacu pada komponen ke-dua menurut USAID adalah food access,

maka komponen tersebut akan menjelaskan bagaimana kondisi pasca gempa yang

dialami oleh masyarakat Haiti pasca gempa. Berdasarkan CNSA, food access

diartikan secara lebih spesifik yang berarti “kapasitas rumah tangga untuk

mengumpulkan jumlah makanan yang cukup, baik dari produksi, pembelian dan

transfer, yang didukung oleh beberapa faktor seperti akses fisik, akses sosiopolitik

dan akses ekonomi”.87

Jika dilihat dari akses secara fisik atau wujudnya, kondisi

pangan di Haiti tersedia dalam jumlah terbatas dan mengalami penurunan hasil

pertanian pasca gempa sebagaimana yang food access secara fisik ini berkaitan

langsung dengan food availability.

Selain disebabkan oleh jumlah yang semakin terbatas, food acsess juga

dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan ekonomi, yang mana masyarakat Haiti

hidup dengan tingkat kemiskinannnya yang tinggi dengan persentase 75%

86

Ibid., hal.11 87

Ibid.

57

masyarakatya menghasilkan pendapatan di bawah 2 dollar perhari. Pada tahun

2003, Haitipun menjadi 3 negara terkorup bersama dengan bangladesh dan

Nigeria.88

Selain itu, tingkat ketergantungan impor pangannya yang sangat tinggi

juga menjadi faktor signifikan dalam sulitnya mengakses pangan.89

Namun di sisi

lain, kerusakan secara besar-besaran akibat gempa bumi bahkan mencapai 25.000

gedung termasuk gedung komersil yang menjadi tempat sarana untuk bekerja

berdampak pada aktivitas kerja masyarakat Haiti.90

Terganggunya aktivitas kerja

secara langsung berpengaruh pada pendapat masyarakat yang berujung pada

minimnya kemampuan dalam mengakses pangan. Hal itulah yang diartikan

sebagai akses ekonomi yang berkaitan dengan daya beli masyarakat.

USAID juga menjelaskan secara detail yang menjadi faktor-faktor dalam

food utilization, bahwa tidak hanya sebatas pada cara penggunaan maupun

konsumsi, namun food utilization juga dilihat dari asupan gizi dan kesehatan yang

buruk dan juga buruknya sanitasi air bersih yang mempengaruhi masyarakat

dalam mengkonsumsi pangan. Sedangkan hanya 69% dari total populasi

masyarakat yang dapat mengakses sumber air bersih.91

Keterbatasan akan air

bersih sangat mempengaruhi aspek-aspek lain seperti dalam pengolahan makanan

dan juga kesehatan. Tingkat akses air yang terbatas memiliki kontribusi langsung

terhadap kondisi kesehatan masyarakat, yang mana menteri kesehatan publik

88

Corruption is Endemic in Haiti’s Public Institution, Loc.Cit. 89

Ibid. 90

Roda Margesson, Op.Cit., hal.22 91

Mohamed Ag Ayoya dkk, 2013, Child Malnutrition in Haiti : Progress Despite Disaster,

Journal of Global Health Science Practice, Vol.1 No.3, hal.2, diakses dari

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4168596/ diakses pada 15/04/2018 (19.45 WIB)

58

Haiti telah mencatat bahwa terjadi penyebaran wabah kolera pada Oktober 2010

yang telah menyababkan kematian 8.111 jiwa sampai Juni 2013.92

Selain jumlah air yang terbatas, food utilization juga dilihat dari tingkat

kesehatan masyarakat sebagai output dari komponen tersebut. Sedangkan Haiti

merupakan salah satu negara yang kondisi masyarakatnya mengalami masalah

kesehatan dan juga gizi buruk. Hal itu dapat dilihat dari hasil survey Demografi

dan Departemen Kesehatan pada tahun 2005-2006 bahwa 1 dari 3 anak-anak

dibawah usia 5 tahun mengalami pertumbuhan yang terhambat, 1 dari 10 anak

terbuang, dan 2 dari 10 anak dengan kondisi kekurangan berat badan.93

Beberapa

aspek yang telah disebutkan menggambarkan bahwa dalam pengolahan dan

pemanfaatan pangan di Haiti masih dikategorikan buruk, mengingat hal itu juga

berkaitan dengan ketersediaan air bersih dan sanitasi yang terbatas dan kemudian

berdampak pada aspek kesehatan.

