Bab II Magang Aryanti

28
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data 2.1.1 Pengertian data Data merupakan sesuatu yang diketahui atau dianggap serta dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan atau persoalan yang umumnya dikaitkan dengan tempat maupun waktu (Supranto, 2008). Data adalah deskripsi dasar dari benda, peristiwa, aktivitas, dan transaksi yang direkam, dikelompokkan, dan disimpan tetapi belum terorganisir untuk menyampaikan arti tertentu (Turban, 2010). Data adalah kumpulan dari fakta, konsep, atau instruksi pada penyimpanan yang digunakan untuk komunikasi, perbaikan dan diproses secara otomatis untuk menghasilkan informasi yang dapat dimengerti (Imron,2005).

description

Magang

Transcript of Bab II Magang Aryanti

24

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Data2.1.1 Pengertian data Data merupakan sesuatu yang diketahui atau dianggap serta dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan atau persoalan yang umumnya dikaitkan dengan tempat maupun waktu (Supranto, 2008). Data adalah deskripsi dasar dari benda, peristiwa, aktivitas, dan transaksi yang direkam, dikelompokkan, dan disimpan tetapi belum terorganisir untuk menyampaikan arti tertentu (Turban, 2010).Data adalah kumpulan dari fakta, konsep, atau instruksi pada penyimpanan yang digunakan untuk komunikasi, perbaikan dan diproses secara otomatis untuk menghasilkan informasi yang dapat dimengerti (Imron,2005).Berdasarkan pengertian data menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa data merupakan sesuatu yang dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan yang apabila diproses, dapat memberikan informasi yang mudah dimengerti dan berguna. 2.1.2 Sumber dataSumber data merupakan tempat diperolehnya data yang diinginkan. Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari peneliti secara langsung baik melalui pengukuran, wawancara maupun observasi, dan lain-lain. Contoh data primer adalah data responden yang didapatkan melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel. Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang telah ada sebelumnya. Contoh data sekunder adalah catatan atau riwayat kesehatan pasien yang diperoleh melalui rekam medik.2.1.3 Jenis dataMenurut jenisnya, data terbagi menjadi dua :a. Data Kualitatif Yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik dan berupa kata-kata atau pertanyaan. Data kualitatif biasanya diperoleh melalui wawancara dan observasi. Data kualitatif bersifat subyektif karena hasil interpretasi data antara satu orang dengan orang lain dapat berbeda. Data kualitatif dapat diangkakan dalam bentuk ordinal atau rangking.Misalnya : Tingkat pengetahuan Ibu Rumah Tangga di wilayah Pabean Cantikan, Surabaya mengenai ASI Eksklusif sudah cukup baik. b. Data kuantitatifYaitu data yang berwujud angka-angka dan cara memperolehnya melalui pengukuran baik langsung maupun tidak langsung dengan mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan oleh semua orang.Misalnya : Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur, Angka Harapan Hidup (AHH) Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 mencapai 70,19 tahun. 2.1.4 Teknik pengolahan dataData merupakan bahan mentah yang perlu diolah untuk menjadi sebuah informasi. Pengolahan data merupakan sebuah proses mengartikan data-data di lapangan sesuai dengan tujuan, rancangan dan sifat penelitian. Adapun tujuan dari proses pengolahan data adalah sebagai berikut :a. Memberikan makna kepada data agar berguna dalam memecahkan masalah b. Menunjukkan hubungan-hubungan antara fenomena c. Sebagai dasar untuk melakukan generalisasid. Sebagai bahan dalam menarik kesimpulan serta implikasi-implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan dalam menyelesaikan sebuah permasalahanProses pengolahan data meliputi beberapa kegiatan, diantaranya adalah sebagai berikut :1. Editing dataEditing merupakan sebuah proses pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan, dikarenakan kemungkinan ada beberapa data yang tidak logis dan meragukan. Tujuan proses editing untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan atau pada saat proses pengumpulan data di lapangan dan bersifat koreksi. Editing dapat dilakukan sedini mungkin di lapangan sehingga kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki baik dengan pengumpulan data ulang ataupun dengan interpolasi (penyisipan). Editing dapat dilakukan oleh pewawancara atau oleh pengawas lapangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses editing yaitu : dipenuhi atau tidaknya instruksi sampling, data yang masuk atau telah dikumpulkan dapat dibaca atau tidak, kelengkapan pengisian, keserasian (consistency) dan apakah jawaban dapat dipahami. 2. Coding dataCoding merupakan pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap data yang telah terkumpul dalam kategori yang sama. Perlu dibuat coding book yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel yang akan dipakai dalam proses analisis data dan dalam proses interpretasi data. Kode yang digunakan dapat berupa simbol atau skor. 3. Entry data Entry data merupakan proses dimasukkannya data dalam sebuah file komputer. File komputer merupakan kode-kode elektromagnetik yang digunakan untuk menyimpan data dan data dapat ditampilkan kembali jika diperlukan.4. Cleaning dataData yang telah dimasukkan ke dalam file komputer tidak bisa langsung dianalisis. Data harus melalui proses cleaning data, cleaning data merupakan proses untuk menguji kebenaran data. Tujuan dari cleaning data adalah menyiapkan data agar pada saat proses analisis, data bebas dari kesalahan. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk cleaning data, yaitu :

