Bab II - Manusia

30
BAB II MANUSIA

description

Materi PAK UB

Transcript of Bab II - Manusia

Page 1: Bab II - Manusia

BAB II

MANUSIA

Page 2: Bab II - Manusia

Daftar istilah :

- Makhluk :

Menunjuk kepada kenyataan bahwa manusia

adalah ciptaan bukan pencipta.

- Imago Dei :

Secara harafiah berarti gambar/rupa Allah

yang mempunyai arti dasar, potensi relasional

manusia dengan Tuhan.

- Makhluk Religius :

Manusia mempunyai kesadaran religius yakni

mengakui akan adanya kodrat ilahi di atas

manusia, serta selalu berorientasi terhadap yg

dianggap ilahi.

Page 3: Bab II - Manusia

- Makhluk Sosial :

Suatu kecenderungan tetap untuk berorientasi

terhadap sesama yang mengambil bentuk

dalam menciptakan pranata sosial.

- Makhluk :

Manusia diciptakan dengan potensi rasional

yang memungkinkannya mengembangkan

kebudayaan.

- Makhluk etis : - Manusia mempunyai kesadaran etis untuk - membedakan yg baik dan tidak serta merta - mempunyai kebebasan memilih dari dua alter- natif dan karenanya mempunyai tanggung jawab- atas pilihannya.

Page 4: Bab II - Manusia

A. Pengantar

Pembicaraan tentang manusia adalah hal yang sangat pokok dan sentral dalam kekristenan, karena manusia adalah pusat kehidupan beragama dan ada pada pusat pengambilan keputusan etis.

Pembahasan tentang manusia dari perspektif Kristen dapat menolong kita untuk memahami berbagai aspek lain dalam kehidupan beragama, bermasyarakat maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi modern, termasuk berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan manusia.

Page 5: Bab II - Manusia

B. Apakah manusia ?

Pemazmur dalam menyaksikan kemuliaan

langit, mengajukan pertanyaan, Apakah

manusia…..” (Mzm. 8:4; Ayb. 7:17-18; Mzm.

144:3; Ibr. 2:6).

1. Manusia Adalah Makhluk Ciptaan

Allah (Kej. 1 dan 2)

Fakta yang pertama dari kesaksian Alkitab

tentang manusia adalah bahwa ia makhluk

ciptaan Allah (Kej. 1:26-28; 2:7; Ayb 33:4;

Why 4:11; Mzm. 19:14-16; 104:30;

1 Kor. 11:9; Yes. 45:12).

Page 6: Bab II - Manusia

Allah berkata “Baiklah kita menjadikan

manusia menurut gambar dan rupa Kita…”

(Kej. 1:26-27). Dua kata yang dipakai dalam

catatan Kejadian. Kata tersebut adalah

“ Menciptakan” dan “Menjadikan”

(Kej. 1:26; 2:1-3).

Kata “menciptakan” berarti membuat sesuatu

dari ketiadaan, menjadikan ada”.

Kata “menjadikan” membentuk bagaikan

seorang pengrajin membentuk suatu bejana

tanah liat.

Jadi Allah menciptakan manusia dalam hal roh

dan jiwanya (za. 12:1) tetapi Allah menjadikan

manusia dalam hal tubuhnya (Kej. 2:7).

Page 7: Bab II - Manusia

Apa implikasi kemakhlukkan manusia?

Sbg makhluk, pertama-tama ia tergantung

kepada Allah khaliknya dan sumber

kehidupannya. Namun sebagai makhluk

ciptaan Allah, maka Allah berdaulat atas

hidup dan tujuan manusia.

Karena itu manusia yang menerima

kemakhlukkan nya, akan menerima pula

kedaulatan Allah atas hidup dan tujuan

hidupnya.

Itulah sebabnya secara hakiki, manusia

selalu mendambakan relasi dengan Tuhan.

Page 8: Bab II - Manusia

Sebagai makhluk ia bukan saja tergantung

kepada Allah sebagai sumber hidup, tetapi

bahwa Allah berdaulat atas hidup dan

tujuan hidup manusia.

Alkitab menggambarkan hub manusia dgn

Allah penciptaNya, sbg tanah liat ditangan

penjunan. Allah berhak dan berdaulat utk

tujuan apa benda-benda atau peralatan

tanah liat dibuatNya.