Jika ketiga komponen tersebut dapat terpenuhi, maka akan menghasilkan

kondisi yang stabil atau terhindar dari krisis pangan. Namun hal itu terjadi

sebaliknya di Haiti. Maka, untuk mengatasi masalah Haiti yang kondisi

pangannya mengalami krisis, dibutuhkan upaya yang maksimal dan efektif.

Sehingga bantuan dari pihak eksternal menjadi salah satu modal untuk memenuhi

kebutuhan pangan Haiti pasca gempa bumi. Tidak hanya sebatas itu, pemerintah

Haitipun terus berupaya dalam mengatasi krisis pangan. Pada akhir tahun 2010,

pemerintah Haiti dengan berbagai mitranya telah meningkatkan berbagai program

92

Richard Gelting, 2013, Water Sanitation and Hygiene in Haiti : Past, Present, Future, the

American Society of Thropical Medicine and Hygiene, Vol.89 No.4, hal.665, diakses dari

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3795096/pdf/tropmed-89-665.pdf diakses pada

0/05/2018 (13.57WIB) 93

Roda Margesson, Op.Cit.

59

pangan yang bersifat preventif dan rekaperatif dan juga peningkatan sanitasi air

bersih di seluruh departemen Haiti.94

Bahkan beberapa jam setelah gempa terjadi,

aktor internasional yang berupa negara maupun organisasi mulai memberikan

respon terkait kondisi darurat tersebut.

2.1.3.3 Respon Aktor Internasional

1. Respon Negara-Negara

Salah satu negara yang memberikan respon terhadap peristiwa gempa bumi

adalah Amerika Serikat. Negara tersebut merupakan negara yang secara geografis

dekat dengan Haiti. Selain kedekatan geografis, keduanya menjalin hubungan

politik yang penting bagi AS, sehingga peristiwa gempa bumi tersebut telah

menuai respon yang tanggap dari Presiden AS, Barack Obama.95

Sehari setelah

peristiwa gempa berlangsung, presiden AS meminta kepada seluruh jajaran

pemerintahan untuk segera memobilisasi berbagai agensi seperti United State

Agency of International Development (USAID) dan Department of State (DOS)

dan agensi lainnya untuk segera mempersiapkan personil, peralatan dan juga

keahlian dalam menanggapi persitiwa gempa.96

Hal tersebut dilakukan sebagai

bentuk peduli bantuan kemanusiaan terutama bagi Haiti sebagai negara

berkembang di kawasan Karibia.

Kedekatan AS dan Haiti bukan dimulai saat melakukan bantuan

kemanusiaan yang diberikan pasca gempa, melainkan sudah terjalin hubungan

94

Mohamed Ag Ayoya dkk, Loc.Cit. 95

Derabati Guha.dkk, 2011, Independent Review of the U.S Government Respon to the Haiti

Earthquake, diakses dari

http://citeseer.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.233.204&rep=rep1&type=pdf diakses

pada 10/01/2018 (20.31 WIB) 96

Ibid.

60

baik antara keduanya sebelum peristiwa gempa terjadi. Seperti yang dinyatakan

oleh Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton bahwa Haiti termasuk ke dalam

prioritas kebijakan luar negeri AS dan bekerja sama dengan pemerintah Haiti

dalam memperkuat urusan diplomatik dan kemanusiaan.97

Respon AS terhadap

bencana gempa bumi di Haiti sudah dilakukan setelah 24 jam gempa itu

berlangsung.98

Pada hari ke-dua, tim khusus Angkatan Udara AS melakukan

menagemen kontrol untuk membuka kembali bandara udara Haiti yang banyak

didatangi oleh berbagai pesawat dari berbagai penjuru dunia.99

Meskipun pesawat

berdatangan dalam rangka melakukan evakuasi dan memberikan bantuan medis,

namun kondisi pasca gempa tersebut tidak memungkinkan untuk memberikan

perizinan mendarat bagi semua pesawat. Sehingga diperlukan managemen control

yang efektif untuk mengatur perizinan mendarat tersebut.