a. Saat pengumpulan dataCleaning data dapat dilakukan setelah proses pengumpulan data. Data diperiksa kebenarannya serta kelengkapan pengisian data.b. Saat proses codingCleaning data dilakukan dengan cara memeriksa ulang kelengkapan pengisian data sambil melakukan coding.c. Saat proses entry dataBeberapa program komputer dilengkapi fasilitas untuk melakukan loncatan, menentukan range jawaban, hubungan antar variabel, dan lain-lain.d. Sebelum proses analisisCleaning data yang dilakukan sebelum proses analisis, dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu : validasi data (2 orang memasukkan data yang sama, kemudian dibandingkan hasilnya), distribusi frekuensi (mengecek apakah ada nomor kode diluar kode yang ditetapkan), dan tabulasi silang (menguji pertanyaan yang meloncat). 5. Analisis DataTahapan terakhir untuk mengolah data agar menjadi sebuah informasi adalah melakukan analisis data. Analisis data dikelompokkan menjadi dua, yaitu : analisis data deskriptif dan analasis data inferensial. Analisis data deskriptif merupakan analisis yang bertujuan untuk menggambarkan karakteristik data (mean, frekuensi, dan lain-lain) berdasarkan kategori tertentu. Analisis inferensial merupakan analisis yang bertujuan untuk menarik kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan. 2.1.5 Penyajian dataData yang sudah dikumpulkan, jika digunakan untuk keperluan informasi, baik berupa laporan maupun analisis lanjutan dalam sebuah penelitian hendaknya diatur, disusun, disajikan dalam bentuk yang jelas dan komunikatif dengan penyajian data yang lebih menarik publik. Secara umum ada beberapa cara penyajian data, yaitu sebagai berikut :a. TabelData dapat disajikan dalam berbagai macam bentuk tabel, diantaranya yaitu : tabel biasa yang sering digunakan untuk bermacam-macam keperluan baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain untuk menginformasikan data dari hasil penelitian atau penyelidikan, tabel kontingensi yang digunakan khusus data yang terletak antara baris dan kolom berjenis variabel kategori dan tabel distribusi frekuensi yang menampilkan data dari urutan yang terkecil sampai terbesar dan membagi banyak data ke dalam beberapa kelas. b. GrafikGrafik merupakan lukisan pasang surutnya suatu keadaan dengan garis atau gambar. Apabila data yang disusun rapi berbentuk distribusi frekuensi dapat digambarkan dengan cara membuat grafik, yaitu : histogram (grafik yang menggambarkan suatu distribusi frekuensi dengan berbentuk segi empat), poligon frekuensi (grafik garis yang menghubungkan nilai tengah tiap sisi atas yang berdekatan dengan nilai tengah jarak frekuensi mutlak masing-masing) dan ogive (grafik yang menggambarkan distribusi frekuensi kumulatif dalam sumbu tegak dan mendatar atau eksponensial). c. DiagramDiagram merupakan gambaran untuk menampilkan atau menggambarkan sesuatu data yang akan disajikan. Data dapat ditampilkan dengan berbagai macam bentuk diagram, seperti : diagram batang (menyajikan data yang bersifat kategori atau data distribusi), diagram garis (menggambarkan keadaan yang serba terus menerus), diagram lambang (menggambarkan simbol-simbol dari data sebagai alat visual), diagram lingkaran (menyajikan data yang berbentuk kategori yang dinyatakan dalam persen), diagram peta (menggambarkan fenomena atau keadaan yang dihubungkan dengan tempat kejadian), diagram pencar (menggambarkan titik data korelasi atau regresi yang terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat) dan diagram campuran (diagram yang disajikan dalam bentuk gabungan dari beberapa dimensi dalam suatu penyajian data).d. Keadaan kelompokPenyajian data dengan keadaan kelompok terdapat dua cara, yaitu : pengukuran tendensi sentral dan ukuran penempatan. Penyajian data dalam kelompok digunakan untuk mengumpulkan data yang menunjukkan pusat atau pertengahan dari kumpulan data yang menyebar. Pengukuran tendensi sentral atau yang disebut dengan pengukuran gejala pusat terdiri dari rata-rata hitung, rata-rata ukur, rata-rata harmonik dan modus. Ukuran penempatan merupakan pengembangan dari beberapa penyajian data yang berbentuk tabel, grafik dan diagram. Ukuran penempatan terdiri dari median, kuartil, desil dan persentil.