Demikianlah manusia di tangan Allah pen-

cipta, tujuan hidupnya ditentukan oleh

Tuhan.

 

Page 9: Bab II - Manusia

2. Manusia Adalah Gambar dan Rupa Allah

(Imago dei)

Gambar bhs Ibrani = tselem gambar

yang dihias, suatu bentuk dan figur yang

representatif. Satu gambar dalam penger

tian yang nyata (2 Raja 11:18, Yeh. 23:14,

Am. 5:26).

Rupa bhs Ibrani = demuth mengacu

pada arti kesamaan tapi lebih bersifat

abstrak atau ideal.

Manusia dalam hal tertentu merupakan

refleksi yang nyata dari Allah.

Page 10: Bab II - Manusia

Arti yang paling mendasar yakni: potensi/

kemampuan manusia untuk berhubungan

atau merespon Allah, dan dalam arti ini

manusia adalah makhluk religius.

Manusia diciptakan sebagai gambar Allah

berarti bahwa manusia diciptakan

sedemikian rupa untuk menjadi pihak lain

dengan siapa Allah berkomunikasi

(menyatakan diri dan kehendaknya serta

menuntut responnya).

Page 11: Bab II - Manusia

Kenyataan bahwa Alkitab menyatakan

bahwa Allah berfirman/memberi

perintah kepada manusia adalah bukti

bahwa manusia dapat menyatakan

hubungan dengan Allah.

Penciptaan manusia sbg gambar Allah

memungkinkan terjadinya sesuatu antara

Allah dan manusia, yaitu makhluk dengan

siapa Allah berhubungan dan kepada siapa

Ia berfirman (band Kej. 1:27).

Page 12: Bab II - Manusia

Implikasinya bagi tanggung jawab manusia :

1. Bahwa manusia selalu mendambakan

relasinya dengan Allah.

2. Kesadaran akan adanya kodrat ilahi

di atas manusia, dan yang tak terbatas ini,

mendorong manusia untuk selalu kagum,

takjub, dan rendah hati sehingga mendo-

rongnya untuk beribadah kepada-Nya.

3. Manusia sebagai makhluk sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk

kepada kenyataan bahwa manusia adalah

tdk sendirian dan selalu dlm keterhubunganya

dengan orang lain dan berorientasi kepada

sesama. (Kej. 2:18).

Page 13: Bab II - Manusia

Kejadian 2:18 menyatakan bahwa tak baik

kalau manusia itu sendiri, dan karena itu Allah

menciptakan penolong yang sepadan.

Hal ini tak hanya terbatas pada manusia jenis

kelamin yang lain, tetapi juga bahwa manusia

sendirian adalah tidak baik.

Allah menghendaki manusia hidup dengan

sesamanya.

Ahli teologi mengatakan : bahwa hanya dalam

hubungan dengan orang lain kita memahami

dan menemukan hakikat kita sebagai manusia

Page 14: Bab II - Manusia

Hal ini membawa implikasi bahwa manusia

selamanya dan selalu berorientasi kepada

sesamanya.

Manusia tak tahan dalam kesendirian.

Orientasi kepada sesama juga menyebabkan

lahirnya berbagai pranata dan lembaga sosial

(misalnya keluarga, komunitas dari lokal

sampai internasional, maupun pranata politik,

ekonomi, dan lain-lain). Dengan kata lain,

lahirnya berbagai pranata manusia sebagai

makhluk sosial.

Page 15: Bab II - Manusia

4. Manusia Sebagai Makhluk Rasional dan

Berbudaya

Menurut Alkitab, Allah memberi perintah

kepada manusia untuk memerintah, menak-

lukkan alam semesta serta memeliharanya,

menunjukkan adanya hubungan yang tak

terpisahkan antara manusia dengan alam

semesta ini.

Inilah yang biasanya disebut sebagai tugas

kemandatarisan manusia (manusia sebagai

mandataris Allah) dalam arti pelaksana dan

wakil Allah dalam memerintah dan melihara

alam semesta ini. Kej. 1:18

Page 16: Bab II - Manusia

Jadi berbudaya adalah perintah atau mandat

yang kita sebut dengan mandat kebudayaan.

