BAB II MAKALAH EDUKASI MASYARAKAT TENTANG PENANGANAN STRESS

13
BAB II Pembahasan 2.1. Perawat sebagai Educator dalam Masyarakat (klien) Pearan perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik (educator), coordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti. Peran perawat sebagai educator dilakukan dengan cara memberikan edukasi. Edukasi klien merupakan salah satu peran keperawatan yang penting. Masa rawat inap yang semakin pendek, peningkatan tuntutan waktu bagi perawat, peningkatan jumlah klien dengan penyakit kronis, dan kebutuhan untuk memberikan informasi yang tepat bagi klien dengan penyakit akut, semakin menekankan kepentingan kualitas edukasi klien. Perawat terus mencari cara untuk melakukan edukasi klien yang terbaik, sementara masyarakat semakin mampu mencari informasi kesehatan dan menemukan sumber daya yang tersedia di dalam system pelayanan kesehatan. Perawat memberikan informasi kepada klien yang membutuhkan perawatan diri untuk memastikan kontinuitas pelayanan dari rumah sakit ke rumah (Falvo, 2004). Tanggung jawab perawat adalah mengajarkan informasi yang dibutuhkan klien dan keluarganya. Pengajaran 3

description

bab II : makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas UAS 1 mata kuliah bahasa indonesia

Transcript of BAB II MAKALAH EDUKASI MASYARAKAT TENTANG PENANGANAN STRESS

BAB IIPembahasan2.1. Perawat sebagai Educator dalam Masyarakat (klien)Pearan perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik (educator), coordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti. Peran perawat sebagai educator dilakukan dengan cara memberikan edukasi. Edukasi klien merupakan salah satu peran keperawatan yang penting. Masa rawat inap yang semakin pendek, peningkatan tuntutan waktu bagi perawat, peningkatan jumlah klien dengan penyakit kronis, dan kebutuhan untuk memberikan informasi yang tepat bagi klien dengan penyakit akut, semakin menekankan kepentingan kualitas edukasi klien. Perawat terus mencari cara untuk melakukan edukasi klien yang terbaik, sementara masyarakat semakin mampu mencari informasi kesehatan dan menemukan sumber daya yang tersedia di dalam system pelayanan kesehatan. Perawat memberikan informasi kepada klien yang membutuhkan perawatan diri untuk memastikan kontinuitas pelayanan dari rumah sakit ke rumah (Falvo, 2004).Tanggung jawab perawat adalah mengajarkan informasi yang dibutuhkan klien dan keluarganya. Pengajaran merupakan bentuk komunikasi interpersonal, dimana pengajar dan pelajar terlibat aktif dalam proses yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelajar. Pengajaran yang efektif adalah merespons kebutuhan pelajar. Perawat menggunakan tujuan pembelajaran untuk menetapkan prioritas pembelajaran. Klien dari berbagai kelompok usia membutuhkan berbagai strategi pengajaran yang berbeda karena adanya perbedaan kemampuan perkembangan atas pemahaman. Lansia akan lebih efektif belajar jika informasi diberikan dalam jumlah sedikit dan dengan perlahan. Pengajar akan lebih efektif saat menyajikan informasi berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Melakukan evaluasi pembelajaran klien dengan mengamati performa perilaku pembelajaran yang diharapkan pada kondisi tertentu.

2.2. Definisi StressStress menurut Hans Selye (1950) merupakan respons tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban diatasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespons dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor. Bentuk stressor ini dapat dari lingkungan, kondisi dirinya dan pikiran.Pandangan stress sebagai stimulusPandangan ini menyatakan stress sebagai suatu stimulus yang menuntut, dimana semakin tinggi besar tekanan yang dialami seseorang, maka semakin besar pula stress yang dialami.Pandangan stress sebagai responsMengidentifikasikan stress sebagai respon individu terhadap stressor yang diterima, dimana ini sebagai akibat respon fisiologis dan emosional atau juga sebagai respon yang non spesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan yang ada.Pandangan stress sebagai transaksionalPandangan ini merupakan suatu interaksi antara orang dengan lingkungan dengan meninjau dari kemampuan individu dalam mengatasi masalah dan terbentuknya sebuah koping.Berbagai pandangan manusia mengenai stress menghasilkan pengertian yang berbeda-beda tentang stress itu sendiri. Stress hanyalah sekedar gangguan sistem syaraf yang menyebabkan tubuh berkeringat, tangan menggenggam, jantung berdetak kencang,dan wajah memerah. Paham realistik memandang stresss sebagai suatu fenomena jiwa yang terpisah dengan jasmani atau tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka tanpa ada hubungan dengan kejiwaan. Sedangkan paham idealis menganggap stress adalah murni fenomena jiwa. Hal ini membuat kita sulit untuk menjelaskan kenapa jika fenomena stress hanyalah fenomena jiwa namun memberikan dampak pada fisik seseorang seperti dada yang berdebar-debar, keringat, dan sebagainya.Gejala-gejala stress mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini meliputi kelelahan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur dan tidur berlebihan. Melepaskan diri dari alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari gelaja stress.Perasaan cemas, frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan dengan stress. Stress sebenarnya positif bagi kita, asalkan dalam porsi sedang-sedang saja, karena bisa membangkitkan sistem kekebalan dan mengasah otak. Sedangkan stress berat dapat menyebabkan kita rentan terkena penyakit. Stress dapat memicu penyakit maag, darah tinggi, asma dan sakit kepala sebelah. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa stress berat bisa memperburuk penyakit degeneratif kronis, yaitu penyakit yang menyerang fungsi organ atau jaringan tubuh seperti penyakit rematik.Sementara stress yang tersembunyi akan lebih berbahaya bagi kesehatan karena kita tidak menyadari adanya masalah. Stress tidak hanya dikonotasikan sebagai sesuatu yang negatif. Stresss terdapat dua macam Negatif (distress) yang mengakibatkan gangguan jiwa dan stress positif (eustress) yang memberi dampak kematangan pribadi sehingga dapat memiliki jiwa yang sehat. Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih pada neuron sehingga meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stress terjadi secara terus-menerus, dapat menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan. Gejala stress yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.