e. Pengukuran penyimpanganPengukuran penyimpangan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tinggi rendahnya perbedaan data yang diperoleh dari rata-ratanya. Ukuran yang menunjukkan pengukuran penyimpangan yaitu : range (data tertinggi dikurangi data terendah), rentang antar kuartil (selisih antara kuartil ketiga dengan kuartil pertama), rentangan semi kuartil (setengah dari rentangan antar kuartil), simpangan rata-rata (nilai rata-rata dari harga mutlak semua simpangan terhadap rata-rata kelompok), simpangan baku (nilai yang menunjukkan tingkat variasi kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari mean), varians (kuadrat dari standar deviasi), koefisien varians ( perbandingan antar standar deviasi dengan harga mean yang dinyatakan dalam %), dan angka baku (bilangan yang menunjukkan tingkat data penyimpangan dari mean dalam satuan standar deviasi). 2.2 Gambaran Umum Profil Kesehatan Provinsi Profil Kesehatan Provinsi merupakan salah satu produk dari penyelanggaraan Sistem Infromasi Kesehatan yang berisikan data kesehatan satu tahun yang telah diolah dan dianalis menjadi sebuah infromasi yang disesuaikan dengan fungsi informasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan. Sedangkan, data kesehatan adalah angka dan fakta kejadian berupa keterangan dan tanda-tanda yang secara relatif belum bermakna bagi pembangunan kesehatan. Penyusunan profil kesehatan sebagai wujud Rencana Strategis Kementerian Republik Indonesia tahun 2011-2014, yaitu tersedianya buku Profil Kesehatan Indonesia, Profil Kesehatan Provinsi dan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Profil kesehatan dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam memantau dan mengevaluasi capaian program di bidang kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur merupakan akumulasi dari Profil Kesehatan 38 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Penyusunan Profil Kesehatan dilakukan secara berjenjang, dimulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi sampai Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2.3 Daerah Tapal KudaDaerah tapal kuda merupakan daerah yang berada pada kawasan Provinsi Jawa Timur yang membentuk lekukan mirip ladam atau kasut besi kaki kuda. Daerah yang termasuk dalam kawasan tapal kuda terbagi menjadi 3 sub wilayah menurut konsepsi daerah nodal, yaitu : sub wilayah Teluk Madura (Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo), sub wilayah Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep), dan sub wilayah Selat Madura (Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Situbondo, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo). Kesatuan daerah nodal merupakan sebuah ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Sehingga adanya kesenjangan perkembangan ekonomi regional yang cukup mencolok antara sub wilayah Teluk Madura dengan sub wilayah Pulau Madura dan Selat Madura. Sub wilayah Teluk Madura dipandang sebagai pusat pertumbuhan, sedangkan sub wilayah Selat Madura dan sub wilayah Pulau Madura dipandang sebagai daerah belakang. Sub wilayah Teluk Madura dipandang sebagai pusat pertumbuhan dikarenakan, sub wilayah Teluk Madura memiliki potensi aglomerasi. Potensi aglomerasi adalah terkumpulnya berbagai jenis kegiatan industri, perdagangan, dan jasa di kawasan tertentu karena adanya keuntungan lokasional (Djojodipuro,1992). 2.4 Antenatal Care (ANC)2.4.1 Pengertian pelayanan antenatal Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil oleh tenaga kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) (Depkes,2010). Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional seperti dokter spesialis kandungan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan kepada ibu selama masa kehamilan, sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal (Rhezvolution,2009). Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi sedini mungkin komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu selama kehamilan. Selain itu, pelayanan antenatal berupaya untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan ibu dalam menghadapi persalinan. 