Tetapi mandat itu hanya bisa dilaksanakan

karena Tuhan memperlengkapi manusia dgn

potensi rasional (kemampuan rasional) yang

menjadi salah satu ciri khas manusia

dibandingkan dengan makhluk ciptaan yang

lain, bahkan dengan binatang yang paling

cerdas sekalipun.

Page 17: Bab II - Manusia

Dalam kekristenan, kita mengenal "Hukum

kasih" yakni yang kita sebut "Hukum Utama".

Dalam hukum utama Tuhan Yesus menuntut

agar kita "mengasihi Allah dengan akal budi."

(band. Mat. 22:37-38).

Jadi di sini potensi rasional manusia dengan

segala produk dan hasilnya, perlu dipakai

untuk mengasihi Allah juga.

Page 18: Bab II - Manusia

5. Manusia Sebagai Makhluk Etis.

Alkitab menggambarkan bahwa manusia

diberi "hukum" (nomos) oleh Allah dalam

bentuk larangan memakan buah pohon

pengetahuan hal yang baik dan jahat (band.

Kej. 2:17). Nomos ini menempatkan manusia

pada persimpangan jalan di mana ia dapat

memilih di antara dua alternatif.

Dua alternatif itu adalah ketaatan atau

pelanggaran terhadap nomos (dapat juga

berarti berbuat yang baik dan jahat).

Page 19: Bab II - Manusia

Kesempatan untuk memilih ini menunjukkan

bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk

memilih dari dua alternatif yg diperhadapkan

kepadanya.

Dengan kata lain manusia tak secara

determinatif harus memilih salah satunya.

Memang ada pandangan yang mengatakan

bahwa manusia tak bisa berbuat lain kecuali

mengikuti nalurinya.

Page 20: Bab II - Manusia

Kesadaran untuk membedakan yang baik dan

yang jahat menunjuk kepada hakikat manusia

sebagai makhluk etis.

Dengan demikian, kita dapat mengatakan

bahwa manusia adalah makhluk etis dalam

arti:

1. Manusia mempunyai kesadaran etis yakni

kesadaran untuk membedakan mana yang

baik & buruk, benar dan salah, bertanggung

jawab dan tidak.

2. Manusia mempunyai kebebasan etis yakni

memilih secara bebas dari alternatif di atas.

Page 21: Bab II - Manusia

3. Manusia mempunyai pertanggungjawaban

etis, yakni bertanggung jawab dengan

pilihannya.

Dari deskripsi tentang hakikat manusia di atas, maka kita dapat memahami mengapa Kitab Kejadian 1:31 mengatakan "maka Allah melihat segala yang dijadikan Nya itu, sungguh amat baik."

Page 22: Bab II - Manusia

6. Manusia Sebagai Pendosa

Kej. 3). Dosa dipahami bukan sekedar

pelanggaran moral, tetapi sikap memberontak

kepada Allah, yakni menolak otoritas Allah

yang menentukan tujuan hidup manusia.

Dosa karenanya dapat dikatakan sebagai

pelanggaran terhadap kehendak Allah seperti

tercermin dalam hukum utama-Nya.

Dosa memang mengandung konsekuensi-

konsekuensi etis dan moral dalam berbagai

dimensi hubungan manusia: dengan sesama

dan diri sendiri, dan hubungan dengan alam

semesta.

Page 23: Bab II - Manusia

Karena hakikat manusia sebagai makhluk

sosial, maka dosa tdk dapat dibatasi hanya

sebagai dosa pribadi/individu, tetapi harus

dipahami sebagai dosa sosial.

Menurut Gregory Baum mengartikan dosa

sosial dalam kaitan dengan pelakunya: yakni

kolektivitas suatu kelompok, suatu komunitas.

jadi dosa sosial ialah bahwa ia dihasilkan

tanpa sengaja atau pilihan bebas. Ia menghasil

kan konsekuensi yang jahat tetapi pelakunya

tak merasa bersalah.

Jadi dosa sosial dilakukan karena kebutaan/

ketidaksadaran.

Page 24: Bab II - Manusia

Dosa sosial dalam berbagai level mnrt Baum:

Tingkat pertama : dosa sosial terdiri dari

kecenderungan-kecenderungan yang tak adil

dan tak manusiawi (dehumanizing) yang ter-

bangun dlm berbagai institusi sosial, politik,

ekonomi, agamawi yg merupakan perwujudan

kolektif manusia. ini merusak byk orang

Tingkat kedua : dosa sosial mengambil bentuk

dalam simbol-simbol kultural dan agamawi,

yang hidup dalam imajinasi dan didukung

oleh masyarakat, yang membenarkan serta

memperkuat lembaga-lembaga (institution) yg

tak adil.