Tidak berbeda dengan jenis bantuan yang diberikan oleh negara lain, jenis

bantuan yang menjadi prioritas utama AS adalah berupa bantuan logistik, pasokan

pangan dan tanggapan medis.100

Namun parahnya dampak akibat gempa dan juga

sulitnya mengakses makanan telah dirasakan oleh masyarakat Haiti. Oleh sebab

itu, upaya AS dalam memberikan bantuan pangan dilakukan dengan cara

pendistribusian melalui basis-basis yang didirikan pada hari ke-3.101

Dalam waktu

10 hari, AS memberikan berbagai bantuan dengan didukung oleh 17 kapal AS, 48

97

Ibid. 98

IASC, 2010, Response to the Humanitarian Crisis in Haiti, Report, (hal.16)diakses dari

http://www.ifrc.org/docs/IDRL/Haiti/IASC-Haiti_6Mos_Review_USA-2010-005-1.pdf diakses

pada 22/03/2018 (21.36WIB) 99

David R.Diorio, 2010, Operation Unified Response-Haiti Earthquake 2010, diakses dari

http://jfsc.ndu.edu/Portals/72/Documents/JC2IOS/Additional_Reading/4A_Haiti_HADR_Case_St

udy_revNov10.pdf diakses pada 12/03/2018 (12.02WIB) 100

IASC, Loc.Cit 101

Ibid.

61

helikopter, dan 12 pesawat sayap.102

Hal tersebut diharapkan dapat mempermudah

pendistrubisan makanan yang akan diterima oleh masyarakat. Selain itu, dalam

menjalankan operasi bantuannya, AS juga menjalin dan melakukan koordinasi

dengan mitra donor yang lain termasuk dengan lembaga-lembaga PBB yang

terlibat.

Selain Amerika, aktor lain yang turut merespon terkait gempa bumi 2010

di Haiti adalah Europa Union (EU). EU merupakan organisasi yang

beranggotakan negara-negara yang secara geografis berada di kawasan Eropa,

sehingga EU dikategorikan sebagai organisasi regional. Salah satu yang menjadi

fungsi utama dalam organisasi ini adalah meningkatkan eksistensinya dalam

berbagai aktivitas di arena internasional. Oleh sebab itu, EU telah terlibat dalam

memberikan bantuan sejak hari pertama gempa bumi di Haiti.103

Namun sebelum terjadinya gempa, EU telah banyak berkontribusi dalam

menangani berbagai permasalahan di Haiti. Bahkan sejak tahun 1995 EU telah

memberikan bantuan kemanusiaan di Haiti dalam rangka menyelesaikan masalah

kependudukan melalui ECHO.104

Selain itu, EU juga turut berkontribusi dalam

memberikan bantuan akibat badai yang menimpa Haiti pada tahun 2008 lalu.

Perjalanan panjang dalam memberikan bantuan kepada Haiti tidak berhenti

sampai pada tahun 2008, peristiwa gempa 2010 kembali menarik perhatian EU

untuk turut melakukan aksi kemanusiaan.

102

Ibid. 103

The Technical Center for Agricultural and Rural Cooperation (CTA), For Years on from the

Haiti Earthquake, diakses dari http://www.cta.int/en/article/2014-01-16/four-years-on-from-the-

haiti-earthquake-the-eurs-response.html diakses pada 22/03/2018 (23.05WIB) 104

Claudia Morsut, The European as Humanitarian Actor-the Role of the EU of Natural Disasters,

hal.5, diakses dari http://paperroom.ipsa.org/papers/paper_10316.pdf diakses pada 22/03/2018

(23.35WIB)

62

Operasi yang dilakukan EU dalam merespon gempa tersebut dengan cara

mengirimkan pasukan bantuan dalam menanggulangi gempa. Selain itu, pada

akhir januari 2010, 24 negara anggota EU beserta Norwegia berkontribusi untuk

memberikan bantuan melalui mekanisme perlindungan EU dan juga memenuhi

permintaan PBB untuk mengirimkan 200 personil dan 3000 pasukan militer yang

dikerahkan.105

Meskipun operasi yang terjadi di lapangan berada di bawah kontrol

lembaga-lembaga PBB dan juga AS, namun EU tetap terlibat aktif dalam

melakukan kontribusinya. Salah satunya dengan memberikan bantuan finansial

sebesar €300 juta untuk mendukung program jangka pendek dan juga jangka

panjang.106

Adapun bantuan finansial jangka pendek dan jangka panjang difokuskan

untuk pemulihan kondisi darurat pada beberapa daerah yang menjadi fokus

sasaran EU. Daerah yang menjadi target intervensi utama tersebut seperti, Port au

Prince; Gressier; Leogane; Jacmel.107

Selain itu, sektor-sektor yang menjadi target

intervensi EU adalah sektor yang dianggap signifikan dan mempengaruhi

kelangsungan hidup masyarakat Haiti. Sektor-sektor tersebut diantaranya

pembangunan shelter dan manajemen pengungsian, sanitasi air bersih, bantuan

pangan dan kesehatan serta bidang telekomunikasi yang kondisinya saat itu

sangatlah buruk.108

Berbagai program EU dalam menanggulangi kondisi darurat Haiti

merupakan upaya EU dalam menjalankan prinsipnya sebagai aktor yang peduli

105

European Council on Foreign Relations, Crisis Management-Respone to the Haiti Earthquake,

diakses pada http://www.ecfr.eu/scorecard/2010/crisis/57 diakses pada 24/03/2018 (10.45WIB) 106

Ibid. 107

European Commission, Op.Cit., hal.3 108

Ibid.