2.4.2 Tujuan pelayanan antenatal Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002), tujuan pelayanan antenatal adalah sebagai berikut :1. Memantau perkembangan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan perkembangan janin2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu, dan janin3. Melakukan deteksi dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat-riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan menekan trauma selama melahirkan seminimal mungkin agar ibu dapat melahirkan dengan selamat5. Mempersiapkan ibu untuk menjalani masa nifas dan memberikan ASI Eksklusif6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi, agar tumbuh kembang bayi berjalan secara normal7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal2.4.3 Fungsi pelayanan antenatal Menurut Fitrihanda (2012), fungsi pelayanan antenatal adalah sebagai berikut :1. Promosi kesehatan kepada ibu hamil melalui sarana dan aktifitas pendidikan 2. Melakukan screening dan identifikasi kepada wanita dengan kehamilan risiko tinggi dan merujuk bila perlu3. Memantau kesehatan dan melakukan deteksi dini kepada ibu hamil adanya kemungkinan ketidaknormalan atau komplikasi selama kehamilanPelayanan antenatal sangat penting dalam menjaga kondisi ibu dan janin selama kehamilan, sehingga ibu dan janin dapat melewati proses kelahiran dengan selamat. Oleh karena itu, pelayanan antenatal merupakan ujung tombak peningkatan kesehatan ibu serta daya ungkit yang besar dalam menurunkan Angka Kematian Ibu. Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) dengan melakukan pelayanan antenatal, kehamilan dan persalinan akan berakhir dengan hal-hal sebagai berikut :1. Ibu dalam kondisi selamat dan sehat selama kehamilan, persalinan, dan nifas tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan2. Bayi dilahirkan dalam kondisi sehat, baik fisik maupun mental3. Ibu sanggup merawat dan memberikan ASI kepada bayi4. Suami istri siap dan sanggup untuk mengikuti keleuarga berencana setelah kelahiran bayi. 2.4.4 Standar pelayanan antenatal Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2010), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan antenatal sebagai berikut :1. Ukur tinggi badanIbu hamil yang melakukan kunjungan antenatal wajib untuk diukur tinggi badannya. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur microtoise yang dipasang pada bidang datar yang tegak dan ibu hamil yang diukur tanpa menggunakan sepatu. Tinggi badan ibu hamil yang kurang dari 145 cm ada kemungkinan dapat mempengaruhi proses pesalinan CPD (Cephalo Pelvic Disproportion) (Burns,2000).2. Timbang berat badanIbu hamil yang melakukan kunjugan antenatal wajib ditimbang berat badannya. Ibu hamil ditimbang tanpa menggunakan sepatu dan menggunakan pakaian seringan-ringannya. Pada trimester pertama ibu hamil mengalami penambahan berat badan sekitar 0,7-1,4 kg dan pada trimester berikutnya menagalami penambahan berat badan secara teratur, sekitar 0,35-0,4 kg per minggu (Salmah, 2006).3. Mengukur tekanan darahTekanan darah ibu selama kehamilan perlu diukur untuk mengetahui nilai dasar selama masa kehamilan dan pengukuran tekanan darah dilakukan pada saat ibu hamil dalam kondisi rileks. Tekanan darah normal ibu hamil adalah 110/80-130/90 mmHg. Apabila, tekanan darah ibu hamil melebihi tekanan darah normal, kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya preeklampsia4. Mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)Tinggi fundus uteri diukur dengan cara perabaan. Menurut Leopold dalam Wiknjosasto, 2005, cara pemeriksaan dapat dilakukan dengan 4 tahap yaitu :a. Leopold I merupakan pengukuran tinggi fundus uteri yang digunakan untuk mengetahui tuanya kehamilan dan mengetahui bagian janin mana yang terletak pada fundus uterib. Leopold II menentukan batas samping uterus dan dapat digunakan untuk menentukan letak punggung janin dan kepala c. Leopold III dapat ditentukan bagian apa yang terletak di sebelah bawahd. Leopold IV untuk menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu atas panggul5. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)Pada saat pemeriksaan kehamilan, ibu hamil mendapatkan suntikan imunisasi tetanus toxoid (TT). Pemberian suntikan imunisasi dilakukan untuk melindungi ibu hamil dan bayi terhadap tetanus neonatorum (tetanus saat nifas). Ibu hamil yang belum mendapatkan imunisasi TT pada saat kehamilan sebelumnya atau pada saat sebelum menikah, maka perlu mendapatkan dua kali suntikan TT dengan jarak minimal satu bulan.6. Pemberian tablet zat besi (Fe)Kebutuhan ibu hamil terhadap zat besi akan meningkat selama kehamilan, seiring dengan berkembangnya janin di dalam kandungan. Zat besi penting untuk mengkompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin yang adekuat. Tanpa persediaan zat besi yang cukup, ibu hamil akan mengalami anemia yang dapat memicu terjadinya kelahiran bayi yang prematur dan berat badan lahir rendah. Oleh karena itu, ketika ibu hamil melakukan kunjungan pelayanan antenatal diberikan pemberian tablet zat besi. Tablet zat besi diberikan untuk diminum selama 90 hari dengan 1 tablet per harinya. Efek samping dari konsumsi tablet zat besi adalah sembelit, sehingga untuk mengatasi sembelit, ibu hamil mengkonsumsi makanan berserat, banyak minum air putih dan melakukan senam (excercise) setiap hari.