2.3. Manajemen Stress sehingga Klien Dapat AdaptasiStress merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabila stress tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan dapat berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi stress agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara:1) Pengaturan Diet dan NutrisiPengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stress melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, menghindari makanan dingin dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.2) Istirahat dan TidurIstirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stress karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.3) Olahraga atau Latihan TeraturOlah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.4) Berhenti MerokokBerhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stress karena dapat meningkatkan status kesehatn dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.5) Tidak Mengkonsumsi Minuman KerasMinuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stress. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras mengandung alkohol.6) Pengaturan Berat BadanPeningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stress karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stress. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stress.7) Pengaturan waktuPengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stress. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek produktivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan tidak membiarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.8) Terapi PsikofarmakaTerapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stress yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stressor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya adalah anti cemas dan anti depresi.9) Terapi SomatikTerapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stress yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu system tubuh yang lain.10) PsikoterapiTerapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif dimana psikoterapi suportif ini memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang.11) Terapi PsikoreligiusTerapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, social dan spiritual.

Manajemen stress yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi koping. Koping adalah proses yang dilalui individu dalam menyelesaikan situasi stress. Koping yang dilakukan individu bervariasi dan tidak hanya satu strategi koping yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.AdaptasiAdaptasi merupakan hasil akhir dari koping. Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku yang adaptif. Hasil dari perilaku adaptif ini dapat berupa semua respons dengan berusaha mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan. Manajemen stress sehingga dapat adaptasi :

STRESSORSTRESSKOPINGADAPTASISTIMULUSMASALAHHASIL AKHIR

Gambar 2.3.1 Proses adaptasi

Perawat memberikan penangan dengan memberikan edukasi kepada klien bagaimana cara klien dapat melakukan adaptasi. Secara bersamaan perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien agar dapat melakukan koping. Asuhan keperawatn yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi (perencanaan), implementasi hingga evaluasi. Tindakan intervensi atau perencanaan yang dilakukan kepada klien secara umum meliputi :1) Mengurangi situasi stressUntuk mengurangi situasi stress, perawat dibutuhkan untuk membantu klien dalam :a. Mengembangkan kebiasaan baru,b. Menghindari perubahan dengan membatasi perubahan yang tidak diperlukan dan dapat dihindarkan,c. Membatasi waktu atau menyediakan kurun waktu tertentu untuk memfokuskan diri beradaptasi dengan stressor,d. Manajemen waktu untuk klien yang tidak dapat mengerjakan berbagai hal pada waktu yang sama dengan membuat daftar tugas yang harus dilaksanakan dan memprioritaskan yang lebih penting dan lebih dulu dikerjakan.e. Modifikasi lingkungan untuk mengatasi stress.2) Mengurangi respon fisiologis terhadap stress dengan latihan terstruktur, nutrisi yang cukup dan istirahat.3) Meningkatkan respon perilaku dan emosi terhadap stress melalui sistem pendukung dan meningkatkan harga diri. Sistem pendukung dapat berupa teman dan keluarga.Keluarga merupakan sumber bantuan yang terpenting bagi anggota keluarganya atau bagi individu yang mengalami stress. Keluarga dapat mempengaruhi gaya hidup atau mengubah gaya hidup anggota keluarga lainnnya menjadi berorientasi pada kesehatan. Survei Gallop (1985) memastikan bahwa saat berhubungan dengan masalah kesehatan, kebanyakan individu mendapatkan bantuan yang lebih banyak dari keluarga mereka daripada sumber lainnya, bahkan dokter yang menangani mereka sekalipun.Keluarga mempunyai peran penting dalam membantu anggota keluarganya untuk hidup dalam kehidupan yang lebih sehat. Dengan mempercayai kemampuan keluarga untuk menyediakan perawatan kesehatan diri dan bertindak sesuai dengan keinginan terbaik mereka, Meskipun demikian perawat harus tetap memberikan dukungan positif dan berupaya menjadi narasumber dan fasilitator sebaik mungkin bagi keluarga serta memberikan edukasi dan membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya.

BAB IIIPenutup3.1. KesimpulanPerawat mempunyai peran penting sebagai educator. Penanganan stress pada klien membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan pemahaman dan edukasi agar klien dapat melakukan koping sehingga klien dapat adaptasi atas stressor yang membuat klien menjadi stress.

3.2. SaranSeorang klien yang mengalami stress sebaiknya memperhatikan manajemen stress agar klien dapat melakukan adaptasi dengan mudah. Klien juga harus meminta edukasi kepada perawat agar klien paham atas apa yang harus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati, Farida dan Hartono,Yudi. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba MedikaSetyowati, Sri dan Murwani, Arita. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Mitra Cendikia PressPerry, Potter. 2009. Fundamentals of Nursing Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba MedikaHidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

11