63

terhadap masalah kemanusiaan dan juga sebagai upaya EU dalam meningkatkan

eksistensinya di arena internasional. Dalam melakukan operasi bantuannya, EU

melakukan koordinasi dengan pihak lain yang juga terlibat. Beberapa partner yang

bekerja sama saat melakukan operasi penanggulangan gempa bumi Haiti,

diantaranya lembaga-lembaga UN seperti OCHA dan WFP, negara-negara yang

tergabung dalam Red Cross, dan juga beberapa INGOs seperti Care International,

Welt Hunger Life dan lain-lain.109

Meski beragamanya jenis bantuan dari berbagai

aktor internasional yang terlibat, namun respon dan bantuan yang diberikan tetap

berfokus pada kondisi darurat yang dialami Haiti.

Selain AS maupun EU, negara lain yang turut memberikan respon terkait

gempa bumi Haiti adalah Canada. Canada berkontribusi dengan mengirimkan

pasukan penyelamat sebanyak 500 pasukan, mengingat gempa tersebut telah

memakan banyak korban.110

Selain itu, Canada juga memberikan dukungan

logistik, helikopter dan juga tenaga medis. Begitupun yang dilakukan oleh

Perancis sebagai negara yang memiliki kedekatan sejarah dengan Haiti dan

terdapat 1400 warga Perancis yang tinggal di negara tersebut. Perancis

memberikan respon dengan mengirimkan 2 pesawat bantuan kemanusiaan,

mengirimkan 12 ton pasokan logistik serta tenaga medis.111

Pasca gempa bumi berlangsung, pemerintah Inggris juga memberikan

respon dengan rasa prihatin yang mendalam, serta mengirim 71 personel

penyelamatan. Adapun negara-negara lainnya seperti Jerman yang telah

109

Ibid. 110

Roda Margesson, Op.Cit., hal.46 111

BBC News, 2010, International Aid Effort for Haiti Gather Pace, diakses dari

http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/8456192.stm diakses pada 27/05/2018 (10.10 WIB)

64

menyumbang sebesar 1,5 juta euro dan juga Belanda 2 juta euro, serta Belgia,

Swedia dan Luksemburg yang juga turut menawarkan bantuan logistik dan juga

tim pencarian.112

Selain itu, negara lain seperti Kuba, Venezule dan negara

lainnya yang turut berdatangan memberikan respon aksi kemanusiaan kepada

Haiti yang telah mengalami kondisi darurat pasca gempa.

2. Respon Organisasi Internasional

Care adalah salah satu organisasi internasional yang berfokus dalam

memerangi kemiskinan dan kelaparan di dunia. Dengan beranggotakan 14 negara

dan berafiliasi dengan 4 organisasi, Care bekerja sama dalam rangka memerangi

kemiskinan di 94 negara di dunia.113

Salah satu operasi yang dijalankan oleh Care

adalah program penanggulan pasca gempa bumi 2010 di Haiti. Hal itu sesuai

dengan program yang menjadi prinisp Care dalam bentuk aksi kemanusiaan.

Adapun beberapa jenis bantuan yang diberikan kepada Haiti adalah bidang

kesehatan, pembangunan shelter, persediaan sanitasi air bersih dan juga bantuan

pangan.114

Dalam menjalankan operasinya selama dua tahun setelah gempa, Care

menargetkan pencapainnya melalui bantuan langsung pasca gempa dan juga

dalam jangka panjang. Dalam operasi langsung pasca gempa, Care berfokus pada

bantuan kemanusiaan yang bersifat urgent dan darurat seperti halnya

pembangunan shelter, penyediaan peralatan dapur, alat kebersihan, perlengkapan

112

Ibid. 113

Diakses dari https://www.care-international.org/ diakses pada 16/04/2018 (13.54WIB) 114

Evelyn Hokstein, 2010, Haiti Earthquake Response, hal.1, diakses dari

http://files.givewell.org/files/DisasterRelief/CARE/Haiti%20quake_response%20update_260210re

vised%20(1).pdf diakses pada 13/04/2018 (22.11WIB)