7. Tanya/Temu wicaraTenaga kesehatan melakukan tanya jawab seputar riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, termasuk masalah kesehatan kepada ibu hamil. Hasil tanya/temu wicara dapat dijadikan sebagai pedoman oleh tenaga kesehatan dan ibu hamil dalam menjaga kesehatan ibu dan janin selama kehamilan dan mempersiapkan kondisi ibu dan janin untuk menghadapi proses persalinan. 2.4.5 Kunjungan antenatal Kunjungan antenatal merupakan kunjungan yang dilakukan ibu hamil kepada tenaga profesional seperti dokter spesialis kandungan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2010), kebijakan program pelayanan menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya minimal empat kali selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :a. Pemeriksaan kehamilan yang pertama (K1)Merupakan kontak ibu hamil yang pertama kali dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester pertama dengan usia kehamilan 1 minggu (ketika haid terlambat sekurang-kurangnya satu bulan) sampai usia kehamilan 12 minggu. Tujuan dari K1 adalah sebagai berikut :1) Penapisan dan pengobatan anemia2) Perencanaan persalinan 3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanPada kunjungan pertama merupakan kesempatan untuk mengenali faktor risiko ibu dan janin. Informasi yang dapat diterima ibu hamil ketika melakukan K1 adalah sebagai berikut :1) Kegiatan fisik yang dapat dilakukan oleh ibu hamil2) Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina3) Pemilihan makanan yang bergizi dan serat tinggi4) Pemakaian obat harus dikonsultasikan terelebih dahulu dengan tenaga kesehatanb. Pemeriksaan kehamilan yang kedua (K2)Kunjugan ibu hamil kepada tenaga kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, yang dilakukan minimal satu kali pada trimester kedua, yakni pada usia kehamilan >12-24 minggu. Tujuan dari K2 adalah sebagai berikut :1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan2) Penapisan preeklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan3) Mengulang perencanaan persalinanc. Pemeriksaan kehamilan yang ketiga (K3) dan keempat (k4)Kunjungan ibu hamil yang dilakukan minimal dua kali pada trimester ketiga, yakni pada usia kehamilan 24-36 minggu dan usia kehamilan setelah 36 minggu sampai lahir. Tujuan kunjungan K3 dan K4 adalah sebagai berikut :

1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan2) Penapisan preeklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan3) Mengulang perencanaan persalinan4) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi5) Memantapkan rencana persalinan 6) Mengenali tanda-tanda persalinan Kunjungan antenatal bisa dilakukan lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Namun kunjungan ini masih termasuk dalam kunjungan K4. Ketepatan kunjungan pertama menentukan kepatuhan ibu untuk melakukan kunjungan berikutnya. Pada setiap kunjungan antenatal, tenaga kesehatan mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis, pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterin, dan atau ada tidaknya masalah atau komplikasi, serta kunjungan berikutnya agar proses persalinan dapat dilalui tanpa komplikasi.2.4.6 Cakupan pelayanan antenatalCakupan pelayanan antenatal adalah presentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011), hasil capain program pelayanan antenatal dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang diperoleh dari membagi jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan pertama kali kepada tenaga kesehatan (untuk K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar pelayanan antenatan dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun. Berdasarkan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan republik Indonesia tahun 2010-2014, telah ditetapkan target untuk kunjungan antenatal pada tahun 2013 adalah 97% untuk cakupan K1 dan 90% untuk cakupan K4.