Page 25: Bab II - Manusia

7. Manusia Dimampukan Untuk Merestorasi

(Memperbaiki HubunganNya dengan Allah,

Sesama, dan Alam Ciptaan).

Alkitab tak mengakhiri kesaksiannya dan

meninggalkan manusia dalam kegelapan

yang tak berpengharapan. Alkitab juga

menyaksikan bahwa ada pengharapan

akan kemungkinan restorasi hubungan-

hubungan yang telah rusak oleh dosa.

Konsisten dengan kepercayaan akan Allah

sebagai penyelamat dan pembaharu, maka

kekristenan percaya akan penyelamatan

dan pembaharuan Allah melalui Kristus

dan Roh-Nya.

Page 26: Bab II - Manusia

Segi-segi Rohani Manusia :

1. Jiwa

Bhs Ibr Nefesy, berarti kehidupan.

Ia menunjukkan bhw manusia pd mulanya

diciptakan sebagai makhluk hidup (jiwa)

Kej. 2:7. dan juga menunjuk pd bentuk lain

dari kehidupan (1:20-21, 24, 30; Im. 17:11, Kel. 21, 23, Yos. 2:13).

Kesimpulan : Jiwa dapat diartikan sebagai keseluruhan dari manusia, hidup atau sesudah kematian. Ia juga mengacu pada bagian yg rohani dari manusia dgn berbagai macam perasaan & merupakan fokus utama dari penebusan & pertumbuhan rohani.

Page 27: Bab II - Manusia

2. Roh

Roh (ruakh dan pneuma) bersangkutan hanya pada bagian non materi dari manusia.

Roh berasal dari Allah dan semua manusia memilikinya (Bil. 16:22).

3. Hati

Dipakai sebanyak 955 kali utk menyatakan pusat dari kehidupan baik fisik maupun kejiwaan.

* Hati adalah wadah kehidupan intelektual

- ia mempertimbangkan (Ul. 8:5)

- ia memperoleh pengetahuan firman

(Mzm. 119:11)

- ia memiliki pikiran & maksud (Ibr. 4:12)

Page 28: Bab II - Manusia

* Hati merupakan wadah kehidupan emosi.

- ia mengasihi (Ul. 6:5)

- ia mengoreksi diri (ay. 27:6)

- ia bersukacita (Mzm. 104:15, Yes. 30:29)

- ia dpt berdukacita (Neh. 2:2; Roma 9:2)

- ia memiliki keinginan (Mzm. 37:4)

* Hati adalah wadah kemauan

- ia mencari (Ul. 4:29)

- ia dapat diubah (Kel. 14:5)

- ia dapat dikeraskan (8:15; Ibr 4:7)

- dpt memilih (Kel. 7:22-23)

- dpt disunat (Yer. 9:26; Kis. 7:51)

Page 29: Bab II - Manusia

* Hati adalah wadah hidup rohani.

- Dengan hati manusia pcy & menghasilkan

pembenaran (Roma 10:9-10)

- Bagi org pcy hati adalah tempat kediaman

Bapa (1 Ptr. 3:15), juga Anak (Ef. 3:17)

dan Roh Kudus (2 Kor. 1:22)

4. Pikiran

Allah memakai pikiran dalam pengertian ttg

kebenaran (Luk. 24:45; 1 Kor. 14:14-15).

- Pembaharuan dlm pikiran (Roma 12:2)

- Pikiran terlibat dlm memutusan perkara

yg meragukan (Roma 14:5), dalam mengejar

kesucian (1 Ptr. 1:13) dlm memahami

kehendak Tuhan (Ef. 5:17) dan dlm mengasihi

(Mat.22:37)

Page 30: Bab II - Manusia

Kesimpulan:

Bahwa pada dasarnya manusia ditempatkan

oleh Allah dalam hubungan multidimensional

(hubungan yang berdimensi banyak): yaitu

- Dengan Allah

- Dengan sesama manusia dan diri sendiri

- Dengan alam semesta