65

bayi dan juga asupan makanan.115

Selain itu, Care berfokus pada kondisi darurat

yang dialami oleh 3 daerah yang menjadi prioritas bantuan, yaitu Petionville,

Carrefour, dan juga Leogane melalui pendistribusian makanan, penyediaan air

bersih, dan juga pembangunan kembali pasar yang menjual kebutuhan pangan dan

logistik yang pada fase ini Care mampu menjangkau hampir 270.000 warga.116

Mengidentifikasi daerah prioritas menjadi hal yang penting guna melaksanakan

operasi penanggulangan secara tepat sasaran. Terutama bagi daerah yang

mengalami dampak secara besar-besaran.

Namun sejak memulai operasi bantuan darurat, Care sudah menargetkan

rekonstruksi dalam waktu jangka panjang yang sifatnya berkelanjutan. Pada

operasi jangka panjang, Care melakukan beberapa program pelatihan seperti

managemen sistem air dan pemeliharaan air bersih, diadakannya urban

holtikultura yang di dalamnya terdapat pelatihan sistem pertanian dan distribusi

benih dan juga pendidikan gizi keluarga.117

Di sisi lain, Care juga berkoordinasi

dengan WFP dalam melakukan program keamanan pangan sebagai upaya dalam

memenuhi kebutuhan pangan yang berkelanjutan.118

Mengingat WFP memiliki

fokus dalam melakukan program pengembangan pangan yang berkelanjutan di

Haiti. Program tersebut dilaksanakan guna mencipatakan kemandirian dan

mengurangi ketergantungan Haiti kepada para pemberi bantuan. Mengingat

besarnya ketergantungan masyarakat Haiti pada pihak eksternal.

115

A Progress Report, Haiti Earthquake Emergency Response, diakses dari https://www.care-

international.org/files/files/publications/CAREs-Response-to-Haiti-Quake-Two-Years-Later.pdf

diakses pada 17/04/2018 (12.08WIB) 116

Evelyn Hokstein , Loc.Cit. 117

A Progress Report, Op.Cit. 118

Ibid.

66

Selain Care, Doctors Without Borders (MSF) yang merupakan NGOs di

bidang kesehatan juga turut terlibat dalam mengatasi kondisi darurat pasca gempa

bumi 2010. MSF menyatakan bahwa gempa tersebut telah menghancurkan 60%

fasilitas kesehatan dan juga 10% tenaga medis yang terbunuh akibat gempa

gempa.119

Oleh sebab itu dibutuhan upaya yang maksimal dalam mengatasi

kondisi darurat tersebut. Adapun upaya yang dilakukan MSF adalah dengan

memberdayakan 3.000 staff yang ada untuk mengelola 19 fasilitas kesehatan dan

juga menyediakan perawatan darurat pada lebih dari 173.000 pasien.120

Upaya

MSF untuk terlibat pada kondisi darurat pasca gempa bukanlah keterlibatan MSF

pertama kalinya, melainkan staff MSF menetap di Haiti dalam rangka

menanggulangi kondisi pada setiap bencana alam yang terjadi. Sama halnya

dengan yang dilakukan oleh aktor lain seperti International Red Cross dan juga

Oxam yang melakukan respon cepat untuk penyediaan bantuan darurat. Juru

bicara International Red Cross juga menyatakan bahwa terdapat dana bantuan

darurat yang dapat memberikan bantuan dasar kepada 10.000 keluarga dan

mencapai 20.000 kotak bantuan.121

2.2 Gambaran Umum WFP sebagai Organisasi Internasional

Selain Amerika Serikat, Uni Eropa, serta Care, organisasi internasional

yang juga merespon dan memberikan bantuan dalam mengatasi krisis pangan di

Haiti khususnya pasca gempa bumi 2010 adalah WFP sebagaimana peran WFP

menjadi fokus utama pada penelitian ini. Sebagai organisasi di bidang pangan,

WFP memiliki perjalanan yang panjang dalam menyelesaikan permasalahan

119

Ibid. 120

Ibid. 121

BBC News, Loc.Cit.

67

pangan di berbagai negara. Hal itu sebagaimana merupakan visi WFP dalam

mengatasi masalah kelaparan di dunia. Untuk mencapai visi tersebut, upaya WFP

dilakukan melalui berbagai program-program telah yang diinisiasi dalam rangka

mengatasi krisis pangan di Haiti.

2.2.1 Latar Belakang Terbentuknya WFP

Organisasi internasional adalah salah satu bentuk platform untuk menjalin

kerjasama antar negara maupun non negara dalam rangka mencapai kepentingan

anggota-anggotanya. Sebagaimana hal itu disebutkan oleh Paul Reuter, bahwa

organisasi internasional adalah kumpulan negara-negara yang secara wajar dan

permanen dalam merepretasikan keinginan yang nyata dari anggota-anggota yang

tergabung di dalamnya.122

Pada konstalasi politik internasional yang semakin

anarki, organisasi internasional dibutuhkan sebagai bentuk upaya dalam menjalin

kerjasama dan menjaga perdamaian. Dalam rangka mewujudkan perdamaian

dunia, salah satu organisasi internasional pada abad ke-20 yang beranggotakan

banyak negara adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Salah satu lembaga yang berada dibawah naungan PBB yang dibentuk

oleh FAO adalah World Food Programme (WFP). Mengacu pada WFP General

Regulations and Rules (Article I: Establishment) menyebutkan bahwa WFP

adalah sebuah program yang dibentuk oleh PBB dan FAO dengan bertujuan

menjalankan fungsi tertentu123

:

122

Yanuar Ikbar, Op.Cit., hal.242 123

WFP General Regulations and Rules (Article 1: Establishment), hal.5, diakses dari

https://documents.wfp.org/stellent/groups/public/documents/govman/wfp244037.pdf

Diakses pada 30/07/2018 (17.44 WIB)

68

AAAAart

Article I : Establishment

The World Food Programme (hereinafter “WFP”) is jointly established by the

United Nations and the Food and Agriculture Organization of the United Nations

(hereinafter “FAO”) as a programme for the purpose and for the performance of

the functions set out in the present General Regulations and shall continue its

activities in the light of periodic reviews.

Meskipun disebutkan sebagai program yang memiliki tujuan dan serangkaian

fungsi tersebut, namun WFP sebagaimana organisasi pada umumnya, WFP

memiliki struktur organisasi sebagai upaya memperjelas agenda kerja dan

fungsinya (lihat bagan 2.1 : Struktur organisasi WFP). Selain itu, WFP juga

menjadi platform terbesar dalam menangani masalah pangan di dunia melalui

berbagai program yang telah diinisiasinya diberbagai negara.124

Hal itu berawal

pada tahun 1961 di Markas FAO yang berada di Roma, George McGovern

sebagai Direktur bantuan pangan dan perdamaian AS yang mengusulkan untuk

melakukan percobaan program bantuan pangan yang sifatnya multiralateral dalam

jangka waktu tiga tahun.125

Hal itu tidak lain dilatarbelakangi oleh masalah

pangan yang terjadi di banyak negara terutama di negara-negara berkembang.

Sehingga PBB membutuhkan sistem bantuan yang berfokus pada masalah pangan

global. Pada tahun 1962, yang mana program bantuan tersebut dalam masa

124

Lihat http://www1.wfp.org/overview 125

WFP, History, diakses dari http://www.wfp.org/node/34 diakses pada 11/05/2018 (12.34WIB)

69

percobaan, terjadi bencana gempa bumi di Iran yang telah menewaskan 12.000

jiwa, badai di Thailand dan kasus pengungsi di Aljazair.126

Berdasarkan peristiwa tersebut, WFP berkontribusi dalam memberikan

bantuan dan memasok pangan secara berkelanjutan. Sehingga pada tahun 1962

WFP resmi membentuk badan komite di bawah naungan FAO dengan dipilihnya

Addeke Boerma sebagai Direktur Eksekutif pertama WFP.127

Selain itu,

pembentukan komite dan struktur kerja WFP juga disesuaikan dengan kebutuhan

terkait dengan perkembangan isu pangan di banyak negara. Pada tahun 1963,

WFP memulai operasi bantuannya di Sudan. Operasi tersebut merupakan

implementasi program pertama WFP. Selanjutnya, WFP juga menjalankan

berbagai program bantuan pangan di berbagai negara.

2.2.2 Profil, Visi dan Misi WFP

Dalam rangka melakukan tugas dan fungsinya, sebuah organisasi

memerlukan struktur kerja yang disesuaikan dengan agenda kerja masing-masing

bagian. Sama halnya dengan WFP yang berpusat di Roma, WFP dipimpin oleh

Executive Board (EB) yang dipilih oleh Sekretaris Jenderal PBB dan Direktur

Jenderal FAO yang terdiri dari perwakilan 36 negara di dunia.128

Dalam rangka

memperjelas agenda dan fungsi kerja, WFP memiliki strukutur oganisasi sebagai

berikut:

126

Ibid. 127

Ibid. 128

Ibid.

70

Bagan 2.1 : Struktur Organisasi WFP

Liaison Officer : UN, WHO,FAO, UNESCO, ILO

Sumber : http://www.fao.org

Committee on Food Aid Policies and Programmes (CFA)

Executive Director Deputy Executive Director

(WPD)

Economic Advicer

Policy Unit

Evaluation Service (WDPE)

Assistant to Executive Director

Field Inspection and Training Officer

WFP Liasion Officer

UN Secretary General

FAO Director General

Project Management Division(WPM)

Division of External Relations and General Service (WPX)

Resources Management Division (WPR)

WIS Nutrition Advicer

Emergency Unit (WPMG)

Latin America & Carribean Branch

Asia & Pasific Branch

Europe & Eastern Africa Branch

Western Africa Branch

North Africa & Near East Branch

Resource & Purchases

Transport Branch

ER& General Affairs Branch

Budget & Administration Branch

Field Officers WFP Advicers/Project Officers in about 80 Countries

71

Sebagai Organisasi internasional di bidang pangan, struktur tersebut

dibentuk dalam rangka menjalankan agenda kerja WFP yang tidak lain melakukan

bantuan pangan sebagai upaya membasmi kelaparan yang terjadi di dunia dan

juga menyelesaikan permasalahan krisis pangan yang dialami oleh banyak negara

akibat kondisi darurat pasca bencana alam, masalah pengungsi, lemahnya sosial

dan ekonomi, dan lain-lain. Hal itu sesuai dengan penjelasan yang tercantum pada

WFP General Regulations and Rules (Article II: The Purposes and the Function

of WFP)129

menyebutkan bahwa:

1. The Purposes of WFP are :

a. to use food aid to support economic and social

development;

b. to meet refugee and other emergency and

protracted;

c. and to promote world food security in accordance

with the recommendation of the United Nations and

FAO

2. In order to achieve the foregoing purposes, WFP shall, on

request, implement food aid programmes, project and

activities:

a. to aid in economic and social development,

concentrating its efforts and resources on the neediest

people and contries;

b. to assist in the continuum for emergency relief to

development by giving priority to supporting disaster

prevention, preparedness and mitigation and post-

disaster rehabilitiation activities;

c. to assist in meeting refugess and others emergency

and protracted relief food needs, using the assistance to

the extent possible to serve both relief and development

purposes;

d. to provide services to bilateral donors, United

Nations agencies and non governmental organizations

129

WFP General Regulations and Rules (Article 1: Establishment), Op.Cit., hal.5-6

72

for operations which are consistent with the purpose of

WFP and which complement WFP’s operations.

Untuk mencapai visi tersebut, misi yang dilakukan WFP adalah dengan

mengembangkan program-program berdasarkan policies and strategy yang

disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan negara tersebut. hal itu mengingat

setiap negara memiliki masalah dan solusi yang berbeda terkait masalah pangan.

Namun secara umum, upaya yang dilakukan WFP dalam mengatasi masalah

pangan adalah sebagai berikut :

1.Country Capacity Strengthening, pada program ini WFP memberikan

bantuan secara teknis maupun sistem dalam memperkuat kapasitas nasional yang

bisa dikembangkan pada berbagai bidang. Hal itu dikarenakan setiap pemerintah

negara harus mampu mengatasi masalah kelaparan, sebagaimana hal itu

merupakan poin ke-2 dalam Sustainable Development Goals (SDGs).130

2. Emegency Relief, dalam jangka waktu lebih dari 50 tahun WFP

berkontribusi dalam situasi darurat pada suatu Negara, baik dalam situasi konflik

atau pasca konflik maupun kondisi darurat pasca bencana alam. Program tersebut

juga dilakukan sebagai bentuk aksi kemanusiaan.131

3. Operations Database, program ini merupakan data yang berasal dari

segala jenis operasi bantuan yang telah dilakukan oleh WFP di setiap negara. Data

130

WFP, Country Capacity Strengthening, diakses dari http://www1.wfp.org/country-capacity-

strengthening diakses pada 11/05/2018 (22.34WIB) 131

WFP, Emergency Relief, diakses dari http://www1.wfp.org/emergency-relief diakses pada

11/05/2018 (22.45 WIB)

73

yang dikumpulkan merupakan bahan evaluasi dalam pengembangan program,

sehingga WFP mampu melihat sejauh apa pencapaian yang diperoleh.132

4.South-South Cooperations, dalam proses pengembangan pangan dunia yang

dibentuk oleh WFP, dukungan mitra menjadi salah satu hal yang penting. Oleh

sebab itu, WFP bekerja sama dengan berbagai pihak internasional dalam rangka

memberikan bantuan berupa transfer pengetahuan, pengalaman, maupun secara

teknis berupa pelatihan dan dukungan dana yang mampu mendorong

pembangunan sejumlah negara.133

Melalui program yang dijalankan, WFP telah mendapatkan banyak

pencapaian. Salah satu pencapaiannya dapat dilihat dari kemampuan WFP dalam

mengatasi masalah kelaparan sebanyak 90 juta orang pertahun di 80 negara di

dunia.134

Pencapaian tersebut yang membuktikan bahwa WFP merupakan

organisasi pangan terbesar di dunia.

2.2.3 Keterlibatan WFP di Haiti

Haiti merupakan negara yang memiliki masalah dalam bidang pangan.

Banyaknya faktor yang menyebabkan terjadinya masalah pangan dan juga

tingginya import pangan telah membuktikan tingginya angka ketergantungan yang

dialami oleh Haiti. Sehingga masalah kelaparan terjadi pada masyarakat Haiti.

Bahkan, terhitung bahwa sekitar 28%-38% dari jumlah populasi Haiti mengalami

132WFP, Operations Database, diakses dari http://www1.wfp.org/operations diakses pada

11/05/2018 (23.05 WIB) 133

WFP, South South Cooperation, diakses dari http://www1.wfp.org/south-south-cooperation

diakses pada 11/05/2018 (23.22 WIB) 134

WFP, History, diakses dari http://www1.wfp.org/overview diakses pada 17/03/2018 (22.13

WIB)

74

kelaparan akut.135

Oleh sebab itu, Haiti menjadi salah satu negara yang mendapat

respon dari banyak pihak terkait dengan masalah pangan termasuk WFP.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa WFP telah hadir di Haiti sejak

tahun 1969 sebagai upaya untuk mengatasi banyaknya masalah pangan di Haiti.

Hal itu dilihat dengan keberadaan kantor WFP yang sudah menetap di Haiti.

Adapun beberapa bencana alam yang terjadi di Haiti dan telah melibatkan WFP

dalam melakukan operasi bantuan. Pada tahun 2004, WFP juga melakukan

operasi dalam menanggulangi kondisi krisis pasca tejadinya badai yang melanda

pulau Karibia, seperti Haiti dan Republik Dominika.136

Badai tersebut

menyebabkan banyaknya korban tewas. Bahkan tidak hanya 2004, memasuki

tahun 2008 Haiti kembali mengalami badai dan topan. Dampak dari bencana alam

tersebut sangat dirasakan oleh masyarakat terutama yang tinggal di wilayah-

wilayah yang potenssi terhadap bencananya besar. Salah satunya dialami oleh

Gonaives.137

Selain itu, krisis pangan global yang berdampak di Haiti telah dirasakan

masyarakat yang dilihat dari menurunnya daya beli masyarakat terhadap

kebutuhan pangan. Sehingga bantuan yang diberikan WFP pada tahun tersebut

telah meningkat dan mencapai 2,3 juta bantuan pada akhir tahun.138

Hal itu tidak

lain juga dilatarbelakangi oleh kondisi warga yang tidak stabil. Oleh sebab itu,

WFP dengan mitra kerjasamanya seperti Amerika Serikat, Canada, Perancis,

135

Ibid. 136

David Orr, 2010, Crisis in Haiti : the WFP Faces an Unprecendented Challenge, A Global

Village: Imperial College’s International Affairs Journal, Issue 2 (hal.36), diakses dari

http://aglobalvillage.org/site/assets/files/1223/issue2.pdf diakses pada 07/04/2018 (08.18WIB) 137

Ibid 138

Diakses dari http://www.wfp.org/content/wfp-scales-haiti-operation-reach-23-million-

beneficiaries diakses pada 06/04/2018 (15.16 WIB)

75

Swiss dan lain-lain memberikan bantuan kepada Haiti yang secara keseluruhan

mencapai 62 juta dollar selama tahun 2008.139

Adanya kerjasama dalam

memberikan bantuan tersebut diharapkan dapat mengatasi masalah pangan di

Haiti yang merupakan masalah yang berkepanjangan.

139

Ibid.